Anda di halaman 1dari 7

20

1 KORINTUS

Surat ini membahas paling banyak permasalahan yang terjadi dalam Jemaat Korintus. Paulus
berusaha menanggapinya satu per satu. Oleh sebab itu, Paulus di dalam surat ini
menyampaikan banyak pengajaran tentang iman Kristiani.

Perjalanan Misi Kedua

1. Tempat, Tahun dan Tujuan Penulisan serta Susunan Surat


Korintus adalah kota pelabuhan
dan perdagangan yang penting di
wilayah Kekaisaran Romawi. Kota ini
menjadi pelabuhan transit untuk jalur
perdagangan Roma dan Asia Kecil.
Penduduknya beraneka ragam, dari
pedagang, pelaut, kuli pelabuhan,
sampai penjahat. Tidak heran kalau
kota ini dikenal dengan moralitas
buruk. Mereka memakai segala cara
memperoleh kekayaan dengan
menipu, mencuri, atau memeras.
Kota ini juga diwarnai dengan banyak
kuil dewa-dewi. Pelacuran dalam kuil-
kuil sebagai bagian dari pemujaan
dewa-dewi dipandang sebagai
tindakan yang umum. Penduduk juga
amat biasa dengan tahayul, ramalan,
dan ilmu gaib.
Paulus tiba di Korintus dalam
Perjalanan Misi yang Kedua (± 49 M),
saat sedang dalam misi di Tesalonika.
Dalam lingkungan sosial yang sulit di Korintus, Paulus mendirikan Jemaat (Kis 18:1-17). la harus

Eksegese Paulus – Abner Hubertus Sito MSF, Lic. Th 2022


21

berjuang keras selama kurang lebih satu setengah tahun dengan mencari nafkah sendiri (lih.
Kis 18:2-3; 1Kor 4:12; 9:1-3; 2Kor 11:7-9) sebelum akhirnya meninggalkan Yunani dan pergi ke
Efesus. Jemaat Korintus menjadi yang paling subur di antara semua Jemaat yang didirikannya.
Setibanya di Efesus Paulus sibuk mewartakan Injil dan mendidik Jemaat yang baru. Di Efesus,
ia menerima kabar yang tidak menggembirakan tentang Jemaat Korintus. Ia pun menulis surat
untuk menanggapi (1Kor 5:9). Tetapi surat ini hilang sehingga tidak diketahui isinya. Di akhir
masa tinggalnya di Efesus dalam perjalanan misi ketiga (Kis 19:1-20), Paulus kembali menerima
kabar tentang Korintus dari keluarga Khloe (1Kor 1:11), dari seorang utusan yang dikirim oleh
Jemaat (1Kor 7:1) dan dari Apolos (1Kor 16:12; Kis 18:27 dst.). Paulus lalu menulis surat yang
dikenal sebagai 1Korintus. Karena surat ini ditulis saat Paulus masih di Efesus setelah
mendirikan Jemaat di Korintus, maka surat ini ditulis sekitar tahun 53-54.
Orang-orang dari keluarga Khloe memberitahukan terjadinya perpecahan di Jemaat. Tidak
diketahui siapa Khloe itu, tetapi rupanya dia orang yang terpandang dalam Jemaat dan memiliki
keprihatinan terhadap situasi perpecahan Jemaat. Dikatakan bahwa setiap kelompok
mengaitkan diri dengan tokoh-tokoh tertentu, yaitu Paulus, Apolos, Kefas (=Petrus), dan
Kristus. Selain itu, mereka juga menyampaikan persoalan berat soal percabulan dalam Jemaat
(lih. 6:12-14; 7:1,28).
Sejumlah persoalan lain menyangkut beberapa hal berikut:
1. Pilihan untuk menikah atau tidak karena Tuhan akan datang segera. Pertanyaan muncul
menyangkut mereka yang lajang, janda/ duda, menikah (hidup dalam keluarga), tetapi ada
juga yang mempunyai pasangan yang non Kristiani.
2. Boleh tidaknya memakan daging yang sudah dipersembahkan kepada berhala. Sebagian
Jemaat berpandangan tidak ada masalah bila mereka memakannya karena nyatanya berhala
itu tidak ada. Tetapi, sebagian lain menganggap tindakan itu keliru karena bertentangan
dengan iman Kristiani.
3. Dalam pertemuan-pertemuan, persoalan pertama menyangkut kedudukan perempuan
dalam pertemuan Jemaat: bolehkah mereka bersikap seperti laki-laki? Persoalan kedua
menyangkut penyimpangan yang terjadi dalam Perjamuan Ekaristi.
4. Banyak orang bersaing untuk mendapatkan karunia roh, terutama bahasa roh, dan mereka
yang mendapatkannya cenderung menjadi sombong.
5. Kondisi sesudah kematian bila mengalami kebangkitan badan. Orang Yunani yang
menganggap badan sebagai penjara jiwa merindukan kematian. Tetapi, orang Kristiani justru
membicarakan kebangkitan badan.

Susunan surat 1Korintus:


Pembuka (1:1-3)
Syukur (1:4-9)
A. Perpecahan dalam Jemaat (1:10-4:21)
Suasana Perpecahan (1:10-17)
Hikmat Allah dan Hikmat Manusia (1:18-2:16)
Pembangunan Jemaat (3:1-4:21)
B. Persoalan Moralitas (5:1-6:20)
Percabulan dalam Jemaat (5:1-13)
Mencari Keadilan pada Orang Tidak Beriman (6:1-11)
Menghindari Percabulan (6:12-20)
Perkawinan dan Selibat (7:-40)
Perkawinan dan Perceraian (7:1-16)
Tetap dalam Keadaan Masing-masing (7:17-24)

Eksegese Paulus – Abner Hubertus Sito MSF, Lic. Th 2022


22

Tidak Menikah itu Lebih Baik (7:25-40).


C. Persoalan Perjamuan
Persembahan kepada Berhala (8:1-11:1)
Jangan Menjadi Sandungan (8:1-13)
Teladan Paulus (9:1-27)
Bahaya dalam Pesta non-Kristiani (10:1-22)
Bertindak demi Kemuliaan Allah (10:23-11:1)
Peran Perempuan (11:2-16)
Perayaan Ekaristi (11:17-34)
D. Karunia-karunia Roh (12:1-14:40)
Berbagai Karunia Roh (12:1-11)
Satu Tubuh dengan Banyak Anggota (12:12-31)
Kasih (13:1-3)
Sekali Lagi, Karunia Roh (14:1-25)
Pertemuan Jemaat (14:26-40)
E. Kebangkitan Badan (15:1-58)
Kebangkitan Kristus (15:1-11)
Kebangkitan Orang Mati (15:12-34)
Bagaimana Orang Mati Dibangkitkan (15:35-58)
Penutup (16:1-24)

2. Eksegese: 1Kor 15:1-11


2.1 Teks
1 Aku mengingatkan kamu, saudara-saudari, akan Injil yang telah aku beritakan kepadamu,
dan yang telah kamu terima, yang di dalamnya kamu teguh berdiri,
2 yang olehnya kamu diselamatkan, jika kamu teguh berpegang padanya seperti yang telah
kuberitakan kepadamu, kecuali kalau kamu telah sia-sia saja menjadi percaya.
3 Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima
sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati untuk dosa-dosa kita menurut Kitab Suci
4 bahwa Ia telah dikuburkan dan bahwa Ia telah dibangkitkan pada hari yang ketiga menurut
Kitab Suci
5 bahwa Ia telah menampakkan diri kepada Kefas dan kemudian kepada kedua belas murid.
6 Sesudah itu Ia menampakkan diri kepada lebih dari lima ratus saudara sekaligus,
kebanyakan dari mereka masih hidup sampai sekarang, sementara beberapa telah
meninggal;
7 selanjutnya Ia menampakkan diri kepada Yakobus, kemudian kepada semua rasul;
8 yang paling akhir dari semuanya Ia menampakkan diri juga kepadaku, sama seperti kepada
anak yang lahir sebelum waktunya.
9 Aku sesungguhnya adalah yang paling hina dari semua rasul, dan sungguh aku tidak layak
disebut rasul, sebab aku telah menganiaya Jemaat Allah;
10 tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah aku sekarang ini, dan kasih karunia-Nya yang
ada padaku tidaklah sia-sia, malahan aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka
semua, tetapi bukan aku melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku.
11 Sebab itu, baik aku maupun mereka, demikianlah kami menyatakan dan demikianlah kamu
menjadi percaya.

Eksegese Paulus – Abner Hubertus Sito MSF, Lic. Th 2022


23

2.2 Analisa Teks


a. Konteks
Bab 15 merupakan sebuah pemikiran yang evolusioner terkait tema “kebangkitan”. Situasi
Jemaat yang diwarnai dengan pemikiran Yunani, amat sulit membayangkan tentang
kebangkitan badan sebab pemahaman yang berkembang di jaman Yunani kuno amat
dipengaruhi oleh Plato: tubuh adalah jahat (bdk. 1Kor 15:12). Sementara Paulus justru
menyatakan bahwa tubuh manusiawi itu sangat penting, baik di bumi dan di surga. Allah telah
mengaruniakan Roh-Nya kepada manusia, tetapi belum mengaruniakan tubuh rohani, yang
mana akan diberikan pada saat parousia Kristus.
1Kor 15 adalah bagian yang khas dari keseluruhan surat, yaitu menjadi semacam puncak dan
dasar teologis bagi semua bagian sebelumnya. Paulus menempatkannya persis setelah bagian
tentang “karunia-karunia Roh” karena kebangkitan dari kematian adalah juga terkait dengan
peran Roh Kudus. “Kita telah dibaptis dalam satu Roh menjadi satu tubuh” (bdk. 1Kor 12:13)
artinya bahwa disatukan-digabungkan kedalam satu komunitas umat beriman di bumi;
demikian juga mereka yang telah mati akan disatukan, dengan kebangkitan badan.
1Kor 15:1-11 merupakan perikop awal dari bab 15 dan juga bagian teks yang terpenting,
yang mana berisi pewartaan iman kristiani yang paling awal terkait kebangkitan Yesus. Perikop
15:1-11 disebut juga sebagai bagian narasi dari keseluruhan bab 15, yang berfungsi sebagai
pengantar yang berisi gagasan secara umum. Struktur perikop ini terdiri dari 3 bagian pokok:
Seruan singkat (ay. 1-2)
A. kerygma1: rumusan iman (ay. 3-5) [Kefas dan 12 murid (para rasul yang sangat dekat
dengan Kristus); dimensi kristologis]
B. sejumlah penampakan Kristus (ay. 6-8) [Yakobus (dan semua rasul, saksi Kristus yang
bangkit); dimensi eklesiologis]
C. penampakan khusus kepada Paulus (ay. 9-10) [Paulus (paling hina diantara para rasul,
penganiaya Jemaat Allah); dimensi teologis]
Kesimpulan singkat (ay. 11)

b. Eksegese: “Iman akan Kristus yang bangkit”


Paulus dalam ay. 1 langsung mengingatkan Jemaat akan Injil, yang telah diberitakannya saat
ia mendirikan Jemaat Korintus. Injil, sebagai Kabar Baik, menjadi panduan dalam pewartaan
Paulus sekaligus menjadi gaya hidup komunitas umat Kristiani. Kepada Jemaat Korintus, yang
cenderung terpecah-pecah, Paulus ingin mengingatkan bahwa cara hidup seperti itu
bertentangan dengan Injil. Injil, Kabar Baik, menjadi tanda ikatan yang menyatukan antara
Paulus dan Jemaat Korintus, sehingga menjadikan mereka semua satu sama lain “saudara-
saudari” dalam Kristus Yesus.
Pewartaan Injil yang diberikan oleh Paulus dalam situasi Jemaat Korintus kemudian
ditunjukkan memiliki tiga aspek waktu, sebagaimana Paulus sendiri menjelaskan hingga ay. 2:
1. Masa lampau: “yang telah kamu terima”, saat Jemaat menerima Injil dari Paulus dalam
perjalanan misi pertama.

1 Contoh lain dari aspek kerygmatik dalam surat-surat Paulus: “kita percaya kepada Dia, yang telah
membangkitkan Yesus, Tuhan kita, dari antara orang mati, yaitu Yesus, yang telah diserahkan karena pelanggaran
kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita” (Rom 4:24b-25); “Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua
yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya? Dengan demikian kita telah dikuburkan
bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari
antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru” (Rom 6:3-4); “dan
untuk menantikan kedatangan Anak-Nya dari sorga, yang telah dibangkitkan-Nya dari antara orang mati, yaitu
Yesus, yang menyelamatkan kita dari murka yang akan datang” (1Tes 1:10).

Eksegese Paulus – Abner Hubertus Sito MSF, Lic. Th 2022


24

2. Masa kini: “yang di dalamnya kamu teguh berdiri”, Jemaat tetap setia berkembang dalam
iman dan hidup sesuai semangat Injil, tidak meninggalkan ajaran yang telah diwartakan
kepada mereka.
3. Masa depan: “yang olehnya kamu diselamatkan”, menuju keselamatan, telah dimulai
namun belum terpenuhi, yaitu pada saat kedatangan kembali Tuhan dalam kemuliaan.
Memang Injil adalah berita tentang daya ilahi yang menyelamatkan bagi manusia yang percaya
kepada Yesus Kristus: “karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang
yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani” (Rom 1:16). Jadi, Paulus
menunjukkan bahwa sesungguhnya Jemaat Korintus sudah ada dan sedang di jalan menuju
keselamatan. Oleh sebab itu, sebagaimana sejak awal dalam suratnya, Paulus mengatakan:
“Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa,
tetapi bagi kita yang diselamatkan, pemberitaan itu adalah kekuatan Allah” (1Kor 1:18), maka
Jemaat diharapkan tetap setia agar selamat.
Jemaat didorong untuk menyadari dimensi eskatologis dari iman kepercayaan mereka.
Percaya artinya menyerahkan hidup kepada Kristus sebagai tanggapan atas pewartaan Injil,
sehingga pengharapan akan adanya keselamatan manusia dalam Yesus Kristus menjadi hal
pokok agar “kepercayaan” itu tidak menjadi “sia-sia”. Inilah inti dari seluruh bab 15:
menguatkan iman Jemaat tentang kebangkitan badan Kristus sehingga mereka dapat percaya
dan berharap bagi kebangkitan badan mereka sendiri kelak (bdk. Flp 2:12).
Iman itu sendiri adalah sebuah tradisi yang diturunkan atau diteruskan penyampaiannya
kepada orang lain. Pada ay. 3, Paulus menunjukkan dimensi iman sebagai tradisi yang berawal
dari sekitar tahun 30-an M (bdk. 1Kor 11:23a: “Sebab apa yang telah kuteruskan kepadamu,
telah aku terima dari Tuhan”). Paulus menekankan bahwa iman kristiani adalah iman yang
berdasarkan tradisi, yang diteruskan dari Jemaat Perdana di Galilea dan Yudea hingga ke
berbagai suku bangsa (jemaat-jemaat yang didirikan oleh Paulus). Apa isi iman itu?
Rumusan tradisional iman Kristiani terangkum dalam ay. 3b-5. Setelah seruan singkat (ay.
1-2) dan pengantar singkat (ay. 3a), Paulus memberikan kerygma, yaitu isi dari ajaran Injil yang
disampaikan turun temurun, dikemas dalam satu kalimat panjang dengan Kristus sebagai
subyek kalimat. Kristus “telah mati” ... “telah dikuburkan” ... “telah dibangkitkan” ...
“menampakkan diri”. Sejarah keselamatan berpusat pada Kristus. Kalimat rumusan iman dari
Paulus ini terdiri dari empat bagian:
3b bahwa Kristus telah mati untuk dosa-dosa kita menurut Kitab Suci a
4a bahwa Ia telah dikuburkan b
4b dan bahwa Ia telah dibangkitkan pada hari yang ketiga menurut Kitab Suci a’
5 bahwa Ia telah menampakkan diri kepada Kefas dan kemudian kedua belas murid. b’
Bagian a – a’ adalah pokok, sedangkan bagian b – b’ adalah pelengkap. Dengan ungkapan
“menurut Kitab Suci”, Paulus menunjukkan kesinambungan antara Perjanjian Baru dengan
Perjanjian Lama (bdk. Rm 1:2; 15:4). Kristus telah mati untuk dosa kita supaya dapat
menyelamatkan manusia dari dosa. Setelah menyinggung soal kematian Kristus, kemudian
beralih kepada “dikuburkan”. Kaitan antara kematian dan penguburan (sebagaimana terlihat
juga dalam Rom 6:4 dan Kol 2:12) menegaskan kenyataan tentang kematian sekaligus sejalan
dengan konsep dunia Perjanjian Lama (lih. Kej 35:19; Hak 8:32; 12:7, 10; 12:15).
Rumusan “telah dibangkitkan” memiliki aspek daya ilahi pasif, artinya bahwa rumusan ini
menunjukkan dasar dari tindakan keselamatan yaitu sepenuhnya adalah inisiatif Allah Bapa
yang berkarya dalam diri Putera. Dengan rumusan ini, ingin diperlihatkan bahwa manusia juga
akan sama nasibnya dengan Putera (Manusia), yaitu akan “dibangkitkan” (bdk. 1Kor 15:15).
Kata “menampakkan diri” menunjukkan pengalaman konkret pribadi yang
di’perlihatkan’kan wujud dari seseorang, maka dalam pengalaman ini yang sepenuhnya

Eksegese Paulus – Abner Hubertus Sito MSF, Lic. Th 2022


25

bertindak sebagai subyek adalah “yang menampakkan diri”. Hal itu terjadi pertama kepada
Kefas, Paulus ingin menunjukkan status penting Petrus dalam lingkungan terdekat Yesus, yaitu
sebagai kepala. Ungkapan “duabelas murid”, dalam bahasa Yunani secara harafiah hanya
“Duabelas”, memperlihatkan tradisi pengalaman akan kebangkitan yaitu sungguh-sungguh
sejak peristiwa kebangkitan di Yerusalem (lih. Kis 1:15-26; 6:1-6; bdk. Mat 19:28).
Pada ayat berikutnya, ay. 6-8, Paulus menampilkan peristiwa penampakan secara lebih luas
lagi yang mana sekaligus menampilkan daftar para saksi mata akan kebangkitan Kristus.
6 Sesudah itu Ia menampakkan diri kepada lebih dari lima ratus saudara sekaligus, kebanyakan
dari mereka masih hidup sampai sekarang, sementara beberapa telah meninggal; a
7a selanjutnya Ia menampakkan diri kepada Yakobus, b
7b kemudian kepada semua rasul; a’
8 yang paling akhir dari semuanya Ia menampakkan diri juga kepadaku, sama seperti kepada
anak yang lahir sebelum waktunya. b’
Hal yang menarik dari ay. 6-8 ini adalah Paulus kembali menampilkan paralel ayat. Dalam hal
ini, terkait penampakan Kristus. Pada a – a’, Kristus menampakkan diri kepada sekelompok
orang, sementara pada b – b’, Kristus menampakkan diri pada satu orang, yaitu Yakobus (tokoh
yang sangat terpandang dalam Jemaat Perdana) dan Paulus sendiri [“Bukankah aku rasul?
Bukankah aku orang bebas? Bukankah aku telah melihat Yesus, Tuhan kita? Bukankah kamu
adalah buah pekerjaanku dalam Tuhan?” (1Kor 9:1)]. 1Kor 15:1-11 menekankan soal banyaknya
saksi mata tentang kebangkitan Kristus, yang pada ay. 11, penegasan itu terungkap dengan
rumusan “kami menyatakan”, yang menunjukkan kesatuan dan kesamaan isi kesaksian dari
orang-orang yang terpilih yang telah menyaksikan kebangkitan Kristus. Kesaksian akan
kebangkitan badan Kristus itu memang sejalan dengan Kitab Suci dan menjadi dasar pewartaan
Paulus, yang di lain kesempatan ia menegaskan betapa pentingnya pewartaan tentang Kristus:
“Tetapi tidak mengapa, sebab bagaimanapun juga, Kristus diberitakan, baik dengan maksud
palsu maupun dengan jujur. Tentang hal itu aku bersukacita. Dan aku akan tetap bersukacita”
(Flp 1:18).
Pada ay. 8, Paulus mengaitkan dirinya dengan para rasul, sebagai “yang terakhir” yang
mendapatkan penampakan Kristus yang bangkit. Dengan menggunakan istilah ektrōmati, “anak
yang lahir sebelum waktunya”, Paulus merendahkan dirinya sebagai ungkapan diri yang
menunjukkan kelemahan, ketidaksempurnaan, kekurangan. Paulus mengibaratkan dirinya
“sama seperti” atau mirip – bagaikan, sebab ia menunjuk pada kondisi spiritual dirinya sebelum
berjumpa Kristus di perjalanan Damaskus, yang waktu itu dalam kondisi mati secara rohani.
Persis seperti kata yang dipakai, ektrōmati, yang berarti juga “janin yang mati”, yang membawa
kematian di dalamnya, sudah mati. Namun, dengan berangkat dari rumusan iman (ay. 3b-5),
Paulus menunjukkan adanya kehidupan dalam dirinya, karena Kristus telah mati karena dosa
manusia dan mengunjungi-menyelamatkan manusia dari akibat dosa yaitu kematian. Dimana
ada Kristus, kematian tidak akan berkuasa sebab Kristuslah penguasa segala-galanya (bdk. Flp
2:11).
Penampakan yang dialami Paulus itu dijelaskan lebih dalam pada ay. 9-10, yang dapat dibagi
sebagai berikut:
9a Aku sesungguhnya adalah yang paling hina dari semua rasul dan sungguh aku tidak layak
disebut rasul, a
9b sebab aku telah menganiaya Jemaat Allah; b
10a tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah aku sekarang ini, dan kasih karunia-Nya yang
ada padaku tidaklah sia-sia, a’
10b malahan aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukan aku melainkan
kasih karunia Allah yang menyertai aku. b’

Eksegese Paulus – Abner Hubertus Sito MSF, Lic. Th 2022


26

Bagian a – a’ adalah pernyataan pokok tentang Paulus dan kasih karunia Allah, sedangkan
bagian b – b’ menjadi keterangan lanjutan atau pernyataan pelengkap yaitu tindakan dan
pembawaan diri Paulus.
Paulus menampilkan bagian ini dalam suratnya bukanlah terutama untuk membela
otoritasnya sebagai rasul, melainkan untuk menekankan kewibawaan dirinya sebagai seorang
pewarta Injil. Kewibawaannya terletak pada kesadaran diri akan ketidaklayakan dirinya yang
diakui dengan terbuka, semata-mata untuk menunjukkan kerahiman Allah dan daya rahmat
ilahi (kata “kharis”, kasih karunia muncul 3 kali pada ay. 10) yang bekerja tidak hanya dalam
dirinya tetapi juga dalam diri tiap orang beriman. Terkait kenyataan tentang situasi bagaimana
“bekerja lebih keras …”, Paulus mengungkapkan hal ini dengan lebih rinci dalam 2Kor 11:5,23-
29. Dengan ay. 9-10, Paulus mengoreksi secara implisit mereka yang menjadi sombong secara
rohani (bdk. 1Kor 12:28-31), bahkan ia menyamakan dirinya bagaikan “janin yang mati”.
Ungkapan lain yang menunjukkan kerendahan hati: “karena kasih karunia Allah aku adalah
aku sekarang ini”. Keberadaan diri Paulus tidaklah berarti, tidak ada apa-apanya, tanpa Allah.
Paulus tidak “hidup” jika tidak melekat dengan Allah. Dengan indahnya, Paulus menyusun kata-
kata ini sehingga mampu mengungkapkan kerendahan hati sebagai suatu aspek moral dalam
hidup beriman kepada saudara-saudari di Korintus. Kerendahan hatinya menjadi tindakan kasih
nyata bagi sesama Jemaat beriman dalam Kristus: “Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak
cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong” (1Kor 13:4).
Ayat penutup, ay. 11, Paulus menegaskan kembali dimensi kesatuan pewartaan Injil dengan
para rasul. “Demikianlah kami menyatakan dan demikianlah kamu menjadi percaya”. Perlu
diperhatikan, kata “menyatakan” menerjemahkan kata kerja kēryssō
(akar kata keryks: “pembawa pengumuman”) yang digunakan terkait
peristiwa lelang, pertunjukkan teater, pertandingan di stadion,
pemanggilan prajurit, secara umum, berarti untuk menyampaikan hal-hal
penting. Kata kēryssō dikaitkan dengan Injil hanya muncul 3 kali dalam
tulisan-tulisan Paulus (Gal 2:2; Kol 1:23; 1Tes 2:9b). Bersama dengan para
rasul, Paulus, dengan suara lantang, mengumumkan Kabar Baik tentang
Kristus yang mati dan bangkit demi manusia. Paulus menunjukkan diri
sebagai orang yang setia kepada tradisi iman yang telah ia terima dan ia
sampaikan kepada Jemaat.
Akhirnya, sikap yang diandaikan terhadap pernyataan iman itu adalah percaya, sebagaimana
kata tersebut muncul 2 kali dalam perikop ini: ay 2 dan 11. Dengan begitu, Paulus
menghubungkan ayat penutup (ay. 11) dengan seruan awal (ay. 1-2). Percaya menjadi dasar
dari seluruh ajaran iman tentang kebangkitan yang dengan lebih panjang lebar dijelaskan dalam
ayat-ayat berikutnya.

Pertanyaan:
4. Susunlah eksegese yang runtut, padat dan jelas dari 1Kor 15:1-11 seraya mencantumkan hal-
hal berikut: (30)
a) Apa ide dasar dari penulisan perikop ini? (bdk. ay. 1-2) (6)
b) Bagaimana Paulus menerangkan iman (ay. 3-5) (6)
c) Mengapa Paulus menyampaikan daftar sejumlah saksi mata akan kebangkitan? (6)
d) Bagaimana menjelaskan ungkapan “seperti anak yang lahir sebelum waktunya? (ay. 8)
Apa yang Paulus ungkapkan selanjutnya terkait kondisi dirinya sendiri? (ay. 9-10) (6)
e) Apa tujuan dari perikop ini? (bdk. ay. 11)? (6)

Eksegese Paulus – Abner Hubertus Sito MSF, Lic. Th 2022

Anda mungkin juga menyukai