Anda di halaman 1dari 76

1

EKSPOSISI SURAT GALATIA

PENGANTAR

Eksposisi menempati posisi yang sangat penting dalam memahami teks Alkitab. John
Stott mengatakan bahwa biblical exsposition sangat penting dan manfaatnya sangat besar baik
untuk si pengkhotbah maupun untuk jemaat.

Dalam upaya mengekspos satu kitab Perjanjian Baru kita tidak mungkin hanya memilih
teks-teks yang dianggap gampang sementara teks yang lain ditinggalkan. Pengkhotbah
hendaklah bekerja keras untuk meneliti keseluruhan isi kitab. Dengan demikian maka
pemberitaan kita akan mencakup seluruh maksud Allah kepada jemaat melalui kitab tersebut. 1

Dengan demikian maka bahaya salah tafsir, menafsirkan taks diluar konteks ataupun
kecendrungan pada suatu tafsiran rohani yang mengambang semakin tersingkirkan karena
setiap teks telah diteliti berdasarkan konteks seluruh kitab yang diekspos tersebut.

Melalui metode semacam ini juga pengkhotbah mampu menjawab apa yang menjadi
kebutuhan jemaat berdasarkan apa kata Firman Allah. Jawaban itu merupakan suatu jawaban
yang sesuai dengan kehendak Allah bagi mereka sejak firman itu tertulis.

Surat Paulus kepada jemaat Galatia merupakan surat yang penting dalam kitab
Perjanjian Baru, baik bagi hamba-hamba Tuhan maupun bagi jemaat. Di dalamnya terdapat
jawaban terhadap kepentingan manusia selaku orang percaya, yakni: Apa yang harus kita
perbuat untuk memperoleh keselamatan serta bagaimana orang yang diselamatkan itu dapat
hidup sesuai dengan kehendak Allah.

Martin Luther mengatakan bahwa dalam surat Galatia Paulus menyampaikan suatu
ajaran tentang iman, anugerah, pengampunan dosa atau kebenaran Kristen, agar kita dapat
memperoleh pengetahuan yang sempurna serta dapat membedakan antara kebenaran Kristen
dengan berbagai ragam kebenaran lainnya.2
1
John Stott, Only One Way, The Message of Galatians, Intervercity Press, 1968: 7
2
D. Guthrie, Ed. TMK Jilid 3: Matius- Wahyu, (Jakarta, BPK 1983),585
2

Tema surat Galatia ialah Pembenaran karena Iman. Surat ini paling keras menentang
mereka yang menuntut amal manusia sebagai sarana mendatangkan keselamatan. Menurut
firman Tuhan dalam surat ini ‘bahwa tidak ada amal manusia yang laku di hadapan Allah,
semuanya seperti kain yang luntur, larah dan lapuk’. Maka hanya mereka yang dengan iman
semata dan tanpa suatu perbuatan baik apa pun, dapat secara cuma-cuma menerima anugrah
keselamatan dari Allah dalam Yesus Kristus dan dibenarkan di hadapan Allah. Itu tidak berarti
bahwa surat ini memberi peluang kepada orang Kristen untuk boleh saja berbuat dosa karena
perbuatan baik dan jahat itu toh tidak diperhitungkan Tuhan, karena; justru orang yang telah
menerima anugerah keselamatan Allah dalam Kristus, sudah memiliki Roh Kudus yang pasti
memampukannya untuk hidup kudus serta mengerjakan perbuatan baik sebagaimana rencana
Allah. Namun itu bukanlah suatu amal manusia untuk mendatangkan keselamatan, melainkan
sebagai kosekwensi logis dari karya keselamatan yang telah diterima oleh orang percaya di
dalam Kristus. Dalam pasal 5:18, Paulus menulis: Jikalau kita hidup oleh Roh (yang memang
sudah ada pada kita ketika kita percaya kepada Kristus) maka kita tidak akan menuruti
keinginan daging. Maka surat ini sekali gus juga berbicara tentang iman yang benar yang
disertai dengan buah Roh Kudus dalam kehidupan orang-orang percaya (Bd. Galatia 5:22-23).
Jika tidak ada buah Roh Kudus dalam kehidupan Kristen maka imannya patutlah diragukan.

Surat Galatia merupakan karya yang indah dan dinamis secara theologis. Para
kommentator menggunakan kata-kata yang indah dalam menjelaskan surat ini. Alan Cole
berkata bahwa surat ini adalah bagaikan dinamit rohani. Oleh sebab itu maka selalu terjadi
ledakan-ledakan bilamana surat ini diuraikan. Contohnya pada peristiwa reformasi pada abad
16 ledakan dinamit dari surat ini terdengar kembali oleh seluruh dunia karena melalui meneliti
surat Galatia ini Martin Luther dapat mengungkapkan kebenaran-kebenaran rohani dari Injil
yang telah terkubur berabad-abad lamanya di bawah ajaran dan hirarkhi gereja dan suksesi
kepausan. Akibat dari ledakan itu terjadilah reformasi gereja dengan semboyan sola scriptura,
sola fide dan sola gratia (hanya Alkitab, hanya iman dan hanya anugerah) yang memungkinkan
manusia dapat memiliki keselamatan dari Allah dalam Kristus Yesus.
3

John Wesley pun dapat menerima pendamaian dari Allah ketika mendengar khotbah yang
diambil dari Surat Galatia.3

William Hedriksen juga menulis: “The Epistle to the Galatians is my epistle … Thus spoke
Luther, who considered Galatians the best of all the book in the bible. It has been colled the
battle-cry of the reformation, the graet charter of the relegius freedom, the christian
declaration of independen, etc. It is importen because in any ages it answers the basic question
asked by the human heart: How can I find true happiness? How can I obtion peace, tranquility,
and freedom from fear?.4

Berdasarkan statement dari beberapa tokoh alkitab di atas, maka dapatlah dimengerti
akan pentingnya bagi kita selaku hamba Tuhan untuk memperdalam akan studi kita terhadap
kitab Galatia yang penuh dengan kekayaan dan dinamika spiritual agar melalui bimbingan Roh
Kudus setiap orang percaya akan dapat menikmati suatu kehidupan yang diimpikan oleh semua
insane, yaitu keselamatan yang sempurna di dalam Kristus pada masa kini dan bahkan untuk
selama-lamanya.

Dengan mengekspos surat Galatia ini maka kita berharap akan menambah wawasan
biblika dalam hal memahami isi kitab (theologis), serta menambah pengalaman hermeniutis
serta perbendaharaan homiletis dalam tugas mengajar di sekolah-sekolah dan khususnya bagi
mereka yang dipercayakan membina pemuridan, pemahaman Alkitab, kelompok-kelompok
kecil dan lain-lain atau berkhotbah kepada jemaat-jemaat yang akan kita layani.

KONTEKS HISTORIS SURAT GALATIA

Dalam Galatia 2:12 dikatakan: Sebelum beberapa orang dari kalangan Yakobus datang.
3
Alan Cole, The Epesle of Paul to the Galatians (Tyndale NT Commentay), Eerdmans, 1978: 11
4
William Hendriksen, Galatians and Ephesions, New Testament Commentary, (Combined edition) Baker Book
Hause 1979: 3
4

Siapakah Beberapa orang dari kalangan Yakobus itu?

Untuk mengerti firman Tuhan dalam surat Gaalatia maka kita hendaknya mempelajari
konteks historis dari jemaat yang menerima surat itu. Dengan demikian maka kita juga akan
memahami mengapa Paulus menulis surat ini dengan nada yang sangat keras.Untuk itu maka
terlebih dahulu kita meneliti mengapa surat ini ditulis.

Mengapa Paulus menulis surat Galatia?

Pada dasarnya Paulus sangat kecewa melihat sikap jemaat Galatia yang nampaknya
begitu gampang sekali berbalik dari pada Tuhan Yesus kepada suatu yang disebut sebagai ‘injil
lain’, yang sebenarnya bukan Injil (Bd. Galatia 1:6-7a). Hal itu tidak lepas dari pengaruh suatu
golongan orang yang ada di Galatia dan sering menentang Paulus yang ternyata
memutarbalikkan ajaran Paulus. Mereka adalah kaum Yudaisme yang telah menerima Injil
Yesus Kristus namun belum dibebaskan dari tradisi-tradisi Yahudi mereka. Menurut Paulus,
mereka sama dengan orang Kristen KTP atau Kristen tradisi. Mereka masih berpandanngan
bahwa sunat merupakan keharusan untuk menerima kelamatan walaupun hidup mereka tidak
mendapat pembaruan melaluinya.

Paulus mengatakan bahwa walaupun mereka menyunatkan diri mereka, mereka tidak
memelihara hukum Taurat (Galatia 6:13). Maka dapatlah dikatakan bahwa mereka sudah
menjadi orang Kristen namun belum menjadi Kristen yang lahir baru dalam Kristus. Paulus juga
menyebut mereka sebagai orang-orang dari kalangan Yakobus, dan saudara-sauadara yang
bersunat (Galatia 2:12). Bagimana sesungguhnya cirri-ciri mereka?

a. Mereka berasal dari golongan Farisi (Bd. Kisah 15:5)


Tidaklah mengherankan bahwa di dalam jemaat mula-mula terdapat banyak orang yang
sebelumnya adalah orang-orang Farisi atau paling sedikit merasa diri dekat dengan
doktrin orang-orang Farisi. Hal itu sangat wajar karena pada mulanya para pengikut
ajaran Yesus itu berasal dari orang-orang Yahudi di Palestina yang beragama Yahudi
(Yudaisme). Lalu dalam Kisah Rasul dikatakan bahwa Paulus dan Barnabas diutus oleh
Roh Kudus dan jemaat di Antiokhia untuk memberitakan Injil di tempat-tempat yang
5

belum dijangkau oleh Injil. Setelah kembali/sampai di jemaat Antiokhia mereka


mengumpulkan jemaat serta menceritakan segala sesuatu yang Allah kerjakan dengan
parantaraan mereka, dan bahwa Allah telah membuka pintu bagi bangsa-bangsa lain
(kafir) untuk beriman kepada Yesus (Kisah 14:27).
Mendengar hal itu jemaat di Antiokhia sangat gembira. Akan tetapi jemaat di Yerusalem
khususnya mereka yang berlatarbelakang Farisi belum dapat ambil bagian dalam
kegembiraan itu. Mereka malahan mengutus pengajar-pengajar untuk menyelidiki
keadaan orang-orang Kristen dari latar belakang kafir serta mengajarkan kepada mereka
syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi Kristen yang sungguh-sungguh
berdasarkan Hukum Taurat. Menurut golongan orang-orang itu maka setiap orang harus
disunat berdasarkan adat istiadat yang diwariskan oleh Musa, agar dapat diselamatkan
(Bd. Kisah 15:1). Golongan inilah yang selalu mengganggu Pelayanan Paulus.
b. Mereka berpegang kuat pada hukum dan adat istiadat Yahudi (Kisah 15:1).
Orang-orang Farisi itu percaya bahwa ada kebangkitan. Mungkin pada waktu mereka
melihat bukti-bukti kebangkitan Tuhan Yesus serta menyaksikan mujizat-mujizat-Nya,
mereka merasa begitu berkesan sehingga menggabungkan diri dengan orang-orang
percaya. Namun karena mereka belum mengalami pembaruan secara rohani, mereka
tetap saja sebagai orang Yahudi yang legalis. William Hendreksen menulis: They were
convinced that it took more than simple fith in Jesus to be saved; and that strict
observance of Jewish cerimonies, particularly circumcision, was also necessary. 5
Sebenarnya masalah ini telah diselesaikan dalam sidang di Yerusalem yang
diselenggarakan atas inisiatif jemaat di Antiokhia, dimana dikatakan bahwa mereka
mengutus Paulus dan Barnabas ke Yerusalem untuk membicarakan hubungan antara
keselamatan dan adat orang Yahudi (Kisah 15:1-2). Dalam sidang itu ditetapkan bahwa
jalan keselamatan hanya satu saja baik untuk orang Yahudi maupun orang kafir, yaitu
hanya oleh kasih karunia Tuhan Yesus Kristus kita akan beroleh keselamatan (Kisah 15:
7-11).
c. Konsep Keselamatan Mereka (Galatia 5:2-3; 6:12)

5
William Hendriksen, Galatians and Ephesians, … 17
6

Tentulah golongan orang-orang sunat ini mengajarkan bahwa manusia harus percaya
kepada Tuhan Yesus untuk beroleh keselamatan. Namun di samping itu mereka juga
mengajarkan bahwa sunat serta taat kepada beberapa hukum dan adat istiadat Yahudi
juga adalah penting sebagai alat yang menyalurkan keselamatan. Secara singkat mereka
katakan: ‘syarat keselamatan adalah percaya + ketaatan kepada hokum dan ketentuan
rohani’.6
Menurut Galatia 1-2 para pengajar dari goloongan sunat itu mendiskreditkan Paulus di
hadapan jemaat-jemaat serta menuduh bahwa Injil yang diberitakannya masih kurang.
Mereka melakukan itu untuk menggoncangkan posisi Paulus di lingkungan jemaaat
Galatia. Hal ini menunjukkan bahwa mereka adalah pendusta-pendusta yang memiliki
suatu motifasi yang tidak murni lagi untuk melayani Tuhan.
Jadi tujuan Paulus menulis surat Galatia adalah untuk meluruskan iman jemaat
yang telah dipengaruhi oleh bahaya ajaran Yudaisme di gereja-gereja Galatia bagian
Selatan, dan Paulus juga kembali menekankan tentang Injil yang benar adalah Injil yang
menawarkan anugerah Allah secara Cuma-Cuma di dalam Kristus Yesus: pembenaran
hanya oleh iman sedangkan perbuatan atau amal baik adalah sebagai akibat dari karya
Roh Kudus yang ada dalam orang percaya ketika menerima Kristus, yang merupakan
buah yang nampak dalam kehidupan mereka.

Apakah roh golongan Yakobus itu masih bekerja?

Pertanyaan ini boleh disherringkan dengan teman di kelas dan dengan dosen Pembina.

SIAPAKAH PAULUS DAN APAKAH INJIL YANG DIBERITAKANNYA Psl. 1: 1-5

6
William Hendriksen, Ibid., 20
7

Sudah terlihat di atas bahwa golongan sunat berupaya keras untuk meyakinkan jemaat
di Galatia akan konsep mereka sendiri mengenai keselamatan. Untuk mencapai tujuan tersebut
mereka mencoba menyingkirkan ajaran Paulus. Sebagai langkah awal dari rencana ini mereka
mencoba meragukan otoritas Paulus. Kalau hal ini berhasil maka dengan sangat gampang
mereka akan menyatakan bahwa Injil Paulus pun dianggap tidak sesuai dengan kebenaran
Allah. Untuk mencegah upaya mereka Paulus memulai suratnya dengan dua hal penting yaitu:

- Dari siapa Paulus mendapat otoritas untuk menyampaikan Injil Yesus Kristus (ayat 1-2).
- Apakah inti berita Injil yang Paulus sampaikan (ayat 3-5).

A. Paulus adalah rasul oleh Yesus Kristus dan Allah Bapa (ayat 1)
Paulus dengan tegas menyangkal tuduhan yang dilontarkan oleh golongan sunat yang
meragukan keaslian kerasulan-nya dengan mengatakan bahwa ia hanya menamai dirinya
rasul, namun Allah tidak pernah mengutusnya. Untuk itu Paulus berkata: Aku memang
seorang rasul, bukan karena apo manusia. Kata Yunani apo berarti ,sumber” “pokok”
(ultimate source).7 Perhatikan juga bahwa kata manusia dimasukkanm dalam bentuk jamak.
Artinya bahwa kerasulan Paulus tidak berasal dari manusia, atau lebih tepat bahwa
panggilannya untuk menjadi rasul bukan akibat dari suatu dorongan manusiawi.
Selanjutnya ia katakan: aku seorang rasul, tetapi bukan oleh dia seorang manusia. Kata
Yunani dia berarti ‘melalui dan menyatakan instrument (means, agency). 8 Di bagian ini kata
manusia dimasukkan dalam bentuk tunggal, yang menunjukkan bahwa panggilan Paulus
tidak tergantung pada pengaruh seorang manusia tertentu. Kenet Wuest berkata: Paul’s
apostleship was not drived from a human sours or givin through a human channel. 9 Kalau
penggilannya bukan karena manusia ataupun oleh seorang manusia, maka dari manakah
asalnya panggilan Paulus? Jawabannya terdapat pada ayat 1 b: ‘Aku adalah seorang rasul
oleh Yesus Kristus dan Allah Bapa’.
Paulus menjadi rasul bukan oleh karena suatu ide yang timbul dari dalam hati manusia,
sebaliknya panggilan Paulus menjadi rasul bersifat illahi, karena diberikan langsung
7
Arndt & Gingrich, Greek English Lexicon of the New Tastament and Other Early Christian Literature, The
University of Chicago Press, 1957:86
8
Ibid., 178
9
Keneth Wuest, Wuest’s Word Studies from the Greek New Testament, Vol I Berdmans, Tree Volumes set. 1973
Galatians, 29
8

kepadanya pada waktu ia bertemu dengan Tuhan Yesus secara pribadi. Di bagian ini pun
dipergunakan preposisi Yunani dia ‘melalui’. Artinya Paulus tidak lagi berbicara tentang
sumber dari panggilannya. Hal itu sudah menjadi tidak perlu lagi karena kalau panggilan itu
datang ketika ia bertemu dengan Tuhan Yesus maka dengan sendirinya Allah adalah sumber
dari panggilan nya itu. Dalam konsep pemikiran Paulus tidak terlalu dibedakan antara Yesus
Kristus dan Allah Bapa, karena keduanya adalah Allah.
Paulus kemudian menambahkan bahwa ketika ia menerima panggilan itu Yesus telah bangkit
dari antara orang mati (ay. 1c). Dengan demikian ia membedakan dirinya dari ke 12 rasul.
Pertama-tama adalah dari segi waktu panggilan itu diterima. Bahwa ke 12 rasul itu dipanggil
ketika Yesus masih berada di dunia ini, sedangkan Paulus dipanggil pada waktu setelah
Yesus menyelesaikan karya keselamatan-Nya di kayu salib “It was the risen Lord who
10
commissioned him”. Dalam Kisah 9: 3-8 dapat terrekam panggilannya itu. Pada waktu
Paulus membela diri di hadapan raja Agripa, ia menyebut peristiwa itu sebagai suatu
penglihatan yang dari sorga (Kisah 26:19). Dalam 1 Kor. 9:1, Paulus berkata bahwa ia telah
melihat Yesus, dan maka hal itu menjadi bukti bahwa ia adalah seorang rasul.
Selanjutnya dalam jalan kehidupan Paulus memang telah terjadi serentetan peristiwa yang
mematangkan akan panggilannya sebagai rasul Kristus. Antara lain bahwa ia telah dilayani
secara pribadi oleh Ananias, yang sudah pasti telah menyampaikan kepadanya apa yang telah
difirmankan oleh Tuhan kepadanya (Kisah. 9:15-17).
Juga termasuk suasana rohani dalam jemaat di Antiokhia pasti sangat berperan dalam
membentuk kehidupan dan kepribadian Paulus. Namun demikian kesadaran bahwa panggilan
itu tidak berasal dari manusia ataupun diberikan melalui seorang manusia, melainkan secara
langsung dari Allah, senantiasa mengikat Paulus dalam tugas dan panggilannya itu.

Aplikasi/penerapan untuk masa kini


1. Paulus tidak ragu-ragu, sebaliknya sangat berani menghadapi tuduhan dari golongan sunat.
Bahkan dalam pelayanannya Paulus cukup flexible dalam banyak hal, namun ia tidak mengenal
kompromisme bilamana kebenaran illahi itu terancam.
2. Oleh karena panggilannya begitu jelas, ia sama sekali tidak akan mundur karena suatu kesulitan,
tuduhan, kesalahfahaman, bahkan penganiayaan yang sewaktu-waktu harus dihadapinya (Bd. 2

10
John Stott, Only One Way, The Message of the Galatians, IVP, 1968: 14
9

Kor. 8:1-10) Maka Paulus adalah seorang budak yang diikat oleh Tuhan Yesus (bondslave of
Christ).
3. Betapa kasihan bagi hamba Tuhan yang melayani tanpa panggilan yang jelas. Ia tidak akan tahan
lama melayani. Ia juga tentu menjadi tukang kompromi. Gereja membutuhkan orang yang
berkata: ‘Saya dipanggil oleh Tuhan Yesus. Maka manusia atau dalam keadaan yang sulit
sekalipun tidak akan menggagalkan panggilan saya itu”.
Dengan demikian ungkapan melayani sesuai dengan panggilan Tuhan mempunyai makna yang
sangat dalam. Sikap mengikuti/mentaati panggilan Tuhan menjadikan Paulus seorang hamba
Tuhan yang membolak-balikkan dunia, suku, bangsa dan kebudayaan dengan Injil Yesus Kristus.
Maka bolahlah kita berkata bahwa ia lah yang menjadi hamba Tuhan Yesus Kristus yang sukses.
Kunci kesuksesan yang benar terletak antara lain pada rahasia ini: yakni “Melayani berdasarkan
panggilan Tuhan”.

B. Oleh karena Paulus dipanggil menjadi rasul, maka ia juga memiliki terang yang benar
tentang kebenaran Injil Yesus Kristus (aya. 3-4)

Injil Yesus Kristus bukanlah segala macam berita yang dikatakan orang berasal dari Allah.
Inti dari berita Injil adalah sabda Allah tentang kasih karunia Caris dan damai sejahtera
eirene. Perhatikan bahwa bukan segala perkataan tentang segala kasih karunia dan damai
sejahtera itu termasuk di dalam Injil. Oleh karena itu maka dikatakan hanya kasih karunia
dan damai sejahtera yang berasal dari dan diberikan oleh Allah, Bapa kita dan oleh Tuhan
Yesus Kristus, adalah kasih karunia dan damai sejahtera yang benar. John Stoot menulis
bahwa kedua kata itu “summarize Paul’s gospel of salvation”.11
Hekikat keselamatan ialah damai sejahtera atau rekonsiliasi, yaitu damai sejahtera dengan
Allah, dengan sesama manusia dan dengan dirinya sendiri.
Sumber keselamatan ialah kasih karunia, yaitu kemurahan Allah yang gratis dan sama sekali
tidak tergantung pada amal dan budi baik manusia. Maka kasih karunia adalah kemurahan
Allah yang diberikan kepada manusia yang mana sesungguhnya manusia tidak layak
menerimanya.

11
Ibid., 16
10

Selanjutnya pada ayat 4 Pulus menjelaskan suatu peristiwa historis yang mendemonstrasikan
kasih karunia Allah yang memungkinkan kasih karuniaAllah itu mengalir yakni kematian
Kristus di kayu salib. Maka dengan demikian kita mengerti bahwa pada hakikatnya Injil
Yesus Kristus adalah berita akurat tentang Yesus Kristus yang mati di kayu salib. Ada tiga
hal yang perlu kita perhatikan dengan seksama tentang kematian Kristus, Yaitu:

1. Kristus mati untuk dosa-dosa kita (ay. 4a).


Kata ‘menyerahkan diri-Nya’ dapat juga diterjemahkan ‘mempersembahkan diri-Nya.
Artinya bahwa kematian Kristus bukan terutama suatu demonstrasi kasih, ataupun satu
contoh kepahlawanan yang gagah perkasa, melainkan bahwa kematian Kristus adalah
yang terutama merupakan suatu pengorbanan (sacrifice) karena dosa manusia.
Kalimat karena dosa kita dalam bahasa Yunani adalah ‘uper ton ‘amartion ‘emon ‘huper
ton hamartion hemon’.
Dalam naskah yang tua sekali bukan dipakai kata huper, melainkan peri.12
Kalau kata Yunani peri itu benar, maka ayat 4a ini mengingatkan kita akan sebuah
persembahan karena dosa di dalam kitab Perjanjian Lama (Bd. Imamat 5:11; Bilangan
8:8). Menurut Perjanjian Baru kematian Kristus adalah suatu persembahan Allah karena
dosa umat manusia (Yoh. 1:29; Roma 8:3; 1 Petrus 3:18). Berdasarkan persembahan itu
maka dosa-dosa mania yang percaya dapat diampuni dan dilupakan oleh Allah. Dalam
Galatia 3 uraian tentang kebenaran itu menjadi lebih dalam lagi.
Kalau kita betul-betul mengerti bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita,
maka kita pasti akan mengaminkan dengan setulus-tulusnya: kalau tuntutan Allah
sedemikian tinggi yaitu tutntutan kematian, maka sangat tidak mungkin kita dapat
menyelamatkan diri kita sendiri.

2. Kristus mati untuk melepaskan kita dari dunia jahat yang sekarang ini (ay. 4b).
Hakekat kematian Kristus di kayu salib adalah: karena dosa-dosa kita. Tujuannya adalah
untuk melepaskan kita dari cengkraman dunia jahat yang sekarang ini.

12
Hodges/Farstad, The Greek New Testament According to Majority Texs, Thomas Nelson, 1985:570
11

Agama Kristen pernah dijuluki sebagai ‘a rescue relegion’.13 Istilah ‘melepaskan’ berarti
‘to deliver. It denotes the recue from the power of something’. 14 Maka menjadi orang
Kristen berarti dilepaskan dari kuasa dunia jahat yang sedang beoperasi sekarang ini.
Oleh sebab itu maka agama Kristen disebut agama power–encounter, dimana
kemenangan pastilah berada di pihak Allah serta semua orang yang percaya kepada-Nya.
Perhatikan: ‘dilepaskan’ berbeda artinya dengan ‘dipindahkan dari’. Artinya bahwa orang
Kristen dilepaskan dari kuasa dunia yang jahat ini, namun mereka sekarang masih tetap
tinggal di dalam dunia (Yohanes 17:15).
Kata dunia dalam bahasa Yunani adalah aion ‘aion’. Artinya bukanlah dunia/bumi yang
kelihatan ini atau alam semesta atau menusia yang tinggal di bumi, sehingga lebih tepat
bila diterjemahkan dengan suatu dunia/zaman jahat, yaitu suatu pola hidup yang jahat
pada dewasa ini, yakni suatu cara hidup yang diluar kehendak Allah/bertentangan
dengan kehendak Allah.
Dalam bahasa Yunani terdapat dua kata yang diartikan jahat, yaitu: (i) kakos ‘kakos’
yang berbicara tentang kejahatan yang ada pada seseorang, tetapi tidak langsung menulari
orang lain. Kata kedua adalah poneros ‘poneros’ yang mengandung unsur menular.
Artinya adalah orang yang ‘poneros’ itu adalah orang yang tidak akan puas dengan
kejahatannya sendiri kecuali ia bisa menularkannya dengan membuat orang lain menjadi
jahat. Kata poneros itulah yang dipakai dalam ayat 4 ini. Dunia ini yang dimaksud bukan
hanya dunia jahat secara pasif, melainkan bahwa ia (dunia) yang berupaya secara aktif
untuk menjadikan kita jahat.
Iblis dengan pasukannya beroperasi di dunia yang jahat ini bahkan diijzinkan oleh
Allah untuk memerintah. Itulah sebabnya Paulus berkata kepada jemaat di Efesus: tanpa
perlengkapan dengan senjata Allah kita tidak akan dapat bertahan melawan tipu muslihat
iblis; karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan
pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu
dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara (Efesus 6:12).
Puji Tuhan karena Kristus telah mati untuk melepaskan kita dari kuasa dunia yang
jahat ini (seperti diuraikan di atas). Walaupun kita masih hidup dan tinggal di dalam
dunia ini, kita sudah dilepaskan dari kuasanya, dan sedang dalam kondisi menikmati
13
John Stott, Only One Way, …, 18
14
Dari Key to the Greek New Testament.
12

suatu dunia yang baru ‘dunia yang akan datang’. Maka makna pertobatan adalah bahwa
kita dilepaskan dari dunia yang lama dan dimungkinkan untuk hidup sesuai dengan
keadaan dunia yang baru yakni dunia Allah sendiri (Bd. Galatia 2:20; 2 Kor. 5:17). John
Stott menulis:’The Christian life is living in this age the life of the age to come’.

3. Kristus mati menurut kehandak Allah dan Bapa kita (ay. 4c).
Berita Injil ini tidak sesuai dengan rencana ataupun kehendak manusia.
Keselamatan yang cuma-cuma, berdasarkan kasih karunia saja, tidak mungkin akan
timbul dalam pikiran manusia. Allah sendirilah yang telah lebih dulu merencanakan
keselamatan seperti itu. Dalam Efesus 1 Hal itu telah dijelaskan oleh Paulus.

Kalau keselamatan itu menurut kehendak dan rencana Allah, maka kita sepatutnya yakin
bahwa tidak ada yang cacat di dalamnya. Itu berarti sudah sangat sempurna dan
manusia tidak perlu menambahkan sesuatu apa pun padanya. Apa yang dilakukan oleh
Allah di dalam Yesus Kristus adalah hal yang sempurna adanya. Dalam suratnya kepada
jemaat di Efesus Paulus telah menjelaskan hal ini secara lebih mendetail. “Dalam kasih
Ia (Allah) telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-
anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehanadak-Nya (psl. 1:5). Celakalah mereka yang
ingin memperbaiki keselamatan yang menurut kehendak Allah denngan cara menambah
persyaratan manusiawi padanya. Mereka persis seperti golongan sunat pada zaman
Paulus melayani di Galatia.

Oleh sebab itu marilah kita menerima keselamatan melalui percaya kepada
Yesus Kristus tanpa suatu syarat tertentu yang harus dipenuhi di samping apa yang telah
dikerjakan oleh Yesus di kayu salib bagi kita. Keselamatan itu telah diberikan secara
gratis selaku pemberian yang tidak perlu dibayar oleh kita, sebab harganya telah dibayar
lunas oleh Yesus (1 Kor. 6:20). Itu sama sekali tidaklah berarti bahwa keselamatan itu
sesuatu yang murahan, melainkan sebaliknya sangat mahal, karena harganya adalah
darah Kristus yang suci yang lebih mahal harganya dari pada perak atau emas (1 Petrus
1:19). Maka hendaklah kita tidak menambahkan lagi syarat-syarat pada pengorbanan
Kristus itu, karena dengan berbuat demikian kita menghina darah Kristus yang mulia itu.
13

KEADAAN JEMAAT GALATIA SERTA REAKSI PAULUS (Psl. 1:6-10)

Setelah Paulus menjelaskan secara padat dan singkat tentang apa sebenarnya Injil Yesus
Kristus itu, ia langsung membahas pokok utama pembicaraannya, yaitu mengenai keadaan
jemaat-jemaat di Galatia.

A. Ketidak setiaan orang-orang Galatia (ayat 6).

Paulus berkata: “Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh
kasih karunia Kristus telah memanggil kamu”. Clarke menulis: “It was a metter of wonder to the
apostle that a people so sondly converted to God should have so soon made shipwreck of their

Faith.15

Paulus sendirilah yang untuk pertamakalinya memberitakan Injil kepada orang Galatia. (Bd.
Kisah 13-14). Pemberitaan itu disertai dengan tanda-tanda mujizat yang meneguhkan firman
Allah, sehingga respons orang-orang Galatia pada waktu itu sangat menggembirakan. Itulah
sebabnya mengapa Paulus meresa heran setelah mendengar ketidak setiaan jemaat –jemaat di
sana. Keadaan mereka sedemikian gawat sehingga Paulus menggunakan ungkapan Yunani
metatiqemi ‘metatithemi’ (LAI berbalik). Arti dasar dari kata itu adalah ‘berubah setia’ yang
juga dipakai untuk tentara-tentara yang membelot atau melarikan diri dari dinas militernya. Kata
ini juga dipakai untuk menyatakan orang-orang yang inkar terhadap agamanya (turn apostate).16

Dengan demikian Paulus menyatakan bahwa mereka selaku pembelot rohani. Mereka sedang
meninggalkan Injil kasih karunia Allah (Kisah 20:24). Oleh kasih karunia Allah kita telah
dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus (bd,Roma 3:24).
Sebaliknya mereka telah memulai untuk mengikuti Injil lain, yang sebenarnya bukan Injil, yang
berpendapat: jikalau kamu tidak disunat menurut adat istiadat yang diwariskan oleh Musa, kamu
tidak dapat diselamatkan (Kisah 15:1).

B. Keadaan itu disebabkan karena pemberitaan guru-guru palsu dari golongan sunat (ay. 7)
15
The Bethany Parallel Commentary on the New Testament, Bethany House Publishirs, 1983: 1098
16
Ardn-Gingrich, Greek English Lexicon of the New Testament … , 515
14

Golongan sunat yang datang ke Galatia dan mengacaukan jemaat-jemaat di sana tidak
diutus oleh para rasul di Yerusalem. Hal itu jelas bila kita bandingkan dengan Kisah 15:24, yang
menjelaskan tentang segala keputusan-keputusan sidang di sana. Sidang itu menyadari bahwa
ada beberapa orang yang berkeliling mengunjungi jemaat yang baru berdiri ‘menggelisahkan
serta menggoyahkan hati mereka’ dengan ajaran-ajaran yang tidak dipesankan oleh para rasul
di Yerusalem. Kata menggelisah dalam teks Yunani adalah tarsso ‘tarasso’. Kata inilah yang
diterjemahkan dengan ‘mengacaukan’ dalam Galatia 1:7.
Maka kalau kita menyimak masalah ini secara seksama sepertinya Paulus berkata: kamu sedang
mengikuti pengajar-pengajar palsu yang ditolak oleh seluruh sidang yang baru saja usai
diselenggarakan di Yerusalem. Sadarlah dan bertobatlah sebelum terlambat.
Sudah dibahas pada bagian introduksi bahwa golongan sunat itu tidak menolak karya
keselamatan Kristus yang harus diterima dengan iman, namun disamping itu mereka
mengajarkan syarat-syarat tambahan yang juga harus dipenuhi oleh seseorang sebelum ia dapat
selamat. Paulus dengan tegas mengatakan bahwa ajaran itu bukan semacam Injil walaupun hanya
berbeda sedikit dari Injil yang diberitakan oleh Paulus. Injil yang sebenarnya hanya satu dan
tidak berubah menurut sikon dan waktu. Kalau kita mencoba mengurangi salah satu dari pada
Injil Yesus Kristus, itupun bukan Injil lain melainkan sudah menjadi bukan Injil lagi. Oleh sebab
itu Paulus berkata bahwa para pengajar palsu itu hanya memutarbalikkan Injil Kristus.
Perhatikan juga hubungan antara ayat 6 dan 7. Menurut bahasa aslinya dikatakan:
(Kamu) mengikuti suatu Injil Lain (heteros) yang bukan Injil lain (allos).17

Heteros, berarti ‘lain jenis’, sedangkan allos berarti ‘lain dari jenis yang sama. Artinya
bahwa Injil yang diberitakan oleh para pengajar sesat itu bukan Injil sma sekali. Sebenarnya
nama Injil tidak boleh dipakai untuk mereka itu, karena apa yang mereka beritakan bukan suatu
Injil yang lain, tetapi lain sama sekali jenisnya dan itu bukanlah Injil. Benarlah apa yang
dikatakan orang Inggris: “call a spade a spade”, artinya berbicaralah menyebut dengan terus
terang! Pakailah nama yang sebenarnya!

Injil sesungguhnya berarti kabar baik. Kabar baik yang heteros itu tidak mungkin
menjadi kabar baik lagi, karena Injil yang heteros itu adalah Injil yang jahat, atau suatu kabar
baik yang sebenarnya adalah jahat karena hal itu kontradiksi dengan Injil yang benar.
17
Keneth Wuest, Wuest’s Word Studies …, 36-37
15

C. Reaksi Paulus

Menghadapi kenyataan bahwa jemaat di Galatia sangat terganggu bahkan telah dikacaukan,
oleh para pengajar palsu maka Paulus dengan tegas mengatakan dua hal:

1. Injil yang benar yang pernah mereka dengar adalah Injil yang diberitakan oleh Paulus
sendiri. Maka implikasinya bahwa segala berita yang lain yang walaupun memakai
selimut Injil bukanlah Injil Yesus Kristus. Oleh sebab itu hendaklah jangan mendengar
siapapun juga yang menawarkan sesuatu yang disebutkan Injil, namun yang sebenarnya
bukanlah Injil.
2. Setiap orang yang memberitakan Injil yang berbeda dengan apa yang telah diberitakan
kepada mereka oleh Paulus sendiri TERKUTUKLAH

Kata terkutuk dalam teks aslinya adalah anaqema ‘anathema’. Kata itu juga dipakai dalam
LXX.18 Yang menunjuk kepada orang atau barang yang dikhusukan untuk dimusnahkan
karena tidak berkenan kepada Allah (Ulangan 7-26; Yosua 6:17). Secara rohani kata ini
dipergunakan bagi seseorang yang tidak lagi berkenan kepada Allah karena dosa, dan olah
sebab itu ia menjadi terkutuk.19.

Menurut Roma 9:3, ada hubungan antara ‘terkutuk’ dan ‘mati secara rohani’. Karena
‘terkutuk’ dan ‘terpisah’ dari Allah merupakan dua anak kembar.

Dengan kata lain Paulus mencoba mengekspresikan keinginannya bahwa para pengajar palsu
akan jatuh di bawah kutuk hukuman Allah.

Bagaimana penilaian kita terhadap sikap Paulus ini? Apakah ia terbawa oleh emosi yang
harus kita nilai secara negatif dan kurang rohani? Manusia modern seeringkali menilai
demikian. Mereka katakan bahwa sikap Paulus ini sangat kekanak-kanakan dan berlawanan
dengan sikap kasih yang dituntut oleh Injil Yesus Kristus. Sebelum membahas hal mini lebih
jauh, baiklah kita memperhatikan dua hal:

1. Jelas bahwa Paulus tidak mengucapkan sentiment pribadi berdasarkan perasaan suka atau
tidak suka kepada para pengajar itu. Kutukan yang diucapkan Paulus itu bukan hanya

18
Alkitab PL dalam bahasa Yunani (LXX) di sebut Septuaginta
19
W. E. Vine, An Expository Dictionary of the New Testament Words, Thomas Nelson, 1984: 254
16

para pengajaar palsu itu melainkan termasuk dirinya sendiri bahkan juga malaekat-
malaekat. Artinya jika satu kali kelak Paulus memberitakan sesuatu yang tidak sesuai
dengan Injil Yesus Kristus, maka hukuman yang sama juga berlaku untuk dia. Jelas
bahwa Paulus mengucapkan suatu vonis yang bersifat umum dan universal, sehingga
jelas tidak karena sentiment pribadi atau sakit hati kepada orang tertentu.
2. Ia menegucapkan kutuk ini justru karena dia mengasihi jemaaat-jemaat di Galatia dan
maka ia bernyala-nyala untuk membela kebenaran firman Allah. Kalau ia diam saja dan
menunjukkan sikap acuh ataupun kompromi dengan dusta, maka kasihnya kepada sesama
manusia dapat diragukan.
Banyak hamba Tuhan terkadang tidak berani tegas, sehingga dengan terpaksa
menerima saja apa yang terjadi dalam jemaat karena takut, atau bahkan sering terjadi
kompromi apabila orang tertentu yang dihormati dan lain-lain, melakukan hal yang
sebenarnya telah merusak iman jemaat. Untuk kita harus berani bertobat dan berani.

Atas dasar tersebut di atas maka dapat dimengerti mengapa Paulus mengucapkan kata-
kata yang keras. Ia berbuat demikian karena:

Pertama, ia membela kemuliaan Injil Allah sendiri yang artinya membela kebenaran Allah.
Kalau Ia diam dan setuju bahwa keselamatan dapat diperoleh liwat usaha manusia, maka ia juga
menyetujui akan kesia-siaan kematian Kristus (Galatia 2:21). Kedua, Ia tahu bahwa hanya Injil
Tuhan Yesus Kristuslah yang dapat menyelamatkan orang-orang berdosa. Ia tidak mau
mengambil resiko bahwa ia sendiri menjadi sebab mengapa orang lain jatuh. Yesus pun pernah
melontarkan kata-kata yang keras terhadaap mereka yang menyesatkan orang lain. Ia berkata:
baiklah bagi mereka jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu mereka dibuang ke
dalam laut (Markus 9:42). Paulus yakin bahwa satu-satunya berita yang merupakan dinamika
Allah adalah Injil Yesus Kristus (Roma 1:16).

Paulus tahu bahwa ia tidak menjadi popular dengan perkataan-perkataannya yang keras itu. Oleh
sebab itu ia menutup bagian ini dngan mengatakan bahwa ia tidak dipanggil untuk berbicara
sesuka hati manusia. Kalimat terakhir Paulus penting untuk disimak. Ia menulis: Sekiranya aku
masih mau mencoba berkenan kepada manusia maka Aku bukanlah hamba Kristus (Ps. 1:10).
17

ARGUMENTASI PAULUS UNTUK MEMBUKTIKAN BAHWA INJIL


YANG DIBERITAKANNYA BERASAL DARI ALLAH Ps, 1:11-2:14

A. Injil Paulus adalah Illahi, bukan insani (11-12)


Injil yang diberitakan oleh Paulus sangat indah dan menarik. Hal itu bukan hanya dijelaskan
dalam surat Galatia, melainkan juga surat Roma, Korintus serta surat-surat Paulus yang lainnya.
Semuanya bernafaskan kabar baik tentang Yesus Kristus yang adalah satu-satunya nama yang
diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan. Paulus menegaskan: Injil yang
kuberitakan bukanlah Injil manusia, dan bukan manusia yang mengajarkannya kepadaku, tetapi
aku menerimanya oleh penyataan Yesus Kristus (Ay. 11-12).

Kata ‘penyataan Yesus Kristus’ sebaiknya dinyatakan sebagai subjective genitive atau
genitive of origen, yaitu bahwa Yesus Kristus menjadi inti dari penyataan itu, atau Yesus Kristus
menjadi objek dari penyataan itu. Artinya bahwa Injil diberikan kepadanya melalui satu
penyataan yang diberikan oleh Yesus Kristus.

Kapankah penyataan itu terjadi? Dalam surat ini Paulus tidak menjelaskannya, namun William
Hendriksen menganggap bahwa pertobatan Paulus merupakan peristiwa yang dimaksudkannya
dalam ayat 12 ini.20 Demikian juga Alan Cole.21 Ia menulis sebagai berikut: ‘On the road to
Damascus Paul received a transporming revelation … from that moment the veil that had
obscured the Messiahship of Jesus was drawn away, and Paul saw clearly the true meaning of
facts with which he had long been acquainted”.22

Di sini terdapat beberapa kebenaran rohani yang perlu kita perhatikan, yakni:

1. Sebagai seorang Farisi yang terlatih dalam soal-soal agama, Paulus sudah tentu
mengetahui cerita-cerita tentang Yesus. Ia sudah mahir dalam memahami Perjanjian
Lama, namun selama pengetahuannya terikat olah hati yang belum dibarui, ia tidak dapat
menerima Yessus sebagai Mesias.
2. Namun demikian, setelah ia diselamatkan, Roh kudus memakai pengetahuan yang telah
ada padanya, dan kemudian ia lansung dapat melihat Yesus menyatakan diri kepadanya,
20
William Hendriksen, Galatians and Efesians …, 48-50
21
Alan Cole, The Epestle of Paul to the Galatians, Tyndale NTC, Eerdmans, 1978: 47
22
Ibid.
18

ia juga langsung mengarti tentang sesuatu yang baru, yakni apa yang dulu masih tertutup
baginya.
3. Maka tidaklah benar meremehkan studi dan pengetahuan theologis.

Pada era postmo ini ada suatu tendensi umum yang menganggap bahwa pengetahuan
theologia/bertheologia itu tidak perlu dalam jemaat, bahkan dianggap hal itu merupakan
penghambat pekerjaan Roh Kudus. Orang yang berpandangan demikian menunjukkan bahwa
mereka masih bayi rohani dan tidak akan mengerti apa-apa. Jangan lupa dua hal penting: (i)
Alkitab tidak pernah membuat kontradiksi antara pengetahuan theologia dan pekerjaan Roh
Kudus. (2) missionary yang terbesar di dunia paada waktu itu, yaitu Paulus, juga sekaligus
adalah seoraang theolog terbesar.

Memang tidak dapat disangkali bahwa theolog-theolog yang tidak mempunyai hati Injil bisa
sangat berbahaya dan memang menghambat pekerjaana Roh Kudus, demikian juga sebaliknya
para hamba-hamba Tuhan yang hanya berkata ‘mengikuti gerakan Roh Kudus saja tanpa tahu
theologia yang benar, maka mereka itu segera akan diombang ambingkan oleh arus angin
pengajaran yang nampaknya begitu popular pada salah suatu dekaade saja karena mereka tidak
mempunyai dasar pijak yang mapan untuk menilai segala perkembangan yang nampaknya rohani
secara theologia (berdasarkan Alkitab). Maka mereka juga akan terjerumus ke dalam pengajaran
yang ekstrim dan kaku, karena tidak mengerti bertheologia sebagaimana mestinya.

Kalau kita mau belajar dari apa yang dibuat oleh Paulus maka kita akan bersikap lain. Ia
sadar bahwa pengetahuan theologi tentu tidak sama dengan penyataan Allah. Bahkan dalam surat
Filipi 3:4-11 Paulus menjelaskan bahwa pengertiannya sebelum ia bertobat, walaupun ia sudah
belajar theologia Perjanjian Lama (Taurat) dianggapnya suatu kerugian dan bahkan disebutnya
sampah (kotoran manusia) sehingga ia memutuskan untuk melepaskan semuanya, yaitu semua
interpretasi yang salah tentang perkara theologia pada waktu dulu. Maka ia katakan bahwa yang
penting baginya sekarang adalah suatu pengenalan akan Kristus selaku Mesias. Perhatikan
bahwa Paulus tidak pernah berkata bahwa ia sia-sia telah belajar theologia. Apa yang ia buang
setelah bertobat bukan pengetahuan theologinya melainkan interpretasinya dan pemahamannya
tentang sunat, hukum Taurat serta aktivitas rohani dan sebagainya. Maka tentulah theologia tidak
menjadikan kita selaku hamba Tuhan yang mampu menyampaikan segala rahasia Allah, namun
19

theologia adalah bahan yang bilamana diterangi oleh penyataan Yesus Kristus akan menjadi
senjata yang ampuh dalam tangan Allah.

B. Lima bukti bahwa Injil yang diberitakan oleh Paulus berasal dari Allah
1. Bukti Pertama (ay. 13-14).

Pada kedua ayat ini Paulus bersaksi tentang keadaan hidupnya sebelum ia bertobat. Dalam
ayat 13 ia menjelaskan secara umum bahwa pada waktu itu secara tanpa batas ia telah
menganiaya jemaat Allah serta berupaya untuk membinasakannya. Kisah Para Rasul
mengisahkan secara amendetail tentang keganasan Paulus. Mulai dari Kisah 7:58 dimana orang
Yahudi menyeret Stefaanus ke luar kota lalu melemparinya dengan batu. Dan para saksi
meletakkan jubah mereka di depan kaki seorang muda yang bernama Saulus. Selanjutnya pada
Kisah 8:3, dikatakan bahwa Paulus memasuki rumah demi rumah anggota jemaat serta menyeret
baik laki-laki maupun perempuan keluar dan menyerahkan mereka untuk dimasukkan ke dalam
penjara. Pada Kisah 9:1, 13-14 dikatakan bahwa hati Paulus berkobar-kobar untuk mengancam
dan membunuh murid-murid Tuhan (orang percaya), Ia melakukan banyak kejahatan terhadap
orang-orang kudus di Yerusalem dan kemudian ia datang juga ke Damsyik dengan kuasa penuh
imam-imam kepala untuk menangkap semua orang yang memanggil nama Tuhan Yesus.

Itulah yang dimaksudkannya dengan ungkapan ‘tanpa batas’ dalam Galatia 1:13. Perhatikan juga
bahwa istilah ten ekklesian tou qeo ‘jemaat Allah’ berarti gereja secara universal. Itu berarti
Paulus bukan hanya membinasakan beberapa jemaat local melainkan berupaya menghapuskan
agama Kristen dari muka bumi ini. Hal itu dilakukannya karena kefanatikannya terhadap agama
Yahudi apa lagi sebagai mashab Farisi yang tergolong paling ekstrim.

Penjelasan itu juga diperkuat lagi melalui ayat 14. Paulus begitu ganas/kejam dalam
menjalanklan tugasnya, hal ini ia sebut sebagai ‘dirinya lebih maju dari banyak teman yang
sebaya dengan dia di antara bangsanya’.

Agama Yahudi tidak sama dengan penyataan Allah dalam kitab Perjanjian Lama.
Hendreksen menulis: “that in which God’s Holy Low had been buried under o loud of human
traditions’.23 Galatia 1:14 menujukkan bahwa Paulus begitu rajin memelihara adat istiadat nenek
moyangnya Yahudi.
23
Hendriksen, Galatians and Efesian s…, 51
20

Pada hakikatnya agama Yahudi mengajarkan bahwa kita harus bekerja sekuat tenaga kita untuk
menerima Kerajaan Allah sebagai upahnya. Untuk itulah tradisi dan peraturan tambahan yang
disebutkan adat istiadat nenek moyang diberikan sebagai tafsiran dari hukum Allah, agar setiap
orang menjadi layak memasuki KERAJAAN ALLAH. Sebagai contoh: Hukum Allah berkata
“Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Imamat 19:18). Menurut agama Yahudi
hukum itu harus diinterpretasikan: ‘Kasihilah sesamamu manusia, tetapi bencilah musuhmu’.
Dalam agama semacam itulah Paulus menganggap dirinya lebih maju dari banyak teman
sebayanya. Artinya di bandingkan dengan teman sebayanya Paulus lebih banyak bekerja dan
berjuang demi konsepsi agama Yahudi tersebut.

Dengan demikian maka nampak jelas kepada kita bahwa:

1. Sangat tidak mungkin bagi Paulus untuk menerima penyataan Yesus Kristus pada waktu ia
masih hidup dalam kungkungan theologi agama Yahudi itu, karena ajaran agama itu sangat
bertentangan 180* dengan Penyataan Allah dalam Yesus Kristus.
2. Hidup Paulus sebagai penganiaya jemaat Allah membuktikan bahwa selama ia meyakini
kebenaran agama Yahudi tidak ada argumentasi dari siapapun juga yang mampu menembusi
benteng theologia yang pondamentalis dan ekstrim itu. Maka hanya Allah sendirilah yang
mampu mengubah pandangan Paulus sampai ia mengenal Tuhan Yesus.
Itulah yang menjadi bukti pertama bahwa Injil yang Paulus beritakan itu sessungguhnya berasal
dari pada Allah sendiri.

2.Bukti Kedua (ay. 15-16a)


Bukti kedua yang menyatakan bahwa Injil yang diberitakan oleh Paulus bukan hasil
ataupun pengaruh dari manusia adalah sangat terkait dengan peristiwa pertobatannya. Dalam hal
ini ada tiga hal yang menuntut perhatian kita, yaitu:
- Yang memilih Paulus sejak kandungan adalah Allah sendiri (15a). Persis seperti Yakub
dipilih dan bukan Esau (Roma 9:10-13; Yesaya 49:1; Yeremia 1:5) dimana mereka
dipilih menjadi nabi sejak awal, demikian juga Paulus dipilih untuk menjadi rasul yang
memberitakan Injil kepada segala bangsa bukan Yahudi. Pemilihan itu sama sekali tidak
berasal dari keinginan manusia.
21

- Yang memanggil Paulus oleh kasih karunia-Nya juga adalah Allah sendiri (15b).
Sebenarnya Paulus sendiri tidak layak menerima panggilan itu karena ia sendiri
membenci Yesus Kristus serta jemaat Allah. Tidaklah mungkin seorang manusia
mengangkatnya menjadi rasul yang dipercayakan memberitakan Injil Yesus Kristus. Hal
itu hanya dimungkinkan semata-mata oleh Allah sendiri yang oleh karena kasih karunia-
Nya telah memilih Paulus.
- Yang juga berkenan menyatakan Anak-Nya di dalam diri Paulus adalah Allah sendiri
(16a). Hal itu juga bukan pekerjaan manusia. Paulus menerima penyataan itu dalam
perjalannya ke Damsyik, sebagaimana telah dijelaskan di atas.

Hal ini kemudian menjadi sangat jelas dari kata-kata Paulus: dalam semuanya ini sesaatpun
aku tidak minta pertimbangan kepada manusia (ay. 16b). Kalimat ini merupakan penghubung
antara apa yang telah dikatakan sebelumnya di atas, yakni tentang pertobatannya, dan apa
yang akan dikemukakan dalam bukti ketiga yaitu apa yang terjadi sesudah ia bertobat.
Dalam hal inipun Paulus tidak meminta suatu pertimbangan dari manusia. Denngan demikian
maka yang bekerja dan berinisiatif adalah Allah sendiri.

3. Bukti Ketiga (ay. 16b-24)


Sesudah Paulus bertobat, ia pun mulai bergaul dengan hamba-hamba Tuhan yang lain.
Contohnya Ananias yang melayani dia secara pribadi. Namun demikian ia tidak
membicarakan tentang Injil Yesus Kristus dengan Ananias. Memang tugas Ananias hanyalah
melayani Paulus secara pribadi supaya ia dapat melihat lagi dan kemudian penuh dengan Roh
Kudus. (Kisah. 9:17). Itu berarti tidak memeberikan suatu pelajaran. Menurut Kisah 9:18,
Tuhan sendirilah yang menunjukkan segala sesuatu yang akan terjadi kepada Paulus dalam
hidupnya.
Selanjutnya Paulus juga bertemu dengan para rasul Tuhan di Yerusalem. Namun ia tidak
pernah duduk mendengar pengajaraan mereka. Dalam bagian berikut akan dikemukakan ada
tiga alibi secara kronologis dari tahun-tahun pertama sesudah pertobatan Paulus, sbb:
a. Pertama-tama Paulus berangkat ke tanah Arab dan dari situ ia kembali lagi ke Daamsyik,
tanpa singgah di Yerusalem (ay. 17).
Krysostomos berpendapat bahwa Paulus berangkat ke tanah Arab adalah untuk
menginjili. Akan tetapi lebih tepat kalau kita menafsirkan bahwa keberangkatannya itu
22

dalam arah mencari ketenangan untuk mendengar suara Tuhan. Dalam ketenagan itu
penyataan Yesus Kristus yang telah diteriman-Nya semakin diperdalam lagi.
Di sini terdapat kebenaran rohani yang berlaku untuk semua hamba Tuhan, yaitu
pentingnya mencari ketengan untuk merendam diri dalam firman Allah dan doa. Kalau
kita lalai dalam hal ini maka bisa jadi berita Allah yang kita sampaikan hanya menjadi
benar secara dogmatis saja, akan tetapi kuasa Roh Kudus yang menggugah hati para
pendengar tidak beroperasi. Karena kuasa itu hanya diberikan kepada mereka yang
mengambil waktu khusus untuk meminta kepada Tuhan (Bd. Lukas 11:9,13).
b. Tiga tahun kemudian Paulus berangkat ke Yerusalem untuk suatu kunjungan yang
singkat di sana (18-20). Kunjungan itu disebut juga dalam Kisah 9:26-30).

Memang tidaklah gampang untuk menentukan urutan kronologis yang sebenarnya dalam
pelayanan Paaulus, khususnya dari priode yang sedang kita bicarakan ini. Oleh sebab itu
sebagian penafsir menganggap bahwa kunjungan ini adalah sama dengan kunjungan yang
dilaporkan oleh Lukas dalam Kisah. 11:27-30, yaitu pada waktu Barnabas dan Saulus
mengantarkan bantuan dari Antiokhia kepada suadara-saudara yang menderita di Yerusalem.

Argumentasi yang lebih terperinci tentang mana yang benar harus dicari dalam literatur
eksegetis. Kami hanya menarik kesimpulan berdasarkan hemat kami tentang knjungan yang
dimaksud adalah yang dilaporkan dalam Kisah 9:26-30 di atas tadi.

Menurut kesaksian Paulus, maksut kedatangannya ke Yerusalam bukanlah untuk belajar dari
para rasul yang ada di sana. Dia hanya ingin mengunjungi Kefas (Petrus) (Galatia 1:18). Ia
tambahkan bahwa ia tidak melihat seorangpun dari rasul Tuhan yang lain, kecuali Yakobus
saudara Tuhan Yesus (19). Maka kaliamat itu sepertinya bertentangan dngen Kisah 9: 27 yang
melaporkana bahwa Paulus diterima oleh Barnabas yang kemudian membewanya kepada para
rasul, bukan hanya kepada Petrus.

Bagaimana hal ini dapat dimengerti? Yang menentukan adalah arti kata melihat eidon dalam
Galatia 1:19. Menurut Arnd-Gingrich bahwa kata-kata itu sewaktu-waktu berarti visit, yakni
melihat dalam arti mengunjungi, menjenguk (1 Tesal. 2:17), belajar mengenal, Roma 1:1, Lukas
9:9, 23:8).24

24
Arnd-Gingrich, Greek English Lexicon …, 220
23

Dengan demikian maka kesimpulannya adalah: bahwa Paulus memang melihat rasul-rasul
yang lain juga, namun tidak bergaul dengan mereka, dan sama sekali tidak duduk di bawah kaki
mereka untuk belajar Injil. Kisah 9: 26-30 sangat sesuai dengan tafsiran ini, karena tidak
menyinggung bahwa Paulus pernah ikut kuliah para rasul di Yerusalam. Sebaliknya Kisah 9:26-
30 melaporkan bahwa ia mengajar dengan berani di kota itu. Selain itu ia juga berbicara dan
bersoal jawab dengan orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani (bd. Ay 28-29).

Rupanya orang-orang Yahudi dari golongan sunat telah menuduh bahwa Paulus sengaaja
telah mengubah Injil yang diterimanya dari para rasul di Yerusalem. Jawaban Paulus adalah:
Tidak mungkin, karena Injil yang ia beritakan bukanlah Injil yang diterimanya dari siapapun
kecuali Injil yang ia sendiri terima secara langsung dari Allah. Memang benar bahwa ia pernah
ke Yerusalam tetapi ia tidak pernah belajar tentang Injil Yesus Kristus dari para rasull di sana.

Dalam ayat 20 ia menambahkan kesaksiannya: Hal itu benar dan tidak perlu diragukan “ Di
hadapan Allah kutegaskan demikian. Saya tidak berdusta”.

c. Sesudah itu Paulus pergi ke daerah-daerah Siria dan Kilikia (Galatia 1:21-24)
Siria dan Kilikia adalah daerah propinsi-propinsi di Asia Kecil di antara lain adalah kota
Tarsus selaku kota tempat kelahiran Paulus sendiri terletak di wilayah Kilikia. Dengan
demikian Paulus mau membuktikan bahwa dia memiliki waktu untuk duduk dengan
tenang untuk mendengar pengajaran para rasul Tuhan.
Selain itu ia juga tidak dikenal oleh jemaat-jemaat di Yudea (ay. 22-24). Dia tidak
pernah ada kesempatan untuk memperkenalkan diri kepada mereka. Namun demikian
mereka memuliakan Allah karena Paulus, yang dulu mereka dengar sebagai penganiaya,
sekarang memberitakan iman Kristin. Dengan kata lain bahwa Paulus tidak pernah
sempat dipengaruhi oleh jemaat-jemaat yang paling dekat dengan para rasul di
Yerusalem.
Selain itu ada dua kunjungannya secara singkat ke Yerusalem (Bd. Kisah. 9:26-
30; 11 :27-30). Jadi jelas, bahwa sebelum ia melayani secara luas Paulus hidup secara
terisolir di daerah-daerah yang terpencil selama 14 tahun seusai peristiwa akbar
pertobatannya, yaitu daerah Arabia dan Siria serta Kilikia.
24

Itulah argumentasi Paulus dalam membuktikan bahwa Injil yang diberitakannya


sungguh-sungguh berasal dari Tuhan Allah, yang diterimanya lewat penyataan Yesus
Kristus (Bd. Galatia 1:12).
Sebelum melanjutkan dengan argumentasi Paulus lainnya di pasal 2, baiklah kita
menyimak beberapa implikasi dari Galatia 1.

Beberapa Implementasi dari Galatia Pasal 1.

- Pada abad yang lalu banyak dari kalangan theologia libral mengatakan bahwa terdapat
perbedaan bahkan suatu kontradiksi antara Yesus dengan Paulus. Mereka berpendapat
bahwa Paulus tidak mengerti sabda Yesus dengaan benar. 25 Demikian juga Rudolf
Bultmann dan Theologia Eksistensialisme, yang membedakan antar Yesus sejarah
(historical Jesus) dengan Yesus iman (Jesus in fith) yang dalam bahasa Jerman disebut
dengan Geschichte (kerygma jemaat mula-mula, termasuk di dalamnya tentang Paulus).26
Jawaban Paulus: Injil yang kuberitakan, kuterima dari Tuhan Yesus sendiri, oleh sebab itu
tidak mungkin saya memberitakan Injil yang berbeda dari Injil Tuhan Yesus Kristus.
- Ada juga theolog-theolog yang mengatakan bahwa Paulus adalah manusia biasa dengan
kekurangan/kelemahan sama seperti orang lain. Oleh sebab itu maka Injil yang
diberitakannya tidak normative untuk kita.
Jawaban Paulus: Memang ia mengakui bahwa dia manusia biasa sama seperti orang lain,
namun Injil yang kuberitakan bukanlah hasil dari kemampuanku bertheologia yang terdapat
kekurangan di sana sini, karena Injil yang kuterima berasal dari penyataan Yesus Kristus
sendiri.
- Ada juga theolog lain yang mengatakan bahwa Injil Paulus adalah merupakan hasil dari
pergumulan theologis gerja mula-mula.
Jawaban Paulus: Paulus tidak diberi mandat oleh gereja mula-mula untuk memeberitakan
Injil. Ia tidak diutus oleh para rasul di Yerusalem. I have no ecclesiastical authorization.
Pandangannya tentang Injil semata-mata berasal dari Yesus Kristus, bukan dari
gereja/jemaat.

25
John Stott,Only One Way, …, 37
26
Walter Elwel (ed), Evangelical Dictionary of Theology, Baker Book House, 1984: 764
25

- Kalau demikian kita mau menerima pendapat siapa? Apakah pandangan para theolog
yang memiliki segudang teori itu yang terkadang juga masuk akal, ataukah kita
menerima kesaksian Paulus sendiri dalam Alkitab?
Kalau kita menerima abahwa Paulus dipanggil menjadi rasul dan dikuduskan untuk
memberitakan Injil Allah kepada semua bangsa (Roma 1:1) maka menolak Paulus sama
dengan menolak Allah sendiri serta penyataannya dalam Alkitab.

4. Bukti Keempat (Ps. 2:1-10)


Setelah lewat 14 tahun lamanaya dari pertobatannya, Paulus pergi ke Yerusalem (Bd Kisah
15) karena Galatia psl. 2 ini memuat laporan Paulus tentang hasil keputusan sidang di
Yerusalem27 Jelas bahwa Paulus menulis sebagai orang yang lansung terlibat, karena dia
menambah hal-hal yang tidak disinggung oleh Lukas dalam Kisah Para Rasul. Setelah jemaat
di Antiokhia mendengar laporan Paulus dan bernabas tentang pekerjaan Roh Kudus (Bd.
Kisah 14: 27-28), rupanya mereka merasa perlu untuk mengkelirkan dengan para rasul di
Yerusalem menyangkut masalah yang bertalian dengan pertobatan orang-orang kafir.
Paulus sebanarnya marasa bahwa ahal itu tidak perlu dibicarakan dengan para rasul di situ,
karena ia merasa dirinya sebagai seorang rasul yang tidak kalah pentingnya dari mereka yang
di Yerusalem. Baru sesudah ia mendapat ‘suatu penyataan’ ia pergi.
Apa yang nampak jelas di sini bahwa Paulus menggaris bawahi bahwa ia tidak pergi ke
Yerusalaem dengan tujuan untuk mendapat restu dari para rasul di sana. Hal itu baginya tidak
perlu karena Injil yang diberitakannya diterimanya langsung dari Allah oleh penyataan Yesus
Kristus. Untuk itu William Hendriksen telah menulis: “This Gospel which he proclaims is
independent of men’s evaluation. A God-given Gospel does not need human validation. It
can stand on its own feet”.28
Kita tidak diberitahukan tentang sifat penyataan itu. Mungkin yang dimaksudkan adalah
bisikan Allah di dalam hati Paulus (Bd. Kisah. 18:9), tetapi penyataan itu dapat juga
diberikan melalui orang lain atau salah satu kejadian yang dipakai Allah untuk meyakinkan
Paulus. Perjanjian Baru tidak membedakan antara pimpinan Tuhan secara langsung dengan
pimpinan Tuhan yang datang melalui orang lain. Alan Cole menulis: The New Testamaent

27
William Hendriksen member argumentasi yang sangat meyakinkan bahwa Galatia 2 dan Kisah 15 melaporkan
peristiwa yang sama. Lihat Willuiam Hendriksen, Galatians and Efesians …, 71-73
28
Ibid., 69
26

never says that direct guidance more spiritual than indirect. 29 Orang Kristen yang hanya
mencari perkara yang ekstra ordiner karena menganggap bahwa hal itu lebih rohani atau
lebih hidup dari pada yang biasa-biasa saja belum sungguh-sungguh dimerdekakan oleh
Tuhan Yesus. Pribadi Yesus belum menjadi Alfa dan Omega dalam diri mereka.
Orang yang sungguh-sungguh telah dimerdekakan oleh Yesus Kristus tentu menjadi puas
dengan Yesus Kristus dan tidak perlu harus mencari sesuatu yang lain yang danggap lebih
hebat dan wah. Dalam kitab Injil dan Kisah Para Rasul hanyalah orang-orang yang belum
bertobat yang menuntut tanda dan mujizat sebagai bukti kehadiran Tuhan Yesus. Orang yang
sudah dimerdekakan hanya meminta tanda dan mujizat untuk menyertai pelayanan hamba
Tuhan yang memberitakan Injil untuk mencapai orang-orang baru sesuai dengan janji Tuhan
dalam Markus 16:15, khususnya ayat 17-18 (Bd. Kisah 4:23-31.
Bagi jemaat mula-mula kehadiran Tuhan dinyatakan baik melalui pengejaran rasul-rasul
dan persekutuan doa biasa maupun melalui mujizat dan tanda yang diadakan oleh Allah
melalui para rasul (Bd. Kisah. 2:42-43). Jemaat tidak memilah-milah tentang mana yang
lebih rohani atau lebih hidup tidak disebutkan.
Jadi, bagimanapun juga Paulus pergi memberitakan Injil Allah karena ia taat hanya
kepada Allah, bukan kepada manusia.
Menurut laporan Kisah 15 maka sidang di Yerusalem dihadiri oleh para rasul dan para
penatua (ay. 18). Namun sebelum sidang itu dimulai Paulus mengadakan percakapan
tersendiri kepada mereka yang terpanadang (Galatia2:2,6). Mungkin di dalamnya termasuk
Yakobus, Petrus dan juga Yohanes, yang memang dipandang selaku sokoguru jemaat di
Yerusalem (ay. 9). Hasil baik dari percakapan tersendiri (Gal. 2:1-10) maupun dari hasil
persidangan (Kisah 15:1-21), sangat menggembirakan, karena andaikan pertemuan itu gagal
maka dengan percuma Pulus telah berusaha (2b). Artinya bilamana para rasul di Yerusalem
tidak dapat menerima pelayanan Paulus, maka hal itu tentu akan sangat fatal bagi Paulus
sendiri beserta jemaat-jemaaat dari latar belakang non Yahudi. Hal itu tidaklah berarti bahwa
Paulus akan menghentikan pelayanannya. Hanya bahwa para penghasut dari golongan sunat
itu akan lebih berhasil lagi. Karena dengan adanya perpecahan antara Paulus dan para rasul
di Yerusalem akan sebagai bukti yang nampak bahwa tuduhan merekaa terhadap Paulus
adalah benar, bahwa Paulus memang dianggap sudah memutarbalikkan Injil yang telah

29
Alan Cole, The Epestle to The Galatians …, 82
27

diterimanya lewat para rasul di Yerusaalem. Namun itu tidaklah terjadi demikian. Walaupun
ada desakan dari saudara-saudara palsu yang menyusup masuk (4a). Justru sebaliknya setelah
para rasul di Yerusalem mengerti bahwa Allah telah mempercayakan pemberitaan Injil untuk
orang-orang yang tak bersunaat (non Yahudi) kepada Paulus (ay. 7), dan bahwa Allah telah
mengaruniakan kasih karunia-Nya kepada Paulus (ay. 9b), maka mereka berjabat tangan
dengan Paulus sebagai tanda persekutuan (ay. 9b). Artinya bahwa mereka mengakui akan
kasih karunia Allah yang telah dianugerahkan kepada Paulus, itu berarti bahwa mereka juga
mengakui bahwa Injil yang diberitakannya sungguh-sungguh benar.
Menurut Paulus, para rasul itu telah mengakui segala aspek pelayanannya. Buktinya (i)
Titus, yang belum disunat, karena ia orang Yunani, tidaklah dipaksa untuk menyunatkan diri
(ay. 3), (2) mereka juga tidak meminta Paulus mengubah sedikitpun dari Injil yang telah
diberitakannya (ay. 10).

Implikasi dari Pertemuan itu


1. Kita bersyukur bahwa Paulus akhirnya juga pergi ke Yerusalem karena pertemuan itu
menghasilkan suatu konsensus bahwa Injil yang menyelamatkan itu adalah Injil Yesus
Kristus, itulah Injil kasih karunia Allah. Dalam Injil itu tidak ada perbedaan antara orang-
orang Yahudi dengan non Yahudi.
2. Tuduhan dari golongan sunat terhadap pelayanan Paulus ditiadakan. Dalam argumentasi
mereka dimana-mana selalu mengandalkan Yakobus, Kefas dan Yohanes di Yerusalem.
Menurut mereka ketiga sokoguru jemaat mula-mula itu memberitakan Injil yang bebeda
dengan Paulus. Namun ternyata bahwa tuduhan itu tidak benar.
3. Sebenarnya kita juga turut bersalah kalau kita membedakan antara Injil Yesus, Injil Petrus,
Injil Yakobus, Injil Yohanes dan sebagainya. Maka pertemuan di Yerusalam secara difinitif
menegaskan bahwa hanya terdapat satu Injil yaitu INJIL YESUS KRISTUS. Injil itu
diberitakan baik oleh Paulus, Petrus, Yakobus mapun Yohanes dan lain-lain.
4. Injil itu sangat tidak bergantung pada kapan dan di mana Injil itu diberitakan. Injil itu selalu
universal dan actual, hari ini sama dengan dua ribu tahun yang lalu. Injil tidak boleh
diakomodasikan menurut telinga orang. Injl harus disampaikan tanpa kompromi artinya tidak
boleh diubah akan kebenarannya.
28

5. Paulus tidak mengenal lelah dalam memperjuangkan kebenaran Injil. Dia tidak
memperhitungkan popularitas pribadinya, pokoknya apa yang diterimanya melalui penyataan
Yesus Kristus harus diperjuangkan walaupun mendapat ancaman dari pihak yang tidak
mengakuinya.
Mari kita juga belajar dari sikap Paulus yang selalu siap untuk berdiri di atas kebenaran
firman Allah walaupun sewaktu-waktu tentu ada resiko bahwa kita akan danggap kuno
dan kaku serta menjauhkan diri dari tendensi zaman postmo yang senang popularitas.
Namun demikian dalam hal-hal tertentu kita juga perlu flexible. Namun bilamana firman
Tuhan sudah mulai dipertanyakan atau bahkan disangkal kita tidak mengenal kompromi.

Masih ada satu bukti lagi yang dikemukakan oleh Paulus, yakni apa yang terjadi ketika ia
bertentangan dengan Petrus di Anthiokhia, seperti dijelaskan pada bagian berikut ini.

5. Bukti Kelima (ps. 2:11-14)


Yang menjadi masalah di jemaat Anthiokia adalah sikap munafik dari pihak Petrus.

Padamulanya ia makan sehidangan dengan saudara-saudara yang tidak bersunat (ay, 12). Itu
kemudian berubah ketika beberapa dari kalangan Yakobus datang, karena ia takut kepada
mereka, maka ia menarik diri dari persekutuan dengan saudara-saudara dari latar belakang non
Yahudi. Oleh karena sikap Petrus itu, orang-orang Kristen yahudi lainpun ikut terbawa-bawa
termasuk Barnabas (ay. 13).

Dalam kondisi itu Paulus masuk dan menegur Petrus di hadapan seluruh jemaat. Arti
teguran Paulus dalam ayat 14b itu ialah sebagai berikut:”Jika engkau, Kefas, seorang Yahudi,
bisa makan dan minum bersama-sama dengan orang-orang Kristen berlatar belakang bukan
Yahudi tanpa merasa diri terikat oleh adat istiadat nenek moyang kita, bagaimana mungkin
engkau sekarang mau mengharuskan sudara-saudara kita dari latar belakang non Yahudi untuk
melakukan adat istiadat itu? Karena jika engkau menarik diri dari persekutuan di sekitar meja
makan dengan mereka, sebanarnya engkau berkata kepada kereka: jika kalian mau bersekutu
dengan kami, orang-orang Kristen dari bangsa Yahudi, maka kamu harus mengikuti adat istiadat
nenek moyang kami. Itu sikap yang munafik Kefas, karena engkau sendiri sudah pernah makan
dengan mereka sebelum para penghasut yang mengkelaim otoritas dari Yakobus itu datang.
29

Dengan sikapmu itu engkau sebenarnya sudah menolak kebenaran Injil yang telah kita setujui
bersama, yaitu bahwa semua orang dapat diterima dalam persekutuan dengan Allah dengan
syarat yang sama. Kalau Allah sendiri telah menerima mereka, mangapa kita menolak?
Sudahkah engkau lupa akan penglihatanmu pada waktu Allah berbicara kepadamu: Apa yang
dinyatakan halal olah Allah, tidak boleh engkau nyatakan haram?

Mungkin kita menyangka bahwa Paulus adalah seorang yang suka mengkritik dan tidak
berwawasan luas dalam menanggapi pandangan orang lain. Hal itu sama sekali tidak benar.
Paulus hanya berreaksi ketika kebenaran Injil terancam (Bd. Ayat 14a).

Apa arti dan Implikasi dari peristiwa ini?

- Bahwa Pulus independent dari para rasul di Yerusalam. Hal itu terbukti lagi ketika
Paulus bertentangan dengan Petrus di Antiokhia. Jangan lupa bahwa Petrus adalah salah
seorang rasul dari Yerusalem. Kejadian itu juga membuktikan bahwa Injil yang
diberitakan olah Paulus diakui sepenuhnya sebagai kebenaran (Injil Yesus Kristus).
- Secara doktrinal Petrus sudah mengakui bahwa tidak seorangpun dibenarkan oleh karena
melakukan hokum Taurat. Semua orang baik orang Yahudi maupun yang bukan Yahudi,
dibenarkan dengan cara yang sama, yaitu oleh karena iman di dalam Kristus. Baik dalam
sidang di Yerusalem maupun melalui penglihatan Petrus sendiri pada waktu dia melayani
Cornelius (Kisah. 11-11) yang juga menunjukkan secara doktrinal bahwa Petrus tidak
berkeberatan untuk mengadakan persekutuan dengan orang-orang Kristen non Yahudi.
Petrus juga ikut dalam memperjuangkan kebenaran Injil melawan golongan sunat yang
menyusup masuk ke dalam sidang di Yerusalem (Bd. Ay. 4).
Namun demikian, kejadian ini mengajarkan kepada kita suatu perinsip yang
sangat penting, yaitu bahwa iman yang benar harus disertai kelakuan yang benar. Dalam
hal ini John Stott menulis: It is not enough that we believe th gospel (Peter did this, v.
16), nor even that we strive to preserve it, as Paul and the Jerusalem apoteles did, and
the Judaizres did not. We must go farther still. We must apply it; it is that Peter failed to
do”.30
- Peristiwa ini juga menjawab pertanyaan-pertanyaan yang selalu actual, yaitu siapakah
saudara-saudara kita? Atau: dengan siapakah kita boleh bersekutu? Apakah hanya dengan
30
John Stott, Only One Way, ….56
30

mereka yang berasal dari gereja kita, atau juga dari denominasi kita saja? Apakah
persyaratan yang harus dipenuhi sebelum kita bersekutu dengan sesama orang Kristen?
Apakah Allah menuntut baptisan selam dan baptisan orang percaya sebagai dasar
persekutuan Kristen? Apakah orang Lutheran boleh bersekutu dengan orang Pentakosta,
Kharismatik dan sebaliknya?
Galatia 2 telah menjawab dengan jelas, bahwa semua orang yang percaya kepada
Kristsus serta karya-Nya maka mereka diterima dalam persekutuan dengan Allah. Dia
tidak meminta penjelasan latar belakan gereja dan denominasi. Di dalam Kristus kita
sudah menjadi satu. (ps, 3:28).
Sayangnya Banyak orang Kristen modern telah mengikuti contoh Petrus yang kurang
dapat dipertanggung jawabkan menurut kebanaran Injil Kristus dalam aspek lain juga.
Contoh: ada yang hanya mau bersekutu dengan saudara-saudara seiman dalam status
sosial yang sama, suku serta bangsa yang sama, atau hobi yang sama dan lain-lain.
Marilah kita saling mengingatkan bahwa kita wajib saling menerima sebagaimana Allah
telah menerima kita orang berdosa menjadi anak-anak-Nya tanpa pandang bulu.

KITA DIBENARKAN OLEH KARENA IMAN DALAM KRISTUS


BUKAN OLEH KARENA MELAKUKAN HUKUM TAURAT Ps. 2:15-21

Bagian ini masih ada kaitannya dengan pertentangan Paulus dan Petrus. Pada waktu
yang sama ayat-ayat ini dapat dilihat sebagai kesimpulan dari seluruh pasal 1 dan 2, serta selaku
jembatan untuk memasuki uraian pokok-pokok theologis yang akan diuraikan dalam pasal 3 dan
seterusnya.

Paulus masih berbicara mengenai apa yang terjadi di Antiokhia, namun ada sedikit
perbedaan dengan ayat-ayat sebelumnya.

Dalam ayat 14 Paulus secara langsung berbicara kepada Petrus secara pribadi, ia memakai kata
‘engkau’, lalu mulai pada ayat 15 nampaknya Paulus tidak hanya mengarahkan pembicaraannya
kepada Petrus saja melainkan seluruh jemaat yang hadir, termasuk dirinya sendiri. Sehingga ia
menggunakan kata ‘kami’ (ay. 15), ‘kamu’ dalam bentuk jamak pada ayat 16a dan ‘kami’ pada
ayat 16b dan seterusnya.
31

Dengan demikian ia bermaksud untuk menyampaikan sesuatu yang sangat penting, bukan hanya
untuk Petrus, melainkan untuk seluruh jemaat di Galatia, termasuk untuk kita sebagai
pembacanya. Maka sebenarnya bagian ini terdiri dari dua sub bagian, yaitu: (1) ayat 15-16,
merupakan uraian tentang pembenaran karena iman, dan (2) ayat 17-21, merupakan argumentasi
tentang mengapa pembenaran karena melakukan hukum Taurat itu tidak ada.

A. Inti berita Injil Yesus Kristus: Manusia dibenarkan karena iman dalam Kristus (ay.
15-16).

Ayat 15.

Dalam ayat ini Paulus berbicara tentang Petrus dan juga dirinya sendiri. Ia menggunakan
ekspersi-ekspresi yang Lazim di pakai oleh oraang-orang Yahudi yang memebedakan diri dari
bangsa-bangsa lain. Mungkin nadanya agak ironis . Katanya: “menurut kelahiran kami” (yaitu
Petrus dan Paulus sendiri) adalah orang Yahudi. Kami bukan orang kafir dari bangsa-bangsa
lain”.

Ayat 16

Namun demikian untuk seluruh jemaat yang hadir disebut ‘kamu’, tahu bahwa tidak seorangpun,
termasuk orang Yahudi yang mempunyai hukum Taurat, dapat dibenarkan di hadapan Allah
karena melakukan hukum Taurat. Jalan keselamatan hanya satu dan berlaku bagi semua orang
lepas dari soal latar belakang suku dan bangsa, yaitu pemebenaran karena iman dalam Kristus.
Itu sebabnya, mengapa Paulus sendiri dan juga Petrus yang adalah orang-orang Yahaudi (kami)
Bd. Ay. 16b, juga percaya kepada Yesus Kristus supaya kami berdua juga dibenarkan di hadapan
Allah. Maka bagi mereka pun tidak ada jalan lain selain iman dalam Yesus Kristus itu (ay. 18).

Bagi Paulus, hukum Taurat itu berarti seluruh Hukum Allah yang telah dinyatakan di dalam
kitab Perjanajian Lama. Hukum itu terdiri dari larangan dan juga keharusan, yang menuntut agar
semua manusia menggenapinya. Jadi, melakukan hukum Taurat, adalah sebagai akibat dari
ketaatan kita kepada tuntutan-tuntutan hukum Taurat.31

31
Gerhard Kittel (ed) Theological Dictionary of the New Testament, Vol. IV, Eerdmans, 1967:1069-1078 esp. 1069-
1071, Bd. John Stott, Only One Way …, 61
32

Orang Yahudi menyangka bahwa mereka akan memperoleh keselamatan bilamana


mereka bekerja keras untuk memenuhi tuntutan hukum Taurat. Sebenarnya orang-orang
Yahudilah yang pertama-tama percaya kepada Tuhan Yesus, namun sebagian dari pada mereka
masih terikat pada konsepsi agama Yahudi, sehingga mereka berpendapat bahwa disamping
percaya kepada Yesus, mereka juga harus memenuhi hukum Taurat sebagai syarat untuk
menerima keselamatan.

Secara peraktis hal itu berarti bahwa mereka harus menggenapi kesepuluh firman; mereka harus
mengasihi dan melayani Allah yang hidup, dan tidak menyembah allah-allah lain; mereka harus
menguduskan nama Allah setiap saat dan selalu menghormati orang tua; mereka tidak boleh
berzinah, membunuh dan mencuri, mereka tidak bolah mengucapkan saksi dusta terhadap
sesama mereka; dan mereka tidak boleh mengingini sesuatu yang menjadi milik orang lain.

Disamping hukum etis ini mereka juga harus memenuhi hukum serimonial. Artinya mereka
harus bersunat dan menjadi anggota jemaat Yahaudi; mereka harus serius dalam menjalankan
tuntutan agama; artinya mereka harus mempelajari firman Allah pada setiap saat dan ikut
kebaktian-kebaktian dengan setia; mereka harus berpuasa dan memberi sedekah; dan mereka
harus mengingat janda-janda, yatim piatu dan orang miskin. Maka: Kalau mereka berhasil
melakukan semuanya itu disamping percaya kepada Tuhan Yesus Kristus, Allah akan menerima
mereka. Konsepsi theologis itulah yang disebut Paulus sebagai Pembenaran oleh karena
melakukan hukum Taurat.

Maka dalam Roma 10:2-3 Paulus berkata bahwa orang Yahudi pada umumnya sangat giat untuk
Allah, karenaa mereka berusaha untuk mendirikan kebenaran mereka sendiri, yang disebut
Paulus ‘tanpa pengertian yang benar’ (Roma 10:2).

Memang jalan keselamatan menurut hukum Taurat adalah buntu. Namun demikian
sepanjang sejarah banyak orang telah berusaha untuk mencari keselamatan melalaui jalan itu.
Bahkan pada zaman postmo ini jalan semacam inimasih sangat menarik bahkan lebih popular.
Untuk hal ini John Stoot menulis: “It is popular because it is flattering. It tells a man that if he
will only pull his socks up a bit higher and try a bit harder, he will succed in winning his own
salvation”.32

32
John Stott, Only One Way, …, 62
33

Tetapi konsep ini sebanarnya berasal dari iblis yang adalah pendusta dan bapa segala dusta
(Yohanes 8:44). Paulus berkata tidak pernah ada orang dibenarkan di hadapan Allah oleh karena
melakukan hukum Taurat (Galatia 2:16). Ia menambahkan: Kamu, yaitu jemaat di Galatia, tahu
akan hal itu. Kami juga, yaitu Paulus dan Petrus, telah percaya kepada Yesus Kristus, karena
kami sendiri tahu bahwa tidak ada jalan keselamatan yang lain. Dalam ayat 18 ini kita untuk
pertama kali bertemu dengan istilah ‘dibenarkan oleh karena iman’. Oleh sebab itu marilah kita
menyelidiki apa makna dari pembenaran karena iman berdasarkan surat Galatia. 33

Kata dibenarkan dalam Bahasa Yunani ialah dikaioo ‘dikaioo’dalam bentuk pasif. Kata ini
merupakan istilah hukum yang bearti bahwa pembenaran adalah perbuatan Allah yang penuh
kasih karunia, yaitu bahwa berdasarkan karya Kristus untuk umat manusia. Allah menjatuhkan
vonis bahwa seorang berdosa adalah menjadi benar. Melalui kematian Kristus, harga yang
dituntut Allah telah dibayar lunas (1 Korintus 6:20). Dibenarkan oleh Allah tidak hanya berarti
bahwa dosa dengan hukumannya dilupakan begitu saja, tetapi lebih dari pada itu, sebagai ganti
status ‘terhukum’ maka orang yang dibenarkan kini mendapat kebenaran Kristus sebagai
miliknya sendiri. Pembenaran itu tidak dinyatakan secara otomatis, melainkan hanya kepada
mereka yang mempunyai iman dalam Kristus. Dengan kata lain, “dibenarkan oleh karena iman”
berarti:

(1) Allah menyatakan bahwa kesalahan (guilt) seorang berdosa, dan hukuman yang layak
diterimanya, tidak lagi diperhitungkan oleh Allah karena sudah ditanggung oleh Kristus
pada waktu Ia mati di atas kayu salib.
(2) Allah mengimputasikan kebenaran Kristus sendiri kedalam setiap orang yang dibenarkan
sehingga dia, disamping tidak lagi menanggung dosa dan hukumannya, juga berdiri di
hadapan Allah selaku orang yang tanpa salah dan tanpa noda menurut tuntutan hukum
Taurat sebagai standart ukurannya. Maka ia dinyatakan benaar sebagaimana Kristus
benar adanya.
(Uraian ini merupakan hasil penyelidikan terhadap ayat-ayat Alkitab seperti: Galatia
2:16; 3:8, 11, 24; 5:4; Roma 3: 20, 24 26, 28, 30; 4:3 , 5; 5: 1, 9; 8:30; Titus 3:7

33
William Hendriksen, Galatians and Efesians, …, 97-98
34

B. Argumentasi ‘setuju dan menentang’ Konsep Paulus tentang Pembenaran (Gal 2:17-
21)
Ayat-ayat ini sangat sulit untuk ditapsirkan. Oleh sebab itu maka para theolog telah
mengetangahkan beberapa tafsiran.34 Yang kita ikuti dalam uraian ini, tidak jauh berbeda
dengan tafsiran John Stott.35
Dari Galtia 2:17-21 dapat dibagi dalam dua bagian sebagai berikut:
1. Argumentasi golongan sunat yang menntang Paulus (ay. 17).
Pada ayat 17 ini Pulus mengutip tuduhan golongan sunat. Menurut mereka bahwa doktrin
pembenaran karena iman adalah tanpa mengikuti ketaatan kita kepada hukum Taurat,
adalah sangat berbahaya, karena doktrin itu mengundang sikap moral yang tidak
bertanggung jawab. Karena apa gunanya hidup menurut hukum Taurat kalau ketaatan itu
tidak mempunyai dampak untuk keselamatan kita? Kalau begitu lebih baik menikmati
hidup ini dengan melakukan dosa sebanyak-banyaknya, karena bagaimanapun juga kita
toh akan dibenarkan asal kita percaya kepada Kristus?
Argumentasi semacam ini kedengarannya sangat logis. Rupanya Paulus sering
manghadapinya. Lihat saja antara lain Roma 6 dimana Paulus juga menjawab para
pengeritik yang mengatakan bahwa akibat logis dari ajaran Paulus tentang pembenaran
karena iman ialah semacam lisensi untuk ‘bertekun dalam dosa’ (Roma 6:1). Bahkan
dalam surat Galatia, kritik dari golongan sunat menjadi lebih tajam lagi. Menurut mereka
bahkan Kristus sendiri adalah pelayan dosa. Karena kalau doktrin Paulus berasal dari
Kristus, hal itu berarti bahwa Kristus-lah yang mengajarkan ajaran yang mengandung
sikap moral yang berbahaya.
Maka dengan tegas Paulus mengatakan: Argumentasi kalian adalah salah. Sekali-kali
tidaklah seperti kalian telah menyangka. Baru dalam ayat-ayat berikut Paulus
memberikan jawaban yang lengkap.
2. Jawaban Paualus (2: 18-21).
Dalam hal tersebut Paulus memberikan tiga jawaban atas tuduhan tersebut sebagai
berikut:
a. Ayat 18.

34
Ibid., 100
35
John Stott, Only One Way, 84
35

Pertama, Paulus memakai perinsip yang berlaku umum, yaitu bahwa seseorang yang
melakukan kembali apa yang pernah ditinggalkan, bersalah sendiri! Penafsiran ini lebih
jelas menurut bahasa aslinya, karena kaliamat terakhir seharusnya diterjemahkan sebagai
berikut: “ … aku menyatakan diriku sebagai pelanggar”. Istilah hukum Taurat di sini
tidak ada dalam teks aslinya.

Dalam konteks pembenaran karena iman Paulus berkata: Kalau saya setelah dibenarkan
oleh iman dalam Kristus Yesus, kembali kepada hidup yang lama, yang bersalah bukan
Kristus tetapi saya sendiri. Saya tidak boleh mempersalahkan Kristus kalau saya hidup
dalam dosa.

b. Ayat 19-20
Kedua, Paulus berkata bahwa kita dibenarkan dalam Kristus oleh sebab itu tidak mungkin
kita masih hidup dalam dosa, karena Kristus dan dosa tidak mungkin berkawan. Antara
Kristus dan Belial tidak terdapat persamaan (2 Korintus 6:15). Untuk menjelaskan hal itu,
ia memakai pengalamannya sendiri sebagai contohnya.

Ayat 19.

Yang pertama , Apa yang dialami oleh Paulus pada waktu ia dibenarkan oleh iman, ialah
bahwa ia ‘mati untuk hukum Taurat’. Artinya bahwa Paulus tidak lagi mengandalkan
hukum Taurat sebagai jalan keselamatan. Hal itu sama sekali tidak berarti bahwa dia
telah membuang segala hukum dan merasa bebas untuk hidup tanpa hukum. Dalam
Roma 7 ia menguraikan maksudnya secara terperinci. Ayat 1 mulai dengan suatu
perinsip, yaitu bahwa hukum berkuasa atas seseorang selama orang itu hidup. Tetapi
katanya lagi dalam ayat 4 ‘kamu telah mati bagi hukum Taurat oleh tubuh Kristus,
supaya kamu menjadi milik orang lain, yaitu milik Dia, yang telah dibangkitkan dari
antara orang mati, agar kita berbuah bagi Allah”.

Kembali pada Galatia 2:19 dimana Paulus menegaskan bahwa ia mati untuk hukum
Taurat dalam arti bahwa hukum Taurat itu tidak lagi berkuasa atasnya karena ia sudah
menjadi milik Kristus dan hidup untuk Allah.
36

Yang kedua, kata Paulus: kematian itu disebabkan oleh hukum Taurat. Eksposisi yang
paling baik terdapat dalam Roma 7:1-12, dimana Paulus mengatakan: tanpa hukum
Taurat dosa mati (7:8), karena kita tidak mengenal dosa kalau hukum Taurat tidak
mengatakan: ‘Jangan mengingini (ay. 7). Sebagai contoh: kalau kita mengendarai mobil
dalam kecepatan 100 km perjam, pada hal 80 km perjam adalah limit batas yang paling
cepat berdasarkan peraturan, kita berbuat salah, Akan tetapi kesalahan itu mati di dalam
kita, kalau kita tidak tahu peraturan itu. Artinya bahwa kita tidak akan merasakan
pelanggaran itu sebagai pelanggaran. Demikian juga dengan dosa kalau tidak ada hukum
yang mengatakan boleh atau tidak boleh. Kita akan berbuat banyak hal yang sebenarnya
adalah dosa padahal kita tidak menyadarinya, karena kita tidak tahu. Kata Paulus: Oleh
hukum Taurat aku mengenal dosa (Roma7:7).

Dalam Roma 7:5 Paulus mengingat akan kehidupannya sebelum pertobatan. Pada waktu
itu ia hidup dalam daging dan hawa nafsu dosa. Kehidupan itu dirangsang oleh hukum
Taurat, karena pada waktu ia berusaha untuk hidup menurut hukum Taurat ia
mengalami bahwa ia menyukai dosa. Bahkan semakin ia mengetahui hukum Taurat
semakin banyak ia berbuat dosa. Hukum Taurat berkata: Jangan mengingini! Artinya,
keingingan untuk berbuat sesuatu yang kontras dengan kesucian Allah, dilarang! Ketika
Paulus menoleh ke belakang baru ia menyadari bahwa pada waktu itu ia sebenarnya
hidup ‘tanpa hukum Taurat’(Ay. 9). Karena semakin keras ia mau menurutinya, semakin
dalam ia hidup di dalam dosa dan hawa nafsu. Namun demikian pada waktu itu ia tidak
merasakan hal itu sebagai dosa. Justru sebaliknya, ia menyangka bahwa hidupnya baik
sekali, walaupun ia menganiaya jemaat Allah. Ia belum mengerti arti yang benar dari
hukum Taurat, dan hukum Taurat belum dipakai oleh Roh Kudus untuk mengelisahkan
hati nurani Paulus. Oleh sebab itu ia mengatakan: pada waktu itu ia hidup tanpa hukum
Taurat.

Namun demikian, kata Paulus dalam Roma 7:9b: ’pada satu saat datang perintah itu, dan
dosa mulai hidup’. Artinya bahwa Allah mulai menyadarkan dia bahwa upah dosa adalah
maut (Roma 6:23). Ia semakin mengerti bahwa dia tidak mampu menuruti perintah-
perintah hukum Taurat, dan kesadaran itu membuat dia gemetar di hadapan Allah yang
Maha Suci.
37

Pada waaktu dosa mulai hidup (yaitu menggelisahkan hati nuraninya) Paulus sadar
bahwa ia tidak mungkin selamat karena melakukan hukum Taurat, justru sebaliknya
bahwa jalan itu adalah jalan kematian. Oleh sebab itu ia mulai bertanya: “Apa yang harus
kuperbuat untuk memperoleh keselamatan? Kita mengerti bahwa hukum Tauratlah yang
menimbulkanm kerinduan itu di dalam hati Paulus, karena ia sadar bahwa ia gagal
memenuhi hukum Taurat sebagai jalan keselamatan. Dengan demikian maka hukum
Taurat menjadi penuntun bagi Paulus sampai kepada Kristus (Bd. Galatia 3:24 sesuai teks
aslinya).

Kini tugas hukum Taurat selesai, dan Paulus siap menerima berita kesukaan bahwa ‘apa
yang tidak mungkin dilakukan oleh hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging, telah
dilakukan oleh Allah dengan jalan mengutus Anak-Nya sendiri di dalam daging yang
dikuasai oleh dosa karena dosa. Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam
daging, supaya tuntutan atas dosa digenapi di dalam kita, yang tidak hidup menurut
daging, tetapi menurut Roh (Roma 8:3-4). Untuk mengenapi tuntutan Tauarat itu maka
Yesus berinkarnasi (menjadi daging). Allah masuk ke dalam daging dalam diri Tuhan
Yesus dan kemudian mengalahkan daging melelui kematian dan kebangkitannya.

Karena iman kepada Anak Allah yang telah menanggung dosa-dosa kita serta dengan
akibatnya, kita dibenarkan di hadapan Allah, bukan karena kita melakukan hukum
Taurat. Maka dalam Galatia 2:19 Paulus mengatakan: “sungguh benar aku telah mati oleh
hukum Taurat untuk hukum Taurat, supaya aku hidup untuk Allah”.

Ayat 19b-20).

Kalau kita dibenarkan oleh iman tanpa hukum Taurat, tidak mungkin kita hidup dalam
dosa, karena hasil pembenaran itu ialah bahwa kita ganti/pandah ‘bos’. Tadinya kita
melayani di bawah hukum Taurat, namun sekarang kita mati untuk hukum Taurat, tetapi
kita hidup untuk Allah (Bd. Roma 8:8; Galatia 5:24; Wahyu 1:5).

Itulah sebabnya Paulus berkata: ‘Aku telah disalibkan dengan Kristus (Gal. 2:19b). Kata
kerja Yunani disalibkan ditulis dalam bentuk perfek, yang menunjukkan bahwa
penyaliban itu terjadi pada waktu lampau dan mempunyai akibat yang terasa terus
menerus sampai pada hari Paulus menulis surat ini.
38

Disalibkan dengan Kristus berarti pada waktu Kristus disalibkan, kitalah yang disalibkan!
Dan berkat identifikasi itu dirasakan terus menerus dalam hidup kita. Hal itu terjadi
ketika kita percaya kepada Yesus Kristus. Keneth Wuest menulis: “By this statement he
(Paul) also shows how he died to the Low, namly by daying with Christ who died under
its penalty. The Low’s demands were satisfied and therefore have no more hold on
Paul”.36

Paulus tidak hanya mati untuk hukum Taurat pada waktu ia mati bersama Kristus, tetapi
ia juga mati terhadap keakuannya sendiri. Artinya bahwa Saulus orang Farisi itu mati,
dengan segala aspek kehidupannya di masa lampau. Saulus dimakamkan, demikian juga
dengan kehidupannya yang lama. Demikian juga dengan kita semua yang percayaa
kepada Kristus. Dalam 2 Kor. 5:17 dikatakan: ‘Siapa yang ada dalam Kristus, ia adalah
ciptaan Baru, yang lama sudah berlalu sesungguhnya yang baru sudah datang’.

Aspek terakhir ini perlu penjelasan yang lebih lengkap lagi. Oleh sebab itu Paulus
menambahkannya dengan ayat 20: ‘namun aku hidup’. Memang Saulus orang Farisi itu
sudah mati, namun ia kini hidup sebagai rasul Tuhan Yesus. Maksudnya bahwa hidup
yang sekarang ini, bukan lagi yang egosentris di bawah kuasa hukum Taurat, melainkan
suatu kehidupan yang berpusat pada Yesus Kristus (a Christ centered life). Hidup itu
adalah Kristus yang hidup di dalam dan melalui Paulus.

Kalau tadinya Pulus berusaha untuk hidup sesuai dengan hukum Tauarat, kini ia
dikuasai oleh Roh Kudus yang hidup di dalamnya karena Kristus hidup di dalam dirinya
(Roma 8:9). Ia bekerja sama dengan Roh Kudus untuk hidup berkenan kepada Allah.
Itulah yang dimaksutkannya dengan perkataan:’hidupku yang kuhidupi sekarang di
dalam daging, adalah hidup oleh iman di dalam anak Allah yang telah mengasihi aku dan
yang meneyerahkan diri-Nya untuk aku (Galatia 2:20b).

c. Ayat 21

Ketiga, Setelah Paulus manjawab argumentasi para golongan sunat, bahwa hal
dibenarkan oleh iman tanpa melakukan hukum Taurat, sama sekali tidak membuat hidup
manusia tidak bermoral. Ia kemudian masih mengetengahkan satu argumentasi lagi.,
36
Keneth Wuest, Wuest’s Studidies from the Greek NT …, 81
39

bahwa keselamatan tidak mungkin diperoleh melaui hukum Taurat. Di sini seolah-olah
Paulus bertanya kepada mereka: Apakah kalian tidak sadar bahwa sekiranya ada
kebenaran oleh hukum Taurat maka sia-sialah kematian Kristus? Dengan mengajarkan
iman plus amal perbuatan, mereka menolak kasih karunia Allah.

Marilah kita juga menjawab seperti Paulus: ‘Aku tidak menolak kasih karunia Allah (ay.
21a).

Melakukan hukum Taurat sebagai jalan keselamatan adalah jalan buntu, karena
kebenaran tidak mungkin berasal dari hukum Taurat, mengingat bahwa hokum Taurat
tidak diberikan untuk menghidupkan kita. Fungsi hukum Taurat lain sekali dari
penafsiran golongan sunat itu.(Galatia 3:21, Ibrani 7;11).

ARGUMENTASI THEOLOGIS PAULUS


PERJANJIAN LAMA MENDUKUNG KONSEP TENTANG
PEMBENARAN KARENA IMAN (Ps. 3: 1-4: 31)
A. Pendahuluan

Keadaan Jemaat Galatia Ps. 3:1-5

1. Reaksi Paulus, Ay. 1a, 3a, 4.

Paulus melanjutkan uaraianya tentang pembenaran oleh iman, namun kini seluruh
perhatiannya tertuju kepada jemaat-jemaat di Galatia yang telah dipengaruhi oleh pengajar-
pengajar palsu dari golongan sunat itu. Maka bagian ini dimulai dengan perkataan: ‘Hai orang-
orang Galatia yang bodoh”!

Dalam pasal 1 dan 2 Paulus telah membuktikan bahwa para pengajar dari golongan sunat itu
memberitakan Injil lain yang sebenarnya bukan Ijnil (ps. 1; 6-7), namun sebaliknya Pauluslah
yang memberitakan Injil Yesus Kristus yang benar, yang mana inti beritanya ialah bahwa
manusia tidak dapat meraih keselamatan melalui ketaatan kepada hukum Taurat. Untuk
40

memperoleh keselamatan, manusia harus dibenarkan di hadapan Allah, dan hal itu akan terjadi
bilamana manusia dinyatakan benar oleh Allah berdasarkan anugerah Allah sendiri di dalam
Yesus Kristus yang telah menanggung hukuman atas dosa pada waktu ia mati di kayu salib.

Dengan menyebutkan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di Yerusaalem dan Antiokhia


(ps. 2), Paulus mengingatkan bahwa pengertian yang benar tentang Injil telah diterima oleh
semua rasul yang lain. Atas dasar itu ia bertanya kepada jemaat di Galatia: ‘Apakah kalian tidak
mengerti betapa boduhnya mengikuti ajaran-ajaran yang palsu itu? Siapakah yang telah
mempesona kamu?

Kata ‘bodoh’ dalam teks Yunani adalah anoetos ‘anoetos’ juga dipakai dalam Titus 3:3 untuk
menggambarkan keadaan kita sebelum kita mengenal Kristus. Yaitu “Dahulu kita juga hidup
dalam kejahilan” (emen … anoetai). Sepertinya Paulus bertanya: Apakah kalian mau kembali
pada keadaanmu sebalum kalian bertobat? Apakah kalian sebodoh itu?

Paulus menganggap bahwa para pengajar yang telah mempesona mereka itu berhasil, karena
pikiran jemaat-jemaat di Galatia telah dikacaukan oleh kuasa-kuasa kegelapan. Kata
‘mempesona’ berati ‘to be witch’ yaitu mempesona dengan bantuan dukun. Keneth Wuest
menulis: ‘The infotation of the Galatians is attributed to the baneful effect of some mysterious
power of evil’.37

Walaupun jemaat-jemaat di Galatia dalam keadaan yang cukup mengkhawatirkan, Paulus


tetap optimis bahwa mereka akan menyadarinya agar tidak menjadi sia-sia apa yang telah
mereka alami sejak menerima Kristus dan percaya kepada-Nya (ay. 4).

Reaksi Paulus terhadap situasi jemaat di Galatia mengajarkan dua pokok kebenaran rohani
kepada kita, yaitu:

a. Theologi “sekali selamat, selalu selamat” bertentangan sekali dengan bagian firman Tuhan
ini. Paulus begitu yakin bahwa jemaat-jemaat di Galatia benar-benar selamaat pada waktu
mereka menerima pemberitaan Injil dari mulutnya sendiri, yaitu pada waktu Yesus Kristus
yang disalibkan yang dilukiskan dengan ‘terang di depan mereka’ (Bd. Ay. 1b). Paulus juga

37
Keneth Wuest, Wuets;s Words Studies …, 84
41

yakin bahwa jemaat-jemaat itu telah mulai dengan Roh (ay. 3). Dahulu mereka sungguh-
sungguh bertobat, namun sekarang mereka dalam keadaan terpesona oleh ajaran yang palsu.
Berdasarkan hal ini barulah kita mengerti akan pergumulan Paulus yang tertuang dalam
Kisah 20:24: Aku tidak menghiraukan nyawaku sedikitpun asal saja aku dapat mencapai
garis akhir …”. Bartalian dengan ayat ini maka sebagian theolog berpendapat bahwa
keselamatan bisa hilang karena kemurtadan amanusia. Namun Saya hanya mengatakan
bahwa hendaknya kita selalu waspada terhadap segala arus angin pengajaran yang mencoba
mempropaganda iman kita, khususnya masa postmodern ini. Waspadalah senantiasa!
b. Ajaran golongan sunat tentang keselamatan bukanlah hanya masalah perbedaan pendapat
dengan Paulus, melainkan bahwa ajaran mereka merupakan ajaran palsu yang bilamana
dianut oleh seseorang, akan menjadikan dia murtad dari imannya. Itulah sebabnya Paulus
berkata: kalu kalian sekarang meninggalkan ajaran yang sehat tentang keselamatan dan
mengikuti ajaran dari golongan sunat itu, maka kalian akan mengakhiri hidupmu di dunia ini
dalam daging, yaitu diluar Kristus. Maka celakalah orang yang memutarbalikkan ajaran Injil
Yesus Kristus! Kata Firma Allah:”Barang siapa menyesatkan salah satu dari anak kecil ini
yang percaya kepada-Ku, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada
lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut (Matius 18:6).

2. Beberapa Pertanyaan yang Mendasar (ay. 1b-3, 5).


Setelah Paulus menyatakan kebenaran serta kekecewaannya terhadap jemat-jemaat di Galatia
yang disebutnya ‘begitu lekas berbalik dari pada Kristus’ (Bd. 1:6), ia kemudian
mengingatkan mereka tentang pelayanannya di tengah-tengah mereka beserta dengan akibat-
akibatnya, yakni: Paulus tidak datang kepada mereka dengan ilmu yang tinggi, melainkan
bahwa ia hanya memberitakan Injil, yaitu Kristus yang disalibkan! Itulah yang dsampaikan
dalam Injil Paulus dimana-mana. Ia tidak pusing dengan segala macam tema yang mungkin
dapat menarik kedengarannya, namun tidak menerangkan tentang Yesus dengan terang. Ia
mengatakan: “Kami memberitakan Kristus yang disalibkan; untuk orang-orang Yahudi suatu
batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan, tetapi untuk mereka
yang dipanggil, baik orang Yahudi maupun bukan orang Yahudi Kristus adalah kekuatan
Allah dan hikmat Allah” (1 Korintus 1:23-24).
42

Kepada jemaat yang sama Paulus berkata: ‘Aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui
apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan (1Korintus 2:2).
Paulus tidak peduli kalau toh dia dianggap orang kuno, ketinggalan zaman dan hanya dapat
melihat satu sisi saja dari Injil. Pokoknya, Kristus yang disalibkan itu harus menjadi tali
merah setiap kali ia menyampaikan Firman Allah. Ia menyampaikana berita Injil itu bukan
dengan kata-kata hikmat yang meyakinkan, tetapi dengan suatu keyakinan akan kekuatan
Roh (Bd. 1 Korintus 2:4-5)
Ada tiga akibat dari pemberitaan Paulus yang bersifat Kristosentris itu. Ktiganya nampak
dalam tiga pertanyaan Paulus yang cukup mendasar, yaitu:
a. Adakah kamu telah menerima Roh karena melakukan hukum Taurat atau karena percaya
kepada pemeberitaan Injil? (ay. 2) Jawabnya jelas, yaitu karena percaya kepada Injil.
Di sini Paulus berbicara tentang pertobatan orang-orang Galatia, yang telah terjadi pada
waktu Paulus menginjili mereka (Bd. Kisah. 13-14). Walaupun menerima Roh Kudus
harus dibedakan dari kelahiran Baru, namun kedua-duanya terjadi pada waktu yang sama.
Artinya menurut firman Tuhan tidaklah mungkin sesorang lahir baru tanpa sekaligus
didiami oleh Roh Kudus (Bd. Roma 8:9). Pertobatan daan penerimaan Roh Kudus itu
terjadi karena mereka percaya kepada pemberitaan tentang Yesus yang disalibkan dan
bukan karena mereka melakukan hukum Taurat. Kebenaran itu dinyatakan dengan jelas
dalam Kisah Para Rasul 2:38; 10: 44, 11: 17; Efesus 1:13.
Pada bagian ini terdapat dua kesimpulan penting, yaitu:
- Keselamatan disalurkan kepada kita bilamana kita percaya akibat pemberitaan Injil
tantang Yesus Kristus yang telah disalibkan.
- Pada waktu kita menerima keselamatan itu kita juga menrima Roh Kudus, karena tidak
mungkin menjadi anak-anak Allah tanpa Roh Kudus. Segala ajaran modern tentang
persyaratan tambahan yang harus digenapi sebelum kita menerima Roh Kudus adalah
palsu dan tidak sesuai dengan firman Tuhan.
b. Dalam ayat 2 Paulus berbicara tentang apa yang terjadi pada waktu mereka datang
kepada Yesus pertama kali dan menerima Roh Kudus. Hal itu terjadi melelui pemberitaan
tentang Yesus yang disalibkan.

Dalam ayat 3 Paulus bertanya lagi: “Kamu pernah mulai hidup baru dengan
mengandalkan Roh Kudus, maukah kamu sekarang mengakhirinya di dalam daging?
43

Kata ‘daging’ (sark) ‘sark’ dipakai dalam arti manusia di luar Allah dan terikat oleh dosa.
Arndt-Gingrich mendifinisikannya sebagai berikut: ‘The flash is the willing instrument of
sin, and is subject to sin in such a degree that wherever flash is, all form of sin are
likewise present, and no good thing can live in the flash”.38

Keneth Weust juga menulis: “The word speaks unsaved man, body, soul and spirit,
controlled by his totally deprivad nature, together with all his human accompleshments,
positions, capebilities, and philoshies”.39 (Band, Yohanes 3:6; Filipi 3:3-4; Roma 6: 29;
7:5, 18, 25; 8:3; 2 Korintus 1:17).

Pada waktu jemaat-jenmaat di Galatia percaya kepada Injil Yesus Kristus yang
diberitakan oleh Paaulus, mereka dibenarkan di hadapan Allah, dan juga menerima Roh
Kudus yang diam terus menerus di dalam mereka. Lalu dengan mengikuti ajaran palsu
dari golongan sunat, maka sia-sialah keselamatan mereka, sebagai akibat dari mengikuti
ajaran yang salah itu ialah bahwa mereka meninggalkan anugerah Allah dan kembali lagi
kepada suatu kehidupan dalam daging.

Sebagai kesimpulan dari bagaian ini adalah: Percaya kepada Injil tentang Kristus
yang dsalibkan tidak hanya menyelamatakan orang berdosa, lebih dari pada itu bahwa
Injil yang sama menguduskan kita, karena Roh Kudus diam di dalam mereka yang terus
menerus mengandalkan anugerah Allah. Kalau pada suatu saat kita sepertinya mau
melangkah maju untuk meninggalkana ajaran tantang Yesus yang disalibkan itu dan
kemudian mencari suatu yang lebih dalam, bararti kita juga sudah melakukan apa yang
dilakukan oleh golongan sunat, yakni mulai mengandalkan usaha sendiri dalam mencapai
kemajuan iman.

Banyak orang menganggap bahwa berita tentang Yesus yang disalibkan itu cocok sebagai
berita pertobatan, Tetapi supaya kita akan lebih maju di dalam Tuhan, maka kita
memerlukan suatu berita yang lebih maju. Penyataan-pernyataan seperti itu sangat tidak
sesuai dengan Firman Tuhan.

c. Pertanyaan terakhir Paulus terdapat dalam ayat 5.


38
Arndt-Gingrich, Greek English Lexicon …, 751 poin 7
39
Keneth Weust, Weuet’s Wors Studies …, 86
44

Pada ayat-ayat sebelumnya Paulus menunjukkan bahwa percaya kepada pemberitaan


tentang Yesus yang disalibkan itu telah membewa jemaat di Galatia kepada keselamatan,
dan melaluinya mereka juga telah menerima Roh Kudus yang menguduskan mereka terus
menerus dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya Paulus menambahkan lagi aspek
ketiga, sebagai berikut: “Hai orang-orang Galatia, coba ingat, apakah Ia yang
mengaruniakan Roh kepada kamu dengan berlimpah-limpah dan yang melakukan mijizat
di antara kamu, berbuat demikian karena kamu telah melakukan hukum Taurat atau
karena kamu percaya kepada pemberitaan Injil (ay. 5).
Perhatikan ada kata “yang melakukan mujizat di antara kamu”. Ada dua hal yang perlu
kita lihat dalam bagaian ini, Yaitu:
- Kata mujizat dalam teks asli adalah ‘dunamiz ‘dynamis’. Kata itu dapat berarrti ‘power’,
might, strenghth, force atau capability”.40
Di samping itu dynamis juga dapat diartikan ’the outward expressions of power: deed of
power, miracle, wonder’.41
Maka denngan demikian terdapat dua konotasi dari kata dinamis ini, yaitu:
- Sebagai salah satu karunia Roh Kudus (1 Korintus 12;10). Di sini dynamis diartikan
mujizat, yaitu deed of power, miracle, power (2 Kor. 12:12). Karena Paulus tidak
meneyebutkan karunia yang lain, ada kemungkinan bahwa istilah dynamis harus diartikan
dengan agak luas, yakni mencakup karunia yang spektakular, yang betul-betul
mendemonstrasikan kuasa Tuhan. Kuasa itu juga beroperasi dalam hal pengusiran setan-
setan dan mujizat-mijizat yang Tuhan kerjakan melalui pelayanan Paulus.
- Di samping itu dynamis dapat diartikan kuasa atau kekuatan rohani yang ada di dalam
kita, dan yang memanifestasikan diri sebagai iman, pengharapan dan kasih.42
Bahwa kata dynamis dapat diartikan sebagai kuasa atau kekuatan rohani, diperkuat
dengan istilah ‘di antara kamu’. Artinya bahwa mujizat-mujizat yang dilakukan Allah itu
tidak hanya dilakukan di antara mereka secara spektakular, tetapi juga ‘di dalam mereka’.
Di bagian ini terdapat suatu pelajaran rohani yang penting untuk kita, yakni pada
waktu kita percaya kepada Yesus Kristus, kita menerima Roh Kudus secara utuh. Roh
Kudus adalah satu dan tidak terbagi-bagi. Kita tidak mungkin menerima hanya sebagian
40
Arndt-Gingrich, Greek Lexicon …, 206-207
41
Ibid.
42
William Hendriksen, Galatians and Efesians …, 116
45

dari Roh Kudus pada waktu kita percaya kepada Yesus yang disalibkan itu, dan
kemudian menerima kepenuhannya dalam ‘baptisan Roh Kudus’. Yang benar adalah
pada waktu kita bertobat, kita juga menrima karunia Roh Kudus (Bd. Kisah 2:38). Itulah
yang dijanjikan oleh Tuhan, dan yang disebut ‘baptisan Roh Kudus’(Bd. Kisah. 1:4-5).
Ilustrasi yang baik adalah peristiwa pertobatan Cornelius. Pada waktu itu juga ia
sekaligus dibaptis dengan roh Kudus. Kedua-duanya terjadi karena ia percaya kepada
berita Injil yang disampaikan oleh Petrus, yaitu keselamatan baginya dan juga seluruh isi
rumahnya. Kata Petrus: “teringatlah aku akan perkataan Tuhan: Yohanes membaptis
dengan air, tetapi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus (Bd. Kisah 11:14 dst).
Segala theologia yang menekankan pekerjaan Roh Kudus dalam pertobatan sesorang
sebagai ‘pekerjaan Roh Kudus yang hanya sebagian saja’, dan setelah itu ada lagi
pekerjaan Roh Kudus sebagai pengalaman kedua (second blessing) yang dianggap
mengangkat kita kepada tingkat rohani yang lebih tinggi, tidak berasal dari Allah, karena
tidak memiliki dasar Firman Allah (Ola Tulluan). John Stott berkata: “God both justifies
us as righteous in His sight, and put His spirit within us. What is more, he never bestows
one gift without the other. Everybody who receives the spirit is justified, and everybody
who is justified receives the spirit. It is importen to notice this doble initial blessing,
since various people nowadays are theaching instead a doctrine of salvation in two
stages, that we are justified at the beginning and receive the spirit only at the later stage” 43

Rangkuman

Sepertinya Paulus bertanya: Tolong beritahukan saya, apakah semua hal yang disebutkan
di atas terjadi karena kalian melakukaan hukum Taurat atau karena kalian percaya pada
pemberitaan Injil Yesus Kristus? Jawabannya adalah: Bukan karena amelakukan hukum Taurat,
melainkan karena percaya kepada pemberitaan Injil! Oleh sebab itu mengapa kalian mau
meninggalkan Injil Yesus Kristus dan mengikuti Injil lain, yang sebenarnya bukan Injil? Kalau
kalian berbuat demikiaan, kalian akan kembalai kepada status yang lama yaitu di luar Kristus.

Untuk itu John MacArthur menarik kesimpulan yang tepat sekali dengan menulis: “If a
person has received eternal salvation thrugh trust in the crucified Christ, received the fullness of
the Holy spirit the same moment he believed, and has the Father’s Spirit-endowed power
43
John Stott, Only One Way, …, 74-75
46

working within him, how could he hope tenhance that out of his own insignificant human
resourses by some meritorious effort?.44

B. Bukti Pertama dari Perjanjian Lama:Abraham dibenarkan karena iman (3:6-14)

Sekarang Paulus mengangkat kembali pembahasan yang sudah mulai dibahasnya dalam
Galatia 2: 15-21, yaitu mengenai pembenaran oleh karena iman. Karena walaupun ia sudah
menunjukkan bahwa ajaran itu adalah berasal dari Allah, namun ia belum memberikan
sebuah uraian yang bersifat dogmatis.
Oleh sebab itu maka Paulus akan menguraikannya pada sisa pasal 3 dan pasal 4. Di situ
ia mengatakan bahwa ajaran tentang pembenaran oleh karena iman bukanlah suatu ajaran baru,
melainkan sudah ada di dalam kitab Perjanjian Lama.

1. Keselamatan Abraham
Argumen pertama ialah: ”Abraham percaya kepada Allah maka Allah memperhitungkan
hal itu kepadanya sebagai kebenaran” (ay. 6). Dengan kata lain bahwa Abraham tidak
dibenarkan karena melakukan hukum Taurat, melainkan karena ia percaya kepada Allah.
Tentulah golongan sunat memakai banyak referensi dari perjanjian Lama untuk
menunjang ajaran mereka. Antara lain mereka mengatakan bahwa pada waktu Abraham
dipanggil, Allah berkata Aku akanmembuat engkau menjadi bangsa yang besar dan memberkaati
engkau serta membuat namumu masyur, dan engkau akan menjadi berkat. Aku akan memberkati
orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orantg yang mengutuk engkau, dan
olehmu semua kaum dimuka bumi akan mendapat berkat (Kejadian 12:2-3). Selanjutnya dalam
Kejadian 15:5 Abraham mendapat janji Allah bahwa keturunannya akan menjadi banyak seperti
bintang-bintang di langit (Bd. Kejadian 2:17). Kemudian Abraham beserta keturnunannya
diperintahkan oleh Allah untuk menyunatkan diri sebagai tanda perjanjian Allah, dan sebagai
suatu ilustrasi dan peringatan tentang kebutuhan mereka akan pentahiran rohani yang harus
dilakukan terus menerus, karena hal mengerat kulup laki-laki melambangkan kebutuhan akan
pentahiran itu (Kejadian 17:10; Ulangan 10:18; Yeremia 4:4; Kolose 2:11).
Atas dasar ini golongan bersunat berkata: “sudah sangat jelas bahwa kalau bangsa-bangsa

44
John MacArthur, Gallatians , Moooy Press, 1987: 69
47

lain mau menikmati berkat Abraham, maka mereka harus menjadi seprti Abraham dan
menyunatkan diri sebagai tanda bahwa mereka menjadi bagian dari bangsa Allah sendiri, yaitu
sebagai keturunan Abraham yang banyak itu, sesuai dengan janji Allah”.
Tetapi Paulus menjawab: ”Salah kalian punya argumentasi! Karena Abraham percaya kepada
Allah jauh lebih awal sebelum ia diperintahkan untuk menyunti diri dan keturunannya. Lihat
Kejadian 15:8 yang menjelaskan bahwa Abraham percaya janji Allah tentang keturunan sebelum
ia disunat (Kejadian 15: 1-5). Firman Allah berkata: “Imannya itu yang diperhitungkan Allah
kepadanya sebagai kebenaran (kejadian 15:6; Galatia 3:8). Dengan kata lain bahwa Abraham
dibenarkan sebelum ia melakukan tuntutan Allah, yaitu tentang sunat!
Dalam surat Roma 4 Paulus memberikan komentar yang paling jelas tentang hal itu,
sebagai berikut: “Apakah ucapan bahagia ini hanya berlaku bagi orang bersunat saja atau juga
bagi orang tak bersunat? Sebab telah kami katakan, bahwa kepada Abraham iman
diperhitungkan sebagai kebenaran. Dalam keadaan mana hal itu diperhitungkan? Sebelum atau
sesudah ia disunat? Bukan sesudah disunat, tetapi seblumnya. Dan tanda sunat itu diterimanya
sebagai materai kebenaran berdasarkan iman yang ditunjukkannya sebelum ia bersunat.
Demikianlah ia dapat menjadi Bapa semua orang percaya yang tak bersunat, supaya kebenaran
diperghitungkan kepada mereka, dan juga menjadi bapa orang-orang bersunat, yaitu mereka
yang bukan hanya bersunat, tetapi juga mengikuti jejak iman Abraham, bapa leluhur kita, pada
masa ia belum disunat (Roma 4: 9-12).
Paulus sama sekali tidak menolak kenyataan bahwa Abraham adalah bapa leluhur bangsa Israel
secara lahiriah. Namun hal itu tidaklah berarti bahwa bangsa Israel secara otomatis adalah
‘anaka-anak Abraham’, karena hal itu hanya berlaku bagi mereka yang percaya seperti Abraham
percaya, lepas dari latar belakang suku dan bangsa. Dengan kata lain bahwa jalan keselamatan
hanya satu, dan berlaku untuk semua orang, baik orang yahudi maupun orang bukan Yahaudi.
Konsep ini sesuai dengan ajaran TuhanYesus sendiri. Pada waktu Ia berbicara dengan
orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya (Yohanes 8: 30-47)..., Ia mengingatkan mereka
bahwa mereka harus tetap dalam Firman-Nya untuk menjadi murid Kristus, dan kebenaran itu
yaitu firman-Nya akan memerdekakan mereka.
Mereka menjawab: ‘Benar Tuhan! Kami mengerti bahwa kami harus percaya bahwa Engkau
adalah Mesias yang dinanti-nantikan. Tetapi kami tidak mengerti apa itu “memerdekakan kami”.
48

Jangan lupa bahwa kami adalah keturunan Abraham dan tidak pernah menjadi hamba siapapun.
Kami tidak perlu dimerdekakan!”.
Jawab Yesus: Aku tahu bahwa kamu adalah keturunan Abraham, tetapi kamu berusaha untuk
membunuh Aku, karena firmanKu tidak beroleh tempat di dalam kamu” (ay. 37). Artinya bahwa
firman itu belum memerdekakan mereka: mereka tetap sebagai hamba dosa yang sama sekali
tidak memahami perkara rohani. Oleh sebab itu Yesus berkata: iblislah yang menjadi bapamu!
Jikalau sekiranya kamu anak-anak Abraham, tentulah kamu mengerjakan pekerjaan yang yang
dikerjakan oleh Abraham. Pekerjaanmu membuktikan bahwa kamu bukanlah anak-anak
Abraham, walaupun secara lahiriah kamu adalah keturunan Abraham (9AY. 39-44).
Yohanes Pembaptis pun mengajarkan yang sama. Ia berkata kepada orang-orang Yahudi
yang tidak menghasilkan buah pertobatan: ”janganlah mengira, bahwa kamu dapat berkata di
dalam hatimu: Abraham adalah bapa kami! Karena aku berkata kepadamu Allah dapat
menjadikan anak-anak bagi Abraham dari batu-batu ini (Matius 3:9).
Jadi kita memperhatikan bahwa sunat tidak pernah diberikan sebagai persyaratan untuk
selamat. Untuk hal ini John MacArthur telah menulis: “God established circumcision as a
physical sign to identify His people and too isoled them from the idolatrous, pagan worl around
them during the time of the Old Covenant. Circomsision in an external. Physical act that has no
effect on the spiritual work of justificatsion … no metter what physical lineage a person may
have, if he doest not have faith in God he is not a spiritual decendant of Abram. Abram was
secondarily the physical father of the Jewish people. He was first of all the spiritual father of
everyone, of whatever race or nationality who belives in God (Rom. 4:11)”.45
Kebenaran ini diperkuat melalui uraian Paulus dalam Galatia 3:8, yaitu bahwa sebelum Abraham
percaya kepada Allah Kitab Suci (Allah sendiri) telah memberitakan Injil kepada Abraham. Hal
itu terjadi ketika Ia memanggil Abraham. Panggilan itu disertai janji antara lain ”bahwa olehmu
segala bangsa akan diberkati” (Kejadian 12:3).
Dalam Galatia 3:8 Paulus berkata bahwa berkat yang diuntukkan bagi segala bangsa (bukan
hanya bangsa Israel), ialah bahwa Allah membenarkan manusia olah karena iman! Dalam ayat
itu kata ‘berkat untuk segala bangsa’ identik dengan ‘Allah membenarkan orang-orang bukan
Yahudi oleh karena iman. Itulah Injil yang diberitakan kepada Abraham!46

45
Ibid., 74-75
46
John Stott, Onle One Way …, 73
49

Sebagai kesimpulan Paulus mengulangi sekali lagi ‘bahwa mereka yang hidup dari iman,
merekalah yang diberkati bersama-sama dengan Abraham yang beriman itu (ay. 9).

Kesimpulan dan Aplikasi


a. Bagian ini mengingatkan kita bahwa segala sesuatu yang diberitakan oleh manusia, harus
diuji oleh firman Tuhan. Jangan kita cepat percaya bilamana kita mendengar sesuatu yang
kedengarannya rohani, atau yang kelihatannya popular, tanpa sungguh-sungguh menyelidiki
nya berdasarkan firman Allah.
b. Jangan sampai kita menjual murah istilah “Injil Yesus Kristus”. Tidak semua uraian tentang
topik-topik rohani, adalah uraian yang berisikan Injil Yesus Kristus. Injil adalah berita bahwa
manusia dibenarkan di hadapan Allah dalam Kristus Yesus yang telah menanggung hukuman
atas dosa manusia. Melalui berita yang sama manausia dianugerahkan Roh Kudus.
Manusia tidak dapat melakukan apa-apa untuk menjadi layak untuk menerima berkat-berkat
itu. Hanya satu saja yang dituntut yaitu: percayalah kepada Kristus, maka kamu akan hidup.

2. Kita harus memilih: Percaya dan hidup (contohnya Abraham), atau melakukan hukum
Taurat dan berada di bawah kutuk (ay. 10-14)
Paulus sudah mengatakan bahwa Abraham dibenarkan di hadapaan Allah oleh karena iman,
dan bahwa semua orang yang percaya seperti Abraham percaya, adalah anak-anak Abraham.
Atas dasar itu Paulus menentang jamaat-jemaat di Galatia untuk memilih entah hidup oleh
iman dan sungguh-sungguh menikmati berkat-berkat keselamatan, atau hidup dari pekerjaaan
hukum Taurat dan berada di bawah kutuk.
Memang terdapat beberapa persamaan di antara kedua jalan itu, antara lain:
- Kedua-duanya berdasarkan firman Allah, yang pertama disebutkan dalam kitab para nabi
(Habakuk 2:4); yang kedua dalam kitab Musa (Imamat 18:5)
- Kedua-duanya menawarkan hidup. Ayat 11 berkata orang yang benar akan hidup oleh
iman; ayat 12 berbunyi ‘siapa yang melakukaannya (hukum Taurat) akan hidup
karenanya.

Namun demikian, perbedaan-perbedaannya lebih banyak, misalnya:

-Yang pertama menawarkan hidup kepada orang percaya, sedangkan yang kedua
50

menawarkannya kepada orang-orang yang sanggup melakukan.

- Yang pertama mengatakan bahwa iman adalah jalan keselamatan, sedangkan yang kedua

mengatakan bahwa ketaatan adalah jalan keselamatan.

-Yang pertama mengatakan: Allahlah yang membenarkan, namun yang kedua mengatakan

Saya dapat meengerjakannya sendiri.

Kalau demikian seolah-olah firman Allah menawarkan ada dua jalan keselamatan. Maka
untuk menghindari pemahaman yang demikian Paulus menjelaskan apa maksud firman itu
dalam menyebutkan dua jalan keselamatan itu.

a. Jalan keselamatan melalui pekerjaan hukum Taurat.


Dalam Imamat 18:5 Allah berfirman: “Sesungguhnya kamu harus berpegang pada
ketetapan-Ku dan peraturan-Ku, orang yang melakukannya akan hidup karenanya: Akulah
Tuhan”.
Dengan gamblang dan jelas ayat ini mengatakan bahwa orang-orang yang melakukan
hukum Taurat akan hidup karena keberhasilannya itu. Kemudian Musa memperingatkan
bangsa Israel bahwa “terkutuklah orang yang tidak menepati perkataan hukum Taurat dengan
perbuatan” (Bd. Ulangan 27:26). Ulangan 28 menggambarkan dua kemungkinan yang ada
melaalui hukum Taurat, Yaitu:
- Menerima berkat bagi mereka yang melakukan dengan setia segala perintah hukum
Taurat (ay. 1-14), dan
- Menerima kutuk bagi mereka yang tidak melakukan dengan setia seluruh hukum Taurat
(ay. 15-48).

Kitab Yehezkiel 20:11 mengingatkan Israel tentang hal yang sama. Allah berkata kepada
bangsa yang tidak setia mengenai apa maksudnya memberikan hukum Tauarat sesudah Ia
memimpin mereka keluar dari Mesir. “Aku memberi kepada mereka ketetapan-ketetapan-Ku
dan memberitahukan peraturan-peraturan-Ku, dan manusia yang melakukannya akan hidup.

Dengan demikian amat jelas bahwa barangsiapa yang berhasil untuk melakukan seluruh
hukum Taurat, akan hidup oleh karenanya. Yesus sendiri juga menyetujui akan hal itu.
51

Dalam Lukas 10:25-27, dapat kita baca tentang pertanyan seorang ahli Taurat kepada Yesus:
“apa yang harus aku perbuat untuk memperoleh hidup yang kekal? (ay. 25). Yesus bertanya
kembali: ‘apa kata hukum Taurat tentang hal itu? Maka ahli Taurat itu menjawab bahwa ia
harus melakukan ‘dua hukum kasih” yang berarti bahwa ia harus melakukan seluuruh hukum
Taurat, karena pada kedua hukum itu tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi
(Matius 22:40).

Golongan sunat mengikuti golongan Farisi dalam menginterpretasi hukum Taurat. Bagi
mereka sudah cukup kalau manusia mempunyai kelakuan yang sesuai dengan hukum Taurat.
Akan tetapi interpretasi Yesus lebih radikal. Ia bertanya kalau kalian berhasil mengatur
hidupmu sesuai dengan hukum Taurat, apakah kalian sudah melakukannya? Dalam Matius 5
Yesus menjawab: Belum tentu. Hal itu tergantung pada sikap hatimu, karena Allah menguji
hati dan bathin orang’ (Mazmur 7:10).

Sebagai contoh, dalam Matius 5:21-26 di mana Yesus memberi komentar tentang titah
keenam: Jangan membunuh. Menurut orang-orang Farisi hukum itu digenapi kalau mereka
tidak membunuh orang. Sedangkan Tuhan Yesus berkata: hal itu Salah, karena hatimu sering
menyimpan dengki dan irihati. Kalau ada sesuatu dalam hatimu terhadap sesamamu,
percuma kamu mempersembahkan segala sesuatu kepada Tuhan. Umpamanya kalau kamu
marah terhadap sesorang, hal itu sama saja dengan memebunuh dia!

Hal yang sama kita dapat lihat pada bagian berikut, yakni pada Matius 5: 27-32 tentang
hal berzinah. Menurut orang-orang Farisi larangan terhadap zinah hanya menyangkut
perbuatan zinah secara aktif (bersetubuh). Namun Tuhan Yesus bertanya: Bagaimana dengan
hatimu? Apakah hatimu bersih? Apakah kamu pernah memandang seorang perempuan yang
bukan istrimu serta menginginkannya? Itupun dosa yang melanggar hukum Taurat!

Memang benar bahwa setiap orang yang mampu melakukan seluruh hukum Taurat itu
akan hidup karenanya, Akan tetapi kalau kita mengabaikan salah satu bagian dari padanya,
kita bersalah terhadap seluruhnya (Bd. Yakobus 2:10). Kita mengerti bahwa sejak manusia
Adam jatuh ke dalam dosa, maka tidak ada lagi seorang manusia, kecuali Yesus sendiri yang
mampu menuruti hukum Taurat (Mazmur 14: 2-3). Menghadapi kenyataan itu Paulus
menarik suatu kesimpulan; ‘semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan
52

Allah’ (Roma 3:23). Itulah sebabnya Paulus berkata dalam Galatia 3:10, semua orang yang
hidup dari pekerjaan hukum Taurat, berada di bawah kutuk, karena tidak ada seorangpun
yang mampu hidup menurut tuntutan hukum Taurat. John Stott menulis:”God is not a
sentimental old Father Christmas, but the righteous judge of men. Disobedience always bring
us under the curse of God, and exsposes us to the awful penalties of His judgement”.47

Dengan demikian kita mengerti bahwa tidak realistis bagi siapapun juga, entah ia orang
Yahudi untuk mengharapkan keselamatan dari ketaatan kepada hukum Taurat.

Perhatikan juga Roma 10:4-8 ”Kebenran karana iman berkata” (ay.6). Artinya, terdapat
banyak orang yang memilikinya, sehingga mereka bisa bersaksi tantang bagaimana Allah
telah membenarkan mereka karena iman. Lain halnya dengan kebanaran karena hukum
Taurat, ia tidak berkata sesuatu, hanya Musa yang menulis tentang dia. Artinya dia tidak
mempunyai mulut yang bersaksi tentang kebenarannya, karena memang tidak ada manusia
yang pernah diselamatkan oleh hukum Taurat.

b. Jalan keselamatan melalui iman

Terpujilah nama Tuhan kita Yesus Kristus, karena Ia telah menebus dari kutuk hukum Taurat
dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: “Terkutuklah orang yang
tergantung pada kayu salib (Teks asli hanya disebut ‘kayu’) (ay. 13) Bd. juga Roma 8:3;
Galatia 4:5; 2 Korintus 5:21; 1 Petrus 2:24; Kisah. 5:30.

Coba bayangkan bahwa Ia yang tidak mengenal dosa telah menjadi dosa karena kita (Bdg. 2
Korintus 5:21). Ia menanggung hukuman atas dosa kita dengan menjalankan hukuman mati
yang adalah hukuman yang layak diterima oleh orang berdosa (Roma 6:23). Seharusnya
kitalah yang mati. Namun puji Tuhan kita telah mati, karena Kristus telah mati untuk kita!
Seharusnya kita yang terkutuk dan ditinggalkan oleh Allah. Puji Tuhan karena Kristus telah
menerima kutuk yang seharausnya kita tanggung, sehinga Ia menjerit di Kayu Salib ”Eli, Eli
Lama sabakhtani! Artinya Alahku, Alahku mengapa engkau meninggalkan Aku? (Matius
27:48).

47
John Stott, Only One Way, … 73
53

Paulus kemudian langsung menambahkan: (Galatia 3:14) bahwa tidak setiap orang ditebus
dari kutuk hukum Taurat secara otomatis, karena saratnya bahwa kita harus ‘di dalam
Kristus’ baru dapat menikmatinya. Bagaimana caranya? Jawab Paulus: oleh iman! (ay. 11).
Kalau kita mau hidup di bawah hukum Taurat kita masih di bawah kutuk Allah, terpisah dari
Allah dan tanpa pengharapan. Dalam ayat 14 dikatakan:’Dengan iman bukan hanya orang-
orang Yahudi mendapat bagian dalam berkat Abraham, tetapi juga bangsa-bangsa lain!

Apa itu berkat Abraham? Dalam ayat 11 dikatakan ‘hidup kekal’ yaitu pembenaran. Dalam
ayat 14 ini ditambah: oleh iman kita menerima roh yang telah dijanjikan itu (Bd. Galatia 3:2).

Kesimpulan dan Aplikasi

a. Dalam memberitakan firman Tuhan kita harus memperhadapkan para pendengar dengan
dua kemungkinan dalam hidup ini, yaitu (i) Hidup di bawah kutuk (2) Hidup di dalam
berkat.
Agar orang diberkati dengan berkat Abraham (ialah dibenarkan di hadapan Allah dan
Roh Kudus), kita harus memberitakan tentang iman kepada Yesus Kristus sebagai satu-
satunya jalan.
b. Jalan keselamatan hanya satu dan sifatnya universal. Dalam hal ini Allah tidak memandang
latar belakang suku dan bangsa. Oleh sebab itu berita keselamatan tidak pernah berubah.
“Kontekstualisasi’ tidak boleh dilakukan terhadap inti berita Injil Yasus Kristus, hanya
dperbolehkan terhadap metode penyampaiannya saja.
c. Gereja Tuhan di atas muka bumi adalah satu. Semua orang percaya tinggal di dalam kemah
yang sama (Bd. Yesaya 54:1-3). Baik mereka dari jaman Perjanjian Lama, maupun dari
Perjanjian Baru, baik mereka dari bangsa Israel, maupun dari bangsa-bangsa lain. Oleh sebab
itu pada waktu Perjanjian Lama berakhir, Allah tidak menyuruh para rasul mendirikan kemah
yang baru. Yang terjadi adalah bahwa tali-tali kemah yang lama dipanjangkan. Sebagaimana
dikatakan oleh Paulus dalam Roma 11 bahwa semua orang percaya merupakan bagian dari
satu pohon zaitun. Walaupun dari beberapa cabang lama (bangsa Yahudi) dipatahkan, akar
pohon itu tidak dicabut; cabang-cabang yang baru (bangsa-bangsa lain) dicangkokkan pada
akar yang sama (Bd. Roma 11:17). Tidak perlu ditanam pohon yang baru lagi.
Baik dalam Parjanjian Lama maupun dalam Perjanjian Baru Allah berkata kepada umat-Nya:
Aku akan menjadi Allahmu (Bd. Kejadian 17:7, 8; Keluaran 20:2; Ulangan 5:6; Yosua 1:5; 2
54

Tawarkh 20:17; Yeremia 15:20; 24:7; 30:22; 31:33; 2 Korintus 6:16; Ibrani 8:10; Wahyu
21:3, 7). Nama-nama orang kudus ditulis dalam satu kitab kehidupan saja dan tidak dalam
dua kitab (Bd. Keluaran 32:32-33; Mzmur 69:28; Daniel 12:1; Maleakhi 3:16-17; Lukas
10:20; Filipi 4:3; Wahyu 3:5; 13:8; 17:8; 20:12, 15; 21: 27; 22:19).
Sungguh benar, oleh iman semua bangsa menjadi anak-anak Abraham, dan mendapat bagian
dalam berkat Abraham!
C. Bukti kedua dari Perjanjian Lama: Hukum Taurat tidak diberikan untuk
menyelamatkan amanusia Ps. 3:15-4:11
1. Introduksi: Hukum Taurat tidak meniadakan janji Allah (3:15-18)
Dalam bagian ini Paulus menentang argumentasi yang dikemukakan oleh golongan sunat
setelah mereka mendengar uraiannya tentang keselamatan Abraham oleh iman. Argumentasi
mereka kira-kira sebagai berikut: Baiklah, kami terima bahwa Araham dan keturunannya
dibenarkan karena iman. Tetapi ketika Allah memberikan hukum Taurat kepada Musa, dasar
keselamatan berubah, karena satu perjanjian yang baru antara Allah dengan Musa dibuat,
sehingga mulai dari zaman Musa, dasar keselamatan bukan lagi oleh iman, melainkan
ketaatan kepada hukum Taurat sebagai persyaratan yang ditambahkan pada iman. Perjanjian
dengan Musa telah menggantikan perjanjian dengan Abraham.
Paulus menjawab dengan menggunakan satu illustrasi dari hidup sehari-hari, yaitu
tentang surat wasiat yang telah disahkan. Paulus adalah penghkotbah yang praktis, dosen
homiletk yang hebat, sehingga ia menguraikan firman Allah secara dalam tapi praktis.
Paulus menunjukkan bahwa perjanjian Allah dengan Abraham adalah lebih unggul dari
pada perjanjian Allah dengan Musa, karena yang pertama adalah bahwa perjanjian itu tanpa
syarat (unconditional covenant) yang hanya bergantung pada kesetiaan Allah, sedangkan
yang kedua adalah perjanjian dengan syarat (conditional covenant), yang bergantung pada
kesetiaan manusia dalam menggenapi perssyaratannya (yaitu hukum Taurat). Kepada
Abraham Allah berkata: “Aku akan …, sedangkan kepada Musa Ia berkata: “Kau harus …”.
Perjanjian dengan Abraham adalah titik tolak untuk satu agama yang bergantung pada
rencana Allah, anugerah Allah, inisiatif Allah, kedaulatan Allah dan berkat-berkat Allah.
Perjanjian dengan Musa adalah titik tolak suatu agama yang bergantung pada tanggung
jawab manusia, pekerjan manusia, tingkah laku manusia dan ketatan manusia.
55

Perjanjian yang pertama, karena berlandaskan anugerah Allah, hanya meminta iman
sebagai respons manusia; sedang perjanjian yang kedua dengan Musa, karena berlandaskan
pekerjaan, menuntut ketaatan mutlak pada hukum Taurat.
Maka Paulus menegaskan: sudah jelas bahwa perjanjian dengan Abraham lebih unggul
dari pada perjanjian dengan Musa. Ia memberikan 4 (empat) bukti yang mendukung
kesimpulannya, yaitu:

Pada ayat 15, perjanjian dengan Abraham tidak dapat diubah.


Persis seperti surat wasiat yang kita kenal dari kehidupan sehari-hari, demikian juga
hubungan antara perjanjian Allah dengan Abraham dan perjanajian Allah dengan Musa.
Kata wasiat dalam bahasa Yunani adalah diaqekh ‘diatheke’. Kata yang sama dipakai
dalam ayat 17 dalam arti ‘janji’. Arti dasar dari kata itu adalah “last will and testament” yaitu
surat wasiat.48 Dalam konteks Yunani, benar apa yang dikatakan oleh Paulus, “bahwa wasiat
yang telah disahkan … tidak dapat dibatalkan atau ditambahi oleh seorangpun”.
Kata diaqekh ‘diatheke’ yang dipakai dalam LXX untuk menterjemahkan kata Ibrani
Tyrb ‘berit’, yaitu perjanjian atau janji (ay. 17). Menurut Arndt-Gingrich, kata ini berarti:
“ the declaration of one person’s will, not a resolt of an agreement between two aqual parties
… In the covenant of God it was God alone who set the conditions”.49
Perjanian dengan Abraham disahkan dengan cara yang biasa pada zaman itu, yaitu
dengan memotong binatang dalam dua potongan. Lalu satu bagian diletakkan disamping
bagian yang lain, kemudian kedua belah pihak yang membuat perjanjian harus berjalan di
antara potongan-potongan daging itu (Bd. Kejadian 15:8-11). Tetapi berbeda dalam upacara
pensahan perjanjian dengan Abraham, di mana hanya Allah sendiri yang lewat diantara
potongan-potongan binatang itu secara simbolis dalam bentuk perapian yang berasap beserta
suluh yang berapi sedangkan Abraham tidak dituntut untuk itu (ay. 17-18).
Atas dasar ini Paulus berkata: “Kalau suatu wasiat yang telah disahkan, sekalipun ia dari
manausia, tidak dapat dibatalkan atau ditambah, apalagi perjanjian Allah, yang hanya
tergantung pada Allah sendiri yang tidak pernah berubah. Ia telah membuat perjanjian itu
secara sepihak dan tanpa sayarat. Oleh sebab itu perjanjian dengan Musa tidak mungkin
membatalkan atau pun menambah sesuatu pada perjanjian dengan Abraham”.
48
Arndt-Gingrich, Greek Lexicon, …, 182
49
Ibid.
56

Pada ayat 16 Perjanjian dengan Abraham tidak bisa diubah karena ia dibuat dengan
perantaraan Yesus Kristus.
Dibawah inspirasi Roh Kudus Paulus menulis bahwa tidak mungkin perjanjian Allah
dengan Abraham digenapi pada waktu bangsa Israel sudah menjadi banyak, dan sudah
mendapat tanah perjanajian (Bd. Kejadian 12:1-3). Kalau kita memakai logika, hal itu
menjadi jelas sekali, karena Allah telah berjanji bahwa “Oleh Abraham semua kaum di muka
bumi akan mendapat berkat” (Kejadian 12:3). Mana mungkin hal itu digenapi pada waktu
bangsa Israel tinggal di tanah Kanaan?
Paulus berkata dalam Galatia 3:16 bahwa dari semula Allah memandang, bukan hanya
pada penggenapan semantara yaitu tanah Kanaan, tetapi bahwa ia memandang ke depan pada
penggenapan Mesianis, yaitu melalaui Kristus! Menurut Paulus, bahasa yang dipakai
membuktikan bahwa perjanjian Allah dengan Abraham digenapi pada Kristus dan setiap
orang yang percaya kepada-Nya, karena ‘keturnuan; yang dijanjikan kepada Abraham,
bukan dalam bentuk jamak, melainkan dalam bentuk tunggal. Artinya bahwa Abraham tidak
hanya diberi janji bahwa ia akan mendapat banyak keturunan secara lahiriah, tetapi bahwa
dari dia (Abraham) akan datang suatu keturnan khusus, yaitu Kristus! Jadi berkaat-berkat
yang dijanjikan kepada Abraham, digenapi dalam Yesus Kristus. Oleh sebab itu berkat-
berkat itu menjadi milik kita di dalam Kristus, dan bukan di dalam hukum Taurat. John
MacArthur, Menulis “There have ever been nor can there ever be salvation apart from the
finished wrork of Christ. The covenant whith Abraham was fulfilled in the covenant of Jesus
Christ, and therefore the covenant of low, whatever its character and popose, did not
abrogate or modify those two covenants, wich really merged in to one”.50
Dengan kata lain, bahwa garis penggenapan ialah dari Perjanjian dengan Abraham ke
Perjanjian melalui Yesus Kristus. Dengan demikan jelas alah apa yang dikatakan oleh
golongan sunat, bahwa garis penggenapan atau paling sedikit garis modifikasi ialah dari
perjanjian dengan Abraham ke perjanjian dengan Musa. Paulus tidak menerima konsep
golongan sunat bahwa perjanjian dengan Abraham di sempurnakan oleh perjanjian dengan
Musa.

50
John MacArthur, Galatians …, 85
57

Pada Ayat 17: Dari segi kronologis, Perjanjian dengan Abraham mendahului perjanjian
dengan Musa.
Jangka waktu 430 tahun yang mulai terhitung dari saat Allah mengulangi Perjanjian itu
dengan Yakob (Kejadian 28:13-15), sebelumnya perjanjian itu diikat dengan Abraham
seperti yang kita lihat (Kejadian 12:1 dst). Dan diulangi kepada Ishak (Kejadian 26:24).
Jangka waktu perjanjian dengan Abraham sampai perjanjian dengan Musa adalah 645 tahun.
Tetapi 215 tahun sesudah perjanjian dengan Abraham, Allah mengulangnya dengan Yakob.
Dengan demikian jangka waktu antara perjanjian dengan Abraham dan pemberian hukum
Taurat adalah 430 tahun (Bd. Kisah 7:6).51
Menurut Paulus maka perjanjian dengan Abraham jauh lebih unggul dari pada perjanjian
dengan Musa, karena yang terakhir tidak dapat membetalkan yang pertama yang disahkan
oleh Allah jauh-jauh hari sebelumnya.

Pada ayat 18: Kesimpulan: Perjanjian dengan Abraham menjamin bahwa keselamatan kita
berdasarkan anugerah dan bukan ketaatan, karena demikianlah janji Allah
Atas dasar ini Paulus menarik kesimpulan bahwa “apa yang ditentukan oleh Allah’ telah
dianugerahkan dengan Cuma-Cuma kepada Abraham. Alkitab Terjemahan lama lebih tepat
dari pada terjemahan baru, yaitu: “Jikalau warisan datang dari pada syaraiat Taurat, maka
bukanlah ia dari pada perjanjian, tetapi Allah sudah menganugerahkan dia kepada Ibrahim
dengan perjanjian”. Maksudnya, kalau benar kita dibenarkan di hadapan Allah dan mendapat
Roh Kudus (yaitu warisan), oleh karena hukum Tauarat maka kasih karunia telah dibatalkan.
Namun, kata Paulus: “Allah telah menganugerahkan” teks Yunani adalah kecarirtai
‘kecharistai’ (memberikan berdasarkan anugerah) warisan itu kepada Abraham melalui janji,
dan bukan melalui keberhasilannya untuk menepati tuntutan hukum Taurat.
Kalau tidak demikian maka kasih karunia itu bukan lagi kasih karunia (bd. Roma 11:6). Se
olah-olah Paulus berkata: jangan mengawinkan kasih karunia dengan ketaatan kepada hukum
Taurat, karena hal itu akan membatalkan kasih karunia! Tetapi puji Tuhan, dalam hal
keselamatan, hukum Tauarat tidak dapat menolong agar keselamatan di anugerahkan kepada
kita yang percaya seperti Abraham percaya.

51
Secara eksegetis referensi Paulus mengenai 430 tahun menimbulkan masalah. Lihat William Henderksen 137-
139 yang menuraikan nya secara lengkap.
58

Dalam Roma 4:13-14 Paulus berkata: “Bukan karena hukum Taurat, telah diberikan janji
kepada Abraham dan keturunannya, bahwa ia akan memiliki dunia, tetapi karena kebenaran
berdasarkan iman . Sebab jika mereka yang mengharaapkannya dari hukum Taurat menerima
bagian yang dijanjikan Allah, maka sia-sialah iman dan batallah janji itu”.
Pertanyaan: Kalau demikian keadaannya, apakah maksud hukum Taurat? Pertanyaan itu
dijawab oleh Paulus pada bagian berikut.
2. Melalui Hukum Taurat Roh Kudus menyadaarkan manusia tentang dosa (19-22)

Ayat 19-20

Rupanya golongan sunat menjadi bingung karena ajaran tentang pembenaran karena iman,
sehingga mereka bertanya: kalu begitu apakah maksud hokum Taurat? Paulus mengangkat
pertanyaan itu dan menjawabnya: “Hukum Taurat ditambahkan oleh karena pelanggara”.

Pada zaman ini pun banyak orang menyangka bahwa Hukum Taurat diberikan untuk
memempukan kita hidup menurut kehendak Allah, supaya kita layak diterima oleh Allah.
Konsepsi itu begitu kuat tertanam di dalam hati manusia, sehingga banyak orang yang
menganggap diri Kristen pun memiliki konsepsi itu. Seringkali kita mendengar: :Saya akan
mampu hidup menurut kehendak Allah dalam Hukum Taurat, asal saja Ia menolong saya atau
member kuasa kepadaku” Apakah konsepsi itu banar menurut firman Allah?

Galataia 2:21 menjawab: Konsepsi itu sama sekali tidak benar, sebab sekiranya ada kebenaran
oleh Hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus”. Dengan kata lain: kalau seumpamanya
mansuai mampu menuruti Hukum Taurat, untuk apa Kristus mati? Walaupun Hukum Taurat
tidak dapat menjadikan kita benar, bukan karena ia tidak baik, melainkan karena ia tak berdaya
oleh daging (Yaitu keberdosaan kita), ia masih mempunyai fungsi yang vital yaitu “ia
ditambahkan oleh karena pelanggaran-pelanggaran kita (Galatia 3:19).

Dalam Roma 3:19-20, Paulus menjelaskan mengenai fungsi itu sebagai berikut: “ …
supaya tersumbat setiap mulut dan seluruh dunia jatuh ke bawah hokum Allah” Paulus
menambahkan lagi: “Hukum Taurat ditambahkan supaya pelanggaran menjadi semakin banyak”
(Roma 5:20). Itu berarti: Bahwa hokum Taurat diberikan kepada kita bukan untuk merangsang
kita semakin hidup dalam dosa, melainkan merangsang dosa yang sudah ada di dalam kita.
Artinya agar kita menyadari keadaan kita yang berdosa. Fungsi itu sangat penting karena hanya
59

orang sakit ayang mencari dokter. Oran g yang tidak merasakan sakitnya tidak akan mencari
pertolongan.

Serlanjutnya dalam 2 Korintus 3:7,9, Paulus berbicara tentang dua macam pelayanan firman
Allah, yaitu pelayanan yang memimpin kepada kematian” Itu pelayanan Hukum Taurat (ay. 7).
Ayat 9 menambah bahwa pelayanan itu mulia, artinya ‘penting’ namun masuh kalah dengan
‘pelayanan yang memimpin kepada pembenaran’, yaitu pelayanan Injil Yesus Kristus.

Sungguh benar Hukum Taurat ‘membunuh’ kita, Sebagaimana Paulus berkata dalam Roma 7:9-
10)”Sesudah datang perintah itu dosa mulai hidup, sebaliknya aku mati”. Artinya sesudah hokum
Taurat diterangi oleh Roh Kudus, mulai berbicara kepada seseorang, ia sungguh-sungguh sadar
bahwa hidupnya penuh dengan dosa dan bahwa ia sedang berada di bawah murka Allah. Doa
smenjadi suatu masalah yang membuat dia gemetar di bawah hokum Allah.

Memang pelayanan hokum Taurat mulia, Tetapi Puji Tuhan pelayanan Injil Yesus
Kristus lebih mualia lagi. Hal itu jelas, kata Paulus, karena hokum Taurat dsampaikan kepada
manusia dengan perantaran malaekat-malaekat ke dalam tangan seorang penganatara (Galatia
3:19c). Ditambahnya dalam ayat 20 bahwa satu berita yang dsampaikan oleh pengantara-
pengantara, tidak semulia berita yang dsampaikan secara langsung. Injil, yaitu janji yang
disampaikan kepada Abraham secara langsung oleh Allah tanpa pengantara.

Oleh sebab itu Hukum Taurat mempunyai fungsi yang penting, namun terbatas. Ia tidak
dapat menyelamatkan manusia. Ia hanya adapat menyiapkan jalan “sampai keturunan yang
dimaksudkan oleh janji itu ‘datang’ (ayat 19b).

Penafsiran ayat 19 ini sangat sulit. Menurut Ola Tulluan, penaafsiran yang terbaik adalah
sebagai berikut: “Keturunan yang dimaksud oleh janji itu ialah Yesus Kristus (Bd. Ay. 18).. Ia
datang senagai penggenapan dari janji Allah kepada Abraham. Bahwa oleh dia semua kaum di
muka bumi akan mendapat berkat (yaitu keselamatan) (Bd. Kejadian 12:3). Fungsi Hukum
Tauarat ialah menyiapakan hati manusia untuk menerima Kristus sebagai Juruselamat. Hal itu
diuraikan secara khusus dalam Galatia 3: 24.

Ayat 21-22
60

Implikasi dari theologia golongan sunat ialah telah tercipta suatu pertentangan antara hokum
Taurata dengan janji-janji Allah. Maka Paulus bertanya: Apakah demikian menurut maksud
Allah?

Jawabnya: Implikasi seperti itu timbul karena adanya konsepsi yang keliru, yakni bahwa Hukum
Taurat diberikan sebagai ‘sesuatu yang dapat menghidupkan’ (ay. 21). Kalau konsepsi itu benar,
memang akan terjadi tabrakan antara Hukum Taurat dengan Injil.

Tetapi, kata Pulus: kenyataannya bahwa Kitab Suci benaar dalam penilaiannya, yaitu segala
sesuatu berada di bawah kekuasan dosa (ay. 22). Kitab Sici yang Paulus pegang adalah
Perjanjian Lama. Di situ dikatakan bahwa tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak
(Mazmur 14:3). Menurut kitab Suci tidak ada hokum yang dapat melepaskan manusia dari
keadaan itu. Malahan Kitab Suci berkata : bahwa hokum itu ‘mengurung’ manusia di bawah
kekuasan dosa.

Kata ‘mengurung” dalam teks asli sunklew ‘sinkleo’ berarti menutupi segala segi, “The word
indicates there is no possibility of escape”.52

Hukum Taurat tidak dapat mengeluarkan manusia dari kadaan itu. Hanya satu saja yang dapat
menolong, yaitu iman dalam Yesus Kristus, karena janji keselamatan itu diberikan kepada
mereka yang percaya (ay. 22b, Bd. Roma 11:32).

Rangkuman

Ayat-ayat ini mengundang kita untuk menarik kesimpulan yang penting, Yitu:

a. Walaupun Alkitab kita terdiri dari dua kitab, yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, ia
ntetap merupakan satu kesatuan. Menurut Paulus terdapat garis sejarah dari Abraham dan
Musa kepada Yesus Kristus. Perjanjian Lama tidak dapat dimengerti di luar Yesus Kristus,
karena Perjanjian lama mendapaat penggenapannya di dalam kitab Perjanjian Baru.
Demikian juga Perjanjian Baru tidak bias dimengerti tanpa Parjanjian Lama sebagai latar
belakang dan prolog dalam drama penyelamatan manusia. Kita harus berdoa agar Yesus
membukaa mata kita untuk mengerti rahasia ini persis seperti Ia lakukan untuk kedua orang
yang ke Emaus yang diceritakan dalam Injil Lukas 24:27.
52
Rienecker …, 510
61

b. Ayat-ayat ini mengingatkan kita bahwa hokum Taurat dan dosa harus dikomunikasikan
dengan jelas, baru orang berdosa akanmenerima Injil Yesus Kristus. Pulus menguraikan
keadaan Hukum Taurat sedemikian rupa sehingga manusia ‘terkurung di bawah kekuasaan
dosa’ tanpa melihat jalan keluar. Baru sesudah itu tiba saatnya untuk memberitakan iman
kepada Yesus Kristus sebagai jalan keluar dari keadaan terkurung itu.
Kalau kita memberitakan anugerah tanpa memberitakan hokum Taurat terlebih dahulu, kita
menjual anugerah TUhanterlalu murah. Kita menjadi seperti nabi-nabu palsu dalam
Perjaanjian Lama yang hanya mengobati luka-luka umat Allah dengan memandangnya
ringan, karena mereka hanya mengatakan ‘damai sejahtera’ (Bd. Yeremia 6:14; 8:11).

3. Hukum Taurat memimpin manusia yang berdosa kepada Krstus (Ps.3:23-29)

Pada ayat 15-22 tadi Paulus telah menguraikan keunggulan jalan keselamatan melalui iman
dalam Yesus Kristus. Yang menjadi penekanan adalah uraian dari segai sejarah keselamatan
dalam Perjanjian Lama. Kini mulai dengan ayat 23 Pulus menarik suatu kesimpulan secara
praktis dan berdasarkan pengalaman mereka semua, baik Paulus sendiri maupun anggota jemaat
di Galatia. Dapatlah dikatakan bahwa di bagian ini Paulus melukiskan pengalaman semua orang
Kristen pada segala abad.Pengalaman itu dilihat dari dua segi, Yaitu:

a. Pengalaman kita sebelum iman datang (ay. 23-24)


Dalam bagian ini Paulus tidak berbicara tentang berbagaimacam iman. Yang
dimaksudkannya adalah iman tertentu, karena kata Yunani pistiz ‘pistis’ di dahului oleh kata
sandang tertentu. Artinya iman yang dimaksudkan adalah iman yang berulangkali dijelaskan
oleh Paulus. Yitu iman kepada Yesus Kristus yang melauinya manusia dibenarkan oleh
Allah.
Sebelum iman itu datang, semua orang tanapa klecuali berada di bawah hokum Taurat.
Bandingkan kata kita yang dipakai oleh Paulus. Artinya, bahwa seluruh jemaat di Galatia
termasuk juga di dalam kata kita, Dan jemaat-jemaat iru terdiri dari orang-orang Yahudi dan
bukan Yahudi. Dengan demikian kita mengerti bahwa keadaan itu berlaku untuk orang-orang
Kristen dari bangsa Yahudi yang mengenal huku Taurat, dan juga untuk orang-orang Kristen
dari latar belakang non Yahudi, walaupun mereka tidaj mengenal hokum Taurat yang tertulis.
62

Hal itu perlu dilihat dalam terang Roma 2:14-16. Di sana dikatakan bahwa pada dasarnya isi
hokum Tauarat ada tertulis dalam hati bangsa-bangsa lain dan suara hati mereka turut
bersaksi dan pikiran mereka saling menuduh atau saling membela (ay. 15). “Buktinya
bangsa-bangsa lain yang tidak memiliki Hukum Taaurat oleh dorongan diri sendiri
melakukan apa yang dituntut hokum Taurat (ay. 14). Perkataan seperti itu tikdak perlu
menegehrankan kita, karena semua amanusia, lepas dari latar belakang suku dan bangsa,
adalah ciptaan Allah yang diciptakan dengan potensi yang sama.
Kita tidak boleh melemahkan kata Paulus ini. Oleh sebab itu kita harus menolak segala
pandangan theologia yang mengatakan bahwa bangsa-bangsa lain tidak perlu diinjili, karena
Allah pasti akan memandang mereka dengan kasih karunia. Banyak theolog yang berkata:
Masakan orang yang belum sempat mendengar berita tentang Yesus Krstus akan masuk
neraka?
Firman Tuhan menjawab: (i) Jangan mempersalahkan Allah kalau manusia masuk neraka,
karena Allah bukan penyebab kejatuhan manusia ke dalam dosa; dan (ii) Firman Tuhan
dengan jelas mengatakan bahwa: “sebelum iman datang:” kita semua berada di bawah
Hukum Taurat. Implikasinya adalah:
-bahwa kita semua berada di bawah hokum Allah yang akan dilaksanakan berdasarkan
hokum Taurat,
-dan jalan keselamatan pun sama bagi setiap orang, yaitu ‘melalui iman’.
Sebalum kita percaya Hukum Taurat mempunyai dau fungsi dalam hidup kita:
1. Sebagai pengawal yang mengurung kita (ay. 23).

Dari segu sejarah kita melihat bahwa bangsa Israel benar-benar dikawal dan dikurung oleh
Hukum Taurat. Dalam agama Yahudi para ahli Hukum membuat peraturan-peraturan dan
larangan-larangan yang ditambahkan untuk menolong orang-orang Yahudi memenuhi
Hukum Taurat. Akhirnya pada waktu Yaesus datang pertamakali, mereka dikawal dengan
ketat oleh peraturan-peraturan ini yang disebut adat istiadat nenekk moyang. Walaupun jalan
iman terbuka untuk bangsa Israel sejak semula (Bd. Adam, Nuh, Abraham) tidak banyak
mereka yang diselamatkan oleh karena iman, karena Hukum Tauarat dengan segala
interpretasi tambahan yang diberikan oleh para ahli Hukum, mengawal dan mengurung
mereka.53 Keadaan itu beelaku sampai Kristus datang. Stelah itu lahirlah gereja universal,
53
Wiiliam Hendriksen, Galatians and Efesians, …,146-147
63

yang terdiri dari segala bangsa, yaitu mereka yang dimerdekakan oleh Yesus Kristus dari
pengawalan Hukum Taurat (Bd. Galatia 5:1).

Akan tetapi bukan hanya orang-orang Yahudi saja yang berada di bawah Hukum Taurat
sebelum iman datang. Semua bangsa pada segala abad mengalami status yang sama. Artinya
bahwa Hukum Taurta mengkonfrontasikan setiap manusia di bawah kolong langit dengan
tuntutan Allah, dan sekali gus dengan semacam ancaman bahwa kalau manusia gagal
memenuhi tuntutan itu, ia akan menerima hukuman. Di dalam keadaan itu manusia berusaha
untuk menghindari hukuman Allah. Sebenarnya, semua agama, kecuali agama Kristen
adalah merupakan ekspresi dari usaha itu. Dengan kata lain, agama-agama dunia adalah
kreasi manusia dalam upayanya untuk mencari kedamaian dengan Allah. Agama Kristen
adalah kreasi Allah sendiri, yaitu jalan keselamatan yang disediakan untuk semua orang
yang percaya kepada Kristus.

ii. Sebagai penuntun kepada Kristus (ay. 24).

Kata paidagogoz ‘paidagogos’ bukan penntun dalam arti guru atau ‘schoolmaster’
sebagaimana terjemahan King James. Tugas yang terpenting bagi seorang paidagogos bukan
member pelajaran, tetapi mengawasi anak-anak supaya mereka mengerjakan tugas-tugas
yang diberikan oleh guru atau orang tua. Biasanya para paidagogos itu, adalah budak-budak
yang dipercayai, dan mereka diberi kebebasan untuk mendisiplinkan anak-anak dengan cara
yang cukup keras. Kata MacArthur: They were strist, disciplinarians, shoolding and
whipping as they filt it necessary.54 Maka dapatlah disimpulkan bahwa ada tiga cirri khar
seorang paidagogos, yaitu:

-Tugasnya hanya sementara, yaitu sampai anak-anak mencapai umur sekitar 16 tahun

-Statusnya masik kuaran dengan orang tua. Lihat 1 Korintus 4:15 di mana Paulus
membedakan antara kata pendidik (yaitu paidagogos) dengan bapa. Tugasnya adalah
mengawasi anak-anak di bawah umur 16 tahun. Oleh sebab itu anak-anak merindukan saat
di mana mereka bebas dari pengawasan paidagogos. Pada waktu anak-anak sudah siap untuk
melepaskan paidagogos orang tua mengadakan suatu upacara pelepasan. Walaupun mereka

54
John MacArthur, Galatians …,96
64

suadh bebas dari pengawasan paidagogos, anak-anak biasanya memelihara hubungan yang
baik dengan paidagogos itu.

Inilah illustrasi yang dipakai oleh Paulus untuk menjelaskan fungsi hukum Taurat. Hukum
Taurat hanya dapat menyadarkan kita tentang keadaan kita yang penuh dengaan dosa; dan
juga membuat kita gemetar karena kita tidak mungkinmemenuhi tuntutan Allah
sebagaaimana dinyatakan melalui Hukum Taurat. Hukum Taurat berkata: ‘Lakukanlah
Hukum Taurat dengan sempurna’, kalau tidak kamu akan dihukum mati, karena upah dosa
adalah maut. Dengan demikian maka Hukum Taurat menghukum kita dan membuat kita
frustrasi. Dengan cara demikian terciptalah suatu kerinduan di dalam hati kita untuk
mengalami kemerdekaan dan damai sejahtera dengan Allah. Tetapi Hukum Taurat tidak
dapat member kemerdekaan daan damai sejahtera itu. Ia hnya menyiapkan kita untuk
menerimanya.

Firna Allah mengatakan: Sebab Kristus adalah kegenapan Hukum Taurat, sehingga
kebenaran diperoleh tiap-tiap orang yang percaya (Roma 10:4). Dalam teks aslinya
dikatakan bahwa ‘Kristus adalah penghabisan Hukum Tauarat’ Artnya Hukum Taurat
terbatas fungsinya, karena ia tidak mngkin menjadikan kita benar di hadapan Allah. Apa
yang tidak mungkin dilakukan oleh Hukum Taurat, telah dilakukan oleh Allah sendiri
dengan jalan mengutus anak-Nya Yesus Kristus. Dengan demikian Kristus menjadi
kegenapan Hukum Taurat (Bd. Roma 8:3-4). Perhatikan juga Kisah 13:39 yang mengatakan:
‘Di dalam Dialah (Kristus) setiap orang yang percaya memperoleh pembebasan dari segala
dosa, yang tidak dapat kamu peroleh dari Hukum Taurat.

Dengan demikian kita mengerti bahwa tidak ada seorangpun yang dapat dibenarkan di
hadapan Allah melalui melakukan Hukum Taurat. Karena Hukum Taurta tidak diberikan
untuk menjadikan kita benar. Ia hanya diberikan untuk menyiapkan jalan bagi Kristus,
supaya Kristus boleh melakukan apa yang tidak mungkin dilakukan oleh Hukum Taurta,
yaitu membenarkan kita di hadapan Allah oleh iman kepada Kristus. De ngan demikian
Hukum Taurat menuntun kita kepada Krsitus.

John Stott menulis tentang langkah-langkah dalam proses untuk memperoleh keselamatan,
sebagaai berikut: “We can not come to Christ to be justified until we have first been to
65

Moses to condemned. But once we have gone to Moses, and acknowledged our sin, guilt
and condemnation, we mus not stay there. We must let Moses send us to Crist.55

b. Pengalman kita setelah iman datang (ay. 25-29).

Ayat 25-26

Paulus mulai dengan satu statement yang menggarisbawahi bahwa apa yang ia kemukakan dalam
bagian ini, adalah pasti dan tidak perlu diragukan. Ia berkata: “Karena iman itu sudah datang,
maka kita tidak lagi berada di bawah pengawasan sang penuntun (bd. Ay. 25). Paulus memiliki
kepastian keseelamatan yang begitu kokoh sehingga tidak perlu diperdebatkan lagi.

Dalam ayat 28 dan seterusnya menjelaskan mengapa Paulus bagitu yakain, yaitu:

“Kamu semua adalah anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus” (ay. 26).

Walaupun Paulus sungguh sedih melihat keadaan jemaat Galaita yang katanya begitu lekas
berbalik dari pada Kristus (1:6), namun kita melihat bahwa masih ada harapan. Mungkin mereka
belum sungguh-sungguh meninggalkan njalan yang benar, mungkin mereka juga masih
mempertimbangkan mngenai siapa yang benar, Paulus ataukah golongan sunat? Oleh sebab itu
Paulus masih mengakui status mereka sebagai anak-anak Allah!

Dari pada hal semacam ini kita belajar agar jangan kita langsung menghukum orang yang
menurut standart kita mungkin belum bertobat. Penghakiman tidak di tangan kita. Tugas kita
adalah menyampaikan Firman Tuhan yang menantang setiap orang bertobat. Roh Kudusslah
yang akan menyadarkan mereka tentang keadaan mereka yang sebenarnya.

Di atas tadi telah disinggung bahwa anak-anak Romawi boleh bebas dari paidagogos, dan orang
tua mengadakan upacara pelepasan. Upacara itu disebut “toga virilis”. 56 Orang-orang Yahudipun
mempunyai upacara seperti itu yang disebut “barmitzva”

Ilustrasi itulah yang dipakai oleh Paulus, seolah-olah ia berkata:


“Hai kamu orang-orang Galatia kamu sudah mengalami ‘toga virilis” rohani pada waktu kamu

55
John Stott, Only One Way …, 102.
56
John MacArthur, Galatians …,97-98
66

percaya kepada Kristus. Betapa bodohnya kamu sekarang kamu mau kembali kepada
pengawasan dan pengurungan Hukum Tauarat!

Ayat 27-29

Bagaimana caranya percaya dengan benar? Atau “Siapakah yang memiliki iman yang
menyelamatkan?

Ayat 27 menjawab: ‘Kamu semua, yang dibaptis di dalam Kristus, telah mengenakan Kristus!”

Banyak komentar menafsirkan ini dengan baptisan air. Namun hal itu terlalu sempit
pengertiannya, karena implikasinya ialah bahwa baptisan itu secara otomatis menjadikan
sesorang percaya kepada Kristus. Ayat 26 iman di dalam Yesus Kristus menjadikan kita anak-
anak Allah, menurut ayat 27 mengatakan bahwa mereka yang dibaptis dalam Kristus, telah
mengenaakan Kristus. Jadi kita dapat menaarik kesimpulan: (i) Baptisan menjadi syarat untuk
iman, atau (ii) baptisan dan iman menjadi identik.

Kita tidak meremehkan pentingnya baptisan, namun yang kita perhatikan adalah bahwa Galatia
3:27 tidak berbicara tentang baptisan air, tetapi tentang apa yang tarjadi pada waktu kita datang
kepada Kristus dan melalui percaya kepada-Nya kita menerima pengampunan dosa! Hal itu bias
saja terjadi pada wakltu mkita dibaptis, namun tidaklah mutlak demikian. Karena kita
mempunyai pengalaman masing-masing yang berbeda. Namun demikian ketika kita bertobaat
dari dosa dan menerima Kristus secara pribadi hal itu terjadi dalam diri kita bukan saol waktu
dan soal caranya.

Apa yang terjadi dalam pertobatan kita?

Menurut kesaksian Roma 6:3-5 dapat dimenngerti bahwa pada waktu itu kita
mengidentifikasikan diri dengan kematian Kristus, yaitu dengan karya keselamatan-Nya di kayu
salib. Hal itu mempunyai dua implikasi:

i. Kita dikuburkan bersama-sama dengan Kristus (Roma 6:4a), artinya bersama-sama dengan
tubuh Kristus yang telah mati karena kita, dosa-dosa kita turut dikuburkan agar supaya tidak
ditemukan lagi. Kata Firman Tuhan: Sejauh timur dari barat, demikian dijauhkan_nya dari
pada kita pelanggaran kita (Mazmur 103:12).
67

ii. Kita dibangkitkan bersama-sama dengan Kristus (Roma 6:4b), artinya dosa ditinggalkan di
kubur. Yang bangkit adalah hidup yang baru, dimana kita telah mengenakan Kristus di
dalamnya. John MacArthur menulis: “That is a graphic way to describe how Christ’s life
presence and righteous nature envelope the believer”.57

Kalau kita “telah mengenakan Kristus” berarti bahwa Roh Kristus beroperasi di dalam kita dan
menguasai kita (Roma 8:9). Dengan demikian kita dimampukan untuk melakukan segala sesuatu
dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan, supaya kita tiada beraib dan tiada
bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok
hatinya dan yang sesat ini, sehingga kita bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di
dunia, sambil berpegang pada firman kehidupan (Filipi 2:14-15).

Galatia 3:28 memberi penjelasan tambahan, bahwa sejauh menyangkut jalan keselamatan, tidak
ada perbedaan di anatara kita dari segi:

- suku dan bangsa, tidak ada orang Yahudi atau Yunani

- status dan kedudukan, tidak ada hamba atau orang merdeka

- Kelamin, tidak ada laki-laki atau perempuan.

Kasih karunia Allah adalah bebas tanpa syarat, dan berlaku untuk semua orang tanpa
membedakan antara kita. Tidak ada jalan keselamatan yang khusus untuk orang-orang tertentu.
Firman Tuhan berkata: Keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab
di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita
dapat diselamatkan (Kisah 4:12).

Apapun status kita, martabat kita, jalan keselamatan bagi kita tidak tergantung pada apa kita,
siapa kita dan dari mana kita. “Sebab tidak ada aperbedaan antara orang Yahudi dan orang
YUnani, karena Allah yang satu itu adalah Tuhan dari semua orang, kaya bagi semua orang yang
berseru kepada-Nya. Sebab barang siapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan
(Roma 10:12).

57
Ibid., 99
68

Pada ayat 29 Paulus menarik kesimpulan dari apa yang telah diuraikannya untuk membuktikan
bahwa theologia golongan sunat adalah salah, yaitu bahwa kita menjadi keturunan Abraham dan
berkah menerima janji Allah bukan karena melakukan hokum Taurat, tetapi karena iman. Karena
melalui iman, kita menjadi milik Kristus. Hanya mereka yang adalah milik Kristus yang adalah
keturunan Abraham. Hal yang sama Paulus tegaskan dalam Roma 4:11b-13.

Demikianlah ia (Abraham) dapat menjadi bapa semua orang percaya yang tak bersunat, supaya
kebenaran diperhitungkan kepada mereka, dan juga menjadi bapa orang-orang bersunat, yaitu
bagi mereka ayang bukan hanya bersusnat, tetaapai juga mengikuti jejaak iman Abraham, bapa
leluhur kita, pada masa ia belum disunat.

Sebab bukan karena Hukum Taurat telah diberikan janji kepada Abraham dan keturunannya,
bahwa ia akan memiliki dunia, tetapi karena kebenaran berdasarkan iman.

4. Hukum Taurat adalah Wali dan Pengawas kita sampai kita dimerdekakan Oleh Yesus
Kristus dan dijadikan anak (Ps. 4: 1-11)

Sebenarnya pokok pembenaran karena iman serta fungsi Hukum Taurat saudah cukup secara
panjang lebar diuraikan pada ps. 2 dan 3. Namun demikian Paulus masih juga menambah satu
bagian yang menjelaskan fungsi Hukum Taurat.

Sekali lagi terlihat bahwa Paulus tidak menyajikan uraian theologis yang panjang lebar. Ia
menguraikannya secara praktis dengan menambah satu contoh lagi dari kehidupan sehari-hari,
yaitu tentang keadaan seorang ahli waris yang belum mencapai umur serta masih berada di
bawah perwaalian dan pengawasan. Dengan demikian satu pokok tehologis yang sangat dalam
maknanya menjadi gampang difahami oleh orang-orang biasa.

Pada bagaian in dapat dapat dibagi dalam tiga bagian, yaitu:

A. Keadaan manusia di bawah Hukum Taurat (ay. 1-3)


B. Tindakan Allah untuk menyelamatkan manusia melalui Kristus (Ay. 4-7).
C. Tantangan Paulus kepada jemaat Galatia dan dan semua kita (ay. 8-11).
A. Keadaan manusia di bawah Hukum Taurat (ay. 1-3)
69

Paulus memulai bagian ini dengan ungkapan: “Yang dimaksud ialah” Paulus mea menjaaelaskan
apa yanag disebutnya dalam ps. 3:29, bahwa hanya mereka yang adalah milik Kristus yang
adalah keturunan Abraham maka berhak menerima janji Allah. Golongan sunat bertanya:
Apakah hubungan antara menjadi keturunan Abraham yang berhak menerima ajanji Allah dan
ketaatan kepada Hukum Taurat? Paulus menjawab dengan menerangkan keadaan mansuai yang
masih hidup di bawah Hukum Taurat dapat dibandingkan dengan sornag anak yang belum
menjadi dewasa. Walau pun dia sebenarnya menjadi ahli waris, yaitu tuan dari segala sesuatu,
statusnya tidak berbeda dengan seorang hamba. Ia masih berada di bawah perwalian dan
pengawasan sampai ia mencapai umur yang memungkinkan baginya menikmati seluruhnya.
Demikian juga dengan kita, kata Paulus dalam ay. 3.

Kata ‘kita’ harus diartikan tentang orang-orang Yahudi. Maksudnya adalah pada zaman
Perjanjian Lama sebelum Kristus datang, dimana orang-orang Yahudi berada di bawah Hukum
Taurat, mereka adalah ahli waris yang berhak menerima janji Allah. Namun demikian mereka
belum menerimanya. Keadaan itu Paulus umpamakan dengan seorang anak kecil, yang berstatus
hamba yang belum merdeka.

Kedua, ayat ini dapat diartikan secara rohani tentang semua orang yang tentunya bukan hanya
orang-orang Yahudi. Maksudnya: sebelum Kristus masuk di dalam hidup kita, kita semua
diperhamba di bawah Hukum Taurat dan takluk kepada Hukum itu. Apa artinya?

Uraian di atas membuat kita menyadari bahwa sebelum kita dibenarkan oleh iman, kita terikat di
bawah Hukum Taurat, karena Kristus datang untuk menebus mereka yang takluk kepada Hukum
Taurat (ay.5). Tetapi nampaknya bahwa dalam bagian ini kalimat ‘takluk kepada Hukum Taurat’
disamakan dengan kalimat ‘takluk kepada roh-roh dunia’. Pada ayat 9 dikatakan bahwa roh-roh
itu adalah ‘lemah dan miskin’. Memang Hukum Taurat adalah ‘lemah’ karena ia tidak mampu
menyelamatkan kita; juga ‘miskin’ karena ia tidak mampu memberi berkat.

Pertanyaan: “apa itu roh-roh dunia’? dan apakah hubungannya dengan hokum Taurat?

Kata Yunani stoiceia ‘stoicheia’ yang diterjemahkan dengan ‘roh-roh’ mempunyei dua konotasi:
70

1. Elemants (of learning), fundamental principles. Artinya sesuai dengan terjemahan lama
yang diterjemahkan “alif bata”. Maka dengan demikian maka kata ‘stoicheia’ harus di
terjemahkan sesuai dengan Ibrani 5:12, yaitu ‘azas-azas pokok’.
Kalau kita mengikuti tafsiran ini, maka ungkapan stoiceia tou kosmou ‘stoicheia tou
kosmou’ berarti pokok-pokok, asas-azas, perinsip-perinsip dasar yang pada umumnya
berlaku di dunia ini.
2. Elemnts of which the world is made, artinya physical elements seperti tanah, api , udara
dan air, atau heavenly bodies seperti matahari, bulan dan bintang-bintang. Konotasi ini
cocok dengan ayat 8 yang mengatakan bahwa sebelum kita mengenal Kristus, kita
memperhambakan diri kepada alah-alah yang pada hekikatnya bukan Allah.
Kalau apa yang disebutkan dalam poin 1 di atas menjadi subjek penyembahan manusia,
maka konotasinya ialah “elemental spirits of supernatural powers wich were believed to
exercise control over man’s fate (Bd. Kolose 2:8 dan 20).
Kita bias saja menggabungkan kedua arti di atas, sehingga kata stoiceia tou
kosmou ‘stoicheia’ tou kosmou’ diartikan sesuai dengan terjemahan baru LAI, yaitu ‘roh-
roh dunia’. John MacArthur telah merumuskan secara konkrit bahwa yang dimaksudkan
adalah: ‘elemtal things of human relegion’.58
Arti itu sesuai dengan konteks, karena salah satu ekspresi dari ‘roh-roh dunia’
adalah pengembahan yang baerdasarkan hari-hari tertentu. Bulan-bulan, masa-masa yang
tetap dan tahun-tahun (ay. 10). John MacArthur menjelaskan bahwa: “the elemental
things od all human religion, whether Jewish or gentile, ancient or modern, inevitably
involve the idea of achieving divine acceptance by one’s own efforts. And they are
elemental in that they are only human, never rising beyond the mundane to the divine”.59
Tetapi bagaimana mungkin Paulus menyamakan antara Hukum Taurat dan roh-roh dunia
yang disembah oleh dunia di luar Kristus? Apakah maksudnya sama dengan ‘Hukum
Taurat adalah jahat dan duniawi bahkan satanis?’ Hal itu tidak mungkin karena di lauin
tempat Pulus mengatakan bahwa Hukum Taurat adalah kudus, benar dan baik (Roma
7:12 Bd. 16). Bahkan ia amengatakan bahwa Hukum Taurat itu rohani (Roma 7:14).

58
Ibid., 105
59
Ibid.
71

Dalam surat Galatia Paulus menekankan bahwa Hukum Taurat disampaikan kepada kita
dengan perantaraan malaikat-malaikat (3:19). Tidak mungkin bahwa malaikat-malaikat
itu akan menyampaikan sessuatu yang serupa dengan roh-roh dunia.
Jadi, maksud Paulus ialah bahwa iblis memutar balikkan Hukum Taurat yang baik itu,
dan menggunakannya untuk mengikat dan memperhamba manusia. Persis seperti seorang
wali dan pengawas dapat menyiksa dan menteror seorang anak dengan cara yang tidak
pernah direncanakan oleh bapanya, demikian juga iblis dalam menggunakan hukum
Taurat untuk menteror manusia dengan cara yang tidak pernah direncanakan oleh Allah.
Menurut maksud Allah, maka Hukum Taurat diberikan untuk meyadarkan kita
tentang dosa dan mengantarkan kita kepada Yesus supaya kita diselamatkan. Sebaliknya
iblis menggunakan hokum Taurat untuk menyatakan dosa dan menuduh kita sehingga
menjadikan kita putus asa karena kita gagal terus menerus untuk menuruti Hukum
Taurat.
Allah mengehandaki supaya Hukum Taurat menyiapkan kita untuk menerima
pemebenaran karena iman. Sebaliknya iblis menggunakannya untuk menghakimi kita.
John Stoot menulis: God’s mean the low to be a stipping-stone to liberty. Satan uses it as
a cul-de-sac, deceiving his dupes in to supposing thst from its fearful bondage there is no
escape”.60 Perhambaan di bawah Hukum Taurat sungguh berat untuk dipikul.

B. Tindakan Allah untuk menyelamatkan manusia melalui Kristus (Ay. 4-7).


a. Kapan Allah bertindak?
Secara historis dapat dikatakan bahwa selama 1300 tahun manusia diperbudak di bawah
Hukum Taurat, akan tetapi setelah genap waktunya, Kristus datang untk mengakhiri masa
perbudakan itu. Ketika Yesus datang memang dikatakan oleh Alkitab bahwa segala sesuatu
sudah siap, baik dari segi politis yang sangat stabil karena kekaisaran Romawi, maupun dari
segi kebudayaan dan agama. Roh sinkritis yang begitu kuat di Kekaisaran Romawi, telah
melemahkan posisi agama-agama lama, dan maka banyak orang mencari pegangan-
pegangan yang baru. Dari sudut rohani boleh dikatakan waktu yang paling genap adalah
waktu yang paling gelap. Pada waktu Yessus lahir tidak ada istana raja di Yerusalem yang
mau menerima Dia. Israel dijajah, dan bahkan raja Herodes memerintah dengan sangat

60
John Stott, Onle One Way …, 105
72

kejam. Banyak di antara orang-orang Yahudi yang menantikan kelepasan bagi Israel.
Perhatikan Lukas 2:38 yang menyebut: Pada waktu Yesus lahir ada banyak orang yang
mencari kelepasan untuk Yerusalem. Allah sering bertindak pada saaat-saat kegelapan
sedang meliputi manusia. Rupanya saat-saat seperti itulah yang dianggap Allah paling genap
untuk Dia turun tangan. Demikian juga pada waktu Yesus pindah ke Kapernaum di daerah
Zebulon dan Naftali, agar bangsa yang diam dalam kegelapan akan melihat terang bersinar
(Bd. Matius 4:13 dst).
Pada bagian ini terdapat berkat rohani bagi kita semua. Yaitu bahwa pada waktu kita
merasakan suatu kegelapan serta pergumulan yang paling dalam tengah meliputi kita, Tuhan
Yesus juga paling dekat dan mau menolong kita menemukan jalan keluar!
b. Apa yang dibuat oleh Allah?
Pada bagian ini ada dua hal yang disebutkan yakni:
i. Allah mengutus Anak-Nya (ay. 4-5)

Menurut teks aslinya bahwa Yesuss diutus untuk mencapai dua tujuan, yaitu:

Menebus meereka yang takluk kepada Hukum Taurat dan menjadikan mereka anak-anak
Allah. Dengan demikian Kristus tidak hanya datang untuk mengakhiri masa perbudakan di
bawah Hukum Taurat. Artnya Dia datang bukan hanya uantuk menebus kita melainkan juga
Dia datang untuk menggantikan status kita sebagai ahli waris yang belum akilbalig, dengan
menjadi anak secara penuh. Bahwa Yesus diutus bukan hanya untuk melepaskan kita dari
perbudakan; Ia datang juga untuk menjadikan budak-budak yang berada di bawah Hukum
Taurat menjadi merdeka dan beratatus anak Allah secara penuh.

Dalam bahasa Yunaninya hal itu sangat jelas, karena ayat 5 yang menyatakan tujuan dari
pengutusan Tuhan Yesus, dua kali menggunakan kata ‘ina ‘hina’ yang menyatakan maksud.
Artinya bahwa Tuhan Yesus diutus untuk ‘hina’‘maksud’ menebus kita dan untuk
‘hina’‘maksud’ menjadikan kita anak-anak Allah.

Dalam bagaian ini kita tidak diberitahu dengan cara apa Kristus melakukan hal itu. Namun
demikian Galatia 1:4 dan 3:13 menjelaskan bahwa melalui pengorbanaan-Nya di kayu salib
dimana Ia mati di bawah kutuk Hukum Taurat. Ia telah menebus kita dari kutuk itu.
73

Kata menebus dalam taks aslinya adalah exagorzw ‘exagoradzo’ (lihat 3:13) adalah kata
yang lasim dipakai di pasar untuk ‘membeli di pasar’. 61 Kristus diutus untuk membeli kita
agar kita kembeli kepada Allah, dan harga yang dibayar adalah darah-Nya sendiri (Bd. 1
Petrus 1:18-19).

Coba bayangkan, Kristus adalah Allah sejati karena Dia adalah Anak Allah, dan juga
manusia sejati karena Dia lahir dari seorang perempuan. Maka Ia saangaat cocok menjadi
Juruselamat, karena selaku Anak Allah Ia membpersembahkan diri-Nya sebagai korban yang
sempurna yang diterima oleh Allah. Dan sebagai manusia sejati Ia bdapat menjadi wakil
manusia yang sempurna dalam mempersembahkan korban itu, yaitu diri-Nya sendiri.

Pada waktu ia datang, ia melihat umat manusia yang dipenjarakan di bawah Hukum Taurat
sebagai waali dan pengawas. Apa yang dibuat-Nya? Paulus menjawab: Ia sendiri takluk
kepada Hukum Taurat! Artinya abahwa Ia sendiri adalah Lord of the Low (tuan dari Hukum
Taurat) yang sengaja menyerahkan diri di bawah Hukum Taurat, supaya segala tuntutan
Hukum Taurat yang memperbudak manusia ditanggung pada diri-Nya.

Sebanarnya Hukum Taurat menuduh dan menteror kita, dan menjatuhkan kita di bawah dosa,
maut serta murka Allah. Dalam hal itu Hukum Taurat tidak melakaukan yang salah, karenaa
memang kita ini adalah orangorang berdosa dan oleh karena itu patut dimurkai.

Sebaliknya, Kristus tidak berdosa dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya (1 Petrus 2:22). Oleh
sebab itu Ia tidak berhutang kepada Hukum Taurat. Walaupun demikian Ia menjatuhkan diri
di bawah HUkum Taurat, dan Hukum Taurat menjadikan Dia betanggung jawab kepada
Allah atas dosa seisi dunia. Hukum Tauarat sedemikian menterror Dia sampai peluhnya
menjadi titik-titik darah yang bertetesan ke tanah, dan akhirnya ia menghukum Dia mati di
kayu salib (Lukas 22:44).

Semua dilakukan-Nya demi menebus kita yang memang takluk kepada Hukum Taurat, bukan
karena kita sengaja menaklukkan diri kepada Hukum Taurat itu, tetapi karena tidak ada
pilihan lain oleh karena dosa. Dan juga untuk mengangkat kita menjadi anak-anak Allah (Bd.
Roma 8: 15, 23; 9:4; Efesus 1:5; 3:14-14).

61
Rienecker, 511
74

Dengan demikian kemerdekaan kita sudah menjadi sempurna: Kita tidak lagi sebagai ahli
waris yang belum akilbalig, melainkan sudak menjadi anak secara penuh!

ii. Allah menutus Roh-Nya (ay.6-7).

Galatia 4:1-7 mengajarkan suatu kebenaran yang penting sekali, yaitu bahwa Allah mengutus
Anak-Nya ke dalam dunia, dan Ia mengutus Roh-Nya ke dalam hati kita (ay.6). Melalui
pengorbana Kristus status kita sebagai anak-anak Allah ditentukan: melalui Roh Kudus yang
diutus untuk diam di dalam hati kita, kita mendapat pengalaman pribadi bahwa kita adalah
anak-anak Allah. Roh Kudus memberikan kepastian kepada kita bahwa kita adalah ana-anak
Allah (Roma 3:15-16).

Kata ‘abba’ hanya dipakai bilamana telah terjalin suatu hubungan yang intim sekali.Bahkan
Yesus sendiri memakai kata itu pada waktu Ia menghampiri Allah Bapa dalam doa yang
sangat pribadi (Markus 14:36). Yang memberi kepastian keselamatan dan yang menolong
kita berseru kepada Allah dalam doa, adalah Roh Kudus.

Ayat 6 menegaskan bahwa kehadiran Roh Kudus di dalam hati kita merupakan hak istimewa
yang kita miliki sebagai anak-anak Allah. Dikatakan “Karena kamu adalah anak, maka Allah
telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita. Untuk memiliki Roh Kudus itu tidak ada
perayaratan lain, selain bahwa kita adalah anak-anak Allah! Alikitab tidak mencatat bahwa
masih ada pengalaman-pengalaman lain yang harus dicapai sebelum kita boleh menikmati
kehadiran Roh Kudus, ataupun perinsip-perinsip tertentu yang harus menjadi pengalaman
kita terlebih dulu. Bukti kehadiran Roh Kudus di dalam hati kita bukan suatu karunia yang
spektakular atau suatu tanda yang luar biasa, melainkan hanya satu saja yakni yang disebut:

“The quiet inwrd witness of the spirit as we pray”.62

Kesimpulannya ialah: ayat 7: bahwa status kita sebagai anak-anak Allah dan sebagai ahli-
aahli waris bukanlah suatu nhasil amaal perbuatan kita, melainkaan hanya oleh Allah!
Semuanya terjadi atas inisiatif dan pekerjaan Dia yang berdasarkan atas kasih karunia
semata.

62
John Stott, Only One Way …, 107
75

c. Tantangan Paulus kepada jemaat-jemaat di Galatia dan kitaa semua (ay. 8-11).

Atas dasar apa yang dikemukakan muali dari ayat 1 bahwa Paulus menantang para anggota
jemaat Galatia. Ia kembali mengingatkaan mereka tentang keadaan mereka ketika ia datang
pertamakalinya dan memberitakan Injil di tengaah-tengah mereka (ay.8). Pada waktu itu mereka
hidup di dalam perhaambaan dibawah ‘allah-allah yang pada hakokatnya bukan Allah’. Lain
halnya setelah mereka menerima Kristus. Keadaan itu ditandai dengaan pengenalaan mereka
akan Allah atau lebih tepat lagi pengenalan Allah terhadap mereka (ay. 9).

Kalau membandingkan keduaa keadaan itu, bagaaimana mungkin mereka masih mau juga
berbalik kepada roh-roh dunia yang lemah dan miskin, yang sama sekali tidak membawa
sejahtera; justru sebaliknya bahwa mereka akan diperhamba lagi di bawah man-made-relegion,

yang terdiri dari formalism lahiriah saja. Kerena itulah akibat dari mengikuti ajaran dari
golongan sunat sebagai injil yang bukan Injil, maka oleh sebab itu Yng membawa mereka
keluar dari penegenalan akan Kristus.

Dalam Lukas 15 kita memebaca perumpamaan tentang anak yang hilang, akan tetapi
kemudian pulang ke rumah bapanya. Sebelum ia pulang, ia ia telah m,engambil keputusan
untuk hanya meminta suatu hala saja, yaitu “aku tidak layak disebut anak bapa, jadikanlah aku
sebagai salah seorang upahan bapa”(Lukas 15:19). Pastilah kita mengerti akan perasaannya,
mengingat latar belakangnya yang penuh dengan dosa. Akan tetapi apa kata Paulus:’bagaimana
mungkin orang bias bertindak sebodoh itu orang-orang Galatia, yang berkata: ‘Engkau sudah
menjadikan aku anak: sekarang aku mau menjadi budak!

Anak yang hilang berkata aku tidak layak menjadi anak, hal itu masih dapat dimengerti.
BNamun orang-orang Galatia berkata: Aku tidak mau menjadi anaak. ‘Aku lebih suka menjadi
budak’. Di sinilah terletak kebodohan orang-orang Galatia, maka setiap kita yang mengikuti
suatu Injil yang bukan Injil Yesus Kristus, karena terdapat di sana iman plus amat perbuatan,
adalah sama dengaan orang Galatia.
76

Anda mungkin juga menyukai