Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN BACA

BUKU DOGMATIKA MASA KINI

PRODI TEOLOGI KRISTEN


INSTITUT AGAMA KRISTEN NEGERI TORAJA
TAHUN AJARAN 2022/2023
Mata kuliah : Dogmatika
Nama Dosen : Semuel Tokam, M.Th
Nama mahasiswa : Nining Saputri Simon
NIRM : 2020218628
Buku yang dibaca : Dogmatika masa kini
Jumlah halaman dibaca : 250 hal.
Penulis : Niftrik, G.C. Van Boland, B.J
Penerbit : Jakarta : BPK Gunung Mulia 2000

A. Manusia Diciptakan oleh Allah


Alkitab mengatakan bahwa setelah Allah menciptakan bumi, langit,
tumbuhan, dan binatang, serta segala benda-benda yang lain, Allah menciptakan
manusia. Alkitab mencatat, "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar
dan rupa Kita ... maka Allah menciptakan manusia itu" (Kej 1:26-27). Jadi,
manusia bukanlah hasil proses pengembangan alami yang sempurna dari
makhluk yang lebih rendah tingkatannya seperti yang dikembangkan oleh teori
naturalistik. Manusia bukanlah pengembangan dari kayu, batu, tumbuhan,
apalagi binatang, seperti teori evolusi Darwin yang mengatakan bahwa manusia
berkembang dari kera.
Manusia diciptakan khusus oleh Allah, sebagaimana bumi serta segala
isinya diciptakan oleh Allah. Temuan fosil manusia purba adalah hasil rekaan
manusia, yang hendak menunjukkan bahwa bangsa manusia telah mengalami
perkembangan sedemikian rupa, khususnya dalam hal bentuk tubuh dan ciri
bawaannya. Penciptaan Adam dan Hawa dapat membuktikan bahwa
sesungguhnya mereka adalah manusia yang sangat sempurna sebab dibentuk
oleh Allah sendiri. Bahkan manusia diciptakan hampir sama dengan Allah.
Daud bermazmur, "Apakah manusia sehingga Engkau mengingatnya? ... namun
Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya
dengan kemuliaan dan hormat. Jika manusia hampir sama seperti Allah atau
dengan kata lain istimewa dalam penciptaannya, tidak mungkin manusia
berkembang dari benda atau makhluk yang kurang berharga, yang tidak pernah
diciptakan menurut gambar dan rupa Allah.
B. Manusia Diciptakan Menurut Gambar dan Rupa Allah
Istilah "gambar dan rupa" sebenarnya adalah dua istilah yang memiliki
makna yang sama. Memang dalam Kejadian 1:26 dituliskan bahwa manusia
diciptakan sesuai gambar dan rupa Allah, namun sesungguhnya dalam bahasa
Ibrani tidak ada kata penghubung "dan" yang menunjukkan bahwa sebenarnya
kedua kata tersebut digunakan hanya untuk memberi penekanan, bukan dua arti
yang berbeda. Arti kata gambar adalah suatu peta yang memiliki bentuk patron.
Berarti, peta tersebut bukanlah baru dibentuk, tetapi tinggal mengikuti bentuk
patronnya. Umumnya, sebelum seorang menjahit baju, ia terlebih dahulu
membuat patronnya. Sedangkan kata rupa berarti suatu gambar yang modelnya
harus sesuai dengan bentuk yang pertama. Dari arti kata dan dapatlah
dikatakan bahwa sebenarnya keduanya punya arti yang sama. Jadi, apa artinya
diciptakan sesuai gambar dan rupa Allah.
1. Allah adalah patron dasar manusia.
Manusia tidak hadir dengan sendirinya, tetapi memiliki sumber, yaitu
Allah. Hal ini berarti manusia harus kembali kepada Allah sebagai sumbernya.
Dalam konteks penciptaan, manusia harus kembali mempertanggungjawabkan
tugas dan pekerjaannya dalam mengolah bumi kepada Allah. Dalam konteks
kejatuhan sekarang ini, manusia dalam mengalami masalah dan kesulitan dapat
kembali kepada Allah. Dalam Allah sajalah, sebagai patron dasar, manusia
dapat melihat bukan hanya masalahnya, melainkan juga kesalahannya. Dengan
kata lain, manusia dapat menyelesaikan segala kesulitan, baik yang sifatnya
internal, dari dalam diri manusia, maupun eksternal dari luar dirinya, di dalam
Allah untuk disesuaikan kembali dengan bentuk patronnya.

2. Manusia mencerminkan Allah.


Dalam tugasnya sebagai tuan atas bumi, manusia mencerminkan Allah
pencipta. Dalam mencerminkan Allah, manusia bukanlah hanya secara pasif
bertindak sebagai cermin, tetapi juga harus berusaha secara aktif untuk
mencerminkan Allah. Dalam konteks kejatuhan, manusia sama sekali tidak
mampu mencerminkan Allah karena rusak secara total oleh dosa. Namun,
pembaruan dalam Kristus memungkinkan manusia untuk kembali dan berusaha
mencerminkan Allah. Yesus memperbarui agar manusia hidup serupa dengan
Allah (1Yo 2:6). Memang manusia tidaklah dapat mencerminkan Allah secara
utuh karena ada perbedaan kualitas. Namun, manusia tetaplah harus terlihat
sebagai refleksi tertentu dari Allah.
3. Manusia seperti Allah tetapi bukan Allah.
Manusia memiliki potensi-potensi seperti Allah, tetapi manusia harus
tetap mempertanggungjawabkan segala potensinya kepada Allah yang telah
memberikan potensi dan tanggung jawab kepada manusia. Dalam bahasa
Perjanjian Baru, manusia harus mempertanggungjawabkan segala karunia yang
telah Allah berikan untuk memperlengkapi manusia.

C. Definisi Dosa
Dosa memiliki arti dasar: tidak mengena pada sasaran, meleset dari
tujuan, melanggar batas, tidak taat/tidak patuh, melawan atau memberontak.
Dosa dapat didefinisikan sebagai pemberontakan secara aktif terhadap Allah
Pencipta yang menyebabkan manusia tidak taat, melanggar hukum Allah, dan
menyimpang dari tujuan Allah yang menciptakannya. Dosa selalu
berkontradiksi dengan kekudusan Allah sehingga tidak dapat dipandang sepele,
sebaliknya harus dipandang serius.

Dosa bukanlah sesuatu yang timbul dari sifat kebinatangan manusia karena
manusia diciptakan berbeda secara esensial dengan binatang. Dosa juga bukan
nafsu fisikal manusia semata-mata. Dosa adalah pemberontakan terhadap Allah
dan setelah kejatuhan Adam dalam dosa, dosa melekat pada setiap manusia
keturunannya seperti yang diungkapkan oleh Daud, "Sesungguhnya, ... dalam
dosa aku dikandung ibuku."
D. Asal Usul Dosa
Dosa berasal dari Iblis. Iblislah yang pertama kali memberontak
terhadap Allah dan ia ingin mengajak manusia ciptaan Allah untuk juga
memberontak terhadap Allah. Alkitab berkata, "Barangsiapa yang tetap berbuat
dosa, berasal dari Iblis, sebab Iblis berbuat dosa dari mulanya" . Iblis menggoda
Hawa untuk melanggar peraturan atau larangan Allah sama seperti yang ia telah
lakukan. Selanjutnya, Hawa menggoda Adam untuk menuruti keinginan Iblis.
Akhirnya, Iblis berhasil membawa Adam dan Hawa menuruti keinginannya.
Rasul Yohanes berkata, "Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin
melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak
semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada
kebenaran" .
Memang Allah yang memberi kehendak bebas manusia sehingga
manusia bisa memilih menaati Allah atau melawan Allah. Tetapi itu bukan
berarti Allah yang menghendaki manusia berdosa. Manusia memberontak dan
berbuat dosa atas keinginannya sendiri yang memilih mengikuti keinginan Iblis.
Misalnya, seorang bapa membelikan anak remajanya sebuah sepeda motor. Hal
ini dilakukannya supaya anaknya dapat lebih luas beraktivitas dan menghemat
banyak ongkos transportasi. Namun, anaknya suka menggunakan motor tersebut
dengan berkebut-kebutan yang akhirnya membawanya pada kecelakaan yang
merenggut nyawanya. Apakah dengan demikian bapanya yang menghendaki
kematian anaknya? Tentu tidak. Anaknyalah yang menyalahgunakan apa yang
telah diberi oleh bapanya.
Akibat Dosa
1. KEMATIAN ROHANI
Allah mengusir manusia dari hadapan-Nya, dan Ia tidak membiarkan
manusia yang berdosa ada dalam persekutuan dengan-Nya (Kej 3:24). Ini
merupakan bagi manusia sebab pada dasarnya manusia diciptakan untuk
berhubungan dengan penciptanya. Roh manusia yang diberikan oleh Allah
mengalami keterpisahan dari Roh Allah yang hidup. Kematian ini juga
menyebabkan manusia kehilangan kemuliaan Allah yang melekat kepadanya
(Rom 3:23; Efe 2:1).
2. KEMATIAN JASMANI
Semula Allah tidak menciptakan manusia untuk mati dan kembali
menjadi tanah, tetapi dosa menyebabkan manusia pasti mengalami kematian
dan menjadi tanah kembali. Alkitab mencatat, "Dengan berpeluh engkau akan
mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah" (Kej 3:19).
Kehilangan kemuliaan Allah menyebabkan kualitas tubuh manusia menurun
drastis. Kematian jasmani merupakan konsekuensi dari keberdosaan manusia,
seperti dikatakan oleh Paulus, "Sebab upah dosa ialah maut" (Rom 6:23)
3. RUSAKNYA HUBUNGAN DENGAN SESAMA
Manusia adalah serigala bagi sesamanya. Ungkapan ini ada benarnya
karena berdasarkan fakta manusia bisa saling merugikan dan saling
mencelakakan di dalam upayanya mempertahankan hidup dan mengejar
kesenangan hidup. Hubungan antar manusia tidak lagi harmonis sejak fakta
kejatuhan dalam dosa. Manusia saling mempersalahkan (Kej 3:12-13). Peristiwa
Kain membunuh Habel merupakan bukti selanjutnya. Sejak saat itu manusia
selalu harus berhati-hati dalam berhubungan dengan sesamanya. Memang ada
pepatah mengatakan bahwa tak kenal maka tak sayang. Pepatah ini hanya
memiliki separuh kebenaran. Kebenaran yang melengkapinya adalah tak kenal,
maka tak benci. Kalau mau jujur, orang-orang yang berselisih tajam, saling
membenci, saling mengecewakan, bahkan saling membunuh, umumnya adalah
orang-orang yang saling kenal, bahkan tidak jarang mereka mempunyai
kedekatan secara emosional. Manusia menjadi makhluk yang tinggi
egosentrisnya, dan itu sebabnya mengapa manusia menjadi sulit bersekutu
dengan sesamanya. Keadaan ini sebenarnya bersumber dari rusaknya hubungan
manusia dengan Allah sehingga manusia tidak tahu membedakan manakah
kehendak Allah dan manakah yang bukan. Semuanya hanya menuruti hawa
nafsunya sendiri.
4. RUSAKNYA KEHARMONISAN ANTARA MANUSIA DENGAN
ALAM
Pada mulanya Allah menciptakan manusia dan seluruh alam semesta
dalam keadaan yang harmonis dan sungguh amat baik. Alkitab mencatat, "Maka
Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu sungguh amat baik" (Kej 1:31).
Manusia membutuhkan alam untuk mengaktualisasikan dirinya dan alam
membutuhkan manusia untuk memelihara dan menatanya. Manusia dan alam
memiliki hubungan interdependensi yang kuat dan erat. Namun, dosa
menyebabkan manusia tidak mampu memelihara dan mengusahakan alam,
tetapi justru semena-mena karena keserakahannya.
Teknologi yang dibuat manusia cenderung ditujukan untuk merusak alam
sehingga dunia sekarang dihantui oleh krisis lingkungan hidup seperti bocornya
ozon, banjir karena gundulnya hutan, efek rumah kaca, dan sebagainya yang
dapat menimbulkan berbagai macam penyakit, kesengsaraan bahkan kepunahan
makhluk hidup, terkikisnya kekayaan, krisis air bersih, dan sebagainya.

Relevansi
Dalam mempelajari Dogmatika sangatlah penting bagi mahasiswa teolgi kristis
terhadap sebuah doktrin yang telah beredar dan diakui oleh sekalangan manusia,
yang akhirnya membangun agama dan paham diatas doktrin yang bertentangan
dengan Alkitab.

Kelebihan Buku
Buku ini bagus, sebab penjelasan mengenai isi buku mudah untuk
dipahami dan diteliti. Buku ini juga banyak menjelaskan pokok-pokok penting
dalam ilmu Dogmatika kristen.

Anda mungkin juga menyukai