Anda di halaman 1dari 4

Catherine Booth – (17 Januari 1829 – 4 Oktober 1890)

1. Catherine Mumford Booth bukannya seorang yang mengenal dunia kemiskinan, tetapi akhirnya
menjadi sangat akrab dengan kondisi orang-orang miskin ketika ia dan suaminya melayani di
Gereja New Connexion Methodism.
2. Ia pertama kali melayani para alkoholik dan keluarganya saat William Booth ditugaskan di
Gateshead. Mereka kemudian memperluas jangkauan pelayanan mereka setelah dibentuknya
organisasi Misi Kristen (Christian Mission) dan Bala Keselamatan (The Salvation Army).
3. Setelah dibentuknya Bala Keselamatan, banyak opsir dan prajurit di korps akhirnya turut
melibatkan diri dalam memenuhi bukan saja kebutuhan fisik masyarakat, tetapi juga kebutuhan
rohani mereka.
4. Pelayanan BK memiliki banyak wajah, tergantung pada kebutuhan setempat – mulai dari rumah
sementara bagi para mantan narapidana di Australia pada tahun 1883, sampai kepada institusi
untuk para wanita yang memiliki ketergantungan pada alkohol di Toronto, Kanada, pada tahun
1886.
5. Catherine Booth sangat terbeban dengan pelayanan BK bagi para prostitusi di London, dan ia
menolak untuk menyerah sampai ia menang nantinya. Di dalam pelayanan ini, Catherine terlibat
kerjasama dengan beberapa orang yang cukup penting bagi masyarakat pada masa itu.
6. Prostitusi di kalangan Victorian dianggap sesuatu yang sudah umum, dan banyak gadis yang
berumur 12 tahun ke atas yang terlibat dalam bisnis ini oleh karena orang-orang tua yang miskin
dan membutuhkan uang. Pada masa itu, warga BK menjadi terbiasa menemui dan melayani para
prostitusi ini baik di jalanan maupun di pertemuan gereja. Akhirnya pada awal 1880-an, mulai
dibentuk organisasi intern BK untuk secara khusus menangani para wanita yang kurang beruntung
ini.
7. Setelah berjuang dengan dukungan dari berbagai pihak, Catherine Booth terus terdorong untuk
dapat berbuat lebih dan lebih lagi. Pada tanggal 14 Juli 1885, Catherine Booth menulis sebuah
surat yang ia tujukan kepada Ratu Inggris, Victoria. Suratnya akhirnya berujung pada dukungan
dari Ratu Inggris, yang mendorongnya untuk membuat sebuah petisi.
8. Petisi tersebut berisi demikian:

I. Umur seorang pemudi yang dianggap mulai bertanggung jawab harus dinaikkan
menjadi delapan belas.

II. Tindakan orang-orang muda yang bertujuan menggoda atau amoral harus dibuat
menjadi tindakan kriminal, dan terlampir di dalamnya sebuah hukuman yang berat.

III. Hak untuk mencari, yang merupakan suatu kuasa dari ahli hukum harus diberi
untuk mencari bila ada rumah di mana diyakini ada gadis-gadis di bawah umur yang
dilibatkan dalam tujuan-tujuan amoral, atau bila dipaksa bertindak di luar kehendak
mereka.

IV. Persamaan antara pria dan wanita di hadapan hukum; melihat bahwa saat ini
dianggap kriminalitas bila seorang wanita mendorong seorang pria kepada amoralitas,
maka anggapan yang sama harus berlaku bagi pria yang mendorong seorang wanita
kepada amoralitas.

Pada akhirnya, petisi ini ditanggapi oleh pemerintah, dan berujung pada perubahan usia
dewasa wanita menjadi enam belas tahun.
9. Catherine Mumford lahir di Ashbourne, Derbyshire, Inggris, pada tahun 1829.
Orang tuanya, John Mumford dan Sarah Milward, adalah penganut Metodis.
Ayah Catherine adalah seorang pengkhotbah lepas dan sehari-hari menjadi
pembuat kereta. Keluarganya kemudian pindah ke Boston, Lincolnshire, dan
pada akhirnya tinggal di Brixton, London. Sejak usia muda, Catherine sudah
menjadi gadis yang serius dan peka. Ia memiliki dorongan kristiani yang kuat
dan dikatakan telah selesai membaca Alkitab hingga delapan kali sebelum ia
berumur 12 tahun.
10. Pada masa remajanya, Catherine mengalami kelainan pada tulang
punggungnya, yang menyebabkan dia tidak bisa beraktifitas banyak selama
bertahun-tahun. Ia tetap menyibukkan diri, dan secara khusus mulai merasa
terbeban pada masalah alkoholik. Sebagai seorang wanita muda, ia telah
bekerja sebagai sekretaris di sebuah Komunitas Temperamen Remaja, menulis
artikel-artikel untuk sebuah majalah yang membahas temperamen. Ia juga
menjadi anggota Band Harapan di lingkungan sekitarnya, dan menjadi
pendukung gerakan Komunitas Temperamen.
11. Ketika Catherine menolak meninggalkan pelayanan para Reformer Metodis di
tahun 1850, maka kaum Wesleyan menonaktifkannya dari pelayanan. Waktu
itu, Catherine tengah aktif melayani kelas Sekolah Minggu untuk anak-anak
gadis di Clapham.
12. Di rumah seorang bernama Edward Rabbits, tahun 1851, Catherine bertemu
dengan William Booth saat William membahas sebuah puisi temperamen, “The
Grog-Seller’s Dream”. Catherine, yang tengah tertarik dengan pelayanan
Metodis, tertarik dengan pelayanan William.
13. Tidak lama kemudian, mereka saling jatuh cinta dan bertunangan. Selama 3
tahun pertunangan mereka, Catherine selalu menulis surat-surat dorongan untuk
William agar tetap semangat sebagai pengkhotbah. Mereka menikah tanggal 16
Juli 1855 di Gereja Stockwell Green Congregational di London. Pernikahan
dibuat sangat sederhana, karena mereka ingin memakai waktu dan uang mereka
untuk pelayanan. Bahkan di tengah bulan madu mereka, William masih diminta
untuk berbicara di berbagai pertemuan.
14. Keluarga Booth dikaruniai delapan orang anak: Bramwell Booth, Ballington
Booth, Kate Booth, Emma Booth, Herbert Booth, Marie Booth, Evangeline
Booth, dan Lucy Booth, dan mereka mendedikasikan diri untuk memberi
pengetahuan yang teguh mengenai kekristenan. Dua dari anak mereka,
Bramwell dan Evangeline, kemudian hari menjadi Jenderal Bala Keselamatan.
15. Catherine mulai bekerja lebih aktif lagi di dalam pelayanan gerejawi di
Brighouse. Walaupun ia sangat-sangat gugup, ia menikmati pekerjaannya
bersama orang muda dan menjadi berani berbicara di pertemuan-pertemuan
anak. Pada masa ini, ia menemukan seorang teladan, seorang pembicara
kebangunan rohani Wesleyan dari Amerika, Phoebe Palmer. Atas dukungan
William, Catherine menulis sebuah pamflet, Pelayanan Wanita: Hak Wanita
untuk Mengabarkan Injil (1859). Pamflet ini berisi tiga hal utama. Pertama,
Catherine melihat bahwa wanita tidak lebih rendah dibandingkan dengan pria.
Kedua, ia yakin bahwa tidak ada tulisan di Alkitab yang melarang wanita
terlibat dalam pelayanan umum. Ketiga, ia bertahan bahwa Alkitab
menekankan fakta Roh Kudus telah mentahbiskan dan memberkati semua
orang, bukan hanya pria.
16. Pada masa itu, belum pernah ada wanita yang berbicara di pertemuan-
pertemuan orang dewasa. Catherine yakin bahwa wanita punya hak yang sama
untuk berbicara. Pada Januari 1860, beberapa waktu setelah melahirkan anak
keempatnya, saat William sedang berkhotbah, Catherine meminta waktu untuk
bersaksi dan menceritakan panggilannya, dan malam itu menjadi titik awal di
mana akan ada begitu banyak orang yang tergugah dan tersentuh oleh khotbah-
khotbah Catherine.
17. Catherine menjadi rekan sekerja bagi suaminya dalam pekerjaan, dan tidak
lama kemudian menemukan lapisannya sendiri sebagai seorang pengkhotbah
yang hebat. Ia juga berbicara dengan masyarakat di rumah-rumah mereka,
terutama di antara para alkoholik, yang telah ia tolong untuk memulai hidup
yang baru. Seringkali ia mengadakan pertemuan-pertemuan kecil bagi para
petobat. Ia pada akhirnya mulai mengadakan kampanyenya sendiri. Mulai
muncul pengakuan bahwa pada masa itu, tidak ada pria, termasuk suaminya,
yang melebihi popularitas dan juga hasil kerja rohaninya. Artikel tertulis
pertamanya, pamflet berjudul Pengajaran Wanita (Female Teaching)
diterbitkan pada bulan Desember 1859.
18. Catherine akhirnya menjadi seorang yang ahli dan terpuji dalam hal pidato, lalu
mampu menulis dengan bahasa yang sangat terartikulasi dan logis. Ia telah
mempertahankan hak wanita untuk mengabarkan Injil sama seperti pria selama
lebih dari dua puluh tahun. Pada mulanya, Catherine dan suaminya berbagi
pelayanan sebagai penginjil yang berpindah-pindah, namun kemudian
Catherine mulai mendapat permintaan untuk menjadi pengkhotbah atas
namanya pribadi, terutama di antara orang-orang sukses. Seorang pengkhotbah
wanita adalah fenomena yang jarang terjadi pada masa itu. Melalui hidupnya,
Catherine Booth membuat sebuah pernyataan mengenai kekuatan pelayanan
wanita.
19. Misi Kristen dimulai tahun 1865 di pinggiran kota London bagian Timur.
William berkhotbah di hadapan orang-orang miskin, dan Catherine berbicara
kepada orang-orang kaya, mengumpulkan bantuan bagi pelayanan mereka yang
memang membutuhkan dana.
20. Beberapa opsir pertama di London adalah para pria dan wanita yang tadinya
bekerja sebagai karyawan pabrik tekstil. Juga, banyak pekerja rumah tangga
bergabung dalam Bala Keselamatan dan menjadi opsir.
21. Pengutusan Opsir tahun 1883 mencatat ada 127 pria yang telah menikah diutus.
Hal ini penting, sebab para isteri diharapkan saling membantu menjalankan
pelayanan di korps. Tadinya, hanya suami-suami yang mengisi formulir
keopsiran dan menjadi opsir, tetapi kemudian Jenderal William Booth
mendorong agar para istri dan wanita juga mengisi formulir mereka sendiri, dan
kemudian bergabung dalam pelayanan keopsiran.
22. Catherine Booth mengatur toko-toko Food for the Million (makanan bagi
jutaan), di mana orang-orang miskin dapat membeli makanan murah, dan pada
hari Natal, ratusan makanan dibagikan kepada yang membutuhkan.
23. Ketika nama Misi Kristen diubah menjadi Bala Keselamatan pada tahun 1878,
William Booth dikenal sebagai Jenderal, dan Catherine dikenal sebagai ‘Ibu
Bala Keselamatan’. Catherine membawa banyak perubahan di dalam organisasi
ini, termasuk mendesain bendera dan topi untuk para wanita.
24. Di usia 61 tahun, Catherine Booth meninggal usia karena Kanker Payudara. Ia
meninggal di Crossley House. Ia dimakamkan bersebelahan dengan suaminya
di Abney Park Cemetery, London.
25. Setelah masa itu, Crossley House sempat didonasikan kepada warga-warga
yang memiliki keterbatasan dalam hal belajar, sampai ketika rumah itu dijual
kepada pihak pengembang tahun 2005.

Anda mungkin juga menyukai