Disajikan Oleh :
1. Jumadi 02125111
2. Unun 02228114
3. Matius Cata 02125108
19 APRIL 2023
1. PENDAHULUAN
Allah Tritunggal adalah sumber kepelbagaian dalam gereja. Baik menyangkut
kepelbagaian karunia, kepelbagaian anggota (1 Korintus 12) dan
kepelbagaian jabatan (Efesus 4:11-12). Demikian juga dalam Kisah Para Rasul
20:28 mengungkapkan, bahwa jemaat diperoleh melalui darah Yesus
Kristus.
Dengan demikian gereja yang adalah Tubuh Kristus yang terdiri dari anggota-
anggota gereja maupun pejabat-pejabat gereja, adalah berasal dari Allah.
Demikian juga ungkapan: ” … di atas Batu karang ini Aku akan mendirikan
jemaatKu dan alam maut tidak akan menguasainya” (Matius 16:18)
menunjukkan bahwa gereja sebagai tubuh Kristus, berasal dan dibangun oleh Allah.
Tuhan Yesus mendirikan jemaatNya adalah agar terjadi persekutuan (Koinonia),
di antara sesama anggota tubuh, melayani satu dengan yang lain dalam kasih
(Diakonia), yang membawa dampak bagi kesaksian gereja (Marturia) menjadi
semakin efektif. Tuhan Yesus mengatakan bahwa ciri khas murid-
muridNya adalah saling mengasihi.
Amanat agung Pemberitaan injil diberikan kepada semua individu orang
percaya, tetapi dilaksanakan dengan efektif oleh gereja sebagai tubuh Kristus
secara kolektif (baca Matius 28: 19-20). Tentunya hal ini sangat berkait juga
terhadap Gereja Baptis keseluruhan, baik sebagai lembaga maupun persekutuan-
persekutuan jemaat yang berada dalam naungannya.
2. PEMBAHASAN
2.1. Sejarah Gereja Baptis di Indonesia
dimana setiap gereja merdeka seutuhnya dari kekuasaan gereja lain dan dari kekuasaan
denominasi apapun. Tidak ada satu gereja atau badan denominasi apapun yang dapat
meniadakan keputusan gereja setempat atau yang dapat mendikte gereja setempat. Setiap gereja
ragam gaya dan warna ibadah, baik yang formal maupun non formal. Tidak ada dua gereja
pemahamannya, ibadah bukan soal upacara atau ritus melainkan tentang hubungan antara Allah
dan manusia, yang mengalami perjumpaan baik dengan atau tanpa ritus. Hal yang terpenting
Berdiri pada bulan Desember 1951, dan melakukan Baptisan pertama di Bandung, tanggal 23
November 1952. tersebar di beberapa wilayah yang ada di Jawa dan di Sumatera. Lebih dari 80%
jemaatnya terkonsentrasi di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Berada di Singkawang Kalimantan Barat. Dipelopori oleh John G. Breman, seorang penginjil
berdarah Belanda-Amerika sejak 1925, dan mulai terorganisasi baik sejak 1956. Di samping
penginjilan verbal, badan ini juga menyelenggarakan rumah sakit di Serukam, hotel (penginapan
murah) bagi mahasiswa sekolah Alkitab dan pendidikan teologi. Sejak tahun 1984, gereja ini juga
dikembangkan melalui penginjilan ke Jawa, Sumatera dan Bali.
Berpusat di Manado, dipelopori oleh beberapa pemuda dari KGPM (Kerapatan Gereja Protestan
Minahasa) pada dasawarsa 1930-an dan 1940-an. Tercatat pernah berkonflik secara internal pada
tahun 1951, karena perbedaan pandangan tentang, pertobatan, kelahiran kembali, baptisan selam,
pengabaran Injil dan nasionalisme.
Hal prinsipnya adalah tentang perubahan sifat gereja dari kedaerahan menjadi nasional, merujuk
kepada perubahan nama Minahasa menjadi Indonesia. Jadi dari Kerapatan Gereja Baptis Minahasa
(KGBM) menjadi Kerapatan Gereja Baptis Indonesia (KGBI).
4. Gereja Baptis Independent di Indonesia (GBII)
Kelembagaan Gereja ini dibentuk pada tahun 1970 di Jakarta, melalui UU Keormasan Nomor 08/1985.
Kelembagaan Gereja ini memiliki sekolah Alkitab di Jakarta dan beberapa daerah lain.
Dengan tetap menggunakan nama ejaan Inggris, Baptist. Kelembagaan Gereja ini didirikan pada tahun
1952, berbahasa Mandarin pada awal kegiatannya. Dukungan atas kelembagaan ini berasal dari misi
Amerika. Selain di Jakarta, jemaat juga ada dan tersebar di beberapa wilayah Sumatera serta Belitung.
Yang ke 6, disebutkan keberadaan kelembagaan Gereja Baptis di Propinsi Papua. Atau yang pada
awalnya disebut Persekutuan Gereja-Gereja Baptis Irian Jaya (PGBIJ). Nama Papua pertama kali
diperkenalkan oleh De Meresis orang Portugis tahun 1512, memberi nama “ILHAS DOS PAPUAS”.
Pelayanan Baptis di Irian Jaya diawali dengan Pelayanan di Wilayah Baliem utara oleh Misi ABMS
(Australian, Baptist Missionary Society) . Dan terus berkembang dengan baik, terutama setelah tahun
1956 setelah kedatangan Rev. Norman Draper, Rev. Gil Mac Arthur, John Betteridge, Ian
Gruber dan Hein Noordjik pada 06 Juni 1956.
Pada tahun 2001 dengan adanya udang-udang No. 21 Tahun 2001 pemberian Otonomi Khusus bagi
Provinsi Papua, nomenklatur Irian Jaya berubah Papua, maka PGBIJ menyikap dengan mengubah nama
dari Persekutuan Gereja-Gereja Baptis Irian Jaya (PGBIJ) menjadi Persekutuan Gereja-Gereja Baptis
Papua (PGBP).
2.2. SEJARAH GLOBAL GEREJA BAPTIS
Tidak ada catatan sejarah pasti yang bisa dijadikan rujukan untuk
menentukan bagaimana sejarah dan perkembangan Gereja Baptis, dari
awal sampai dengan masa perkembangannya. Sejarah rumpun Gereja ini
cukup rumit (Jan S. Aritonang, 2008).
Yang pertama, muncul pada awal abad ke-19, yang menganut teori
"Yerusalem-Yordan-Yohanes Pembaptis, berpendapat bahwa gereja Baptis
bermula pada pembaptisan Yesus oleh Yohanes Pembaptis di sungai Yordan.
Demikian kelompok ini mengklaim diri sebagai Gereja Baptis yang pertama
kali. Mereka menyangkal bahwa gereja Baptis bermula pada gerakan
Anabaptis di Münster, Jerman, pada tahun 1522. Sekaligus mereka juga
menyatakan bahwa Gereja Baptis bukan gereja Protestan karena keberadaan
mereka jauh sebelum masa-masa reformasi.
Yang Kedua,
Yang Ketiga,
Selama 2 abad lebih gereja Baptis berproses, termasuk juga pada saat munculnya
akta toleransi 1690. Akta ini secara garis besar membatasi kembali kegiatan
keagamaan, Gereja tidak bisa berkembang, bahkan terus menurun (masa
kelapukan Baptis) ditambah dengan berbagai penyelewengan ajaran doktrinal.
Baptis menjadi lebih stabil dalam perkembangannya mulai tahun
1738, dengan tokohnya John Wesley. Dengan metode ibadah
kebangunan rohani John membangun kembali Baptis dibantu oleh
saudaranya, Charles Wesley dan George Whitefield. Kemudian
menjadi lebih baik dalam perkembangannya, setelah Dan Taylor pada
tahun 1770 memimpin pembentukan The Assembly of Free
Connection Baptis. Metode yang digunakan Taylor adalah Pengutusan
Injil yang dilakukan sampai ke luar negeri.
Gereja Baptis menganut sistem pemerintahan secara kongregasional, dengan sifat independent karena
sistem ini menegaskan bahwa setiap gereja lokal adalah suatu badan lengkap, yang tidak tergantung dengan
badan lain, bahkan tidak memiliki hubungan pemerintahan dengan gereja yang lain.
Kekuasaan gereja sepenuhnya berada pada anggota Jemaat, yang memiliki kekuasaan untuk mengatur
dirinya sendiri mandiri dan penuh. Otoritas pemerintahan gereja terletak sepenuhnya pada jemaat Iokal. Dua
hal yang sangat ditekankan oleh sistem pemerintahan gereja ini adalah otonomi dan demokrasi. Para pelayan
gereja (pejabat gereja) adalah jabatan fungsional untuk melayani Firman, mengajar dan melaksanakan urusan
gereja semata-mata. Konsep ini lahir dari pernyataan Alkitab yang mengatakan bahwa setiap orang percaya
adalah imamat yang rajani, I Pet 2:9 “Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang
kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia,
yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib”.
Baptisan selam dipergunakan Baptis mulai 1644, pertama kali dilaksanakan di Rijnsburg, Belanda. Dan ini
menjadi ciri khas Gereja-gereja Baptis sampai sekarang.
ASAS-ASAS KEPERCAYAAN (DOCTRINAL STATEMENT)
GEREJA BAPTIS INDONESIA :
1. Allah 6. Alkitab
2. Yesus Kristus
7. Dosa
3. Roh Kudus
8. Keselamatan
4. Malaikat
9. Gereja
5. Manusia
10. Perkara-perkara Akhir
2.4. PERGERAKAN GEREJA BAPTIS INDONESIA
Imbas berdirinya Negara RRC (Republik Rakyat China) yang
menganut faham komunis dalam pemerintahaannya, dan mengeluarkan
berbagai kebijakan yang salah satunya adalah menutup tempat Ibadah dan
seminari di China. Para utusan Injil Konvensi Baptis Selatan (SBC) yang
berasal dari Amerika Serikat terpaksa meninggalkan RRC untuk mencari
negara lain bagi pelayanan mereka.
Pada tanggal 24 Desember 1951 tiga utusan injil SBC yaitu Burren
Jhonson, Stockwell B dan Charles Cowheard tiba di Jakarta. Walaupun
Jakarta jadi tempat persinggahan pertama mereka di Indonesia, akan tetapi
Bandung menjadi pilihan pertama mereka untuk memulai pekerjaan Baptis di
Indonesia. Dikarenakan harga rumah dan tanah di Bandung lebih murah jika
dibandingkan dengan Jakarta para utusan injil SBC memilih Kota Bandung.