I. PENDAHULUAN
Pentingnya gereja tidak dapat diragukan lagi. Gereja ditebus oleh Allah dengan darah
Anak-Nya sendiri (Kis. 20:28). Gereja dikasihi, dipelihara, dan dirawat oleh Kristus
(Ef. 5:25,29), dan akan Ia tempatkan di hadapan diri-Nya dalam keadaan tanpa cacat di
dalam kemuliaannya pada suatu saat (ayat 27). Membangun pemaat-Nya merupakan
pekerjaan Kristus yang terutama di dunia sekarang (Mat. 16:18) melalui berbagai
macam karunia rohani yang Ia berikan (Ef. 4:12). Karena itu penggunaan karunia-
karunia tersebut oleh orang percaya menyatukan kita dengan apa yang sedang
dikerjakan oleh Kristus pada masa kini.
A. Secara Etimologi
Kata gereja diterjemahkan dari kata Yunani ekklesia; berasal dari kata ek (keluar)
dan kalleo (memanggil). Kata ekklesia biasanya digunakan untuk menggambarkan
sekumpulan orang, baik perkumpulan/perhimpulan secara resmi maupun tidak
resmi, yang kadang-kadang hanya berkerumunan bersama sebagai massa (Kis.
19:32, 39, 41). Dan perhimpunan tersebut biasanya dalam pengertian politik dan
bukan dalam pengertian keagamaan. Ditambahkan, kata tersebut tidak menjelaskan
mengenai orangnya, tetapi mengenai pertemuannya.
Istiah “gereja” dipakai dengan dua macam arti: arti yang universal dan arti yang
lokal.
1. Gereja yang universal. Dalam arti universal gereja terdiri atas semua orang,
yang pada zaman ini, telah dilahirkan kembali oleh Roh Allah dan oleh Roh
yang sama itu telah dibaptiskan menjadi anggota tubuh Kristus (1 Kor. 12:13; 1
Pet. 1:3, 22-25). Gereja dipakai dalam arti universal ini karena Kristus berbicara
mengenai membangun jemaat(gereja)-Nya dan bukan membangun
jemaat/gereja (Mat. 16:18). Kristus sangat mengasihi gereja sehingga rela
menyerahkan diri baginya (Ef. 5:25), Dia sedang memurnikan dan
menguduskan gereja (Ef. 5:26,27); Dialah kepala gereja (Ef. 1:22; 5:23; Kol.
1:18); Kristus telah menempatkan orang-orang yang diperlengkapi dengan
karunia-karunia dalam gereja (1 Kor. 12:28).
a. Gereja disebut sebagai bangunan Allah (1 Kor. 3:9, 16,17; 2 Kor. 6:16; Ef.
2:20-22; 1 Tim. 3:15). Kristus merupakan batu penjuru bangunan ini (Mat.
16:18; 1 Kor. 3:11; 1 Pet. 2:6,7) dan oleh Roh-Nya Kristus tinggal di
dalamnya (1 Kor. 3:16; 6:19). Orang yang sudah percaya kepada Kristus
melaksanakan pelayanan sebagai imam dalam bait suci ini (Ibr. 13:15,16; 1
Pet. 2:9; Why. 1:6).
b. Gereja juga disebut sebagai tubuh Kristus (Roma 12:4; 1 Kor. 12:12-27; Ef.
1:22,23; 3:6; 4:4,12,16; 5:23,30; Kol. 1:18,24; 2:19; 3:15). Dalam hal ini
gereja dianggap sebagai sebuah organisme, yang memiliki hubungan yang
sangat penting dengan Kristus.
2. Gereja yang lokal. Dalam arti ini gereja dipakai untuk menunjuk kepada
sekelompok orang-orang percaya yang terkumpul di satu tempat. Misalnya,
adanya gereja di Yerusalem (Kis. 8:1; 11:22), Efesus (Kis. 20:17), Kengkrea
(Roma 16:1), Korintus (1 Kor. 1:2; 2 Kor. 1:1). Juga di Laodikia (Kol. 4:16),
Tesalonika (1 Tes. 1:1; 2 Tes. 1:1).
b. Konsep Anglikan
Gereja Kristus yang kelihatan adalah sebuah jemaat yang terdiri dari orang-
orang percaya, dimana firman Allah yang murni dikhotbahkan, serta sakramen-
sakramen dilayankan dengan sebagaimana mestinya sesuai dengan perintah
Kristus.
c. Konsep Reformasi
Gereja yang am atau gereja universal, yang tak kelihatan, terdiri dari seluruh
jkumlah orang yang terpilih...Gereja yang kelihatan, yang juga am atau
universal menurut Injil, terdiri dari semua orang di seluruh dunia yang
mengakui iman yang benar, bersama dengan anak-anak mereka.
d. Konsep Baptis
Gereja adalah suatu kumpulan orang-orang kudus yang kelihatan, yang
dipanggil dan dipisahkan dari dunia oleh Firman dan Roh Allah, untuk
memberikan pengakuan iman yang kelihatan tentang Injil setelah mereka
dibaptiskan ke dalam iman tersebut
e. Konsep Lainnya
Gereja yang nampak sebagai “sejumlah besar orang yang menyebar di seluruh
dunia, yang mengakui menyembah kepada satu Tuhan di dalam Kristus;
disatukan dalam iman ini melalui baptisan; mengakui kesatuan mereka dalam
doktrin dan kebaikan melalui Perjamuan Kudus; percaya kepada Firman Tuhan,
dan untuk pemberitaan Firman itu mereka melakukan pelayanan yang ditunjuk
oleh Tuhan.”
III. BERDIRINYA GEREJA
1. Gereja adalah umat perjanjian Allah yang dikaitkan dengan panggilan Abraham
dan janji yang diberikan kepadanya sebagai permulaannya.
2. Gereja adalah orang-orang yang percaya pada janji Allah kepada Adam (Kej.
3:15). Oleh karena itu gereja telah mulai jauh sebelum panggilan Abraham.
6. Gereja sudah ada dalam rencana Allah dikekekalan masa lampau (Ef. 1:4),
tetapi realitasnya gereja dimulai pada Pentakosta, karena gereja, dengan
hakekatnya sebagai tubuh Kristus, bergantung pada karya Kristus yang telah
selesai (Kis. 20:28) dan kedatangan Roh Kudus.
a. Kawanan doamba Allah (Luk. 12:32, bdg. Mrk.14:27; Yhn. 10:16; “domba-
dombaKu” (Yhn. 21:15-16)
3. Gereja sebagai suatu yang rahasia dalam komposisi (Roma 16:25; 1 Kor.
2:7,10; Kol. 1:26-27; Ef. 3:5-6; Gal. 3:28)
4. Manusia Baru
Berkaitan dengan sifat rahasia, ciptaan Allah dalam gereja disebut manusia baru
(Ef. 2:15). Tembok pemisah telah dirobohkan dan hukum Taurat beserta
perintah-perintah dan ketentuannya telah dibatalkan (Ef. 2:14-16). Akibatnya
adalah ciptaan baru (Gal. 6:15), satu manusia baru (Ef. 2:15). Kata baru
(Y:kaionos) yang digunakan dalam ayat tersebut mempunyai pengertian baru
dalam sifat atau macamnya.
C. Pondasi Gereja
b. Kenaikan Kristus. Gereja ada sesudah kenaikan Kristus. Sebab ketika Dia
naik, “membagi-bagikan karunia” kepada manusia (Ef. 4:8). Karunia-
karunia rohani yang padanya fungsi gereja bergantung dianugerahkan
melalui roh, yang diutus oleh Kristus sesudah kenaikannya (Yoh. 16:7).
Pendiri gereja itu juga menjadi Batu Penjuru melalui kematian dan
kebangkitan-Nya (Kis. 4:11; Ef. 2:20).
2. Para Rasul dan Nabi. Alkitab menunjukkan bahwa para rasul dan nabi sebagai
unsur pondamen dalam struktur gereja. Rumah Allah dibangun atas dasar para
rasul dan nabi, Kristus sendiri sebgai batu penjuru (Ef. 2:20).
D. Permulaan Gereja
Gereja dimulai di Yerusalem pada hari pentakosta. Pada hari itu Roh dicurahkan
atas murid-murid untuk membentuk tubuh Kristus.
1. Segi oknum: gereja dibentuk oleh Roh Kudus (1 Kor. 12:13; Ef. 1:22-23; 5:30;
Kol. 1:18).
2. Segi waktu: gereja dibentuk pada hari Pentakosta (Kis. 1:5b). Tidak dapat
disangkal bahwa pada hari Pentakosta, gereja didirikan. Gereja belum ada dalam
zaman Perjanjian Lama, namun baru ditetapkan pada Hari Pentakosta dengan
bukti-bukti sebagai berikut:
“Terbentuknya jemaat yaitu pada hari Pentakosta. Sebelum hari itu sudah ada
orang-orang yang telah percaya kepada Tuhan Yesus, tetapi pada hari itulah
jemaat terbentuk. Murid-murid Tuhan berhimpun dengan sehati di Yerusalem
dan tiba-tiba Roh Kudus turun ke atas mereka, dan demikianlah jemaat Kristus
terbentuk. Akan tetapi dasar jemaat telah diletakkan oleh Tuhan Yesus sendiri,
yang berkata, ‘Di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat- Ku.’
(Matius 16:18,19).”
1. Permulaan
Pusat permulaan gereja adalah Yerusalem. Setiap tugas Kristen mulai dari sana.
Bahkan rasul Paulus tidak mulai dari Damsyik, tetapi dari Yerusalem (Roma
15:19). Yerusalemlah tempat di mana Kristus mati, bangkit dan naik ke sorga
(Kis. 1:3,9). Lagi pula banyak peristiwa ajaib terjadi di Yerusalem (Kis. 5:16),
pengajaran para rasul ditengah ancaman dari pemimpin Yahudi (Kis. 5:42). Dan
ribuan orang percaya ditambahkan pun terjadi di Yerusalem (Kis. 2:41; 4:4; 6:7)
2. Peralihan
Peralihan yang hebat mengakibatkan penyebaran orang percaya dari Yerusalem
ke daerah Yudea dan Samaria, kecuali para rasul (Kis. 8:1). Selama masa
peralihan gereja tersebar hampir seluruh Timur Tengah, pengabaran Injil telah
terdengar sampai tempat yang jauh seperti Yudea, Samaria, Damsyik, Foenesia,
Siprus, dan Antiokia.
1. Sidang Allah
Gereja adalah sidang Allah, permulaannya, sejarahnya dan kemulaiannya
terletak pada kehendak dan kuasa anugerah Allah. Gereja adalah umat yang
dipanggil oleh Allah, disatukan dalam Kristus dan didiami oleh Roh Kudus.
a. Dipilih Allah
Gereja dipilih dalam Kristus (Ef. 1:4). Anggota gereja adalah orang- orang
pilihan Allah (Roma 8:23) atau orang-orang yang dipilih (1 Pet. 1:2; 2 Tim
2:10).
a. Setia
Kata setia diambil dari bahasa Yunani “pistoi”(pistoi), berarti “orang-orang
percaya” atau “setia”. Seperti “jemaat” Efesus dan Kolose. Paulus
menyebutnya “orang-orang kudus” dan “setia” (Ef. 1:1; Kol. 1:2; Kis. 2:44;
4:22; 1 Tes. 1:7).
b. Murid
Secara literal istilah murid berarti “seorang pelajar” dan menunjuk orang
yang setia terhadap pemimpin, dengan mengikuti ajarannya (Ef. 4:20-21).
d. Saudara
Persekutuan orang percaya dalam PB Persaudaraan (Rm. 8:29; Ef. 6:23; 1
Tim 6:2). Istilah perseudaraan (brethren) berarti kesamaan di hadapan Tuhan
(1 Tim. 6:2).
1. Gereja bergantung kepada kepala yang adalah Kristus (Kol. 1:18; bdg
1:24; 2:19; Ef. 1:22-23; 4:4, 12, 16; 5:30; 1 Kor. 12:12-13; Rm. 12:5).
Sumber: Hubungan yang vital antara tubuh dengan kepala tubuh, yaitu Kristus
sendiri, yang adalah kepala gereja yang berarti menyatakan kehadiran-Nya
(Roma 8:23; 2 Kor 3:1; Gal.4:6; Fil.1:19; 1Pet.1:11). Kehadiran Kristus ini
berhubungan dengan kesatuan dengan orang-orang percaya; dan kehadiran-
Nya itu merupakan jaminan dan pertanda bahwa seseorang adalah milik
Kristus dan berhak menjadi sasaran kasih dan pelayanan-Nya.10 Sebagai
Kepala, Kristus terlibat dalam proses penyucian yang berlangsung atas orang
percaya (posisional – progressive – perfect). Di pihak lain tubuh-Nya
bergantung mutlak kepada-Nya (Flp.4:13)11
a. Kesatuan
Sebagaimana tubuh dibentuk dari banyak anggota, namun satu adanya,
demikian juga gereja (1 Kor. 12:3-5; 12:25 dst.; 1 Kor. 14:33).
10
Pdt. Chris Marantika, Th.D., D.D. Kristologi. Yogyakarta: Iman Press, 2008, h.114.
11
Ibid. h.117.
b. Keanekaragaman
Tubuh secara fisik tidak disusun dari satu anggota, tetapi banyak anggota (1
Kor. 12:14), dan anggota-anggota itu haruslah berbeda (1 Kor 12:17-20).
Anggota-anggota yang berbeda sangat diperlukan (17), yang lemah (22),
yang kurang terhormat (23). Seperti dalam tubuh Kristus berbagai macam
anggota dalam tubuh Kristus, namun semua diperlukan.
c. Kebersamaan
Dalam kegiatan tubuh manusia dituntut kebersamaan dan ketergantungan
dari anggotanya masing-masing demikian juga tubuh Kristus menuntut
kebersamaan. Ini berarti ketergantungan satu dengan yang lain dan
kebersamaan fungsi tubuh (1 Kor. 12:21-25).
a. Bicara Kepemimpinan
Makna utama dari arti kepala tubuh adalah kepemimpinan yang berkuasa
(Kol 2:16-18,21 dst).
Karena kepenuhan dalam Kristus, tubuh tidak mencari yang lain. Istilah
“lengkap” (Bhs. Yunani: menjadikan penuh) dalam Dia (Kol. 2:10; Ef. 3:19;
Ef. 4:13; Ef. 1:23).
“Kepenuhan-Nya” disampaikan kepadanya; dan gereja dikatakan menjadi
Pleroma (kepenuhan).
Gereja berbicara tentang tubuh yang fana sebagai “rumah di dunia” atau “skema”
(Bhs. Yunani; Terj. Inggris “tabernakel”) dan menyebut tubuh kebangkitan
“bangunan Allah adalah rumah yang tidak dibuat dengan tangan manusia” (2 Kor.
5:1). Petrus juga menunjukkan tubuhnya yang fana dalam bentuk bangunan, dengan
menyebutnya “skema” (Bhs. Yunani; Terj. Bhs. Inggris “tabernakelku”.; 2 Ptr.
1:14).
a. Fondasi
Bangunan gereja didasarkan pada pribadi dan karya Kristus (1 Kor. 3:10- 11).
b. Batu Penjuru
Hal yang dekat dengan dasar bangunan adalah batu penjuru, yang juga
diidentifikasikan dengan Kristus (Ef. 2:20; 1 Ptr. 2:4-8, “batu penjuru”). Batu
penjuru amatlah penting bagi tegaknya struktur simetris dari suatu bangunan.
c. Batu-batu
Batu-batu bangunan diuraikan oleh rasul petrus sebagai “batu yang hidup” (1
Ptr. 2:5). Mereka telah menerima kehidupan dari “batu yang hidup” yang
adalah Kristus, yang mempunyai hidup di dalam diri-Nya sendiri (Yoh. 5:26)
da memberikan kehidupan-Nya kepada mereka yang datang kepada- Nya.
2. Konstruksi Bangunan
Proses dan bentuk bangunan dirinci oleh rasul dalam Efesusn 2:20-22. Ada tiga
tahap dalam membangun yaitu: fondasi, diatur rapi, dan ditambah dengan
berikutnya.
c. Peningkatan Bangunan
Bangunan gereja disusun oleh para rasul sampai lengkap (Ef. 2:21).
3. Sifat Bangunan
Sebagaimana imam-imam dalam Bait Suci PL,Bait Suci tidak lengkap jika tidak
ada imam yang melayani, demikian juga gereja. Petrus mengumumkan bahwa
orang-orang percaya PB “sebagai batu hidup, yang dipakai untuk membangun...”
(1 Ptr. 2:5, 9).
1. Pekerjaan Imam
Istilah dasar dalam PL adalah “cohen” (cohen) berasal dari akar kata yang berarti
“yang berdiri di hadapan Allah dan melayani Dia. Konsep ini juga mengarah
berdiri”, kemudian bermakna orang gagasan berdiri untuk mewakili yang lain,
lalu bermakna tugas utama imam. “Seluruh bangsa israel disebut Kerajaan
Imam” (Kel. 19:6).
PEKERJAAN IMAM
PL PB
Imam berdiri melayani Allah. Gereja berdiri sebagai Imamat
Hanya Imam yang dapat/boleh Rajani (1 Pet. 2:9).
berdiri mewakili umat. Gereja (semua orang percaya)
Hanya Imam Agung/Besar saja dapat bertemu Allah langsung (Ibr.
yang dapat masuk Ruang Maha 10:19-21; 9:24-28).
Kudus. Gereja tidak perlu Imam khusus.
2. Persyaratan Imam
Para imam dalam PL terdiri dari orang-orang yang dipilih Allah lewat nabi-
Nya, kemudian dipisahkan sebagai orang-orang kudus. Orang-orang yang
demikian yang dapat mendekati Allah. Persyaratan yang sama dapat kita jumpai
dalam keimanan gereja.
PERSYARATAN IMAM
PL PB
1. Dipilih Allah lewat nabi-Nya 1. Dipilih Allah dalam Yesus Kristus
(Ibs. 5:1, 4:7, 28).
2. Disucikan Allah. 2. Disucikan Allah.
Dalam upacara pentahbisan Dalam kelahiran baru (Ibr.
yang sakral (Kel 29:4). 10:22, Tit. 3:5).
Pemakaian Jubah (Kel. 29:5-6; Memakai jubah Kristus.
28:40-41).
3. Diurapi minyak. 3. a. Dibaptis Roh Kudus (1 Pet.
1:2).
Dalam kelahiran baru (Ibr.
10:22, Tit. 3:5).
Memakai jubah Kristus.
3. b. Diurapi Roh Kudus (1 Yoh.
2:20-27).
4. Mempersembahkan korban. 4. Mempersembahkan diri untuk taat
Korban persembahan bagi dosa, dan diperciki darah Kristus (1 Ptr.
yaitu korban bakaran. 1:2; Ibr 12:24).
Korban persembahan syukur.
Korban persembahan darah
domba (pemercikan).
3. Tugas/Fungsi Imam
Hak istimewa Imam dalam memasuki hadirat Allah adalah tugas pelayanannya.
Perjanjian Baru menyatakan fungsiyang sama dengan Imam dalam Perjanjian
Lama.
E. Mempelai Perempuan
Gambaran terindah mengenai gereja adalah mempelai perempuan Kristus.
Gambaran pernikahan digunakan dalam PL, adalah ikatan antara Allah dengan
Israel (Yes. 54:5-6; 62:5 bdg. Hos. 2:27). Konsep ini tidak dipakai secara luas, tetapi
dalam PB memberi pemahaman tentang hubungan gereja dengan Kristus.
b. Ungkapan kasih
Bukti kasih suami kepada istri adalah perhatiannya terhadap kesejahteraan
istri (Ef. 5:29 bdg. 4:7). Ia akan menjaga dan melindunginya (Ef. 5:23).
1. Domba-domba
Gambaran ini telah dipakai dalam PL (Mzm. 23:1; 80:1; 79:13; 100:3; Yes.
40:11). Dalam Perjanjian Baru gereja terdiri atas domba-domba dari Israel dan
dari bangsa-bangsa kafir (Yoh. 10:16).
a. Pemilik Domba
Gereja sebagai umat Allah yang baru aadalah “kawanan domba Allah” (1 Ptr.
5:2). “Kawanan domba Kristus” (Yoh. 10:27; 21:16). Jadi pemilik domba
(gereja) adalah Yesus Kristus.
b. Menggembalakan Domba
Kristus buka saja menebus gereja tetapi juga menyediakan kebutuhan (Yoh.
10:24), memberi makan (Yoh. 21:16; 1 Ptr. 5:2; 2 Tim. 4:2; 3:16-17; Kis.
20:27), melindungi (Mzm. 23:4; 2 Tim. 3:1-1; 2 Ptr. 2:1-3).
A. Pendahuluan
1. Pandangan Umum
a. Gereja sama dengan kerajaan, maka gereja memilki otoritas yang mutlak di
atas bumi (Agustinus, City of God).
c. Gereja sebagai penetap hukum Allah dalam Perjanjian Allah sebagai alat
yang terutama untuk mecapai tujuan tersebut (Teonomi).
d. Keutuhan Kristus mengatasi semua struktur dunia, gereja sebagai alat yang
terutama untuk mencapai tujuan tersebut (Teologi Reformasi).
2. Definisi Kerajaan
“Kerajaan adalah suatu komunitas yang terorganisasi secara politis. Syarat-
syarat adalah ada penguasanya, ada rakyatnya (yang diperintah) dan
wilayahnya.”12
a. Kerajaan Universal
Allah adalah penguasa; Ia berkuasa atas segala sesuatu; kekuasaan Allah
adalah dalam sepanjang waktu dan kekekalan (1 Taw. 29:11; Mzm. 145:130;
96:13; Dan. 2:37; Why. 15:3; Mzm. 110:6).
12
Charles C. Ryrie, Teologi Dasar Buku 2. Yogyakarta: Yayasan ANDI, 2002, h. 189.
c. Kerajaan Rahasia (Mat. 13:11, 39, 40)
Penguasanya adalah Allah; Ia memerintah orang-orang bumi yang telah
mempertalikan diri mereka secara positif, netral, atau negatif terhadap
“Kerajaan Kristus” (mencakup semua orang yang sungguh percaya, yang
hanya mengakaui dengan mulut yang menolak, bahkan yang melawan).
Waktunya adalah di antara kedua kedatangan-Nya.
d. Kerajaan Rohani
Kristus adalah penguasa; Ia hanya memerintah atas orang-orang percaya,
kerajaan ini sudah ada pada masa kini (Kol. 1:15).
b. Gereja bukan bagian kerajaan Mesianik. Karena gereja telah diangkat dan
akan memerintah bersama Kristus.
d. Gereja yang sejati, tubuh Kristus, adalah sama dengan kerajaan rohani.
1. Orang Israel dan non-Israel dibedakan dengan jelas setelah gereja ditetapkan
(Kis. 3:12; 4:8; 5:21, 31, 35; 21:19).
2. Israel dan gereja dibedakan secara jelas. Gereja bukan Israel (1 Kor. 10:32).
3. Istilah “kai” dalam Bahasa Yunani (Gal. 6:6) bersifat empati. Memberi
tekanan akan perbedaan Israel dengan gereja (bdg. Mar. 16:7; kis. 1:14).
VI. KEPEMIMPINAN DALAM GEREJA
A. Pendahuluan
2. Pemimpin gereja melaksanakan tugasnya di gereja lokal (Fil. 1:1; Tit. 1:5; Kis.
20:17).
3. Perbedaan karunia dan pelayanan semua anggota diberikan untuk pelayanan
bersama (1 Kor. 12:7).
1. Penatua
a. Istilah-istilah
(1). Penatua dan Penilik menunjuk orang yang sama (Tit. 5,7; Kis.
20:17,28). Istilah tersebut dapat dipertukarkan.
(2). Gembala menunjuk kepada karunia rohani (Ef. 4:11) dan bukan tugas.
Oleh sebab itu, penatua melaksanakan tugas-tugas penggembalaan (Kis.
20:28; 1 Pet. 5:1,2).
b. Pengertian
(1). Penatua (presbuteros), menerima tanggung jawab atas dasar hikmat
dan pengalamannya. Ia lebih dewasa secara fisik dan rohani. Istilah ini
dipinjam dari Synagoge Yahudi.
(2). Penulis (etskopos), mengawasi atau menjaga umat.
c. Jumlah
Jumlah penatua lebih dari satu (jamak) pada tiap-tiap gereja lokal (kis. 11:30;
14:23; 16:4; 1 Tes 5:12; Yak 5:14). “Penilik” bentuk tunggal (1 Tim. 3:1)
dipakai sebagai perwakilan kelompok.
d. Tanggung Jawab Penatua
(3). Mengajar
(a). Mampu mengajar (1 Tim. 3:2).
(b). Mengajar dengan giat (1 Tim. 5:17; 2 Tim 2:24).
(23). Berpegang pada perkataan yang benar, baik untuk menghimbau atau
meyakinkan (Tit. 1:9).
Kemampuan baca (melek huruf) bukan syarat bagi calon penatua, tetapi
seorang penatua harus tahu Alkitabnya; ini berarti keinginan untuk
belajar harus dilihat sebelum ia dicalonkan menjadi penatua. Bukan itu
saja, ia harus berpegang pada Alkitab supaya mampu menghimbau dan
meyakinkan baik orang yang percaya maupun yang tidak percaya.
f. Penetapan Penatua
(1). Roh Kudus menetapkan para penatua dalam tiap-tiap jemaat (Kis.
20:28).
2. Diaken (diakonos)
b. Jumlah: Lebih dari satu (jamak) dalam tiap-tiap gereja lokal (Flp. 1:1; 1
Tim. 3:8).
(2). Dalam Kis. 6:6 dilaporkan prototipe tugas diaken. Tanggung jawab
mereka adalah melayani, persis seperti arti kata yang digunakan.
(5). Memelihara iman dengan hati nurani yang suci (1 Tim. 3:9).
e. Penetapan Diaken
(1). Prinsip yang sama untuk penetapan penatua diterapkan pada penetapan
diaken.
(2). Diaken diuji sebelum ditetapkan.
3. Diaken Wanita, syamas (dunaikas).
(1). Mereka adalah wanita yang tidak menikah yang membantu diaken
(Robert M. Lewis).
(c). Wanita tidak menjadi pemimpin dalam gereja (1 Tim. 2:11, 12; 1
Kor. 14:34).
(1). Sama dengan diaken pria tetapi lebih dibatasi dalam hal berbicara.
(2). Pada abad kedua, tanggung jawab mereka membaptis dan mengunjungi
wanita-wanita, mengunjungi yang sakit dan keluarga, serta memberi
tumpangan.
4. Tanggung Jawab jemaat terhadap pemimpin-pemimpin
A. Definisi
“Pemerintah adalah sistem yang dianut bangsa atau masyarakat yang diperintah,
yaitu bentuk atau macam politik” (The Oxford English Dictionary IV:318).
1. Hamba
Konsep hamba ditekankan oleh Alkitab. Corak kepemimpinan gereja berbeda
dengan kepemimpinan orang-orang Farisi (Mat. 23:1-2). Para penatua
pemimpin dengan teladannya (1 Ptr. 5:3). Mereka dipandang sebagai orang
yang melayani (1 Tes. 2:1-3). Pemerintah gereja hendaknya mengikut corak
seperti ini.
2. Kebersamaan
Konsep kebersamaan pelayanan juga ditekankan dalam Alkitab. Lagi, apapun
bentuk pemerintahan gereja, jangan lupa prinsip ini. Setipa anggota tubuh
mempunyai minimal satu karunia (1 Kor. 12:7). Karunia-karunia ini diberikan
untuk kepentingan bersama. Keanekaragaman karunia diperlukan untuk saling
membangun (1 Kor. 14:5). Semua orang percaya berkumpul dan
memperhatikan untuk saling mendorong dan berbuat baik (Ibr. 10:24-25).
Semua orang percaya adalah iman (1 Ptr. 2:9).
a. Definisi:
Kristus satu-satunya pemimpin Gereja. Oleh karena itu tidak perlu sistem
pemerintahan Gereja.
(d). Karena tidak ada pemerintahan gereja yang dinyatakan secara jelas,
maka tidak perlu menambahkannya.
(2). Kritik:
(a). Pertemuan-petemuan yang dibuat mengisyaratkan adanya
organisasi (Kis. 2:41, 4:4).
(e). Sekalipun Kristus adalah Kepala gereja, dan Ruh Kudus mengontrol
pertemuan, sebenaranya dapat juga melalui pemimpin- pemimpin.
(g). Pesan utama Paulus kepada gereja Korintus (Ps. 12-14) agar
berorganisasi.
2. Bentuk Pemerintahan Nasional
a. Definisi:
Kepala Negara menguasai gereja, warga negara sekaligus warga gereja.
b. Contoh:
Gereja Lutheran di Skandinavia, dan Gereja Inggris.
c. Evaluasi:
(1). Dukungan:
Allah menetapkan raja-raja atau pemerintahan-pemerintahan. Sehingga
raja dapat menjadi kepala gereja. Israel di bawah raja Daud adalah
contoh yang baik.
(2). Kritik:
(a). Mencampur adukan gereja dengan Israel adalah keliru.
(b). Tidak ada penjelasan sama sekali bahwa gereja secara langsung
adalah pemrintahan.
EPISKOPAL
Hierarki
USKUP
Pastor/Imam
Diaken
(2). Monarki:
Bentuk pemerintahan ini menempatkan seorang di atas semua yang
lain, wewenangnya sempurna.
MONARKI
Paus-Eks Katherdal
Hierarki
USKUP
Imam
Diaken
c. Evaluasi:
(1). Dukungan:
(a). Selain penatua dan diaken ada pejabat ke tiga (1 Tim. 3:1).
(b). Secara historis ada tidak jabatan pada pertengahan abad ketiga.
(d). Timotius dan Titus adalah contoh yang memiliki wewenang atas
beberapa gereja.
(2). Kritik:
(a). Penatua dan penilik adalah orang yang sama (Tit. 1:5-7).
a. Definisi:
“Pemerintahan gereja dilaksanakan oleh para penatua yang mewakili
jemaat.”
PRESBETERIAL
Persidangan Sinode
Klasis
Pendeta
Majelis
b. Contoh: Gereja Presbyterian. Beberapa gereja Sinode yang lain.
c. Evaluasi:
(1). Dukungan:
(a). Pengurusan gereja dilaksanakan oleh para penatua (Kis. 15:22, 23;
1 Tim. 3:4, 5).
(b). Disebutkan dalam Alkitab para penatua yang mengajar dan yang
mengurus (1 Tim. 5:17).
(2). Kritik:
(a). Tidak ada perbedaan antara penatua yang mengajar dan yang
mengatur (1 Tim. 5:17).
(b). Tidak ada dasar badan yang berwenang atas gereja-gereja lokal.
Walaupun gereja-gereja mengutus wakilnya ke Yerusalem, mereka
melibatka diri sebagai sukarelawan bukan karena memenuhi
peraturan. Mereka berkumpul secara sukarela untuk membicarakan
doktrin bersama.
a. Definisi:
“Jemaat lokal bersifat otonom. Wewenang tertinggi terletak pada anggota
jemaat. Gembala tidak mempunyai wewenang lebih tinggi daripada anggota
jemaat lainnya. Ia adalah kaum awam yang melayani penuh waktu.
KONGGREGASIONAL
Kekepalaan Kristus
Autonomi Lokal
Keimanan Orang
Percaya
Pendeta/Gembala
Diaken
b. Contoh:
Gereja-gereja Baptis, sejumlah gerej-gereja Injili, gereja-gereja Pentakosta,
gereja-gereja Kristus, gereja-gereja Alkitab yang lain.
c. Evaluasi:
(1). Dukungan:
(a). Tidak ada badan yang berwenang di atas gereja lokal.
(2). Kritik:
(a). Walaupun seluruh anggota memikul tanggung jawab menjaga
ketertiban, pelaksanaan disiplin, menutus utusan, tetapi tidak semua
orang harus dilibatkan dalam proses. Sebenarnya, para rasul dan
jemaat ambil bagian (Kis. 6:1-5; 15:2). Pemimpin mengorganisasi
sehingga mempertinggi pelayanan bersama.
6. Ringkasan
Tidak ditentukan cara pemilihan para penatua, maka gereja lokal bebas
menentukan caranya.
Oleh karena banyak perhatian tidak berfokus pada pemerintahan gereja, kita
sebaiknya mengutamakan apa yang menjadi fokus Allah, yaitu kualifikasi
pemimpin, kepemimpinan yang berprinsip hamba, dan pelayanan bersama.
VIII. PERATURAN (ORDONANSI) GEREJA
A. Pendahuluan
2. Ada perintah dalam Alkitab yang menuntun kita kepada pemahaman peraturan
gereja, dari pada memakai tradisi sebagai sumber.
3. Pendefinisian atas kunci istilah itu, atau pengertian tambahan yang tidak jelas
telah menimbulkan kebingungan. Oleh karena itu perlu dibuat definisi dari
istilah itu secara jelas:
a. Sakramen
13
R.J. Porter, Katekisasi Masa kini. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1987, h.
180.
14
Louis Berkhof, Teologi Sistematika, Volume 5. Surabaya: Lembaga Reformed Injili Indonesia,
1997, h. 125.
15
R. J. Porter, Ibid. h. 178.
b. Ordonansi
B. Baptisan
1. Ketetapan
a. Perintah
Perintah membaptis merupakan bagian dari Amanat Agung:
“Pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu, baptislah mereka dalam
nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus.” (Mat. 28:19).
c. Para Rasul melakukan baptisan (Tuhan sendiri tidak melakukan) (Yoh. 4:1-
2).
16
Charles C. Ryrie, Teologi Dasar, Buku 2. Yogyakarta: Yayasan ANDI, 2002, h. 222.
17
Dr. W.A. Criswell dan Dr. Eddy Peter Purwanto. Aku akan Membangun Jemaat-Ku. Kuta Bumi
– Tangerang: Sekolah Tinggi Teologi Injili Philadelphia, Cetakan Pertama: 2007
2. Arti Baptisan
Makna baptisan adalah pengakuan iman dalam Kristus (Roma 6:3-4; 1 Pet. 3:21;
Kis. 8:37), yang berhubungan dengan pengakuan di depan umum bahwa Yesus
Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat (Kis. 2:38; 10:48; 8:16). Calon baptisan
dihubungkan oleh iman dengan Tuhan yang atas nama-Nya ia dibaptis, supaya
dalam pengertian tertentu ia ikut serta dalam kematian dan kebangkitan Kristus
(Kol. 2:12).
Di dalam perintah Tuhan Yesus yang terdapat dalam Mat. 28:18-20; Mrk.
16:15,16, yaitu membaptis mereka atas nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Di
dalam bahasa asli yang terpenting ialah “masuk ke dalam” (eis:eis). Masuk ke
dalam berarti menjadi milik yang kekal dari Allah Tritunggal. Ini meliputi tiga
arti18, yakni: a) upacara masuk ke dalam Kristus, masuk ke dalam gereja.
b) ke luar dari dunia, hanya untuk Tuhan dan c) mempunyai arti disucikan
secara rohani.
3. Pengaruh Baptisan
Alkitab mengajarkan dengan jelas bahwa keselamatan hanya dengan iman (Ef.
2:8-9). Baptisan tidak mempengaruhi secara rohani/bukti kedewasaan rohani
dan juga tidak mengampuni dosa (Kis. 2:38). Ajaran baptisan yang
mengakibatkan kelahiran baru adalah keliru. Oleh karena itu, baptisan tanpa
iman, sia-sia (Kol. 2:12). Jadi keselamatan melalui iman, baptisan sebagai
ungkapan iman/proklamasi. Baptisan hanyalah pertanda keselamatan.19
18
Peter Wongso, Theologia Penggembalaan, cetakan V. Malang: Seminari Alkitab Asia
Tenggara, 1996, h. 61.
19
R. J. Porter, Katekisasi Masa Kisi. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1987, h.
186.
4. Calon Baptisan
a. Perintah Kristus adalah agar membaptis murid.(Mat. 28:19)
Menjadi murid terlebih dahulu diselamatkan melalui iman.
b. Contoh-contoh dalam Alkitab menyatakan dengan jelas bahwa baptisan
dilakukan untuk orang-orang yang telah percaya (Kir. 2:41; 8:12; 8:36-38;
9:18; 10:44-48; 18:18; 19:5).
c. Baptisan Anak-anak
(2) Tanda keanggotaan. Bayi dari seorang jemaat yang berada di dalam
lingkungan gereja. Anak seorang jemaat bersama-sama dengan orang
tuanya adalah dipandang sebagai umat Allah. Sebagai tanda masuk
dalam keanggotaan gereja harus dibaptis.
(3) Anak orang percaya. Baptisan pada usia bayi hanyalah untuk anak dari
orang yang sudah percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan
20
Ibid.
21
Katekismus Heidelberg. Terjemahan Departemen Dogma dan Penelitian Sinode GKT, h. 52.
Juruselamat (yaitu anak dari orang yang sudah sidi). Pada pembaptisan
anak, orang tua berjanji untuk mendidik si anak percaya kepada Tuhan
Yesus dan membesarkannya sesuai dengan Firman Allah. Jelas bahwa
orang tua tidak mungkin dapat membesarkan anak untuk percaya
kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, kalau orang tua sendiri
belum mengenal Dia. Janji-janji Tuhan diberikan kepada orang yang
takut akan Dia dan melakukan titahNya (Mzm. 103:17, 18).
(2) Pendapat Seisi Rumah. Mungkin sekali bahwa beberapa bayi setidak-
tidaknya termasuk dalam seisi rumah tersebut (Kis. 11:14; 16:15,31;
18:8; 1 Kor. 1:16). Ada yang berpendapat juga bahwa menurut 1 Kor.
7:14 bukan saja mengizinkan, namun mengharapkan baptisan bayi
dalam suatu rumah tangga di mana salah satu orang tuanya telah
menjadi percaya.
5. Baptisan Ulang
Hanya ada satu contoh yang jelas tentang orang yang dibaptis dua kali (Kis.
19:1-5). Kedua belas orang ini, yang telah dibaptis oleh Yohanes Pembaptis,
dibaptis kembali oleh Paulus setelah mereka mempercayai berita tentang
Kristus. Hal ini memberikan suatu contoh tentang perlunya konseling bagi
mereka yang telah dibaptis entah sebagai bayi, remaja, atau orang dewasa yang
belum percaya kepada Kristus, demikian kata Ryrie.22
6. Cara Baptisan
Dewasa ini terdapat tiga cara untuk membaptis orang: diselam, dipercik, dan
dituangkan. Bagi yang berpegang pada baptis selam, beranjak dari istilah
“dibaptis” berarti “dicelupkan”, dengan demikian mereka menegaskan bahwa
cara selam adalah yang paling cocok dengan makna istilah itu. Tetapi mereka
pun tidak menutup kemungkinan diperlakukan baptis dengan dengan cara
dipercik atau dituangkan; yakni bila ada hal-hal yang mengharuskan demikian.
Misalnya kekurangan air atau sebagai penyesuaian terhadap orang yang sakit,
dan sudah lanjut usia.
Sedangkan yang berpegang baptisan percik, memberikan beberapa argumen
sebagai berikut:23
22
Charles C. Ryrie, Teologi Dasar, Buku 2. Yogyakarta: Yayasan ANDI, 2002, h. 226.
23
Ibid., h. 226.
(membenamkan, mencelup), ‘mencelupkan’ (Luk. 16:24; Yoh 13:26;
Why 19:23). Kata benda ‘baptismos’ dimaksudkan sebagai ”mandi”
menurut Taurat Musa (Mrk 7:4, 8; Ibr. 6:2; 9:10).
Justinus Martir, filsuf Kristen yang lahir pada tahun 95 di Flavia (Nablus),
Smirna, mengemukakan tentang tempat dan cara baptisan yang telah dilakukan
pada tiga abad pertama, yaitu sebagai berikut:24
Pokok ini paling sering diperdebatkan. Tetapi jika arti baptisan dipahami
dengan benar, maka cara baptisan bukan merupakan pokok utama. Dalam hal
ini Thiessen mengingatkan: “Kita harus selalu berhati-hati untuk tidak
menjadikan cara baptisan itu lebih penting dari kebenaran yang
dilambangkannya.”25
C. Perjamuan Kudus
1. Arti dan Maknanya
“Perjamuan kudus adalah ordonansi kedua dalam Alkitab (Kis. 11:20).
Perjamuan kudus adalah makan roti dan minum anggur.”
24
Phillip Schaff, History of the Christian Church. Grand Rapids, ML: W.B. Berdmans, 1988, II,
247.
25
Henry C. Thiessen, Teologi Sistematika. Malang: Gandum Mas, 2003, h. 501.
Istilah Perjamuan Kudus biasanya menunjuk pada roti dan anggur saja (1 Kor.
10:16). Kata ekaristi (eucharist) diuraikan dari kata Yunani yang berarti
mengucap syukur atas perjamuan (Mat. 26:27; 1 Kor. 11:24). Upacara ini juga
dikenal dengan “memecahakan roti” (Kis. 2:42; 20:27) dan “Perjamuan Tuhan”
(1 Kor. 10:21).
a. Prosedur
(1). Mendoakan, mengucap syukur atas roti dan anggur.
(2). Membagikan roti dan anggur.
(3). Mengingat Firman Yesus.
(4). Makan roti dan minum anggur
A. Pelayanan Disiplin
1. Tujuan disiplin
a. Untuk menghilangkan pengaruh noda dan ragi yang dibawa oleh dosa (1
Kor. 5:6-8).
b. Untuk menjaga orang percaya lainnya agar tidak berbuat dosa dan
mendorong mereka untuk hidup suci (Gal. 6:1; 1 Tim. 5:20).
c. Untuk memproduksi iman yang sehat (Tit. 1:13).
d. Untuk menegur dan memulihkan saudara seiman yang berbuat dosa.
3. Prinsip-prinsip
a. Tidak bersikap memihak (1 Tim 5:21).
b. Tidak tergesa-gesa (Mat. 18:15-20).
c. Mengingat tujuan: perbaikan dan pemulihan (2 Kor. 2:6-8).
5. Juklak
Berikut Sabda Tuhan Yesus yang terkait dengan hal ini:
“Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia
mendengarkan nasihatmu, engkau telah mendapatkannya kembali. Jika ia tidak
mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas
keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan. Jika ia
tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan
jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang
yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai.” (Mat. 18:15-17).
Terkait dengan hal ini, berikut nasihat Robert Cowles kepada gembala jemaat,
tentang bagaimana harusnya yang dilakukan kepada jemaatnya:
“Tugas saudara sebagai pendeta atau gembala sidang ialah untuk mengawasi
dan memelihara kawanan domba serta memimpin mereka agar taat kepada
Kristus…betapun hebatnya kesalahan seseorang, saudara masih tetap
berkewajiban untuk melayani si pelanggar serta membawa dia kepada
pertobatan.” 26
B. Pelayanan Kepada Para Janda (Yak. 1:27; 1 Tim. 5:4, 8, 16, 5, 14, 9, 10)
C. Pelayanan Kasih (Yak. 2:2-3, 15-16; 1 Yoh. 3:17; kis. 11:27-30; 2 Kor. 8:18-22;
Flp. 4:16; 1 kor. 9:4-14; Gal. 6:10)
26
Robert Cowles, Gembala Sidang. Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1993, h. 89.
X. DAFTAR PUSTAKA
Brill, J. Wesley, Dasar Yang Teguh. Bandung: Yayasan Kalam Hidup, tt.
Lane, Tony, Runtut Pijar: Sejarah Pemikiran Kristiani. Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1996.
Menzies, William W. dan Horton, Stanley N., Doktrin Alkitab. Malang: Gandum
Mas, 1998.
R.J Porter, Katekisasi Masa Kini. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF,
1987.
Ryrie, Charles C., Teologi Dasar, Buku 2. Yogyakarta: Yayasan ANDI, 2002.
Schaff, Phillip History of the Christian Church. Grand Rapids, ML: W.B. Berdmans,
1988
Willem, F.D., Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh Dalam Sejarah Gereja. Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 1987.