Anda di halaman 1dari 4

SEJARAH GEREJA SECARA UMUM DAN

AWAL MULA KEKRISTENAN KE INDONESIA SAMPAI KE TANAH BATAK

NAMA : JUAN MARSIUS RYANTO TAMPUBOLON


I. SEJARAH GEREJA SECARA UMUM

Gereja dimulai 40 hari sesudah kebangkitan Yesus (sekitar tahun 30-34 Masehi). Yesus sudah
berjanji bahwa Dia akan mendirikan gerejaNya (Matius 16:18), dan dengan datangnya Roh
Kudus pada hari Pentakosta (Kisah 2:1-4), "Gereja" (“kumpulan yang dipanggil keluar”) secara
resmi dimulai. Tiga ribu orang yang menerima khotbah Simon Petrus pada hari itu dan memilih
untuk mengikuti Kristus dengan cara dibaptiskan.

Petobat-petobat pertama kepada kekristenan adalah orang-orang Yahudi atau penganut-


penganut Yudaisme, dan gereja, yaitu persekutuan orang-orang yang mengaku Ketuhanan
Yesus itu, berpusat di Yerusalem. Karena itu kekristenan pada mulanya dipandang sebagai
sekte Yahudi, sama seperti orang-orang Farisi, Saduki, atau Eseni. Namun, apa yang
dikhotbahkan para rasul berbeda secara radikal dari apa yang diajarkan oleh kelompok-
kelompok Yahudi lainnya. Yesus diberitakan sebagai "Mesias" atau Juruselamat orang Yahudi,
yaitu Raja yang Diurapi, yang telah dinubuatkan kedatangannya untuk menggenapi Hukum
Taurat dan mendirikan Perjanjian Baru yang berdasarkan pada kematianNya. Berita ini, dan
tuduhan bahwa mereka telah membunuh Mesias mereka sendiri, membuat banyak pemuka
Yahudi menjadi marah, dan beberapa orang, seperti Saul, yang kemudian dikenal sebagai
Paulus, dari Tarsus, mengambil tindakan untuk memusnahkan “Jalan” itu.sebelum ia sendiri
akhirnya menjadi penganut Kristus yang sangat gigih

Periode gereja mula-mula dimulai sejak kurang lebih tahun 33 dengan pelayanan rasul Petrus,
Paulus dan lain-lainnya dalam memberitakan kisah Yesus hingga bertobatnya Kaisar
Konstantinus I pada tahun 325. Pada periode ini gereja dan orang-orang Kristen mengalami
penganiayaan, terutama penganiayaan fisik, tetapi para Bapa gereja mulai menulis tulisan-
tulisan Kristen yang pertama dan ajaran-ajaran yang menyeleweng yang bermunculan diatasi

Tidak lama setelah Pentakosta, pintu gereja terbuka kepada orang-orang bukan Yahudi.
Penginjil Filipus berkhotbah kepada orang-orang Samaria,dan banyak dari mereka yang
percaya kepada Kristus. Rasul Petrus berkhotbah kepada rumah tangga Kornelius yang
bukanlah orang Yahudi dan mereka juga menerima Roh Kudus. Rasul Paulus (mantan
penganiaya gereja) memberitakan Injil di seluruh dunia Greko-Romawi, sampai ke Roma sendiri
dan bahkan mungkin sampai ke Spanyol.

Pada tahun 70, tahun di mana Yerusalem dihancurkan, kitab-kitab Perjanjian Baru telah
lengkap dan beredar di antara gereja-gereja. Untuk 240 tahun berikutnya, orang-orang Kristen
dianiaya oleh Roma, kadang secara acak, kadang atas perintah pemerintah.Pada abad kedua
dan ketiga, kepemimpinan gereja mejadi makin hierakis seiring dengan peningkatan jumlah.
Beberapa ajaran sesat diungkapkan dan ditolak pada zaman ini, dan kanon Perjanjian Baru
disepakati. Penganiayaan terus meningkat.

Setelah kematian dan kebangkitan Yesus, para Rasul diberi tugas untuk memberitakan Injil dan
menceritakan tentang kabar keselamatan kepada semua orang "sampai ke ujung bumi".
Kekaisaran Romawi pada waktu itu membenci dan takut dengan ajaran Kristen yang
menyerukan kepada semua orang supaya jangan takut kepada pemerintah duniawi yang
sementara, melainkan takut kepada pemerintahan surgawi yang akan datang kelak.
II. AWAL MULA KEKRISTENAN KE INDONESIA SAMPAI KE TANAH BATAK

Agama Kristen pertama kali datang ke Indonesia pada abad ke-7. Melalui gereja Assiria (Gereja
Timur) yakni berdiri di dua tempat yakni, Pancur (Sekarang wilayah dari Deli Serdang) dan
Barus (Sekarang wilayah dari: Tapanuli Tengah) di Sumatra (645 M).

Sejarah kedatangan telah tercatat oleh ulama Syaikh Abu Salih al-Armini dalam bukunya
dengan judul FIBA “Tadhakur Akhbar min al-Kana’is wa al-Adyar min Nawabin Mishri wa al-
Iqta’aih” (Daftar berita pada gereja-gereja dan monastries di provinsi-provinsi Mesir dan
sekitarnya). Daftar gereja-gereja dan monastries dari naskah asli dalam bahasa Arab dengan
114 halaman ini berisi berita tentang 707 gereja-gereja dan 181 monastries Kristen yang
tersebar di sekitar Mesir, Nubia, Abysina, Afrika Barat, Spanyol, Arab dan India. Dalam bukunya
(Abu Salih), tanah Indonesia masih dimasukkan dalam wilayah India (al-Hindah).

Gereja Ortodoks adalah kelompok Kristen/Gereja pendatang yang menurut penelitian dari
pakar-pakar sejarah dan arkeologi lama, pertama hadir dan datang ke Indonesia yang ditandai
dengan/melalui kehadiran Gereja Nestorian yang merupakan corak gereja Asiria di daerah
Fansur (Barus), di wilayah Mandailing, Sumatra Utara. Namun menurut A.J. Butler M.A., kata
Fahsûr seharusnya ditulis Mansûr, yaitu sebuah negara pada zaman kuno yang terdapat di
Barat Laut India, terletak di sekitar Sungai Indus. Mansur merupakan negara paling utama yang
terkenal di antara orang-orang Arab dalam hal komoditas kamfer (al-kafur).

Katolik Roma pertama tiba pada tahun 1511 di tanah Aceh, yaitu dari Ordo Karmel, dan 1534 di
kepulauan Maluku melalui orang Portugis yang dikirim untuk eksplorasi. Fransiskus Xaverius,
misionaris Katolik Roma dan pendiri Ordo Yesuit bekerja di kepulauan Maluku pada tahun 1546
sampai tahun 1547.

Protestanisme pertama kali diperkenalkan oleh Belanda pada abad keenam belas, sehingga
terpengaruh pada ajaran Calvinisme dan Lutheran.

Pada tahun 1960-an akibat anti-Komunis dan anti-Konfusianisme banyak pengikut Komunis dari
kalangan orang Tionghoa dan sebagian suku Jawa Kejawen mengklaim diri sebagai orang
Kristen, akan tetapi banyak bangsa Tionghoa yang akhirnya menerima agama Kristen dan
sekarang mayoritas kalangan muda bangsa Tionghoa adalah umat Kristen. Sedangkan
pemeluk Kristen di kalangan suku Jawa ada diantara mayoritas umat Islam, baik di Jawa
Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur.

Pada 31 Maret 1861,dua orang Batak pertama dibaptis, yaitu: Jakobus Tampubolon dan Simon
Siregar.Pada tahun yang sama—tepatnya pada 7 Oktober 1861 diadakan rapat empat pendeta
di Sipirok, yang diikuti oleh dua pendeta Jerman, yaitu: Pdt. Heine dan Pdt. Klemmer serta oleh
dua pendeta Belanda, yaitu: Pdt. Betz dan Pdt. Asselt. Mereka melakukan rapat untuk
menyerahkan misi penginjilan kepada Rheinische Missionsgesellschaft.Hari tersebut dianggap
menjadi hari berdirinya Huria Kristen Batak Protestan (HKBP).Kemudian Ludwig Ingwer
Nommensen (1834 - 1918) tiba di Padang pada tahun 1862.Ia menetap di Barus beberapa saat
untuk mempelajari bahasa dan adat Batak dan Melayu.Ia tiba melalui badan Misi Rheinische
Missionsgesellschaft.Kemudian, pada tahun 1864, ia masuk ke dearah Silindung, mula-mula di
Huta Dame, kemudian di Pearaja (kini menjadi kantor pusat HKBP).

Dalam menyampaikan Injil, Nommensen dibantu oleh Raja Pontas Lumban Tobing (Raja Batak
Pertama yang dibaptis) untuk mengantarnya dari Barus ke Silindung dengan catatan tertulis
bahwa ia tidak bertanggung jawab atas keselamatannya.Pada awalnya Nommensen tidak
diterima baik oleh penduduk, karena mereka takut kena bala karena menerima orang lain yang
tidak memelihara adat.Pada satu saat, diadakan pesta nenek moyang Siatas Barita, biasanya
disembelih korban. Saat itu, sesudah kerasukan roh, Sibaso (pengantara orang-orang halus)
menyuruh orang banyak untuk membunuh Nommensen sebagai korban, yang pada saat itu
hadir di situ. Dalam keadaan seperti ini, Nommensen hadir ke permukaan dan berkata kepada
orang banyak“Roh yang berbicara melalui orang itu sudah banyak memperdaya kalian. Itu
bukan roh Siatas Barita, nenekmu, melainkan roh jahat. Masakan nenekmu menuntut
darah salah satu dari keturunanya! Segera Sibaso jatuh ke tanah.”

Menghadapi keadaan yang menekan, Nommensen tetap ramah dan lemah lembut, hingga
lama-kelamaan membuat orang merasa enggan dan malu berbuat tidak baik padanya.Pada
satu malam ketika para raja berada di rumahnya hingga larut malam dan tertidur lelap,
Nommensen mengambil selimut dan menutupi badan mereka, hingga pagi hari mereka
terbangun dan merasa malu, melihat perbuatan baik Nommensen. Sikap penolakan raja Batak
ini disebabkan kekhwatiran bahwa Nommensen adalah perintisan dari pihak Belanda.

Suku Batak yang masuk Kristen mendapat tekanan dan diusir dari kampung halamanya karena
tidak mau memberi sumbangan untuk upacara-upacara suku. Keadaan seperti ini mamaksa
mereka berkumpul pada satu kampung tersendiri, yaitu Huta Dame (kampung damai). Setelah
tujuh tahun Nommensen melakukan penginjilan, orang Batak yang masuk Kristen berjumlah
1.250 jiwa. Sepuluh tahun kemudian—pada tahun 1881—jumlahnya naik lima kali lipat, hingga
jumlah orang Batak yang masuk Kristen adalah sekitar 6.250 orang. Pada tahun 1918, sudah
tercatat 185.731 orang Kristen di wilayah RMG Sumatera Utara. Pada tahun 1881, Nommensen
diangkat menjadi Ephorus oleh RMG. Jabatan tersebut dipegangnya hingga ia meninggal dunia
pada 23 Mei 1918. Suku Batak memberi gelar kepada Nommensen dengan sebutan Ompunta
(Nenek Kita). Gelar ini menyejajarkan Nommensen dengan Si Singamangaraja atau tokoh sakti
lainya

Anda mungkin juga menyukai