Kelas : 5A
Mata kuliah : Katekisasi
Dosen pengampu : Pdt. Joksan Simanjuntak, M.Th
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latarbelakang
1
Abineno J.L. CH., DR. Sekitar Katekese Gerejawi: Pedoman Guru, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001, hlm. 7
Tentu halnya, berimbas kepada kurang nya kesadaran dalam merasakan
pengalaman empiris dalam hubungannya dengan Katekisasi di HKBP. Secara umum,
seseorang pasti mengikuti terlebih dahulu orangtuanya atau keluarga nya yang kebetulan di
HKBP. Maka dari itu, sangat sulit bagi jemaat yang mengalami secara pribadi bagaimana
proses menjadi jemaat yang terdaftar bagi HKBP.
Dengan hal ini, kelompok kami melalui makalah ini, mencoba memaparkan
hasil penelitian langsung dengan beberapa jemaat terkait “Pengalaman empiris selama
proses menjadi jemaat terdaftar di Gereja masing-masing.“
Adapun tujuan penulisan makalah ini buat sebagai penilaian Ujian Tengah
Semester pada mata kuliah Katekisasi yang di ampu oleh Bapak Pdt. Joksan Simanjuntak,
M.Th dan bagi pembaca, supaya lebih memahami lagi apa itu Katekisasi beserta peranannya
dalam kehidupan kontekstual bergereja saat ini.
BAB II
ISI
2
Abineno J.L. CH., DR. Sekitar Katekese Gerejawi: Pedoman Guru, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001, hlm. 7
3
E.G Homrighausen dan Dr. I,.H. Enklaar, Pendidikan Agama Kristen, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 199, hlm.
109.
4
R.J. Porter, Katekisasi Masa Kini : Upaya Gereja Membina Muda‐mudinya menjadi Kristen yang
Bertanggung‐jawab dan Kreatif, Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih / OMF, 2007, hlm 187.
mempersiapkan para pengajar –pengajar katekisasi. Melalui pelatihan, khursus dan
mengdakan pertemuan-pertemuan khusus para pengajar sidi untuk membahas bahan ajaran,
Visi dan misi, serta metode yang dilaksanakan bersama untuk mencapai tujuan pengajaran
sidi.5
Ada beberapa langkah persiapan seorang pengajar katekisasi dalam Gereja HKBP
sebelum melaksanakan pengajaran Katekisasi, yaitu:6
- Membaca dan mempelajari tema yang akan diajarkan.
- Mengulang kembali setiap pengajaran yang sudah diajarkan.
- Membaca dan mempersiapkan ayat-ayat yang tepat sesuai dengan tema pengajaran.
- Mengerti dan memahami maksud dari teks.
- Mengimani setiap teks.
- Mempersiapkan daftar nama katekumen.
- Melaksanakan diskusi kelompok.
- Mebuat ujian lisan dan tulisan.
- Membedakan metode pengajaran disekolah dengan katekisasi.
- Menilai keseriusan murid didalam mempelajari firman Allah.
- Mengatur jadwal ujian katekisasi dengan ujian sekolah agar tidak berdekatan.
5
HKBP, Buku pangajari perguru manghatindanghon haporseaon di HKBP, (Pearaja, 2016). Hal. 15
6
HKBP, Buku pangajari perguru manghatindanghon haporseaon di HKBP, (Pearaja, 2016). Hal. 8-10
5. Pendeta mengadakan evaluasi terhadap pengajar, bahan, metode dan keberlangsungan
katekisasi dalam pelayanan gereja.7
Tidak hanya sekedar memenuhi syarat sebagai seorang pengajar, pengajar katekisasi
di gereja HKBP memiliki tanggung jawab yang sangat besar. Dengan demikian, tugas ini
bukanlah tugas yang mudah untuk dilakukan dan dibutuhkan iman yang kuat, intelektual
yang tinggi,karakter yang baik dan integritas dari para pengajar katekisasi. Pengajar sidi
harus hidup kerjanian dalam berdoa dan belajar; selalu membuka hati untuk menerima terang
injil; memiliki pengetahuan tentang firman Tuhan yang tertulis dalam kitab suci; teliti dalam
mengamati perkembangan iman para peserta Katekisasi dan sebagainya.
Metode yang dipakai oleh kelompok adalah metode wawancara. Setiap anggota
kelompok bertanya kepada jemaat setidaknya 5 anggota jemaat gereja per mahasiswa/i.
a. Makna Katekisasi
7
HKBP, Buku pangajari perguru manghatindanghon haporseaon di HKBP, (Pearaja, 2016). Hal. 15-16
Katekisasi ibarat pintu masuk gereja. Para presbiter/majelis adalah
penjaga pintu itu, sehingga tidak sembarang orang dapat masuk dengan motivasi yang salah,
tidak sesuai iman dan ajaran Kristus dalam gereja-Nya. Pada dasarnya, setiap orang dewasa
yang berkepentingan ingin dibaptis menjadi anggota gereja atau sekarang ini untuk alasan
tertentu (menikah, dll) mesti terlebih dahulu diisi dengan pengetahuan: “tanpa pengetahuan
kerajinan pun tidak baik..” (Ams.19:2). Alasan gereja mengatur katekisasi bagi mereka ialah
bersifat missioner, memperluas perkembangan jemaat.
b. Tujuan Katekisasi
Dari ini semua tujuan umum katekisasi yang varian ini ialah bahwa
melalui pengajarannya (katekisasi oleh gereja) kepada semua anggota gereja untuk
memperlengkapi mereka bagi sebuah hidup yang bertanggung jawab di dalam dunia sebagai
anggota-anggota yang dewasa dari gereja Yesus Kristus dan secara berangsur-angsur dididik
agar rupa Kristus menjadi nyata dalam hidup setiap anak-anak dan orang dewasa.
Implikasinya, hidup orang beriman, khususnya anak-anak bertumbuh ke arah menyerupai
Kristus secara konformis.
Untuk itu, melalui inventarisir yang dilakukan Abineno8 terhadap pikiran beberapa ahli ihwal
katekisasi dibagi tujuan katekisasi dibagi menjadi 4 bagian: Pertama, katekisasi
sebagai pemberian pengetahuan. Di sini katekumen harus mengetahui hal-hal pokok-pokok
dari isi Alkitab, mereka harus mengetahui tentang ajaran gereja, yang diambil dari Alkitab.
Selain dari pada itu mereka juga harus mengetahui garis-garis besar tentang gereja, tentang
pelayanan dan sejarahnya. Kedua, tujuannya sebagai pendidikan (baca:pembinaan) anggota-
anggota jemaat untuk menyadari tugas mereka di dalam gereja. Dalam tujuan pertama ini
terdapat juga fungsi katekisasi sebagai hubungan antara baptisan dan perjamuan kudus. Para
katekumen harus mengetahui, bahwa gereja adalah persekutuan dalam arti
am. Ketiga, mendidik anak-anak muda & dewasa supaya mereka menjadi hamba-hamba
Allah yang bertanggung jawab di dalam dunia. Berdasarkan tujuan ini, mereka dibebaskan
8
Dyana L. Hinson, Christian Education (Planning for Lifelong Faith Formation). Nashville: Abingdong
Press Journal, Pdf, hlm. 5.
dari isolemen mereka (hidup tertutup di dalam gereja) dan ditempatkan di tengah-tengah
dunia sebagai saksi dan pelayan Kristus. Keempat, menyampaikan pengetahuan tentang
Allah dari generasi ke generasi. Keselamatan Allah – yang diberitakan kepada di dalam
Alkitab – harus disampaikan kepada semua orang dari generasi ke generasi. Selain Abineno,
sekali lagi Riemer member pandangannya perihal tujuan umum katekisasi gereja, yaitu setiap
orang yang dididik ajaran Kristus untuk mengenal Allah, mengasihi Dia, dan memuji Dia.
Agar dengan demikian, hidup sesuai dan dapat mengasihi setiap orang pula, yaitu mampu
menuruti semua perintah-perintah-Nya (1 Yoh.4:7-11).
Pandangan tentang tujuan di atas hanya dapat dicapai apabila anak-anak dan orang
dewasa – pada khususnya, mengikuti katekisasi, telah sebelumnya dipimpin kepada
pengakuan pribadi yang mendasar akan Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat mereka.
Tanpa hal ini, pada hematnya, mereka tidak dimungkinkan dapat menunaikan tugas seperti
yang gereja harapkan dari mereka, yaitu sebagai saksi-saksi dan pelayan-pelayan Kristus
yang bertanggung jawab di dalam dunia milik-Nya.
1. Dogma gereja
2. Etika gereja/Kristen
Sekalipun tata gereja/tata laksana bukan landasan hakiki iman Kristen, namun tetap
perlu mendapat perhatian anggota jemaat, mengingat itulah "aturan main" dalam kehidupan
bergereja. Ketaatan dan sikap menghargai tata gereja/tata laksana akan menjadikan
kehidupan bergereja itu jelas. Namun demikian, tata gereja/tata laksana tak boleh dijadikan
sebagai Torah baru atau Alkitab baru.
5. Tradisi gereja
Dari Deskripsi dan analisis tentang katekisasi tersebut jelas, bahwa ternyata
katekisasi merupakan hal yang sentral dalam kehidupan gereja, sebab melalui katekisasi
warga jemaat diajak untuk mempercakapkan dan memahami isi iman Kristen yang
merupakan pedoman bagi kehidupan sehari-hari. Dalam kehidupan sehari-hari warga jemaat
dihadapmukakan dengan berbagai persoalan yang memerlukan pegangan atau pedoman
untuk mengatasinya. Tanpa pegangan atau pedoman yang benar, mereka akan terombang-
ambing dan dapat membahayakan kehidupan iman mereka, bahkan mereka dapat kehilangan
iman.
Dalam memahami firman Tuhan kita sebaiknya para pendeta harus
mengatakan bahwa pelajar katekisasi harus mengakui bahwa kita semua memiliki
keterbatasan sebagai manusia yang telah jatuh dalam dosa. Kita harus mempunyai
kerendahan hati untuk menerima dan percaya kepada kebenaran Alkitab. Bukan kebenaran
Alkitab yang harus cocok dengan kebenaran saya, tetapi kebenaran yang saya yakini itu yang
harus cocok dengan kebenaran Alkitab! (Darmaputera, 2005a, 32). Kita harus membuka diri
untuk dikritisi Alkitab bukan sebaliknya. The text of God’s Word is regarded as something
which the interpreter may judge rather than as something which judge him (Zimmerman,
1972, 79). Berdasarkan iman percaya kita, kita harus yakin bahwa inti pesan Alkitab bersifat
mutlak dan apriori selalu benar (Darmaputera, 2005b, 178). Kita dituntut untuk taat kepada
Firman Tuhan yang berlaku sepanjang masa dan tempat . . . the Bible is the very World of
God it demands our obedience regardless of when it was written (Coder dan Howe, 1966,
27).
Para pengajar khususnya katekisasi di gereja harus mengajarkan dogma gereja
setempat kepada pelajar katekisasi, karena pada umumnya setiap gereja mempunyai
pengakuan iman yang menunjukkan identitas gereja tersebut. Setiap denominasi gereja
9
Abineno, J.L.Ch. Sekitar Katekese Gerejawi - Pedoman Guru. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1989.
mempunyai pengakuan iman (faith and believe ) yang diyakini.
Jemaat yang terlibat dalam pelayanan harus memahami dasar-dasar kehidupan
iman yang sejati melalui pengajaran katekisasi adapun tujuannya yaitu:
1. Melakukan pelayanan dengan hati yang Tulus dan murni hanya kepada Tuhan
2. Jemaat harus mampu bertumbuh dalam iman;
3. Jemaat tidak mudah terpengaruh oleh ajaran duniawi yang menyimpang;
4. Jemaat mampu memberikan jawaban bagi mereka yang meminta pertanggungjawaban
imannya sesuai dengan kebenaran di dalam Kristus.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Kepustakaan
Abineno J.L. CH., DR. Sekitar Katekese Gerejawi: Pedoman Guru, Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2001.
E.G Homrighausen dan Dr. I,.H. Enklaar, Pendidikan Agama Kristen, Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 1999.
R.J. Porter, Katekisasi Masa Kini : Upaya Gereja Membina Muda ‐mudinya menjadi
Kristen yang Bertanggung‐jawab dan Kreatif, Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina
Kasih / OMF, 2007.
3.3. Lampiran
3.3.1. Narasumber Ennmo Sinamo
Saudara Daniel mengatakan bahwa ia sejak dilahirkan adalah warga jemaat HKBP
Martoba, dimana ia menerima baptisan dan menerima kenaikan sidi digereja tersebut. Ia
mengatakan arti katekisasi baginya sendiri ialah mendalami pemahaman mengenai ajaran
Yesus Kristus kepada umat manusia dan ia mengatakan itu adalah syarat mutlak bagi umat
percaya (kristen). Ia mengatakan bahan ajar yang diterimanya dalam proses belajar katekisasi
ialah Alkitab itu sendiri, ia mengatakan Alkitab dapat kita gunakan sebagai alat untuk
menangkis bahaya-bahaya yang selalu mengancam kita dalam melaksanakan firman Allah.
Saudara Daniel belum pernah pindah gereja, Ia masih berada di gereja HKBP.
Ia di baptis dan disidikan di Gereja di HKBP HPN. Dari kecil memang sudah
terlahir di HKBP. Bagiku katekisasi adalah salah satu bentuk pembinaan iman yang
dilaksanakan oleh Gereja kepada warganya, agar mereka yang mengikuti katekisasi
diharapkan menjadi warga gereja yang dewasa, mampu mengenal Tuhan dan Juruselamatnya,
percaya, setia dan melaksanakan kehendak-Nya dalam kehidupan di tengah keluarga, gereja
dan masyarakat. Menjadi warga gereja yang dewasa, artinya siap memikul tanggung jawab
untuk membangun persekutuan, pelayanan dan kesaksian yang baik dengan Tuhan dan
sesamanya. Aku belajar bahwa di gereja manapun kita beribadah, perbedaan-perbedaan yang
ada itu tidak lebih besar dibandingkan Tuhan yang kita sembah. Mungkin tata cara ibadah,
maupun sistem dalam gereja itu berbeda, tapi Tuhan Yesus tetaplah sama.
3. Nama : Ny. Gultom br Silitonga
Usia : 47 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Nama Gereja : HKBP Martoba Resort Martoba
Beliau dan istri mendaftar di HKBP Beringin Indah dari tahun 2007 karena
sebelumnya mereka terdaftar di HKBP Tanjung Morawa Medan. Sebenarnya tidak ada niatan
ataupun minat untuk menjadi anggota disini, hanya saja kedua orang tua mengajarkan
sewaktu kecil agar berhuria dan terdaftar digereja ini. Dalam artian hanya ikut-ikut saja
kepada orang tua, awalnya tidak mengetahui apa yang membedakan HKBP dengan gereja
lainya, yang ia tahu orang tua nya bergereja disitu dan hanya mengikutinya dan saya belajar
bagaimana proses disini.
Pada tahun 2005 beliau merantau ke Pekanbaru dan terdaftar di HKBP Beringin
Indah. Pada tahun 2006, sebelumnya ia sudah terdaftar di HKBP Tarutung Kota. Pada awal
nya ia datang kesini tidak merasakan perbedaan ajaran di Gereja ini, yang membedakan
hanya lingkungan dan anggota jemaat-jemaat. Karena setiap daerah tentu saja memiliki
perbedaan dalam sikap dan kebudayaanya. Pada awalnya ia merasa senang karena diberi
pembinaan dan pengenalan oleh Pembina Gereja, lalu bergabung pada Naposo HKBP dan
aktif pada saat itu sampai pada tahun 2010. Setelah melewati masa Naposo tetap bertahan
digereja ini sampai saat ini.
5. Nama : St. D. br. Manalu
Nama Gereja : HKBP Beringin Indah Ress Beringin Indah, Pekanbaru
Usia : 53 Tahun
Pelaksanaan wawancara : 03 Oktober 2020, di Gereja HKBP Beringin Indah
Awalnya beliau bergereja di GKPA Medan, pada tahun 2001 ia dan keluarga pindah
ke Pekanbaru dan tahun 2003 sudah ditasbihkan menjadi Sintua. Pada saat mengantar surat ia
diberi pembinaan sebagai anggota baru. Beliau merasa kedua ajaran dari gereja yang berbeda
ini tidak terlalu banyak. Tata ibadahnya dan cara ibadahnya tidak terlalu tampak berbeda
hanya saja HKBP terkadang menggunakan bahasa batak dalam bahasa batak berbeda dengan
gereja lama yang ibadahnya menggunakan bahasa Indonesia.
Bapak Dayah adalah jemaat dari HKBP Judika Ressort Laguboti Kota. Bapak Dayah
mengaku dulunya adalah seorang penganut agama muslim, dan setelah menikah dengan
istrinya, Ia mengikuti kemauan istrinya untuk masuk ke agama Kristen dan bergereja di
HKBP Judika. Bapak Dayah melalui tata cara untuk masuk ke Kristen seperti dibaptis dan
naik sidi sebelum pernikahan dan 3 hari kemudian mereka melangsungkan acara pernikahan.
Bapak Dayah mengaku kesulitan saat pertama kali menjadi anggota jemaat di HKBP Judika,
karena bapak tersebut tidak terlalu paham akan bahasa batak yang mengakibatkan dirinya
sempat tidak hadir di ibadah minggu selama beberapa bulan. Tetapi bapak tersebut mengaku
karena telah menerima agama Kristen secara tulus, ia pun mau untuk mulai belajar bahasa
batak dengan istrinya selama ia tidak beribadah. Ia juga mengaku bahwa sambutan jemaat di
HKBP Judika sangat baik dan hangat saat ia menjadi jemaat di gereja tersebut. Mereka
memilih untuk menjadi anggota jemaat di gereja tersebut karena istri dari bapak dayah adalah
anggota jemaat di HKBP Judika.
Bapak Irwan adalah jemaat dari HKBP Judika Ressort Laguboti Kota. Ia mengaku
telah menjadi anggota jemat di gereja tersebut selama 9 tahun lebih. Tetapi sebelumnya ia
bergereja di HKBP Poriaha Jae Ressort Immanuel Sibolga. Mereka pindah ke Laguboti
tepatnya di daerah Pintu Bosi karena Bapak Irwan mendapat warisan tanah, dan membangun
rumah mereka disana. Sebelum menjadi anggota jemaat di gereja tersebut, bapak irwan dan
istrinya mengurus segala kepentingan untuk perpindahan gereja seperti surat pindah dari
gereja asal dan memberikan akta pernikahan. Mereka memilih menjadi anggota jemaat di
HKBP Judika karena rumah mereka dekat dengan gereja tersebut.
Bapak Toni dan Istrinya telah menjadi Anggota jemaat di HKBP Judika sejak mereka
lahir. Sampai sekarang, mereka tetap bertahan di HKBP Judika karena sudah nyaman dengan
pelayanan dari setiap pendeta yang hadir dan merasa bahwa di gereja tersebut memiliki
banyak kenangan bagi mereka yang membuat mereka tidak ingin pindah dari sana.
Josua Pangaribuan adalah Naposo dari HKBP Judika sejak ia lahir. Ia bergereja di
HKBP Judika karena mengikut orangtuanya yang menjadi anggota jemaat di HKBP tersebut.
Ia tetap bertahan di HKBP tersebut karena ia di baptis dan naik sidi di HKBP Judika.
Meri merupakan Naposo dari HKBP Judika sejak lahir sama seperti saudara Josua.
Alasan ia beribadah di HKBP Judika sama seperti alasan dari Josua yaitu mengikut
orangtuanya yang sejak awal adalah jemaat tetap di gereja tersebut. Ia juga dibaptis dan naik
sidi di HKBP Judika.
Beliau merupakan calon penatua di gereja HKBP Aek Nauli Bida Ayu Batam. Beliau
tinggal di mangsang, Batam. Proses beliau dalam menjadi jemaat HKBP Aek Nauli adalah
karena beliau merupakan seorang perantau dan fasih tentang adat istiadat Batak.Sehingga ia
menganggap HKBP adalah aliran sinode yang tepat dalam meneruskan Adat Istiadat.
Beliau merupakan salah satu jemaat di HKBP Aek Nauli Bisa Ayu. Beliau dulunya
merupakan jemaat HKBP di daerah asalnya sehingga kemudian beliau memilih melanjutkan
nasihat dari orang tuanya agar selalu bergereja di HKBP. Hingga akhirnya dia pun memilih
gereja HKBP Aek Nauli dikarenakan lokasi gereja yang dekat dengan lingkungannya.
Beliau merupakan Sintua atau penatua di gereja Aek Nauli Bida Ayu. Proses beliau
menjadi jemaat HKBP Aek Nauli adalah dikarenakan gereja yang dahulu ia berjemaat
walaupun HKBP terlampau jauh dari lingkungannya. Sehingga ketika gereja HKBP Aek
Nauli berdiri beliau pindah gereja.Beliau hanya tiggal menunjukkan surat pindahnya dari
gereja sebelumnya dan membayar uang iuran tahun. Di Gereja lama beliau juga merupakan
Sintua jadi beliau tinggal menunjukkan SK sintuanya di gereja sebelumnya dan menjadi
Sintua kembali di HKBP Aek Nauli.
Keluarga ini memiliki hambatan ketika ingin menjadi jemaat HKBP Aek Nauli,
dikarenakan mereka terkena hukum siasat gereja atau RPP HKBP diakarenakan
kelahirananak perama tidak sesuai dengan lamanya menikah, sehingga mereka sempat tidak
merasakan pelayanan dari gereja dalam kurun waktu tertentu. Awalnya ketika gereja
memanggil dalam ulaon manjangkhon ruas na Hona RPP, mereka enggan datang karena
malu.Namun akhirnya di panggilan kedua mereka menerima panggilan tersebut dan sah
menjadi jemaat HKBP Aek Nauli Bida ayu dan anak mereka pun di baptis.
Bapak T. Lubis dan ibu R. Tumanggor merupakan Jemaat HKBP Immanuel Tomuan.
Mereka bertempat tinggal di desa Siabal-abal.Mereka sebelumnya adalah Jemaat HKBP
Garoga. Namun setelah menikah dan berkeluarga, keluarga bapak T.Lubis berdomisili di desa
Siabal-abal Pematangsiantar. Karena alasan sudah berdsomisili di Pematangsiantar dan
memiliki keluarga yang menjadi anggota jemaat HKBP Immanuel Tomuan, bapak T.Lubis
dan ibu R Tumanggor mendaftarkan keluarga mereka sebagai calon jemaat di HKBP
Immanuel Tomuan. Dalam proses menjadi calon jemaat HKBP Immanuel Tomuan, yang
bersangkutan tidak begitu mengalami kesulitan. Keluarga yang bersangkutan hanya perlu
mendapatkan surat dari gereja asal dan dalam beberapa minggu penetua lingkungan juga
melakukan pemantauan terhadap bagaimana sikap yang bersangkutan sebagai calon anggota
jemaat. Dan setelah penetua lingkungan melakukan pemantauan keluarga tersebut pun
diterima menjadi anggota jemaat HKBP Immanuel Tomuan.
Bapak I. Tarihoran dan Ibu A siregar merupakan jemaat HKBP Immanuel Tomuan
yang beralamat di Pintu Bosi. Bapak I.Tarihoran ini awalnya merupakan beragama Muslim.
Namun dengan alasan ingin menikah, maka dengan Ibu A Siregar, maka bapak Tarihoran
pun mendaftarkan dirinya untuk menjadi calon anggota jemaat HKBP Immanuel Tomuan.
Namun karena berasal dari agama yang berbeda, bapak Tarihoran harus mengikuti
pembekalan dalam menjadi calon anggota jemaat. bapak Tarihoran harus dibabtis dan
melakukan pelepasan sidi. Dan selama dalam proses, bapak Tarihoran mendapatkan
pemantauan dari sintua lingkungannya. Dan dari hasil pemantauan bahwa bapak tersebut
menunjukkan kecintaannya terhadap peribadahan HKBP dan karena telah melakukan
prosedur dari gereja dengan baik, maka bapak Tarihoran diterima menjadi anggota jemaat
HKBP Immanuel Tomuan.
Bapak S. Silalahi dan Ibu T.Siahaan merupakan jemaat HKBP Immanuel Tomuan
yang beralamat di Siabal-abal. Dahulunya bapak S.Silalahi dan ibu T.Siahaan merupakan
jemaat HKBP Marihat Baris. Namun karena setelah berpindah rumah dari daerah Marihat ke
arah Siabal-abal, keluarga pun ikut pindah ke gereja HKBP Immanuel Tomuan dengan alasan
sudah terlalu jauh untuk bergereja di HKBP Marihat Baris. Dan setelah mendaftarkan
keluarganya dan mendapatkan pemantauan dari sintua lingkungan yang berada di daerah
bersangkutan, maka setelah beberapa minggu kemudian bapak S.Silalahi dan ibu T.Siahaan
diterima menjadi anggota jemaat HKBP Immanuel Tomuan.
Bapak Riko dan Ibu Keri adalah anggota jemaat GKPI Tanjung Beringin. Mereka
dulunya beragama Muslim. Namun karena sudah berpindah kerja dan domisili, mereka
pindah agama ke Kristen. Mereka lalu mendaftar sebagai anggota jemaat di GKPI tanjung
Beringin. lalu selama beberapa bulan, mereka mendapat pembelajaran mengenai kekristenan
dari pendeta dan penatua. Lalu setelah 6 bulan Bapak Riko beserta keluarganya dibaptis dan
disidi di GKPI Tanjung Beringin. pengalaman mereka selama menjadi anggota Kristen dan
menjadi anggota jemaat GKPI tanjung beringin ialah mendapat kebangunan rohani dan juga
dapat menerima Tuhan Yesus dalam hidup mereka dengan baik. Juga mereka mengatakan
bahwa pelayanan kerohanian yang mereka dapat dari gereja memberi mereka ketenangan hati
dalam menjalani hidup beragama.
Ibu Viola br Saragih adalah seorang anggota jemaat GKPS Diateitupa yang tinggal di
Lorong 1 Pematang Siantar. Ibu Viola br Saragih ternyata sejak lahir bukan di jemaat GKPS
Diateitupa, melainkan ia pindah ke GKPS Diateitupa sesudah berumah tangga.ibu Viola br
Saragih ini menerima sakramen baptis dan angkat sidi di GKPS Perbaungan Ressort Lubuk
Pakam. Berarti boleh dikatakan ibu Viola br Saragih ini adalah anggota jemaat pindahan dari
suatu gereja ke GKPS Diateitupa ini. Melalui wawancara saya dengan ibu Viola br Saragih
bahwa ia tidak perlu mengurus surat pindah dari GKPS Perbaungan untuk menetap di GKPS
Diateitupa dikarenakan ia yang otomatis sudah terdaftar karena mengikutkan suami.
Pengalaman ibu Viola br Saragih beserta keluarga selama terdaftar di GKPS Diateitupa ini
ialah sangat menyenangkan karena dapat mengikuti setiap kegiatan-kegiatan yang ada seperti
latihan vocal grup, koor, ataupun kunjungan-kunjungan sosial.
Ibu Nurcahayani br Purba adalah anggota jemaat GKPS Batu Onom yang tinggal di
Jln. Asahan Km. 6 Pematang Siantar. Ibu Nurcahayani br Purba ialah seorang jemaat yang
dahulu beragama muslim yang pindah menjadi Kristen setelah berumah tangga, ibu
Nurcahayani br Purba ini ternyata tidak sejak lahir berada di GKPS Batu Onom ini. Ibu
Nurcahayani br Purba ini menerima sakramen baptis dan angkat sidi di gereja Kalimantan
Barat. Maka dari itu dapat dikatakan ibu Nurcahayani br Purba ini adalah anggota jemaat
yang pindah dari suatu gereja ke GKPS Batu Onom ini. Melalui wawancara saya dengan ibu
Nurcahayani br Purba ini ia harus mengurus surat pindah agar dapat menjadi anggota jemaat
tetap di GKPS Batu Onom ini melalui surat pindah dari Pendeta di gereja lama di Kalimantan
Barat. Pengalaman ibu Nurcahayani br Purba selama berada di GKPS Batu Onom ini sangat
menyenangkan salah satunya karena ia dahulu bukan dari gereja suku dan pindah ke gereja
suku dan sudah mulai paham mengenai bahasa yang digunakan yakni bahasa Simalungun.
Ibu Mutiara br Simarmata adalah anggota jemaat GKPS Batu Onom yang tinggal di
Jln. Asahan Km. 6 Pematang Siantar. Ibu Mutiara br Simarmata sejak lahir ternyata tidak di
GKPS Batu Onom ini, melainkan dahulu ia berasal dari gereja HKBP. Ibu Mutiara br
Simarmata ini di menerima sakramen baptis serta angkat sidi di GKPS Medan Jln Wahidin.
Maka dari itu dapat dikatakan ibu Mutiara br Simarmata ini adalah anggota jemaat yang
pindah dari suatu gereja ke GKPS Batu Onom ini. Melalui wawancara saya dengan ibu
Mutiara br Simarmata ini beliau tidak perlu mengurus surat pindah untuk terdaftar di GKPS
Batu Onom ini dikarenakan sudah mengikut orang tua. Pengalaman ibu Mutiara br
Simarmata selama berada di GKPS Batu Onom ini ialah baik-baik saja dan bangga, serta
rajin mengikuti kegiatan wanita yang ada seperti vocal grup, koor, katekisasi, dan sayembara-
sayembara ke gereja lain. Namun karena ibu Mutiara br Simarmata ini sudah lanjut usia,
maka ia mundur dari kegiatan wanita tersebut dikarenakan penglihatan sudah berkurang serta
kekuatan pun yang semakin berkurang.
Bapak Karmedi Purba ini adalah anggota jemaat GKPS Batu Onom yang tinggal di
Jln. Asahan Km. 6 Pematang Siantar. Bapak Karmedi Purba ini sejak lahir ternyata sudah
berada di Batu Onom. Bapak Karmedi Purba sudah menerima sakramen baptis dan angkat
sidi di GKPS Batu Onom ini. Maka dari itu bapak Krmedi Purba adalah anggota jemaat yang
dari dulu sudah menetap di GKPS Batu Onom ini, lebih tepatnya dari tahun 1959.
Pengalaman dari bapak Karmedi Purba selama di GKPS Batu Onom ini ialah beliau sudah
sering melihat hiruk pikut masalah-masalah di gereja tersebut, baik itu masalah-masalah yang
bersifat negatif maupun positif. Yang paling ia banggakan selama berada di GKPS Batu
Onom ini ialah beliau sangat senang karena sudah sangat sering menerima firman Tuhan dan
karena Firman Tuhan itu lah ia masih dapat menjalani hidup sampai berumur 65 tahun. Dan
bapak Karmedi Purba ini juga percaya bahwa Tuhan itu ada dan setiap ada masalah yang
menyerang beliau, ia selalu berdoa dan menyanyi memuji Tuhan.