Anda di halaman 1dari 2

Nama : Nining saputri Simon

Nirm : 2020218628
Kelas : B Tologi
MK : PPB 2

2 Korintus
Korintus 1:1 menyatakan Paulus sebagai penulis surat ini, yang kemungkinan dibantu
oleh Timotius. Gereja Korintus dirintis sekitar tahun 52, ketika Paulus mengunjungi daerah
ini pada perjalanan misinya yang kedua.Dia tinggal di sana sekitar satu setengah tahun, di
mana untuk pertama kalinya ia bisa tinggal di tempat tertentu selama yang ia mau. Catatan
mengenai kunjungan dan sejarah berdirinya gereja Korintus bisa ditemukan di Kisah Para
Rasul 18:1-18. Dalam surat kedua kepada jemaat Korintus, Paulus mengungkapkan kelegaan
dan sukacitanya karena jemaat Korintus merespon surat “teguran”nya dengan sikap yang
positif. Surat ini ditujukan kepada mereka untuk membahas masalah yang memecah belah
jemaat, yang terutama disebabkan para rasul palsu (2 Kor 11:13) yang menyerang kredibilitas
Paulus, menimbulkan perselisihan di antara jemaat, dan mengajarkan doktrin sesat. Mereka
mulai mempertanyakan ketegasannya dalam bersikap (2 Kor 1:15-17), berkata-kata (2 Kor
10:10; 11:6), dan keengganannya menerima dukungan dari jemaat Korintus (2 Kor 11:7-9;
12:13). Paulus juga menegur sekelompok jemaat yang belum bertobat dari perilaku yang
tidak bermoral.

Paulus sangat bersukacita ketika tahu dari Titus kalau sebagian besar jemaat tidak lagi
memberontak terhadapnya (2 Kor 2:12-13; 7:5-9). Paulus menyakinkan mereka kalau apa
yang ia lakukan kepada mereka selama ini adalah bentuk pernyataan kasihnya yang tulus. Ia
juga menegaskan soal kerasulannya, karena sebagian jemaat meragukan otoritasnya (2 Kor
13:3). Setelah memberi salam kepada jemaat Korintus dan menjelaskan kenapa ia tidak
mengunjungi mereka sesuai rencana semula (dari ayat 1:3–2:2), Paulus menjelaskan hakikat
pelayanannya. Kemenangan Kristus dan ketulusan di hadapan Allah menjadi corak utama
pelayanannya kepada gereja (2:14-17). Dia membandingkan antara kemuliaan dari pelayanan
yang memimpin kepada pembenaran di dalam Kristus dengan pelayanan yang memimpin
kepada penghukuman di dalam Taurat (pasal 3:9). Paulus tetap teguh menyatakan imannya di
tengah-tengah penganiayaan yang harus ditanggungnya karena pelayanan ini (4:8-18).
Pasal 5 menyatakan dasar iman kekristenan mengenai ciptaan baru (ayat 17) dan
realitas adanya pembenaran dari Kristus bagi dosa-dosa kita (ayat 21). Pasal 6 dan 7 berisi
mengenai pembelaan Paulus dan pelayanannya. Sekali lagi, ia kembali mengingatkan jemaat
Korintus akan kasihnya yang tulus kepada mereka dan karenanya menyerukan mereka supaya
bertobat dan hidup dalam kekudusan. Dalam pasal 8 dan 9, Paulus menyerukan jemaat
Korintus untuk mengikuti teladan jemaat di Makedonia dan turut mengambil bagian dalam
pelayanan kepada orang-orang kudus. Ia mengajari mereka prinsip dan upah dari kemurahan
hati.

Paulus mengakhiri suratnya dengan mengingatkan soal otoritasnya atas mereka dan
mempertanyakan kesetiaan mereka kepadanya di tengah-tengah gencarnya perlawanan dari
para rasul palsu. Dia menyebut dirinya “orang bodoh” karena dengan sengaja harus
membanggakan garis keturunannya dan penderitaan yang ditanggungnya karena Kristus
(pasal 11). Dia mengakhiri kisahnya tentang penglihatan dan pernyataan yang diterimanya
langsung dari Allah. Ia juga menyinggung soal “duri dalam dagingnya” yang diijinkan tetap
ada dalam hidupnya supaya ia tidak meninggikan dirinya (pasal 12). Pasal terakhir berbicara
tentang seruan kepada jemaat Korintus untuk memeriksa dirinya masing-masing apakah
mereka tetap tegak di dalam iman atau tidak. Ia mengakhiri suratnya dengan doa berkat
supaya mereka bisa senantiasa hidup dalam kasih dan damai sejahtera. Hubungan: Melalui
surat penggembalaannya, Paulus berulangkali merujuk hukum Musa, membandingkannya
dengan keagungan Injil Kristus dan keselamatan melalui anugerah. Di 2 Kor 3:4-11, Paulus
mengkontraskan antara hukum Taurat dengan penjanjian anugerah, menyatakan hukum
Taurat itu “membinasakan” sementara Roh memberi hidup. Hukum Taurat itu “pelayanan
yang memimpin kepada kematian, terukir dengan huruf pada loh-loh batu” (2Kor 3:7; Kel
24:12) karena hanya menyatakan soal dosa dan penghukuman. Kemuliaan hukum Taurat
memang menyatakan kemuliaan Allah. Tapi, pelayanan Roh Kudus lebih mulia karena
menyatakan belas kasihanNya, anugerahNya, dan kasihNya dengan menyediakan Kristus
sebagai penggenapan janji dari hukum Taurat.

Anda mungkin juga menyukai