Anda di halaman 1dari 4

Penulis surat Petrus yang kedua ini adalah Simon Petrus yang merupakan murid dan

rasul Yesus Kristus.[2] Pernah muncul sebuah teori yang mengemukakan bahwa surat ini


adalah pseudopigrafa, yaitu tulisan yang disebarkan sesudah kematian seorang ternama, namun
tidak ada bukti kuat mengenai hal ini.[2] Mengenai surat 2 Petrus ini Guthrie mencatat, “tidak ada
keraguan bahwa sang penulis bermaksud agar pembacanya tahu bahwa ia adalah rasul
Petrus.”[2] Pada 2 Petrus 1:1 sang pengarang mengidentifikasi dirinya sebagai Συμεὼν Πέτρος,
“Symeon Petros.” Jikalau pengarang ini seorang Petrus gadungan dari abad ke-2, rasanya ia tidak
akan memakai ejaan ini, terlebih jika dalam surat ini ia berupaya menghubungkan dengan surat 1
Petrus yang hanya memakai nama Πέτρος "Petros" saja. Pada ayat 1:14 sang pengarang berbicara
mengenai kematiannya yang segera tiba dan itu sesuai dengan yang pernah dinyatakan oleh Tuhan
(Yesus) kepadanya. Pada ayat 1:16-18 ia mengklaim sebagai saksi mata peristiwa Transfigurasi
Yesus. Ayat 3:1 merujuk kepada surat terdahulu yang dikirimkannya kepada penerima yang sama.
Pada ayat 3:15 ia tampaknya menempatkan Paulus setingkat dengannya, dengan menyebutnya
“saudara kita terkasih.” Itu semua menguatkan keotentikan Petrus sebagai penulis surat ini. [3]

Waktu penulisan[sunting | sunting sumber]


Surat ini diyakini ditulis antara tahun 61-62 M, pada periode yang sama dengan surat Yudas,
[4]
 sebelum kematian Petrus pada tahun 64-65 M, sesaat setelah kematian Paulus.[3]

Tujuan Penulisan[sunting | sunting sumber]


Tujuan penulisan surat ini adalah untuk menasihati penerimanya terhadap bahaya yang
mengancam dari pihak penyesat, nabi-nabi palsu, serta guru-guru palsu. [5] Selain itu, terdapat juga
nasihat mengenai pengertian Firman.[5] Firman merupakan nubuat-nubuat dalam Kitab Suci yang
tidak boleh ditafsir dengan kehendak sendiri. [5]
Surat ini diyakini ditulis sesaat setelah Paulus meninggal, dan merupakan kelanjutan dari Surat 1
Petrus.[3] Petrus sendiri menyadari bahwa kematiannya sudah dekat, sesuai nubuat Yesus Kristus. "2
Petrus 1:12-15 penuh dengan bahasa khas pidato perpisahan... dan secara eksplisit mengutarakan
alasan penulisan surat 2 Petrus ini adalah kesadaran Petrus bahwa kematiannya mendekat dan
keinginannya agar ajarannya tetap diingat setelah ia mati." [6] Kematian Paulus (dihukum pancung
atas perintah Kaisar Romawi), membuat rasul Petrus, yang sebelumnya mengkhususkan diri untuk
melayani orang bersunat (orang Yahudi), terdorong untuk menulis nasihat bagi jemaat-jemaat yang
ditinggalkan oleh Paulus dari kalangan bangsa bukan Yahudi; hal mana diyakini tidak akan terjadi
jika Paulus masih hidup (sesuai perjanjian di antara mereka sebelumnya, sebagaimana tercatat di
bagian Perjanjian Baru lain). [3] Petrus mengantisipasi datangnya para pengajar palsu dalam gereja
segera setelah meninggalnya para rasul (termasuk dirinya dalam waktu dekat) dan menulis untuk
meyakinkan jemaat bahwa mereka tidak akan dirugikan sebagai orang Kristen yang percaya,
meskipun para rasul saksi mata (antara lain Petrus sendiri) sudah tidak bersama mereka lagi.
[3]
 Paulus sendiri juga telah memperingatkan jemaat atas datangnya guru-guru palsu (Kisah Para
Rasul 20:29-30). Jadi, Surat 2 Petrus ini merupakan suatu surat wasiat, testamen dan sekaligus
menguatkan para jemaat agar mereka tetap setia pada ajaran para rasul yang benar (2 Petrus 3:2,
15-16).[3] Untuk itulah ia menyatakan tidak hanya otoritas dirinya sendiri (1:16-19), tetapi juga otoritas
Paulus (3:15-16) dan para sejawatnya (3:2), karena setelah kematiannya jemaat hanya mempunyai
sumber-sumber tertulis, melawan guru-guru palsu yang hidup pada zaman setelahnya. [3]

Ayat-ayat terkenal[sunting | sunting sumber]


 2 Petrus 1:5-8: Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk
menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, dan kepada
pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan
kesalehan, dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan
saudara-saudara kasih akan semua orang. Sebab apabila semuanya itu ada padamu dengan
berlimpah-limpah, kamu akan dibuatnya menjadi giat dan berhasil dalam pengenalanmu akan
Yesus Kristus, Tuhan kita.
 2 Petrus 3:8: Akan tetapi, saudara-saudaraku yang kekasih, yang satu ini tidak boleh kamu
lupakan, yaitu, bahwa di hadapan Tuhan satu hari sama seperti 1000 tahun dan 1000 tahun
sama seperti satu hari.
 2 Petrus 3:9: Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang
menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki
supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat.
 2 Petrus 3:15: Anggaplah kesabaran Tuhan kita sebagai kesempatan bagimu untuk beroleh
selamat, seperti juga Paulus, saudara kita yang kekasih, telah menulis kepadamu menurut
hikmat yang dikaruniakan kepadanya.

Muatan Teologis[sunting | sunting sumber]


Mengenai Manusia[sunting | sunting sumber]
Pada dasarnya pemahaman 2 Petrus mengenai manusia tidak jauh berbeda dengan 1 Petrus.
[7]
 Dalam surat ini, jiwa diartikan sebagai manusai seutuhnya, dan bukan sekadar sisi rohani
kehidupan manusia.[7] Namun demikian, sebagian orang menilai gambaran tentang manusia
khususnya dalam 2 Petrus 1:4 menjadi sangat Hellenistik, sehingga tidak sesuai dengan gagasan
mengenai manusia dalam teks-teks Perjanjian Baru yang lain. [7] Kesulitan ini timbul sebetulnya
dikarenakan adanya anak kalimat supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dari kodrat ilahi.
[7]
 Secara implisit, anak kalimat ini sebtulnya mengandaikan pada dasarnya manusia memiliki kodrat
ilahi, hanya saja untuk sementara waktu mereka terpisah dari Allah sehingga harus kembali kepada
Allah.[7] Dengan ungkapan demikian, penulis 2 Petrus dinilai telah menggunakan terminologi
Hellenis, sebagaimana digunakan oleh Filo dan Flavius Yosefus.[7]

Surga dan Neraka[sunting | sunting sumber]


Dalam surat 2 Petrus, pandangan tentang masa depan berpusat pada kehadiran langit dan bumi,
kehancurannya oleh api serta langit dan bumi yang baru (3:5, 10, 12, 13). [8] Langit dan bumi yang
diperbarui akan ditandai dengan kebenaran. [8] Petrus menjelaskan bahwa kekudusan di sini adalah
persiapan bagi kebenaran dalam keadaan kelak. [8]

Penulis : Petrus
Tema : Kebenaran Sejati Lawan Guru-Guru Palsu
Tanggal Penulisan: 66-68 M

Latar Belakang
Ketika memberikan salam, Simon Petrus memperkenalkan dirinya sebagai
penulis surat ini; kemudian (2Pet 3:1) dia mengatakan bahwa surat ini
merupakan suratnya yang kedua yang menunjukkan bahwa dia sedang menulis
kepada orang percaya yang sama di Asia Kecil yang telah menerima suratnya
yang pertama (1Pet 1:1). Karena Petrus, seperti halnya Paulus, dihukum
mati oleh keputusan yang dibuat oleh kaisar Nero yang jahat (yang kemudian
wafat pada bulan Juni, 68 M), adalah sangat mungkin bahwa Petrus menulis
surat ini di antara tahun 66-68 M, tidak lama sebelum ia mati syahid di
Roma (2Pet 1:13-15).

Beberapa sarjana zaman dahulu dan sekarang, yang mengabaikan beberapa


persamaan mencolok dari 1 Petrus dan 2 Petrus dan sebaliknya menekankan
perbedaan di antara kedua surat itu, telah beranggapan bahwa Petrus
bukanlah penulis surat ini. Akan tetapi, perbedaan isi surat, kosakata,
penekanan, dan gaya penulisan dari kedua surat ini dapat diterangkan
dengan memadai oleh berbedanya situasi Petrus dan penerima suratnya ketika
menerima kedua surat itu.

(1) Situasi semula para penerima surat telah berubah dari penganiayaan
serius yang dilakukan oleh masyarakat sekitarnya menjadi serangan
serius dari dalam oleh para guru palsu yang mengancam landasan
kebenaran gereja.

(2) Situasi yang dihadapi Petrus juga sudah berbeda. Jikalau sebelumnya
dia mempunyai seorang penulis yang ahli seperti Silas ketika menulis
suratnya yang pertama (1Pet 5:12), kelihatannya Silas tidak ada
ketika Petrus menulis surat yang kedua itu. Petrus mungkin memakai
bahasa Yunani ala Galilea yang kasar atau mengandalkan juru tulis yang
tidak sepandai Silas.

Tujuan
Petrus menulis surat ini

(1) untuk menasihati orang percaya agar mereka dengan tekun mengejar
kesalehan dan pengenalan yang benar akan Kristus, dan

(2) untuk membeberkan dan menolak tindakan yang berakal busuk dari para
nabi dan guru palsu di kalangan gereja di Asia Kecil yang sedang
meruntuhkan kebenaran rasuli.

Petrus meringkaskan maksudnya dalam 2Pet 3:17-18 ketika dia menasihati


orang percaya yang sejati

(1) untuk waspada supaya mereka tidak "terseret ke dalam kesesatan


orang-orang yang tak mengenal hukum" (2Pet 3:17), dan

(2) untuk "bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan
Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus" (2Pet 3:18).

Survai
Surat yang singkat ini sungguh-sungguh mendorong orang percaya agar
mempertahankan kehidupan dan kesalehan melalui pengenalan yang benar akan
Kristus. Pasal pertama menekankan pentingnya pertumbuhan Kristen. Setelah
mulai dengan iman, orang percaya harus dengan tekun mengejar keunggulan
moral, pengetahuan, penguasaan diri, ketekunan, kesalehan, kasih akan
saudara-saudara, dan kasih akan semua orang, yang akan menghasilkan iman
dewasa dan pengenalan yang benar akan Tuhan Yesus (2Pet 1:3-11).

Pasal berikut dengan sungguh-sungguh mengingatkan mereka tentang para nabi


dan guru palsu yang muncul di kalangan gereja. Petrus mengecam guru-guru
palsu itu sebagai orang yang tidak mengenal hukum (2Pet 2:1,3; 2Pet 3:17)
yang menuruti keinginan jahat dari hawa nafsu
(2Pet 2:2,7,10,13-14,18-19), yang serakah (2Pet 2:3,14-15), congkak
(2Pet 2:18) dan keras kepala (2Pet 2:10), dan menghina pemerintahan
Allah (2Pet 2:10-12). Petrus berusaha untuk melindungi orang percaya
sejati terhadap pengajaran sesat yang membinasakan itu (2Pet 2:1) dengan
menyingkapkan maksud dan kelakuan mereka yang jahat.

Dalam pasal 3 (2Pet 3:1-18), Petrus membuktikan salahnya keragu-raguan


guru-guru ini terhadap kedatangan Tuhan (2Pet 3:3-4). Sebagaimana
angkatan Nuh dengan keliru mencemoohkan pikiran tentang hukuman banjir
besar dari Allah, para pencemooh ini juga buta rohani tentang janji-janji
kedatangan Kristus. Tetapi dengan tindakan menentukan yang sama dengan
hukuman air bah tersebut (2Pet 3:5-6), Kristus akan kembali dan
menghanguskan bumi ini dengan api (2Pet 3:7-12) lalu menciptakan
tatanan baru yang benar (2Pet 3:13). Mengingat semuanya ini, orang
percaya harus hidup kudus dan saleh pada zaman ini (2Pet 3:11,14).

Ciri-ciri Khas
Empat ciri utama menandai surat ini.

(1) Surat ini berisi pernyataan yang paling kuat dalam Alkitab mengenai
pengilhaman, keterandalan, dan kekuasaan Kitab Suci (2Pet 1:19-21).

(2) Pasal dua dan surat Yudas sangat mirip dalam pengecaman guru palsu.
Mungkin Yudas, yang kemudian menghadapi persoalan yang sama dengan
guru-guru palsu, menggunakan bagian-bagian dari ajaran Petrus yang
diilhami untuk mengatakan hal yang sama
(Lihat "PENDAHULUAN SURAT YUDAS" 08261).

(3) Pasal tiga merupakan salah satu pasal PB yang agung tentang kedatangan
Kristus yang kedua.

(4) Petrus secara tidak langsung menunjuk kepada tulisan Paulus sebagai
Firman Allah dengan menyebutkannya dalam hubungan dengan
"tulisan-tulisan yang lain" (2Pet 3:15-16).

Anda mungkin juga menyukai