· Kitab Yosua s/d 2 Raja-Raja merupakan kumpulan berbagai bahan tradisi yang sudah
ada: undang-undang, kisah-kisah tentang pendudukan negeri, tentang hakim-hakim, tentang
Samuel, Saul, Daud dan Salomo, tentang beberapa nabi, juga kronik-kronik para raja Israel
dan Yehuda.
· Dari semua bahan tradisi yang semula masih lepas-lepas itu seorang pengarang yang
berpandangan dasar a la kitab Ulangan (si Deuteronomis) untuk pertama kali menyusun
sebuah sejarah panjang bangsa Israel yang mencakup zaman Musa, Yosua, para Hakim, dan
seluruh masa Kerajaan. Noth menyebut penyusun itu sungguh-sungguh pengarang sejarah
Israel, dan bukan hanya editornya. Maka semua kitab itu betul Karya si Deuteronomis.
· Noth melihat KSDtr itu sebagai suatu kesatuan yang berasal dari tangan satu pengarang,
yang bekerja pada akhir masa Pembuangan (setelah th. 560 SM). Kesatuan KSDtr itu
ditunjukkannya dari berbagai sudut:
(a) Dari awal sampai akhir KSDtr, ditemukan bahasa Deuteronomis yang khas, yang sering
mengulang-ulang rumusan yang sama dan bernada gamblang, tanpa banyak keindahan dan
kesenian.
(c) Tambah lagi, kisah sejarah yang panjang itu disajikan dengan suatu kerangka
kronologis yang menunjukkan kesatuan.
Pandangan Noth diterima secara luas, kecuali tekanannya pada keseragaman dalam pere-
daksian deuteronomistis itu. Keseragaman bahasa dan ide-ide KSDtr, dan kesimpulan Noth
bahwa hanya ada satu pengarang deuteronomistis, kini semakin ditinggalkan. Sejumlah
peneliti yang pada dasarnya menerima hipotesis “Karya Sejarah Deuteronomistis”, justru
menemukan ketidakseragaman di dalam peredaksian deuteronomistis itu. Berdasarkan
adanya ketidakseragaman itu ditarik kesimpulan bahwa KSDtr disusun oleh beberapa
tangan /generasi deuteronomistis yang bekerja secara terus-menerus dari zaman ke zaman.
· Pengarang sebelum masa Pembuangan itu – menurut Cross – menyusun atau mengarang
karya sejarah yang panjang itu untuk mendukung reformasi raja Yosia (639-609). Dengan
sepenuh hati pengarang ini mendukung kerajaan Yehuda serta janji yang kekal untuk wangsa
Daud. Suku-suku Israel (Utara) yang dikalahkan kerajaan Asyur karena telah meninggalkan
YHWH, oleh pengarang ini mau diajak untuk bergabung kembali dengan kerajaan Yehuda
dan Yerusalem. Tetapi reformasi keagamaan dan politis Raja Yosia terhenti pada
kematiannya.
· Lebih dari setengah abad kemudian seorang editor mengolah kembali karya sejarah itu.
Ia pertama-tama memperluasnya sampai ke peristiwa Pembuangan. Dalam peredaksian
kembali seluruh karya sejarah itu ia berusaha menjelaskan mengapa nasib buruk Pembuangan
menimpa Yehuda. Ia juga mengajak Israel untuk bertobat, sebab masih ada harapan akan
masa depan yang lebih baik, kendati kehancuran oleh karena Pembuangan.
Baru-baru ini seluruh diskusi ilmiah tentang penyusunan KSDtr diteliti kembali oleh A.D.H.
Mayes.[12] Bersama dengan Cross, De Vaux, Nelson dll., Mayes pun sampai kepada kesim-
pulan bahwa kesatuan peredaksian KSDtr tidak dapat dipertahankan. Dalam setiap kitab
ditemukannya sekurang-kurangnya dua lapisan penyusunan deuteronomistis, masing-masing
dengan minat dan tekanan tersendiri. Dari situ Mayes mendukung kesimpulan bahwa ada dua
tahap utama dalam peredaksian deuteronomistis, yakni
3. Pengarang Deuteronomistis
Merupakan jasa besar pengarang KSDtr[13] pada masa reformasi Yosia bahwa ia untuk
pertama kali merangkaikan kisah-kisah Musa, Yosua, para hakim dan penyelamat, raja-raja
pertama serta semua raja Israel dan Yehuda selanjutnya, ke dalam satu gambaran menyeluruh
sejarah bangsa Israel, mulai dari pendudukan negeri sampai kepada pembuangan.
Kesejahteraan itu menurut pengarang KSDtr terwujud sepenuhnya pada zaman Yosua, yang
digambarkan sebagai zaman ideal. Seluruh negeri dapat diduduki oleh aksi Yosua bersama-
sama dengan kedua belas suku Israel di bawah pimpinan YHWH. Seluruh janji YHWH
kepada Musa terpenuhi secara lengkap pada zaman itu, karena Yosua senantiasa bertindak
menurut perintah Allah yang dituliskan oleh Musa.
Akan tetapi setelah Yosua, negeri yang sudah diduduki itu mulai terancam oleh bangsa-
bangsa dari luar karena Israel meninggalkan YHWH dan mengikuti Baal. Kendatipun setiap
kali diberikan seorang hakim sebagai penyelamat dan pemulih keadaan, namun ketidak-
setiaan yang sama terulang terus menerus (Hak 2:19).
Zaman para hakim/penyelamat itu dilanjutkan dalam sejarah Samuel dan Saul yang keduanya
digambarkan pula sebagai tokoh penyelamat (1Sam 7 dan 11). Tetapi monarki Saul, orang
Benyamin yang oleh Samuel diangkat menjadi raja pertama dan kemudian ditolak lagi, oleh
pengarang ini tidak dinilai sebagai monarki yang dikehendaki Allah. Kerajaan yang dikehen-
daki Allah sesungguhnya baru mulai terwujud dengan Daud dan dinastinya. Keluarga inilah
yang mendapat janji kekal dari YHWH bahwa akan bertahan untuk selama-lamanya.
Setelah kerajaan terpecah, monarki Israel Utara seluruhnya dinilai negatif dan lebih cepat
menemui kehancuran (721; lih. 2Raj 17), karena terus melanjutkan dosa Yerobeam di tempat-
tempat suci Betel dan Dan, di mana Yerobeam telah mendirikan sapi-sapi emas. Sedangkan
raja-raja Yehuda / Yerusalem masing-masing diukur menurut model Daud. Kendatipun
kebanyakan raja itu tidak memenuhi standard, namun YHWH tetap mendukung kerajaan
Yehuda karena kebenaran Daud serta janji yang diberikan kepadanya dan wangsanya.
Sejarah Yehuda itu akhirnya memuncak dalam pemerintahan seorang raja muda yang
bernama Yosia, yang sepenuhnya memenuhi model Daud, dan membaharui kehidupan
bangsa sesuai dengan apa yang difirmankan Allah melalui Musa. Versi pertama KSDtr ini
berakhir dengan sebuah happy end.
4. Editor Deuteronomistis
Re-edisi KSDtr pada masa Pembuangan tidak hanya melengkapi apa yang terjadi setelah
reformasi raja Yosia sampai dengan peristiwa Pembuangan (2Raj 24-25), tetapi merupakan
suatu relectura, yakni suatu pembacaan ulang seluruh KSDtr dalam terang peristiwa yang
telah menimpa bangsa Yehuda, yakni hancurnya kerajaan, kota Yerusalem dan Bait Allah,
serta Pembuangan ke Babel.
Editor ini mengembangkan secara lebih ekplisit suatu tema yang sudah tersirat dalam KSDtr,
yakni bahwa hukum Musa dalam Ul 12-26 adalah hukum Perjanjian, hukum yang menjadi
syarat dalam hubungan Perjanjian Allah dengan Israel, dengan segala konsekuensinya yang
berupa kutukan dan berkat (Ul 4 dan 27-30).
Pendudukan negeri terjanji pada zaman Yosua oleh editor ini tampak
dipandang belum lengkap, dan baru akan dibuat lengkap oleh YHWH apabila Israel dengan
setia berpegang pada hukum Perjanjian itu (Yos 23). Akan tetapi yang sebaliknya yang
terjadi. Pada zaman berikut, zaman hakim-hakim, Israel terus menerus melanggar Perjanjian
dengan beribadah kepada allah-allah dari bangsa-bangsa yang masih tinggal di dalam negeri
terjanji, dan karenanya bangsa-bangsa itu tidak pernah jadi diusir oleh YHWH (Hak
2:20i,23).
Kedosaan Israel mencapai puncak baru dengan permohonan akan seorang raja, kendati pun
YHWH sudah menjadi raja mereka (1Sam 12). Sikap negatif editor terhadap kerajaan –
menurut Mayes – menyangkut pula kerajaan dinasti Daud yang ternyata juga tidak mampu
menjamin bahwa Israel berpegang pada hukum Perjanjian, khususnya pengabdian yang
eksklusif kepada YHWH.
Bangsa Israel menanggung hukuman atas ketidak-setiaannya itu, berupa pembuangan dari
negerinya (2Raj 17, 24-25, 23:26-27). Akan tetapi penjelasan keras dan tajam mengapa
kecelakaan itu menimpa Israel, oleh editor tidak dilepaskan dari pemberian setitik peng-
harapan kepada mereka yang kembali kepada YHWH[14]. Selalu masih ada waktu bagi umat
untuk menyadari kesalahannya dan kembali kepada Tuhan, seperti telah acap-kali dilakukan
oleh angkatan-angkatan umat Israel pada masa para hakim. Setiap kali mereka berseru
kepadanya, maka Tuhan membangkitkan seorang penyelamat bagi mereka. Sekarang
juga Tuhan masih mau menyelamatkan umatnya dari genggaman Babel, asalkan mereka mau
mengikuti beberapa orang teladan dahulu, yakni Daud dan Yosua; dan mau berpegang teguh
kepada perintah Tuhan yang dituliskan Musa. Tujuan terakhir editor deuteronomistis dalam
kitab Yosua s/d Raja-Raja ialah mendorong pertobatan.
Hal ini sangat tampak dari kitab Raja-Raja. Sepanjang kisahnya pengarang mengingatkan
pembaca akan belaskasihan Tuhan yang panjang sabar dan selalu menunda pelaksanaan
hukuman (1Raj 11:34 dst, 21:29, 2Raj 17:7 dst, 22:19-20). Tuhan masih memberi waktu un-
tuk penyesalan sehingga malapetaka dapat dihindarkan. Dan bahkan setelah malapetaka itu
terjadi dan bangsa sudah dibuang, masih ada kesempatan untuk berkiblat ke Bait Allah dan
menyesal; dan Tuhan boleh diharapkan mendengarkan doa orang yang terbuang jauh itu
(1Raj 8:46-51).
Secara tidak langsung pengharapan serupa dapat ditimba pembaca dari skema “nubuat dan
perwujudannya” yang menguasai seluruh Karya Sejarah Deuteronomistis:
· Dalam kitab Ulangan Musa sudah menubuatkan ketidak-taatan Israel serta akibat-aki-
batnya, yakni bahwa mereka “akan dicabut dari tanah” dan “diserakkan ke antara segala
bangsa” (Ul 28:63-64). Dalam seluruh karya sejarah selanjutnya ketidak-taatan Israel itu
dilukiskan sampai berakhir dengan peristiwa Pembuangan. Nubuat Allah terlaksana.
· Nubuat serta penggenapannya serupa itu terulang-ulang sepanjang kisah Yosua s/d Raja-
Raja, paling banyak dalam kitab Raja-Raja. Terus menerus digambarkan bagaimana sabda
seorang nabi kemudian terwujud.[15] Sabda Allah menguasai jalannya sejarah.
Skema “nubuat serta pelaksanaannya” ini tidak membawa kabar yang melulu negatif (nubuat
kecelakaan yang selalu terwujud), tetapi juga dapat menjadi sumber pengharapan bagi Israel.
Ada beberapa nubuat yang menjanjikan masa depan yang cerah bagi umat Israel, khususnya
bagi kerajaan Daud dan kota Yerusalem. Pembaca diharapkan percaya bahwa sabda-sabda
keselamatan itupun tetap berlaku dan bahwa Allah sanggup mewujudkannya. Tetapi
syaratnya di mata para editor deuteronomistis ialah selalu: asal Israel bertobat dan kembali
kepada Perjanjian, setia kepada Tuhan dan kehendaknya.
B. Kitab Ulangan
Kalau kita menerima gagasan Karya Sejarah Deuteronomistis, maka tidak mungkin berbicara
tentang kitab Yosua s/d Raja-Raja tanpa lebih dahulu membicarakan kitab Ulangan yang
merupakan pengantar dan tolok ukur bagi Karya Sejarah itu.[16]
Kitab Ulangan mempunyai bentuk unik, dalam arti bahwa hampir seluruh isinya disajikan
sebagai wejangan Musa. Wejangan ini – menurut gambaran dalam Ul 1:1-5 – disampaikan
Musa kepada seluruh orang Israel ketika berada di ambang pintu tanah terjanji, yakni di tanah
Moab, di sebelah timur sungai Yordan. Dalam sebuah wasiat panjang menjelang kematiannya
Musa “menguraikan hukum Taurat” (1:5) kepada generasi baru yang belum hadir di gunung
Horeb. Maka kitab ini diberi bentuk sebagai uraian tentang hukum Sinai untuk generasi baru
(dan bukan sebagai hukum yang kedua, sebagaimana dikesankan oleh sebutan
Yunani deutero-nomion).
Kitab Ulangan mempunyai susunan konsentris (terpusat) yang tidak sangat sulit ditemukan.
Umum diterima bahwa pusatnya adalah koleksi Undang-Undang dalam bab 12-26. Undang-
Undang itu diawali dan disusul wejangan pengantar dan penutup (1-11 dan 27-30). Semuanya
itu berupa perkataan Musa. Pidatonya yang panjang itu diawali catatan pengantar yang sangat
singkat, dan disusul kisah penutup yang cukup panjang, yang bukan hanya mengakhiri kitab
Ulangan tetapi juga membulatkan seluruh Taurat Musa. Secara skematis susunannya begini:
1:6-4:40 Wejangan pengantar I:
riwayat sejak Horeb, + himbauan.
5:1-11:32 Wejangan pengantar II:
riwayat Horeb, + himbauan.
27 - 30 Wejangan penutup:
berkat dan kutuk,
pembaharuan Perjanjian.
Catatan pembukaan, seperti sudah dikatakan di atas, menyebutkan waktu dan tempat wejang-
an Musa, yakni ketika mereka sudah sampai “di seberang sungai Yordan, di tanah Moab”
(1:5). Catatan yang serupa terulang dalam 4:44-49, sehingga dapat dibedakan dua tahap
dalam wejangan pengantar (I dan II).
· Namun, angkatan baru, yang kini sudah mulai mengalami perwujudan janji Tuhan, yakni
pemberian wilayah di sebelah timur sungai Yordan (2:16-3:23), hendaknya menepati
ketetapan dan peraturan Tuhan agar dapat memasuki negeri terjanji itu sepenuhnya (4:1-22).
Kalau mereka lupa akan Perjanjian Tuhan[17], mereka sebaliknya akan dibuang dari negeri
itu (4:23dst).
Dalam bab berikut, yakni 6:4 dst. ketetapan dasar itu disimpulkan dengan lebih ringkas lagi
dalam perintah kasih kepada Allah: “Dengarlah, hai orang Israel, YHWH itu Allah kita,
YHWH saja! Kasihilah YHWH, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap
jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.”
Seluruh wejangan yang kedua ini merupakan himbauan dan memberi dorongan kepada Israel
untuk mengasihi Tuhan dengan cara menepati hukum dan ketetapan-Nya. Ada sudut pandang
waktu yang dipergunakan:
· Untuk memberi motivasi kepada Israel, mereka terus menerus diingatkan akan
masa lampau yang positif maupun negatif; diingatkan akan sejarah kebaikan Tuhan, sumpah
setianya kepada nenek moyang bangsa (mis. 6:10), pembebasan dari Mesir (mis. 6:21ii),
penyelenggaraan ilahi sepanjang perjalanan di padang gurun (mis. 8:2ii,15i), tetapi
diingatkan juga akan sejarah amarah-Nya ketika Israel murtad di Horeb (9:7-10:11).
· Untuk menambah motivasi Israel, mata mereka diarahkan pula ke masa depan, yakni ke
berkat yang dijanjikan Tuhan, hidup sejahtera dalam sebuah negeri yang sangat baik (7:13,
8:7-10, 11:8), tetapi juga kepada kutukan Tuhan kalau mereka akan melanggar ketetapan dan
peraturannya (7:4,10, 11:28).
Bagi pembaca yang terbiasa dengan sistematik kodeks hukum modern, urutan atau susunan
Undang-Undang Ulangan tidak langsung jelas. Masalah itu sesungguhnya belum dipecahkan
secara memuaskan. Dua usaha patut dikemukakan:
23:1-14 Hukum Ketahiran
Dari kesejajaran ini dapat disimpulkan bahwa penyusun Ul 12-26 memaksudkan Undang-
Undang Ulangan itu sebagai uraian dan perincian X Firman. Dalam bagian pertama
kesejajaran itu umum saja (mungkin juga karena bagian itu sudah kl. tersusun dalam tradisi
sebelumnya). Sedangkan undang-undang dalam bagian kedua dengan lebih sadar diatur
menurut bidang-bidang yang muncul dalam X Firman. Dengan demikian larangan-larangan
dasar X Firman, yang sendiri belum bersifat hukum, mendapat suatu pengisian positif dalam
hukum Israel.
· Dalam Ul 29-30 disajikan “perkataan Perjanjian yang diikat Musa dengan Israel di tanah
Moab” (Ul 29:1), suatu wejangan dalam rangka pembaharuan Perjanjian di Moab. Perkataan
Perjanjian itu memuncak dalam peringatan keras bahwa pelanggaran pasti akan membawa
hukuman berupa pembuangan (Ul 29:21dst), tetapi juga disampaikan bahwa masih ada
kemungkinan untuk berbalik kepada Tuhan dan mengalami kebaikan-Nya (Ul 30:1-10).
Wejangan penutup berakhir dengan sebuah kata peneguhan bahwa perintah Tuhan tidak
terlalu berat untuk dilakukan, sebab perintah itu sudah terletak dalam hati orang. Tinggallah
Israel betul memilih untuk melakukannya, atau tidak; dan pilihan itu tak lain daripada
memilih antara kehidupan dan kematian (Ul 30:11-20).
Kisah penutup: Ul 31 menyambung dan melanjutkan riwayat sejarah yang terputus sejak Bil
32 atau Ul 3. Musa tidak diperbolehkan menyeberangi sungai Yordan, maka kepemimpinan
dialihkan kepada Yosua yang — dengan disertai Tuhan — akan menyeberang di depan umat
Israel (Ul 31:1-8, bdk Ul 3:23-29). Untuk menjaga kelangsungan Perjanjian, ditetapkan
pembacaan ulang hukum Taurat pada hari Raya Pondok Daun, sekali setiap tahun ketujuh (Ul
31:9-13). Hukum Taurat dituliskan dalam sebuah kitab, dan diberi tempat di samping Tabut
Perjanjian yang memuat X Firman (Ul 31:24ii).
Dalam Ul 34 riwayat Musa dibulatkan dengan berita tentang kematiannya. Setelah diberi
melihat negeri terjanji, Musa mati di ambang pintu negeri itu. Kisah terakhir ini bukan hanya
berperan sebagai penutupan kitab Ulangan, melainkan juga berfungsi sebagai kisah
penutupan untuk seluruh Taurat Musa. Taurat menerima peredaksiannya yang definitif dari
tangan Priest (P) setelah masa Pembuangan, seabad lebih kemudian daripada peredaksian
KSDtr. Peredaksian final Taurat Musa oleh Priest inilah yang menyebabkan bahwa kitab
Ulangan akhirnya kehilangan posisinya yang asli sebagai pengantar Karya Sejarah Deute-
ronomistis, dan selanjutnya lebih berperan sebagai bagian akhir Taurat Musa atau
Pentateukh.
Di tengah kisah penutup ini disisipkan dua sajak: sebuah mazmur (Nyanyian Musa, Ul 32)
dan sebuah koleksi ucapan berkat untuk masing-masing suku (Berkat Musa, Ul 33)
[23]. Kedua sajak itu diletakkan dalam mulut Musa sebagai peringatan maupun janji untuk
masa mendatang. Mazmur sejak awal sudah memberi peringatan bahwa kebaikan Tuhan
(32:7-14) akan dijawab Israel dengan ketidak-setiaan (ay 15-18), hal mana akan membawa
hukuman dari Tuhan (ay 19-25); namun Tuhan tidak akan membiarkan bangsanya terhapus
melainkan akan mengasihani mereka (ay 26-42). Belas kasih dan kesetiaan Tuhan itu
kemudian dikonkritkan dalam ucapan-ucapan berkat atas masing-masing suku (Ul 33).
2. Proses penyusunan kitab
· Ulangan asli: Apa yang lazim disebut kitab Ulangan asli perlu dicari di dalam bab (6-
11)12-25. Karangan itu aslinya berupa sebuah koleksi undang-undang, yang dijiwai oleh
gagasan sentralisasi ibadat. Koleksi yang dikenal sebagai torah Mošè, sudah diawali beberapa
himbauan yang ditujukan kepada Israel yang dilukiskan sedang berada dalam perjalanan
masuk ke negeri.[25] Asal mula dari kitab Ulangan asli ini masih diperdebatkan. Apakah juga
berasal dari masa raja Yosia? Ataukah gerakan deuteronomis serta kitab mereka sudah ada
lebih dahulu; berasal dari masa raja Hizkia (kl. 700SM), dan kitab itu — setelah hilang pada
masa raja Manasye — sungguh ditemukan kembali pada masa Yosia?
Pengarang memberikan suatu konteks khusus kepada hukum. Ia menghubungkan hukum itu:
(a) dengan Perjanjian antara YHWH dan Israel di Horeb, dan (b) dengan saat Israel masuk ke
negeri. Hukum itu diberikan YHWH kepada Musa di Horeb pada kesempatan pengikatan
Perjanjian. Namun hukum itu baru disampaikan oleh Musa kepada umat, yakni angkatan baru
yang hidup setelah angkatan pemberontak mati, menjelang saat mereka menduduki negeri.
Dengan demikian diciptakan kaitan erat antara Hukum, Perjanjian dan Negeri, suatu kaitan
yang amat penting untuk seluruh KSDtr.
· Editor pada masa kemudian: Hubungan antara hukum Musa dan Perjanjian Horeb itu
ditingkatkan lebih jauh oleh editor yang kemudian. Tangan editor itu paling kentara dalam Ul
4, (6-8)[26], 10:12-11:32, 26-30. Apa yang sudah diceriterakan oleh pengarang sejarah, yakni
penyampaian hukum Musa dalam kerangka sejarah Perjanjian Horeb, diungkapkan lebih
tegas lagi oleh editor yang kemudian. Menurut edisinya bahkan penyampaian hukum oleh
Musa kepada bangsa diadakan dalam rangka pengikatan Perjanjian, yakni Perjanjian di tanah
Moab (29:1).
Editor itu memperkaya kitab Ulangan dengan rumusan-rumusan Perjanjian yang membantu
dia untuk memahami situasi bangsa pada masanya sendiri. Masa itu adalah masa
Pembuangan. Bangsanya telah mengalami kehancuran negerinya dan sedang menjalani masa
pengasingan di Babel. Hal itu diterangkannya sebagai kutukan Tuhan karena pelanggaran
mereka, dengan memakai sebuah rumusan Perjanjian yang disertai ucapan berkat dan kutuk.
Kesetiaan terhadap perjanjian mesti membawa berkat, tetapi yang terjadi adalah pelanggaran
perjanjian yang mengakibatkan kutukan.
Akan tetapi editor ini tidak menempatkan kutukan dan berkat itu berdampingan sebagai
pilihan alternatif (atau... atau..., sebagaimana lazim dalam rumusan perjanjian politis yang ia
gunakan), melainkan menempatkan kutukan dan berkat itu dalam urutan kronologi sejarah
(4:25-31, 30:1-10). Kutukan yang kini sedang dialami Israel, masih dapat disusul dengan
berkah apabila Israel bertobat.[27]
C. Kitab Yosua
Susunan kitab Yosua cukup mudah ditetapkan: dalam bagian pertama (Yos 1-12) dikisahkan
perebutan / pemberian negeri di sebelah barat sungai Yordan; dalam bagian tengah (Yos 13-
21) negeri itu dibagikan kepada suku-suku Israel; dalam bagian penutup (Yos 22-24) Yosua
mengumpulkan semua orang Israel untuk menyampaikan wejangannya yang terakhir dan
mengadakan suatu pembaharuan Perjanjian.
Koleksi kisah etiologis dan regional ini dilengkapi dengan dua kisah peperangan melawan
raja-raja Kanaan, yang pertama di wilayah Selatan (bab 10) dan yang lain di wilayah Utara
(bab 11). Beberapa kisah peperangan ini tampak sebagai tradisi-tradisi kuno yang berasal dari
suku Yehuda dan suku Naftali. Dengan ditambahnya dua tradisi ini (mungkin sudah ditambah
pada awal masa kerajaan ketika semua suku Israel disatukan dalam kerajaan Daud dan
Salomo) kisah Benyamin yang regional berubah menjadi sebuah kisah nasional, kisah
pendudukan seluruh negeri Kanaan (tengah, selatan dan utara) oleh segenap suku Israel di
bawah pimpinan Yosua.
Daftar-daftar batas wilayah suku dan daftar kota-kota yang terkumpul dalam Yos 13-21 juga
merupakan tradisi-tradisi kuno. Sebagian besar daftar itu (Yos 14-19) barangkali sudah diga-
bungkan, dan dijadikan bagian dari kisah Yosua, sebelum kisah Yosua dikenal dan dipakai
oleh pengarang KSDtr. Kalau demikian, kisah Yosua yang kuno (Yos 2-11, 14-19) mau
menggambarkan bagaimana Yosua merebut negeri Kanaan dan membagikannya di antara
suku-suku Israel[28]
Kisah Yosua itu oleh pengarang sejarah deuteronomistis dimasukkan ke dalam kisah besar
sejarah bangsa Israel selama enam abad. Masa pendudukan dan pembagian negeri disajikan
sebagai suatu zaman tersendiri, yakni zaman Yosua. Penyisipan itu tercapai dengan
menambahkan sebuah kata pengantar tentang mulainya kepemimpinan Yosua sebagai
pengganti Musa (Yos 1) dan sebuah kata penutup tentang pemenuhan seluruh janji YHWH
(Yos 21:43-45), pulangnya suku-suku trans Yordan (Yos 22:1-6; bdk Yos 1:12-18), dan
berita tentang kematian Yosua (Yos 24:29-30).
Dengan demikian ia menyelesaikan pekerjaan yang sudah dimulai oleh Musa di sebelah timur
sungai.
Editor deuteronomistis kemudian memasukkan suatu aspek baru ke dalam kisah itu. Tidak
puas dengan gambaran yang terlalu sederhana bahwa YHWH senantiasa menyertai dan
memimpin Israel dalam peperangan sehingga selalu membawa kemenangan, editor lebih
tegas menggambarkan hubungan antara YHWH dan Israel sebagai hubungan perjanjian yang
mengandaikan bahwa Israel bertindak sesuai dengan seluruh hukum Musa. Dengan demikian
ditambah suatu unsur kondisional (“jika Israel taat pada perjanjian”) kepada penyertaan
YHWH yang diharapkan memberikan kemenangan. Unsur baru yang menjadi dominan itu
dimasukkan dengan menyisipkan beberapa ayat singkat dalam sejarah deuteronomistis itu,
mis.:
· dan terutama dengan menambahkan suatu wejangan penutupan yang panjang, yang
disampaikan oleh Yosua sebagai wasiat (Yos 23)[30].
Masih ada kisah penutup lain lagi, yakni tentang pengadaan perjanjian di Sikhem (Yos 24:1-
28; bdk. juga 8:30-35). Kisah ini umumnya dianggap berakar dalam tradisi kuno, yakni ibadat
perjanjian di tempat suci Sikhem. Tetapi penempatan kisah itu di sini, setelah wasiat Yosua
(Yos 23), terasa janggal. Maka ada dugaan bahwa tradisi kuno ini baru kemudian (sesudah re-
edisi deuteronomistis) ditambah kepada kitab Yosua, dengan maksud untuk lebih
menekankan lagi tema perjanjian yang telah menjadi titik tekanan re-edisi
deuteronomistis[32].
D. Kitab Hakim-hakim
Susunan kitab Hakim-Hakim cukup jelas. Bagian pokok (Hak 2:6 - 16:31) adalah kisah
tentang para hakim, yakni serangkaian riwayat yang cukup panjang tentang beberapa tokoh
penyelamat. Riwayat-riwayat itu diselingi catatan-catatan sangat singkat tentang beberapa
tokoh lain yang pernah memerintah sebagai hakim, sehingga menjadi dua belas hakim.
Kisah tentang dua belas tokoh ini dibuka dengan sebuah kata pengantar tersendiri yang
memberi gambaran umum tentang masa para hakim (Hak 2:6-3:6). Pengantar itu pada
gilirannya didahului sebuah kisah pendahuluan lain lagi yang memberi gambaran alternatif
tentang pendudukan negeri Kanaan oleh masing-masing suku (Hak 1:1-2:5).
Kitab ditutup dengan dua kisah tambahan, yakni tentang perampasan patung sembahan
Mikha oleh suku Dan dan tentang perbuatan aib suku Benyamin terhadap isteri seorang tamu
(Hak 17-21).
3:7-30 OTNIEL, EHUD
3:31 Samgar
10:1-5 Tola, Yair
10:6-12:6 YEFTA
12:7-15 (Yefta,) Ebzan, Elon, Abdon
13 - 16 SIMSON
Hak 1 berisikan catatan-catatan tentang pendudukan negeri Kanaan oleh pelbagai suku Israel.
Berbeda dengan gambaran dalam kitab Yosua, di sini dilaporkan bagaimana masing-masing
suku berjuang sendirian dan hanya berhasil menduduki sebagian daerahnya saja. Refrennya
adalah
“Suku ... tidak menghalau orang Kanaan yang diam di ...” (ay 19, 21, 27, 28, 29, 30, 31, 32,
33).
Dengan demikian Hak 1 berfungsi sebagai peralihan antara kitab Yosua yang
menggambarkan keberhasilan dari usaha bersama semua suku Israel dan kitab Hakim-Hakim
yang mengisahkan kesusahan pelbagai suku untuk mempertahankan diri[33]. Karena tidak
ada lagi seorang pemimpin seperti Yosua (Hak 1:1) dan karena Israel tidak lagi
mendengarkan firman Tuhan (Hak 2:2), maka mereka tidak kuat menghalau semua penduduk
negeri Kanaan. Bahkan dikatakan, Tuhan membiarkan orang-orang Kanaan itu sebagai jerat
bagi Israel (Hak 2:3). Akibatnya ditampakkan dalam kisah para hakim: Israel seringkali
murtad, lalu tidak lagi mempunyai daya kekuatan untuk bertahan terhadap musuh-musuh
sekeliling.
Kisah pokok tentang kedua belas hakim mempunyai kata pengantar tersendiri (Hak 2:6-3:6).
Dalam kata pengantar ini disajikan interpretasi tentang masa para hakim. Masa itu
dipertentangkan dengan masa Yosua, masa awal yang ideal. Angkatan-angkatan setelah
Yosua tidak lagi akrab dengan Tuhan sebab tidak secara langsung mengalami tindakan-
tindakannya yang besar bagi umatNya (ay 10).
Mereka mulai lupa akan Tuhan yang telah membebaskan mereka dari penjajahan dan telah
memberi mereka sebuah negeri untuk hidup secara merdeka. Sebagai gantinya mereka mulai
mengabdi dewa-dewi kesuburan yang dijumpai di negeri yang baru itu (ay 11-13).
Dosa itu membangkitkan murka Tuhan yang mendapat wujud konkrit dalam serangan dan
tekanan dari musuh-musuh di sekeliling. Karena telah menggantikan Tuhan, Pembebas
mereka, dengan dewa-dewa kemakmuran, Israel tidak lagi kuat dan mampu untuk bertahan
sebagai bangsa yang merdeka (ay 4-15).
Namun dalam kesesakan itu umat acap kali teringat kembali akan Tuhan dan memanjatkan
doa rintihan dan teriakan kepadaNya sebagai tanda penyesalan dan pertobatan (ay 18b).
Tuhan pun tidak tuli terhadap seruan mereka. Ia menolong mereka dengan membangkitkan
seorang penyelamat setiap kali ketika umat-Nya mengalami keadaan yang gawat itu dan
berteriak kepada Tuhan (ay 16,18).
Tetapi pertobatan umat tidak bertahan lama. Mereka tidak setia lagi pada Tuhan. Setelah sang
hakim mati - atau ada kalanya bahkan ketika ia masih hidup - pengabdian dan ketaatan
kepada YHWH Penyelamat segera ditukar lagi dengan penyembahan kekuatan alam dan
kesuburan, para Baal dan Astarte. Lalu mulailah seluruh proses kembali dari awal: umat yang
murtad lagi mengundang murka Tuhan, seruan tobat mereka kembali dijawab dengan
dibangkitkannya seorang penyelamat, yang membawa kemenangan serta keadaan yang aman
untuk beberapa waktu.
Dalam perspektif teologis ini selanjutnya disajikanlah kisah-kisah tentang beberapa pahlawan
yang kharismatis yang diberi karunia Roh Tuhan untuk dapat menyelamatkan Israel, yakni
(Otniel), Eglon, Debora dan Barak, Gideon, Yefta, Simson. Riwayat mereka yang masing-
masing cukup unik itu selalu dilengkapi dengan kata pengantar dan penutup yang k.l. sama.
Dengan cara yang demikian pelbagai kisah yang berbeda-beda itu ditempatkan dalam satu
perspektif teologis dan kerangka kronologis yang seragam.
Dalam perspektif tersebut Israel terdiri dari dua belas suku. Jumlah hakim juga dihitung dua
belas: ada enam riwayat tentang hakim “besar”, ditambah catatan-catatan singkat tentang
enam hakim lainnya, biasanya disebut “kecil” karena singkatnya berita (Hak 3:31, 10:1-5 dan
12:7-15)[34]. Gambaran yang ingin diberikan ialah: setiap kali Israel berseru kepada Tuhan,
maka dibangkitkan seorang penyelamat dari salah satu suku, setiap kali dari suku yang lain.
Duabelas hakim yang mewakili keduabelas suku, secara bergilir memerintah bangsa Israel
selama 300 tahun.
Dalam beberapa bab tambahan (Hak 17-21) diberi gambaran yang lebih negatif lagi tentang
masa para hakim. Buruknya masa itu dicontohkan dengan:
· ibadat berhala suku Dan yang mencuri berhala ketika berpindah dari wilayah perbatasan
Filistin ke daerah perbatasan utara (bab 17-18), dan
· pelanggaran berat orang-orang Benyamin di Gibea terhadap seorang tamu yang isterinya
diperkosa hingga mati (19-21).
Gambaran tentang kemerosotan religius dan moral pada zaman itu disimpulkan dalam
kalimat yang terulang-ulang:
“Setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri” (Hak 17:6,21:25).
“pada zaman itu belum ada raja di antara orang Israel” (bdk juga Hak 18:1, 19:1).
Atau dengan kata lain, mulailah terasa dan terungkap kebutuhan akan seorang raja. Dengan
demikian gambaran yang negatif pada akhir kitab Hakim-Hakim itu berfungsi sebagai
peralihan ke kitab Samuel yang akan mengisahkan munculnya kerajaan di Israel.
Kisah-kisah dalam koleksi itu mungkin sudah dilengkapi juga dengan bingkainya yang agak
seragam, yang mengulang-ulang bahwa
Lepas dari koleksi kisah para pahlawan tersebut juga tersedia daftar kuno dengan nama dan
data sejumlah orang yang pernah “berperan sebagai hakim” (safat, Ibr.) di antara orang Israel.
Bagian-bagian daftar itu tersimpan bagi kita dalam Hak 10:1-5 (Tola, Yair) dan Hak 12:7-15
(Yefta, Ebzan, Elon, Abdon)[36].
Koleksi kisah para penyelamat dan daftar orang-orang yang pernah ‘menghakimi’ itu
mungkin baru digabungkan oleh pengarang sejarah deuteronomistis, yang ingin memasukkan
berperannya dua belas penyelamat / hakim dalam sejarahnya yang panjang tentang kedua
belas suku Israel. Untuk mencapai angka dua belas itu dimasukkan juga tradisi-tradisi kuno
tentang Yefta (dari suku Gad, Hak 10-12,) dan Simson (dari suku Dan, Hak 13-16); dan
ditambah lagi kisah ‘artifisal’ Otniel (Hak 3:7-11), supaya juga suku Yehuda mendapat
wakilnya di antara para penyelamat[37].
Sama seperti kitab Ulangan dan Yosua juga kitab Hakim-Hakim mungkin masih
mengalami berbagai tambahan pasca-deuteronomistis. Selain tambahan yang kecil-kecil,
sering disebut beberapa bagian tambahan yang cukup besar dan berpengaruh.
· Kedua, juga kisah tentang perampasan patung sembahan Mikha oleh suku Dan (Hak 17-
18) dan kisah tentang perbuatan noda orang-orang Benyamin terhadap gundik seorang Lewi
yang dalam perjalanan (Hak 19-21), biar pun tampak sebagai tradisi-tradisi kuno, mungkin
baru belakangan ditambahkan di sini[40].
Gambaran keadaan kacau di antara suku-suku Israel pada waktu “belum ada raja” (Hak 17:6,
21:25) mau mempersiapkan pembaca atas Kitab Samuel yang menjawab kebutuhan akan
seorang raja.
E. Kitab Samuel
Cerita tentang masa para Hakim tidak berhenti dengan Simson, melainkan tampak mencakup
juga kisah tentang Eli (bdk. 1Sam 4:18) dan Samuel (1Sam 7). Bahkan kisah tentang
Saul - sebelum terjadi serah terima dengan Samuel - tetap diwarnai oleh pola kisah para
hakim (1Sam 11-12). Namun demikian, dalam buku-buku pengantar Alkitab Ibrani sampai
sekarang 1Sam 1-12 pada umumnya dibahas sebagai bagian integral dari Kitab Samuel.
Demikian juga di bawah ini.
Panggung kitab Samuel dikuasai oleh tiga tokoh besar: yakni Samuel, Saul dan Daud, dalam
kaitan dengan munculnya monarki. Hidup mereka sebagian bersamaan waktunya, dengan
akibat bahwa tradisi-tradisi tentang mereka dalam proses peredaksian kitab Samuel
dipertalikan satu sama lain. Kisah-kisah tentang ketiga tokoh utama ini sebagian saling
meliputi. Karena itu struktur kitab Samuel agak kompleks dan tidak selalu jelas.
12 Wejangan/peringatan oleh Samuel
16:1-13 Daud diurapi Samuel
2l-31 Daud mengungsi ke Yehuda/Filistea
7 Nubuat Natan ttg dinasti Daud
8 Kemenangan-kemenangan Daud
__________________________________________________
9-20 Sej. penggantian Daud
21-24 Beberapa tambahan
1R 1-2 Daud diganti Salomo
Kisah-kisah tentang nabi sekaligus hakim Samuel diselingi sebuah riwayat panjang
tentang Tabut Tuhan. Tabut yang mula-mula berada di Silo, tempat suci sentral suku-suku
Israel, oleh mereka dibawa ke medan pertempuran melawan bangsa Filistin, seolah-olah
Tabut berkhasiat sebagai ‘maskot’ yang dapat menangkis bahaya. Daripada diperalat oleh
Israel, Tuhan memilih (Tabut) jatuh ke dalam tangan orang-orang Filistin (1Sam 4). Tetapi
setelah Tabut Tuhan dibawa masuk ke dalam kuil dewa Dagon di Asdod dan beberapa kali
menjatuhkan patung dewa itu, dan juga dianggap menghajar orang-orang Filistin dengan
borok-borok, mereka segera memindahkannya. Tetapi Tabut Tuhan tidak diizinkan oleh
mereka kembali ke pusat ibadat suku-suku Israel di Silo, melainkan hanya sampai ke daerah
perbatasan, ke Kiryat Yearim, tanah yang tak bertuan (1Sam 5-6).
Lingkaran kisah tentang Tabut Tuhan di sini berfungsi untuk menggambarkan secara
dramatis ancaman besar dari pihak bangsa Filistin, ancaman yang menjadi-jadi semenjak
hakim Jefta (Hak 10:7) dan Simson tidak berhasil mengalahkan bangsa itu. Ancaman besar
itu baru dapat diatasi oleh hakim Samuel dalam 1Sam 7. Kendati pun akhirnya teratasi,
namun ketakutan Israel akan musuh itu tetap merupakan faktor (sekonder) untuk meminta
seorang raja (8:20).
Inisiatif datang dari rakyat yang meminta seorang raja seperti yang ada pada bangsa-bangsa
lain. Permintaan itu dinilai sama dengan menolak Allah yang sejak dahulu telah menjadi
Raja, Penyelamat dan Pengatur bangsa Israel (1Sam 8:7; diulang-ulang dalam 10:19 12:12).
Namun Tuhan meluluskan permintaan rakyat dengan menyuruh Samuel untuk mencari
seorang raja bagi Israel, yang memang nekad dalam permintaan mereka kendati pun sudah
diberi peringatan bahwa raja akan memperbudak mereka (8:9-22).
Allah selanjutnya mengambil alih inisiatif dengan menugaskan Samuel untuk secara
rahasia mengurapi Saul, pemuda yang singgah di tempatnya ketika sedang mencari keledai-
keledai yang hilang (9:1-10:16). Kemudian Samuel, setelah mengulang tuduhannya bahwa
Israel mengkhianati Raja Penyelamat mereka, memimpin acara pemilihan raja
dengan undian sehingga pilihan Tuhan terhadap Saul menjadi publik (10:17-27). Dalam
perang melawan Amon Saul memperlihatkan bahwa ia dapat menjadi penyalur penyelamatan
Allah bagi bangsa Israel. Langsung sesudah itu Samuel sebagai nabi Allah mengusulkan
untuk meresmikan Saul sebagai raja di tempat suci Gilgal di hadapan Allah (bab 11).
Dalam wejangan penutupan (1Sam 12) Samuel sekali lagi mengulang pandangannya yang
kritis terhadap permintaan Israel, namun sekaligus menegaskan bahwa raja yang diminta dan
dipilih oleh rakyat, diangkat oleh Tuhan sendiri (ay 13). Tuhan memberi Israel bentuk
pemerintahan baru ini sebagai hadiah bersyarat. Monarki ini hanya akan membawa berkat,
kalau raja dan bangsa “takut akan Tuhan, beribadah kepadaNya dan mendengarkan firman-
Nya” (ay 14).
Sesudah itu terbukalah jalan menuju tujuan yang sejak semula direncanakan Tuhan bagi
Daud. Diarahkan oleh Tuhan ke Hebron, pusat suku Yehuda, Daud diurapi oleh sukunya
sendiri menjadi raja mereka (2Sam 2:4). Dan setelah raja baru Israel, Isbaal bin Saul, dibunuh
oleh seorang Israel, Daud diurapi pula menjadi raja atas suku-suku Israel (5:3). Demikian
terciptalah persatuan dua kerajaan di bawah satu raja. Orang-orang Filistin segera berusaha
untuk menggagalkan pemersatuan itu, tetapi mereka dikalahkan secara definitif oleh Daud.
Hubungan suku-suku utara dan selatan di bawah satu raja diperkokoh oleh Daud dengan
merebut sebuah benteng orang Kanaan, yakni Yerusalem, yang letaknya sentral dan strategis,
sebagai ibukota yang kokoh dan netral, yang dapat diterima oleh semua pihak. Demikianlah
Daud, orang yang gagah berani dan pandai itu, akhirnya menjadi raja atas seluruh Israel. Ia
berhasil karena Tuhan telah memilih, menyertai dan memberkatinya demi kepentingan
umatnya (5:10,12).
Puncak kisah Daud. 2Sam 6-7 memegang tempat kunci dalam riwayat Daud, sebab
merupakan puncak dari kisah tentang Daud-yang-menjadi-raja, tetapi sekaligus juga
menjadi titik tolak kisah berikutnya, yakni kisah pergantian Daud.
Dengan memindahkan Tabut Perjanjian ke Yerusalem (bab 6), kota Daud, ibukota kera-
jaannya, dijadikan pula sebagai pusat suku-suku Israel, tempat suci sentral mereka. Dan
melalui nubuat Natan (bab 7) raja Daud diberi jaminan bahwa keturunannya akan meme-
rintah untuk selama-lamanya di Yerusalem. Dengan semuanya itu kerajaan Daud dan
dinastinya dan kota Yerusalem dikokohkan.
Namun sekaligus dimunculkan sebuah masalah yang akan mewarnai sisa Kitab
Samuel: siapakah dari antara anak-anak Daud akan memerintah sesudah Daud? Masalahnya,
Mikhal sang permaisuri, dikatakan tidak akan mendapat anak, setelah ia memandang rendah
Daud yang menari-nari ketika memindahkan tabut Perjanjian ke Yerusalem (6:16, 20-23).
Maka siapakah yang akan duduk dengan kokoh di atas takhta Daud sesudah kematiannya?
Pergantian Daud. Itulah masalah utama yang akan menguasai kisah panjang dalam 2Sam 9 -
1Raj 2, dan yang baru akan terjawab secara definitif dalam 1Raj 2:46, “Demikianlah kerajaan
itu kokoh di tangan Salomo.”
Kunci untuk memahami alur kisah pergantian Daud adalah 2Sam 11-12: ceritera tentang dosa
Daud dengan Batsyeba, pembunuhan Uria dan kelahiran Salomo. Di situ nabi Natan memberi
Daud perspektif yang buruk dan yang baik. Di satu pihak, karena menyesal, Daud dibebaskan
dari hukuman mati, dan Batsyeba melahirkan seorang anak bagi Daud, yang namanya
berarti “damai baginya” (Salom-o), dan oleh nabi Natan diberi nama Yedid-ya, anak
yang dikasihi YHWH (12:13,24-25). Nama ini merupakan isyarat awal bahwa Salomo ini
ditentukan oleh Tuhan untuk mengganti Daud.
Tetapi di lain pihak, agar musuh-musuh jangan menista nama Tuhan karena perbuatan Daud
itu, maka Daud harus mengganti empat kali nyawa Uria (12:6-12). Anak pertama
Batsyeba segera mati karena sakit. Anak berikut, Amnon, mati dibunuh oleh Absalom karena
terseret oleh nafsunya terhadap adik kandung Absalom, Tamar (bab 13). Lalu berkembang
tragedi antara Absalom dan Daud yang berakhir tragis: Absalom mati dibunuh oleh Joab dan
hati Daud patah (bab 14-19). Sebuah pertarungan terakhir untuk mengganti Daud,
pertarungan yang dimenangkan oleh partai Salomo, mengakibatkan Adonia, saingannya, mati
dibunuh oleh tangan Benaya, panglima besar Salomo (1Raj 2:25).
Kisah yang tragis ini mungkin bermaksud lebih jauh daripada hanya menjawab pertanyaan
“Siapakah yang akan mengganti Daud sebagai raja?” Ada pakar yang menarik kesimpulan
bahwa ingin ditampilkan dua tahap dalam masa pemerintahan Daud.
2Sam dapat dipandang sebagai sebuah lukisan yang lipat dua: Daud yang diberkati, sekaligus
berdampingan dengan Daud yang dikutuki.
Lampiran atau kesimpulan. Seperti yang sudah dikatakan, kitab Samuel diakhiri dengan
beberapa tambahan atau lampiran:
Perhatikan susunan konsentris: A, B, C, C’, B’, A’: bagian intinya merupakan sebuah
nyanyian dan suatu perkataan Daud (22:1-23:7), yang dibingkai oleh dua daftar, dan
dibingkai lagi oleh dua kisah.
Sebuah ayat kunci untuk keseluruhan kitab Samuel adalah 2Sam 22:51. Ayat ini mengacu
kembali kepada nyanyian Hana, 1Sam 2:10. Nubuat Hana tentang raja kini sudah digenapi,
terlaksana dalam diri Daud dan keturunannya! Kendatipun Daud berdosa dan ditimpa
malapetaka yang datang dari keluarganya sendiri, namun nubuat Natan (2Sam 7) ternyata
tidak dibatalkan, melainkan tetap berlaku sebagai “suatu Perjanjian kekal” (2Sam 23:5).
Kitab ini disusun dari beberapa lingkaran kisah yang mula-mula lepas satu sama lain: a.l.
lingkaran kisah tentang tabut, tentang Saul, tentang tampilnya Daud, tentang hal-ihwal sekitar
istana Daud (khususnya pemberontakan Absolom). Di dalam lingkaran-lingkaran kisah itu
terkumpul tradisi-tradisi lisan yang lebih kuno lagi.
· menambahkan pula gambaran Samuel sebagai hakim dan penyelamat (1Sam 7), dan
sebuah tradisi tentang Saul sebagai penyelamat (11).
Pengarang tersebut mau menampilkan Samuel dan Saul sebagai orang yang masih
meneruskan masa para hakim-penyelamat.
Aneka ragam bahan yang berkaitan dengan Daud dalam 2Sam 21-24, mungkin
merupakan tambahan pasca deuteronomistis; disisipkan pada akhir kisah Daud sebelum
ditutup dengan berita kematiannya (1Raj 2:10ii). Sama seperti sudah kita lihat juga terjadi
pada bagian akhir kitab Ulangan dan Yosua, sebelum berita kematian Musa dan Yosua[46].
F. Kitab Raja-raja
Kitab 1 & 2 Raja-Raja merupakan karya yang terdiri dari tiga bagian utama:
· riwayat raja-raja Israel dan Yehuda sampai kerajaan utara runtuh (1Raj 12 - 2Raj 17)
[47];
· sisa riwayat kerajaan Yehuda sampai runtuhnya kota Yerusalem (2Raj 18-25).
Bagian pertama dan kedua secara jelas dibulatkan dengan suatu refleksi teologis, bagian
ketiga tidak.
Riwayat Salomo mulai dengan apa yang lebih tepat disebut bagian penutup Sejarah
Pergantian Daud: Siapa yang akan duduk di atas takhta sesudah Daud (1Raj 1:20-27)? Daud
akhirnya menunjukkan Salomo, anak Batsyeba (1:30), anak yang sejak semula sudah dika-
takan “dikasihi Tuhan” (Yedidya, 1Sam 12:24-25). Setelah Daud meninggal, Salomo
menumpas saingannya, Adonia dan partainya (1Raj 2:25,34,46), sampai kerajaan itu kokoh di
tangannya.
Susunan kisah selanjutnya (bab 3-11) ditentukan oleh dua berita penampakan Tuhan:[48]
· Dalam berita teofani yang pertama (3:4-15) Salomo digambarkan sebagai raja saleh yang
dengan rendah hati meminta “hati yang peka” (ay 9); lalu diberi hikmat dan pengertian, dan
selain itu juga kekayaan dan kemuliaan. Dalam kisah selanjutnya (3:16-4:34) hikmat dan
kemuliaan / kekayaan Salomo digambarkan secara kongkrit dalam tindakannya sebagai
hakim, administrator, dan guru kebijaksanaan.
Dalam bab-bab berikut (5-8) kesalehan, hikmat dan kekayaannya mendapat ekspresi tertinggi
dalam proyek pembangunan Bait Allah yang merupakan pusat dan puncak seluruh riwayat
Salomo. Raja dilukiskan tak hanya sebagai pendiri bangunan Bait Allah tetapi juga sebagai
perintis ibadat Bait Allah (bab 8).
Baru dalam bab 11 kemungkinan murtadnya Salomo mulai nyata: waktu Salomo sudah tua,
isteri-isteri asing mencondongkan hatinya kepada allah-allah lain dan ia mendirikan bukit
pengorbanan bagi mereka (ay 1-8). Kontras dengan bab 5-8 sangat tajam.
Seharusnya ancaman yang disampaikan dalam teofani kedua mulai berlaku; tetapi karena
Daud dan Yerusalem ancaman itu diringankan dan pelaksanaannya ditunda sampai sesudah
kematian Salomo (ay 9-13). Kendati pun demikian, selama hidup Salomo bayangan
malapetaka itu sudah mulai tampak:
· bangsa Edom dan Aram melepaskan diri dari “Israel Raya” (ay 14-25);
· juga Yerobeam, menteri tenaga kerja rodi, memberontak (ay 26). Biarpun kini belum
berhasil (ay 40), sukses Yerobeam di masa depan dijamin oleh nubuat Ahia, nabi yang
membulatkan riwayat Salomo dengan memberikan suatu evaluasi ala Ulangan (ay 29-39).
Setelah memberi perhatian yang besar dan mendalam kepada seabad sejarah Samuel, Saul,
Daud dan Salomo (1Sam - 2Raj 11), KSDtr dengan lebih cepat menyelesaikan sisa sejarah
kerajaan Israel dan Yehuda. Tak kurang dari tiga setengah abad sejarah kerajaan dilaporkan
dalam satu setengah kitab saja, yang dengan tepat disebut kisah raja-raja Israel dan Yehuda,
sebab kerangkanya atau tulang punggungnya ialah rangkaian kronik singkat semua raja yang
pernah menduduki tahta di Israel atau Yehuda.
Kronik-kronik singkat tentang masing-masing raja Israel dan Yehuda disusun menurut pola
yang kurang lebih sama:
2. Penilaian pemerintahan raja dari sudut pandangan agama / ibadat (misalnya 15:3, 11-15,
26).
3. Selebihnya tentang riwayat dan tindakan raja tersebut dapat dicari dalam “kitab sejarah
raja-raja Israel / Yehuda” (15:7,23,31).
4. Untuk raja-raja Yehuda ada catatan tentang kematian dan penguburan raja dan tentang
penggantinya (15:8,24).
Yang paling disoroti oleh aliran Deuteronomistis dalam berita pemerintahan masing-masing
raja ialah sikapnya dalam hal agama. Selain penilaian dari sudut itu, pengarang hampir tidak
memberikan informasi tentang pemerintahan raja ybs; paling-paling hanya satu dua ayat saja
misalnya tentang peperangan (15:6), kudeta (15:27 dst), atau pendirian sebuah ibukota yang
baru (16:24). Hal ini menunjukkan bahwa kitab ini tidak dimaksudkan sebagai karangan
sejarah yang biasa.
Namun beberapa kali kronik ringkas tentang raja-raja meluas. Di tengah kronik disisipkan
cerita-cerita tentang peristiwa-peristiwa yang penting bagi pengarang, ada kalanya disertai
evaluasi. Perluasan seperti itu terdapat pada titik-titik balik dalam sejarah Israel dan Yehuda.
Cerita-cerita tambahan itu selalu juga menampilkan seorang atau beberapa orang nabi yang
memainkan peranan yang menentukan pada saat-saat itu.
1Raj 15-16
Dari raja Abiam
sampai Ahab
2Raj 12-16
Dari raja Yoas
sampai Ahas
2Raj 21
raja Manasye
dan Amon
2Raj 22-23 Pembaharuan oleh raja Yosia
2Raj 23-24
Dari raja
Yoahas
sampai Zedekia
· Pertama-tama disajikan kisah sejarah tentang sikap keras dan gegabah raja Rehabeam,
anak Salomo, yang menyebabkan suku-suku utara memisahkan diri dari wangsa Daud (1Raj
12:1-20).
· Kemudian disajikan berita tentang dosa Yerobeam: anak sapi emas didirikan oleh
Yerobeam di Dan maupun di Betel (12:26-32).
· Selain itu ada tiga kisah nabi: 12:21-24, 13, 14:1-16. Kisah terakhir menampilkan nabi
Ahia yang dulu telah membawa nubuat keselamatan kepada Yerobeam, bahwa ia akan
mendapat sepuluh bagian dari kerajaan Salomo (1Raj 11:29-39). Nubuat itu sudah terpenuhi.
Tetapi sekarang, setelah Yerobeam mendirikan anak-anak sapi itu, nabi Ahia disuruh
membawa nubuat kecelakaan, bahwa Tuhan akan mendatangkan malapetaka kepada keluarga
Yerobeam. Nubuat inipun akan segera digenapi (15:29-30).
Kumpulan kisah berikut, yang paling luas dalam kitab Raja-Raja (1Raj 17 - 2Raj 10),
menyangkut bentrokan keras antara beberapa raja Israel dengan beberapa nabi Tuhan yang
ternama. Di tengah riwayat-riwayat pemerintahan raja Ahab, Ahazia dan Yoram (wangsa
Omri yang sinkretistis!) disisipkan pelbagai cerita tentang nabi-nabi yang memperjuangkan
kesetiaan bangsa kepada YHWH, Allah Israel: selain kedua lingkaran cerita yang panjang
tentang nabi Elia (1Raj 17-19,21, 2Raj 1) dan nabi Elisa (2Raj 2-9) ada pula beberapa cerita
tentang nabi-nabi lain (1Raj 20:13 dst, 35 dst, 22:1-28). Kisah tentang revolusi Yehu dalam
2Raj 9-10 harus dibaca dalam kaitan dengan cerita nabi-nabi itu, sebab merupakan
perwujudan dari nubuat mereka (9:25-26, 10:10,17). Sesuai dengan firman Tuhan yang
diucapkan Elia, Yehu membunuh keturunan raja Omri, wangsa para penyembah Baal.[49]
Peristiwa terakhir yang penting bagi kerajaan utara ialah kehancurannya di tangan Asyur.
Penghancuran itu sendiri diceritakan dengan singkat sekali (2Raj 17, hanya ay 3-6), tetapi
disusul dengan suatu uraian teologis yang panjang, yang menyajikan pandangan tentang
sebab-sebab malapetaka itu (ay 7-23). Kehancuran kerajaan utara diartikan sebagai akibat
dosa Israel (ay 7) yang meneruskan bermacam-macam bentuk ibadat yang tidak sah (ay 8-12,
16-17). Kendati diberi peringatan oleh nabi-nabi (ay 13), Israel terus menolak Perjanjian
Allah (ay 15). Akar semuanya itu ialah dosa Yerobeam (ay 21-22) yang merupakan sebab
yang terdalam bahwa Israel ditolak dan akhirnya dibuang ke Asyur (ay 18-20,23).
Bagian ketiga dan terakhir kitab Raja-Raja membicarakan sisa sejarah kerajaan Yehuda, yang
berlangsung hampir satu setengah abad lagi, dari raja Hizkia (715-687) sampai dengan Pem-
buangan ke Babel (587). Ketiga momen yang paling disoroti dalam bagian kitab ini adalah:
Perluasan kisah yang berikut adalah berita tentang penemuan kitab Taurat (inti kitab
Ulangan) dalam Bait Allah dan usaha pembaharuan sesuai dengan ketetapan kitab Taurat itu
(2Raj 22:3-23:27). Kisah itu disisipkan dalam riwayat Yosia, raja yang menjalankan
pembaharuan tsb. Kisah ini memegang tempat kunci dalam keseluruhan sejarah yang
disajikan dalam kitab Raja-Raja. Sebab pembaharuan Yosia membalikkan semua
penyelewengan ibadat yang telah terjadi sepanjang sejarah raja-raja itu, mulai dari raja
Salomo (bdk 2Raj 23:5,11,12,13,15,19).
Kitab Raja-Raja berakhir dengan berita tentang runtuhnya kerajaan Yehuda. Kejadian-
kejadian yang tragis itu, penghancuran kota, pembakaran Bait Allah, berakhirnyas dinasti
Daud, dan pembuangan ribuan penduduk ke Babel, diberitakan dengan relatif singkat tanpa
dramatisasi. Juga tidak ditambah interpretasi teologis seperti sebelumnya dalam 1Raj 11 dan
2Raj 17. Setelah malapetaka terjadi, minat utama bukan lagi memberi peringatan dan teguran,
tetapi membangkitkan kembali sedikit pengharapan. Menarik, bahwa kitab berakhir dengan
berita singkat bahwa - setelah puluhan tahun - raja Yoyakhin dikasihani oleh raja Babel
(25:27-30).
Berbeda dengan kasus kitab Yosua, Hakim dan Samuel, dalam kasus kitab Raja-Raja belum
tersedia semacam kitab yang dapat digunakan dan dimasukkan oleh kalangan deuteronomistis
ke dalam karya sejarah mereka yang besar. Yang sudah ada ialah beberapa macam sumber
yang penting.
· Kedua, tersedia pula koleksi kisah-kisah tentang nabi Elia dan Elisa, dan tentang nabi-
nabi lain yang berperan dalam sejarah pergantian raja-raja Israel (bdk 1Raj 11, 12, 14, 22,
2Raj 9-10).
Bahan-bahan dari sumber-sumber tsb., ditambah dengan aneka ragam tradisi lainnya tentang
para raja dan nabi, baru untuk pertama kali menjadi sebuah kitab Raja-Raja ketika diolah
oleh pengarang sejarah deuteronomistis. Dalam kitab Raja-Raja dapat ditunjukkan dengan
cukup jelas bahwa pengarang itu menyusun sejarahnya pada masa raja Yosia. Beberapa
indikasi dapat diberikan:
· Rumusan pernilaian tentang keempat raja Yehuda yang menyusul Yosia agak berbeda
bila dibandingkan dengan rumusan pernilaian tentang raja-raja yang sebelumnya.
· Juga kerangka riwayat keempat raja yang terakhir itu dirumuskan lebih uniform dan
kaku daripada pada raja-raja sebelumnya.
Dari situ disimpulkan bahwa bagian terakhir 2Raja-Raja merupakan tambahan kemudian
oleh orang lain, yakni editor deuteronomistis pada masa Pembuangan[50].
Pengarang sejarah deuteronomistis selalu menilai raja-raja Israel dan Yehuda dengan
menempatkan mereka dalam konteks sejarah yang lebih luas. Rumusannya berbunyi
· “ia melakukan apa yang benar di mata YHWH seperti Daud, bapa leluhurnya” (1Raj
15:11, 2Raj 18:3, 22:2), atau
· “Ia melakukan apa yang jahat di mata YHWH, serta hidup menurut tingkah laku
ayahnya/ Yerobeam; dan menurut dosanya yang mengakibatkan Israel berdosa pula”[51].
Dari dua rumusan itu tampaklah kedua tema utama sejarah raja-raja[52]. Di satu pihak
dikisahkan bahwa dosa Yerobeam (1Raj 12:26-33) diteruskan oleh semua raja Israel. Hal itu
mencondongkan Israel kepada penyembahan berhala dan - sebagai akibatnya - membawa
keruntuhan (2Raj 17), seperti dinubuatkan oleh banyak nabi[53].
Di lain pihak ada kenangan akan Daud, raja benar yang telah memprakarsai tempat suci
sentral di Yerusalem. Ia serupa Musa (keduanya disebut “hambaku”); ia dijadikan tolok ukur
untuk semua raja Yehuda yang selanjutnya. Biarpun kebanyakan raja Yehuda tidak
memenuhi standard itu, Daud pula menjadi dasar harapan Yehuda karena ia telah menerima
janji dari YHWH tentang kelanjutan dinastinya untuk selama-lamanya (2Sam 7). Kebenaran
Daud serta janji YHWH kepadanya menjamin bahwa YHWH selalu akan memberi anugerah
kepada Yehuda, sebagaimana tampak dari refren: “oleh karena hambaku Daud dan oleh
karena Yerusalem yang telah kupilih”[54].
Dari situ dan lebih lagi dari bagian penutup sejarahnya menjadi jelas bahwa pengarang ini
mempunyai pandangan positip tentang monarki Daud. Karangan sejarahnya memuncak dan
berakhir dengan raja Yosia yang adalah pengganti Daud yang tanpa cela sebab mengadakan
pembaharuan perjanjian, dan reformasi ibadat di Yerusalem, Yehuda dan Israel, sesuai
dengan hukum yang diberikan Musa (2Raj 23:4-20).
Akhir sejarah kerajaan Yehuda menyebabkan bahwa pandangan editor terhadap monarki
menjadi negatif sebab akhirnya tidak membawa keselamatan untuk bangsa. Ia mengedit
kembali seluruh sejarah kerajaan Yehuda. Dengan mengadakan sejumlah tambahan ia
menjelaskan mengapa harapan yang dibangkitkan oleh sejarah sebelumnya tidak terpenuhi
dan akhirnya malapetaka itu terjadi. Biang keladi utama adalah raja Manasye, nenek Yosia,
yang pernah menempatkan patung Asyera dalam Bait Allah; lalu Allah dengan perantaraan
nabinya sudah memberitahukan malapetaka untuk Yerusalem dan Yehuda (21:7-15). Segala
usaha pembaharuan raja Yosia tidak lagi dapat mencegah malapetaka itu, hanya menundanya
(22:18ii, 23:26i).
[8] J. Wellhausen, 1883, Prolegomena menyelidiki unsur-unsur tradisi yang membentuk Kitab Taurat dan
menemukan empat sumber, yakni Yahwis, Elohis, Deuteronomis dan Para Imam.
[9] Bdk. M. Noth, 1981, The Deuteronomic History, JSOTSup 15; Sheffield: JSOT Pr. Terjemahan; aslinya
1943. Kata “deuteronomistis” mengacu pada kitab Ulangan. Kata “deuteronomistis” mengacu pada kelompok
pembaharu agama atas dasar kitab Ulangan. Dalam kenyataan tidak amat mudah membedakan keduanya.
[10] Bdk. Yos 1, 12, 23, Hak 2:11ii, 1Sam 12, 1Raj 8:14ii, 2Raj 17:7ii.
[11] F.M. Cross, 1993, Canaanite Myth and Hebrew Epic Cambridge, MA: Oxford UP pp.276ii. Kekuatan dan
sekaligus kelemahan karya Cross ialah bahwa hipotesisnya terutama didasarkan pada pendekatan tematis, dan
kurang dilandaskan pada penelitian literer. Namun hal itu dilengkapi oleh orang-orang lain seperti misalnya
H.Weippert (Die ‘deuteronomistischen’ Beurteilung der Könige von Israel und Juda und das Problem der
Redaktion der Königsbuecher, Bib 53 (1972) 301-339 dan R.D.Nelson, 1981, The Double Redaction of the
Deuteronomistic History, JSOT Suplement Series 18, Sheffield: JSOT Pr.
[12] Bdk. A.D.H. Mayes, 1983, The Story of Israel between Settlement and Exile, A Redactional Study of the
Deuteronomistic History, London: SCM.
[13] Pengarang ini mencerminkan suatu tradisi, tradisi Deuteronomis, yang sering dianggap berakar dalam
Kerajaan Utara, sebab beberapa undang-undang Deuteronomis lebih cocok dengan keadaan kerajaan Israel
daripada keadaan kerajaan Yehuda. Pandangan Deuteronomis juga terasa dekat dengan pandangan Hosea,
nabi Kerajaan Utara pada abad ke-8. Setelah jatuhnya Kerajaan Utara (722) tradisi Deuteronomis itu kiranya
dibawa ke Yehuda dan Yerusalem. Di situ para penganutnya diperkirakan mendorong pembaharuan ibadat
yang sekitar tahun 700 dilancarkan oleh raja Hizkia. Mereka didiamkan pada masa kelaliman raja Manase,
tetapi sesudah itu mereka kembali menjadi penggerak penting dalam usaha pembaharuan yang dijalankan
oleh raja Yosia.
[14] 2Raj 25:27-30 mengakhiri edisi KSDtr ini dengan berita yang memberi pengharapan, yakni pelepasan raja
Yoyakin dari penjara di Babel.
[15] Nabi-nabi memberitahukan rencana Tuhan kepada raja-raja, dan pelaksanaan nubuat itu kemudian
secara eksplisit diceriterakan. Bdk 2Sam 7:13 dengan 1Raj 8:20; 1Raj 11:29-39 dengan 12:15; 1Raj 13 dengan
2Raj 23:15-18; 1Raj 14:7-11 dengan 15:29; 16:1-4 dengan 16:12;1Raj 21:21-19 dan 2Raj 9:7-10 dengan 10:17;
1Raj 22:17 dengan 22:35-36; 2Raj 1:6 dengan 1:17; 20:17 dengan 24:13; 21:10-15 dengan 24:2; 22:15-17
dengan 24:20; 22:18-20 dengan 23:30.
[16] Kitab Ulangan sering disebut “pusat Alkitab Ibrani”, karena pengaruhnya ditemukan dalam banyak kitab,
bukan hanya dalam KSDtr. Di antara “Nabi-Nabi Yang Kemudian” Kitab Yeremia menunjukkan kontak intensif
dengan Ulangan. Kitab Keluaran menunjukkan sejumlah sisipan deuteronomistis (misalnya 12:24-27, 19:3-6).
Ada kontak juga antara Ulangan dan tradisi kebijaksanaan. Karena itu kitab Ulangan merupakan sebuah titik
tolak yang baik untuk tafsir Alkitab Ibrani.
[17] Uraian tentang tema Perjanjian yang sangat sentral dalam kitab Ulangan, akan diberikan dengan
perhatian khusus untuk Ul 4 dan 26-30.
[20] Rumusan sentralisasi juga masih muncul dalam kaitan dengan pengadilan tertinggi (17:8ii), dan
penghidupan orang-orang Lewi (18:6ii).
[21] G.Braulik, “Die Abfolge der Gesetze in Dtn 12-26,” in: N.Lohfink, 1985, Das Deuteronomium: Entstehung,
Gestalt und Botschaft, Leuven: Peeters, 252-71. Ia meneruskan penelitian F.Schultz (1895), A.Guilding (1948),
dan terutama S.A.Kaufman, “The Structure of the Deuteronomic Law,” Maarav 1/2(1978/79)105-158.
[22] A.l. membingkai wejangan pendahuluan (Ul 5:1 dan Ul 11:32) dan Undang-Undang Ulangan (Ul 12:1 dan
26:16).
[23] Mazmur yang sejiwa dengan nubuat Yeremia dan Deutero-Yesaya, agaknya berasal dari sekitar masa
pembuangan (abad ke-6SM), sedangkan ucapan-ucapan berkat atas suku-suku itu mungkin berasal dari saat-
saat yang berlainan dan tampak dikumpulkan pada masa Efraim dan Manasye masih berjaya sebagai pusat
kerajaan utara, sebab berkat untuk Yusuf, “orang yang teristimewa di antara saudara-saudaranya”, paling
menonjol. Dalam hal ini Ul 33 berbeda sekali dengan berkat Yakub dalam Kej 49 yang menonjolkan Yehuda
sebagai pemimpin di antara saudaranya.
[24] Bdk. A.D.H.Mayes, 1983, The Story of Israel between Settlement and Exile: A Redactional Study of the
Deuteronomistic History, JSOT Suplement Series 18, Sheffield: : JSOT Pr., pp.22-39 dan 133-4.
[25] Yang mungkin termasuk pengantar asli itu ialah 6:4-9,20-24, 7:1-3,6,17-24, 8:7-11a,12-14a,17-18a, 9:1,
10:11. Israel yang akan menghadapi perlawanan pada waktu menduduki negeri, diteguhkan dengan keyakinan
bahwa mereka setelah mengusir penduduk negeri itu, akan mengetahui siapakah pemberi kesejahteraan
mereka. Mayes, Story of Israel, pp.33-35.
[29] Selain itu pengarang sejarah deuteronomistis itu melengkapi gambaran zaman Yosua itu dengan
menyisipkan beberapa bahan tradisi lainnya (misalnya kisah ringkas tentang semua raja yang dikalahkan Israel,
Yos 12); dan daftar kota-kota orang Lewi, suku yang belum mendapat tempat tersendiri (Yos 21), dan
menambah sejumlah hal yang memperkuat hubungan dengan kitab Ulangan (misalnya pembagian negeri di
seberang Yordan, 13:8-33; bdk. Ul 3:12-17; penentuan kota-kota perlindungan, Yos 20; bdk Ul 19).
[31] Bdk. juga L.D. Hawk, 1991, Every Promise Fulfilled: Contesting Plots in Joshua, LCBI, Louisville:
Westminster/Knox, 172p.
[33] Berita ini yang aslinya berdiri di samping kisah Yosua sebagai tradisi alternatif tentang pendudukan
negeri Kanaan, dalam posisinya yang sekarang ditempatkan sesudah kisah Yosua (“Sesudah Yosua mati...”, ay
1).
[34] Daftar hakim-hakim kecil dalam bab 10 dan 12 disela oleh kisah Yefta, hakim besar yang namanya aslinya
juga sudah terdapat di situ dalam daftar hakim-hakim kecil; bdk. 12:7).
[35] Bingkai itu biasanya dianggap berasal dari pengarang deuteronomistis; bdk. mis. Hertzberg, H.W.,
19694, Die Buecher Josua, Richter, Rut, Göttingen: V&R, p.141. Tetapi karena menurut Mayes bingkai itu tidak
menunjukkan istilah khas deuteronomistis, maka ia menganggapnya sudah tersusun sebelum koleksi itu
dimasukkan ke dalam sejarah deuteronomistis. Pengarang deuteronomistis hanya menambah catatan
kronologis, “sekian tahun lamanya”.
[36] Daftar itu sekarang terputus karena penyisipan kisah Yefta. Yefta adalah satu-satunya orang yang
terdapat baik pada daftar hakim-hakim (12:7) maupun mempunyai tradisi sebagai pahlawan yang
menyelamatkan (11:1-12:6). Yefta yang baik hakim maupun penyelamat itu merupakan jembatan yang
memungkinkan bahwa daftar hakim-hakim dan kisah-kisah penyelamat digabungkan oleh pengarang sejarah
deuteronomistis menjadi satu sejarah hakim-hakim penyelamat.
[37] Berita tentang Otniel anak Kenas (daerah Yehuda, Yos 15:17, Hak 1:13) dibuat dari rumusan bingkai saja,
tanpa mengolah suatu kisah kuno, seperti halnya dengan kisah Ehud, dst.
[38] Mayes membedakan lapisan dasar (ay 11,12aa,13b,14-15aa,15b-16) dari tambahan oleh editor yang
kemudian.
[39] Terutama tampak dalam tambahan pada bagian pengantar dan penghubung, 2:17,20i,23, 3:5i,
10:6bc,10-16; Mayes, Story of Israel, pp.67-72.
[41] Menurut McCarter, P.K., l980, I Samuel, AncB, Garden City, NY: Doubleday, pp.18-23, kisah tentang tabut
dan tentang Samuel dan Saul hampir seluruhnya sudah termuat dalam kitab Samuel, edisi profetik, dengan
adanya hanya beberapa tambahan kemudian dari pengarang sejarah deuteronomistis (p.16). Demikian juga
Birch, B.C., 1976, The Rise of the Israelite Monarchy: The Growth and Devellopment of 1 Samuel 7-15, SBLDS
27, Missoula: Scholars Pr., p.135 memandang kisah profetik tentang Saul dan Samuel sudah lengkap kecuali
tambahan deuteronomistis dalam 1Sam 7:3i,13i, 8:8,10-22, 12:6-24, 13:1.
[42] Bdk. McCarter, l980, pp 16, 1984, p.8, yang berdiri dalam tradisi Weiser, A., 1961, Introduction to the
OT, London, pp.161-169.
[43] Mayes, Story of Israel, pp.83-84.
[46] Bdk. Ul 32-33, Yos 24; juga Kej 49; McCarter, 1984, pp.16-19.
[47] Pembagian dalam dua kitab berasal dari Septuaginta, di mana disebut III & IV Kerajaan. Pembagian itu
tampak berdasarkan alasan praktis saja; hingga riwayat raja Ahazia dibelah dua.
[48] Untuk struktur kisah Salomo bandingkan Porten, B., 1967, "The Structure and Theme of the Salomon
Narrative," Hebrew Union College Annual 38:93-128; Brettler, M., "The Structure of 1 Kings 1-
11", JSOT 49(1991)87-97.
[49] Kudeta di Samaria yang didorong oleh para nabi itu berakibat pula di Yerusalem. Atalya, ibu raja
Yerusalem dan sendiri masih keturunan dari dinasti Omri, berusaha untuk meneruskan dinasti Omri dengan
merebut tahta di Yerusalem. Ia membunuh seluruh wangsa Daud, tetapi satu orang keturunan Daud, yakni
Yoas, luput dari pembantaian dan kemudian dikembalikan ke tahta Daud (2Raj 11).
[50] Bdk. Mayes, Story of Israel, 112-113 tentang penelitian literer Nelson, Double redaction, pp.31dst.
[53] 1Raj 13:2-5,34, 14:7-11 (bdk. penggenapannya dalam 15:29), 20:42i, 21:17-29 (bdk. 22:37i), 22:8-28,
2Raj 1:2-7.
[57] Mis. Ul 4 (khususnya ay 27-31), 27-30 (28:36i,63-68, 29:27, 30:1-10), Yos 23 (ay 11-16), 1Sam 12 (ay 25).
[58] 2Raj 25:27-30; bdk. dengan harapan dalam Ul 4:29ii, 30:1-10, 1Raj 8:46-53.