Anda di halaman 1dari 41

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

DENGAN DIABETES MELITUS

OLEH :

ANASTASIA NATALIA BADAR


17.14201.023

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS SANTU PAULUS RUTENG
2020

1
KATA PENGANTAR

Syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas cinta dan perlindungan yang senantiasa
Ia berikan kepada saya, sehingga saya bisa menyelesaikan penulisan : “Asuhan
Keperawatan Keluarga Dengan Diabetes Melitus”, sebagai pemenuhan tugas mata kuliah
keperawatan keluarga.
Saya menyadari bahwa makalah asuhan ini, masih sangat jauh dari sempurna, karena
itu saya akan menerima dengan senang hati setiap kritikan atau saran yang bersifat
membangun, sehingga saya dapat memperbaiki tulisan ini di waktu yang akan datang.

Ruteng , April 2020


Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul.................................................................................................................... 1
Kata pengantar................................................................................................................... 2
Daftar isi............................................................................................................................ 3

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................ 4
A. Latar Belakang....................................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................... 6


A. Konsep Diabetes Melitus........................................................................................ 6
B. Konsep Keluarga................................................................................................... 14

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN DIABETES


MELITUS.......................................................................................................................... 18
A. Pengkajian............................................................................................................... 18
B. Diagnosa................................................................................................................. 21
C. Perencanaan............................................................................................................ 22

BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN DIABETES


MELITUS........................................................................................................................... 25
A. Pengkajian.............................................................................................................. 25
B. Dignosa.................................................................................................................. 32
C. Perencanaan........................................................................................................... 33
D. Catatan perkembangan.......................................................................................... 36

BAB V PENUTUP............................................................................................................. 40
A. Kesimpulan.............................................................................................................. 40
B. Saran........................................................................................................................ 40

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 41

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Diabetes Mellitus (DM) yang umum dikenal sebagai kencing manis adalah
penyakit yang ditandai dengan hiperglikemia (peningkatan kadar gula darah)yang
terus-menerus dan bervariasi, terutama setelah makan. Diabetes mellitus merupakan
keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolikakibat gangguan
hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronikpada mata, ginjal, dan
pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalisdalam pemeriksaan dengan
mikroskop elektron. Diabetes Melitus merupakan penyakit sistemis, kronis, dan
multifaktorial yang dicirikan dengan hiperglikemia dan hiperlipidemia. Gejala yang
timbuladalah akibat kurangnya sekresi insulin atau insulin yang cukup, tetapi tidak
efektif. Diabetes Melitus seringkali dikaitkan dengan gangguan sistem mikrovaskular
dan makrovaskular, gangguan neuropatik, dan lesi dermopatik.
Jumlah penduduk dunia yang sakit diabetes mellitus cenderung meningkat dari
tahun ke tahun. Hal ini berkaitan dengan jumlah populasi meningkat, pola hidup,
prevalensi obesitas meningkat dan kegiatan fisik kurang.
Laporan dari WHO mengenai studi populasi DM di berbagai Negara, jumlah
penderita diabetes mellitus pada tahun 2000 di Indonesia menempati urutan ke-4
terbesar dalam jumlah penderita diabetes mellitus dengan prevalensi 8,4 juta jiwa.
Urutan diatasnya adalah India (31,7 jutajiwa), China (20,8 juta jiwa), dan Amerika
Serikat (17,7 juta jiwa) (Darmono,2007). Pada tahun 2010 jumlah penderita DM di
Indonesia minimal menjadi 5juta dan di dunia 239,9 juta penderita. Diperkirakan pada
tahun 2030 prevalensi diabetes mellitus di Indonesia meningkat menjadi 21,3 juta.
Angka kesakitan dan kematian akibat DM di Indonesia cenderung berfluktuasi setiap
tahunnya sejalan dengan perubahan gaya hidup masyarakat yang mengarahpada
makanan siap saji dan sarat karbohidrat.
Data Departemen Kesehatan RI menyebutkan bahwa jumlah pasien rawat
inap maupun rawat jalan di Rumah Sakit menempati urutan pertama dari seluruh
penyakit endokrin adalah Diabetes mellitus. Organisasi yang peduli terhadap
permasalahan Diabetes, Diabetic Federation mengestimasi bahwa jumlah penderita
Diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2008, terdapat 5,6 juta penderita Diabetes

4
untuk usia diatas 20 tahun, akan meningkat menjadi 8,2 juta pada tahun 2020, bila
tidak dilakukan upaya perubahan pola hidup sehat pada penderita saat ini, banyak
orang masih menganggap penyakit Diabetes Mellitus merupakan penyakit orang tua
atau penyakit yang hanya timbul karena faktor keturunan. Namun, setiap orang dapat
mengidap Diabetes Mellitus baik tua maupun muda. Tingginya kadar glukosa darah
secara terus menerus atau berkepanjangan dapat menyebabkan komplikasi diabetes.
Berdasarkan penelitian Murray (2000) tiap 19 menit ada satu orang di dunia yang
terkena stroke, ada satu orang yang buta dan ada satu orang di dunia diamputasi
akibat komplikasi Diabetes Mellitus (Maulana, 2009). Berbagai komplikasi dapat
terjadi jika penatalaksanaan Diabetes Mellitus tidak optimal. Penatalaksanaan
Diabetes Melitus dikenal 4 pilar utama pengelolaan yaitu: penyuluhan, perencanaan
makan, latihan jasmani, dan obat hipoglikemik. Terapi gizi merupakan komponen
utama keberhasilan penatalaksanaan diabetes. Kepatuhan pasien terhadap prinsip gizi
dan perencanaan makanmerupakan salah satu kendala pada pasien diabetes. Penderita
diabetes banyak yang merasa tersiksa sehubungan dengan jenis dan jumlah makanan
yangdianjurkan.
Dalam menangani pasien diabetes melitus perawat harus memberikan penjelasan
mengenai penyakit yyang diabetes secara detail meliputi, makanan apa yang
diperbolehkan dan dilarang, terapi dan latihan untuk mengurangi kadar gula dalam
darah penderita diabetes melitus tersebut membutuhkan insulin dan seharusnya
memperoleh penjelasan yang tepat tentang makanan yang akan dikonsumsi. Perawat
yang ditugaskan harus mampu mengatur pola makan sehat bagi penderita diabetes
melitus agar penyakitnya tidak semakin bertambah parah.

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DIABETES MELITUS


1. Defenisi Diabetes Melitus
Diabetes melitus/ ketosidosis diabetik merupakan sekelompok kelainan
metabolik yang diakibatkan oleh adanya kenaikan kadar glukosa darah dalam
tubuh atau hiperglikemia. Kadar glukosa darah secara normal berkisar antara
70-129 mg/dl. Diagnosis DM ditemukan apabila kadar glukosa > 200 g/dl,
atau gula darah puasa kurang 126 g/dl, atau tes toleransi glukosa oral >200
mg/dl disertai gejala klasik diabetes yaitu poliuria, polidipsia dan polifagia.
Diabetes melitus merupkan penyakit kronis umum yang terjadi pada orang
dewasa yang membutuhkan supervisi medis berkelanjutan dan edukasi
perawatan mandiri pada pasien. Namun bergantung pada tipe DM dan usia
pasien, kebutuhan dan asuhan keperawatan pasien dapat sangat berbeda.
Hiperglikemia pada penderita DM dapat disebabkan oleh gangguan sekresi
hormon insulin, kerja insulin, atau oleh keduanya.Kondisi hiperglikimia dapat
menyebabkan perubahan morfologi tubuh.
2. Klasifikasi Diabetes melitus
a. Diabetes melitus tipe 1
DM tipe 1 sering kali terjadi pada masa kanak-kanak dan remaja, tetapi
terjadi pada berbagai usia, bahkan pada usia 80-an tahun dan 90-an
tahun. Penyakit ini ditandai dengan hiperglikemia (kenaikan kadar
glukosa darah), pemecahan lemak dan protein tubuh, dan pembentukan
ketosis (penumpukan badan keton yang diproduksi selama oksidasi
asam lemak). DM tipe 1 terjadi akibat kerusakan sel beta islet
Langerhans dipankreas.Ketika sel beta rusak, insulin tidak lagi
diproduksi.Meski DM tipe 1 dapat diklasifikasikan baik sebagai
penyakit automun maupun indiopatik, 90 % kasus diperantarai imun.
Penyakit ini dimulai dengan insulitis, suatu proses inflamatorik kronik
yang terjadi sebagai respon dari kerusakan autoimun sel islet. Proses
ini secara berlahan merusak produksi insulin, dengan awitan
hiperglikemia, terjadi ketika 80 % hingga 90 % fungsi sel beta rusak.

6
Proses ini biasanya terjadi selama priode praklinis yang lama. Diyakini
bahwa bik fungsi sel alfamaupun sel beta tidak normal, dengan
kekurangan insulin dan kelebihan relatif glukagon yang menyebabkan
hiperglikemia.
b. Diabetes melitus tipe 2
DM tipe 2 adalah suatu kondisi hiperglikemia puasa yang terjadi meski
tersedia insulin endogen. DM tipe 2 dapat terjadi pada semua usia
tetapi biasanya dijumpai pada usia paru baya dan lansia. DM tipe 2
merupakan bentuk paling umum DM. Hereditas berperan dalam
transmisi.Kadar insulin yang dihasilkan pada DM tipe 2 berbeda-beda
dan meski ada, fungsinya dirusak oleh resistensi insulin di jaringan
perifer.Hati memproduksi glukosa lebih dari normal, karbohidrat
dalam makanan tidak di metabolisme dengan baik, dan akhirnya
pankreas mengeluarkan jumlah insulin yang kurang dari yang
dibutuhkan.Apapun penyebabnya, terdapat cukup produksi insulin
untuk mencega pemecahan lemak yang dapat meneyababkan ketosis;
sehingga, DM tipe 2 digolongkan sebagai bentuk DM non ketosis.
Namun jumlah insulin yang ada tidak cukup untuk menurunkan kadar
glukosa darah melalui ambilan glukosa oleh otot dan sel lemak. Faktor
umum perkembangan DM tipe 2 adalah resistensi sel ular terhadap
efek insulin. Resistensi ini di tingkatkan oleh kegemukan, tidak
beraktivitas, penyakit, obat-obatan dan pertambahan usia. Pada
kegemukan, insulin mengalami penurunan kemampuan untuk
mempengaruhi absorbsi dan metabolisme glukosa oleh hati, otot
rangka dan jaringan adiposa.Hiperglikemia meningkat secara berlahan
dan dapat berlangsung lama sebelum DM di diagnosis, sehingga kira-
kira separu dignosis baru DM tipe 2 yang baru di diagnosis sudah
mengalami komplikasi.Terapi biasanya dimulai dengan program
penurunan berat badan dan peningkatan aktivitas.Jika perubahan ini
dapat di pertahankan maka tidak di butuhkan terapi lanjutan bagi
banyak individu. Medikasi hipoglikemia mulai diberikan saat
perubahan gaya hidup tidak cukup. Sering kali kombinasi insulin dan
medikasi hipoglikemik digunakan untuk mencapai kontrol glikemik
terbaik pada pasien dengan DM tipe 2.

7
Faktor- faktor resiko DM tipe 2 adalah sebagai berikut:
 Riwayat DM pada orang tua dan saudara kandung
 Kegemukan
 Diabetes gestasional
c. Diabetes melitus gestasional
Diabetes melitus gestasional merupakan kelompok gangguan
heterogen yang secara genetik dan secara klinis mengalami intoleransi
karbohidrat dan terdiagnosis selama kehamilan (hollingsworth,
1992).Wanita yang tidak memiliki riwayat intoleransi glukosa yang
menunjukkan diagnosis hiperglikemianya pertama kali selama
kehamilan dianggap sebagai penderita diabtes gestasional.Biasanya
diagnosa DMG dibuat pada pertengahan kedua kehamilan. Kebutuhan
nutrisi janin meningkat, kadar glukosa maternal meningkat akibat
peningkatan asupan nutrisi maternal, dan resistensi insulin maternal
meningkat selama masa ini.
Klasifikasi ACOG pada diabetse gestasional meliputi dua sub
kelompok yang dibedakan menurut glukosa darah puasa. Derajat
manifetasi klinis yang terlihat pada DMG dapat berfariasi. Sebagian
besar wanita yang berad apada kelas A1 asimtomatik dan dapat diatasi
dengan diet sedangkan mereka yang berada pada kelas A2 seringkali
bergantung pada insulin. Perhartian terhadap diagnosa dini dan
pemantuan DMG yang saksama muncul akibat adanya peningkatan
resiko angka kesakitan dan angka kematian perinatal dan maternal
yang teramati (Coustan, 1991). Namun, dengan penata laksana yang
tepat hasil akhir perinatal tanpa abnormalitas kongenitas sama dengan
populasi obstetrik yang normal (Landon 1991). Kondisi yang berkaitan
dengan DMG mencakup peningkatan kematian janin intrauterus,
makrosomia, asfiksia perinatal, distosia bahu, trauma saat persalinan,
persalinan operatif, syndrom gawat napas neonatus, hipoglikemia,
hiperbilirunemia, hipokalsemia, dan polisetemia. Kemungkinan bayi
mati pada wanita yang telah mendapatkan perawatan yang sesuai untuk
DMG tidak berbeda dengan populasi umum (Cunningham 1993).
Sebagaian besar wanita yang mengalami DMG dapat ditangani hanya
dengan diet. Apabila kadar glukosa tidak dapat kembali normal dengan

8
penatalaksana diet, perlu ditambahkan protokol insulin atau olahraga.
Persalinan pervaginam seringkali menjadi metode persalinan.Wanita
yang didiagnosis DMG biasanya kondisinya pulih sepenuhnya setelah
persalinan. Walaupun demikian sebagian besar wanita yang mengalami
DMG pada akhirnya akan mengalami diabetes.
3. Etiologi Diabetes Melitus
a. Diabetes Melitus tipe 1
Diabetes melitus tipe 1 ditandai dengan penghancuran sel beta
pankreas. Kombinasi faktor genetik, imunologi dan mungkin pula
lingkungannya diperkirakan turut menimbulkan destruksi sel beta.
 Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe 1 itu sendiri,
tetapi mewarisis suatu predisposisi atau kecendrungan genetik
kearah terjadinya diabetes melitus tipe 1. Kecendrungan
genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen
human leococyte antigentertentu. HLA merupakan kumpulan
gen yang bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan
proses imun lainnya.
 Faktor imunologi.
Pada diabetes tipe 1 terdapat bukti adanya suatu respons
autoimun. Respon ini merupakan respon abnormal karena
antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara
bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-
olah sebagai jaringan asing.
 Faktor lingkungan:
 Virus dan bakteri
Virus dan bakteri penyebab DM adalah rubeda, mumps,
dan human coxsaclkievirus B4. Melalui mekanisme
infeksi sistolik dalam sel beta, virus ini mengakibatkan
destruksi atau perusakan sel. Dapat juga virus ini
menyerang melalui reaksi autoimun dalam sel beta.
Diabetes akibata bakteri masih belum daoat didereksi.

9
Mnamun para ahli kesehatan menduga bakteri cukup
berperan menyebabkan DM.
 Bahan toksik atau beracun
Bahan toksik dan beracun yang mampu merusak sel
beta secara langsung adalah allovxan, pirinuron dan
streptozocin (produk sejenis jamur). Bahan lain adalah
sianida yang beraasal dari singkong ( Maulana Mirza,
2009).
b. Diabetes melitus tipe 2
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resisrtensi insulin dan
gangguan sekresi insulin pada diabetes 2 masih belum diketahui.
Faktor genetik diperkirakan memegang peran dalam proses terjadinya
resistensi insulin (Smeltzer & Bare, 2001). Diabetes tipe 2 disebabkan
oleh kombinasi faktor genetik yang berhubungan dengan gangguan
sekresi insulin dan rsesistensi insulin dan faktor-faktor seperti:
 Usia (resisitensi cenderung meningkat di usia 65 tahun)
 Obesitas, makan berlebihan, kurang olaraga, dan stres serta
penuaan
 Riwayat keluarga dengan diabetes
Faktor resiko pada diabetes melitus adalah:
 Usia
Manusia mengalami penurunan fisiologis setelah umur 40 tahun.
Diabetes melitus sering muncul setelah manusia memasuki usia rawan
tersebut, semakin bertambanya umur, maka resiko menderita diabtes
melitus akan meningkat.
 Jenis kelamin
Distribusi penderita diabetes melitus menurut jenis kelamin sangat
bervariasi. Di Amerika Serikat penderita diabets melitus lebih banyak
terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki. Namun, mekanisme
yang ,menghubungkan jenis kelamin dengan kejadian diabetes melitus
belum jelas.
 Obesitas

10
Berdasarkan beberapa teori menyebutkan bahwa obesitas merupakan
faktor predisposisi terjadinya resistensi insulin. Semkain banyak
jaringan lemak pada tubuh, aka tubuh semakin resisten terhadap kerrja
insulin, terutama bila lemak tubuh atau kelebihan berat badan
terkumpul didaerah sentral atau perut. Lemak dapat memblokir kerja
insulin sehingga glukosa tidak dapat diangkut kedalam sel dan
menumpuk ddalam pembuluh darah, sehingga terjadi peningkatan
kadar glukosa darah.
4. Manifestasi Klinis
a. Poliuria, polidipsia, dan polifagia
b. Keletihan dan kelemahan, perubahan pandangan secara mendadak ,
secara sensasi kesemutan atau kebas ditangan atau kaki, kulit kering,
lesi kulit atau atau luka yang lambat sembuh atau infeksi berulang.
c. Awitan diabetes tipe 1 dapat disertai dengan penurunan berat badan
mendadak, mual, muntah, atau nyeri lambung.
d. Diabetes tipe 2 disebabkan oleh intoleransi glukosa yang progresif dan
berlangsung perlahan dan mengakibatkan komplikasi jangka panjang
apabila diabetes tidak terdeteksi selama bertahun-tahun (penyakit mata,
neuropati perifer, penyakit vaskuler perifer). Komplikasi dapat muncul
sebelu m diagnosa yang sebenarnya ditegakkan.
e. Tanda dan gejala ketoasidosis diabetes (DKA) mencakup nyeri
abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, dan napas berbau buah. DKA
yang tidak ditanga i dapat menyebabkan perubahan tingkat kesadaran,
koma dan kematian.
5. Komplikasi Diabetes Melitus
a. Diabetes Ketoasidosis
Akibat adanya gangguan pada sekresi insulin, kerja insulin atau oleh
keduanya pada pasien diabetes melitus tipe 2 dan kerusakan sel beta
pulau langerhans pada diabetes tipe 1, pasien Dm akan mengalami
kondisi hiperglikemia akibat penurunan uptake glukossa kedalam sel
yang diikuti peningkatan lipolisis, glukogeogenesis dihepar dan
pemecahan protein. Peningkatan lipolisis dapat mengakibatkan
peningkatan oksidasi asam lemak bebas disertai pembentukkan benda
keton (asetoasetat, hidrosibutirat dan aseton), benda keton keluar

11
melalui urin (ketonuria), peningkatan aseton dalam tubuh akan
menyebabkan bau nafas seperti buah (aseton).
Selain itu kondisi hiperglikemik diperparah dengan peningkatan
glukosa dari proses glukoneogenesis dihepar. Kekurangan insulin juga
kan mengakibatkan pemecahan protein. Protein akan dikonfersi
menjadi glukosa sehingga menyebabkan peningkatkan BUN(Blood
Urea Nitrogen). Peningkatan BUN dan peningkatan benda keton akan
menyebabkan suatu kondisi yang dikenal dengan asidosis metabolik.
Manifestasi asidosis metabolik diantaranya penurunan ph (ph turun
dibawah 7,3) dan kadar bikarbonat.
Mekanisme tubuh dalam mengatasi asidosisi ,metabolik diatas dengan
cara meningkatkan frekuensi pernapasan dalam upaya mengeluarkan
kelebihan Co2 yang akan dibentuk sebagai upaya tubuh membentuk
ekuilibrium asam basa. Pernapasan tersebut dikenal dengan pernapasan
kusmaul. Kondisi diatas apabila tidak ditangani kan menimbulkan
perubahan kesadaran, koma bahkan kematian. Kondisi hiperglikemik
yang terjadi pada pasien juga akan menyebaabkan syok hipofolemik
akibat diuresis osmotik yang tidak tertangani. Ketoasidosis diabetik
sering kali ditemukan pada DM tipe 1 dibanding tipe 2,karena pada
Dm tipe 1 kekurangan insulin lebih bersifat absolut.
b. Sindrom Hiperglikemik Hiperosmolar Nonketotik
Komplikasi yang banyak dijumpai pada penderita diabetes tipe 2
adalah sindrom hiperglikemik hiperosmolar nonketoyik , peningkatan
glukosa darah yang disebabkann oleh gangguan sekresi insulin,
resistensi insulin ataupun dapat mengakibatkan hipoglikemia berat
dengan kadar glukosa darah lebih dari 300ml/100ml. Peningkatan
glukosa ini akan menyebabkan ambang batas ginjal untuk glukosa,
sehingga muncul manifestasi glukosuria diikuti dengan diuresis
osmotik.
Ketika glukosa yang berlebihan dieksresikkan kedalam urine, ekskresi
ini akan disertai pengeluran cairan dan elektrolit yang berlebihan,
keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari
kehilangan cairan elektrolit yang berlebihan, pasien akan mengalami
dehidrasi dan kehilangan banyak eletrolik, pasien dapat menjadi

12
hipotensi dan mengalami syok. Selnajutnya pasien akan mengalami
penurunan serebral sehingga tanpa penanganan yang cepat dan tepat
pasien bias mengalami koma dan meninggal ( Price & Wilson, 1997).
c. Gangguan mikrovaskular dan makrovasklar
Kekurangan insulin akan mengganggu jallur poliol (glukosa, sorbiol,
fruktosa), yang akhirnya menyebabkan penimbunan sorbtiol.
Penimbunanan sorbitol dalam lensa menyebabkan katarak dan
kebutaan. Sedangkan pada jaringan saraf penimbunan sorbitol dan
fruktosa dan penurunan kadar mionositrol dapat berefek pada kondisi
neuropati. Perubahan biokimia dalam jaringan saraf akan menganggu
kegiatan metabolik sel schwan dan menyebabkan kehilangan akson.
Pada tahap dini kecepatan konduksi motorik akan berkurang
selanjutnya muncul keluhan nyeri, parestesia, berkurang sensasi getar
dan proprioseptik dan gangguan motorik yang disertai hilangnya
refleks tendon, kelemahan otot, dan atrofi.
Neuropati dapat menyerang saraf perifer, saraf kranial, atau saraf
ototnom. terserangnya sistem saraf otonom dapat disertai diare
nokturnal, keterlambatan pengosongan lambung, hipotensi postural dan
impotensi. Akibat peningkatan glukosa dapat menyebabkan beberapa
keadaan seperti peningkatan sorbito; dalam intima vaskular,
hiperlipoproteinemia dan kelainan pembekuan darah. Akibatnya
kerusakan pada pembuluh darh besar atau dikenal dengan
makroangiopati. Makroangiopati akan menyebabkan penyumbatan
vaskular. Jika menyumbat pada arteri perifer maka dapat mengakibatka
insufisiensi vaskular perifer yang disertai klaudikasio intermiten dan
gangren ektremitas, jika pembuluh darah arteri koronaria dan aorta
yang tertekan maka pasien dapat mengalami infark dan angina (Price
& Wilson, 1997).
6. Perawatan Di Rumah Pada Diabetes Melitus

a. Anjurkan kepada pasien untuk mengkonsumsi makanan rendah gula.


b. Anjurkan untuk mengikuti pola makanan sesuai diit dari dokter.
c. Anjurkan untuk minum obat secara teratur sampai habis.

13
d. Anjurkan untuk rutin mengontrol kadar gula darah satu kali dalam
seminggu.
e. Anjurkan untuk tidak menggaruk pada daerah luka.
f. Ajarkan pada pasien dan keluarga bagaimana cara membersihkan dan
merawat luka yang benar jika ada luka.
g. Anjurkan pada keluarga pasien untuk memberikan motivasi.
h. Berikan dukungan dan dorongan pada pasien dalam menjalani
pengobatan.
i. Kontrol Berat badan
j. Kontrol tekanan darah

B. KONSEP KELUARGA
1. Defenisi keluarga
Keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu
berinteraksi satu dengan yang lain (Mubarak, 2011).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga
dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah
suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Setiadi, 2012).
Sedangkan menurut Friedman keluarga adalah unit dari masyarakat dan
merupakan lembaga yang mempengaruhi kehidupan masyarakat. Dalam
masyarakat, hubungan yang erat antara anggotanya dengan keluarga sangat
menonjol sehingga keluarga sebagai lembaga atau unit layanan perlu di
perhitungkan.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga yaitu sebuah ikatan
(perkawinan atau kesepakatan), hubungan (darah ataupun adopsi), tinggal
dalam satu atap yang selalu berinteraksi serta saling ketergantungan.
2. Fungsi Keluarga
Keluarga mempunyai 5 fungsi yaitu:
a) Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang
merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk
pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi afektif tampak
pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga.

14
Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan
fungsi afektif adalah (Friedman, M.M et al., 2010) :
1) Saling mengasuh yaitu memberikan cinta kasih, kehangatan,
saling menerima, saling mendukung antar anggota keluarga.
2) Saling menghargai, bila anggota keluarga saling menghargai
dan mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga
serta selalu mempertahankan iklim positif maka fungsi afektif
akan tercapai.
3) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga di mulai sejak pasangan
sepakat memulai hidup baru.
b) Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi di mulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan
tempat individu untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru
lahir dia akan menatap ayah, ibu dan orang-orang yang ada
disekitarnya. Dalam hal ini keluarga dapat Membina hubungan sosial
pada anak, Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan
tingkat perkembangan anak, dan Menaruh nilai-nilai budaya keluarga.
c) Fungsi Reproduksi
Fungsi reproduksi untuk meneruskan keturunan dan menambah
sumber daya manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah,
selain untuk memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk
membentuk keluarga adalah meneruskan keturunan.
d) Fungsi Ekonomi
Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh
anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan makan, pakaian, dan
tempat tinggal.
e) Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berperan untuk melaksanakan praktik asuhan
keperawatan, yaitu untuk mencegah gangguan kesehatan atau merawat
anggota keluarga yang sakit. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas
kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan.
3. Tahap-Tahap Perkembangan Keluarga
Berdasarkan konsep Duvall dan Miller, tahapan perkembangan keluarga dibagi
menjadi :

15
a) Keluarga Baru (Berganning Family)
Pasangan baru nikah yang belum mempunyai anak. Tugas
perkembangan keluarga dalam tahap ini antara lain yaitu membina
hubungan intim yang memuaskan, menetapkan tujuan bersama,
membina hubungan dengan keluarga lain, mendiskusikan rencana
memiliki anak atau KB, persiapan menjadi orangtua dan memahami
prenatal care (pengertian kehamilan, persalinan dan menjadi
orangtua).
b) Keluarga dengan anak pertama < 30bln (child bearing)
Masa ini merupakan transisi menjadi orangtua yang akan menimbulkan
krisis keluarga. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara
lain yaitu adaptasi perubahan anggota keluarga, mempertahankan
hubungan yang memuaskan dengan pasangan, membagi peran dan
tanggung jawab, bimbingan orangtua tentang pertumbuhan dan
perkembangan anak, serta konseling KB post partum 6 minggu.
c) Keluarga dengan anak pra sekolah
Tugas perkembangan dalam tahap ini adalah menyesuaikan kebutuhan
pada anak pra sekolah (sesuai dengan tumbuh kembang, proses belajar
dan kontak sosial) dan merencanakan kelahiran berikutnya.
d) Keluarga dengan anak sekolah (6-13 tahun)
Keluarga dengan anak sekolah mempunyai tugas perkembangan
keluarga seperti membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar
rumah, mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya
intelektual, dan menyediakan aktifitas anak.
e) Keluarga dengan anak remaja (13-20 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah pengembangan
terhadap remaja, memelihara komunikasi terbuka, mempersiapkan
perubahan sistem peran dan peraturan anggota keluarga untuk
memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.
f) Keluarga dengan anak dewasa
Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup
mandiri dan menerima kepergian anaknya, menata kembali fasilitas
dan sumber yang ada dalam keluarganya.
g) Keluarga usia pertengahan (middle age family)

16
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini yaitu mempunyai lebih
banyak waktu dan kebebasan dalam mengolah minat sosial, dan waktu
santai, memulihkan hubungan antara generasi muda-tua, serta
persiapan masa tua.
h) Keluarga lanjut usia
Dalam perkembangan ini keluarga memiliki tugas seperti penyesuaian
tahap masa pensiun dengan cara merubah cara hidup, menerima
kematian pasangan, dan mempersiapkan kematian, serta melakukan
life review masa lalu.
4. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan adalah sebagai berikut :
a) Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan
b) Keluarga mampu mengambil keputusan untuk melakukan tindakan
c) Keluarga mampu melakukan perawatan terhadap anggota keluarga
yang sakit
d) Keluarga mampu menciptakan lingkungan yang dapat
meningkatkan kesehatan
e) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di
lingkungan setempat.

17
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


DENGAN DIABETES MELITUS

Asuhan keperawatan keluarga merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam praktek


keperawatan yang diberikan pada klien sebagai anggota keluarga pada tatanan komunitas
dengan menggunakan proses keperawatan, berpedoman pada standar keperawatan dalam
lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan (WHO, 2014).
Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian yang diberikan melalui praktik
keperawatan dengan sasaran keluarga. Asuhan ini bertujuan untuk menyelesaikan masalah
kesehatan yang dialami keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan, yaitu
sebagai berikut (Heniwati, 2008) :
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan, agar diperoleh
data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga. Sumber informasi
dari tahapan pengkaajian dapat menggunakan metode wawancara keluarga, observasi
fasilitas rumah, pemeriksaan fisik pada anggota keluarga dan data sekunder.
Hal-hal yang perlu dikaji dalam keluarga adalah :
1. Data Umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :
a) Nama kepala keluarga
b) Alamat dan telepon
c) Pekerjaan kepala keluarga
d) Pendidikan kepala keluarga
e) Komposisi keluarga dan genogram
f) Tipe keluarga
g) Suku bangsa
h) Agama
i) Status sosial ekonomi keluarga
j) Aktifitas rekreasi keluarga
2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga meliputi :
a) Tahap perkembangan keluarga saat ini ditentukan dengan anak
tertua dari keluarga inti.

18
b) Tahap keluarga yang belum terpenuhi yaitu menjelaskan mengenai
tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala
mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.
c) Riwayat keluarga inti yaitu menjelaskan mengenai riwayat kesehatan
pada keluarga inti yang meliputi riwayat penyakit keturunan ( apakah
ada yang pernah mengalami DM), riwayat kesehatan masing-masing
anggota keluarga, perhatian terhadap pencegahan DM, sumber
pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta pengalaman
pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.
d) Riwayat keluarga sebelumnya yaitu dijelaskan mengenai riwayat
kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri.
3. Pengkajian Lingkungan
a) Karakteristik rumah
b) Karakteristik tetangga dan komunitas RW
c) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
d) Sistem pendukung keluarga
4. Struktur keluarga
a) Pola komunikasi keluarga yaitu menjelaskan mengenai cara
berkomunikasi antar anggota keluarga.
b) Struktur kekuatan keluarga yaitu kemampuan anggota keluarga
mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku.
c) Struktur peran yaitu menjelaskan peran dari masing-masing anggota
keluarga baik secara formal maupun informal.
d) Nilai atau norma keluarga yaitu menjelaskan mengenai nilai dan norma
yang dianut oleh keluarga yang berhubungan dengaan kesehatan.
( apakah ada pantangan atau keharusan dalam soal makanan)
e) Fungsi keluarga :
1) Fungsi afèktif, yaitu perlu dikaji gambaran diri anggota
keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga,
dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lain, bagaimana
kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan bagaimana
keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.

19
2) Fungsi sosialisai, yaitu perlu mengkaji bagaimana berinteraksi
atau hubungan dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga
belajar disiplin, norma, budaya dan perilaku.
3) Fungsi perawatan kesehatan, yaitu menjelaskan sejauh mana
keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlu dukungan serta
merawat anggota keluarga yang sakit DM. Sejauh mana
pengetahuan keluarga mengenai DM. Kesanggupan keluarga
dalam melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat dari
kemampuan keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan
keluarga, yaitu mampu mengenal masalah kesehatan,
mengambil keputusan untuk melakukan tindakan, melakukan
perawatan kesehatan pada anggota keluarga yang sakit,
menciptakan lingkungan yang dapat meningkatan kesehatan
dan keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang
terdapat di lingkungan setempat.
4) Pemenuhan tugas keluarga. Hal yang perlu dikaji adalah sejauh
mana kemampuan keluarga dalam mengenal, mengambil
keputusan dalam tindakan, merawat anggota keluarga yang
sakit, menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan dan
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
f) Stres dan koping keluarga
1) Stressor jangka pendek dan panjang
a. Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami
keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu
kurang dari 5 bulan.
b. Stressorr jangka panjang yaitu stressor yang dialami
keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu
lebih dari 6 bulan.
2) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/ stressor
3) Strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan.
4) Strategi adaptasi fungsional yang divunakan bila menghadapi
permasalah
5) Pemeriksaan Fisik

20
Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap semua anggotaa
keluarga. Metode yang digunakan pada pemeriksaan fisik tidak
berbeda dengan pemeriksaan fisik di klinik. Harapan keluarga
yang dilakukan pada akhir pengkajian, menanyakan harapan
keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada.

B. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


Dari pengkajian asuhan keperawatan keluarga di atas maka diagnosa keperawatan
keluarga yang mungkin muncul adalah :
1. Manajemen keluarga tidak efektif, yaitu pola penanganan masalah kesehatan
dalam keluarga tidak memuaskan untuk memulihkan kondisi kesehatan
anggota keluarga.
2. Manajemen kesehatan tidak efektif, yaitu pola pengaturan dan pengintegrasian
penanganan masalah kesehatan ke dalam kebiasaan hidup sehari-hari tidak
memuaskan untuk mencapai status kesehatan yang diharapkan.
3. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif, yaitu ketidakmampuan mengidentifikasi,
mengelola dan atau menemukan bantuan untuk mempertahankan kesehatan.
4. Kesiapan peningkatan koping keluarga yaitu pola adaptasi anggota keluarga
dalam mengatasi situasi yang dialami klien secara efektif dan menunjukkan
keinginan serta kesiapan untuk meningkatkan kesehatan keluarga dan klien.
5. Penurunan koping keluarga yaitu ketidakefektifan dukungan, rasa nyaman,
bantuan dan motivasi orang terdekat (anggota keluarga atau orang berarti)
yang dibutuhkan klien untuk mengelola atau mengatasi masalah kesehatan.
6. Ketidakberdayaan, persepsi bahwa tindakan seseorang tidak akan
mempengaruhi hati secara signifikan, persepsi kurang kontrol pada situasi saat
ini atau yang akan datang.
7. Ketidakmampuan koping keluarga, yaitu perilaku orang terdekat (anggota
keluarga) yang membatasi kemampuan dirinya dan klien untuk beradaptasi
dengan masalah kesehatan yang dihadapi klien.
Yang menjadi etiologi atau penyebab dari masalah keperawatan yang muncul
adalah hasil dari pengkajian tentang tugas kesehatan keluarga yang meliputi 5
unsur sebagai berikut :
a) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah DM yang terjadi pada
anggota keluarga

21
b) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk
mengatasi DM
c) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan DM
d) Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi
lingkungan yang dapat mempengaruhi penyakit DM
e) Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan
kesehatan guna perawatan dan pengobatan DM.

C. Membuat Perencanaan
Menurut Suprajitno perencanaan keperawatan mencakup tujuan
umum dan khusus yang didasarkan pada masalah yang dilengkapi dengan
kriteria dan standar yang mengacu pada penyebab. Selanjutnya merumuskan tindakan
keperawatan yang berorientasi pada kriteria dan standar. Perencanaan yang dapat
dilakukan pada asuhan keperawatan keluarga dengan hipertensi ini adalah sebagai
berikut :
1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah DM yang terjadi pada keluarga.
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat mengenal dan mengerti
tentang penyakit DM.
Tujuan : Keluarga mengenal masalah penyakit DM setelah tiga kali kunjungan
rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang penyakit DM.
Standar : Keluarga dapat menjelaskan pengertian, penyebab, tanda dan gejala
penyakit DM serta pencegahan dan pengobatan penyakit DM secara lisan.
Intervensi :
a) Jelaskan arti penyakit DM
b) Diskusikan tanda-tanda dan penyebab penyakit DM
c) Tanyakan kembali apa yang telah didiskusikan.
2. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi
penyakit DM.
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat mengetahui akibat
lebih lanjut dari penyakit DM.
Tujuan : Keluarga dapat mengambil keputusan untuk merawat anggota
keluarga dengan DM setelah tiga kali kunjungan rumah.

22
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan dan dapat mengambil
tindakan yang tepat dalam merawat anggota keluarga yang sakit.
Standar : Keluarga dapat menjelaskan dengan benar bagaimana akibat DM dan
dapat mengambil keputusan yang tepat.
Intervensi:
a) Diskusikan tentang akibat penyakit DM.
b) Tanyakan bagaimana keputusan keluarga untuk merawat anggota
keluarga yang menderitaDM.
3. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan DM
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga mampu merawat anggota
keluarga yang menderita penyakit DM.
Tujuan : Keluarga dapat melakukan perawatan yang tepat terhadap anggota
keluarga yang menderita DM setelah tiga kali kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan cara pencegahan dan
perawatan penyakit DM.
Standar : Keluarga dapat melakukan perawatan anggota keluarga yang
menderita penyakit DM secara tepat.
Intervensi:
a) Jelaskan pada keluarga cara-cara pencegahan penyakit DM.
b) Jelaskan pada keluarga tentang manfaat diet yang tepat dan olah raga
khususnya untuk anggota keluarga yang menderita DM.
4. Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi lingkungan
yang dapat mempengaruhi penyakit DM.
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga mengerti tentang pengaruh
lingkungan terhadap penyakit DM.
Tujuan : Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat menunjang
penyembuhan dan pencegahan setelah tiga kali kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang pengaruh
lingkungan terhadap proses penyakit DM
Standar : Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat mempengaruhi
penyakit DM.
Intervensi :
a) Ajarkan cara memodifikasi lingkungan untuk mencegah dan
mengatasi penyakit DM misalnya :

23
b) Jaga lingkungan rumah agar bebas dari resiko kecelakaan misalnya
benda yang tajam.
c) Gunakan alat pelindung bila bekerja Misalnya sarung tangan.
d) Gunakan bahan yang lembut untuk pakaian untuk mengurangi
terjadinya iritasi.
e) Motivasi keluarga untuk melakukan apa yang telah dijelaskan.
5. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan guna
perawatan dan pengobatan DM.
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat menggunakan fasilitas
pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan.
Tujuan : Keluarga dapat menggunakan tempat pelayanan kesehatan yang tepat
untuk mengatasi penyakit DM setelah dua kali kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan ke mana mereka
harus meminta pertolongan untuk perawatan dan pengobatan penyakit
DM.
Standar : Keluarga dapat menggunakan fasilitas pelayanan secara tepat.
Intervensi : Jelaskan pada keluarga ke mana mereka dapat meminta
pertolongan untuk perawatan dan pengobatan DM.

24
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN DIABETES MELITUS
(KASUS SEMU)

A. Pengkajian
I. Pengkajian keluarga
a) Data Umum
1. Nama kepala keluarga: Tn.T
2. Usia : 70 tahun
3. Pendidikan : SMP
4. Pekerjaan : buruh
5. Alamat : Tenda
6. Komposisi keluarga :

No Nama JK Hub Umur Pendidikan


1 Ny.A P Anak 34 thn SMK
2 Tn. J L Menantu 44 thn SMK
3 An. Z L Cucu 11 thn SD

7. Genogram Tn.R

Keterangan:

25
: laki-laki : Tn.R

: perempuan : tinggal serumah

: cerai hidup

8. Tipe keluarga
Tipe extended family yaitu dalam keluarga terdiri dari bapak, anak, menantu
dan cucu.
9. Suku dan Bangsa
Keluarga klien berasal dari suku Manggarai atau Indonesia kebudayaan yang
dianut tidak bertentangan dengan masalah kesehatan, bahasa sehari-hari yang
digunakan yaitu bahasa Manggarai dan Bahasa Indonesia.
10. Agama
Tn. R beragama Katolik serta anak, menantu dan cucu beragama yang sama,
setiap hari minggu Tn.R ke gereja dan setiap ada kegiatan di gereja.
11. Status sosial ekonomi keluarga :
Sumber pendapatan keluarga diperoleh dari jasa bekerja buruh dan anaknya
berjualan di warung
Penghasilan :
Tukang parkir : 900.000,00
Anak : 1.500.000,00 +
2.400.000,00
Kebutuhan yang dibutuhkan keluarga :
Makan : 350.000,00
Listrik : 150.000,00
Lain : 300.000,00 +
800.000,00
Barang-barang yang dimiliki : televisi, sepeda, 2 almari, 1 set kursi tamu.
12. Aktifitas rekreasi keluarga
Rekreasi digunakan untuk mengisi kekosongan waktu dengan menonton
televisi bersama di rumah.
b) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

26
1. Tahap perkembangan saat ini
Tahap perkembangan keluarga Tn.R merupakan tahap VIII keluarga usia
lanjut.
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Tahap perkembangan keluarga Tn.R merupakan tahap VIII keluarga usia
lanjut.
3. Riwayat keluarga inti
a. Tn. R sebagai Kepala Keluarga jarang sakit mempunyai DM sejak 10
th yang lalu, rutin kontrol kepuskesmas 1 bulan sekali untuk cek lab
dan mengambil obat rutin, tidak mempunyai masalah dengan istirahat,
makan maupun kebutuhan dasar lainnya mempunyai penyakit
hipertensi pada saat pengkajian :
TD : 140/85 mmhg S : 37 celcius BB : 55 Kg N : 84 x/m R : 20 x/m
TB : 160 cm
b. Tn. J jarang sekali sakit tidak mempunyai masalah kesehatan yang
serius, tidak ada masalah istirahat, makan maupun kebutuhan dasar
yang lain, tidak mempunyai keturunan hipertensi. Merokok sejak usia
20 tahun.
c. Ny. A jarang sakit tidak mempunyai masalh dengan istirahat, makan,
maupun kebuthan dasar yang lainnya.
d. An.Z jarang sakit tidak mempunyai masalah kesehatan.
Imunisasi sudah lengkap.
4. Riwayat keluarga sebelumnya
Tn. R menderita DM tapi keluarganya Tn.R dari pihak Bapak/ Ibu tidak ada
yang menderita hipertensi.
c) Lingkungan
1. Karakteristik rumah
Memiliki sirkulasi udara yang baik, memiliki sistem sanitasi yang yang baik,
dan memiliki sistem penerangan ruang yang baik.

Gambar denah rumah Tn. R

27
Kamar mandi
U Dapur

Kamar

Kamar
Ruang
tamu
Kamar

Tempat jualan

2. Karakteristik tetangga dan komunitas RW


Hubungan antar tetangga saling membantu, bila ada tetangga yang
membangun rumah dikerjakan saling gotong royong.
3. Mobilitas geografis keluarga
Sebagai penduduk Kota Ruteng, tidak pernah transmigrasi maupun imigrasi.
4. Perkumpulan keluarga interaksi dengan masyarakat
Tn.R mengatakan mulai bekerja pukul 08.00-16.00 WIB.
5. Sistem pendukung keluarga
Jumlah anggota keluarga yaitu 4 orang, ke puskesmas datang sendiri.
d) Struktur Keluarga
1. Pola komunikasi keluarga
Anggota keluarga menggunakan bahasa Manggarai dalam berkomunikasi
sehari-harinya dan mendapatkan informasi kesehatan dari petugas kesehatan
dan televisi.
2. Struktur kekuatan keluarga
Tn.R menderita penyakit hipertensi, anggota keluarga lainnya dalam keadaan
sehat.
3. Struktur peran (formal & informal) :
Formal :
Tn.R sebagai Kepala Keluarga, Ny.A sebagai anak, Tn.j sebagai menantu,
An.Z sebagai cucu
Informal : Tn.R dibantu anaknya juga membantu mencari nafkah.

28
4. Nilai dan norma keluarga
Keluarga percaya bahwa hidup sudah ada yang mengatur, demikian pula
dengan sehat dan sakit keluarga juga percaya bahwa tiap sakit ada obatnya,
bila ada keluarga yang sakit dibawa ke RS atau petugas kesehatan yang
terdekat.
e) Fungsi Keluarga
1. Keluarga afektif
Hubungan antara keluarga baik, mendukung bila ada yang sakit langsung
dibawa ke petugas kesehatan atau rumah sakit.
2. Fungsi sosial
Setiap hari keluarga selalu berkumpul di rumah, hubungan dalam keluarga
baik dan selalu mentaati norma yang baik.
3. Fungsi perawatan keluarga
Penyediaan makanan selalu dimasak terdiri komposisi, nasi, lauk pauk, dan
sayur dengan frekuensi 3 kali sehari dan bila ada anggota keluarga yang sakit
keluarga merawat dan mengantarkan ke rumah sakit atau petugas kesehatan.
Dalam merawat Tn. R masih memberikan makanan yang sama dengan
anggota keluarga yang lain.
4. Fungsi reproduksi
Tn.R sudah tidak melakukan hubungan seksual karena merasa sudah tua tidak
mampu lagi dan juga sudah tidak mempunyai istri.
5. Fungsi ekonomi
Keluarga dapat memenuhi kebutuhan makan yang cukup, pakaian untuk anak
dan biaya untuk berobat.
f) Stres dan Koping Keluarga
1. Stresor jangka pendek dan panjang
Stresor jangka pendek : Tn.R sering mengeluh pusing
Stresor jangka panjang : Tn.R khwatir karena gulanya tinggi.
2. Kemampuan keluarga dalam merespon terhadap situasi dan stresor
Keluarga selalu memeriksakan anggota keluarga yang sakit ke puskesmas
dengan petugas kesehatan.
3. Strategi koping yang digunakan
Anggota keluarga selalu bermusyawarah untuk menyelesaikan masalah yang
ada.

29
4. Strategi adaptasi disfungsional
Tn. R bila sedang sakit pusing maka dibuat tidur atau istirahat.
g) Pemeriksaan Fisik
Tekanan Darah : 140/85 mmHg
Nadi : 84 x/m
Suhu : 370C
Respirasi : 20 x/m
Berat badan : 55 kg
Tinggi badan : 160 cm
Hasil pemeriksaan laboratorium (cholesterol) : 200 mg/dl
GDS : 280 g/dl
Kepala : simetris, rambut bersih berwarna putih, muka tidak pucat
Mata : konjuntiva merah muda, sclera putih terdapat gambaran tipis
pembuluh darah
Hidung : lubang hidung normal simetris, pernafasan vesikuler.
Mulut : bibir tidak kering, tidak ada stomatitis
Telinga : pendengaran masih normal tidak ada keluar cairan dari
telinga
Leher :tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, limfe dan vena
jugularis
Dada :simetris, tidak ada tarikan intercostae vokal feminus dada
kanan dan kiri sama, terdengar suara sonor pada semua
lapanag paru, suara jantung pekak, suara nafas vesikuler
Perut :simetris, tidak tampak adanya benjolan, terdengar suara
tympani, tidak ada nyeri tekan.
Extremitas : tidak ada oedema, masih dapat gerak aktif.
Elimunasi : BAB biasa 1 X sehari, BAK 4-5 X sehari
h) Harapan keluarga :
Keluarga berharap pada petugas kesehatan agar dapat meningkatkan mutu
pelayanan dan membantu masalah TN. R

II. Analisa data

30
No Data Subyektif Masalah Penyebab
1 DS : Manajemen Ketidakmampuan
 Keluarga mengatakan kesehatan keluarga merawat
kurang memahami cara keluarga dalam mengenal
merawat. tidak efektif masalah anggota
 Keluarga mengatakan keluarga dengan
makanan Tn”R” sama DM
dengan keluarga yang lain
 Pola tidur Tn”R” tidak
sesuai dan kurang dari
kebutuhan
 Tn “R” mengatakan
khawatir tensinya semakin
tinggi dan stroke semakin
parah
 Keluarga kurang memahami
cara mengenal masalah Tn
“R” yang khawatir tensinya
akan bertambah tinggi
DO :
 Keluarga tampak bingung
dengan penyakit yang
diderita Tn.R
 TD : 140/85 mmHg
 N : 84 x/mnt
 RR : 20 x/mnt
 GDS : 280 g/dl

B. Diagnosa Keperawatan
a) Diagnosa keperawatan

31
Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat dalam mengenal masalah anggota
keluarga dengan DM.
b) Prioritas Masalah
Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat dalam mengenal masalah anggota
keluarga dengan DM.
Skoring data :

SC BO
N NILA
KRITERIA OR BO PEMBENARAN
O I
E T

1 Sifat masalah 3 1 3/3 x Rasa takut/ stress yang dapat


keadaan masalah 1=1 memperburuk keadaan

2 Kemungkinan 1 2 ½ x2 Pemberian penjelasan yang tepat


masalah dapat diubah =1 dapat membantu menurunkan rasa
sebagian takut
3 Potensial masalah 2 1 2/3 Penjelasan dapat membantu
untuk dicegah cukup x1=0. mengurangi rasa takut
6
4 Menonjolnya 1 ½ x1 Keluarga menyadari dengan
masalah masalah = 0.5 mematuhi diet yang dianjurkan
tidak perlu ditangani dapat mengrangi rasa khawatir
Tn”R”

JUMLAH 3.1

32
C. Perencanaan Keperawatan
Diagnosa
No Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
Keluarga
1 Manajemen Setelah dilakukan 1. Berikan 1. Asupan garam
kesehatan kunjungan rumah penjelasan yang tinggi
keluarga tidak 3x diharapakan pada dapat
efektif keluarga mampu keluarga mengganggu
berhubungan memberikan tentang diet keseimbangan
dengan perawatan pada Tn. yang natrium alami
ketidakmampuan R dengan kriteria sesuai untuk yang ada
keluarga hasil : penderita dalam
merawat dalam 1. Adanya DM yaitu tubuh. Kadar
mengenal usaha untuk diet rendah natrium dalam
masalah anggota tidur sesuai garam, tubuh bisa
keluarga dengan kebutuhan rendah meningkat,
hipertensi lemak dan sehingga
2. Periksa kolesterol, menyebabkan
secara teratur rendah retensi
ke pelayanan karbihidrat. natrium,
kesehatan kemudian hal
ini dapat
3. Ungkapan Tn meningkatkan
R tidak takut tekanan yang
diberikan oleh
4. Wajah Tn R aliran darah
tampak 2. Anjurkan terhadap
relaks pada dinding
keluarga pembuluh
untuk darah.
mengkonsu
msi 2. Pengelolaan
makanan DM harus
sesuai dilakukan

33
dengan diet dengan
DM. komprehensif
bukan hanya
kuratif saja
harus
3. Anjurkan didukung
pada dengan asupan
keluarga yang tidak
untuk jadwal mengakibatka
tidur Tn. R n perburukan
kondisi.

3. Tekanan darah
mereka secara
alami naik dan
turun dalam
4. Anjurkan pola
kepada berputar
keluarga selama
memeriksak sepanjang hari.
an Tn. R Cenderung
secara naik di tengah
teratur. hari
dan mencapai
angka
terendah di
tengah malam,
saat waktunya
5. Melatih dan mencapai tidur
mengajarkan dalam.
senam
hipertensi 4. Resiko
berbahaya
yang mungkin
34
ditimbulkan
DM alangkah
baiknya
mencegah
daripada
mengobati
dengan
melakukan
pemeriksaan
tekanan darah
untuk deteksi
dini DM

5. Latihan dan
olah raga pada
usia
lanjut dapat
mencegah atau
melambatkan
kehilangan
fungsional,
bahkan latihan
yang teratur
dapat
mengurangi
morbiditas dan
mortalitas
yang
diakibatkan
oleh penyakit
kardiovaskuler

D. Catatan Perkembangan
No Dx Implementasi Catatan Paraf

35
Keperawatan Perkembangan
1 Manajemen Senin, 2 Juli 2018 S : Keluarga Atyc
kesehatan Pukul 08.00 WITA mengataka Badar
keluarga tidak 1. Menganjurkan pada n sudah
efektif keluarga memahami
berhubungan memerikasakan Tn. tentang
dengan R setiap minggu dan cara
ketidakmampuan minum obat secara merawat
keluarga teratur. keluarga
merawat dalam 2. Memberikan dengan
mengenal penjelasan pada DM
masalah anggota keluarga tentang diet dengan
keluarga dengan yang sesuai dengan memperha
hipertensi hipertensi pada tikan diet,
makanan yang pola tidur
diberikan Tn. R dan
harus benar-benar kontrol
rendah garam, secara
mengurangi teratur
makanan berlemak O : Keluarga
3. Menganjurkan pada dapat
keluarga untuk mengungk
mengatur pola tidur apkan
pada siang hari kembali
sebaiknya digunakan cara
untuk istirahat merawat
keluarga
DM
dengan
memperha
tikan diet,
pola tidur
dan
kontrol

36
teratur
Makanan
yang
disajikan
untuk Tn.
R sama
dengan
anggota
keluarga
yang lain
A : Tujuan
tercapai
sebagian
P : Lanjutkan
Intervensi
2 Manajemen Selasa, 3 Juli 2018 S :keluarga Atyc
kesehatan Pukul 10.00 WIB mengatakan Badar
keluarga tidak 1. Menganjurkan pada sudah
efektif keluarga menyendirikan
berhubungan memerikasakan Tn. makanan Tn. R
dengan R setiap minggu dan dengan
ketidakmampuan minum obat secara anggota
keluarga teratur. keluarga
merawat dalam 2. Memberikan O :Tn. R
mengenal penjelasan pada mengatakan
masalah keluarga tentang diet sudah tidak
anggota keluarga yang sesuai dengan takut lagi
dengan DM pada makanan dengan gulany
DM yang diberikan Tn. R a.makanan
harus benar-benar yang disajika
rendah karbihidrat, untuk Tn. R
mengurangi adalah nasi,
makanan berlemak sayur asam,
3. Menganjurkan pada tahu, tempe

37
keluarga untuk garing.maknan
mengatur pola tidur untuk Tn. R
pada siang hari tersendiri dari
sebaiknya digunakan anggota
untuk istirahat keluarga yang
lain. Wajah Tn.
R tampak
rileks
A : tujuan
tercapai
sebagian
P : lanjutkan
intervensi

3 Manajemen Rabu, 4 Juli 2018 S :keluarga Atyc


kesehatan Pukul 08.00 WITA mengatakan Badar
keluarga tidak 1. Menganjurkan pada sudah
efektif keluarga menyendirikan
berhubungan memerikasakan Tn. makanan Tn. R
dengan R setiap minggu dan dengan
ketidakmampuan minum obat secara anggota
keluarga teratur. keluarga
merawat dalam 2. Memberikan O :Tn. R
mengenal penjelasan pada mengatakan
masalah keluarga tentang diet sudah tidak
anggota keluarga yang sesuai dengan takut lagi
dengan DM pada makanan dengan
DM yang diberikan Tn. R gulanya
harus benar-benar .makanan yang
rendah garam, disajika untuk
mengurangi Tn. R adalah
makanan berlemak nasi, sayur
3. Menganjurkan pada asam, tahu,
keluarga untuk tempe

38
mengatur pola tidur garing.maknan
pada siang hari untuk Tn. R
sebaiknya digunakan tersendiri dari
untuk istirahat anggota
keluarga yang
lain. Wajah Tn.
R tampak
lebih rileks
A : tujuan
tercapai
P : lanjutkan
intervensi

BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN

39
Diabetes melitus/ ketosidosis diabetik merupakan sekelompok kelainan
metabolik yang diakibatkan oleh adanya kenaikan kadar glukosa darah dalam tubuh
atau hiperglikemia. Kadar glukosa darah secara normal berkisar antara 70-129 mg/dl.
Diagnosis DM ditemukan apabila kadar glukosa > 200 g/dl, atau gula darah puasa
kurang 126 g/dl, atau tes toleransi glukosa oral >200 mg/dl disertai gejala klasik
diabetes yaitu poliuria, polidipsia dan polifagia.
Keluarga sangat berperan dalam mencegah ataupun mengatasi diabetes
melitus pada salah satu anggota keluarga dengan memberikan motivasi yang baik
seperti pengaturan diet, olah raga, perawatan kaki diabetik, dan lain sebagainya.

B. SARAN
Keluarga diharapkan dapat mempraktekan dan berpartisipasi aktif bersama perawat
untuk melaksanakan proses asuhan kepada anggota keluarga dengan hipertensi agar
proses keperawatan dapat berjalan dengan baik, guna mencegah komplikasi yang
tidak diinginkan.

DAFTAR PUSTAKA

Baradero , Mery. 2009. Klien gangguan endokrin. Jakarta : EGC


Brunner & Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal Bedah, ed-12. Jakarta : EGC

40
Ningsih, Oliva Suyen.2019.Asuhan Keperawatan. DSME Diabetes Self Management
Education. Ruteng:PKBM SAMBI POLENG.
Rencana Asuhan Keperawatab Medikal Bedah : Diagnosis NANDA-I 2015-2017 intervensi
NIC hasil NOC/ editor, Deni Yasmara, Nursiswati, Rosyidah Arafat ; editor penyelaras
Bhetsy Angelina, Monica Ester, Pamilih Eko Karyuni. Jakarta : EGC, 2016.
Rumahorbo, Hotma. 1999. Asuhan keperawatan klien dengan gangguan siatem endokrin.
Jakarta : EGC
Yasmara, Deni,Nursiswati,dkk.2017.Rencana Asuhan Keperawatan Medikal
Bedah.jakarta:EGC

41

Anda mungkin juga menyukai