Anda di halaman 1dari 13

Nama : Doni Simangunsong

Nim : 14.2880
Mata Kuliah : Seminar Biblika
Dosen : Pdt. Dr. Pahala J. Simanjuntak
Pdt. Dr. Rospita Siahaan

SOLIDARITAS ALLAH TERHADAP ORANG-ORANG MISKIN


(Suatu Tinjauan Biblis Terhadap Keluran 23:6)

I. Pendahuluan
Solidaritas merupakan sikap ikut merasakan terhadap apa yang dirasakan orang lain.
Dalam hal ini difokuskan rasa solider terhadap orang-orang miskin. Dan Allah juga
memiliki rasa solidaritas terhadap orang-orang miskin yang hidupnya penuh dengan
penderitaan dan ketidakadilan. Orang miskin tidaklah atas kehendak mereka sendiri agar
mereka hidup dalam kemiskinan dan tidak atas kehendak Allah sendiri mereka menjadi
miskin, tetapi salah satu faktor penyebab mereka miskin adalah kasalahan dari pihak
yang tidak bertanggungjawab atas kehidupan mereka dan keadaan status. Penyebab lain
yang mengakibatkan semakin banyaknya orang miskin adalah adanya eksploitasi
terhadap mereka oleh pihak yang tidak bertanggungjawab.
Dengan demikian mereka tidak mampu lagi mengikuti perkembangan jaman dan
tidak dapat menikmati hasil teknologi yang semakin maju melainkan tinggal diam
dengan keberadaannya seperti sekarang. Hak mereka diambil dengan bebas dan
perlindungan untuk hidup tidak sepenuhnya dapat mereka rasakan. Dengan demikian
kehidupan orang-orang miskin semakin menderita dan semakin merajalela dan hanya bisa
menerima kenyataan hidup. Tempat tinggal tidak ada, untuk memenuhi kebutuhan hidup
dana tidak ada. Yang dapat dilakukan hanya dengan menunggu dan menantikan
pertolongan dan perubahan sistem yang sudah ada.
Dalam hal ini Allah senantiasa memperhatikan kehidupan mereka. Walaupun dunia
mengabaikan mereka namun Allah turut menderita terhadap apa yang mereka rasakan
dan yang mereka alami pada saat ini. Dan satu hal yang pasti Allah menunjukkan jalan
yang terbaik buat mereka. Dalam situasi yang demikian diharapkan adanya kesadaran
dari setiap individu terhadap apa yang telah diperbuat di tengah-tengah kehidupan ini, dan

[1]
apa yang telah diperbuat terhadap orang-orang miskin khususnya. Maka dari itu sangat
perlulah rekonsiliasi terhadap orang-orang miskin.
Kemiskinan yang dimaksudkan penyaji dalam sajian ini adalah kemiskinan yang
bersifat material. Untuk memudahkan pemahaman terhadap sajian ini maka penulis
membuat sistematika penulis sebagai berikut:
I. Pendahuluan
II. Etimologi / Istilah Orang-orang Miskin
2.1 Dalam Perjanjian Lama
2.2 Dalam Perjajian Baru
III Latar Belakang Kitab Keluaran
IV. Tafsiran
4.1 Keluaran 23:6
4.2 Allah Membebaskan Setiap Manusia
4.3 Semua Manusia Sama Di Hadapan Allah
V. Implikasi Teologis
VI. Kesimpulan

[2]
II. Etimologi
Pengertian kata miskin menurut beberapa sumber antara lain: dalam kamus besar
bahasa Indonesia, kata miskin berarti tidak berharta; serba kekurangan (berpenghasilan
sangat rendah).1 Dengan demikian yang dimaksud dengan orang miskin adalah orang
yang tidak memiliki harta dan dalam hidupnya serba berkekurangan karena
pendapatannya yang sangat rendah. Dalam bahasa Inggris kata miskin diterjemahkan
dengan kata poor yang artinya, miskin, malang, lemah, buruk, jelek.2 Dari pengertian
tersebut dapat dikatakan bahwa keberadaan orang miskin perlu diperhatikan agar
hidupnya dapat lebih baik dan lebih sejatera dari sebelumnya.
Dalam Alkitab banyak juga berbicara tentang orang miskin. Ini merupakan suatu
kenyataan bahwa Allah sangat peduli dan ikut serta merasakan keberadaan orang-orang
miskin. Allah peduli berarti Allah turut berkarya membebasakan orang-orang miskin dari
belenggu kemiskinan. Ada beberapa istilah yang digunakan untuk menyebut orang-orang
miskin antara lain:

2.1. Dalam Perjanjian Lama


Kata ebion ( ebion ) berasal dari kata abhah yang artinya kekurangan dan tidak
mempunyai apa-apa, miskin atau sengsara. Orang yang menginginkan sesuatu dari orang
lain atau yang menunggu pemberian orang lain.3 Kata ‫( אבין‬ebyon)4, menunjuk pada
orang miskin, yang meminta-minta, mendapat dukacita (celaka), melarat, hina dan
bernasib malang.5
Pengertian orang miskin masih banyak lagi dijumpai dalam Perjanjian Lama misalnya
‫( אניע‬any), diartikan pada seseorang yang direndahkan, yang menduduki yang rendah
dalam masyarakat dan yang menengadah untuk melihat orang lain yang lebih tinggi
darinya. Istilah ini dapat juga diartikan dengan hina, menderita, dianiaya, ditekan, disakiti
dan didesak.6 Dalam kitab Nabi-Nabi kata any dipakai untuk menyebut orang-orang yang
menjadi korban kelaliman yang lebih kuat darinya.

1
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001) hlm. 749.
2
John. M. Echols Hasan Sadly, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2000) hlm. 438.
3
Ebion, Botterwech (art), Theological Dictionary of The Old Testament, WMB, Vol I, (Micghan: Eerdmans
Publishing Company, 1974) hlm. 24.
4
Gamel, “The Poor In The Old Testament”, dalam G. Kittel (ed.), Theological Dictionary of The Old
Testament, Vol. VI, (Micghan: Grand Rapids, 1996) hlm. 888.
5
Bnd. Ul. 15:4; Maz 49:2-3.
6
B. Davidson, The Analytical Hebrew Lexion, (Grands Rapids Michigan, WM. B. Eerdmans, 1966) hlm 787

[3]
Kata ‫( דל‬dal) diartikan kepada pihak yang lemah secara fisik dan sosial. Secara fisik
artinya tidak mempunyai makanan, minuman, dan pakaian secukupnya. Sedangkan secara
sosial dapat diartikan kedudukan yang rendah dan hina. Istilah dal sering dipergunakan
untuk menyebut para janda, yatim piatu dan kaum tani kecil (Bnd, Mzm 82:3, Kel 23:3,
Im 14:21).7

2.2. Dalam Perjanjian Baru


Dalam Perjanjian Baru keberadaan orang miskin lebih berharga dari pada orang kaya,
karena orang miskin itu lebih mudah bersikap tergantung kepada Allah 8. Bagi orang-
orang miskinlah Allah datang memberitakan kabar sukacita. Istilah yang digunakan
dalam Perjanjian Baru adalah kata πτωχος (Ptochos), artinya miskin, melarat, orang yang
meminta-minta, pengemis. Kata pthochos menunjuk pada kemiskinan yang semiskin-
miskinnya, yaitu orang yang miskin hanya mampu mencari pertolongan pada orang lain
dengan mengemis (bnd. Luk 4:18; 7:12).9 Orang miskin (ptochos) adalah orang-orang
yang sangat miskin yang berjuang untuk mengatasi perjuangannya demi mempertahankan
makna hidup10. Pengertian orang miskin dalam Perjanjian Lama berbeda dengan
Perjanjian Baru. Dalam Perjanjian Baru kedudukan orang miskin lebih berharga dari pada
orang kaya, karena orang miskin lebih mudah bersikap tergantung kepada Allah. Bagi
orang miskin, Allah memberitakan kabar sukacita.

III. Latar Belakang Kitab Keluaran


Keluaran adalah kitab kedua dalam Pentateukh.11 Kitab Keluaran, Imamat, Bilangan
dan Ulangan selalu menunjuk kembali pada kenyataaan bahwa Allah telah membawa
Israel keluar dari Mesir.12 Kebiasaan kehidupan dunia kuno seperti halnya dalam
masyarakat Akhad, bahwa proses peminjaman dapat berlangsung. Kehidupan yang
demikian juga tidak terlepas dari keadaan bangsa Israel sehingga ada kebiasaan-kebiasaan
bangsa Israel mengambil barang-barang sebagai jaminan antara lain seperti halnya

7
Bamel, The Poor In The Old Testament, dalam G. Kittel (ed) Theological Dictionary Of The Old Testament,
Vol-VI (Michigan, 1966) hlm 88
8
M. Hengel “miskin” dalam J. D. Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid II, (Jakarta: Yayasan Bina
Kasih , 2003) hlm. 88.
9
Hauck, “πτωχος“ dalam G. Kittel (ed.), Theological Dictionary of The Old Testament Vol. VI, (Michigan:
Grand Rapids, 1964) hlm. 886.
10
Wolfgang Stegeman, Injil dan Orang-orang Miskin, (Jakarta: BPK- Gunung Mulia, 1994) hlm. 2-3.
11
J. D. Douglas, Op-Cit, hlm. 534.
12
D. F. Hinson, Sejarah Israel, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2001) hlm. 56.

[4]
pakaian. Walaupun sudah ada peringatan agar bangsa Israel tidak menindas sesamanya
namun hal itu tetap saja dilakukan. 13
Kegiatan peminjaman biasanya dilakukan orang kaya dan proses peminjaman akan
masyarakat Akhad di Babylonia dapat dilakukan bila ada tersedia jaminan dan janji.
Fungsi jaminan dan janji tersebut untuk menjamin agar si peminjam tidak akan melarikan
diri sebelum utangnya lunas. Jaminan inilah yang menjadi pengikat baginya agar tidak
melarikan diri. Bentuk lain dari pinjaman ditawarkan dalam bentuk janji. Jika hutang
dibayar sesuai dengan janji maka kreditior tidak boleh mengambil jaminan yang telah
diberikan itu. Namun apabila si peminjam tidak mengembalikan pinjamannya maka
jaminan itu diambil sesuai dengan janji yang akan dilaksanakan. Bila itu merupakan suatu
janji maka orang yang meminjam diambil menjadi budak. 14
“Meskipun peristiwa Keluaran jelas merupakan pusat sejarah Israel, namun belum,
ada penyelesaian akhir yang dapat diberikan atas masalah kronologi dan geografi yang
rumit sehubungan dengan peristiwa itu, kapan dan dimana tempat peritiwa itu terjadi,
belum dapat dinyatakan dengan pasti. Meskipun demikian jaman umum yang cocok yang
kebanyakan bukti di dalam dan di luar Alkitab adalah paruhan pertama abad ke 13 (1300-
1250 M)”.15

IV. Tafsiran
Secara khusus Kel 23:6, adanya larangan agar umat manusia tidak memindas orang-
orang miskin (Ibr. ‫ ;אבינך‬ebyonikha), yaitu orang yang benar-benar miskin dan bukan
karena suratan tangan, tetapi karena struktur masyarakat pada masa itu. Oleh karena itu
dalam ayat 6 ini dikatakan agar seseorang tidak menyesatkan sesamanya yang tidak
pantas dilakukan demikian terhadap dia, seseorang yang dimaksud adalah seseorang
yang benar-benar miskin dalam hal materi. Tetapi bukan berarti akan membela mereka
dalam kesalahan mereka (Kel 23:1-9). Dalam Kel 23:1-9 ini merupakan suatu perhatian
untuk bertindak adil khususnya kepada mereka yang meminjam maupun meminjamkan
sesuatu terhadap kaum miskin. Kegiatan meminta bunga akan memperpanjang
kemiskinan, sehingga mereka tidak mempunyai dan kehilangan tanah milik sendiri

13
Hoffner, Theological Dictionary of The Old Testament Vol IV, (Ed.) Botterwech. W. B. Eerdmans (Michgan:
Publishing Company Rapids, 1980) hlm. 181
14
Ibid, hlm. 182-183.
15
W. S. Lasor (dkk.), Pengantar Perjanjian Lama I, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2004) hlm. 183.

[5]
sebagai jaminan hidup mereka. Orang yang memberikan pinjaman uang tersebut merasa
bahwa dialah yang dapat mengatur kehidupan orang yang meminjam uang darinya. 16
Kehidupan bangsa Israel mempunyai kebiasaan yang berlaku pada saat itu yakni
adanya barang jaminan terhadap si peminjam misalnya pakaian, ternak. Namun walaupun
demikian suku Israel diperingatkan agar tidak melakukan penindasan terhadap mereka.
Melakukan penganiayaan berupa perampasan ataupun menambahkan penderitaan yang
sudah ada pada mereka. Seperti halnya dalam hal peminjaman uang, ada baiknya bunga
yang dari mereka tidak ada pemaksaan namun memberikan dengan hati yang iklas dan
jujur. Inilah salah satu menaati perintah Allah yaitu memberikan apa yang terbaik
terhadap sesama tanpa ada maksud-maksud tertentu. Menaati perintah Allah berarti
mengasihi Dia, disinilah kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama manusia. Alasan
yang utama dan berulang kali diperingatkan agar memperhatikan kehidupan orang lemah
dan orang miskin dan yang diperbudak atau yang melarat adalah sikap kasih Allah
terhadap umat Israel.17
Perhatian terhadap kaum lemah dan miskin bukan hanya terdapat dalam masyarakat
Isarel tetapi juga bagi masyarakat masa kini. Dan ini juga bagi masyarakat di luar bangsa
Israel, dengan adanya pengaturan terhadap hidup orang beriman perlu memperhatikan
dengan sungguh-sungguh keberadaan orang miskin, lemah, bertindak adil terhadap kaum
yang tertindas (teraniaya), dan dengan peraturan yang benar pula menggunakan uang
pinjaman atau uang jaminan tersebut. Apabila perlindungan yang demikian dapat
terwujud, maka kehidupan orang-orang miskin dan tertindas dapat menjadi suatu sukacita
bagi mereka. Ini semuanya termasuk kedalam hukum peraturan kehidupan bangsa Israel.
Sebab Allah yang langsung berbicara dan mengadakan peraturan untuk melaksanakan
peraturan dan perintah tersebut supaya mendapat berkat.

 Allah Membebaskan Setiap Manusia


Budak tidak biasa diperlakukan seakan-akan tidak berhak sama sekali seperti budak-
budak pada zaman kuno. Memang menurut tradisi Yahudi bahwa budak itu bekerja tanpa
gaji sebab pengabdiannya itulah yang dianggap sebagai pembayar utang-utangnya. Tetapi
janganlah budak itu ditindas dan diperintahkan dengan kejam atau secara tidak adil.
Janganlah kiranya dengan menyerahkan diri akibat kesusahan itu justru diperalat untuk

16
S. R. Drives, Introduction to Literature of Old Testament, (Edinburgh: T-T Clarck , 1982) hlm. 232.
17
Ulangan 24:18.

[6]
memperlakukan orang yang menyerahkan diri tersebut dengan sesuka hatinya. Setiap
masyarakat Israel hendaknya hidup menghormati. Sesama bangsa Israel hendaknya saling
memiliki jiwa kekeluargaan. Hidup dalam masyarakat harus sesuai dengan kehendak
Tuhan yaitu hidup kudus. Seorang yang hidup kudus pastilah tidak menindas orang lain.
Menurut kitab Taurat bahwa pada setiap tahun Yobel segala sesuatu harus dibebaskan
termasuk budak. Budak harus dibebaskan untuk kembali kepada kaum keluarganya serta
nenek-moyangnya. Demikianlah kiranya orang Israel harus memberikan kebebasan
kepada budaknya pada tahun Yobel sebab sudah demikian peraturan yang ada dalam
Taurat (Im. 25).
Apabila seseorang yang terikat dengan kemiskinannya maka Allah akan
membebaskan. Pembebasan yang dilakukan oleh Allah pada zaman dahulu harus
diteladani oleh manusia. Manusia harus membebaskan sesamanya manusia yang terikat
dengan kesulitan hidup.

 Semua Manusia Sama Di Hadapan Allah


Dalam pengajaran Yesus bahwa manusia sama dihadapan Allah. Oleh karena itu
setiap manusia harus menghormati sesamanya manusia, jangan ada perbedaan antara
yang kaya dan yang miskin, karena Tuhan tidak membedakan manusia. Ia membebaskan
manusia dari dosa, demikian jika seseorang yang jatuh miskin janganlah menganggap ia
rendah tetapi hormatilah ia sebagai umat ciptaan dan pilihan Allah. Jangan
mempekerjakannya sebagai budak tetapi buatlah dia sebagai saudara.

V. Implikasi Teologis
Apabila di perhatikan dalam Perjanjian Baru terkhusus Lukas, Injil ini mempunyai
perhatian khusus terhadap orang miskin. Ia menggunakan kata ptochos, orang miskin
yang dimaksud adalah orang yang betul-betul miskin dan mau belajar dan menyerahkan
diri pada Allah, dan bukan pada kekuatan mereka sendiri. Terbatasnya harta milik
jasmani merupakan lambang kehidupan mereka. Namun Allah mau menerima mereka
dan menolong mereka. Seperti halnya dalam Lukas 16:25, Lazarus (Allah yang
menolong) yang selama hidupnya menderita akhirnya disenangkan oleh Abraham (Bapa
orang Percaya). Penderitaan yang dialami memberikan kesempatan untuk tetap bertahan
dan dia berusaha mengembangkan kualitas yang ada padanya. Penderitaan yang
dimaksud adalah penyakit yang dideritanya (penyakit kusta). Lukas melihat bahwa
jemaat-jemaat kristen mengalami penindasan dari pihak pemerintah. Mereka yang tinggal
[7]
di dalam maupun yang tinggal di luar Palestina sering mengalami kesulitan dari pihak
pemerintah. Sebab pada umumnya sikap penguasa Romawi digambarkan secara positif,
walaupun sudah nyata mereka melakukan kesalahan yang besar.18
Kabar baik dari Allah secara khusus kepada kaum miskin. Istilah miskin dalam injil
Lukas senantiasa menunjuk pada penderitaan dan kekurangan yang nyata. Mereka
merupakan orang yang tidak mempunyai jaminan di dunia ini, mereka tidak mempunyai
pengaruh atau patokan terkecuali dalam diri Allah. Allah tidak mengecewakan dan tidak
membiarkan mereka dalam keadaan miskin tetapi Allah datang menyelamatkan mereka.
Allah meninggikan orang-orang yang rendah. Ia melimpahkan segala yang baik kepada
orang lapar (Luk 1:52b, 53a). Inilah salah satu solidaritas Allah terhadap orang-orang
miskin. Sikap Allah ini memang sesuai dengan apa yang ditulis dalam PL. 19 Demikian
juga ketika bangsa Israel hendak ke tanah Kanan yang penuh dengan madu dan susu
adalah turut serta Allah sendiri, Allah sendiri yang membawa mereka keluar dari tanah
perbudakan 20.
Dalam Injil Luk.16:19-31 ditekankan bahwa sangat perlu memberikan atau
membagikan harta benda kepada kaum miskin. Dalam hal ini injil Lukas menggambarkan
bahwa kekayaan harta benda dipandang sebagai bahaya besar, sebab manusia dapat
memandang harta miliknya sebagai dasar dan jaminan. Hal ini didukung dengan
pernyataan Yesus yang mengatakan bahwa :”berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap
segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya
tidaklah tergantung dari kekayaannya itu (Luk 12:5). Karena sikap ketamakan akan juga
menutup mata seseorang bagi kebutuhan sesama manusia. seperti mata dan tangan orang
kaya tertutup terhadap Lazarus. Cerita tentang Lazarus dan orang kaya sebenarnya tidak
benar-benar terjadi melainkan ini merupakan peringatan bagi pembaca untuk saling
memperhatikan kehidupan sesama manusia, tanpa memandang darimana latar belakang
mereka. Oleh karena semua manusia semua adalah ciptaan Allah yang sama derajatnya di
hadapan Allah. Dan cerita ini juga memberikan peringatan keras kepada orang kaya untuk
memperhatikan keberadaan orang-orang miskin.
Injil Lukas juga menampilkan keberadaan orang kaya dalam perumpamaan-
perumpamaan yang tidak berhasil dengan baik. Seperti halnya kisah orang kaya dan
Lazarus secara hidup menggambarkan situasi orang yang begitu lekat pada kekayaannya

18
B. F. Drewes, Satu Injil Tiga Pekabar, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 1999) hlm. 312.
19
Bnd. Mzm 146:7-9.
20
Keluaran 3:8

[8]
dan kenikmatan yang diberikan oleh hartanya sehingga ia menjadi tidak peka untuk
melihat sesamanya yang miskin. Orang kaya hanya mengumpulkan hartanya untuk
keperluan jangka panjang. Ini berarti orang kaya sangat melekat dengan kekayaannya.
Oleh karena itu Lukas sangat memperhatikan keberadaan orang miskin, yaitu pentingnya
sikap yang tepat dihadapan Allah. Dalam injil Lukas digambarkan bahwa segala harta
kekayaan material yang tidak dapat digunakan dengan baik akan menjauhkan seseorang
dari Allah.
Injil Lukas juga menekankan keselamatan yang bersifat universal. Keselamatan yang
Allah sediakan tidak melihat siapa manusia itu yang jelas dan pasti keselamatan Dia
sediakan bagi orang-orang yang hidup dalam kehendak Allah. Kehendak Allah yang
hendak dilaksanakan oleh umat-Nya adalah melalui tindakan nyata terhadap kaum lemah
dan orang-orang kecil dan miskin. Injil Lukas ini mengingatkan agar manusia senantiasa
hidup berdampingan dan dapat merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain khususnya
penderitaan, dan bagi orang kaya agar memperhatikan juga keberadaan orang miskin di
sekitarnya.
Keberadaan manusia di dunia ini adalah sama dihadapan Allah, baik orang miskin dan
orang kaya. Namun kenyataan bahwa orang miskin tetap semakin miskin dan orang kaya
semakin menguasai segala sesuatu yang ada dalam kehidupan ini Perlu diperhatikan
bahwa keberadaan orang miskin itu tidak selamanya demikian suatu saat Allah akan
mengangkat penderitaan mereka. Allah telah menyediakan keselamatan bagi siapa yang
bertahan dalam Firman Tuhan dan jalan sesuai dengan kehendak Allah. Tidak tertutup
kemungkinan bahwa keselamtan hanya tertuju kepada orang kaya saja melainkan
terhadap semua manusia yang setia kepadanya. Keselamatan hanya dapat diketahui dan
diterima hanya melalui iman kepada Allah. Sebagai orang yang beriman baik orang kaya
maupun orang miskin sudah sepantasnya memberikan perhatian terhadap sesama manusia
khususnya kaum lemah. Dan orang kaya sudah sepantasnya memperhatikan keberadaan
orang-orang lemah, dengan tidak mengkorupsikan dana atau membungakan uang
masyarakat lemah dalam mengambil keuntungan yang sebanyak-banyaknya. Dalam hal
inilah akan tercipta sebuah rekonsiliasi antara yang miskin dengan yang kaya yang
dipelopori oleh Allah.
Karena kenyataan bahwa pada masa sekarang banyak orang yang hidupnya
memprihatinkan, banyak yang kelaparan karena kekurangan makanan, ada juga yang
tidak mempunyai tempat tinggal. Melihat kenyataan ini apakah manusia tinggal diam atau
semakin memojokkan mereka. Apabila hal ini terjadi tetapi Allah tidak pernah
[9]
meninggalkan orang-orang miskin dalam penderitaannya. Justru Ia turut serta dalam
penderitaan mereka. Dalam perbudakan di Mesir Allah berkata :” Aku telah
memperhatikan dengan sungguh penderitaan dan kesengsaraan umat-Ku di tanah Mesir,
dan Aku telah mendengar seruan mereka yang disebabkan oleh pengerah-pengerah
mereka dari tanah Mesir (Kel 3:7-8). Ini menunjukkan adanya solidaritas Allah terhadap
orang miskin. Tindakan-Nya yang membebaskan orang miskin menjadi teladan dan
sekaligus mendengar panggilan iman bagi setiap pengikut-Nya.
Panggilan iman ini berakar pada Allah sendiri, karena apabila tidak peduli terhadap
kaum miskin, berarti tidak peduli pada Allah dan menghina karya keselamatan yang
dikerjakan Allah atas dunia. Orang kristen diharapkan mampu merasakan apa yang
dirasakan oleh sesama yang menderita dan hidup dalam persaudaraan dengan orang-orang
miskin. Ada suatu kabar sukacita yang diberikan kepada umat manusia bahwa orang-
orang miskin dapat merasakan penyertaan Allah dalam hidupnya. Allah peduli terhadap
penderitaan umat-Nya. Kemiskinan yang menghancurkan martabat manusia ditanggapi
Yesus secara sungguh-sungguh. Ia rela menderita untuk orang-oarng miskin (ungkapan
ini sangat terkenal dari Teolog asal Taiwan Choan Cheng Song), yaitu Allah yang turut
menderita. Melalui pemahaman teolog tersebut dapat dilihat bahwa karya Allah yang
selalu bekerja dalam sejarah dan penyertaan-Nya atas orang-orang miskin. Dalam Matius
43:7 dikatakan bahwa orang yang tertindas apabila berseru maka Tuhan mendengar dan
dalam Ayub 5:16, ada suatu harapan bagi orang kecil. Dalam pendahuluan dikatakan
bahwa lembaga gereja berperan juga dalam mengatasi kemiskinan. Oleh karena itu warga
gereja diharapkan berperan serta dalam menanggulangi kemiskinan tersebut dengan tegas
mengingatkan kepada orang kaya untuk tidak menganggap bahwa orang miskin itu
derajatnya lebih rendah, dan menggunakan harta dengan sewenang-wenang.

[10]
VI. Kesimpulan
Orang miskin adalah orang yang benar-benar berada dalam kekurangan, kemelaratan
dan kesengsaraan, hak mereka dirampas. Dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru
keberadaan orang-orang miskin diabaikan oleh masyarakat namun Allah turut dalam
penderitaan orang miskin. Hidup dan karya Yesus membebaskan orang miskin yang
terbelenggu dalam kemiskinan. Begitu pula dengan orang-orang percaya agar mampu
membebaskan orang-orang miskin. Orang yang sudah merasakan pembebasan tersebut
berarti mereka sudah dapat menikmati damai sejatera Allah.
Umat kristen yang percaya kepada Kristus berarti mengikuti pola dan tindakan-Nya
serta memperhatikan sesamanya manusia sesuai dengan apa yang dikehendaki Tuhan.
Ada hal yang sangat penting untuk diketahui bahwa bukan kemiskinan itu yang diberkati
Allah, melainkan jemaat Allah yang mengaku bahwa dari dirinya sendiri tidak
mempunyai kekuatan untuk menolong diri sendiri melainkan hanya percaya kepada
Allah dan bukan kepada kekuasaan manusiawi apapun.

[11]
Daftar Pustaka

Bamel,
1966 The Poor In The Old Testament, dalam G. Kittel (ed)
Theological Dictionary Of The Old Testament, Vol-VI,
Michigan: Grand Rapids

Davidson, B.,
1966 The Analytical Hebrew Lexion, Grands Rapids Michigan, WM.
B. Eerdmans.

Drewes, B. F.,
1999 Satu Injil Tiga Pekabar, Jakarta: BPK-Gunung Mulia

Drives, S. R.,
1982 Introduction to Literature of Old Testament, (Edinburgh: T-T
Clarck

Ebion, Botterwech (art).,


1974 Theological Dictionary of The Old Testament, WMB, Vol I,
Micghan: Eerdmans Publishing Company.

Echols, John. M, dan Shadily, Hasan.,


2000 Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Gamel,
1996 “The Poor In The Old Testament”, dalam G. Kittel (ed.),
Theological Dictionary of The Old Testament, Vol. VI,
Micghan: Grand Rapids

Hauck, “πτωχος“ dalam G. Kittel (ed.),


1964 Theological Dictionary of The Old Testament Vol. VI,
Michigan: Grand Rapids.

[12]
Hengel, M, dalam J. D. Douglas.,
2003 Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid II, Jakarta: Yayasan Bina
Kasih.

Hinson, D. F. Hinson.,
2001 Sejarah Israel, Jakarta: BPK-Gunung Mulia

Hoffner, dalam Botterwech W. B. Eerdmans (ed).,


1980 Theological Dictionary of The Old Testament Vol IV, Michgan:
Publishing Company Rapids

Lasor, W. S, (dkk).,
2004 Pengantar Perjanjian Lama I, Jakarta: BPK-Gunung Mulia.

Stegeman, Wolfgang.,
1994 Injil dan Orang-orang Miskin, Jakarta: BPK- Gunung Mulia.

[13]

Anda mungkin juga menyukai