Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENGERTIAN SEJARAH

Usaha untuk memulai apa saja dalam kehidupan pertama-tama adalah


mengetahui, memahami dan dapat menjelaskan arti pokok pembicaraan. Bertolak dari
pikiran di atas maka bab pertama ini memberi penjelasan kepada kita arti sejarah
Gereja, kesadaran sejarah, sejarah sebagai sebuah ilmu, sejarah gereja sebagai ilmu
teologi dan tujuan mempelajari sejarah gereja. Pembahasan bagian ini dimaksudkan
supaya Anda mendapatkan pengertian tentang sejarah gereja dengan seluruh aspek-
aspek di sekitarnya. Marilah sekarang kita membahas bersama untuk mendapatkan
pemahaman tentang konsep-konsep dasariah tersebut.

1. Arti Kata
Bila kita berbicara tentang Sejarah Gereja, perlu kita awali dengan suatu
pemahaman tentang pengertian Sejarah Gereja. Hal ini penting agar konteks
pembicaraan Sejarah Gereja menjadi jelas. Untuk itu, pada bagian awal ini
pertama-pertama kita pelajari pengertian kedua term: sejarah dan Gereja, yang
pada akhirnya akan membentuk suatu konsep utuh akan pemahaman Sejarah
Gereja.
1.1. Sejarah
Istilah Sejarah berasal dari kata Arab “syajarah” yang berarti: pohon
keturunan, asal-usul, silsilah (= daftar asal-usul keluarga, atau juga segala ikatan
kekeluargaan seseorang), riwayat (cerita kuno, hikayat), tarikh ( hari, bulan,
tanggal, perhitungan tahun).
Dalam kamus Bahasa Indonesia, kata sejarah menunjuk dua hal, yaitu
kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau; dan
pengetahuan atau uraian mengenai peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian
yang benar-benar terjadi di masa lampau.
Berdasarkan uraian-uraian di atas maka pemahaman akan sejarah
dimengerti secara obyektif dan secara subyektif, yang pada akhirnya bergerak ke
arah pembentukan ilmu sejarah yang mengundang orang untuk mempelajari
sejarah.
1.2. Gereja
Kata yang dipakai dalam bahasa Inggris dan Jerman untuk Gereja (Church,
Kirche) diambil dari kata sifat Yunani ”kuriake” yang berarti milik Tuhan. Kata
Gereja berasal dari kata Portugis Igreja yang diperkenalkan oleh misionaris
Portugis di Indonesia. Kata yang biasa dipakai dalam Kitab Suci adalah ekklesia
(dari kata kerja Yunani ”ekkalein” yang berarti memanggil keluar) yang berarti
pertemuan rakyat, terutama yang bersifat religius. Umat Kristen perdana
memandang diri sebagai umat yang dipilih Allah dan karena itu menamakan
dirinya Gereja. Di dalam Gereja, Allah mengumpulkan bangsaNya dari segala
ujung bumi.
Dalam pemakaian Kristen, gereja berarti pertemuan liturgis, tetapi juga
jemaat setempat atau seluruh persekutuan kaum beriman. Ketiga pengertian ini
tidak boleh dipisahkan satu dari yang lain. Gereja adalah umat yang Allah himpun
di seluruh dunia. Ia terdiri dari jemaat-jemaat setempat dan menjadi nyata sebagai
pertemuan liturgis, terutama sebagai pertemuan Ekaristi. Ia hidup dari Sabda dan
dari Tubuh Kristus dan karenanya menjadi Tubuh Kristus.

2. Sejarah Obyektif dan Sejarah Subyektif


Sejarah dikatakan bersifat objektif apabila tekanan sejarah lebih pada adanya
peristiwa dan kejadian, kenyataan dari masa lampau, yang dapat dihubungkan
dengan nama-nama dari tanggal-tanggal. Semua yang terjadi di masa lampau yang
diketahui dan dapat ditetapkan dengan pasti disebut sebagai fakta objektif.
Apabila sejarah memberikan penjelasan, menciptakan gambaran atau
memberikan interpretasi berdasarkan peristiwa-peristiwa yang terjadi sehingga
peristiwa-peristiwa itu memiliki arti dan makna maka sejarah menciptakan apa yang
disebut sebagai Sejarah yang bersifat subyektif. Penjelasan dan tafsiran atas suatu
fakta historis adalah unsur subyektif yang ditambahkan kepada fakta obyektif.
Gambaran historis adalah hasil pilihan peristiwa-peristiwa yang dianggap
penting berdasarkan penilaian mengenai peristiwa-peristiwa itu. Yang membuat
gambaran, menyeleksi dan menilai adalah ahli sejarah. Tentu saja ahli sejarah
berusaha mendasarkan intepretasinya pada kenyataan-kenyataan obyektif yang
sebanyak-banyaknya. Akan tetapi akhirnya tafsiran dan gambarannya adalah
subyektif. Selalu ada kemungkinan bahwa ahli-ahli yang lain tidak setuju dengan
gambaran dan intepretasi ini, karena mereka menonjolkan fakta lain dan
mengemukakan peristiwa-peristiwa lain sehinga diberi keterangan lain kepada
kejadian tertentu.
Unsur subyektif yang ditambahkan ilmu sejarah kepada fakta historis yang
obyektif dapat disebut sebagai unsur kreatif. Di sini manusia bekerja dan berusaha
untuk menciptakan sesuatu yang baru. Fakta sejarah memang tetap dan tidak bisa
berubah tetapi cara pandang terhadapnya bisa berbeda-beda, tergantung sudut
pandang mana yang kita pilih. Cara pandang inilah yang bisa menghasilkan sesuatu
yang baru atau paling kurang memberi satu kesadaran baru terhadap fakta sejarah
tertentu.

3. Kesadaran Kesejarahan
Sejarah (sejarah Gereja) merupakan sesuatu yang penting dan bertalian
dengan hidup (iman) manusia. Kesadaran akan sejarah ini memungkinkan manusia
dengan segala upaya menolehkan pandangan ke masa yang silam. Pertanyaannya,
mengapakah manusia menggunakan segala kreativitasnya untuk menyelidiki
sejarah? Mengapakah manusia mau menciptakan suatu gambaran tentang masa
lampau? Karena manusia menyadari bahwa ia tidak berdiri sendiri, melainkan
berdiri di atas dasar yang telah diletakkan oleh generasi pendahulunya. Manusia
adalah hasil dan buah zaman sebelumnya, dibentuk oleh kebudayaan dan oleh apa
yang sudah dialami oleh generasi-generasi yang mendahuluinya, sehingga untuk
mengenal diri sendiri manusia perlu mengenal masa lampau, sejarah leluhurnya.
Agar bisa menetapkan posisinya terhadap generasi-generasi sebelumnya, di mana ia
melanjutkan usaha mereka dan di mana ia ingin menempuh satu jalan baru,
manusia perlu meneliti sejarah dan menciptakan gambaran atau kisah tentang masa
silam. Kesadaran akan sejarah ini mendorong manusia mengadakan studi tentang
masa silamnya.
Namun sejarah berbeda dengan mitos. Sejarah adalah suatu fakta historis.
Memang adanya mitos adalah fakta tetapi isi mitos bukanlah fakta. Pemahaman
yang mendalam selalu menyangkut hubungan antara sejumlah fakta. Ada macam-
macam cara fakta saling berhubungan, yakni:
 Fakta yang berhubungan sebagai sebab-musabab.
 Fakta berhubungan sebagai suatu struktur.
 Berupa sebuah deretan peristiwa yang berturut-turut.
 Bisa berhubungan dengan beberapa peristiwa yang serentak.
Studi mengenai sejarah Gereja, khususnya Katolik Roma, mengalami
kemajuan yang luar biasa pada abad XX. Faktor yang mempengaruhinya adalah:
 dibukanya balai arsip rahasia Vatikan sejak 18 Agustus 1883 atas prakarsa Paus
Leo XIII. Tindakan ini memungkinkan para sejarawan menggali “harta karun”
keilmuan dari sumber dan tangan pertama.
 berdirinya lembaga-lembaga pendidikan tinggi (seperti sekolah diplomatika di
Vatikan, Universitas atau akademi kepausan) yang memanfaatkan khazanah
(harta benda/kekayaan) arsip Vatikan; perkembangan sains, yang berpengaruh
langsung pada sejarah agama.

4. Sejarah Kristiani Sebagai Ilmu


Sejarah Gereja berarti ilmu yang mempelajari, menyelidiki, serta menulis
segala peristiwa masa silam mengenai persekutuan umat Allah yang percaya kepada
Yesus Kristus berkat pembaptisan. Sejarah Gereja mempelajari perkembangan
iman, harapan, dan cinta kasih para pengikut Kristus. Sejarah Gereja juga
dimengerti sebagai pengetahuan mengenai perkembangan Gereja, baik dalam
jumlah anggota, dalam perluasan wilayah maupun dalam perkembangan dirinya di
bidang ajaran-ibadah, karya dan keorganisasian.
Secara konkret sejarah Gereja mencakup:
 penyelidikan awal-mula Gereja
 pengaruhnya terhadap agama dan religi lain
 perubahan-perubahan dalam teologi, liturgi dan moral selama Gereja
berkembang
 pelbagai faktor yang menguntungkan ataupun merugikannya dalam waktu
perkembangannya
 bentuk-bentuk organisasi yang berkembang sejak awal mula hingga dewasa ini

Tulisan-tulisan sejarah Gereja pertama dapat ditemukan dalam tulisan


Eusebius. Meskipun tulisannya bukanlah ceritera kronologis yang berjalan dari
tahun ke tahun, tulisannya itu cukup menggambarkan sejarah Gereja selama tiga
abad permulaan munculnya gerakan dan Gereja Kristiani.

5. Sejarah Gereja sebagai Ilmu Teologi


Sejarah Gereja merupakan bagian dari ilmu teologi. Sebagai bagian dari
ilmu teologi sejarah Gereja tidak membatasi diri pada kenyataan-kenyataan saja
melainkan juga merasa terpanggil untuk meneliti dan menguraikan apakah
pernyataan himpunan dan orang yang mengakui Kristus ini benar, yaitu didasarkan
pada Alkitab, yang mengandung kesaksian tentang kehendak Allah dan tentang
keselamatan yang dinyatakan dalam Yesus Kristus. Maksud Sejarah Gereja
menafsirkan fakta-takta historis yakni untuk memberikan pemahaman lebih
lengkap mengenai fakta tertentu. Tugas sejarah bukan untuk memberikan penilaian,
tetapi menampilkan fakta sejarah sebagaimana adanya dengan berusaha memakai
sumber-sumber asli. Menilai itu tugas ilmu lain seperti teologi atau moral.

6. Tujuan Mempelajari sejarah Gereja


Tujuan mempelajari sejarah Gereja adalah:
a. Memperkaya kehidupan beriman kita. Melaui sejarah Gereja, kita akan
berkenalan dengan orang lain dari zaman dan kebudayaan lain, yang berupaya
memperdalam keyakinan iman mereka akan Allah melalui Yesus Kristus yang
pada akhirnya memotivasi kita untuk mengintepretasikan iman dalam situasi
hidup kita.
b. Memperdalam pengetahuan dan pemikiran teologis kita. Sejarah Gereja
merupakan sumber yang kaya untuk tafsiran, dogmatik, etika dan teologis yang
dari padanya kita ambil untuk memperkaya khazanah teologi kita.
c. Dapat mendorong kita untuk menyelami kehendak Allah atas hidup manusia
yang dari padanya kita dipanggil untuk mendekatkan diri pada rencana dan
kehendak Allah.
d. Membuat kita lebih mengerti Gereja dan oleh karenanya, lebih mencintainya.
e. Meneguhkan kita dalam pengenalan identitas kita sebagai orang Kristen dan
sebagai orang Katolik
f. Membantu kita menghindari langkah-langkah keliru yang dibuat pada masa
lampau, mengevaluasi masa lampau dan menentukan hari depan dengan dasar
pengalaman masa lampau.

DAFTAR PUSTAKA

1. Embuiru, Herman. (1976), Gereja Sepanjang Masa, Ende: Nusa Indah


2. Kristiyanto, Eddy. (2002), Gagasan yang Menjadi Peristiwa, Yogyakarta:
Kanisius
3. --------------------. (2007), Selilit Sang Nabi Bisik-Bisik tentang Aliran Sesat,
Yogyakarta: Kanisius
4. Libreria Editrice Vaticana (1993), Katekismus Gereja Katolik
5. Diktak Kuliah Sejarah Gereja STPK Yohanes Rasul
6. G. Van Schie, (2000), Rangkuman Sejarah Gereja Kristiani Dalam Konteks
Sejarah Agama-Agama lain, jilid I – III, Jakarta: Obor

Anda mungkin juga menyukai