“Ratapan mendapat judulnya dari Alkitab bahasa latin, Vulgata. Penempatan Kitab ini sesudah
kitab Yeremia dalam kanon Alkitab Kristen mencerminkan pengaruh Perjanjian Lama bahasa
Yunani, Septuaginta, yang dalam ayat judulnya mengemukakan bahwa syair ini berasal dari nabi
Yeremia. Judul dalam Alkitab bahasa Ibrani, ‘ekah, diambil dari kata yang pertama di pasal 1, 2,
dan 4. Ungkapan sisipan biasanya diterjemahkan “betapa” atau “aduhai” dan biasanya
dipergunakan dalam baris pembukaan nyanyian pemakaman umat Israel. Misalnya, dalam
ratapan Daud atau kematian Yonatan, “betapa gugur para pahlawan!” (II Samuel 1:19), dan
nyanyian Yesaya yang mencela raja Babilonia, “wah, engkau sudah jatuh dari langit!” (Yes.
14:12). Ratapan ditetapkan untuk dibaca setiap tahun pada hari kesembilan bulan Ab, yang
merupakan hari perkabungan kehancuran bait suci di Yerusalem (oleh orang-orang, Babilonia
pada thn 587 SM dan oleh tentara-tentara Romawi pada thn 70 M). kitab ini berbentuk syair,
kelima syair itu sejajar dengan lima pasal dalam kitab tersebut.
Penulisan Kitab
Ratapan ditulis oleh Yeremia, hubungan ini barangkali didasarkan pada salah paham terhadap
pernyataan dalam II Tawarikh 35:25 yang mengatakan bahwa “Yeremia membuat suatu syair
ratapan mengenai Yosia.” Argumentasi yang mendukung dan yang menentang penulisan syair
ini oleh Yeremia menemui jalan buntu. Bukti-bukti yang mendukung nabi Yeremia, seperti
kesamaaan dalam nada dan kosa kata antara kitab Yeremia dan Ratapan, kumpulan nyanyian
perkabungan untuk Yerusalem ini boleh jadi digubah pada suatu waktu antara kejatuhan kota
Yerusalem pada tahun 587/586 SM dan pembebasan Yoyakhin dari penjara di Babilonia (sekitar
tahun 562 SM – bdg. II Raj. 25:27-30).
Latar Belakang
Kitab ini merupakan tanggapan terhadap kehancuran Yerusalem, dan akibatnya, oleh pasukan
Raja Nebukadnezar dari Babilonia pada tahun 587 SM. Kisah alkitabiah tentang penyerbuan
Yehuda dan kejatuhan Yerusalem tercatat pada II Raj. 24-25 dan II Taw. 36.
Penulisan Kitab
Gaya autobiografi dari kitab itu menunjukkan bahwa Yehezkiel sendiri telah menuliskan nubuat-
nubuat tersebut. Kataganti diri dan kataganti milik seperti “aku” dan “ku” memenuhi setiap pasal
dari kitab ini (bdg. Sepuluh ayat di pasal 2). Keseragaman bahasa dan gaya yang diakui secara
luas serta ketaatan pesan dan tema juga mendukung dasar pikiran bahwa Yehezkiel menceritakan
pengalamannya sendiri sebagai “penjaga Israel” yang ditetapkan oleh Allah (3:16-19; 33:1-9).
Tradisi Yahudi yang kemudian menghubungan himpunan ucapan-ucapan ilahi yang disampaikan
Yehezkiel dengan orang-orang dari Sinagoge Besar (sebuah dewan yang terdiri atas ahli Taurat
dan pemimpin Ibrani lainnya yang konon didirikan sesudah pembuangan di Babilonia untuk
menata kembali kehidupan keagamaan dan kebudayaan Yahudi). Gagasan bahwa penulisnya
adalah seorang murid nabi yang kemudian atau bahkan juru tulisnya sendiri yang
mengumpulkan, mengatur dan menerbitkan tulisan-tulisan nabi itu tidak bertentangan dengan
kebiasaan pada zaman Perjanjian Lama. Jelaslah bahwa sebuah “sekolah nabi” didirikan di Israel
oleh Elia dan Elisa (bdg. II Raj. 2:3; 6:1-7). Tanggal penulisan yang pasti dari kitab ini
barangkali dapat ditetapkan antara lain dari isinya. Tiga belas pesan Yehezkiel diberi tanggal
yang tepat pada hari, bulan, dan tahun raja Yoyakhim dibuang ke Babilonia. Pengumuman
pertama Yehezkiel dihubungankan dengan panggilannya untuk menjadi nabi dan ditetapkan pada
tahun 593 SM.
Latar Belakang
Pelayanan Yehezkiel merupakan hasil sampingan dari berbagai tindakan awal yang dilakukan
oleh Manasye, raja Yehuda, baik dalam hal politik maupun keagamaan. Manasye memeteraikan
nasib Yehuda ketika dia menyetujui penyembahan Baal, dewa orang Kanaan, sebagai agama
resmi kerajaan. Kerajaan Selatan sudah memasuki “perjanjian kematian” yang tidak dapat
dibatalkan. Sebagai akibatnya, malapetaka ditentukan bagi Yerusalem (II Raj. 21:9-15; 24:3-4).
Pemerintahan Raja Yosia, cucu Manasye, menandai “hembusan kebenaran yang terakhir” di
Yehuda sebelum hukuman Allah terjadi dalam bentuk penyerbuan beruntun dari Babilonia.
Penemuan kembali Kitab Taurat (kemungkinan kitab Ulangan) mendorong terjadinya
kebangunan rohani dan pembaharuan keagamaan di Yehuda. Sayangnya pembaharuan Yosia
mati bersama dia dalam pertempuran melawan Mesir dan Firaun Nekho di lembah Megido pada
tahun 609 SM. Deretan “raja-raja boneka” sesudah dia, semuanya tidak menaati ketetapan-
ketetapan perjanjian Allah dan tidak bertobat meskipun berhadapan dengan teguran yang
disampaikan nabi – “sehingga tidak mungkin lagi pemulihan” (II Taw. 36:15-16). Firaun Nekho
mengangkat Yoahas dan Elyakim, kedua-duanya putra Yosia, untuk menduduki takhta Yehuda
sebagai taklukan Mesir. Yoahas diturunkan dari takhta dalam waktu tiga bulan karena
pembangkangan, tetapi Elyakim penggantinya (sesudah naik takhta namanya menjadi Yoyakim).
Memerintah selama sebelas tahun di Yerusalem. Menurut Yeremia, masa jabatan Yoyakim
merupakan “pemerintahan yang jahat” yang ditandai penyembahan berhala, ketidakadilan social,
perampokan, pembunuhan, pemerasan, perzinahan, dan penolakan terhadap perjanjian Tuhan
(Yer. 22:1-17).
Penulisan Kitab
Peristiwa-peristiwa dari Kitab Daniel jelas sekali dengan latar belakang dari abad ke-6 SM.
Walaupun demikian, banyak sarjana masa kini setuju untuk menghubungan penulisan kitab ini
dengan seorang penulis yang berasal dari abad ke-2 SM, khususnya antara tahun 168 dan 164
SM. Alasan untuk mengambil ancer-ancer tanggal itu dan ketelitiannya telah diperoleh dari pasal
11 kitab ini. Di pasal tersebut Daniel membicarakan sejumlah raja yang namanya tidak
disebutkan, tetapi ia mengacu kepada “raja negeri Utara” dan “raja negeri Selatan”.
Bagaimanapun juga, ternyata detail-detail yang diketengahkan dalam pasal ini bertepatan dengan
sejarah Timu Tengah sejak masa Alexsander Agung pada abad ke-4 SM (lihat ay.3-4) dan
sepanjang pemerintahan Antiokhus IV (Epifanes) abad ke-2 SM (ay.21 dst).
Latar Belakang
Pada tahun 626 SM, Nabopolasar dinobatkan sebagai raja Babel ketika orang Babel menyatakan
kemerdekaan mereka di Kerajaan Asyur yang sudah mulai kekuasaannya. Setelah bersekutu
dengan orang Media dari timur, mereka mulai menguji kekuatan Asyur. Pada tahun 612 ibu kota
Niniwe jatuh, dan dengan runtuhnya pemerintah sesudah kejatuhan Karkemis pada tahun 605,
Asyur yang dahulu perkasa sekarang tinggal kenangan bagi bangsa-bangsa di Timur Dekat yang
pernah diteror oleh mereka selama hampir satu setengah abad. Dalam waktu satu tahun sesudah
menguasai Kerajaan Babilonia, Koresy menetapkan kebijaksanaannya untuk memerintah
berdasarkan kebaikan hati dengan mengizinkan banyak dari bangsa-bangsa dalam pembuangan
untuk kembali ke tanah air mereka dan membangun kembali rumah-rumah dan tempat ibadat
mereka (bdg. Ezra 1:1-4). Sudah sepantasnyalah orang Yehuda memandang ini sebagai
penggenapan nubuat dan penetapan kembali Perjanjian Allah. Mereka menanti-nantikan
pendirian suatu teokrasi yang meliputi seluruh dunia dengan Yerusalem sebagai pusatnya.
Penulisan Kitab
Latar Belakang
Penulisan Kitab
Latar Belakang