Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

STUDI KASUS PENERAPAN TEORI BELAJAR DAN


PEMBELAJARAN BEHAVIORISTIK
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Perencanaan
Pembelajaran yang diampu oleh:
Dr. H. Abubakar Ditruna, M.Pd.
Dr. Deni Kadarsah, M.Pd.

Disusun Oleh :

Disusun Oleh: Kelompok 1

Ambar Radya Adinata (2008458)


Nisryna Nur Taqqiyah (2008056)
Ryneva Anevia Ramadhan (2000795)
Wafa Amalia Fitriani (2007353)

Kelas AP-3A-2020

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah memberikan
kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Studi Kasus
Penerapan Teori Belajar dan Pembelajaran Behavoristik dengan tepat waktu.
Makalah Pini disusun guna memenuhi tugas dosen mata kuliah Perencanaan
Pembelajaran di Universitas Pendidikan Indoneisa. Selain itu, penulis juga
berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang
berjudul Studi Kasus Penerapan Teori Belajar dan Pembelajaran Behavoristik.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. H.
Abubakar Ditruna, M.Pd selaku dosen mata kuliah perencanaan pembelajaran.
Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait
bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua
pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi
kesempurnaan makalah ini.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1. Latar Belakang.........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah....................................................................................2
1.3. Tujuan.......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1. Pengertian Teori Behavioristik..............................................................3
2.2. Tujuan Pembelajaran Behavioristik......................................................5
2.3 Prinsip-Prinsip Teori Belajar Behavioristik.........................................6
2.4. Kelebihan dan Kekurangan Teori Behavioristik..................................6
2.5. Aplikasi Teori Behavioristik...................................................................8
2.6. Contoh Studi Kasus dan Pemecahannya.............................................11
BAB III PENUTUP..............................................................................................12
3.1. Kesimpulan............................................................................................12
3.2. Saran.......................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Belajar dan pembelajaran merupakan topik yang tetap menarik ketika
mengkaji ilmu-ilmu perilaku. Bagaiman sebenernya proses belajar itu dapat
berlangsung dan bagaimana pembelajaran seharusnya dilakukan, ini
merupakan hal yang menarik bagi pendidik, guru, orang tua, konselor, dan
orang-orang yang bergerak dalam pengelolaan perilaku. Jika belajar
merupakan suatu kegiatan yang bersifat rumit dan kompleks, maka
pembelajaran menjadi lebih kompleks dan rumit karena tujuan pembelajaran
adalah untuk memacu (merangsang) dan memicu (menumbuhkan) terjadi
kegiatan belajar. Dengan demikian, hasil belajar merupakan tujuan dan
pembelajaran dari sarana untuk mencapai tujuan tersebut.
Belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu
untuk suatu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memiliki sikap
menjadi bersikap benar, dari tidak terampil menjadi terampil melakukan
sesuatu. Belajar tidak hanya sekedar memetakan pengetahuan atau informasi
yang disampaikan. Namun bagaimana melibatkan individu secara aktif
membuat ataupun merevisi hasil belajar yang diterimanya menjadi suatu
pengalamaan yang bermanfaat bagi pribadinya.
Pembelajaran merupakan suatu sistim yang membantu individu belajar dan
berinteraksi dengan sumber belajar dan lingkungan. Teori adalah seperangkat
azaz yang tersusun tentang kejadian-kejadian tertentu dalam dunia nyata.
Teori merupakan seperangkat preposisi yang didalamnya memuat tentang ide,
konsep, prosedur dan prinsip yang terdiri dari satu atau lebih variable yang
saling berhubungan satu sama lainnya dan dapat dipelajari, dianalisis dan diuji
serta dibuktikan kebenarannya. Dari dua pendapat diatas Teori adalah
seperangkat azaz tentang kejadian-kejadian yang didalamnnya memuat ide,
konsep, prosedur dan prinsip yang dapat dipelajari, dianalisis dan diuji
kebenarannya.

1
Teori belajar adalah suatu teori yang di dalamnya terdapat tata cara
pengaplikasian kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa, perancangan
metode pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas.
Teori belajar selalu bertolak dari sudut pandang psikologi belajar. Untuk itu
dalam pemahasan ini penyusun akan mengulas mengenai teori belajar yang
berhubungan dengan psikologi yang berpijak pada pandaangan behavioristik
dan aplikasinya dalam pembelajaran.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang dapat
kami rumuskan yaitu sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud teori behavioristik?
2. Apa tujuan pembelajaran behavioristik?
3. Apa saja prinsip pembelajaran behavioristik?
4. Apa kelebihan dan kekurangan teori behavioristik?
5. Bagaimana aplikasi teori behavioristik?
6. Sebutkan contoh kasus beserta pemecahan massalah mengenai teori
belajar dan pembelajaran behavioristik!

1.3. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian teori behavioristik
2. Untuk mengetahui tujuan pembelajaran behavioristik
3. Untuk mengetahui apa saja prinsip pembelajaran behavioristik
4. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan teori behavioristik
5. Untuk mengetahui aplikasi teori behavioristik
6. Untuk mengatahui contoh kasus berserta pemecahan masalah mengenai
teori belajar dan pembelajaran behavioristik!

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Teori Behavioristik


Teori belajar behavioristik merupakan teori yang lebih menekankan
perubahan tingkah laku terhadap peserta didik. Teori belajar behavioristik
menurut Desmita yang dikutip oleh Madeadi Nugraha Tristaningrat adalah
teori belajar yang digunakan untuk memahami pola perubahan prilaku
manusia dengan menggunakan beberapa pendekatan yakni objektif,
mekanistik, dan materialistik, sehingga terjadi perubahan tingkah laku pada
individu dengan memperhatikan kondisi yang ada. Dengan sebutan lain,
tingkah laku yang terlihat pada diri seseorang perlu ada penguatan dengan
melakukan pengujian dan pengamatan. Teori ini lebih mendorong untuk
melakukan suatu pengamatan karena pengamatan dianggap hal yang urgen
untuk mengetahui terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku manusia
(Made adi Nugraha Tristaningrat, 2019: 60-61).
Belajar merupakan hasil dari interaksi anatara rangsangan dan tanggapan.
Suatu individu dianggap telah belajar apabila dapat memperlihatkan
perubahan tingkah lakunya. Teori ini menganggap hal yang penting dalam
proses belajar adalah masukan yang berupa rangsangan (stimulus) dan hasil
berupa respon (tanggapan). Stimulus adalah rangsangan yang dilakukan oleh
guru sedangkan respon adalah tanggapan atas Stimulus yang telah diberikan
oleh guru itu sendiri. Proses yang terjadi antara Stimulus dan respon tidak
perlu untuk diamati karena tidak dapat dikur, akan tetapi stumulus dan respon
lah yang dapat diamati. Maka dari itu, stimulus yang diberikan guru dan
respon yang diterima peserta didik dapat diukur dan diamati (Putrayasa, 2013:
42).
Dalam pembahasan behavioristik telah banyak pakar pendidikan yang
menjelaskan tentang teori belajar behavirostik. Adapun pendapat beberapa
pakar tentang behavioristik sebagai berikut:

3
1. John B. Waston
Teori belajar behavioristik merupakaan teori yang berfokus pada
peranan dari proses belajar dan menjelaskan prilaku manusia. Pendapat
tentang prilaku yang dimaksud dalam teori ini adalah perilaku yang
seutuhnya di tentukan oleh aturan-aturan yang diprediksi dan
dikendalikan. Waston meyakini bahwasnya perilaku manusia dapat
disebabkan dengan bawaan ginetik, pengaruh lingkungan dan kondisi.
Tingkah laku seringkali dikontrol oleh kekuatankekuatan yang tidak
rasional. Hal ini dianggap sebagai realisasi dari pengaruh lingkungan yang
dapat memanipulasi perilaku manusia (Novi Irawan Nahar, 2016: 68).

2. Ivan P. Pavlo
Ivan P. Pavlo merupakan ilmuan dari Rusia yang terkenal dengan teori
pradigma kondisioning klasiknya. Teori ini dilakukan melalui uji coba
anjing dan air liurnya. Berdasarkan hal tersebut Ivan P. Palvo menemukan
rangsangan yang sebenarnya biasanya terjadi apa bila sering diulang-ulang
yang kemudian dihubungkan dengan unsur penguat sehingga
menghasilkan suatu reaksi. Menurut Ivan P. Pavlo dengan teorinya yaitu
reaksi anjing mengeluarkan air liur tidak disebapkan oleh rangsangan
makanannya, akan tetapi disebapkan oleh rangsangan latihan secara
berulang-ulang. Hal itu terjadi ketika Pavlo memperlihatkan makan
seabagai stimulus dengan maksud mengeluarkan air liurnya, selanjutnya
membunyikan bel (Lonceng) secara berulang-ulang tanpa memperlihatkan
makanan, sehingga ketika mendengar bunyi itu, maka anjing
mengeluarkan air liurnya (Susilaningsih, 2018: 159-160).

3. B.F. Skinner
Skinner merupakan ilmuan Psikologi harvad yang telah banyak
melakukan sumbangsi pemikiran terhadap perkembangan teori Woston.
Pandangannya tentang teori behaviorisme adalah penekanan terhadap studi
ilmiah tentang bagaimana respon tingkah laku yang dapat diamati dan

4
penentuan lingkungan. Secara prinsip, skinner mengatakan bahwa
perkembangan merupakan suatu prilaku. Menurut Skinner relevansi antara
rangsangan dan taggapan terjadi karena adanya interaksi dengan
lingkungannya sehingga menyebapkan perubahan tingkah laku (Rifnon
Zaini, 2014: 121).

Berdasarkan dari berbagai penjelasan di atas dapat dipahami bahwa dalam


proses pembelajaran dengan menggunakan teori Behavioristik, manusia
dituntun untuk lebih cenderung responsif terhadap stimulus-stimulus yang
diberikan kemudian menghasilkan prilaku yang baik.

2.2. Tujuan Pembelajaran Behavioristik


Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada
penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagai aktivitas mimetic, yang
menuntut pembelajar untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah
dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi
pelajaran menekankan pada ketrampilan yang terisolasi atau akumulasi fakta
mengikuti urutan dari bagian ke keseluruhan.
1. Berkomunikasi atau transfer prilaku adalah pengambaran pengetahuan dan
kecakapan peserta didik (tidak mempertimbangkan proses mental
2. Pengajaran adalah untuk memperoleh keinginan respon dari peserta didik
yang dimunculkan dari stimulus
3. Peserta didik harus mengenali bagaimana mendapatkan respon sebaik
mungkin pada kondisi respon diciptakan.
Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat, sehingga aktivitas
belajar lebih banyak didasarkan pada buku teks/buku wajib dengan penekanan
pada ketrampilan mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajib tersebut.
Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil belajar. Evaluasi
menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara terpisah, dan biasanya
menggunakan paper and pencil test.
Evaluasi hasil belajar menuntut jawaban yang benar. Maksudnya bila
pebelajar menjawab secara benar sesuai dengan keinginan guru, hal ini

5
menunjukkan bahwa pebelajar telah menyelesaikan tugas belajarnya. Evaluasi
belajar dipandang sebagi bagian yang terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan
biasanya dilakukan setelah selesai kegiatan pembelajaran. Teori ini
menekankan evaluasi pada kemampuan pebelajar secara individual

2.3 Prinsip-Prinsip Teori Belajar Behavioristik


Dalam pembelajaran behaviorisme pembelajaran merupakan penguasan
respons (acquisition of responses) dari lingkungan yang dikondisikan. Peserta
didik haruslah melihat situasi dan kondisi apa yang yang menjadi bahan
pembelajaran. Berikut ini adalah prinsip-prinsip pembelajaran behavioristik
menekankan pada pengaruh lingkungan terhadap perubahan perilaku:
1. Mengunakan prinsip penguatan, yaitu untuk menidentifikasi aspek paling
diperlukan dalam pembelajaran untuk mengarahkan kondisi agar peserta
didik dapat mencapai peningkatan yang diharapkan dalam tujuan
pembelajaran.
2. Menidentifikasi karakteristik peserta didik, untuk menetapkan pencapaian
tujuan pembelajaran.
3. Lebih menekankan pada hasil belajar daripada proses pembelajaran

2.4. Kelebihan dan Kekurangan Teori Behavioristik


1. Kelebihan
Dalam teknik pembelajaran yang merujuk ke teori behavioristik terdapat
beberapa kelebihan di antaranya:
a. Membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka pada situasi dan
kondisi belajar.
b. Metode behavioristik ini sangat cocok untuk memperoleh kemampuan
yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-
unsur seperti: kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleksi, daya tahan,
dan sebagainya.
c. Guru tidak banyak memberikan ceramah sehingga murid dibiasakan
belajar mandiri. Jika menemukan kesulitan baru ditanyakan kepada
guru yang bersangkutan

6
d. Teori ini cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih
membutuhkan dominansi peran orang dewasa , suka mengulangi dan
harus dibiasakan , suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk
penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.

2. Kekurangan
1) Memandang belajar merupakan asosiasi belaka antara stimulus dan
respon
2) Mengabaikan pengertian belajar sebagai unsur pokok
3) Proses belajar berlangsung secara teori

Selain teorinya, beberapa kekurangan perlu dicermati guru dalam


menentukan Teknik pembelajaran yang mengacu ke teori ini, antara lain:
a. Sebuah konsekuensi bagi guru, untuk menyusun bahan pelajaran
dalam bentuk yang sudah siap
b. Tidak setiap mata pelajaran bisa menggunakan metode ini
c. Penerapan teori behavioristik yang salah dalam suatu situasi
pembelajaran juga mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran
yang sangat tidak menyenangkan bagi siswa yaitu guru sebagai sentral,
bersikap otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih dan
menentukan apa yang harus dipelajari murid
d. Murid berperan sebagai pendengar dalam proses pembelajaran dan
menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar
yang efektif
e. Penggunaan hukuman yang sangat dihindari oleh para tokoh
behavioristik justru dianggap metode yang paling efektif untuk
menertibkan siswa
f. Murid dipandang pasif, perlu motivasi dari luar dan sangat dipengaruhi
oleh penguatan yang diberikan guru.

7
2.5. Aplikasi Teori Behavioristik
Untuk mengaitkan teori behaviorisme dengan praktik pembelajaran, perlu
dipahami terlebih dulu mengenai prinsip belajar menurut teori behaviorisme
(Mukminan, 1997). Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
1. Teori ini beranggapan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah
perubahan tingkah laku. Seseorang dikatakan belajar sesuatu jika yang
bersangkutan dapat menunjukan perubahan tingkah laku tertentu.
2. Hasil belajar adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, yang terjadi
karena hubungan stimulus dan respons., sedangkan proses yang terjadi
antara stimulus dan respons, yang tidak dapat diamati itu tidak penting.
3. Perlunya Reinforcement untuk memunculkan perilaku yang diharapkan.
Respons akan semakin kuat jika reinforcement (baik positif maupun
negatif) ditambah.

Penekanan proses belajar menurut teori behaviorisme ini adalah hubungan


stimulus dan respons. Dengan demikian, agar pembelajaran di kelas menjadi
efektif, hendaknya guru perlu memerhatikan hal-hal berikut:
1. Guru hendaknya memilih jenis stimulus yang tepat untuk diberikan kepada
peserta didik agar dapat memberikan respons yang diharapkan.
2. Guru hendaknya menentukan jenis respons yang harus dimunculkan oleh
peserta didik.
3. Guru perlu memberikan reward yang tepat untuk meningkatkan perilaku
yang diharapkan muncul dari peserta didik.
4. Guru hendaknya segera memberikan umpan balik secara langsung,
sehingga si belajar dapat mengetahui apakah respons yang diberikan telah
benar atau belum.

Metode yang dapat digunakan guru dalam pembelajaran antara lain:


ceramah, demonstrasi, dimana aktivitas ada pada guru sedangkan peserta
didik pasif menerima sesuai yang diberikan guru. Adapun strategi yang dapat
digunakan oleh guru dalam pengaplikasin prinsip-pinsip teori behavioristik
antara lain:

8
1. Meningkatkan perilaku yang diinginkan
Enam strategi pengondisian operan dapat digunakan untuk meningkatkan
perilaku yang diinginkan, yaitu:
a. Memilih penguat yang efektif
Guru harus mampu menemukan penguat mana yang berhasil paling
baik untuk setiap peserta didiknya, yaitu membedakan setiap individu
dalam menggunakan penguat tertentu.
b. Membuat penguat menjadi bergantung pada tepat waktu
Agar penguat efektif, guru harus memberikan penguat secara tepat
waktu dan segera mungkin setelah anak menampilkan perhilaku
tertentu yang diharapkan.
c. Pilih jadwal terbaik untuk penguatan
Guru harus memilih jadwal penguatan terbaik sesuai dengan tuntutan
perilaku peserta didik yang diharapkan guru.
d. Pertimbangkan untuk membuat kontrak
Analisis perilaku terapan menyarankan bahwa kontrak kelas
seharusnya merupakan hasil masukan dari guru maupun peserta didik.
Pembuatan kontrak melibatkan pembuatan ketergantungan penguatan
secara tertulis.
e. Gunakan penguatan negative secara efektif
Penguatan negative, meningkatkan frekuensi respons dengan
menghilangkan stimulus yang tidak disukai. Contoh: stimulus guru
yang sering mengkritik jawaban serta pertanyaan peserta didik harus
dihilangkan agar frekuensi bertanya dan frekuensi menjawab semakin
meningkat.
f. Gunakan arahan dan pembentukan
Arahan merupakan stimulus ditambahkan sebelum terjadinya
kemungkinan peningkatan respons yang diinginkan. Jika arahan belum
mampu membuat peserta didik menampilkan perilaku yang
diharapakan, guru perlu membantu dengan pembentukan.

9
2. Mengurangi perilaku yang tidak diinginkan
Ada beberapa langkah yang dapat digunakan guru untuk mengurangi
perilaku peserta didik yang tidak diinginkan (Alberto & Troutman dalam
Santrock, 2008)
a. Gunakan penguatan Diferensial
Dalam penguatan diferensial, guru memperkuat perilaku yang tidak
sesuai dengan apa yang dilakukan anak tersebut. Contoh: guru dapat
memperkuat peserta didik untuk melakukan aktivitas pembelajaran
dengan memanfaatkan komputer dari pada komputer hanya dipakai
untuk memainkan permainan.
b. Gunakan penguatan Diferensial
Tanpa disengaja guru memberikan penguatan positif yang justru
membuat perilaku peserta didik yang tidak diharapkan semakin
terpelihara. Dengan demikian, guru harus segera menghentikan
penguatan positif tersebut agar perilaku yag tidak diharapkan menurun
atau hilang dan guru memberikan peguatan positif lagi setelah perilaku
yang diharapkan muncul.
c. Hilangkan stimulus yang diinginkan
Jika memberikan penguatan tetap tidak berhasil meingkatkan respons
diharapkan, penghilangan stimulus yang diinginkan harus dilakukan
oleh guru, dengan cara time-out dan respons-cost. Time out adalah
penghentian penguatan positif terhadap seseorang untuk sementara,
yaitu hamper sama dengan penghentian penguatan, yang berbeda
adalah waktu penghilangan penguatan positif lebih lama sampai
terbentuk lagi perilaku yang diinginkan.
d. Biaya respons (Respons cost)
Adalah menjauhkan atau mengambil penguatan-penguatan positif dari
seseorang, seperti peserta didik kehilangan hak istimewa tertentu.
Biasanya biaya respons melibatkan sejumlah sanksi atau denda.
e. Hadirkan stimulus yang tidak disukai (Hukuman)
Jenis stimulus yang tidak disukai dan paling umum digunakan guru
adalah teguran verbal serta disertai dengan kerutan dahi atau kontak

10
mata. Tindakan ini lebih efektif digunakan ketika guru berada dekat
dengan peserta didik.

2.6. Contoh Studi Kasus dan Pemecahannya


A. Contoh Studi Kasus
Pemerintah mengadakan program Adiwiyata, SMKN 6 Malang turut
berpartisipasi untuk kegiatan tersebut. SMKN 6 Malang memberikan
layanan berupa bank sampah kepada warga sekolah sebagai upaya dalam
menciptakan lingkungan sekolah yang bersih dan sehat. Siswa dengan
karakteristik berbeda-beda tentu saja membutuhkan stimulus yang
berbeda pula untuk dapat menghasilkan suatu respons yang diinginkan.
Hal inilah yang menjadi persoalan, bagaimana personil sekolah
menyajikan stimulus kepada siswa untuk mengikuti program pelestarian
lingkungan hidup di sekolah.

B. Pemecahan Masalah
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Bariyah Oktariska dkk
(2018) menyatakan bahwa pemecahan masalah yang dilakukan SMKN 6
Malang untuk persoalan tersebut antara lain:
1. Memberikan contoh dengan membuang sampah di tempat sampah
sesuai dengan jenis sampah dan menjadi nasabah bank sampah sekolah
2. Memberikan motivasi di kelas sebelum memulai kegiatan belajar dan
mengajar mengenai bagaimana caranya memanfaatkan limbah
3. Memberikanpengertian bahwa sampah bisa dikonversikan ke dalam
nilai rupiah untuk membantu keluarga membayar SPP
4. Memberikan peringatan verbal jika mendapati siswa yang belum
mengikuti program dan membuang sampah tidak ditempatnya
5. Memberikanhadiah di kelas berupa poin tambahan bagi siswa.

11
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Berdasarkan maslah yang kita bahas, dapat diambil kesimpulan bahwa
Teori behavioristik merupakan teori belajar yang lebih menekankan pada
perubahan tingkah laku serta sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan
respon. Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada
penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagai aktivitas mimetic, yang
menuntut pembelajar untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah
dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Dalam pengaplikasiannya
prinsip dari trori behavioristic perlu diperhatikan agar proses berjalannya
pembelajaran dapat berjalan dengan baik.

3.2. Saran
Sebagai calon pendidik hendaknya kita mampu menciptakan suasana
belajar yang kondusif dan efektif, lalu menerapkan metode dan teori yang
tepat, sehingga proses belajar mengajar berjalan dengan baik. Oleh karena itu
sebagai calon pendidik (guru) hendaknya kita mempelajari teori-teori
pembelajaran yang ada, agar kita mampu menemukan kecocokan dalam
metode mengajar yang tepat.
.

12
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. (2004). Psikologi Belajar. Jakarta : PT. Asdi Mahasatya.

Budinungsih, C. Asri. (2005). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Karwono. Mularsih, Heni. (2012). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rajawali


Pers.

Mukminan. (1997). Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: P3G IKIP.

Purwanto, Ngalim. (2007). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sagala, Syaiful. (2011). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Uno, Hamzah. (2006). Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: PT


Bumi Aksara.

Yulaelawati, Ella. (2007). Kurikulum dan Pembelajaran Filosofi, Teori dan


Aplikasi. Jakarta: Pakar Raya.

Anda mungkin juga menyukai