Anda di halaman 1dari 10

Interaksi Bacaan

Judul Buku : Itu Kan Boleh?

Penulis : Dorothy I. Marx

Penerbit : Yayasan Kalam Hidup

Tahun : 2002

Bab I Etika dan Hukum Allah: Itu Kan Lain-Lain?


Pertama-tama, sebelum kita membahas apakah Etika dan Hukum Allah itu berlainan dan tidak ada
kaitannya ataukah justru ada hubungannya, bagian ini membahas mengenai keistimewaan manusia yang
berjiwa etis, antara lain:

1. Dapat mengetahui dan membedakan antara baik dan buruk, benar dan salah, suci dan cemar.
2. Mampu menentukan norma-norma tingkah laku yang jelas, yang disesuaikan dengan Kaidah
Kebenaran.
3. Dapat menyesuaikan tindak-tanduk kita dengan norma-norma yang ada.

Yang pasti, penulis menganggap bahwa jatuhnya manusia ke dalam dosa telah mengakibatkan
menurunnya kekuatan moral manusia. Pada masa kini, manusia Kristen memerlukan kuasa Roh Kudus
untuk dapat kembali memenuhi norma tersebut, yang hanya dapat diterima ketika seseorang sungguh-
sungguh bertobat dan beriman kepada Kristus. Bila seseorang berkata ia bertobat namun tidak sungguh-
sungguh lahir baru, maka ia akan mengalami frustrasi karena kebaikan moral yang dipaksakan. Ini terlihat
dalam kehidupan tokoh-tokoh pemimpin dalam Alkitab, dan masih terjadi sampai sekarang. Ketika
mereka berbuat etis karena tuntutan jabatan, maka awal mulanya mereka dapat melakukannya dengan
baik, namun lambat-laun pasti terjatuh juga.

Demikian pula terjadi di kalangan Kristen. Firman Tuhan mencatat: Sebab Akulah Tuhan, Allahmu, maka
haruslah kamu menguduskan dirimu dan haruslah kamu kudus sebab Aku ini kudus (Imamat 11:44).
Banyak orang percaya yang akhirnya stres dengan tuntutan Allah yang satu ini, sebab mereka kurang
memahami atau memandang Sepuluh Perintah Tuhan yang terdapat dalam Keluaran 20 sebagai suatu
penuntun atau Kaidah Tingkah Laku bagi orang percaya. Padahal dalam kitab Taurat tercakup 3 unsur,
yaitu unsur perintah/ketetapan/aturan, unsur ajaran/didikan dan unsur prinsip/azas.

Analogi rasul Paulus yang digambarkan sebagai sebuah radio rohani cukup mengena. Disebutkan bahwa
Tuhan seakan melengkapi kita dengan sebuah radio rohani yang bergelombang dua, gelombang ROh dan
gelombang daging. Apakah kita lebih menyukai gelombang yang rohani, atau yang daging, itu semua
tergantung pada diri kita sendiri. Saya menyimpulkan bahwa Hukum Allah pada akhirnya menentukan
Etika.

Bab II Sepuluh Hukum: Itu Kan Sudah Usang?


Bab ini berawal dari pemikiran bahwa Sepuluh Hukum yang dibuat Allah bagi orang percaya itu sudah
usang, basi dan perlu di-upgrade. Sebuah bagian yang menggugah pikiran saya adalah: Tanpa hukum
Allah kehidupan kita menjadi kacau, bukan berbahagia. Hukum Allah dianalogikan sebagai lampu lalu
lintas di jalan raya. Terkadang kita merasa rugi waktu dan sebagainya ketika harus tertahan di lampu
merah, atau ketika harus mentaati rambu lalu lintas yang membuat kita tidak bisa segera tiba di tujuan.
Padahal, apa yang terjadi bila lampu lalu lintas itu dimatikan? Kita akan lebih kesusahan, dan bisa saja
terlibat dalam kecelakaan lalu lintas.

Pada bagian ini, penulis menggali prinsip-prinsip dasar Kristen dalam Alkitab, yaitu kesepuluh
Firman/Hukum dalam Keluaran 20, untuk melihat apakah memang sepuluh hukum ini sudah usang untuk
dijadikan landasan kehidupan di abad 21.

a. Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku


Penulis mencatat, allah lain di hadapan-Ku bermakna sesuatu yang kita puja-puja, junjung, idola dan
idamkan. Bagian-bagian di dalamnya seperti seks, uang dan harta kekayaan. Menurut saya, hukum
pertama tidaklah usang dan masih relevan dengan keadaan zaman sekarang.
b. Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun
Penulis mencatat poin ini berbicara tentang berhala, pegangan yang lain dan hal-hal yang membuat
hidup kita bergantung pada hal tersebut. Menurut saya maksudnya adalah bahwa perihal patung
dalam poin kedua hukum Tuhan ini berbicara mengenai apapun dalam hidup kita yang menguasai
hidup kita. Ketika kita membiarkan hal itu menguasai kita, maka kita sudah membuat patungnya di
dalam hati kita. Semisal bila ada patung di dalam gereja atau ruang doa yang tidak boleh dihilangkan
atau dipindahkan dari dalamnya dengan alasan membantu kita fokus berdoa/beribadah, maka secara
tidak langsung kita telah membuat patung itu menjadi berhala bagi kita. Juga, ketika kita menjadi
tergantung pada seks. Mungkin pikiran kita mulai dihantui seks, seks dan seks, dan ini membuat kita
hilang konsentrasi untuk beraktifitas normal, maka kita sudah membuat patung seks itu di dalam
hati kita. Jadi bila kita bertanya apakah hukum kedua ini masih relevan, jawabannya ya! Hukum kedua
ini tidak usang.
c. Jangan menyebut nama Tuhan dengan sembarangan
Kaitannya adalah dengan kebiasaan menyebut nama Tuhan dengan sembarangan: tujuannya tidak
benar, tidak tulus, seenaknya termasuk ketika melatah!
Baik ketika bersumpah atau berjanji, melatah, atau bahkan ketika menghina agama seseorang, ini
sudah masuk kategori menyebut nama Tuhan dengan sembarangan, dan hal ini masih terjadi terus
hingga masa kini. Usangkah? Menurut saya, sangat tidak usang. Sangat relevan.
d. Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat
Poin ini agak berat. Sebab memang kita mempertanyakan, mengapa sampai hari ini kita tidak boleh
melakukan aktifitas pekerjaan apapun di hari minggu? Sepertinya hukum ini sudah usang boleh
diganti. Tunggu dulu. Bila kita meniadakan hari Sabat dalam hidup kita, tidak mengkhususkan hari
Minggu untuk datang beribadah kepada Tuhan, maka sebagai manusia Kristen kita akan kehilangan
arah. Kita tidak akan tahu untuk apa kita hidup, siapa sebenarnya kita, mau ke mana kita setelah hidup
di dunia ini.
Tuhan ingin kita berhenti bekerja pada hari Sabat agar ada hari di mana Ia menyegarkan kembali
keadaan kita secara rohani, sebab semua kegiatan yang berlangsung selama 6 hari tentunya telah
menyita banyak tenaga dan pikiran kita, membuat kita kadang terlupa untuk hidup berkenan di
hadapan Allah. Di situlah bagian dari hari Sabat Tuhan. Juga, pada hari itu, semua orang, baik yang
miskin, yang kaya, yang jadi bos, yang jadi pembantu, semua diperkenankan berhenti dari
pekerjaannya dan berisirahat memulihkan tubuh jasmani dan rohaninya. Dengan demikian, tidak ada
lagi penindasan dalam hal bekerja terus-menerus. Setiap orang berhak mengambil waktu
beristirahatnya. Relevankah dengan masa kini, atau usang? Tentu masih sangat relevan.
e. Hormatilah ayahmu dan ibumu supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan Tuhan Allahmu
kepadamu
Penulis mencatat bahwa perihal menghormati adalah sesuatu yang diperlukan, sebab tanpa adanya
rasa saling menghormati di antara masyarakat yang lebih muda kepada yang lebih tua, terutama di
antara anak kepada orang tua, maka hidup kemasyarakatan kita akan berantakan. Dalam lingkup
Kristen, sikap menghormati ditunjukkan dalam hal mengasihi. Kita perlu mengasihi orang tua kita,
guru-guru kita, dan orang-orang yang lebih tua dari kita.
Masa kini, terlalu banyak komentar dan opini yang menuntut kelonggaran dalam sistem hormat-
menghormati di lingkungan masyarakat. Murid-murid tidak lagi menghormati gurunya, karyawan-
karyawati tidak menghormati atasannya. Bila hal ini dibiarkan, ini akan mengikis kehidupan manusia
yang baik dan membawa kita kepada keterpurukan. Usangkah hukum ke 5 ini? Tidak! Dunia
membutuhkan hukum seperti ini, bahkan saat-saat sekarang ini.
f. Jangan membunuh
Secara umum, penulis membahas hukum ini sebagai perwujudan emosi jahat yang menimbulkan
kebencian, membuahkan masalah dan konflik di antara manusia yang tidak terpecahkan. Namun
demikian, seseorang yang melakukan tindakan jahat tidaklah serta-merta langsung melakukan
tindakan jahat mereka. Ada alasan mereka melakukan itu, dan ada alasan kita untuk mencegah
mereka.
Kita belajar dari Tuhan Yesus bagaimana kita bisa mengasihi dan mengampuni orang lain, bahkan
seorang penjahat sekalipun. Ketika kita menjalani hidup yang melibatkan Yesus di dalamnya, maka
hidup kita dengan sendirinya akan membawa dampak positif kepada sesama, tidak terkecuali bagi
mereka yang mungkin memiliki niat jahat dalam hatinya. Hukum ini masih tetap relevan hingga
sekarang, meski dengan bahasa yang jauh lebih halus, yaitu saling mengasihi dan mengampuni.
g. Jangan berzinah
Yesus Kristus mendefinisikan berzinah sebagai sesuatu yang dimulai dalam hati yang kotor. Dari hati
yang kotor, terpancar dalam mata yang menyeleweng, yang menjatuhkan kita dalam dosa. Menurut
saya hal ini memang benar. Walaupun mata seringkali melihat secara tidak sengaja hal-hal yang
kurang baik, tapi bila hatinya bersih, maka tidak akan terjadi apa-apa. Sebaliknya, bila hati telah kotor,
walau tidak melihatpun, bisa membayang-bayangkan sesuatu yang tidak benar. Bila seperti ini
adanya, maka sebenarnya, dosa berzinah bisa saja sewaktu-waktu menyerang kita bila kita sedang
lemah dan merasa gagal. Hukum ini tidak usang. Sama sekali tidak.
h. Jangan mencuri
Mencuri dalam poin ini didefinisikan sebagai tindakan mengambil hak milik seseorang dalam segala
hal mulai dari mencuri barang-barang fisik, harta benda, sampai kepada mencuri nilai (mencontek),
mencuri waktu (lambat datang, cepat pulang), mencuri hati/mental (menyogok atau menyuap),
korupsi, mencuri pelanggan dengan berjualan dengan cara yang tidak benar, mencuri laba dengan
memakai jimat di tempat berdagang, dan lain-lain. Jadi, bila ditanya apakah hukum kedelapan ini
sudah usang, jawabannya sudah sangat jelas. Tidak. Ia masih relevan.
i. Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu
Bagian ini membuka mata kita bahwa memang ada banyak macam dusta yang kita ucapkan kepada
sesama, mulai dari yang kita lakukan secara sadar atau sengaja, sampai kepada yang kita lakukan
tanpa disadari dan disengaja, dan ini langsung menerangkan pandangan kita bahwa hukum
kesembilan ini juga masih sangat relevan dan jauh dari keadaan usang.
j. Jangan mengingini milik sesamamu.
Saya jadi teringat pada satu ayat dalam Alkitab yang berbunyi: Karena akar segala kejahatan adalah
cinta uang (1 Timotius 6:10). Meski tidak selalu berbicara tentang uang, tetapi penekanannya adalah
pada keinginan atau kerinduan untuk memiliki sesuatu, yang bisa berujung pada perbuatan dosa,
yaitu ingin atau rindu memiliki sesuatu atau seseorang yang bukan milik kita. Apakah hal ini tidak
terjadi pada masa kini? Masih. Bahkan masih sangat sering terjadi di seluruh dunia. Tidak perlu
ditanyakan lagi relevansi poin terakhir dalam sepuluh hukum Tuhan ini. Ia sama sekali tidak usang.
Saya secara pribadi menganggap bahwa sepuluh hukum ini sangat jauh dari kata usang. Ia masih
benar-benar cocok dan mampu menjadi pengingat yang sangat jelas bagi anak-anak Tuhan mengenai
bagaimana semestinya kita menjalani kehidupan kita di dunia ini.

Bab III Pergaulan Pranikah: Itu kan No Problem?


Penulis mencatat, bahwa Allah menetapkan pernikahan terutama sebagai suatu persekutuan kasih.
Setelah Adam tidak menemukan mahluk yang sepadan dengan dirinya, maka Allah mengaruniakan
Hawa dalam hidup Adam. Perhatikan kalimat berikut yang diucapkan Adam ketika ia bertemu Hawa:
Inilah dia (Kejadian 2:23), sebagai jawaban atas problem yang ia hadapi, yaitu tidak memiliki penolong
yang sepadan (Kej 2:20). Adam membutuhkan seorang penolong, bukan seorang partner seks!

Memang benar bahwa pergaulan pranikah pada dasarnya penting dan menentukan bahagia atau
tidaknya suatu pasangan di masa yang akan datang. Memang sepasang pria dan wanita akan saling
mengasihi pada masa pranikah, tetapi yang membuat perbedaan hubungannya adalah tipe kasih yang
melandasi hubungan mereka. Ketika hubungan sepasang kekasih dijalin di dalam wilayah agape, maka
pergaulan pranikah mereka akan baik-baik saja. Berbeda bila mereka menjalin hubungan dalam wilayah
eros. Hubungan eros memang mampu mengorbankan segala sesuatu seperti tradisi, adat, hukum
kebudayaan dan sebagainya, tapi sayang, eros tidak pernah berani mengorbankan keinginan eros itu
sendiri, yang dalam hal ini, hubungan seperti suami istri yang terjadi di masa pranikah.

Marx mencatat bahwa ada 3 tahap dalam perkembangan Eros:

Tahap pertemuan
Tahap perkenalan
Tahap perkawinan

Menurut saya, tiga tahapan ini masuk akal dan memang begitu adanya pada umumnya. Pada akhir
tahapan inilah akan terlihat ke mana arah hubungan tersebut. Bila suatu hubungan hanya dilandasi
keakuan atau keegoisan, maka yang berkembang di dalam hubungan tersebut adalah nafsu. Namun, bila
yang melandasi hubungan tersebut adalah pengorbanan, maka yang berkembang di dalam hubungan
tersebut adalah kasih. Nafsu, berarti Problem. Sedangkan kasih, berarti No Problem!

Hubungan pranikah yang dilandaskan pada kasih akan melahirkan dan mengembangkan sebuah
persekutuan, dan menandakan bahwa kedua orang tersebut telah siap untuk menikah.

Bab IV Seks dalam masa Pertunangan: Itu kan normal?


Apakah hal ini boleh dilakukan? Bukankah hal ini sudah sangat lazim terjadi dan dianggap hal yang
biasa? Tidakkah itu normal? Menurut saya tidak. Sebab meski dalam masa pertunangan, suatu pasangan
pria dan wanita tetap berada dalam suatu kemungkinan: mungkin tetap maju ke pernikahan, atau
mungkin putus di ujung jalan.
a. Masalah status
Contoh yang diberikan sangat tepat. Seorang siswa SMA yang sudah akan lulus, tetap belum
boleh ikut duduk di kelas mahasiswa, meskipun ia telah merencanakan dan mengisi form
pendaftaran mahasiswa baru di sebuah universitas. Mengapa? Sebab ia belum memenuhi
seluruh persyaratan kelulusan mahasiswa baru
b. Sebab-musabab status pertunangan
Mengapa harus bertunangan? Sebab memang keputusan pernikahan adalah keputusan yang
tidak bisa diputarbalik bila telah dilaksanakan. Perubahan-perubahan pola hidup, keuangan dan
kemasyarakatan bisa saja membuat seseorang pada akhirnya memutuskan untuk membatalkan
hubungan yang sebentar lagi akan menginjak pernikahan.
c. Masalah janji dalam upacara pernikahan
Marx mengingatkan kita tentang bagaimana Allah dalam Perjanjian Lama menggambarkan
dirinya sebagai mempelai pria dan Israel sebagai mempelai wanita. Di antara kedua mempelai
ada suatu janji, yang ketika keadaan membuat Israel tidak setia, pernikahan mereka terganggu,
perjanjian itulah yang membuat hubungan kedua mempelai tetap berlangsung. Perjanjian itu
perlu. Manusia punya kelemahan dan bisa sewaktu-waktu berubah hatinya. Tanpa perjanjian
yang sungguh, suatu hubungan antara pria dan wanita yang menikah tidak akan berjalan dengan
baik. Ini sudah berlaku sejak jaman dahulu, dan tidak perlu dihentikan sekarang.
Jadi, apakah benar seks dalam pertunangan itu normal? Menurut saya tidak normal. Itu salah
dan harus diperbaiki.

Bab V Free Sex: Itu kan wajar?


Benarkah begitu?

Argumen yang disampaikan menjelaskan bahwa kebiasaan-kebiasaan manusia modern telah membuat
free sex menjadi suatu komoditi yang dibutuhkan di kalangan tertentu, sebab dianggap dapat
mengurangi stres dan jalan keluar dari rutinitas yang melelahkan. Hal inilah yang membuat free sex
diperhitungkan sebagai sesuatu yang wajar.

Seks semestinya terjadi di antara sepasang insan yang telah menjalani hubungan yang benar-benar
serius dan telah terikat dalam suatu komitmen, yaitu pernikahan. Komitmen yang mengikat ini
bertujuan agar ada rasa tanggung jawab dan penyerahan diri dalam hal mempercayai sepenuhnya pada
pasangannya. Free sex mengabaikan komitmen itu. Ia mendorong pelakunya untuk menjalani hubungan
yang mendalam dengan seseorang lainnya tanpa melibatkan tanggung jawab dan rasa percaya.

Berikut 3 sudut pandang mengenai free sex yang dicatat dalam buku ini:

a. Sudut fisiologi
Yaitu sebuah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari proses-proses dan fungsi kehidupan dari
organ-organ kita. Katanya, penggemar free sex menuntut kebebasan mereka berdasarkan sudut
pandang ini. Menurut mereka dorongan seks adalah suatu dorongan fisik yang mau tidak mau harus
dipenuhi, sebab sifatnya sama seperti nafsu makan. Padahal, nafsu makan tidak bisa ditahan, sedang
nafsu seks bisa. Di sini saja sudah terlihat bedanya. Sudut fisiologi tidak bisa dijadikan alasan
seseorang untuk menghalalkan free sex.
b. Sudut psikologis
Pada sudut yang satu ini dapat disimpulkan bahwa seorang pelaku free sex pasti akan menerima
dampak-dampak yang negatif dalam jiwanya ketika ia melakukan kegiatan seksnya. Pihak wanita
perlahan akan merasakan penyesalan yang mendalam, perasaan terluka dan kecewa dan berujung
pada depresi yang hanya bisa dihentikan dengan pertobatan dengan sungguh kepada Allah. Pihak
pria pun demikian, akan terus merasa bersalah, tidak bisa dipercaya dan juga berujung pada depresi
yang sama dengan wanita. Ia juga pasti akan memerlukan pertobatan untuk memulihkan
keadaannya. Free sex mengganggu psikologi seseorang. Ya, sangat mengganggu.
c. Sudut Sosiologi
Sudut pandang ini memberi penilaian mengenai perubahan cara berinteraksi yang jelas dari pelaku
free sex terhadap lawan jenisnya. Disebutkan, pada awalnya para pelaku ini sekilas tampak semakin
dekat dengan pasangan free sex-nya. Tapi setelah masa tertentu mereka akan menunjukkan
perubahan yang sangat jauh dari sebelumnya. Yang tadinya bermula dari saling suka dan tertarik,
akan berubah menjadi saling menganggap pasangannya sebagai alat pemuas dan mulai memandang
rendah pasangannya. Mereka akan mulai merasa hanya membutuhkan pasangannya di saat-saat
tertentu saja. Bahasa yang dipakai di buku ini adalah dehumanisasi, yang artinya pengurangan nilai
seseorang sebagai manusia seutuhnya.

Sesudah membaca ketiga sudut pandang tersebut, saya menanggapi bahwa Free sex bukanlah sesuatu
yang normal terjadi, atau sesuatu yang bisa dianggap wajar bila dilakukan. Hal ini sangat merugikan
pelakunya dan dapat mendorong seseorang untuk semakin jauh dari Tuhan. Kita harus bisa membantu
siapapun di sekitar kita yang mungkin terjebak dalam arus yang ganas ini.

Bab VI Perceraian: Itu kan biasa!


Perceraian bukanlah sesuatu yang biasa. Dalam skala luas, memang dikatakan biasa. Kantor dinas
kependudukan pasti sering mengurus hal ini, namun dalam skala kecil, dalam lingkup keluarga inti,
perceraian bukanlah hal yang biasa. Ia bukan sesuatu yang bisa dan biasa dilakukan setiap hari oleh
sepasang suami istri. Sekali cerai, pasti berpisah dan tidak bersatu lagi, sedangkan firman Allah berkata,
apa yang telah dipersatukan oleh Tuhan janganlah diceraikan oleh manusia. Marx mengungkapkan 3
pertanyaan pada bagian ini beserta jawabannya.

1. Apakah orang Kristen boleh bercerai atau sama sekali tidak?


Alkitab saja mencatat bahwa Allah membenci perceraian. Dosa, pelanggaran dan kekerasan hati
manusia menyebabkan perceraian. Itulah sebabnya pernikahan diperkuat dengan hukum. Namun,
Alkitab memang mencatat beberapa situasi khusus di mana perceraian Kristen diperbolehkan, yaitu
bila terjadi pelanggaran seksual, mungkin suami atau istri berselingkuh, lalu bila pernikahan terjadi
antara orang beriman dengan yang tidak beriman. Namun, tetap saja perceraian bukan sesuatu yang
dianjurkan, dalam keadaan apapun.
2. Apa yang harus dilakukan oleh seorang suami/isteri Kristen jika ternyata isteri/suaminya hendak
meninggalkan dia?
Tentunya pasangan suami/isteri ybs harus benar-benar mempertimbangkan keputusan mereka, dan
pihak yang hendak diceraikan perlu introspeksi diri dengan keberadaan dirinya, mungkin ada yang
tidak beres dalam caranya bersikap pada pasangannya, atau ada hal lainnya.
3. Apakah orang-orang Kristen boleh menikah lagi? Atau pihak tidak bersalah tetap harus hidup
single untuk jangka waktu tidak terbatas?
Boleh saja. Alkitab memang sudah memberi peluang kepada orang Kristen ybs, agar ia dapat
kembali membina rumah tangga dengan seseorang yang lain, bilamana telah mengurusi surat-surat
yang dibutuhkan. Hanya, ingatlah firman Tuhan dalam Roma 12:2 yang berbunyi demikian,
Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu.
Kita tidak boleh hanya sekedar mengikuti arus dunia. Bila memang arus membawa kita ke arah yang
salah, maka lawanlah arus itu dan bedakanlah mana yang baik dan berkenan kepada Allah.

Bab VII Abortus: Itu kan perlu pada zaman sekarang?


Apapun alasannya, abortus bukanlah sesuatu yang baik, sebab dalam proses bertumbuh dalam
kandungan, seorang janin yang telah memiliki pergerakan sudah diperhitungkan sebagai seorang
manusia seutuhnya, dan tindakan abortus berarti tindakan membunuh, mengambil nyawa seseorang.
Ingat, hukum ke 8, jangan membunuh.

Dengan segala aspek yang ditimbang dalam mengambil keputusan untuk melegalkan tindakan abortus,
seharusnya kita mengingat bahwa bukan janin tersebut yang minta ia dikandung. Wanita yang
mengandung janin tersebutlah yang semestinya bersedia menanggung penderitaan akibat dari
kelalaiannya dalam menjaga dirinya di hadapan Tuhan, bila ia adalah seorang Kristen.

Alasan-alasan yang dikemukakan sebagai pendorong keinginan untuk abortus pastilah berkaitan dengan
keinginan menyelamatkan diri, nama baik dan menghindari rasa malu. Sangat jarang permintaan
abortus muncul karena alasan medis, sebab seorang calon ibu yang menantikan kelahiran anaknya pasti
telah bersedia menanggung konsekuensi dari kehamilannya, termasuk rasa sakit dan penderitaan pada
masa kehamilan 7-9 bulan.

Abortus adalah tindakan mencabut nyawa. Siapakah kita yang merasa berhak mencabut nyawa, di saat
Allah dengan senang hati mengembuskan nyawa ke dalam mahluk kecil yang sedang menanti masanya
untuk bertumbuh dengan sukacita? Bila memang ingin mencegah punya anak, jagalah dirimu dalam
pergaulanmu! Sebab bahkan ketika seorang anak dikandung karena kecelakaan, Tuhan tetap
mengasihinya dan merencanakan masa depan yang indah buatnya, buat ibu dan bapanya. Jangan
hancurkan rencana mulia Allah. Abortus memang perlu dan harus dihapuskan.

Bab VIII Euthanasia: Itu kan wajib! (dalam rangka mengurangi


peledakan penduduk sedunia)
Sebelum membahas lebih lanjut, tulisan berikut perlu ditanam dalam pikiran kita: Tujuan yang baik
tidak menghalalkan perbuatan yang buruk, sama juga dengan perbuatan yang baik yang dilandaskan
motivasi yang buruk tetap berubah menjadi buruk di hadapan Tuhan.

Jika tujuannya adalah dalam rangka mengurangi peledakan penduduk sedunia, maka saya sangat tidak
setuju dengan tindakan Euthanasia ini. Penulis telah sangat jelas membawa pemikiran kita kepada efek-
efek dan akibat yang muncul dari tindakan Euthanasia. Meskipun pada awalnya tampak baik, tapi tidak
satupun manusia dapat menjamin efek jangka panjang dari pengambilan keputusan tindakan
Euthanasia. Pihak keluarga yang menyetujui tindakan ini bisa saja dirundung dukacita yang lebih
mendalam bahkan ketika telah berbulan-bulan melewati masa dukacita, dan itu ditambah dengan rasa
bersalah yang tak kunjung hilang.
Menurut saya, bagi orang Kristen, Euthanasia sama sekali tidak boleh dilakukan, sebab tindakan ini sama
saja dengan mencabut nyawa seseorang, membunuhnya, bahkan secara sadar dan terencana! Apapun
alasan kita untuk memikirkan dan mengizinkan pihak medis melakukan tindakan Euthanasia, ingatlah,
sebagai orang Kristen kita sadar bahwa kita hanya ciptaan Tuhan yang berserah hidup pada Sang
Pencipta kita, dan bukanlah seorang pencipta sesama manusia, apalagi kalau sampai berpikir bahwa kita
berhak menentukan akhir hidup seseorang.

Satu hal yang menyentil iman saya adalah ketika Marx menulis bahwa Allah tetap dapat berkomunikasi
dengan seseorang bahkan dalam keadaan ia tidak sadarkan diri, sebab Ia adalah pencipta manusia, dan
manusia masih dapat memberi reaksi terhadap Allah, yang tidak akan terlihat oleh sesama manusia
lainnya. Itu berarti, bila kita melakukan Euthanasia kepada seseorang yang menurut kita lebih baik bila
mati saja, maka kita memotong kesempatannya untuk berbicara dengan Tuhan, yang mungkin masih
ingin memberinya nafas hidup untuk hari esok. Salahkah kita? Salah sekali.

Bab IX Pornografi: Itu kan masalah pribadi?


Pornografi sama sekali bukan masalah pribadi. Dari definisinya, kata ini mengandung arti semacam seni
yang mendorong hasrat erotis seseorang sehingga ia perlu mewujudkannya dalam suatu aktifitas
seksual. Ini menunjukkan bahwa pornografi sangat mungkin adalah masalah sosial, sebab melibatkan
lebih dari satu orang. Dua orang bahkan lebih!

Marx mengawali argumennya dengan memperjelas perbedaan antara seni dengan reklame, sebab
dalam dunia pornografi, segala hal yang terpampang di dalamnya terkadang dianggap sebagai sebuah
karya seni. Dijelaskan bahwa bila yang ditayangkan lebih menggambarkan perasaan dan pandangan
senimannya sehingga para penikmat dapat merasakan emosi dan ekspresi sang seniman, maka itu
adalah suatu bentuk seni. Sedangkan bila yang ditayangkan lebih didorong untuk mendalami perasaan
mereka sendiri dan menggugah mereka untuk mencerminkannya dalam tindakan mereka sendiri, maka
itu adalah suatu bentuk reklame.

Pornografi bukanlah seni. Sebab, produk-produknya mendorong konsumennya untuk turut melakukan
apa yang mereka lihat. Perlahan tapi pasti, seorang penikmat pornografi pasti terdorong untuk
melakukan sendiri hal-hal yang ia lihat di dalamnya.

Pornografi menurunkan nilai seorang manusia yang menjadi pelakunya. Ia tidak lagi dipandang sebagai
manusia seutuhnya, melainkan sekadar suatu alat sarana tindakan pornografi itu sendiri. Menurut
saya, orang Kristen tidak perlu menanyakan lagi apa akibat dari pornografi bagi kita, tapi kita lebih perlu
menelaah secara pribadi, apa yang seharusnya kita lakukan untuk mengatasinya.

Bab X Violence: Itu kan semestinya?


Di saat dunia menganggap bahwa kekerasan (Violence) itu memang sudah semestinya dilakukan supaya
bisa terjadi kemajuan, maka Yesus Kristus menunjukkan bahwa ia membuat kemajuan dengan cara yang
non-violent, tanpa kekerasan. Mengapa kekerasan dianggap sudah semestinya terjadi?

Marx mencatat alasannya adalah karena melalui aksi-aksi kekerasan (violence), pergolakan revolusioner
dan tindakan-tindakan provokasi maka kemajuan dapat terjadi di negara-negara dan dunia politik.
Bab XI Perjudian: Itu kan iseng
Perjudian sejak jaman dahulu telah dipandang secara umum sebagai suatu hal yang merugikan. Namun
demikian, perjudian tetap menjadi suatu ajang yang dianggap membawa kebaikan bagi para pelakunya.

Menurut saya, hal ini terjadi sebab para pelaku perjudian telah mempertaruhkan nasib mereka kepada
perjudian itu sendiri, sehingga mereka akhirnya benar-benar menjunjung tinggi dunia ini. Padahal
sebagai anak-anak Tuhan kita diajar untuk mempertaruhkan kehidupan kita ke dalam tangan Tuhan,
yang menjamin hidup kita. Dari hal ini saja sudah terlihat perbedaan antara orang yang melakukan
perjudian dengan mereka yang melakukan firman Allah.

Iseng. Ini menjadi senjata favorit orang-orang yang ditegur karena mempraktikkan perjudian. Ketika istri
menegur suami yang berjudi, jawaban suaminya adalah: Itu kan cuma iseng. Ketika bos di kantor
menegur karyawan yang karena berjudi meninggalkan kantor pada jam kerja, maka jawabnya: Itu
cuman iseng aja, pak. Tanpa mereka sadari, perjudian, walaupun hanya diawali oleh keisengan, tetap
berdampak buruk bagi pribadinya, baik dari segi sosial maupun dari segi teologisnya.

Ungkapan bahwa perjudian secara tidak kita sadari adalah suatu bentuk penyembahan kepada berhala
mamon sangat saya setujui. Ketika seseorang berjudi, maka ia menyerahkan nasibnya kepada dadu,
ayam, kuda, kartu dan benda mati lainnya. Dan ketika ia adalah seorang Kristen, pertanyaannya,
bagaimana mungkin ia di satu sisi percaya bahwa Tuhan memberkati usaha pekerjaannya dan di sisi
yang lain ia percaya bahwa dadu akan menunjukkan angka keberuntungannya, atau kuda pilihannya
akan membuatnya menang uang puluhan juta? Inilah akibat dari tindakan yang katanya cuma iseng tadi.

Ketika kita membuka Firman Tuhan, maka kita baca dan imani perihal Tuan yang menitipkan talenta
untuk dikembangkan, dan olehnya kita digugah untuk dapat mengembangkan apapun yang kita miliki
dengan cara bekerja dengan gigih dan jujur. Sedangkan ketika kita melakukan perjudian, maka kita
dibawa kepada situasai di mana kita dibentuk menjadi pribadi yang serakah, tidak mau berusaha keras
memperoleh pendapatan yang jujur dan tidak merugikan orang lain.

Perjudian merugikan. Itu pendapat saya setelah membaca tulisan pada bab ini. Sesuatu yang cuma
iseng bukan berarti boleh-boleh saja. Bagaimana dengan iseng-iseng menang taruhan yang memakai
uang kantor? Kalau kalah, kita berhutang, kalau menang, mungkin lawan kita yang berhutang pada
kantornya karena telah memasang taruhan dengan uang mereka, dan kita mengambil uang mereka yang
tidak halal tersebut.

Bab XII Manipulasi Genetika: Itu kan bagus?


Pada bagian terakhir ini, Marx membahas mengenai Manipulasi Genetika, yang setelah saya baca,
secara umum berbicara tentang manusia, yang dalam kemajuan teknologi dan informasinya, telah
mampu melakukan tindakan memanipulasi genetika mereka pribadi, dalam rangka memperbaiki
keturunan manusia, mencegah adanya bibit penyakit dan kelainan genetik pada keturunan mereka
nantinya. Sekilas ini adalah hal yang bagus. Memang bagus. Tapi menurut saya banyak negatifnya.

Marx mengemukakan begitu banyak bahaya yang bisa timbul oleh karena keputusan Manipulasi
Genetika tersebut. Secara sudut pandang Kristen, secara tidak langsung, manipulasi genetika adalah
suatu gambaran ketidakpuasan manusia atas apa yang Tuhan ijinkan dimiliki oleh manusia. Mungkin
seseorang dilahirkan hitam, maka dengan manipulasi genetika ia dapat membuat keturunannya berkulit
putih. Seseorang yang memiliki tinggi badan di bawah rata-rata akan memanipulasi gennya supaya
anaknya kelak lebih tinggi dari dirinya. Dan masih banyak contoh lain lagi.

Manipulasi genetika mendorong pemahaman kita bahwa kita sudah punya kuasa untuk mengubah masa
depan kita, atau setidaknya masa depan keluarga kita. Tapi, ingatkah anda, bahwa kita diciptakan Allah
sempurna adanya. Kekurangan-kekurangan yang kita alami telah memiliki maksud sendiri dari Tuhan,
dan sebenarnya tidak ada yang perlu diperbaiki sendiri oleh manusia. Justru ketika kita ingin
memperbaiki keadaan kita, maka saat itulah kita mulai meninggalkan Tuhan dan belajar begantung pada
diri sendiri.

Jika saat ini negara-negara barat telah mulai melaksanakan kegiatan ini (Manipulasi Genetika), maka
inilah tandanya bahwa kita memang harus benar-benar berfokus kepada tugas kita sebagai manusia
biasa, dan membiarkan Roh Kudus yang melakukan bagiannya dalam hidup kita. Menurut saya,
manipulasi genetika sama sekali tidak mendapat bagian dalam pandangan etika Kristen dan manusia
harus sepenuhnya berserah pada kehendak Tuhan.

Anda mungkin juga menyukai