Anda di halaman 1dari 8

2.1.1.

Sembilan Puluh Lima Buah dalil martin Luther (1517)

Ajaran Luther yang “baru” pada hakekatnya adalah kembali kepada firman tuhan yang
sejati, tidak menimbulkan kegemparan sampai tahun 1517. Pada tahun itu suatu peristiwa
penting terjadi yang merupakan pertanda awal dari reformasi. Untuk mengumpulkan dana bagi
pembangunan gereja santo Petrus di Roma,maka Sri Paus mengijinkan penjualan surat
penghapusan dosa di seluruh negeri Jerman. Luther mengajukan keberatan terhadap lembaran
kertas yang tidak bermakna itu, yang memuat janji pembebasan manusia dari penghukuman
mereka atas dosa mereka di api penyucian dosayaitu Purgatori sebagai imbalan terhadap
imbalan terhadap pembayaran mereka . Luther lalu menulis Sembilan puluh lima dalil atau
pernyataan dalam bahasa latin yang mengemukakan bahwa penjualan surat-surat penebusan dosa
ini adalah bertentangan dengan Isi Alkitab. Pada tanggal 31 oktober 1517, Luther menempelkan
dalil-dalilnya ini pada pintu gereja puri. Pintu gereja ini memang sering kali dipergunakan untuk
menempelkan pengumuman bagi khalayak ramai di Wittenberg. Maksud Luther menempelkan
dalil-dalil ini hanyalah sekedar memancing tantangan bagi siapa saja di kalangan universitas
untuk mendebatkannya dengan dia. Itulah sebabnya ia menulisanya dalam bahsa Latin. Akan
tetapi kesembilan puluh lima dalil itu dengan cepat diterjemahkan, dicetak dan disebarluaskan
kebanyak kota-kota di Jerman dan wilayah-wilayah lainnyadoi Eropa. Dimana saja dalil itu
disebarkan maka disitu telah timbul banyak kehebohan. 1 Maksud dan keinginan Martin Luther
menempelkan dalilnya ialah keinginan dan tujuan untuk menguraikan kebenaran, agar setiap
orang yang lewat dan membacanya terkhusus orang-orang yang berpendidikan pada saat itu mau
dan sudi untuk mendiskusikan dalilnya itu, sehingga perdebatan akan diadakan di Wittenberg
berdasarkan pernyataan yang disetujui di bawah kepemimpinan Bapa Martin Luther, rahib Ordo
St. Agustinus, Master of Arts and of acred Theology, dosen Universitas Wittenberg. Selin itu, ia
meminta kepada orang yang tidak bisa hadir dan meakukan diskusi dengan kami secara lisan
tentang topik itu supaya melakukannya melalui surat untuk menggantikan ketidakhadiran
mereka. Dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus Amin. Sehingga ia mengutarakan perasaan dan
pikirannya dalam dalil-dalilnya yang 95 dalilnya itu.2 Pelayanan, pembinaan dan
penggembalaan kepada umat sangatt diabaikan, karena manusia suudah dianggap secara
otomatis menjadi anggota-anggota gereja sejak kelahirannya. Keadaan ini meresahkan banyak

1 Martin Luther, Luthers’s Large Catechism, Australia: Lutheran Publishing House, 1983 ,26-27
2 RutHerford Boyd, Works of Martin Luther, (America: Muhlenberg Press, 1943), 29-33
orang, termasuk sejumlah rohaniawan yang masih berusaha memelihara ketertiban hidup dan
kemurnian ajaran gereja. Semakin kuat niat untuk memperbaharui dan memurnikan kehidupan
dan ajaran gereja, keadaan yang bobbrok inilah yang merupakan puncak reformasi di dalam
tubuh Kristus, yang disebut gereja. Luther tidak tahan melihat keadaan ini. Itulah yang menjadi
dasar baginya mengadaklan kritikan terhadap gereja yang sudah mulai salah jalan. Maka ia pun
menyususn berbagai kritikan atas gereja; baik mengenai ajarannya maupun kepemimpimannya.
95 Dalil tersebut merupakan hasil pengalaman luther sendiri. Itulah sebabnya tulisan tersebut
dibaca dengan asyik oleh orang banyak. Tulisan yang ditempelkan itu begitu cepat tersebar. 3

Memang martin Luther tidak berkamsud untuk memecah gereja waktu menempelkan ke-95
dalil di pintu gereja Istana di kota Wittenberg , Martin Luther mau memperbaharui atau
mereformasi seluruh gereja, supaya sesuai dengan ajaran kitab Suci (Sola Scriptura).4 Ia
berkeyakinan bahwa bukan oleh perbuatan manusia melainkan iman kepada anugrah Allah-lah
yang menyebabkan manusia diberi keselamatan (“Sola Fide”: hanya oleh Iman, dan “Sola
Gratia”: hanya oleh Anugerah).5

2.1.2. Solidaritas Gereja Terhadap Kaum Miskin Menurut Martin Luther

Pada tahun 1520 Luther menerbitkan tiga tulisan yang di dalamnya ia menguraikan
pandangannya yang baru. Yang paling terkenal ialah “kebebasan orang Kristen”, yang
merupakan etika Protestan yang pertama. Dalam ketiga karangan itu Luther merobohkan seluruh
sistem abad Pertengahan. Yang pertama ialah: kepada para pemimpin Kristen Jerman, mengenai
perbaikan masyarakat Kristen. Disini Luther menyatakan bahwa Paus dan rohaniawan tidak
boleh berkuasa atas “kaum awam”. Setiap orang Kristen adalah seorang imam dan ikut
bertanggungjawab dalam gereja. Dunia juga tidak boleh “bertingkat dua”, berkhotbah atau
bercocok tanam sama tingkatnya, sebab sama-sama melayani Allah. jadi, tidak dengan
sepatutnya kaum “Rohaniawan”, khususnya paus, menuntut kekuasaan atas Negara dan
masyarakat. Bangsa Jerman, dengan diwakili oleh pemimpin-pemimpinya, boleh dan harus
memperbaiki sendiri keadaan gerejanya. Dalam yang pertama dari ketiga buku itu Luther
berbicara kepada para penguasa. Dalam yang kedua ia berdiskusi dengan teolog-teolog, dalam
tulisan yang ketiga, kebebasan seorang Kristen, ia menulis bagi rakyat Kristen. Buku itu

3 Jonar T. H. Situmorang, Sejarah Gereja Umum, ( Yogyakarta: ANDI, 2014), 314


4 Heuken. SJ, Ensiklopedia gereja: Jilid I A-G, (Jakarta: Loka caraka, 1991), 349
5 R. Soedarmo, kamus Istilah Teologi, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 78)
menguraikan soal perbuatan-perbutan baik.6 Tetapi perlu hal-hal yang ia canangkan sebagai
penyulut reformasi membawa visi baru dan mendorong gereja untuk menghidupkan kembali
semangat untuk menjalankan pelayanan kasih. Injil sebgai kekuatan Allah yang membenarkan
dan menyelamatkan orang berdosa karena Iman (Rm. 1:16-17). Salah satu nas yang mendorong
Luther mencanangkan reformasi, mendorong gereja atau orang Kristen untuk berbuat baik
sebagai buah iman, termasuk memelihara dan memberi bantuan kepada orang miskin. Diakonia
dipahami sebagai tindakan meneladani Kristus sang Diakonos Agung, dan ini juga berdampak
pada pemahaman dan pemberlakukan imamat am orang percaya (1 Pet. 2:5, , antara lain tidak
adanya herarki dan pembedaan status antara rohaniawan dan awam; semua terpanggil untuk
melayani sesuai dengan karunia yang diterima masing-masing).7 Hal itu telah ia perlihatkan oleh
Martin Luter dari 95 dalilnya terkhusus dalil yang ke- 43 dimana dikatakan “Orang-orang
Kristen harus diajar bahwa orang yang memberi kepada orang miskin, atau memberi pinjaman
kepada orang yang kekurangan, berbuat lebih baik daripada jika ia membeli surat pengampunan
dosa” hal ini ingin memperlihatkan bahwasanya ketaatan kepada Alolah adalah jawaban bebas
dan penuh kasih dari anak-anak-Nya, bukan tidakan yang serakah untuki mengumpulkan
imbalan sebanyak-banyaknya dari mereka yang mengajar restu Allah.

bbb Reformasi dilingkungan gereja merupakan suaatu proses yang berlangsung puluhan
tahun, bahkan pada dasarnya tidak pernah berhenti. Itulah sebabnya para reformator abad ke-16
berkata: ecclesia reformata sed semper Reformanda (gereja yang diperbahariui harus terus-
menerus memperbaharui diri). Salah satu ajaran Alkitab, sekaligus ciri umat Kristiani, adalah
hidup yang berpengharapan. Allah melakukan pembaharuan, dan umatNya didorong ikut di
dalam upaya serta proses yang allah prakarsai itu, karena Allah menyiapkan masa depan yang
lebih baik (band. Yer. 29:11) salah satu tugas dan peluang gereja sebagai kekuatan moral dan
spiritual di tengah bangsa Indonesia yang sedang dilanda krisis ini adalah mengorbankan
pengharapan itu. Tentu bukan harapan yang bersifat khayalan, atau yang disangka bisa menjadi
kenyataan tanpa berbuat nyata. Untuk mewujudkan pengharapan itu kita terpanggil melakukan
berbagai terobiosan baru secara masing-masing maupun bersama, sekaligus meninggalkan pola
dan paradigm yang lama yang sudah tidak relevan dengan keadaan yang baru kini. Salah satu
hikmah keadaan krisis ini adalah bahwa gereja-gereja semakin bersatu. Keadaan masa kini
6 Th. Van Den End, Harta Dalam Bejana, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995), 169
7 Jan S. aritonang & Asteria T. Aritonang, Mereka Juga Citra Allah , (Jakarta: Gunung Mulia, 2017)28
memberi peluang bagi gerejagereja untuk mengembangkan pelayanannya ; tidak hanya
menyangkut pembinaan rohani dan penyelenggaraan ibadah yang bersifat ritual-seremonial,
melainkan juga melakukan hal-hal yang inovatif. Misalnya menyelenggarakan ini adalah bahwa
gereja-gereja semakin bersatu. Keadaan masa kini memberi peluang bagi gerejagereja untuk
mengembangkan pelayanannya ; tidak hanya menyangkut pembinaan rohani dan
penyelenggaraan ibadah yang bersifat ritual-seremonial, melainkan juga melakukan hal-hal yang
inovatif. Misalnya menyelenggarakan program pembinaan warga gereja dibidang social-politik,
memprakarsai proyek-proyek pertanian dengan metode pengolahan adan pemupukan yang baru,
menyelenggarakan atau mengubaha usaha pendidikan kepada bentuk-bentuk dan produk-produk
yang lebih relevan dengan kebutuhan yang real, terutama yang menghadapi keadaan krisis ini.
Untuk semua itu kita juga dapat meningkatkan kerja sama dengan umat beragama lain bangsa
ini. Sudah saatnya kita tidak lagi memandang mereka sebagai hanya penginjilan tetapi juga
melayani dengan penuh kasih.8

Solidaritas bertujuan untuk mengubah dan memperbaharui berbagai kenyataan sosial


dengan kuat kuasa Injili, untuknya kesaksian diberikan oleh orang yang beriman kepada Yesus
Kristus, ialah menjadi suatu sebuah tantangan dan tetap demikianlah adanya dewasa ini.
Solidaritas yang berarti pewartaaan tentang Yesus Kristus, “kabar baik” keselamatan, cinta kasih,
keadilan dan perdamaian, tidak disambut serta merta dalam dunia dewasa ini, yang dilantakkan
oleh peperangan, kemiskinan serta ketidakadilan. Justru karena alasan inilah manusia dari zaman
kita sekarang ini memiliki suatu kebutuhan yang lebih besar akan injil; akan Iman yang
menyelamatkan, akan harapan yang mencerahkan, akan kasih yang mencintai.9 Kemiskinan
berakibat pada partisipasi dan kualitas orang miskin. Artinya, akses anak-anak miskin terhadap
lembaga pendidikan yang bermutu sangat terbatas, disamping kemungkinan putus-sekolah (Drop
Out) juga besar. Kondisi ini akan berdampak di kemudian hari setelah anak-anak miskin dengan
pendidikan rendah ini memasuki dunia kerja. Mereka akan menduduki posisi yang juga rendah
atau menjadi tenaga tidak terampil (unskilled labour), bahkan menjadi pengangguran (Jobless).
Selanjutnya, bila merka berkeluarga, anak-anaknya juga akan relatif sama dengan taraf dan
kualitas pendidikan yang dialami orangtuanya. Demikian siklus pendidikan seperti ini

8 Jan S. Aritinang, Belajar Memahami Sejarah di Tengah-tengah Realitas, (Bandung: Jurnal Info Media,
2007), 61
9 Widi Artanto, Menjadi Gerejua Missioner dalam Konteks Indonesia, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
1997), 89-96
berlangsung dari generasi ke generasi. Dinamika siklus pendidikan seperti ini berlangsung dari
generasi ke generasi dengan akibat pewarisan kemiskinan antar generasi. Dinamika kemiskinan
yang pengaruhnya timbal-balik dengan pendidikan ini berlangsung juga di Indonesia 10.
Pelayanan ini ditentukan agar kaum miskin dapat tertolong dan dapat juga mengurangi
kemiskinan di Indonesia yang terlihat dalam :

Persentase Penduduk Miskin September 2017 Mencapai 10,12 persen 11

 Pada bulan September 2017, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per
kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia mencapai 26,58 juta orang
(10,12 persen), berkurang sebesar 1,19 juta orang dibandingkan dengan kondisi Maret
2017 yang sebesar 27,77 juta orang (10,64 persen).

 Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada Maret 2017 sebesar 7,72 persen
turun menjadi 7,26 persen pada September 2017. Sementara persentase penduduk miskin
di daerah perdesaan pada Maret 2017 sebesar 13,93 persen turun menjadi 13,47 persen
pada September 2017.

 Selama periode Maret 2017–September 2017, jumlah penduduk miskin di daerah


perkotaan turun sebanyak 401,28 ribu orang (dari 10,67 juta orang pada Maret 2017
menjadi 10,27 juta orang pada September 2017), sementara di daerah perdesaan turun
sebanyak 786,95 ribu orang (dari 17,10 juta orang pada Maret 2017 menjadi 16,31 juta
orang pada September 2017).

 Peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan
peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan).
Sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan pada September
2017 tercatat sebesar 73,35 persen. Kondisi ini tidak jauh berbeda dengan kondisi Maret
2017 yaitu sebesar 73,31 persen.

10 Junema, Psikobuana: Jurnal Ilmiah Psikologi Vol.1, (Jakarta: Psikobuana 2009), 4-6
11 https://www.bps.go.id/pressrelease/2018/01/02/1413/persentase-penduduk-miskin-september-2017-
mencapai-10-12-persen.html Diakses pada Tanggal 28 Februari 2018, Pukul: 01:43 WIB
 Jenis komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan di
perkotaan maupun di perdesaan adalah beras, rokok kretek filter, daging sapi, telur ayam
ras, daging ayam ras, mie instan, dan gula pasir. Sementara komoditi nonmakanan yang
berpengaruh besar terhadap nilai Garis kemiskinan di perkotaan maupun perdesaan
adalah perumahan, bensin, listrik, pendidikan, dan perlengkapan mandi.

Agar melalui usaha-usaha gereja untuk melakukan pelayanan di Gereja dapat memberikan
bantuan untuk menanggulangi kaum miskin pada saat ini. sehingga tujuan Solidaritas untuk
mengubah dan memperbaharui berbagai kenyataan sosial dengan kuat kuasa Injil dapat
memberikan pengaruh kerah yang lebih baik lagi, sehingga praktek memberi, membatu
masyarakat Miskin menjadi suatu cara untuk mensyukuri berkat dari Tuhan.

Masuknya ajaran Luther yang diwariskan oleh para Missionaris yang datang ke Indonesia
adalah lewat khotbah-khotbah, pengajaran dan konfesi Misalnya di gereja batak pada tahun 1874
oleh I. L. Nommensen yang sudah menerjemahkan Katekhismus Kecil Martin Luthert ke dalam
bahasa Batak untuk dipakai sebagai pedoman pengajaran bagi semua pelayan penuh waktu
gereja Batak. Nomensen sendiri telah menambahkan penjelasan pada kata pengantarnya dengan
judul “pemusatan hatani debata” (inti pokok dari Firman Allah).12 sehingga melalui reformasi
Martin Luther ini banyak hal yang benar-benar berubah sehingga sesuai dengan bunyi isi dari
dalil ke-43 bahwasanya “Orang-orang Kristen harus diajar bahwa orang yang memberi kepada
orang miskin, atau memberi pinjaman kepada orang yang kekurangan, berbuat lebih baik
daripada jika ia membeli surat pengampunan dosa” telah diterapkan sehingga orang lemah,
orang miskin, orang yang termarginalkan kembali diperhatikan dengan baik dengan melaui
pelayanan atau diakonia.

Sehingga dalam gereja HKBP sendiri memperlihatkan karya Diakonia-sosial pada awal
1950-an. Yang diplopori oleh tokoh yang bernama Lucius Siahaan yang diangkat menjadi ketua
Diakonia-sosial HKBP, dan pelayanan diakonia sendiri telah diperlihatkan tahun 2002 melalui
aturan dan peraturannya (sejak 2015 disebut tata dasar dan tatat laksana), HKBP merumusakan
dan menetapkan formasi pelayanan diaconal berdasarkan prinsi-prinsip yang lebih actual, yaitu :
1). Sentralisasi visi dan desentralisasi pelayanan; 2). Terbuka peluang membentuk atau lembaga
pelayanan (a.l. berbentuk yayasan; dan 3). Semua unit pelayanan diakonia: termasuk pendidikan
12 BA. Simanjuntak, Pemikiran Batak, (Medan: Universitas HKBP, 1986), 89
teologi dan non-teologi (termasuk universitas). Menjadi satuan koordinatif dalam naungan
Departement Diakonia. Demikian juga gereja-gereja lain yang telah melakukan perhatian kepada
kaum miskin.13 Melalui reformasi telah menghasilkan peruabahan yang sangat besar yang telah
mengajarkan hal yang baik terhadap kaum yang berkekurangan atau kaum miskin. GKPS juga
telah memperlihatkan Pelayanan Diakonia terhadap Jemaatnya dengan memaknai makna Melalui
pemanggilan GKPS juga akan memperlihatkan bukti pelayanan yang baik, dan supaya
pelayanan/ diakonia itu berjalan dengan baik maka GKPS menetukan sebuah MISI agar
pelayanan akan terfokus pad suatu ladasan yang teguh, MISI GKPS ialah: mengembangkan dan
memperdalam spritualita yang berpusat kepada Allah, melaksanakan Persekutuan, kesaksian
dan pelayanan secara benar berdasarkan Alkitab, membangun kesetiakawanan, keperdulian
social dan ekonomi berbasiskan Injil. Meningkatkan kecintaan semangat gotong royong
dikalangan jemaat dan masyarakat (haroan Bolon, sapangambei manoktok hitei)
menumbuhkembangkan cinta kasih kepada sesama dan keutuhan ciptaan. 14 Gereja mempunyai
tri tugas panggilannya dalam menjalankan tugas panggilan gereja. Gereja membutuhkan yang
dinamakan dengan biaya. Gereja selalu membuat anggaran dana terhadap perbaikan gedung
gereja, persiapan ibadah gereja dan gereja yang harus membuat anggaran terhadap pelayanan
social gereja. Karena itu tugas panggilan gereja mempunyai nilai yang sama tidak ada yang bisa
di nomorduakan. Gereja tidak bisa menomorduakan diakonia, diakonia terkadang menjadi
pelayanan ala kadarnya tidak ada jumlah yang signifikan dalam anggaran jemaat untuk diakonia,
dibandingkan misalnya dengan untuk pembangunan gedung gereja. Tugas pokok gereja ialah
mewartakan injil. Injil berarti kabar gembira(kabar gembira tentang keselamatan yang telah
terlaksana dalam yesus ). Keselamatan dalam Yesus itu bersifat total, tidak hanya untuk jiwa
kelak di akhirat, keselamatan total itu diperuntukkan bagi manusia seutuhnya (jasmani-Rohani).15
Misi gereja untuk mendirikan tanda-tanda kerajaan Allah berupa pelaksanaan tugas untuk ikut
mengusahakan diberlakukannya kebenaran, keadilan, kasih, perdamaian, dan keutuhan ciptaan di
dalam masyarakat. Gereja mengerjakan tugasnya sebagai terang dan garam dunia (bnd. Mat. 5:
13-16), gereja yang harus menjalankan tugas imamat, yakni menjalankan pelayanan kasih dan

13 Jan S. aritonang & Asteria T. Aritonang, Mereka Juga Citra Allah , (Jakarta: Gunung Mulia, 2017) ,100-
102
14 …tata Gereja Dan Peraturan-Peraturan GKPS, (Pamatang Siantar: Kolportase GKPS, 2013),278
15 A. Eddy Krristiysnto (ed), Spritualitas Sosial Suatu Kajian Kontekstual, (Yogyakarta: Kanisius, 2010),
28
perdamaian dalam kegiatan ritual ataupun kegiatan sehari-hari, gereja juga menjalankan tugas
gerejawi, yakni ikut memelihara tertip alam ciptaan, masyarakat dan diri sendiri.16

Gereja pada dasarnya bukanlah organisasi yang dibekali sumber daya yang khusus
untuk mengatasi masalah-masalah kemiskinan, tetapi tentu saja peranan praktis gereja semacam
ini tidak boleh dianggap kecil. Dan idealnya memang harus ada. 17 Gereja sebagai tubuh Kristus
memandang makna bahwa kehidupan gereja dan bergereja mengejawantahkan kehidupan yesus
sendiri, sebagaimana dahulu Yesus menghadirkan diri sebagai nabi-hamba Allah, sebagai mana
yesus hadir dengan iklas di tengah-tengah kancah perjuangan kemanusiaan dalam pergaulannya
dengan segala golongan dan kelompok masyarakat, maka gereja juga menghadirkan dirinya
sebagai sahabat sejati bagi orang-orang yang kemanusiaannya terlecehkan dan gereja berjuang
demi kemanusiaan dan keadilan. Gereja yang menyatakan diri sebagi tubuh Kristus tidak
mungkin berdiam diri ketika melihat kemanusiaan terancam, sebagaiman Yesus tidak pernah
berdiam diri. Hal ini menjelaskan bahwa di dalam pembenahan bergereja itu sudah terkandung
tugas panggilannya,. Lalu ketika gereja tidak mau peduli dengan ancaman kemanusiaan, maka
sebenarnya ia tidak layak disebut sebagai gereja, sebab ia telah menyakal hakikatnya sendiri. 18
jadi, Gereja hendaklah sadar dan peka akan tugas dan tanggungjawabnya di tengah-tengah dunia
ini. Sebagai garam dan terang dunia.

16 Weinita Sairin, Visi Gereja Memasuki Milenium Baru Bunga Rampai Pemikiran, (Jakarta: Gunung
Mulia, 2002), 13
17 Adhi T., Perjalanan Spiritualitas seorang Kristen secular: enam alasan mengapa saya tetap Kristen,
(Jakarta: Gunung Mulia, 2008), 18-20
18 Sularso Sopater dkk, Peran Serta dalam Pembangunan nasional, (Jakarta: Pusat Sinar, 1998), 29-33

Anda mungkin juga menyukai