Anda di halaman 1dari 8

SEJARAH MASUKNYA GEREJA DI

INDONESIA

OLEH

Waspada Ziliwu

Tingkat: 2

Dosen Pengampu

Dr. Pelealu Samuel G, M.Th

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI BINA MUDA WIRAWAN MEDAN

T.A 2022-2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kristen Katolik dibawa masuk ke Indonesia oleh bangsa Portugis, khususnya di


pulau Flores dan Timor. Kristen Protestan pertama kali diperkenalkan oleh bangsa
Belanda pada abad ke-16 M dengan pengaruh ajaran Calvinis dan Lutheran. Wilayah
penganut animisme di wilayah Indonesia bagian Timur, dan bagian lain, merupakan
tujuan utama orang-orang Belanda, termasuk Maluku, Nusa Tenggara, Papua dan
Kalimantan. Kemudian, Kristen menyebar melalui pelabuhan pantai Borneo, kaum
misionarispun tiba di Toraja, Sulawesi. Wilayah Sumatera juga menjadi target para
misionaris ketika itu, khususnya adalah orang-orang Batak, dimana banyak saat ini yang
menjadi pemeluk Protestan.

Banyak tulisan, termasuk dari kalangan Pentakosta yang menyebut tahun 1900-
1901 sebagai awal kemunculan gerekan, aliran atau gereja pentakosta. Mereka mengacu
pada satu peristiwa luar biasa yang berlansung di topeka. Negara bagian Kansas, Amerika
serikat pada awal januari 1901 dengan Charles F. Praham, orang kulit putih sebagai tokh
utama. Oleh kalangan Pentakosta yanb berpendapat demikian, peristiwa ini di yakini
sebagai peristiwa pencurahan Roh Kudus atau babtisan Roh, yang di tandai dengan
karunia Bahasa lidah.

Bagaimana pun juga, para sejarahwan termasuk dari kalangan Pentakosta pada
umunya sependapat bahwa Gerakan ini merupakan lanjutan dari gereraka kesucian.
Seperti teah di singgung pada pasal 7, gerekan ini timbul di berbgai gereja AS, terutama
di lingkungan gereja-gereja Methodis, yang akarnya sudah ada di dalam diri dan ajaran
Jhon Wesley sendiri. Sebaiknya terlebih dahulu melihat munculnya Gerakan kesucian ini,
dengan terutama menggikuti tulisan Syman 1971 dan Melthon 1993 maupun beberapa
Gerakan paham lain yang ikut memberi sumbangan bagi kemunculan gerekan atau aliran
pentakosta ini.
BAB II

KAJIAN TEORI

A. LEMBAGA YANG MASUK DI INDONESIA


Setiap umat Pentakosta percaya bahwa kenyataan pengalaman orang-orang
percaya saat ini, sama seperti yang di terima oleh murid-murid Tuhan pada hari
Pentakosta Kis 2:4.1 Bagi umat Pentakosta, pengalama Babtisan Roh Kudus ini
Alkitabiah. Pengalalama ini sejajar dengan pertobatan. Dan bukti nyata dari babtisan dari
penerimaan babtisan Roh Kudus ini adalah berkata-kata dalam Bahasa asing2. Aliran
Pentakosta merupakan salah satu di anatar berbagai aliran gereja yang kemunculan dan
perkembangannya paling spektakuler pada abad ini. Dan waktu kurang dari setengah
abad ia tersebar keseluruh dunia dan berhasil menghimpun jutaan penganut. Apalagi
setelah gelombang pertama yang berlangsung pada awal abad ini di susul dengan
gelombang kedua sejak dasar warsa 1960an yakni pentakosta baru (neo pentakostalisme:
kharismatik) yang akan di bicarakan pada pasal 9.
Tidak lah mudah menyebut jumlah warga pentakosta diseluruh dunia pada
penghujung pada abad ke 20 ini. Sebab banyak di antara gereja-gereja pemtakosata yang
tidak suka atau tidak cermat Menyusun statistic, atau tidak terbisa mendaftrkan
anggotanya atau melebih-lebihkan angka jumlah penganutnya.menurut sejarawan gereja
pentakosta tertentu pada tahun 1970 jumlah warga pentakosta berkisan 15 juta, tetapi
tanpa mengikuti sertakan kaum kharismatik pada dasar warsan 1990an ini bisa di duga
lebih dua kali itu, mengingat pertumbuhan yang tetap pesat, terutama di Ameriak Latin,
Afrika dan juga kalangan kulit berwarna di Ameriak utara dan di Eropa.
Sama seperti yang terjadi di negeri lain, sejak kehadiran sekitar tahun 1920
melalui para penginjil awam atau pun profersional dari Eropa terutama Belanda, Gerakan
pentakosta di Indonesia telah menjamah menjadi lebih dari 100 organisasi gereja
termasuk yang menggunakan bentuk Yayasan. Sebagian cukup besar di antaranya tidak
secara nyata menyebut diri atau menggunakan nama Pentakosta atau Pentekosta atau
Pantekosta. Kita catat misalnya Gereja Bhetel Injil sepenuh (GBIs), Gereja Bhetel
Indonesia (GBI), Gereja Isa Almasih (GAI), Sidang Jemaat Allah (SJA), Gereja Sidang
1
LAI -Lembaga Alkitab Indonesia (Kis 2:4)
2
Steven H. Talumewo: Gerakan Pentakosta,Hlm 6.
Roh Kudus Indonesia (GSRKI), Gereja Tuhan di Indonesia (GTI) dan sebagainya.
Diatara sekitar 275 organisasi ini gereja yang ada di Indonesia lebih dari setengah
tercakup dalam rumpun Pentakota, termasuk sejumlah gereja kecil dan jemaatnya hanya
satu dua dan anggotanya kurang dari seribu. Gereja Pantekosta di Indonesia (disingkat
GPdI) merupakan salah satu lembaga Gereja Kristen di Indonesia yang mempercayai
Allah yang Esa, Allah Tri-Tunggal, dalam namaNya yang berkuasa, nama Allah Bapa ,
Allah Anak dan Roh Kudus yaitu TUHAN Yesus Kristus. GPdI percaya dan menantikan
kedatangan Tuhan Yesus Kristus kedua kali, bukan sebagai bayi seperti pada peristiwa
Natal, namun sebagai Raja di atas segala raja. Penggunaan nama ini merupakan sebagai
pengganti nama Vereeniging De Pinkstergemeente in Nederlandsch Oost Indie 3. Aliran
ini merupakan salah satu denominasi Pantekosta terbesar di Indonesia.

3
http://www.gpdiworld.us/node/176 Diarsipkan 2009-06-20 di Wayback Machine. Sejarah GPdI di situs GPdIWorld
Umat Katolik Perintis di Indonesia: 645 – 150 Agama Katolik untuk pertama
kalinya masuk ke Indonesia pada bagian pertama abad ketujuh di Sumatera Barat. Fakta
ini ditegaskan kembali oleh (Alm) Prof. Dr. Sucipto Wirjosuprapto. Untuk mengerti fakta
ini perlulah penelitian dan rentetan berita dan kesaksian yang tersebar dalam jangka
waktu dan tempat yang lebih luas. Berita tersebut dapat dibaca dalam sejarah kuno
karangan seorang ahli sejarah Shaykh Abu Salih al-Armini yang menulis buku “Daftar
berita-berita tentang Gereja-gereja dan pertapaan dari provinsi Mesir dan tanah-tanah di
luarnya”. yang memuat berita tentang 707 gereja dan 181 pertapaan Serani yang tersebar
di Mesir, Nubia, Abbessinia, Afrika Barat, Spanyol, Arabia, India dan Indonesia.

Dengan terus dilakukan penyelidikan berita dari Abu Salih al-Armini kita dapat
mengambil kesimpulan kota Barus yang dahulu disebut Pancur dan saat ini terletak di
dalam Keuskupan Sibolga di Sumatera Barat adalah tempat kediaman umat Katolik tertua
di Indonesia. Di Barus juga telah berdiri sebuah Gereja dengan nama Gereja Bunda
Perawan Murni Maria (Gereja Katolik Indonesia seri 1, diterbitkan oleh KWI) Awal
Mula: abad ke-14 sampai abad ke-18 Dan selanjutnya abad ke-14 dan ke-15 entah
sebagai kelanjutan umat di Barus atau bukan ternyata ada kesaksian bahwa abad ke-14
dan ke-15 telah ada umat Katolik di Sumatera Selatan.

BAB II

KAJIAN TEORI
A. MASUKNYA LEMBAGA GEREJA DI INDONESIA
Gerakan kharismatik di cirikan oleh pujian yang bersemangat

Kristen Katolik tiba di Indonesia saat kedatangan bangsa Portugis yang


berdagang rempah-rempah. Banyak orang Portugis yang memiliki tujuan untuk
menyebarkan agama Katolik Roma di Indonesia, dimulai dari kepulauan Maluku pada
tahun 1534. Antara tahun 1546 dan 1547, pelopor misionaris Kristen, Fransiskus
Xaverius, mengunjungi pulau itu dan membaptiskan beberapa ribu penduduk setempat.
Selama masa VOC, banyak praktisi paham Katolik Roma yang jatuh, dalam hal kaitan
kebijakan VOC yang mengutuk agama itu. Yang paling tampak adalah di Flores dan
Timor Timur, dimana VOC berpusat. Lebih dari itu, para imam Katolik Roma telah
dikirim ke penjara atau dihukum dan digantikan oleh para imam Protestan dari
Belanda.Seorang imam Katolik Roma telah dieksekusi karena merayakan misa kudus di
suatu penjara semasa Jan Pieterszoon Coen menjabat sebagai gubernur Hindia Belanda.
Pada tahun 2006, 3% dari penduduk Indonesia adalah Katolik, lebih kecil dibandingkan
para penganut Protestan. Mereka kebanyakan tinggal di Papua dan Flores.

Kristen Protestan berkembang di Indonesia selama masa kolonial Belanda (VOC),


pada sekitar abad ke-16. Kebijakan VOC yang mengutuk paham Katolik dengan sukses
berhasil meningkatkan jumlah penganut paham Protestan di Indonesia. Agama ini
berkembang dengan sangat pesat di abad ke-20, yang ditandai oleh kedatangan para
misionaris dari Eopa ke beberapa wilayah di Indonesia, seperti di wilayah barat Papua
dan lebih sedikit di kepulauan Sunda. Pada 1965, ketika terjadi perebutan kekuasaan,
orang-orang tidak beragama dianggap sebagai orang-orang yang tidak ber-Tuhan, dan
karenanya tidak mendapatkan hak-haknya yang penuh sebagai warganegara. Sebagai
hasilnya, gereja Protestan mengalami suatu pertumbuhan anggota, sebagian besar dari
mereka merasa gelisah atas cita-cita politik partai Islam.

Protestan membentuk suatu perkumpulan minoritas penting di beberapa wilayah.


Sebagai contoh, di pulau Sulawesi, 17% penduduknya adalah Protestan, terutama di Tana
Toraja dan Sulawesi Tengah. Sekitar 65% penduduk di Tana Toraja adalah Protestan.
dibeberapa wilayah, keseluruhan desa atau kampung memiliki sebutan berbeda terhadap
aliran Protestan ini, seperti Adventist atau Bala Keselamatan, tergantung pada
keberhasilan aktivitas para misionaris.

Di Indonesia, terdapat dua provinsi yang mayoritas penduduknya adalah


Protestan, yaitu Papua dan Sulawesi Utara, dengan 60% dan 64% dari jumlah
penduduk.Di Papua, ajaran Protestan telah dipraktikkan secara baik oleh penduduk asli.
Di Sulawesi Utara, kaum Minahasa yang berpusat di sekeliling Manado, berpindah
agama ke Protestan pada sekitar abad ke-19. Saat ini, kebanyakan dari penduduk asli
Sulawesi Utara menjalankan beberapa aliran Protestan. Selain itu, para transmigran dari
pulau Jawa dan Madura yang beragama Islam juga mulai berdatangan. Pada tahun 2006,
lima persen dari jumlah penduduk Indonesia adalah penganut Kristen Protestan.

Anda mungkin juga menyukai