Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN BACAAN PENGINJILAN PRIBADI

Nama: Frans Kristian Waruwu

Tingkat: I (satu)

M. Kuliah: Penginjilan Pribadi

Dosen pengampu

Dr. Yulius Enisman Harefa M.Th


Laporan baca

Indentitas Buku

Judul buku :Sejarah Gereja Indonesia

Penerbit :DR.Anne Ruck

Cetakan :Tahun 1997

Isbn : 978-979-415-963-7

1. James Hudson Taylor

James Hudson Taylor(1832-1905),anak seorang apoteker di Yorkshire,Inggris,dididik


dalam Gereja Metodis tetapi, setelah bertobat semasa remaja, ia masuk Gereja Baptis.Taylor
mempersiapkan diri dengan belajar kedokteran diLondon.Selama masa kuliah ia hidup berdisplin
dan sederhana. Pada tahun 1855 ada 86 orang utusan lembaga Protestan di Cina, yang hampir
semuanya tinggal dan bekerja di lima”pelabuhan perjanjian”.Taylor memulai perjalanan naik
perahu (jung) di pendalaman Cina, bersama dengan John Burden, utusan Church Missionzry
Society,atau ddengan Wiliam Burns,utusan Gereja Presbiterian Skotlandia.

Startegi yang di gunakan Pada tahun 1865 Hudson Taylor mendirikan China Inland
Mission, yang menjadi lembaga misi Protestan terbesar di Cina. Berbeda dengan lembaga-
lembaga sebelumnya,CIM didasarkan pada iman kepada Tuhan saja,bukan kepada manusia (faith
mission). Hudson Taylor menggangap pendidikan tinggi kurang penting dibandingkan dengan
pegabdian kepada Tuhan dan kerelaan melayani. Kekuatan jasmani juga sangat perlu agar
bertahan hidup didesa pendalamancina Tujuan utama Hudson Taylor adalah menyebarkan Injil
secara luas diseluruh Cina.Pekabar-pekabar Injil berjalan berdua,seorang Barat dengan rekannya
orang Cina,naik”jung”(perahu cina)melalui sungai dan jalan laut.pada tahun 1873 sudah ada 43
pos, di mana 35 pekabar Injil Barat bekerja sama dengan 60 penginjil dari dalam negeri.Pada
tahun1882 anggota CIM sudah berjalan berkeliling di setiap propinsi Cina dan beberapa pekabar
Injil sudah menetap di 15 propinsi dari 18 propinsi Cina.pada tahun 1876 Hudson Taylor
menyampaikan karya ilmiahnya(paper) di konferensi oikumenis para pekabar Injil di Shanghai.ia
mengemukakan dua dasar pelayanan misi di Cina:pertama,bahwa penginjilan secara luas harus
diprioritaskan sebelum pembangunan gereja;kedua,bahwa gereja yang didirikan di Cina harus
menjadi gereja Cina asli bukan tiruan dari Gereja Barat.sehubungan dengan perkataan Taylor
tersebut,timbulah salah pengertian antara beberapa ahli,bahwa Taylor tidak menggangap penting
pendirian gereja ataupun sekolah.Padahal,di setiap pusat dan pos penginjilanCIM jemaat
dikumpulkan dan dipelihara,lalu bila memungkinkan pendeteta atau penatua dari dalam negeri
segera diangkat.Beberapa rumah sakit,rumah yatim piatu dan sekolah didirikan serta banyak
tempat rehabilitasi untuk pecandu opium.Namun,lembaga-lembaga tersebut tidak boleh
mengurangi perhatian terhadap tujuan utama CIM, yaitu pekabaran Injil secara luas.

Taylor adalah seorang percaya yang pietis, artinya ia sangat menekankan kesalehan dan kesucian
hidup. Ia bekerja sebagai pengabar Injil yang sangat giat dan semangat, khususnya berita Injil
yang disampaikan bagi mereka yang belum pernah menerima kabar keselamatan. Ia merasa
sangat terpukul, apabila ia merenungkan kembali rakyat Tiongkok yang jumlahnya begitu
banyak itu akan masuk neraka, karena belum percaya kepada Tuhan. Yesus juga sebagai Juru
selamat mereka. Oleh karena ia bagitu sibuk melayani Tuhan sehingga ia kurang memperhatikan
kesehatannya. Tahun 1860, ia harus meninggalkan Tiongkok dan kembali ke Inggris, karena
kondisi kesehatannya. Ia membawa serta seorang Tiongkok untuk menterjemahkan Alkitab ke
dalam bahasa Mandarin. Walaupun Taylor berada di Inggris, hatinya tetap berada di Tiongkok.
Di dalam kantor kerjanya senantiasa terpasang peta Tiongkok, yang setiap saat dipandangnya,
untuk menetapkan strategi yang lebih tepat di daratan Tiongkok. Ada dua buku yang sangat
menolong tentang bagaimana Taylor memandang ke masa depan. Buku yang pertama adalah
kopian Injil Lukas dalam bahasa Mandarin; dan yang lainnya buku tentang misi dan kesehatan.
Untuk memperlancar pelayanan dan membaca buku, maka Taylor belajar bahasa Mandarin. Dia
juga mempelajari Theologia, bahasa Latin dan bahasa Yunani. Mengenai segala kebutuhan
hidupnya, Taylor hanya menyerahkan kepada Tuhan. Sambil pelayanan, ia juga bekerja untuk
mendapatkan uang untuk keperluan sehari-hari.

Taylor masuk ke Tiongkok diutus oleh sebuah badan misi yang bernama Chinese Evangelization
Society, yaitu suatu lembaga penginjilan yang secara khusus memusatkan perhatian bagi
pelayanan di Tiongkok. Lembaga penginjilan ini memilih negara raksasa Tiongkok sebagai
tempat untuk memusatkan pekabaran injil, namun sayang tidak didukung oleh dana yang cukup,
sehingga membuat cukup sengsara dan menderita bagi setiap misionaris yang diutus. Taylor
memasuki negara Tiongkok tepatnya tahun 1853, waktu itu Taylor berumur dua puluh satu
tahun. Mula-mula ia mengadakan perjalanan mengelilingi seluruh Tiongkok, masuk ke kota
Shanghai dan kota-kota lainnya dengan ditemani oleh misionaris lainnya, yakni William Burns,
beliau sudah lebih dahulu masuk ke Tiongkok. Ada banyak tantangan yang akan dihadapi di
dalam pelayanan menuju Tiongkok, namun Taylor bersandar penuh pada Tuhan Yesus Kristus.

Taylor juga berusaha mengadakan adaptasi diri di Tiongkok, salah satunya ia memakai pakaian
tradisionil orang Tiongkok dan dalam kehidupan sehari-harinya dan juga belajar bahasanya.
Taylor sanggup berkhotbah dan mengabarkan injil dalam bahasa Mandarin. Pendekatan ini
mendapat kritik dari para pekabar Injil Barat lainnya. Tahun 1856, ia memulai pekerjaan
pelayanannya di kota Ningpo, suatu kota yang mendekati pesisir pantai. Kebutuhan pelayanan
Taylor cukup banyak, namun dukungan dari lembaga penginjilan yang mengutusnya sangat
minim, sehingga akhirnya Taylor mengambil keputusan untuk meninggalkan Chinese
Evangelization Society. Kehidupan pelayanan Taylor sekarang bergantung sepenuhnya pada
berkat Tuhan, namun cukup banyak teman-temannya yang mengirim dana untuk mendukung
pelayanannya. Pada bulan Januari 1858, dia menikah dengan Maria J. Dyer.

Pekabaran Injil di Tiongkok sangat sukses melalui lembaga ini. Hampir semua provinsi di
Tiongkok telah dimasuki Injil. Bagi Hudson Taylor, kesalehan dan kesucian lebih penting
daripada pendidikan teologia. Oleh sebab itu, hal-hal duniawi sangat dijauhkan. Iman pada
Tuhan merupakan sandaran utamanya, dan boleh dikatakan semua pembiayaan lembaga
penginjilan ini bergantung sepenuhnya pada Tuhan saja.

Karena begitu cintanya kepada negara Tiongkok, maka ada satu kalimat yang sangat terkenal,
yang pernah diucapkan James Hudson Taylor ini, yakni : “Jikalau saya mempunyai seribu
nyawa, maka semuanya akan saya berikan buat Tiongkok.”
Indentitas Buku

Judul buku : 100 Pristiwa penting dalam sejarah kristen

Penerbit : A.Rajarrenda

Cetakan : 2001

Isbn : 978-979-9290-16-8

2. Bonifasius

Bonifatius dilahirkan di dalam keluarga kristen do Wesssex pada tahun 680, nama
aslinya ialah Winfrd. Ia di latih di Benektin dan di tasbiskkan pada usia tiga puluh tahun.
Iadigerahi dengan ketampilan untuk belajar dan memimpin. Sebenarnya ada peluang baginya
untuk berdiam di inggris, untuk belajar, belajar dan mungkin memimpin sebuah biara, namun ia
merasa sedih atas orang-orang yang belum mengaku kepada kristus. Beribu-ribu orang Saxson di
Low Countries(dataran rendah) dan di Jerman sangat membutuhkan injil.

Srategi yang di gunkan Pada tahun 716, Winfrd berangkat ke Frisia, tempat para
misionaris Inggris telah berupaya puluh-puluhan tahun lamanya. Raja Frisia , Radbod,
menentang kekeristenan. Tekanan di situ sangat kuat dan Wonfred kembali ke inggris. Inilah
kegagalan misi pertama. Ia pergi ke roma pada tahun 718 dan di sana ia menerima tugas
misionaris dari Paus. Ia di tugaskan untuk pergi lebih jauh, melewati sungai Rihen dan
mendirikan gereja Roma di anatar orang Jerman. Mula-mula, Winfred mendatangi Thruringia
untuk menghidupkan gereja yang mula melemah di sana. Kemudian setelah ia mendengar
musuhnya Radbot telah mati ia kembali ke Frisia. Otoritas Sri Paus agaknya telah memberikan
Winfred wibawa atas pemerintah setempat. Bonifatius menjadi daya tarik sejumblah misionaris
dari Inggris para biarawan dan birawati ingin seklai melayani bersamanya. Dengan bantuan,
mereka. Ia mendirikan organisasi gereja yang kuat di seluruh kawasan. Pada tahun 747,
Bonifatius sekali lagi pergi ke Roma. Di sana ia di angkat menjadi uskup agung Maizin dan
pemimpin spritual seluruh Jerman. Namun setelah melewati ummur tujuh puluh tahun , ia
berkeinginan menyelesaiakn pekerjaan yang tertinggi. Setelah menggunurkan diri dari jabaran
uskup agungnya pada tahun 753, ia kembali ke Frisia, tempat ia memulai karya misionarisnya.
Pada minggu pantekosta tahun 755 di Dacakum, di sepanjang sungai Borneo, ia merencanakkan
kebaktian di tempat terbuka, mnegajar daan meneguhkan orang-orang percaya. Kebaktian sedang
di dirikan di tepi sungai, sambil menyiapkan kebaktian, segerombolan penjahat kafir menyerang.
Ketika mereka menyerang Bonifatius berkata jangan takut kepada mereka yang membunuh
badan ini tetapi tidak dapat membunuh jiwa abadi ini terimalah serangan yang sementara ini
agar anda hidup dengan Kristus selama-lamanya. Ia mati dengan injil di tanganya. Para kristus
berkata Bahwa Bonifatius hannyalah seorang organisatoris. Sebagian besar karya misinya
adalah politik yaitu membina kesetiaan pada gereja Roma di tempat-tempat gereja melemah. Dan
bahwa ia benar membantu meletakan dasar bagi kekeisaraan Roma yang suci dan politik
kepuasan yang abat pertengahan. Berkata Bonifatius Jerman merupakan benteng bagi gereja
Roma pada zaman Refomasi

Bonifasius menjadi begitu terkenal karena tindakan yang dilakukannya di Geismar, Hesse
(Jerman Barat). Pada waktu itu, penduduk di sana punya kebiasaan menyembah sebuah pohon
Ek raksasa yang diyakini mereka sebagai tempat bersemayam dari dewa yang bernama Thor.
Thor berarti dewa guntur dan perang. Orang yang tidak menghormati pohon tersebut berarti tidak
menghormati dewa Thor. Ini dapat menimbulkan kemarahan sang dewa kepada
manusia.Bonifasius kemudian dengan berani menebang pohon itu.Tindakannya tersebut banyak
mengundang kemarahan orang-orang. Konon, pada saat bonifasius menebang pohon itu, datang
angin kencang yang menerjang pohon hingga patah menjadi empat bagian yang sama
panjangnya.Tumbangnya pohon raksasa itu ternyata tidak menimbulkan kemarahan
dewa.Melihat peristiwa yang terjadi, orang-orang yang menyaksikan kemudian menjadi banyak
yang percaya. Ia melanjutkan karyanya dengan mendirikan biara-biara di kota Jerman. Salah satu
yang terkenal adalah biara di Fulda yang hingga kini dikenal sebagai salah satu pusat Kristen
Katolik di Jerman Tengah.Pada tahun 723 Bonifasius diangkat menjadi uskup oleh Paus
Gregorius II.Sebagai seorang uskup, Bonifasius menjadi semakin bersemangat untuk
memperluas kegiatan-kegiatan misinya bagi orang-orang Jerman.Dalam usahanya menyebarkan
kekristenan, ia mendaparkan perlindungan dari Raja dari suku Franka yakni Karel Martel yang
terkenal hebat dalam bidang militer.Ia membuat berbagai aturan yang harus dipahami oleh siapa
saja yang ingin menjadi seorang Kristen.Bersama dengan sahabat-sahabatnya, Bonifasius
perlahan-lahan mulai mengajarkan beberapa cara hidup Kristen seperti mengajarkan orang-orang
membedakan kebaikan dan kejahatan, tentang penghakiman yang akan datang,dan pentingnya
orang melakukan puasa dan memperhatikan sesama dengan memberikan derma kepada orang
miskin.

Bonifasius menjadi daya tarik bagi sejumlah misionaris dari Inggris. Para biarawan dan biarawati
ingin sekali melayani bersamanya. Dengan bantuan mereka, ia mendirikan organisasi gereja
yang kuat di seluruh kawasan itu. Ironisnya, pelindungnya, Charles Martel sedang
mengupayakan perubahan gereja di antara orang-orang Franka. Charles mengambil kuasa atas
gereja-gereja di sana dengan merampas tanah mereka dan menjual instansi-instansi gereja.
Hanya setelah ia wafat, pada tahun 741, Bonifasius dapat memulihkan gereja Franka tersebut.

Pada tahun 747, Bonifasius sekali lagi ke Roma. Di sana ia diangkat menjadi Uskup Agung
Mainz dan pemimpin spiritual seluruh Jerman. Namun, setelah melewati umur 70 tahun, ia
berkeinginan untuk menyelesaikan pekerjaannya yang tertinggal. Setelah mengundurkan diri dari
jabatan uskup agungnya pada tahun 753, ia kembali ke Frisia, tempat ia memulai karya
misionarisnya. Di sana ia memanggil kembali orang-orang yang telah ia baptis dan yang
sekarang telah kembali ke kekafiran, kemudian ia melanjutkan perjalanan ke daerah-daerah yang
belum dijangkau.

Pada hari Minggu Pentakosta tahun 755 di Dokkum, di sepanjang Sungai Borne, ia
merencanakan kebaktian di tempat terbuka untuk mengajar dan meneguhkan orang-orang
percaya baru. Ketika sedang berdiri di tepi sungai, sambil menyiapkan kebaktian, segerombolan
penjahat kafir menyerangnya. Orang-orang yang ada di pihaknya mencoba melawan mereka,
tetapi Bonifasius berteriak: "Hentikanlah dari pertikaian, anak-anakku. Janganlah kamu takut
kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa.
Terimalah dengan tenang serangan maut sesaat ini, agar engkau dapat hidup dan memerintah
bersama-sama Kristus selama-lamanya." Menurut saksi mata ia mati dengan Injil di tangannya.

Tidak ada yang dapat meragukan kesalehan, keberanian, ataupun kesetiaan pelayanan
Bonifasius. Seperti yang ditulis sejarawan Kristen Kenneth Scott Latourette. Bonifasius adalah
salah seorang panutan yang luar biasa bagi kehidupan Kristen."
Indentitas Buku

Judul buku : George Muller

Penerbit : Yayasan Kokmunitas Bian Kasih/Omf

Cetakan : ke 2

Isbn : 979-9143-77-4

3. George Muller

George Muller lahir di Purssia (Jerman) hanya tiga minggu sebelum pernag Trafalgar
pada tahun 1805. Kedua orang tau George berharap menjadi hamaba Tuhan agar mendaptkan
uang bukan menjadi penginjil. Namun dengan kenakalan George membuat kedua orang tuanya
putus asa. Setelah George berusia 14 tahun ibunya meninggal dan membuat dia semakin buruk.
Dan sehari sebelum dia sidi ia menipu ayahnya meminta uang persembahan untuk pendeta. Ketik
George pergi ke Wolfen buttel kota kecil yangg indah dengan sebuah puri di Perbukita Lower
Saxsony. Dan dia bersenag-senag dan banyak utang dan dia mau pergi tapi polisi sudah datang
untuk mengkap George. Dalam penjara George menggalami kelaparan dan hidup dalam sel
penjara dalam kegelapan

George Muller adalah pendeta yang mendirikan panti asuhan Ashley Down di Bristol, Inggris,
dan merawat 10.000 anak yatim piatu dengan mengandalkan pemeliharaan Tuhan. Ia dikenal
dengan sebutan “bapak anak yatim piatu” karena karya pelayanannya ini. Misi pelayanannya
bersama istri dimulai dengan rumah mereka sendiri yang dipakai untuk menampung kehidupan
30 anak perempuan. Tidak lama kemudian, ia membangun tiga rumah untuk menampung 130
anak. Pada tahun 1845, George Muller “memimpikan” untuk membangun suatu gedung terpisah
yang dapat menampung 300 anak. Pada tahun 1849, mimpinya itu menjadi kenyataan. Di Ashley
Down, kota Bristol, gedung itu dibangun. Pada tahun 1870, ia sudah memiliki lima gedung yang
totalnya menampung lebih dari 2.000 anak. Bagi George Muller, iman dan melayani Tuhan tidak
bisa dipisahkan dari kehidupannya.
George Muller lahir di Prusia (sekarang negara Jerman) pada tanggal 17 September 1805.
Pertobatan George Muller terjadi pada saat ia berusia 21 tahun di sebuah persekutuan doa, di
rumah seorang saudagar Kristen. “Aku menyerahkan seluruh hidupku kepada Tuhan.
Kehormatan, kesenangan, uang, kekuatan fisik, kekuatan mental, semuanya kupersembahkan
kepada Yesus dan aku menjadi pecinta Firman Tuhan. Tuhan menjadi segala-galanya bagiku,”
pernyataannya setelah bertobat. Setelah mengenal Tuhan, ia pergi ke Inggris tanpa membawa
surat-surat atau uang dalam jumlah berarti. Ia tak mengenal seorang pun di Inggris dan hanya
mengandalkan Tuhan dan hanya sedikit menguasai bahasa Inggris. Di masa itu, ia menulis di
buku hariannya, “Segenap hidup saya akan dipakai untuk melayani Tuhan yang hidup.” Ia
memercayai Alkitab seumur hidupnya dan tidak pernah meminta apa pun kepada orang lain,
karena percaya bahwa Tuhan sanggup memelihara hidupnya. Dengan iman itulah, ia menerima
kiriman uang sebesar 500.000 Poundsterling untuk mendirikan panti asuhan dan merawat 10.000
anak yatim piatu serta mendidik mereka dalam kebenaran. Ia mengabarkan Injil dan
menyebarkan kebenaran Alkitab dengan bepergian ke lokasi-lokasi yang jauhnya ribuan
kilometer menjangkau total 3.000.000 pendengar di 42 negara.

Keyakinan yang kuat atau lebih tepatnya sikap percayanya yang kuat terhadap pemeliharaan
Allah bagi kebutuhannya sejak 1829 membuat Muller dapat menyaksikan mujizat Allah
dinyatakan melalui hidupnya. Seringkali ia menerima bantuan makanan yang datang tanpa
diminta dan bantuan makanan itu hanya datang beberapa jam sebelum waktu makan anak-anak
yatim piatu itu tiba. Peristiwa-peristiwa ini seperti menguatkan iman muller.

Setiap pagi setelah jam makan pagi, selalu diadakan waktu untuk membaca Alkitab dan berdoa.
Setiap anak diberikan sebuah ALkitab disaat mereka pergi meninggalkan rumah yatim piatu.
Anak-anak yatim piatu itu diberikan pakaian yang baik dan pendidikan yang baik.

Muller telah membaca alkitab lebih dari 200 kali dan separuh dari waktunya dilakukan untuk
berdoa. Ia mengatakan bahwa 50,000 jawaban doa yang khusus yang telah ia terima, berasal dari
permohonan doanya hanya kepada Allah! lebih dari 3000 anak yatim piatu yang diasuhnya,
dimenangkan bagi kristus melalui pelayanannya oleh penyertaan Roh Kudus
Stargei yang di gunkan Pada 12 januari 1822 polisi melihat George dan mengajar dia bebicara
dan di rumah pak militer dia di sambut dengan baik dan di mana pada usia 25 tahun ia menetap
di Bristol , Inggris di seluruh inggris banyak yatim piatu. Keadaan mereka sanagt menyedihkan
Menyaksikan itu george miller berjuang keras mendirikan panti-panti asuhan. Dari man ia
mencari uang untuk mendirikan panti asuhan itu meskipun bnayak dana yang di buthkan dia
tetap mencari suapaya anak-anak itu mempunyai tempat tinggal yang layak. Ia tidak putus asa
tidak mengemis ia benar-benar bersandar pada doa. Penggalamnya snagaat mendebarkan. Uang
dan perssediaan makanan mereka ludes. Padahal mereka semua harus makan di balik itu Tuhan
menolong dan memelihara kehidupan anka-anak panti dan kehidupan George Muller.

Pelayanan terbesar di antara pelayanan-pelayanan yang dilakukan Muller adalah pembangunan


dan pemeliharaan beberapa panti asuhan besar di Bristol. Dengan modal 2 shiling (50 sen)
namun karena jawaban doa dan tanpa memberitahu siapapun dia mampu membangun gedung
tersebut dan membiayai anak-anak yatim piatu tersebut selama 60 tahun. Selama Muller
mengelola panti itu selalu saja ada orang yang mengirim makanan pada waktunya sehingga
anak-anak tak pernah berkekurangan soal makanan. Selama hidupnya, Müller telah membangun
117 sekolah yang menampung lebih dari 120.000 anak-anak muda dan para yatim piatu. Ia
menjadi gembala gereja Bethesda di Bristol yang mempunyai anggota jemaat sekitar 2.000 orang
ketika ia meninggal.

Beban untuk memelihara, merawat, dan menampung anak-anak ini ia rasakan begitu besar di
tengah kemiskinan, wabah penyakit yang menciptakan krisis sosial yang cukup pelik kala itu,
bahkan anak-anak dibawah usia kerja diperlakukan semena-mena dengan menjadi buruh pabrik
yang dibayar dengan upah minimum tidak sesuai dengan kerja keras yang mereka lakukan.
Disaat banyak panti asuhan 'menolak' anak untuk ditampung (saat itu panti asuhan pun menarik
biaya saat menampung anak-anak), panti asuhan George memiliki visi yang mulia untuk
membesarkan mereka dengan layak dan tanpa pamrih. Setiap anak diberikan pendidikan yang
layak, makanan, pakaian yang layak, bahkan ditanamkan nilai kebenaran Firman TUHAN.

Anda mungkin juga menyukai