Anda di halaman 1dari 11

Eskatologi Dalam Perspektif Rasul Paulus

Abstrak

Eskatologi dalam perspektif Rasul Paulus, ada keyakinanan akan kedatangan Yesus Kristus
kedua kali untuk orang percaya, selain itu adanya kebangkitan tubuh orang percaya bersama
dengan Kristus, dan penghakiman terakhir, sedangkan Rasul Petrus melihat eskatologi itu
adalah hari Tuhan dan penghakiman.

Kata Kunci : Eskatologi, Kedatangan Yesus Kristus, Penghakiman Terakhir, Hari Tuhan

Abstract

Eschatology in the perspective of the Apostle Paul, there is a belief in the second coming of
Jesus Christ for believers, besides the resurrection of the body of believers together with
Christ, and the final judgment, while the Apostle Peter sees that eschatology is God's day and
judgment.

Keywords: Eschatology, The Coming of Jesus Christ, The Last Judgment, The Day of the
Lord

Pendahuluan

Dalam dunia teologi, bicara mengenai eskatologi, orang akan berpikir bahwa kita
sedang mempelajari tentang kedatangan Tuhan yang kedua kali. Eskatologi juga berisi tentang
bagaimana mempelajari nubuatan-nubuatan yang akan terjadi dan digenapi dengan akhir
zaman. Pemahaman seperti ini yang membuat orang percaya kurang tertarik untuk
mempelajari mengenai eskatologi bahkan ketakutan. Tidak menutup kemungkinan juga para
hamba Tuhan juga, kurang tertarik untuk mengkaji bahkan mengkhotbahkan pengajaran yang
sifatnya eskatologi. Akibat inilah, Gereja tidak dapat menjawab kebutuhan orang yang
percaya mengenai pengharapan bagi orang yang Percaya kepada Kristus.
Eskatologi merupakan suatau pengajaran yang penting dalam ajaran kekristenan,
dimana orang yang percaya memiliki pengharapan tentang kedatangan Tuhan yang kedua.
Sekaligus memberikan pengharapan bagi orang percaya bila ada penganiayaan akhir zaman.
Berbagai bentuk pengajaran Kristen mengenai eskatologi yang berbeda konsep namun itu
semua memberikan pengharapan bagi yang percaya kepada Kristus baik itu Amillianisme,
Premillianisme, dan Postmelianisme, dll. Eskatologi selalu dikaitkan dengan kitab Daniel,
Wahyu, dan beberapa bagian dalam tulisan Rasul-rasul dan Nabi. Tetapi dalam tulisan ini,
kita akan melihat bagaimana pemahaman Rasul Paulus dan Rasul Petrus mengenai eskatologi.
43
Sekalipun dua tokoh tersebut memiliki perbedaan dalam memahami eskatologi, tetapi tulisan
mereka juga sudah memberikan sumbangsih bagi orang percaya zaman itu dan sekarang, agar
tetap memiliki pengharapan pada Kristus. Latar belakang yang membuat perbedaan
pemahaman, Paulus menulis tentang eskatologi untuk menguatkan iman jemaat, sedangkan
Petrus menulis untuk memberikan pemahaman kepada orang percaya akibat beredarnya
cerita-cerita dongeng tentang kedatangan Tuhan.

Keunikan Eskatologi Paulus dan Petrus

A. Eskatologi Paulus

Iman, pengharapan dan kasih merupakan kalimat yang terdapat dalam tulisan dari
Rasul Paulus yang nampak dalam, hampir seluruh tulisannya (Rm. 5:5; I Kor.13:13; Gal. 5:5-
6; Kol. 1:4-5; I Tes. 1:3; 5:8). Kasih muncul dari iman (I Tim. 5:6) dan membawa iman
kepada ekspresi konkritnya (Gal. 5:6). Pengertian Paulus akan pentingnya orang yang telah
percaya kepada Yesus Kristus perlu memiliki iman yang benar, melaksanakan tindakan iman
itu lewat kasih, dan penuh pengharapan akan kedatangan Yesus Kristus yang kedua. Bagi
Paulus, pengharapan itu tersimpan di sorga, karena Kristus bertahta di sana (Kol. 3:1-3).
Keunikan dari pandangan Paulus mengenai kedatangan Kristus yang kedua sangat
unik, tulisan Paulus yang membicarakan tentang hal-hal yang memiliki sifat eskatologis
hanya terdapat di dalam suratnya kepada jemaat di Tesalonikan dan Korintus. Penatian
kedatangan Tuhan, merupakan motif pengajaran Paulus yang paling terutama dan kuat. Paulus
menyebut bahwa isi pertobatan dan hidup Kristen sebagai menantikan kedatangan Anak-Nya
dari sorga, yang telah dibangkitkaNya dari antara orang mati, yaitu Yesus yang
menyelamatkan kita dari murka yang akan datang (I Tes. 1:10). Paulus dalam teks Tesalonika
“(Terjemahan asli,
Yesus yang akan menyelamatkan kita dari hukuman yang akan datang) 2. 
menunjukan bahwa Tuhan akan datang, ini merupakan sebuah pengharapan bagi orang
percaya. Inilah menariknya tulisan Paulus dimana, ia memadukan iman, kasih dan
pengharapan. Untuk masa dan waktu kedatangan Tuhan Yesus, Paulus tidak mengetahui
secara pasti. Cara Paulus menulis tentang datangnya keselamatan di Roma 13:11, menunjuk
bahwa Paulus tidak melihat kedatangan Kristus sebagai masa depan yang masih jauh. Hal ini
tampak pula di Filipi 4:5 “ Tuhan sudah dekat”, menurut Ridderbos hal ini harus dipahami

1
Bible works 7/inti/ bw700.sw
2
Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear (Yunani – Indonesia), (Jakarta: Lembaga Alkitab
Indonesia, 2004), hlm. 1084
44
secara temporal.3 Hal ini butuh pendalaman konsep Alkitab yang baik agar orang percaya
tidak salah memahami mengenai kedatangan Kristus yang kedua kalinya.

1. Kedatangan Kristus Kembali


Pada salah satu surat Paulus yang paling awal, Paulus mengukuhkan keyakinannya
pada peristiwa ini: “Karena Tuhan sendiri akan turun dari Sorga” (I Tes. 4:16). Kata
4. Kata  mengandung unsur verb indicative future
(yaitu kata kerja yang sifatnya menunjukan arah masa depan)5, Allah sendiri akan turun6.
Kata ini mengindikasikan bahwa Allah akan turun segera. 1 Tesalonika 4:16-17
(, pertemuan, merupakan cara merefleksikan “adat kuno dimana penduduk kota
mempersembahkan sambutan publik bagi tamu istimewa”. Pada tempat ini Paulus
memperkenalkan, sebuah unsur yang tidak ditemukan dalam surat kafir7 pada zaman itu yaitu
mengenai ajaran akhir zaman.8 Inilah situasi dalam penulisan I Tesalonika, Paulus mau
mengajarkan supaya orang percaya tidak memiliki pengharapan yang palsu, yang diajarkan
seperti dalam surat-surat kafir.
Sebagai saksi keagungan-Nya, Ia diikuti bala tentara malaikat di bawah perintah
“Penghulu Malaikat”9 awan-awan (I Tes. 4:17) menandai keilahian-Nya dan mencerminkan
kemulian-Nya. Saat turun Ia memanggil umat-Nya dari antara yang hidup dan yang mati, dan
mereka akan “tampak bersamanya dalam kemulian-Nya” (Kol.3:4). Menurut Chamblin, kita
harus ingat bahwa:
Dalam surat-surat Paulus tidak ada dasar tentang ide bahwa Yesus akan pertama-tama
kembali untuk kaum kudus-Nya dan baru kemudian bersama dengan kaum kudus-
Nya. Umat percaya baik yang masih hidup maupun yang sudah mati akan “diangkat”
demi menyertai Kristus untuk tahap final kedatangan-Nya yang berjaya.10

Peristiwa itu menandai penyingkapan Kristus sepenuhnya (1 Kor. 1:7, apokalypsis).


Menurut Raidderbos, Paulus menyebut penginformasian Injil oleh jemaat sebagai “tidak

3
Herman Ridderbos, Paulus: Pemikiran Utama Theologinya, (Surabaya: Momentum, 2008), hlm. 518
4
Op.cit., Bible work
5
Ibid.., Bible work
6
Op.cit.., Hasan Sutanto
7
Surat kafir yang dimaksud oleh Paulus adalah catatan-catatan Yunani-Roma yang beredar di
Tesalonika, karena pada waktu itu surat 1 Tesalonika merupakan sebuah percobaan dalam penulisan Kristen,
sehingga bentuknya disempurnakan oleh surat-surat yang lain.
8
Dianne Bergant & Robert J. Karris, Tafsiran Alkitab Perjanjian Baru, (Yogyakarta: Lembaga Biblika
Indonesia & Kanisius, 2002), hlm. 376
9
“suara penghulu malaikat” (I Tes. 4:16) mengimplikasikan bala tentara malaikat. Yesus akan
dinyatakan “bersama malaikat-malaikat-Nya yang berkuasa” (2 Tes. 1:7). “Kaum kudus” () yang melayani
Kristus (I Tes. 3:13).
10
J. Knox Chamblin, Paulus dan Diri: Ajaran Rasuli bagi Keutuhan Pribadi, (Surabaya: Momentum,
2006), hlm. 276
45
kekurangan dalam satu karunia pun sementara kamu menantikan penyataan Tuhan kita Yesus
Kristus (bdk. Fil. 3:20)11. Kita menantikan kemulian Kristus, hal ini ditulis dalam Titus 2:13,
untuk menantikan penggenapan maksud penyelamatan Allah. Paulus memberikan penjelasan
mengenai tujuan Kedatangan Tuhan Yesus Kristus dalam suratnya kepada jemaat di Efesus
(Ef. 1:14; 2:7; 4:30; 5:5; 6;8, 13). Istilah kedatangan Tuhan Yesus, yang sering dipakai dalam
tulisannya yaitu “Parousia”12, Paulus mengunakan istilah ini untuk Kristus dalam beberapa
tulisannya 1 Kor. 15:23; 1 Tes. 2:19; 3:13;4:15; 5:23; 2 Tes. 2:1,8.
Ajaran Paulus tentang Parousia Kristus sepenuhnya bersifat pastoral. Di satu sisi,
ajaran ini menawarkan pengharapan saat menghadapi penderitaan dan kesesakan. Tulisan-
tulisan Paulus memang lebih cenderung membimbing setiap jemaat dan pribadi untuk tetap
memiliki pengharapan dalam iman kepada Yesus Kristus yang telah bangkit dan akan datang
kembali untuk umat yang percaya. Disamping itu juga Rasul Paulus mengajarkan penerapan
iman dan pengharapan itu dalam kasih, agar setiap orang percaya terus melakukan kasih
dalam kehidupannya.

2. Kebangkitan Tubuh

Keyakinan Paulus bahwa umat percaya akan dibangkitkan berlandaskan fakta


kebangkitan Kristus:” Allah telah membangkitkan Yesus dan akan membangkitkan kita
dengan kuasa-Nya” (I Kor. 6:14). Selain itu, “seperti halnya manusia dari sorga demikianlah
juga mereka yang sorgawi” (I Kor. 15:48). Salah satu hal dimana umat Kristus akan dijadikan
menurut gambar-Nya (15:49) adalah dalam menerima tubuh kebangkitan seperti tubuh-Nya:
“Kewargaan kita adalah di dalam Sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus
Kristus sebagai Juruselamat, yang akan mengubah tubuh fana kita menjadi seperti tubuh
kemulian-Nya” (Fil. 3:20-21).
Namun demikian, Paulus tidak pernah berbicara tentang kebangkitan daging (sarx)
dari kematian. Paulus memahami bahwa daging sebagai alat dosa, daging tak berguna selain
untuk dilenyapkan atau anihilasi (I Kor. 5:5). Tetapi, bahkan ketika tidak dipakai dalam
pengertian eksistensi berdosa, karena daging selalu bermakna hanya sementara. Daging
menyatakan manusia dalam kelemahan dan kefanaannya. J. Knox Chamblin mengatakan:

“sebagaimana daging merupakan alat dosa, ditetapkan untuk kehancuran, demikian


juga tubuh ditentukan untuk kebangkitan. Umat percaya diselamatkan dari daging,
tetapi diselamatkan di dalam tubuh (2 Kor. 4:10-11). Dalam tatanan eksistensi hari ini,

11
Op.cit.., Herman Raiderbos, hlm. 516
12
Istilah ini “merujuk upacara menyambut kunjungan seorang pejabat ke sebuah kota, dengan memakai
pelbagai penghormatan; parousia lebih dari sekedar datang secara fisik; hal ini meliputi upacara menghormati
pejabat yang datang”.
46
tubuh merupakan “tubuh jasmani (psychikon),” tubuh yang dijiwai oleh psyche;
nantinya tubuh ini akan dibangkitkan sebagai “tubuh rohani (pneumatikon),” tubuh
yang dijiwai dan dikuasai oleh Roh (Pneuma) Allah (Rm. 8:10-11; 1 Kor. 15:44).”13

Keunikan Paulus mengerti kehidupan orang yang percaya dalam Kristus, banyak hal
yang akan Kristus lakukan bagi orang yang tetap berharap kepada Kristus. Orang percaya
tidak dipisahkan dari kasih Allah (Rm. 8:38-39). Mereka yang mati di dalam Kristus masih
tetap di bawah kedaulatan pemeliharaan-Nya dan ditentukan untuk menduduki tempat
terhormat pada kebangkitan (I Tes. 4:13-14). 2 Korintus menegaskan bukan saja umat percaya
yang telah meninggal dunia kini sedang bersama Kristus, tetapi mereka juga sadar akan
keberadaan mereka dihadapan-Nya serta mampu melayani Dia; sehingga tidak heran jika
Paulus lebih suka “meninggalkan tubuh ini dan pulang bersama Tuhan” (5:6-9).

3. Penghakiman Terakhir
Konsep Paulus dalam memahami penghakiman terakhir, di mana saat kembali dalam
kejayaan, Kristus Sang Raja akan menjalankan penghakiman yang Allah Bapa percayakan
kepada-Nya. Dalam Roma 2:16, pada hari itu melalui Yesus Kristus, Allah akan menghakimi
segala sesuatu yang tersembunyi dalam hati manusia. Sejak Kristus bertindak sebagai wakil
Allah, kita juga dapat mengambil Roma 14:10-11 (Tahta penghakiman Allah) dan 2 Korintus
5:10 (tahta penghakiman Kristus) sebagai acuan kembar bagi peristiwa yang sama. Sementara
bahasa yang dipakai dalam Perjanjian Lama tentang penghakiman Yahweh sekarang
diterapkan pada Kristus (2 Tes. 1:9-10; 2:8).
Frasa dari Roma 2:16 ini menurut Paulus menjadi puncak yang menubuatkan
penghakiman bagi seluruh umat manusia percaya maupun tidak. Dalam hal ada pendapat yang
mengatakan:
Meskipun, orang-orang kafir tidak memiliki taurat, namun mereka dibimbing oleh
penglaman tuntutan transendensi kehendak Allah. Refleksi batin mereka akan
mempersoalkan baik atau buruknya tindakan mereka. Jika mereka melakukan
kebaikan. Bila tidak, hal itu merupakan penghakiman bagi mereka. Begitu juga dengan
cara pandang Yahudi, yang penting dan menyelamatkan bagi mereka bukannya
masalah memiliki Taurat atau tidak. Yang diperhitungkan adalah bagaimana mentaati
atau melanggar Taurat. Dan, Yesuslah yang akan mengadili semua itu pada hari
terakhir. Ini merupakan sebagian dari kabar gembira yang hendak disampaikan
Paulus.14
Ini membuktikan bahwa Paulus mengerti dengan baik, apapun tolak ukur manusia
untuk benar di hadapan Tuhan Allah tidak akan benar selain mengakui akan otoritas Kristus
dalam penghakiman terakhir.

13
Op.cit.., J. Knox Chamblin, hlm. 277
14
Op.cit, Dianne Bergant & Robert J. Karris, hlm. 253
47
Penghakiman yang menunggu umat Kristen merupakan fokus khusus dari surat
Paulus kepada jemaat 1 Korintus 3:11-15 (mereka yang dihakimi telah membangun di atas
dasar yang adalah Kristus, dan 2 Korintus 5:10 (dalam ayat-ayat tersebut ada pengulangan
kata “kita” di 5:6-10). Bagi Paulus sangat tepat jika penghakiman itu menyusul kebangkitan
tubuh; karena setiap individu harus mempertanggungjawabkan hal-hal yang dilakukan oleh
setiap orang ketika masih berada dalam tubuh (2 Kor. 5:10) sebelum dipisahkan oleh
kematian. Korintus merupakan tempat yang bagi Paulus perlu ditekankan bahwa orang yang
telah percaya kepada Kristus harus hidup menurut apa yang Kristus mau. Hidup dalam
kejahatan dan perpecahan bukanlah kehidupan yang dinginkan oleh Kristus, dan semua
perbuatan itu dihakimi oleh Tuhan apapun itu. Chamblin mengatakan tujuan penghakiman
terakhir yaitu:
Bukan hanya kejahatan yang akan disingkapkan dalam penghakiman terakhir. Allah
“akan menunjukan motivasi manusia. Pada saat itu setiap orang Kristen akan
menerima pujian dari Allah” (I Kor. 4:5). Orang Kristen yang pekerjaannya tahan uji
akan diberi upah (3:12-14). Setiap orang akan menerima “upah yang setimpal dengan
perbuatan yang dilakukan dalam tubuh, entah itu baik atau jahat” (2Kor. 5:10); “
kebaikan yang telah dilakukan setiap orang, baik budak ataupun bebas, akan menerima
imbalan yang setimpal dari Tuhan” (Ef. 6:8).15
Persis di hadapan murka Allah, kebenaran Allah yang menyelamatkan dinyatakan,
baik dalam salib maupun Injil (Rm. 1:16-17; 3:21-26). Allah tidak menentukan kita untuk
dimurkai, melainkan untuk memperoleh keselamatan melalui Tuhan kita Yesus Kristus (1
Tes. 5:9). Bagi Paulus setiap orang yang melakukan tugas dengan baik patut mendapat
imbalan, anjuran ini pernah disampaikan kepada Timotius, “Petani yang melakukan tugasnya
patut menerima bagian pertama hasil tuaiannya” (2Tim. 2:6), demikian juga kepada jemaat
Galatia ada kesinambungan ajaran antara seorang yang menabur ketaatan pada hari ini dan
menuai hidup kekal (Gal. 6:8b-9). Prinsip “engkau menuai apa yang engkau tabur” (Gal.6:7)
juga berlaku bagi perbuatan fisik; “tuaian” merupakan hukuman terakhir yang sudah
terkandung dalam “menabur” perbuatan dosa (Gal. 6:8).16 Setiap pekerjaan baik yang orang
Kristen capai, menggenapkan tujuan kedaulatan Allah serta menyatakan kuasa Allah.
Sesuai fokus seluruh pelayanannya, imbalan yang paling Paulus harapkan adalah
penggenapan karya Allah dalam diri mereka yang ia bimbing. “apalah pengharapan kami,
atau sukacita kami, atau mahkota kemegahan kami di hadapan Tuhan kita Yesus pada hari
kedatangan? (I Tes. 2:19-20). Pengharapannya untuk memperoleh “mahkota abadi” (I Kor.
9:25).

15
Op.cit.., J. Knox Chamblin, hlm. 281
16
Ibid., hlm. 281
48
Dalam setiap tulisanya, Paulus selalu menekankan Kristus menjadi sentral dalam
setiap kehidupan setiap orang percaya. Baik kehidupan yang penuh pencobaan, perselisihan,
tantangan, bahkan penganiayaan dan maraknya penyesat yang menggangu ajaran Kristen.
Paulus tetap mengajarkan untuk tetap percaya kepada Tuhan Yesus. Ini pengharapan bagi
setiap orang percaya. Eskatologis Paulus menjadi pengajaran yang harus dipelajari oleh gereja
dan orang percaya.

B. Eskatologi Petrus

Petrus merupakan salah satu Rasul yang diurapi oleh Tuhan untuk menulis. Tulisan
dari Petrus juga masuk dalam kanon PB. Dalam tulisan-tulisan Petrus banyak menyajikan
tentang pengalaman pelayanan bersama dengan Yesus Kristus. Dalam Pelayanan Petrus, ia
juga pernah bertemu dengan Rasul-rasul Kristus yang lainnya. Tulisan petrus juga memiliki
beberapa sifat teologis, dan juga memiliki sifat menasehati.
Petrus juga menulis tentang eskatologi, tulisan Petrus yang mengandung eskatologi
terdapat dalam surat Petrus yang kedua. Dalam surat petrus yang kedua, ia banyak
menyajikan tentang pandangan eskatologis karena ada ajaran-ajaran dongeng yang
menggangu ajaran Kristen (2 Ptr. 1:16).
Tokoh Petrus penting sebagai juru bicara tradisi yang menjadi sandaran surat ini. Para
lawan menyerang Parousia (kembali Yesus untuk menghakimi), nubuat mengenai
parousia dan teodise (penyelenggaraan Allah untuk mengajar dan menghukum) semua
ini merupakan topik tradisional yang membutuhkan dukungan dari orang-orang yang
memiliki pengalaman pertama tentang Yesus dan sabda-sabdaNya.17
Hal ini lah yang membuat Petrus digerakan untuk menulis kepada orang-orang
campuran Yahudi Kristen dan orang-orang kafir yang bertobat. Petrus menyebut dirinya
sebagai saksi hidup dari Kristus, ia juga menyatakan bahwa mendengar suara dari sorga yang
menyatakan “inilah Anak yang kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.” Petrus menjadi saksi
saat Yesus dimuliakan di atas gunung (Mat. 17:1-5; Mrk. 9:2-7; Luk. 8:28-35).

1. Hari Tuhan
Kita sudah melihat bahwa penulisan surat 2 Petrus dilatarbelakangi dengan munculnya
ajaran tradisional mengenai kedatangan Tuhan. Petrus tidak menerima akan adanya orang
yang mengajarkan sesuatu yang memiliki sifat dongeng. Hal ini bagi Petrus merupakan suatu
motivasi yang bertujuan untuk membuat orang ragu akan kedatangan Tuhan Yesus. Masalah
ini pertama kali disebutkan secara jelas dalam, kaum bidah yang membahayakan ajaran

17
Op.cit, Dianne Bergant & Robert J. Karris, hlm. 254
49
tradisional mengenai parousia Yesus dengan mengatakan bahwa ajaran-ajaran ini bukan
pewahyuan ilahi melainkan buatan manusia.18
Dalam 2 Petrus 1:16, terlihat jelas ada satu motivasi Petrus menulis. Ada satu kata
, kata ini berasal dari kata dasar , (merencanakan dengan licik)19 kata
ini hanya dua kali disebut dalam Alkitab, selain ada juga di 2 Tim. 3:15. Inilah motivasi dari
orang-orang yang mengembangkan pengajaran tradisonal tentang kedatangan Tuhan yang
kedua kalinya. Ajaran tradisional dalam bentuk dongeng yang ceritanya hampir sama dengan
ajaran Kristen hal ini terlihat dari kata  (dongeng)20. Disini Petrus mau menekankan,
justru ajaran yang mereka (para pengajar tradisonal) ajarkan adalah dongeng bukan ajaran
Rasul. Sehingga di ayat 17-18 Petrus menekankan bahwa ajaran para Rasul bukan dongeng
karena Petrus (kami para Rasul yang menulis) merupakan saksi dari semua peristiwa yang
Rasul ajarkan.
Petrus juga menjelaskan dalam memahami kedatangan Tuhan yang sifatnya sudah
dinubuatkan oleh para Nabi (2 Ptr. 1:19) harus dipahami berdasarkan dorongan Roh Kudus (2
Ptr. 1:20-21) bukan ditafsir menurut kehendak sendiri. Petrus memahami bahwa para Nabi
menulis sebuah nubuatan bukan keinginan atau hasil pikiran manusia itu sendiri melainkan
peranan dari Roh Kudus untuk menuntun dalam penulisan. Apalagi hal-hal yang ditulis
mempunyai sifat nubuatan. Orang yang menulis nubuatan merupakan orang-orang yang
diurapi oleh Allah. Sehingga sekalipun belum jelas waktu terjadi nubuatan tetapi Allah yang
menjamin bahwa nubuatan itu akan tergenapi, karena Allah yang mendorong manusia untuk
menulis atau menyampaikan kepada orang-orang percaya (2 Ptr. 3:2).
Kata “Parousia” muncul juga dalam tulisan Petrus, namun pemahaman Petrus hampir
sama dengan konsep Paulus bahwa waktu yang pasti akan datang Tuhan tidak dapat
dipastikan waktunya. Di dalam ayat 3:4, ada sebuah pertanyaan klasik “ dimanakah janji
tentang kedatangan-Nya itu? Ini membuktikan para pengejek mempertanyakan kebenaran
nubuatan tentang parousia. Bila teks alkitabiah mengutip pertanyaan yang dimulai dengan
ungkapan “dimanakah”, terkandung di dalamnya skeptis dan meremehkan dari pihak penulis.
Kita harus memahami dasar sikap skeptis adalah “keadaan dunia kita yang tampaknya tidak
berubah; sejak dulu dunia tetap seperti adanya sekarang ini dan akan tetap demikian.”21
Argumen ini mengandung beberapa hal yang secara implisit menegaskan bahwa:
a. Para pengejek meragukan bahwa Allah pernah melibatkan diri dengan dunia,
mengapa Allah menjadi aktif? dan

18
Ibid.., hlm. 455
19
Hasan Sutanto, Konkordansi Perjanjian Baru, (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2004), hlm. 712
20
Ibid., hlm. 527
21
Op.cit, Dianne Bergant & Robert J. Karris, hlm. 259
50
b. Keprihatinan mengenai parousia secara sempit difokuskan pada kosmologi tentang
penghancuran dan pembaharuan dunia.22
Petrus menyadari bahwa pengaruh dari Filsafat juga sangat kuat dan berpengaruh dalam
ajaran Kristen. Salah satu pengaruh filsafat muncul juga dalam pasal 3:5, para pengejek ada
unsur sengaja untuk meragukan Firman Allah, “oleh Firman Allah langit telah ada sejak
dahulu, dan juga bumi berasal dari air dan oleh air”. Ada satu tokoh filsafat yaitu Thales
(624-546), ia mengatakan bahwa yang merupakan prinsip dasar segala sesuatu adalah air. Air
adalah anarsir yang menghidupkan dan memunculkan segala sesuatu.23 Bukan saja filsafat
mempengaruhi pikiran tentang asal mula tetapi juga mengenai parousia.
Petrus memahami bahwa “anggaplah kesabaran Tuhan kita sebagai kesempatan
bagimu untuk beroleh selamat” (2 Ptr. 3:15), jika masih Tuhan berikan kesempatan untuk
kamu berusaha, supaya kamu tidak kedapatan tak bercacat dan tak bernoda di hadapan-Nya,
dalam perdamaian akan Dia (2 Ptr. 3:14). Tulisan Petrus ini kiranya menjadi acuan bagi orang
Kristen untuk tidak salah memahami mengenai kedatangan Tuhan. Tuhan pasti akan datang
tetapi waktu Yesus berkata “tidak seorang pun tahu kecuali Bapa di surga” (Mat. 24:36; Mrk.
13:32). Jadi bagi Petrus hari Tuhan bukanlah suatu peristiwa yang kebetulan tetapi suatu
penggenapan. Hari itu akan menandai akhir masa penantian Allah dan Allah akan mulai
bertindak lagi.

2. Penghakiman
Petrus juga bicara mengenai penghakiman, terutama dalam tulisannya 2 Ptr. 2:3,
Petrus mengatakan “dan karena serakahnya guru-guru palsu itu akan berusaha mencari untung
dari kamu dengan cerita-cerita isapan jempol mereka. Tetapi untuk perbuatan mereka itu
hukuman telah lama tersedia dan kebinasaan tidak akan tertunda”. Menurut Arthur H. Graves,
Petrus jelas sekali menekankan bahwa ajaran sesat bukanlah sekedar salah paham karena
kurang pengertian, tetapi ajaran sesat itu jahat, karena menyerang anak Allah.24 Hukuman
bagi ajaran sesat adalah kebinasaan, bagi Petrus hukuman itu pantas bagi guru-guru palsu.
Ada beberapa tafsiran yang mengatakan bahayanya, ada tiga macam bahaya akibat
dari nabi palsu yaitu mereka membinasakan diri mereka sendiri karena mereka menyangkal
Kristus (bnd Mat. 10:33), mereka menyeret orang lain menjadi pengikut mereka dan
mencemarkan Kristen ortodoks, mereka berusaha mencari keuntungan diri sendiri dari orang
Kristen yang benar-benar percaya dengan ajaran palsu mereka.25 Dalam ayat yang ke 4,

22
Ibid., hlm. 258
23
Simon Petrus L. Tjahjadi, Petualangan Intelektual, (Yogyakarta: Kanisius, 2008), hlm. 21
24
Arthur H. Graves, I & II Petrus, (Malang: Gandum Mas, 2005), hlm. 81
25
J.D. Douglas, dkk,, Tafsiran Masa Kini 3, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih 2006), hlm. 846
51
mereka akan dilemparkan kedalam neraka, bahkan malaikat. Penggunaan istilah untuk neraka
dalam bahasa yunani  (tartarosas)26, yang berasal dari kata dasar  27
yang artinya melemparkan kedalam neraka. Konsep tartaro ini, dalam cerita kuno orang
Yunani merupakan bagian neraka yang terendah yang sangat dahsyat, yang disediakan bagi
para penghuni kayangan yang telah memberontak terhadap dewanya yang tertinggi. 28 Bagi
Graves penghukuman bagi ajaran sesat yang merupakan dosa yang begitu besar seperti dosa
yang mendatangkan air bah ke atas dunia pada zaman Nuh.29 Ini bentuk penghukuman bagi
orang yang menyebarkan ajaran sesat atau cerita dongeng.

Kesimpulan

Keunikan dari eskatologi dari tulisan Paulus dan Petrus makin memperkaya
pemahaman orang percaya mengenai kedatangan Tuhan Yesus yang kedua. Banyak
penyimpangan dan juga masih banyak orang percaya yang tidak mengetahui mengenai
eskatologi yang sesuai dengan isi Alkitab. Paulus dan Petrus dalam tulisan mereka kita dapat
memahami betapa pentingnya pengajaran eskatologi yang Alkitabiah diajarkan.
Paulus memaparkan dalam tulisannya kepada jemaat yang ada di Tesalonikan
mengenai pengharapan jemaat Tesalonikan mengenai kedatangan Tuhan yang kedua kali. Hal
ini penting karena banyak orang yang mengajarkan ajaran yang salah, sehingga Paulus
menekankan untuk tetap memiliki pengharapan dan kedatangan Tuhan yang Kedua seperti
pencuri. Paulus sangat mengharapkan untuk jemaat Tesalonika hidup dalam pengharapan dan
jangan hidup lagi seperti orang yang tidak memiliki pengharapan. Bagi Paulus hanya orang-
orang yang tidak memiliki pengharapan dalam Kristus yang akan hidup tidak mengasihi dan
tidak beriman.
Petrus sangat terganggu dengan munculnya dongeng atau cerita Tradisional dari para
pedagang yang datang ke daerah-daerah orang percaya. Mereka mengajarkan ajaran sesat agar
menguntungkan para pedangang yang menjual. Latar belakang ini mendorong Petrus untuk
menulis dan menegaskan bahwa Tuhan akan datang kembali ke dalam Dunia, dan akan
menghukum setiap orang yang menyesatkan. Hal ini sangat penting bagi Petrus sebagai Rasul
yang hidup dan melayani bersama dengan Yesus. Petrus memperkenalkan Tuhan yang akan
datang adalah Tuhan yang hidup dan selalu menepati janjinya.
Paulus dan Petrus memiliki pemahaman bahwa Kristus akan datang kembali untuk
menyelamatkan setiap orang yang percaya dan menghakimi otang yang tidak percaya kepda-

26
Op.cit, Bible work
27
Op.cit, Hasan Sutanto, hlm. 746
28
Op.cit, J.D. Douglas, dkk, hlm. 848
29
Op.cit., Arthur H. Graves, hlm. 80
52
Nya. Pengharapan yang pasti adalah pengharapan dalam Iman kepada Kristus. Batapa paraa
Rasul memiliki perhatian yang lebih kepada menjaga keaslian dari pengajaran Kristus. Sudah
menjadi tangunga jawab dari gereja untuk menjaga pengajaran yang sesuai denga apa yang
diajarkan oleh Alkitab. Gereja harus bertindak jika ada penyimpangan dari ajaran yang sesuai
denga Alkitab. Kiranya apa yang dilakukan oleh Paulus dan Petrus menjadi teladan bagi
Gereja dilanjutkan. Memberikan pemahaman dan pengajaran yang benar kepada jemaat.

Kepustakaan

Bergant, Dianne & Robert J. Karris, Tafsiran Alkitab Perjanjian Baru, Yogyakarta: Lembaga
Biblika Indonesia & Kanisius, 2002
Bible works 7/inti/ bw700.sw
Chamblin, J. Knox, Paulus dan Diri: Ajaran Rasuli bagi Keutuhan Pribadi, Surabaya:
Momentum, 2006
Douglas, J.D., dkk,, Tafsiran Masa Kini 3, Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih 2006
Graves, Arthur H. , I & II Petrus, Malang: Gandum Mas, 2005
Ridderbos, Herman, Paulus: Pemikiran Utama Theologinya, Surabaya: Momentum, 2008
Sutanto, Hasan, Konkordansi Perjanjian Baru, (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2004
Sutanto, Hasan, Perjanjian Baru Interlinear (Yunani – Indonesia), Jakarta: Lembaga Alkitab
Indonesia, 2004
Tjahjadi, Simon Petrus L., Petualangan Intelektual, Yogyakarta: Kanisius, 2008

53

Anda mungkin juga menyukai