Anda di halaman 1dari 10

SEJARAH GEREJA PANTEKOSTA DI INDONESIA

Jemaat “Filadelfia” Oepaleo Kupang

Oleh:

Hot Nome

Choungraindis4@gmail.com

PENDAHULUAN

Agama Kristen di Indonesia terdapat berbagai aliran gereja dengan dogma yang
berbeda-beda, sehingga menarik penulis untuk meneliti sejaraah gereja. Istilah sejarah gereja
history berasal dari dua kata Yunani, historia kata benda dan kata kerja historeo, yang berarti
belajar melalui penelitian. Sebagai disiplin ilmu modern, sejarah gereja adalah uraian
sistematis tentang riwayat, asal-usul, perkembangan, dan dampak kekristenan terhadap
masyarakat.1

Awal permulaan Gereja di Indonesia pada abad ke-18, timbul gerakan revival
(kebangunan) di Eropa yang kelak memunculkan hidup baru (Kerohanian). Tindakan ini
memunculkan semangat untuk mengabarkan Injil. Gerakan ini sangat kuat hubungannya
dengann kaum pietisme (kesucian). Secara individual dan bukan dalam kelembagaan ataupun
kelompok kaum pietisme melakukan penginjilan. Muncullah di inggris yang disebut
metodisme dengan tokonya, yaitu; John Wisley (1703-1791) bersama adiknya Charles
Wesley. Pada abad ke-19 dalam tubuh gereja di belanda timbul gerakan hervorm dan dalam
gereja itu di bentuk badan penginjilan, antara lain Nederlands Zendeling Genootschap
(NZG).2

1
Jonathan Culver, 2013, Sejarah Gereja Umum, hal 15. Jakarta; PT Gramedia.
2
Drie. S Brotosudarmo, 2007, Pendidikan Agama Kristen Untuk Perguruan Tinggi, hal 68. Jakarta; PT. Gramedia.
Dengan adanya badan penginjilan, maka gereja menyebar keberbagai negara termasuk
Indonesia, kemudian di Indonesia terbentuk golongan gereja. Masing-masing golongan gereja
mempunyai sejarahnya tersendiri, karena ada berbagai banyak faktor antara lain: (1) bentuk
pangilan yang di pengaruhi oleh latar belakang Zending: (2) oleh hubungan politisi negeri
asalnya itu dengan daerah di mana ia mengabarkan injil: (3) oleh kebudayaan negeri asalnya:
(4) oleh dogma dengan corak kerohanian yang berlaku dalam gereja yang mengutus Sang
Pencipta. Sejarah gereja terdapat pula unsur-unsur kesamaan, pertama karena semua gereja
itu merupakan perwujudan dari gereja kristen yang Esa, kedua karena Indonesia yang
beraneka ragam itu terdapat sikap kesatuan juga baik, masyarakat, agama, dan kebudayaan.

Terbentuknya golongan gereja pantekosta di Indonesia, merupakan aliran gereja dari


agama kristen protestan. Kata “Pantekosta” menurut kamus sejarah gereja berasal dari bahasa
Yunani yaitu, Pentakosta, yang berarti hari yang kelima puluh. Terdapat perspektif yang
berbeda lahirnya aliran pantekosta, seperti Charles W. Conn berpendapat bahwa Pantekosta
modern tahun 1896 saat Camp Meeting (pertemuan Rohani) di bawah pimpinan William
F.Bryant.3

Pada tanggal 4 Januari 1921, Pdt. Offiler mengirim dua misionaris pantekosta
keturunan Belanda yang berimigrasi ke amerika yaitu Van Klaverans dan Cornelius
Groesbeck beserta putri-putri mereka (Jennie, 12.5 tahun dan Corry Groesbeek, 6 tahun),
mereka berangkat dari seattle amerika ke indonesia dengan kapal laut. Tepatnya Tanggal 23
Februari 1921, mereka tiba di batavia (jakarta). Dari jakarta melalui mojokerto, surabaya,
bayuwangi dengan menumpang varkenboot mereka tiba di singaraja, terakhir mendarat di
bali pada bulan maret 1921 dan menetap di denpasar dalam sebuah gedung kopra dengan
lantai batu bata yang telah hancur dan atap bangunan terbuat dari rumbia. Di tengah kesulitan
mereka mulai menabur benih injil sepenuh dengan bersepeda dari rumah ke rumah dan desa
ke desa. Sekitar 21 bulan berada di bali ketika menjelang natal tahun 1922, kedua keluarga itu
berangkat ke surabaya karena ada tantangan dari pemerintah Hindia Belanda, mereka
melarang para penginjil memasuki bali. Januari 1923 dimulailah kebaktian Pantekosta
pertama kali di deterdink boulevard cepu. Di cepu, F.G Van Gessel dengan istri bertobat dan
menerima injil sepenuh. Kebaktian itu berlangsung terus dengan baik dan jumlah pengunjung
bertambah hingga mencapai 50 orang. Kebaktian di cepu ini mengalami tantangan keras,
mereka diejek, diolok, dan dituduh sebagai aliran yang menyesatkan. Tiga bulan kemudian

3
Steven Talumewo, (2008). Sejarah Gereja Pantekosta. Hal 18. Jakarta: Andi (Penerbit Buku dan Majalah
Rohani)
pada tanggal 30 Maret 1923 terjadi suatu peristiwa penting yang menjadi salah satu tonggak
sejarah gereja pantekosta di indonesia. Benih Injil sepenuh yang ditabur dengan linangan air
mata sejak Maret 1921 di bali, mengeluarkan buah pertama dengan diadakannya baptisan air
di pasar sore cepu bagi 13 orang. Baptisan ini dilakukan oleh Cornelius E. Groesbeck dan
dibantu oleh J. Thiessen, seorang missionary dari Belanda. Di antara 13 orang itu terdapat
suami istri Van Gessel, suami istri S.I.P. Lumoindong dan Agust Kops.4

Sejak saat itu juga tanggal 30 Maret 1923, Gubernur Hindia Belanda mengeluarkan
SK (Surat Keterangan) sebagai badan gereja yang sah dengan badan hukum No. 2924. Oleh
karena kemajuan yang pesat, maka pada tanggal 4 Juni 1924 di cipanas, jawa barat, “Pinkster
Gemeente” (Pantekosta) diakui sebagai Kerkgenootscap (Badan Gereja) dengan Beslit No.
33, Staatblad No. 368 tahun 1923-1928. Jemaat di cepu menghasilkan tidak kurang dari 16
hamba Tuhan yang menjadi pioner-pioner gereja pantekosta di indonesia dan menyebar ke
sumatara, jawa, sulawesi utara, Nusa Tenggara Timur, maluku dan irian. Pioner-pioner
pantekosta tersebut sepeti F.G. Van Gessel, S.I.P. Lumoindong, W. Mamahit, Hessel Nogi
Runkat, Efraim Lesnussa, Frans Silooy, R.O. Mangindaan, Arie Elnadus Siwi, Julianus Repi,
Alexius Tambuwun, G.A. Yokom dan J. Lumenta. Berkat perjuangan mereka “Pinkster
Gemente” (Pantekosta) bisa menyebar ke berbagai daerah di Nusantara. Sehingga pada tahun
1942 “Pinkster Gemente” berubah nama menjadi “Gereja Pantekosta di Indonesia” dan Pdt.
H.N Rungkat adalah Pengurus Pusat saat itu.5

Alasan praktis, penulis memilih sejarah perkembangan GPdI “Filadelfia” Oepaleo


Kupang? pertama, setelah penulis telusuri ternyata belum ada penulisan sejarah
perkembangan GPdI “Filadelfia” Oepaleo Kupang. Kedua, karena penulis bagian dari jemaat
GpdI “Filadelfia” Oepaleo Kupang.

Rumusan Masalah

4
Samuel Zaka, 2012, Hamba Tuhan, hal 99. Lawongan: Sekolah Alkitab.
5
Markus Daniel Wakary (2006), Majalah Pantekosta. Manado
Dari latar belakang diatas, penulis merumuskan masalah yang akan dibahas dalam
bagian isi antara lain:

1. Bagaimana awal berdirinya GPDI Filadelfia Oepaleo Kupang


2. Bagaimana Perkembangan/kemajuan GPDI Filadelfia Oepaleo Kupang dari tahun
1952 s/d saat ini.

Tujuan dan manfaat penelitian

Penulis bertujuan untuk mendefinisikan awal berdirinya Gereja Pantekosta di


Indonesia Jemaat “Filadelfia” Oepaleo Kupang, serta mendefinisikan perkembangan GPDI
Filadelfia Oepaleo Kupang, sejak tahun 1952 hingga saat ini.

Manfaatnya adalah Penulis ingin menjadikan tulisan ini sebagai ingatakan kepada
jemaat di GPDI “Filadelfia” Oepaleo Kupang agar kedepannya, generasi-generasi yang akan
meneruskan pelayanan di Gereja tersebut, dapat mengetahuai bagaimana para hamba-hamba
Tuhan GPDI “Filadelfia” Oepaleo Kupang berjuang mendirikan gereja tersebut serta
mengetahui pos-pos yang di rintis oleh hamba-hamba Tuhan yang berasal dari gereja
tersebut.

Landasan Konsep dan Pendekatan

Penulis menjawab istilah-istilah yang berhubungan dengan judul sebagai konsep,


seperti istilah gereja. Kata “gereja” berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu “kuriokon,” yang
secara harafiah berarti “Rumah Tuhan”. Kata ini telah menjadi istilah umum yang digunakan
dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa Inggris (Church) dan bahasa belanda (kerk). Dalam
bahasa Indonesia, kata “gereja” memiliki dua makna utama. Pertama, merujuk pada sebuah
gedung atau tempat fisik dimana umat Kristen berkumpul untuk beribadah dalam
melaksanakan upacara keagamaan. Kedua, “gereja” juga merujuk pada badan organisasi umat
Kristen yang memiliki kepercayaan, ajaran, dan tata cara yang sama. Dalam Perjanjian baru,
(Mat. 18:20) yang sering dikutip dalam konteks pengertian teologis gereja, ayat ini
menyatakan, ‘Sebab dimana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku disitu Aku ada di
tengah-tengah mereka. Menurut de Jonge, dalam kajiannyatentang sejarah gereja yang
dikutip oleh Kaunang, sejarah gereja dapat dibedakan menjadi dua jenis yang berbeda.
Pertama, ada sejarah gereja yang bersumber dari kenyataan-kenyataan empiris; ini adalah
sejarah gereja sebagai sejarah agama Kristen, yang mencakup perhimpunan-perhimpuanan
yang mengakui Yesus Kristus sebagai pusatnya. Kedua, terdapat sejarah gereja yang
bersumber dari pandangan-pandangan theologis yang lebih dalam.6

Penulis sejarah juga bergantung pada beberapa disiplin ilmu sebagai dasar, seperti
sosiologi yang mempertimbangkan masyaraka, termasuk berbagai lapisan dalam masyarakat;
ilmu politik yang mengkaji masyarakat, khususnya aspek kekuasaan; Antropologi yang
mempelajari masyarakat, terutama dalam konteks budaya, dan sejarah yang memfokuskan
pada analisis perkembangan masyarakat dari perspektif waktu, termasuk perubahan yang
terjadi seiring berjalannya waktu. Perkembangan masyrakat dapat terjadi ketika suatu
kelompok atau lembaga, seperti gereja, mengalami transformasi dari suatu bentuk lainnya,
yang seringkali dipicu oleh perubahan internal tanpa pengaruh eksternal yang signifikan.7

Sejarah adalah disiplin ilmu yang terbuka bagi siapapun yang membicarakannya dan
melakukan penelitiannya. Namun, Sebelum melakukan penelitian sejarah, penting untuk
mengadopsi pendekatan ilmu kesejarahan. Kuntowijoyo dalam bukunya menjelaskan bahwa
istilah “sejarah” berasal dari bahasa Arab, yaitu “Syajara” yang berarti kejadian, dan
“Syajarah” yang mengacu pada pohon silsilah. Dalam bahasa Inggris, istilah yang setara
adalah “histor” atau “istor” yang merujuk kepada orang yang bijaksana. Pandangan Finberg
tentang hubungan antara sejarah perkembangan nasional dan sejarah perkembangan lokal
adalah suatu perspektif yang penting dalam pemahaman sejarah. Dalam pandangannya, dia
menekankan pentingnya memahami sejarah ditingkat lokal untuk memahami dengan baik
sejarah naisonal. Konsep “lokal” disini mengacu pada “tempat” dan “ruang,” dan oleh karena
itu, “sejarah lokal” merujuk pada sejarah dari suatu wilayah yang ditentukan oleh perjanjian
penulis sejarah.

Metode Penelitian dan Penulisan

Penelitian dan penulisan suatu karya tulis sejarah harus menggunakan metode
penelitian sejarah sebagai pondasi merenkonstruksi masa lampau secara sistematis dan
obyektif melalui empat tahap yaitu:

6
Ivan. R.B Kaunang, (2002) Jemaat GMIM Sola Gratia Tikala suatu tinjauan sejarah 1945-2001
7
Kuntowijoyo, (1995) Pengantar ilmu sejarah dan historiografi, Jakarta: PT. Gramedia
1. Heuristik
Heuristik adalah langkah awal dalam suatu penelitian yang mempengaruhi
arah penulisan selanjutnya. Ini juga adalah cara untuk mencari, menemukan, dan
mengakses sumber-sumber lisan dan tertulis. Contoh sumber lisan adalah wawancara
langsung dengan orang yang terlibat atau tidak terlibat dalam pembangunan gereja,
yang disebut sebagai data Primer dan data sekunder. Dua metode utama untuk
mengumpulkan informasi adalah melakukan study pustakan dan memeriksa berbagai
sumber yang terkait dengan objek penelitian, seperti dokumen gereja, arsip gereja,
artikel-artikel, artefak, dan segala hal yang terkait dengan penelitian sejarah GPDI
“Filadelfia” Oepaleo Kupang dari tahun 1952 hingga saat ini.
2. Kritik dan Analisis
Kritik dan analisis sumber adalah langkah penting dalam menilai keaslian dan
kredibilitas suatu sumber. Ini melibatkan dua jenis kritik, yaitu kritik eksternal dan
kritik internal. Kritik eksternal melibatkan evaluasi hasil pengujian untuk menunjukan
sejauh mana sumber tersebut dapat di anggap otentik atau asli. Kritik ekstern
membantu memvalidasi penelitian dengan memberikan bukti yang menguatkan
temuan tanpa mengubah fakta yang sebenarnya. Di sisi lain, kritik intern berkaitan
dengan evaluasi berkas seperti wawancara, dokumen, dan arsip dengan tujuan untuk
memastikan keaslian informasi yang digunakan dalam penelitian.
3. Interpretasi
Interpretasi atau tafsiran adalah hasil dari proses menggunakan heuristik dan
kritik terhadap sumber dan data yang telah diuji sebenarnya. Selanjutnya, penulis
menggunakan imajinasinya untuk menghubungkan fakta-fakta tersebut dengan
peristiwa-peristiwa yamh relevan dengan subyek penelitian. Tujuannya adalah untuk
menciptakan sebuah narasi yang utuh, kronologis, dan logis. Dengan kata lain,
interpretasi adalah penyususnan ulang informasi yang telah diuji untuk membentuk
sebuah cerita yang memiliki keterkaitan dan kesinambungan yang masuk akal.
4. Historiografi
Historiografi adalah proses akhir dari penelitian dan penulisan sejarah. Ini melibatkan
pengumpulan informasi melalui penelitian, menganalisis secara kritis, data sejarah,
dan memberikan interpretasi unik yang kemudian disatukan menjadi sebuah narasi
sejarah yang menarik untuk dipublikasikan. Oleh karena itu, seorang penulis perlu
menggunakan bahasa yang jelas dan mudah dipahami, sambil memperhatikan unsur
seni agar menarik bagi pembaca.
PEMBAHASAN

A. Awal berdirinya GPDI “Filadelfia” Oepaleo Kupang


Gereja Pantekosta di Indonesia (GPDI), jemaat “Filadefia” Oepaleo Kupang
adalah salah satu Gereja Karismatik yang berada di Provinsi Nusa Tenggara Timur,
Kabupaten Kupang, Kecamatan Amabi Oefeto Timur, desa Oenaunu. Gereja
Pantekosta di Indonesia (GPDI) “Filadelfia” Oepaleo Kupang, berdiri pada tahun
1952 yang diawali oleh Pdt. Endi Mihak dengan 6 kepala jemaat. Keadaan Gereja
pada waktu itu sangat sederhana dengan berdindingkan bebak dan beratapkan gewang
serta tidak berlantai. Walaupun hanya 6 kepala jemaat, Pdt Endi Mihak dengan
semangat terus melayani 6 kepala keluarga ini.
Seiring berjalanya waktu, terjadinya pergantian gembala sidang di GPDI
“Filadelfia” Oepaleo Kupang. Dan yang penggantikan Pdt. Endi Mihak ialah Pdt.
Bunga Piga. Di gedung yang sama Pdt. Bunga Piga memimpin 6 kepala jemaat.
Tahun terus berganti, namun tidak ada peruban ataupun perkembangan pada GPDI
“Filadelfia” Oepaleo Kupang tersebut. Jemaat tetap 6 Kepala keluarga dan
gedungnya pun tetap tidak berubah hingga Pdt. Bunga Piga pindah ke Oebobo
Kupang, maka Majelis daerah Nusa Tenggara Timur, melantik Pdt. Simon Nome
untuk menggantikan Pdt. Bunga Piga pada tahun 1995. Pelayanan Pdt. Simon Nome
membawa perubahan yang sangat besar bagi GPDI “Filadelfia” Oepaleo Kupang dan
pada waktu Pdt. Simon Nome memimpin/melayani, maka jemaat Tuhan mulai
mengalami pertambahan dan juga gedungnya mulai di bangun.
Kemudian tahun terus berlanjut, karena Pdt. Simon Nome sudah tua dan lanjut
usia, ia merasa bahwa pelayananya tidak akan berjalan lancar karena usianya sehingga
pelayanannya dilanjutkan oleh anaknya yang telah Sekolah Alkitab (SA) yaitu Pdt.
Noh Nome dengan jumlah jemaat 60 kepala keluarga. Pelayanan Pdt. Noh Nome
mampu mempengaruhi seluruh jemaat Tuhan, sehingga walaupun siap hari minggu,
jemaat Tuhan yang berada dijauh pun berusahan untuk menghadiri ibadah pada hari
minggu. Namun pada tahun 2014, Pdt. Noh Nome dipanggil oleh Tuhan dan
pelayanan dilanjutkan oleh istrinya Becci Silla yang dilantik oleh Majelis Daerah
Nusa Tenggara Timur.
B. Perkembangan/kemjauan GPDI “Filaselfia” Oepaleo Kupang
Gereja Pantekosta di Indonesia (GPDI) jemaat “Filadelfia” Oepaleo Kupang
muali berkembang dengan membangun/membuka gereja-gereja baru (Pos) dan
memenangkan banyak jiwa. Ada 3 tiga gereja yang dibuka atau di Rintis oleh GPDI
“Filadelfia” Oepaleo Kupang, yaitu:
1. Pada tahun 2014 itu juga, GPDI “Filadelfia” Oepaleo Kupang telah melahirkan
satu gereja yang dirintis oleh seorang pelayan Tuhan dari GPDI “Filadelfia”
Oepaleo Kupang itu sendiri yaitu Pdt. Matheos Pall atas seizin Gembala GPDI
“Filadelfia” Oepaleo Kupang karena tempat/jarak rumah Pdt. Matheos Pall dari
Gereja Pantekosta di Indonesia (GPDI) “Filadelfia” Oepaleo Kupang termasuk
jauh, sehingga ia di izinkan untuk merintis sebuah Gereja yang berada di Oesusu,
Kecamatan Takari.
2. Pada Tanggal 07 Desember 2017, jemaat GPDI “Filadelfia” Oepaleo Kupang
yang berada di kabupaten Timor Tengah Selatana (TTS), meminta agar seorang
hamba Tuhan dari GPDI “Filadelfia” Oepaleo Kupang bisa membuka atau
merentis sebuah gereja dimana mereka berada, karena setiap musim hujan
seperti bulan Oktober-Maret jemaat Tuhan yang berada di pinggiran Kali
susah/sulit datang beribadah di gereja karena pada musim hujan, Kali tersebut
menjadi banjir sehingga jemaat Tuhan yang ada di kabupaten TTS tidak datang
kegereja. Permintaan jemaat Tuhan yang berada di TTS disetujui oleh Gembala
GPDI “Filadelfia” Oepaleo Kupang. Sehingga pada saat itu mereka merintis
sebuah gereja atau membuka sebuah pos dan yang menjadi gembalanya ialah
Pdt. Piterson Nabuasa seorang hamba Tuhan dari GPDI “Filadelfia” Oepaleo
Kupang tamatan Sekolah Alkitab (SA) dengan jemaat pada waktu itu 4 kepala
keluarga. Namun sekarang telah berkembang dan memiliki jemaat yang banyak.
3. Pada Tanggal 20 November 2022, GPDI “Filadelfia” Oepaleo Kupang kembali
merintis/ membuka sebuah gereja yang yang berada di Soe yang dipimpin oleh
seorang hamba Tuhan dari GPDI “Filadelfia” Oepaleo Kupang yang telah
menyelesaikan Studinya di Sekolah Tinggi Teologi Alkitab Jember (STAJ) yang
berada di Jawa Timur. Nama hamba Tuhan ialah Pdt. Amki Soleman Boimau.,
M. Th. atas izin Gembala GPDI “Filadelfia” Oepaleo Kupang sehingga dapat
merintis gereja baru yaitu Gereja Pantekosta di Indonesia jemaat “Filadelfia”
Pope.
GPDI “Filadelfia” Oepaleo Kupang bukan saja hanya merintis atau membuka
pos tetapi juga memiliki anak-anak, pemuda, dan remaja yang berjiwa
kepemimpinan yang tinggi. GPDI “Filadelfia” Oepaleo Kupang melatih para anak
sekolah minggu, Pemuda dan remaja untuk menjadi pemimpin-pemimpin atau
hamba-hamba Tuhan yang siap untuk memberi diri dalam pelayanan Tuhan. Oleh
karena itu anak-anak GPDI “Filadelfia” Oepaleo Kupang di didik dan ditanamkan
jiwa kepemimpinan sejak usia dini. Dan pada dasarnya GPDI “Filadelfia” Oepaleo
Kupang yang selalu aktif dalam pelayanan adalah pemuda dan remaja, atas
dukungan jemaat-jemaat Tuhan karena Pemuda dikategorikan sebagai Tulang
punggung gereja.

Banyak anak-anak dari jemaat GPDI “Filadelfia” Oepaleo Kupang yang saat ini
memimilih berstudi di sekolah-Nya Tuhan/ Sekolah Tinggi Theologi (STT). Karena
sudah didik dan dibina dari kecil mulai dari sekolah minggu sehingga anak-anak
jemaat GPDI “Filadelfia” Oepaleo Kupang memiliki kerinduan untuk melayani
Tuhan. Dan pastinya, kedepannya GPDI ‘Filadelfia” Oepaleo Kupang akan memiliki
banyak hamba-hamba Tuhan yang siap untuk membuka pos/merintis gereja baru.

Sudah 3 Gereja yang di rintis oleh GPDI “Filadelfia” Oepaleo Kupang dan sekarang
GPDI “Filadelfia” Oeplaeo Kupang disebut sebagai Ibu dari ketiga gereja tersebut. Saat ini,
jumlah jemaat GPDI “Filadelfia Oepaleo Kupang kurang lebih 45 kepala Keluarga. Namun
semangat Gembala sidang serta jemaat-jemaat setempat memiliki semangat akan membangun
diri dalam jiwa kerohanian yang bisa menjadi teladan bagi orang lain.

Pada Tahun 2020 GPDI “Filadelfia” Oepaleo Kupang dibantu oleh Tim dari Korea
Selatan untuk membangun gedung gereja baru yang luas. Dan saat ini, jemaat GPDI
“Filadelfia” Oepaleo Kupang beribadah di gedung yang luas itu. Ibadah yang dilakukan
setiap hari minggu ialah pukul 09.00 WITA. Diluar dari ibadah minggu, setiap hari senin
sampai rabu di adakan ibadah rumah tangga per-kepala keluarga (kk). Hari Jumat adalah
Ibadah untuk Kaum Ibu dan Kaum Pria, hari sabtu di adakan ibadah oleh Pemudan dan
Remaja. Sedangkan anak sekolah minggu beribadah pada pukul 07.00 WITA sebelum ibadah
umum berlangsung
PENUTUP

KESIMPULAN

Dari hasil pembahasan di atas maka penulis mengambil kesimpulan bahwa:

Karya ilmiah adalah sebuah tulisan yang dapat memberikan jawaban terhadap
pertanyaan atau masalah yang diajukan oleh penulis. Oleh karena itu, pada akhir tulisan,
penulis dapat menyimpulkan hasil dari pembahasan yang telah dilakukan sebelumnya,
menjawab pertanyaan yang diajukan. “Sejarah Perkembangan GPDI “Filadelfia” Oepaleo
Kupang 1952 hingga saat ini” merupakan masalah yang dibahas oleh penulis pada bagian-
bagian sebelumnya. Oleh karena itu, pada tahap ini, penulis akan membuat penulisan sesuai
dengan hasil pembahasan yang dirumuskan.

Dari tahun 1952 hinggat saat ini, GPDI “Filadelfia” Oepaleo Kupang mengalami
berbagai perubahan dan kemajuan yang terus terjadi. Perubahan ini dimulai ketika GPDI
“Filadelfia” Oepaleo Kupang di pimpin oleh Pdt. Simon Nome dan kapasitas serta kualitas
gereja semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan jemaat dalam pelayanannya.
Selanjutnya pada tahun 1995 pelayanan dilanjutkan oleh Pdt. Noh Nome. Pada tahun 2020
menjadi tahun penting dimana GPDI “Filadelfia” Oepaleo Kupang dibantuk oleh Tim/mitra
dari Korea selatan dalam membangun gedung baru.

Anda mungkin juga menyukai