mitos (non fakta) yang beredar di tengah-tengah masyarakat. Posisi penemuan mayat para
pendaki yang hilang dalam kondisi tanpa busana, kemudian membengkak dan ditemukan
meninggal di lereng curam di kaki Gunung Salak menambah kuat asumsi, dimana lereng
Gunung tersebut terdapat sungai yang dipercaya oleh masyarakat setempat sebagai mitos dari
Jurig awewe, yang dikatakan sebagai penghuni sungai Gunung Salak. Berdasarkan asumsi
tersebut kemudian dikembangkan bahwa para pendaki yang menjadi korban adalah yang
mana mereka dikatakan tergoda oleh Jurig Awewe yang dikatakan cantik dan molek.
Demikian rangkaian fakta dan hubungan data yang ada pada artikel Tersesat di
Gunung Salak”, yang menghasilkan sebuah asumsi yang kurang berdasar yang mengkaitkan
kejadian penemuan mayat dalam kondisi tanpa busana dan membengkak serta berada di
lereng Gunung Salak sebagai sebuah cerita yang beredar.
Analisa Pribadi :
Berdasarkan rangkaian hubungan dari data fakta dan bukan fakta tersebut, maka terdapat
analisa sebagai berikut : Para
pendaki tersebut sudah dapat dipastikan bukanlah menjadi korban pembunuhan, dan juga
bukan korban dari Jurig Awewe, karena tidak terdapat tanda-tanda pembunuhan ditubuh
korban, disertai terdapat bungkus-bungkus snack yang mereka konsumsi untuk bertahan
hidup selama dalam keadaan tersesat tersebut. Maka dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa korban pendaki yang hilang tersebut murni meninggal
karena tersesat dan kelaparan, posisi mayat mereka yang membengkak sebagai bukti yang
menjelaskan bahwa mereka meninggal sudah lama,serta berada di sekitar sungai. Posisi
pakaian berantakan dapat dikatakan terjadi akibat badan mereka yang bengkak sehingga
pakaian mereka terlepas dari tubuh mereka. Karena menurut saya hal tersebut bukanlah hal
yang terjadi diluar nalar, karena masih ada proses penyelidikan dari pihak kepolisian
berdasarkan SOP (Standart Operasional Penyelidikan) yang harus dilakukan.
Maka kesimpulan
saya ialah artikel tersebut hanya sebagai cerita mitos, supaya artikel tersebut dibaca oleh para
pembaca yang menimbulkan berbagai pemahaman yang tidak bertanggungjawab yang
berpotensi melahirkan pandangan tradisional masyarakat setempat mengenai jenazah
pendaki. Karena asumsi mengenai penemuan mayat tersebut akibat ulah dari Jurig awewe
belum dapat dibuktikan secara ilmiah, hanya berdasarkan asumsi dari fakta dan data yang
ada.