Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MAKALAH

PENTINGNYA PARA PEMIMPIN JEMAAT


MEMPELAJARI SEJARAH GEREJA

Disusun sebagai syarat pemenuhan nilai mata kuliah


SEJARAH GEREJA UMUM

OLEH:
Kadet Levina Lorrina Lope
Dosen Pengampu:
Ev. Ronald Toruan, SE., M.Th.

SEKOLAH TINGGI AGAMA KRISTEN


WILLIAM BOOTH
JAKARTA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus karena anugerahNya memampukan saya untuk dapat
menulis makalah dengan judul “Pentingnya Para Pemimpin Jemaat Mempelajari Sejaarah
Gereja”. Suatu topik yang tidak mudah bagi saya untuk menyelesaikannya namun bersyukur
saya dapat menyusunnya dengan kemampuan yang saya miliki. Meskipun demikian, saya
menyadari bahwa topik yang saya bahas lewat makalah ini masih sangat sederhana dibandingkan
dengan apa yang harus saya pelajari di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat dijadikan
evaluasi bagi saya pribadi dan dapat diterima dengan baik. Tuhan Yesus memberkati.

Penyusun,

Kadet Levina Lorrina


BAB I
PENDAHULUAN
Pada umumnya, hanya sedikit orang yang memahami dan menaruh minta terhadap
sejarah. Menurut beberapa orang, pelajaran sejarah hanyalah sebuah hal yang membosankan
karena berhadapan denga fakta-fakta yang telah lampau dan tidak relevan lagi dengan jaman
kekinian. Banyak yang berpikiran, sejarah adalah pelajaran menghafal tanggal dan nama belaka.
Materi yang diajarkan juga dianggap terlalu banyak. Itulah yang membuat pelajaran sejarah
seperti neraka tambahan di sekolah, sehingga tidak disukai oleh sebagian besar siswa dan
mahasiswa. Tidak terkecuali seorang hamba Tuhan. Sangat jarang ditemui hamba Tuhan
berkhotbah dan menyinggung soal perjalanan sejarah gereja di dalam khotbahnya. Sehingga ini
menjadi pertanyaan bagi semua kalangan, seberapa pentingkah sejarah gereja dalam kehidupan
berjemaat khsusunya pelayanan para hamba Tuhan?
Kehidupan masa kini tidak bisa dilepaskan dari kehidupan yang telah ada sebelumnya.
Selalu ada sejarah di balik setiap peristiwa kehidupan yang ada pada masa kini, yang selalu
diwarnai dengan pahit manisnya kehidupan. Hal ini berlaku bagi setiap bidang kehidupan
termasuk di dalamnya sejarah gereja. Th van den End mengatakan bahwa sejarah gereja ialah
kisah tentang perkembangan-perkembangan dan perubahan-perubahan yang dialami gereja
selama di dunia ini, yaitu kisah tentang pergumulan antara injil dengan bentuk-bentuk yang kita
pakai untuk mengungkapkan injil tersebut.1 Bapak proklamator Indonesia pernah berkata“jangan
sekali-kali melupakan sejarah” (Jas Merah) dalam hal ini yang dimaksudkan oleh Bapak
Proklamator ialah supaya bangsa Indonesia tidak melupakan bagaimana sejarah perjalanan
bangsa Indonesia untuk memperoleh kemerdekaan. Dari ungkapan Sang Proklamator bangsa
Indonesia ini, penulis juga ingin menyampaikan kepada orang-orang kristen yang hidup pada
masa kini untuk tidak melupakan sejarah perjalanan gereja.
RUmusan Masalah:
1. Seberapa penting sejarah gereja bagi para pemimpin jemaat?
2. Bagaimana mengaplikasikan sejarah gereja dalam kehidupan berjemaat?

1
1Thomas van den End, Harta Dalam Bejana, (Jakarta : Gunung Mulia, 2011)
BAB II
PEMBAHASAN
Pada hakikatnya gereja merupakan orang yang di panggil keluar dari dalam kegelapan
menuju terang yang ajaib untuk mewartakan berita sukacita tentang Yesus Kristus Sang
Juruselamat. Secara etimologi gereja berasal dari bahasa Portugis “Igreja”, yang berarti kawanan
domba, yang dikumpulkan oleh seorang gembala. Kata gereja dalam bahasa-bahasa lainnya ialah
“kerk” (Belanda), “church” (Inggris), “Kirche” (Jerman). Kata-kata itu mungkin saja berasal dari
kata Yunani “kuriake”, artinya yang adalah milik Kuriuos. Kurious ialah Tuhan (Allah, Yesus).
Dalam kitab Perjanjian Baru untuk gereja dipergunakan kata Yunani ‘ekklesia’. Artinya di
panggil dari antara orang banyak”2. Jadi, gereja ialah persekutuan orang-orang yang di panggil
yang kemudian menjadi milik Allah. Untuk menyelami panggilan sebagai orangorang yang di
panggil kepada terang, gereja harus menyadari apa sesungguhnya arti dari gereja itu sendiri.
Gereja adalah umat Allah yang dipersatukan oleh Roh Kudus, Gereja sabagai sarana kehadiran
Kristus di dunia ini dan di panggil untuk melanjutkan karya-Nya3. Konsekuensi gereja sebagai
sarana kehadiran Kristus di dunia ini ialah melahirkan gereja yang berdimensi dua, yakni
dimensi ilahi dan dimensi organisasi. Dimensi ilahi diatur oleh pengakuan dan dimensi
organisasi diatur oleh tata gereja. Gereja sebagai dimensi ilahi atau yang tidak kelihatan adalah
gereja yang ada di dalam iman, sedangkan gereja sebagai dimensi organisasi atau yang kelihatan
adalah yang dapat dilihat oleh indra yang berhubungan dengan tempat dan organisasinya. Gereja
sebagai organisasi merupakan sebuah lembaga yang memiliki perangkat organisasi, lengkap
dengan struktur organisasi, kepemimpinan dan anggotanya. Gereja yang kelihatan itu dilihat
sebagai komunitas yang hadir dalam ruang dari waktu tertentu. Sedangkan gereja yang tidak
kelihatan ialah gereja yang ada di dalam iman yakni persekutuan orang percaya yang dibangun
oleh Allah melalui pekerjaan Roh Kudus di mana Kristus sebagai kepalanya. Mengenai dimensi
organisasi Bolan dan Niftrik mengatakan bahwa gereja mengingatkan kita kepada suatu
organisasi tertentu, baik suatu organisasi setempat (dengan suatu majelis gereja dan seorang
pendeta) maupun suatu organisasi yang meliputi wilayah yang lebih besar (kantor sinodenya
dianggap sebagai pusatnya)4.

2
J. Verkuyl. Aku Percaya. (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2001)
3
JT Gilarso,S.J. Kamulah Garam Dunia. (Yogyakarta: Kansius,)
4
G.C. van Niftrik& B.J. Boland, Dogmatika Masa Kini. (Jakarta : BPK Gunung Mulia)
Gereja yang ada sebagai organisasi pada masa kini seperti yang telah dikatakan sebelumnya
bahwa tidak terlepas dari sejarah atau latar belakang terbentuknya. Terbentuknya gereja sebagai
sebuah organisasi tidak terlepas dari pengaruh orang-orang yang ada di dalam gereja itu sendiri
dan juga pengaruh dari luar dimana gereja itu lahir, baik itu dari segi sosial, politik, dan juga
budaya. Dalam perkembangannya secara organisasi, gereja sejak lahirnya hingga saat ini banyak
mengalami masalah salah satu diantaranya ialah adanya perpecahan dalam gereja. Perpecahan
yang terjadi biasanya dilatarbelakangi oleh adanya ketidaksepahaman antara oknum-oknum
dalam gereja itu sendiri dan juga pemahaman doktrin yang berbeda. Sejarah gereja mencatat
bahwa perpecahan besar yang pernah terjadi dalam gereja ialah pada saat lahirnya reformasi
pada abad ke-16 di Jerman yang dipelopori oleh Martin Luther, yang pada saat itu menjadikan
gereja terbagi dua yakni Gereja Katolik Roma dan Gereja Kristen Protestan. Namun sebelum
perpecahan besar tersebut terjadi terlebih dahulu telah terjadi juga perpecahan dalam gereja
secara organisasi yang telah terjadi sejak abad ke-4 yakni terpecahnya gereja menjadi dua bagian
yakni Gereja Timur dan Gereja Barat. Gereja Timur meliputi Gereja Ortodoks Timur, Gereja
Nestorian dan Gereja-gereja Monofisit sedangkan Gereja Barat meliputi Gereja Katolik Roma
dan Gereja Protestan yang adalah buah dari reformasi Marthin Luther dan kawan-kawan5.
Ada banyak alasan mengapa perlu belajar sejarah gereja. Berikut ini adalah beberapa di
antaranya6:
1. Allah sendiri menyatakan diri melalui sejarah.
a. Agama Israel sebenarnya adalah ‘agama sejarah’. Berbeda dengan agama kuno
lain yang didasarkan pada spekulasi metafisikal, takhayul atau pemahaman
filosofis, agama Israel didasarkan pada apa yang Allah lakukan dalam sejarah.
Semua yang Allah lakukan dalam sejarah sebenarnya menyatakan karakter Allah
sendiri.
b. Beberapa kitab PL yang dari kacamata modern dikategorikan "kitab-kitab
sejarah”, dalam kanon Ibrani digolongkan sebagai "kitab nabi-nabi” (Yosua,
Hakim-hakim, 1&2 Raja, 1&2 Samuel), karena dari perspektif orang Israel apa
yang dikatakan Allah sama pentingnya dengan apa yang Dia lakukan.

5
Thomas van den End, Harta Dalam Bejana, (Jakarta : Gunung Mulia, 2011)
6
https://heriku.do.am/news/mengapa_perlu_belajar_sejarah_gereja/2009-11-09-10 diakses pada tanggal 17
September 2020 pkl. 18.00 WIB
c. Orang Israel terbiasa memandang sejarah sebagai dasar untuk berharap kepada
Allah (1Sam 17:34-37; Ibr 11:4; 12:1).
d. Kekristenan pun didasarkan pada peristiwa sejarah (band. 1Kor 15:13-18).
e. Herbert Butterfield lebih dari segala-galanya, kekuatan ingatan historislah yang
telah mampu mengikatkan orang Israel bersama sebagai suatu bangsa.
2. Sejarah turut menyatakan kedaulatan dan kesetiaan Allah.
a. Pembebasan dari tanah Mesir menyatakan kesetiaan (Kel 2:23) dan
kemahakuasaan Allah (Kel 6:6; 12:12; cf. Rom 9:17).
b. Kedaulatan Allah bukan hanya atas umat-Nya, tetapi atas seluruh sejarah di muka
bumi (Hab 1:6; Yes 44:28; 45:1-6; Am 9:7).
c. Kedatangan Kristus di abad ke-1 M sesuai dengan rencana kekal Allah (Galatia
4:4 dan Rom 5:6)
d. Penggunaan bahasa Yunani sebagai lingua franca (band. Yoh 12:20-22).
e. Politik Pax Romana (Kedamaian Romawi), misalnya Yoh 11:48; Kis 16:38;
22:25-29
f. Perhatian terhadap aspek Infrastruktur Romawi untuk keperluan administrasi,
ekonomi dan, terutama, keamanan.
g. Keterbukaan dan sejarah pluralitas yang panjang (Kis 17:22-34, terutama ayat 21)
agama misteri vs. filsafat, pelacuran bakti/homoseksualitas vs. moralitas Taurat
yang ketat.
3. Sejarah berperan sebagai pembimbing ke dalam pengetahuan Alkitab.
a. Sejarah pada jaman Alkitab turut membantu kita memahami isi Alkitab (Yoh 4:9;
10:22).
b. Sejarah setelah jaman Alkitab juga turut menjadi peringatan terhadap kesesatan.
Beragam misinterpretasi, ajaran sesat dan fenomena lain yang sedang terjadi
sekarang sebenarnya sudah ada pada jaman dahulu, tetapi gereja sekarang tidak
mau belajar dari sejarah. Pendeknya, tidak ada yang baru di bawah matahari
(Pengkhotbah 1:9).
c. New Age Movement secara esensi sama dengan Gnosticisme abad ke-2.
d. Ekses dalam gerekan kharismatik sama dengan Montanisme.
4. Sejarah membantu kita lebih bijaksana dalam berinteraksi maupun respek terhadap orang
percaya dari denominasi, kepercayaan maupun tradisi yang lain. Sejarah membebaskan
kita dari tirani tradisi (yang sudah kita anggap sebagai "kebenaran”) dan memampukan
kita menghormati tradisi orang lain.
a. Perdebatan tentang otoritas King James Version (KJV).
b. Perdebatan tentang penggunaan instrumen dalam ibadah.
c. Perdebatan tentang pemakaian ornamen/alat tertentu dalam gereja.
d. Perdebatan tentang fenomena supranatural Roh Kudus.
5. Sejarah berguna untuk memberikan inspirasi, peringatan maupun pemahaman yang lebih
luas.
a. Biografi para tokoh besar kekristenan seringkali mampu memberikan inspirasi
dan semangat bagi orang Kristen modern.
b. Kegagalan gereja maupun para tokoh Kristen di masa lalu juga berperan menjadi
peringatan bagi kita (band. 1Kor 10:6, 11).
c. Kesuksesan gereja pada waktu tertentu dalam sejarah juga bisa menyadarkan
betapa gereja sekarang mengalami dekadensi. Contoh: buku Institutio Calvin dulu
merupakan buku bacaan jemaat, tetapi sekarang hanya menjadi konsumsi
mahasiswa teologi.
d. Keberhasilan gereja melalui berbagai penganiayaan dan kesulitan (terutama abad
ke-1 – ke-4 M) sering memberi penghiburan bagi gereja modern.
6. Sejarah membebaskan kita dari pikiran kita yang salah bahwa kita lebih bijaksana
daripada para pendahulu kita.
a. Pelajaran sejarah membebaskan kita dari bahaya "chronological snobbery” (C. S.
Lewis), sehingga kita bisa lebih menghargai masa lalu.
b. Kesalahan yang dilakukan para pendahulu kita bisa jadi merupakan produk
keterbatasan jaman pada waktu itu. Contoh: neo-ortodoksi Karl Barth dalam
konteks berteologi waktu itu.
7. Sejarah membuat kita bisa memahami diri kita sendiri secara lebih baik.
Dengan mengetahui dari mana kita berasal akan membuat kita semakin paham tentang
keadaan kita sekarang, bahkan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang.
8. Sejarah merupakan bahan nasehat, pedoman pelayanan maupun bahan ilustrasi kotbah
yang luar biasa.

Pelajaran yang bisa dipetik dari Sejarah Gereja


Sejarah gereja menghasilkan satu rangkuman untuk masa depan gereja. Apa yang akan
terjadi pada gereja puluhan tahun yang akan dating ditentukan oleh cara gereja masa kini
mempertahankan eksistensi sebagai terang bagi dunia. Sejarah gereja menghasilkan satu
rangkuman untuk masa depan gereja. Apa yang akan terjadi pada gereja puluhan tahun yang
akan dating ditentukan oleh cara gereja masa kini mempertahankan eksistensi sebagai terang
bagi dunia. Gereja diberikan suatu jaminan oleh Tuhan Yesus bahwa bahkan alam maut tidak
akan menguasainya. Kita melihat memang demikian yang terjadi pada gereja di abad pertama,
bahkan ketika begitu banyak orang mati menjadi martir, kekristenan justru semakin kuat dan
membangkitkan semangat orang-orang Kristen untuk semakin taat kepada Tuhan. Dari sini kita
bisa melihat bahwa Allah Tritunggal memberikan anugerah yang memelihara keberadaan gereja-
Nya di sepanjang sejarah bahkan sampai pada zaman kita di abad ke-21. Satu hal yang harus kita
syukuri dan responi dengan baik.
Selain dari jaminan yang diberikan oleh Kristus, ada hal lain yang bisa dipelajari yaitu
kerohanian dari gereja mula-mula yang membuat mereka dapat bertahan dalam penganiayaan.
Tuhan Yesus mengatakan bahwa di atas batu karang ini Ia akan mendirikan gereja-Nya. Batu
karang itu adalah pengakuan Rasul Petrus yang menjawab pertanyaan dari Tuhan Yesus,
“Menurut kamu, siapakah Aku ini?” Jawaban Rasul Petrus adalah, “Engkau adalah Mesias, Anak
Allah yang hidup.” Maka kita bisa melihat bahwa pengenalan akan Kristus yang benar menjadi
dasar bagi berdirinya gereja. Tanpa dasar ini, maka gereja tidak akan dapat berdiri dengan teguh.
Pengenalan akan Kristus sebagai Tuhan dan Allah menjadikan suatu fondasi bagi gereja untuk
berdiri di atasnya.
Selain itu, dalam Kisah Para Rasul pasal 2 dinyatakan bahwa setelah Petrus
memberitakan Injil, tiga ribu orang bertobat dan mereka masuk menjadi gereja Kristus, mereka
dicatat sebagai orang-orang yang “bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan.
Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa. ... Dengan bertekun dan
dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di
rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan
tulus hati, sambil memuji Allah” (Kis. 2:42, 46-47).
Ibadah yang mereka lakukan sungguh-sunguh, kemudian mereka juga bertekun di dalam
pengajaran para rasul, serta mengadakan perjamuan kudus dan berdoa kepada Tuhan. Dengan
cara inilah mereka terus menambah pengetahuan akan Allah dan mendapatkan kekuatan untuk
dapat bertahan di dalam penganiayaan sekalipun. Alkitab mencatat bahwa dalam masa
penganiayaan itu, orang Kristen malah bergembira karena boleh menderita bagi Tuhan dan terus-
menerus memberitakan Injil kepada orang lain sehingga mereka bertambah banyak.
BAB III
KESIMPULAN

Harus diakui bahwa gereja di jaman milenial, sangat dipengaruhi oleh pemikiran zaman
ini sehingga banyak yang melupakan hal mendasar di dalam kehidupan bergereja. Kerohanian
tidak diperhatikan dengan baik. Hal ini menyebabkan kemunduran iman dan mengakibatkan
seseorang tidak bisa setia kepada Tuhan. Kita begitu mudah digeser dari fokus hidup yang benar.
Mari kita merefleksikan hidup kita dan kembali belajar dari gereja di abad pertama yang
mendapatkan kekuatan untuk bertahan serta berkembang dalam pengenalan akan Tuhan Yesus
yang benar. Mari kembali kepada panggilan kita sebagai gereja milik Kristus yang sudah
didirikan di atas dasar batu karang yang teguh, sehingga kita bisa meneruskan mata rantai gereja
Tuhan kepada generasi berikutnya. Teladan yang diberikan oleh gereja mula-mula harus kita
ikuti dan kembangkan supaya Gereja bisa menyatakan terang Injil Kristus kepada seluruh dunia.
Maka kita harus bertekun di dalam pembelajaran firman Tuhan dan bertekun dalam ibadah serta
doa kepada Tuhan untuk memberikan kita kekuatan untuk tetap setia kepada-Nya. Kiranya
Tuhan memberikan anugerah-Nya kepada kita supaya dapat hidup sebagai Gereja yang mampu
meneruskan apa yang sudah dimulai dengan baik oleh Gereja di abad pertama.
Apa yang bisa saya lakukan dengan memperlajari sejarah gereja adalah mengajak jemaat
bersyukur karena gereja boleh ada saat ini tida terlepas dari penyertaan Tuhan di dalam sejarah
gereja. Teladan Bapak gereja pun dapat dijadikan refleksi yang baik dan bermanfaat untuk
menunjang pertumbuhan iman jemaat yang tetnu sudah didahului oleh kebenaran firman. Sejarah
gereja tidak jarang dipenuhi oleh fakta yang mengerikan tentang dunia yang menolak Kristus.
Bapa-bapa gereja disiksa sedemikian rupa karena mereka berusaha untuk memberitakan injil
Tuhan. Namun Tuhan tetap berkarya untuk mendatangkan kebaikan bagi gerejaNya,
DAFTAR PUSTAKA

Thomas van den End, Harta Dalam Bejana, (Jakarta : Gunung Mulia, 2011)
J. Verkuyl. Aku Percaya. (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2001)
JT Gilarso,S.J. Kamulah Garam Dunia. (Yogyakarta: Kansius,)
G.C. van Niftrik& B.J. Boland, Dogmatika Masa Kini. (Jakarta : BPK Gunung Mulia)
Thomas van den End, Harta Dalam Bejana, (Jakarta : Gunung Mulia, 2011)
https://heriku.do.am/news/mengapa_perlu_belajar_sejarah_gereja/2009-11-09-10 diakses
pada tanggal 17 September 2020 pkl. 18.00 WIB

Anda mungkin juga menyukai