Anda di halaman 1dari 22

PRESENTASI KELOMPOK 6

SEJARAH GEREJA BAPTIS


DOSEN PENGAMPU BPK. DR KOSMARTUA SITUMORANG M.TH

 Disajikan Oleh :

1. Jumadi 02125111
2. Unun 02228114
3. Matius Cata 02125108

19 APRIL 2023
1. PENDAHULUAN
 Allah Tritunggal adalah sumber kepelbagaian dalam gereja. Baik menyangkut
kepelbagaian karunia, kepelbagaian anggota (1 Korintus 12) dan
kepelbagaian jabatan (Efesus 4:11-12). Demikian juga dalam Kisah Para Rasul
20:28 mengungkapkan, bahwa jemaat diperoleh melalui darah Yesus
Kristus.
 Dengan demikian gereja yang adalah Tubuh Kristus yang terdiri dari anggota-
anggota gereja maupun pejabat-pejabat gereja, adalah berasal dari Allah.
Demikian juga ungkapan: ” … di atas Batu karang ini Aku akan mendirikan
jemaatKu dan alam maut tidak akan menguasainya” (Matius 16:18)
menunjukkan bahwa gereja sebagai tubuh Kristus, berasal dan dibangun oleh Allah.
 Tuhan Yesus mendirikan jemaatNya adalah agar terjadi persekutuan (Koinonia),
di antara sesama anggota tubuh, melayani satu dengan yang lain dalam kasih
(Diakonia), yang membawa dampak bagi kesaksian gereja (Marturia) menjadi
semakin efektif. Tuhan Yesus mengatakan bahwa ciri khas murid-
muridNya adalah saling mengasihi.
 Amanat agung Pemberitaan injil diberikan kepada semua individu orang
percaya, tetapi dilaksanakan dengan efektif oleh gereja sebagai tubuh Kristus
secara kolektif (baca Matius 28: 19-20). Tentunya hal ini sangat berkait juga
terhadap Gereja Baptis keseluruhan, baik sebagai lembaga maupun persekutuan-
persekutuan jemaat yang berada dalam naungannya.
2. PEMBAHASAN
2.1. Sejarah Gereja Baptis di Indonesia

Dalam sejarahnya, gereja Baptis di Indonesia menganut sistem pemerintahan kongregasional

dimana setiap gereja merdeka seutuhnya dari kekuasaan gereja lain dan dari kekuasaan

denominasi apapun. Tidak ada satu gereja atau badan denominasi apapun yang dapat

meniadakan keputusan gereja setempat atau yang dapat mendikte gereja setempat. Setiap gereja

bebas menentukan doktrinnya, struktur organisasinya, pemimpinnya dan kegiatannya sendiri.

Dengan sistem pemerintahan kongregasional, gereja-gereja Baptis menghasilkan aneka

ragam gaya dan warna ibadah, baik yang formal maupun non formal. Tidak ada dua gereja

Baptis yang memiliki pola ibadah yang persis sama

Gereja Baptis adalah gereja yang dinamis dalam ibadahnya. Dalam

pemahamannya, ibadah bukan soal upacara atau ritus melainkan tentang hubungan antara Allah

dan manusia, yang mengalami perjumpaan baik dengan atau tanpa ritus. Hal yang terpenting

adalah niat dan sikap hati yang sungguh-sungguh dari si penyembah.


Pada saat ini ada 6 (enam) organisasi gereja-gereja Baptis di Indonesia , yakni:

1. Gabungan Gereja Baptis Indonesia (GGBI)

Berdiri pada bulan Desember 1951, dan melakukan Baptisan pertama di Bandung, tanggal 23
November 1952. tersebar di beberapa wilayah yang ada di Jawa dan di Sumatera. Lebih dari 80%
jemaatnya terkonsentrasi di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

2. Gereja Perhimpunan Injili Baptis Indonesia (GPIBI)

Berada di Singkawang Kalimantan Barat. Dipelopori oleh John G. Breman, seorang penginjil
berdarah Belanda-Amerika sejak 1925, dan mulai terorganisasi baik sejak 1956. Di samping
penginjilan verbal, badan ini juga menyelenggarakan rumah sakit di Serukam, hotel (penginapan
murah) bagi mahasiswa sekolah Alkitab dan pendidikan teologi. Sejak tahun 1984, gereja ini juga
dikembangkan melalui penginjilan ke Jawa, Sumatera dan Bali.

3. Kerapatan Gereja Baptis Indonesia (KGBI)

Berpusat di Manado, dipelopori oleh beberapa pemuda dari KGPM (Kerapatan Gereja Protestan
Minahasa) pada dasawarsa 1930-an dan 1940-an. Tercatat pernah berkonflik secara internal pada
tahun 1951, karena perbedaan pandangan tentang, pertobatan, kelahiran kembali, baptisan selam,
pengabaran Injil dan nasionalisme.
Hal prinsipnya adalah tentang perubahan sifat gereja dari kedaerahan menjadi nasional, merujuk
kepada perubahan nama Minahasa menjadi Indonesia. Jadi dari Kerapatan Gereja Baptis Minahasa
(KGBM) menjadi Kerapatan Gereja Baptis Indonesia (KGBI).
4. Gereja Baptis Independent di Indonesia (GBII)

Kelembagaan Gereja ini dibentuk pada tahun 1970 di Jakarta, melalui UU Keormasan Nomor 08/1985.
Kelembagaan Gereja ini memiliki sekolah Alkitab di Jakarta dan beberapa daerah lain.

5. Sinode Gereja Baptist Jakarta

Dengan tetap menggunakan nama ejaan Inggris, Baptist. Kelembagaan Gereja ini didirikan pada tahun
1952, berbahasa Mandarin pada awal kegiatannya. Dukungan atas kelembagaan ini berasal dari misi
Amerika. Selain di Jakarta, jemaat juga ada dan tersebar di beberapa wilayah Sumatera serta Belitung.

Yang ke 6, disebutkan keberadaan kelembagaan Gereja Baptis di Propinsi Papua. Atau yang pada
awalnya disebut Persekutuan Gereja-Gereja Baptis Irian Jaya (PGBIJ). Nama Papua pertama kali
diperkenalkan oleh De Meresis orang Portugis tahun 1512, memberi nama “ILHAS DOS PAPUAS”.
Pelayanan Baptis di Irian Jaya diawali dengan Pelayanan di Wilayah Baliem utara oleh Misi ABMS
(Australian, Baptist Missionary Society) . Dan terus berkembang dengan baik, terutama setelah tahun
1956 setelah kedatangan Rev. Norman Draper, Rev. Gil Mac Arthur, John Betteridge, Ian
Gruber dan Hein Noordjik pada 06 Juni 1956.
Pada tahun 2001 dengan adanya udang-udang No. 21 Tahun 2001 pemberian Otonomi Khusus bagi
Provinsi Papua, nomenklatur Irian Jaya berubah Papua, maka PGBIJ menyikap dengan mengubah nama
dari Persekutuan Gereja-Gereja Baptis Irian Jaya (PGBIJ) menjadi Persekutuan Gereja-Gereja Baptis
Papua (PGBP).
2.2. SEJARAH GLOBAL GEREJA BAPTIS
 Tidak ada catatan sejarah pasti yang bisa dijadikan rujukan untuk
menentukan bagaimana sejarah dan perkembangan Gereja Baptis, dari
awal sampai dengan masa perkembangannya. Sejarah rumpun Gereja ini
cukup rumit (Jan S. Aritonang, 2008).

 Tercatat ada 3 (tiga) kelompok yang masing-masing memiliki catatan


sejarah menurut pandangan mereka sendiri :

Yang pertama, muncul pada awal abad ke-19, yang menganut teori
"Yerusalem-Yordan-Yohanes Pembaptis, berpendapat bahwa gereja Baptis
bermula pada pembaptisan Yesus oleh Yohanes Pembaptis di sungai Yordan.
Demikian kelompok ini mengklaim diri sebagai Gereja Baptis yang pertama
kali. Mereka menyangkal bahwa gereja Baptis bermula pada gerakan
Anabaptis di Münster, Jerman, pada tahun 1522. Sekaligus mereka juga
menyatakan bahwa Gereja Baptis bukan gereja Protestan karena keberadaan
mereka jauh sebelum masa-masa reformasi.
Yang Kedua,

Muncul pada akhir abad 19 sebagai kritik terhadap kelompok pertama.


Menurut mereka, tidak ada kesinambungan yang nyata antara Yohanes Pembaptis
dan gereja Baptis. Dan pada kenyataannya adalah benar bahwa gereja Baptis
berasal dari gereja penganut paham Anabaptis di Munster Jerman tersebut. Sampai
sekarangpun paham Anabaptis masih tetap dijalankan.

Yang Ketiga,

Kelompok ini berkeyakinan, garis sejarah gereja Baptis tidak terputus-


putus dari dulu sampai sekarang. Menurut sejarahwan Baptis, R. G. Torbet.
Mereka muncul pada abad 17, dan Robert mengakui adanya hubungan tertentu
antara tokoh-tokoh pendiri gereja Baptis yang pertama dengan kaum Anabaptis,
terutama kaum Mennonit. Juga tidak bisa disangkal adanya kesamaan antara
gereja Baptis dengan kaum Anabaptis/Mennonit dan gereja gereja bebas lainnya
di daratan Eropa (bebas dalam arti tidak terikat kepada negara), misalnya dalam
hal Baptisan dewasa dan pemisahan gereja dari negara. Walau pada kenyataannya
tetap ada perbedaan antara gereja-gereja ini, seperti larangan mengangkat sumpah,
termasuk sumpah jabatan yang dalam hal ini gereja Baptis tidak menganutnya.
Penelusuran akan dilakukan melalui keyakinan kelompok ketiga yang
mengatakan bahwa sejarah gereja Baptis tidak terputus dari awalnya sampai
saat ini, tokohnya John Smyth.

John Smyth menjadi tokoh yang menentang salah satu kelompok


dalam lingkungan kaum Puritan di Gereja Inggris (Anglikan). John Smyth
berusaha mengembalikan Gereja Anglikan kepada model gereja dalam
Perjanjian Baru, diantaranya adalah upaya memurnikan gereja itu dari ajaran
dan praktek yang tidak alkitabiah, misalnya keterikatan dan ketundukan gereja
itu terhadap kuasa negara, cara pengangkatan dan pengukuhan pejabat gereja
(yang semestinya dilakukan oleh jemaat bukan oleh pemerintah atau uskup
agung), dan tidak adanya kebebasan untuk mengungkapkan keyakinan iman
atau apa saja yang diyakini sebagai kebenaran.

Dan pemerintahan Inggris menilai, kelompok ini sektarian yang


berbahaya. Akhirnya mereka ditindas dan dikucilkan. Akibatnya John Smyth
dan sejumlah rekan memutuskan untuk mengungsi ke Belanda pada akhir
tahun 1607. Di Belanda mereka berhubungan dengan kaum Mennonite, yang
ajaran dan prakteknya menurut mereka sesuai dengan paham dan cita-cita
mereka.
Kesesuaian paham ini kemudian di tahun 1609 membuat Smyth menyatakan
kembali pengakuan iman, mengikat perjanjian dengan Allah, serta melakukan baptis
ulang atas dirinya dan rekan yang lainnya. Hingga akhirnya hal ini menimbulkan konflik
antara John Smyth dan rekannya, Thomas Helwys. Helwys menolak atas apa yang sudah
dilakukan Smyth, dan kembali ke Inggris pada 1612, dengan tetap membawa ajaran
Baptis mereka, seperti sebelum pergi ke Belanda.
Dalam kondisi tetap tertindas, Thomas Helwys kukuh dengan keyakinannya
bahwa agama harus terlepas dari penguasaan Negara. Helwys meninggal karena
penindasan yang diterimanya. Thomas Helwys dikenal sebagai tokoh yang
memperjuangkan kelepasan supremasi Negara atas agama Kristen.
Selama masa penindasan sampai dengan tahun 1640 memunculkan beberapa
pemahaman-pemahaman, diantaranya General Baptis atau Baptis Umum, disebut
demikian karena mereka cenderung beraliran Armenian, yang berpendapat bahwa
keselamatan milik semua orang.
Di sisi lain dari keluarga puritan tersebut muncul aliran bernama, Particular
Baptis atau Baptis Khusus. Disebut demikian karena mereka menganut pemahaman
Predestinasi Calvinis. Mereka berpendapat bahwa keselamatan dan penebusan tidak
disediakan Allah bagi semua orang, melainkan bagi mereka yang sudah dipilih dan
dikhususkan (particular) sebelum dunia dan manusia diciptakan. Dalam pemahaman
Calvinis, keselamatan merupakan anugerah Allah, karena ketidakmampuan manusia,
sehingga Allah mengerjakan sendiri keselamatan itu tanpa peran manusia.
 Selain perbedaan paham tentang penebusan, ada perbedaan pula dalam baptisan.
Kelompok Baptis Umum mengikuti pola gereja Mennonit. Sedangkan kelompok
Baptis Khusus menetapkan penyelaman ke dalam air sebagai satu-satiunya cara
pembaptisan.

 Tahun 1662 parlemen Inggris mengesahkan undang-undang yang mengharuskan


semua pendeta yang menerima nafkah negara untuk menyetujui doktrin dan
kebijaksanaan negara. Akibatnya dua ribu pendeta, terutama dari Presbyter
mengundurkan diri dan mencari nafkah dengan jalan lain.

 Sampai pada 1687, Raja James II mengeluarkan Declaration of Indulgence yang


menghentikan sementara undang-undang yang menindas golongan separatis,
mengizinkan kebaktian di umum, dan membebaskan mereka dari ujian untuk
pekerjaan negara. Sebagai akibat dari timbulnya wabah penyakit yang
menimbulkan kematian dalam jumlah ratusan ribu jiwa, dan dalam
penanganannya melibatkan ratusan pendeta.

 Selama 2 abad lebih gereja Baptis berproses, termasuk juga pada saat munculnya
akta toleransi 1690. Akta ini secara garis besar membatasi kembali kegiatan
keagamaan, Gereja tidak bisa berkembang, bahkan terus menurun (masa
kelapukan Baptis) ditambah dengan berbagai penyelewengan ajaran doktrinal.
 Baptis menjadi lebih stabil dalam perkembangannya mulai tahun
1738, dengan tokohnya John Wesley. Dengan metode ibadah
kebangunan rohani John membangun kembali Baptis dibantu oleh
saudaranya, Charles Wesley dan George Whitefield. Kemudian
menjadi lebih baik dalam perkembangannya, setelah Dan Taylor pada
tahun 1770 memimpin pembentukan The Assembly of Free
Connection Baptis. Metode yang digunakan Taylor adalah Pengutusan
Injil yang dilakukan sampai ke luar negeri.

 Dinamika perkembangan gereja Baptis terus berkembang, terutama


setelah masa perang dunia 2 (dua). Seiring perkembangan teknologi
membawa masyarakat semakin individualistik dengan gaya hidup
yang berubah. Banyak bermunculan pengkhotbah-pengkhotbah
individual yang berbakat (contoh: Billy Graham). Dengan gaya
konservatif injili, mereka mengorganisasi banyak massa untuk
menjadi jemaat-jemaat militan. Terus berkembang dengan sekolah-
sekolah Alkitab yang didirikan.
 Di Amerika, Gereja Baptis pertama di Amerika Utara adalah di Rhode
Island (dekat New York), yang didirikan oleh Roger Williams pada
1639. Pada masa kini terdapat 5 konfensi Gereja Baptis dengan sekitar
81.000 jemaat dan sekitar 25 juta anggota baptisan di Amerika Utara.
Pada 1905 Persekutuan Baptis Sedunia (Baptists World Alliance)
didirikan dan memiliki sekita 33,7 juta anggota baptisan dari 70 juta
anggota keluarga Baptis sedunia.

 Di Eropa, Gereja Baptis menyebar dan berkembang di negara Wales,


Scotlandia, Irlandia dan Jerman. Gereja Baptis juga berkembang di
Eropa Barat, Eropa Utara, Rusia dan beberapa negara Afrika, bahkan
di timur tengah. Perkembangan yang pesat terjadi juga di benua Asia.
Asia Utara dan Tengah, serta Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
2.3. DOGMATIKA BAPTIS

Baptisme adalah aliran Kristen yang hanya mengakui pembaptisan orang yang telah mampu


mengakui iman mereka akan Yesus secara pribadi. Maka pembaptisan  kanak-kanak ditolak (anabaptis). Umat
baptis bercorak evangelikal atau menekankan ikatan pribadi dengan Kristus dan pengalaman rahmat-Nya serta
kehidupan sebagai murid Yesus. Kitab Suci menjadi pedoman utama atau pegangan iman, maka tidak perlu lagi
adanya pengakuan iman dan dogma. Sakramen hanya dianggap sebagai lambang saja dan tradisi serta ritus
kurang dihargai. Baptisme berpegang pada moral ketat dan mengutamakan karya amal serta penginjilan.

Gereja Baptis menganut sistem pemerintahan secara kongregasional, dengan sifat independent karena
sistem ini menegaskan bahwa setiap gereja lokal adalah suatu badan lengkap, yang tidak tergantung dengan
badan lain, bahkan tidak memiliki hubungan pemerintahan dengan gereja yang lain.

Kekuasaan gereja sepenuhnya berada pada anggota Jemaat, yang memiliki kekuasaan untuk mengatur
dirinya sendiri mandiri dan penuh. Otoritas pemerintahan gereja terletak sepenuhnya pada jemaat Iokal. Dua
hal yang sangat ditekankan oleh sistem pemerintahan gereja ini adalah otonomi dan demokrasi. Para pelayan
gereja (pejabat gereja) adalah jabatan fungsional untuk melayani Firman, mengajar dan melaksanakan urusan
gereja semata-mata. Konsep ini lahir dari pernyataan Alkitab yang mengatakan bahwa setiap orang percaya
adalah imamat yang rajani, I Pet 2:9 “Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang
kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia,
yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib”.

Baptisan selam dipergunakan Baptis mulai 1644, pertama kali dilaksanakan di Rijnsburg, Belanda. Dan ini
menjadi ciri khas Gereja-gereja Baptis sampai sekarang.
ASAS-ASAS KEPERCAYAAN (DOCTRINAL STATEMENT)
GEREJA BAPTIS INDONESIA :

1. Allah 6. Alkitab

2. Yesus Kristus
7. Dosa

3. Roh Kudus
8. Keselamatan
4. Malaikat
9. Gereja
5. Manusia
10. Perkara-perkara Akhir
2.4. PERGERAKAN GEREJA BAPTIS INDONESIA
 Imbas berdirinya Negara RRC (Republik Rakyat China) yang
menganut faham komunis dalam pemerintahaannya, dan mengeluarkan
berbagai kebijakan yang salah satunya adalah menutup tempat Ibadah dan
seminari di China. Para utusan Injil Konvensi Baptis Selatan (SBC) yang
berasal dari Amerika Serikat terpaksa meninggalkan RRC untuk mencari
negara lain bagi pelayanan mereka.

 Pada tanggal 24 Desember 1951 tiga utusan injil SBC yaitu Burren
Jhonson, Stockwell B dan Charles Cowheard tiba di Jakarta. Walaupun
Jakarta jadi tempat persinggahan pertama mereka di Indonesia, akan tetapi
Bandung menjadi pilihan pertama mereka untuk memulai pekerjaan Baptis di
Indonesia. Dikarenakan harga rumah dan tanah di Bandung lebih murah jika
dibandingkan dengan Jakarta para utusan injil SBC memilih Kota Bandung.

 Charles Cowheard memasang iklan pada surat kabar untuk


mengundang orang-orang untuk datang menghadiri ibadah perdana, pada
tanggal 11 Mei 1952 di Masonic Hall yang sekarang telah diubah fungsi
menjadi Masjid Agung Al-Ukhuwwah, di Jalan Watu kencana no.27
Bandung.
Ibadah pertama yang menggunakan bahasa Inggris itu dihadiri
oleh 23 orang yang terdiri dari 10 orang Amerika, Inggris dan
Belanda, serta 13 orang Bandung. Di antara ke 13 orang Bandung
tersebut adalah keluarga Yusuf Mathias, yang nantinya akan
mengambil peran penting untuk meneruskan ajaran Baptis di
Kota Bandung.

Tahun 1961, Gereja Baptis Pertama mentahbiskan pendeta


nasional yang bernama John Leim Seng, pendeta tersebut
melayani Gereja baptis pertama ini hingga tahun 1968 dan mulai
membangun fasilitas sekolah minggu untuk tahap pertama.
Hingga tahun 1970 pekerjaan menjadi seorang pendeta diteruskan
oleh Gerald Pinkston dan pada tahun itu juga Gereja Baptis
mentahbiskan pendeta nasional yang kedua yaitu
Pdt.Billy Mathias dan Dkn. Yusuf Mathias.
Berikut peristiwa-peristiwa penting dalam perjalanan awal Gereja Baptis
Indonesia :
 23 November 1952 Terbentuklah Gereja Baptis Pertama di Jakarta.
 1 Maret 1953 Kebaktian pertama kali di Surabaya.
 1957 Baptis Australia mendirikan cabang pengabaran Injil pertama di Maki, Jukwa
dan Tiom Irian Barat. Percobaan perguruan tinggi di Tiom.1961 Baptis Australia,
kelas pertama berjumlah 15 orang tamat dan memulai pekerjaan di daerah Suku Dani
Barat.
 2 Maret 1961 Pelayanan Baptis pertama di Sumatera.
 22 November 1953 Gereja Baptis Imanuel diorganisasikan. 1 Agustus 1954 kebaktian
pertama di Semarang.
 11 Oktober 1954 Kuliah perdana di Seminari Teologi Baptis Indonesia. Rektor Dr.
Buford Nichols.
 3 Februari 1955 Kediri, poliklinik Baptis pertama Semampir.
 1 Februari 1957 Suara Baptis terbit perdana.
 28 Februari 1957 Pentahbisan gedung baru Rumah Sakit Baptis Kediri.
 6 September 1959 Peresmian pertama Gereja Baptis Penumping di Solo.
 6 Oktober 1960 Sekolah Awam di buka di Kediri, Surabaya.
 25 September 1961 Peresmian SPK Kediri. Desember 1961 Penginjilan di Palembang Sumatera
Selatan.
 Februari 1962 Penginjilan di Jogyakarta. 4 Maret 1962 Gereja Baptis Raya Barat di organisasikan.
 17 April 1963 Pelayanan Poliklinik di Bukit Tinggi.
 24 Mei 1964 Pelayanan pertama melalui Media Masa Televisi.
 10 Agustus 1964 Sekolah Umum (SD)  Baptis yang pertama di buka di Gereja Baptis Kalvari.
 13 Januari 1965 Gereja Baptis Palembang diorganisasikan.
 15 April 1965 Klinik Bukit Tinggi di buka.
 6 Mei 1965 Gereja Baptis Candi Semarang diorganisasikan.
 13 Oktober 1967 Yayasan Misi Baptis Indonesia disahkan.
 Desember 1967 Penerbitan Suara Baptis.
 17-18 Maret 1970 Penerbitan Gereja-gereja Baptis Indonesia menjadi Lembaga Literatur Baptis
(LLB).
 27 Juni 1970 Penginjilan Radio dan Televisi di Sukabumi.
 1 Maret 1971 Berdiri Sabda Sejati yaitu Sekolah Alkitab Baptis se Jawa Timur yang berpusat di
Kediri.
2.5. PELAYANAN GEREJA BAPTIS
Dalam perkembangannya, Gereja Baptis Indonesia selain
mengelola Gereja dan melayani peribadatan juga memiliki
kegiatan/pelayanan diluar dari Gereja diantaranya mengelolah
Yayasan Baptis Indonesia (YBI) yang menaungi beberapa pelayanan
seperti rumah sakit, sekolah, di beberapa daerah diantaranya:

 Rumah Sakit (RS) Baptis Kediri, Batu.


 Rumah Sakit Baptis Imanuel Bandar Lampung.

 Klinik Baptis Kupang.

 Klinik Baptis Kediri.

 Sekolah Teologi Baptis Jakarta.

 Sekolah Teologi Baptis Bandung.

 Sekolah Teologi Baptis Medan.

 Sekolah Kesehatan Baptis.


2.6. CATATAN KRITIS DALAM PERKEMBANGAN
GEREJA BAPTIS INDONESIA

 Hubungan antara Injil dan kebudayaan ada garis yang


akomodatif dan radikal. Bagi yang akomodatif terhadap kebudayaan,
injil merupakan mediasi untuk meminimalkan yang negatif, sedang
yang berpandangan radikal hanya injil satusatunya jalan keselamatan.
 Suatu otokritik yang dilakukan oleh Pendeta Budi Suwondo
terhadap gereja Baptis berkait dengan pengelolaan gereja Baptis yang
memungut sumbangan tetap dari anggotanya. Kritik yang mendasar
adalah, sebagai gereja otonom gereja Baptis Indonesia, masih terjadi
stratifikasi dalam berorganisasi seperti keberadaan Badan Perwakilan
Daerah (BPD), Badan Perwakilan Pusat (BPP) yang lazim dipakai
dalam organisasi khas non gereja.
 Dan sampai saat ini, sangat sulit untuk membuat generalisasi
ajaran gereja Baptis, sebagai contoh sebagian orang baptis
mengijinkan penggunaan alat-alat musik lengkap dalam kebaktian
sementara ada yang melakukan hanya dengan menyanyi saja.
Dalam persoalan lain yang berkaitan dengan etos
kemanusiaan adalah persoalan misi penginjilan yang sering kali
berbenturan dengan masalah kebudayaan. Artinya, proses
pengabaran injil seperti yang menjadi keharusan dalam gereja
baptis tanpa memperhatikan konteks kebudayaan dan keyakinan di
Indonesia. Sebagai contoh : sumpah jabatan.

Penginjilan tanpa usaha menegakkan keadilan tidaklah


utuh. Mengakui Allah tetapi melupakan perjuangan keadilan dan
pembebasan adalah sama saja dengan mengaku mencintai Allah
tanpa mencintai manusia. Seperti dalam kasus belum adanya
aktualisasi gereja untuk mengijinkan perempuan menjadi diakon,
apalagi untuk menjadi pendeta atau gembala sidang di gereja
Baptis.

Sebagai pengetahuan, sampai saat ini Gereja Baptis belum


tergabung ke dalam PGI (Persatuan Gereja Indonesia).
4. Kepustakaan
https://baptispapua.org/sejarah/
https://elibrary.unikom.ac.id/id/eprint/4586/8/08%20BAB%202.pdf
https://ggbi.or.id/asas-kepercayaan-ggbi/
https://kbbi.web.id/
https://www.kompasiana.com/michaellaihad/5b7862d3bde5752af55a8d82/sejarah
-berdirinya-gabungan-gereja-baptis-indonesia
https://id.wikipedia.org/wiki/Baptisme
Budi Suwondo, “ Menjadi Gereja Baptis Indonesia Kontekstualisasi Setengah
Jalan” dalam Menjadi Gereja Baptis Indonesia, Bandung: LLB, 2001.
Coy, L. H. M. Mengenal Tata Gereja Baptis, Lembaga Literatur Baptis, 2011.
Indra, I. G. Identitas Baptis. Pelayanan Mandiri “Mikhael.” 2008.
Jan S. Aritonang, BERBAGAI ALIRAN DI DALAM DAN DI SEKITAR
GEREJA, Jakarta, BPK Gunung Mulia, 2008, Cet. 8.
Jonar TH. Situmorang, SEJARAH GEREJA UMUM, Yogyakarta, Penerbit
Andi, 2014.
Justin Wan dan Rosmaida Sianipar, TEOLOGIA PAULUS DI ERA POST
MODERN, Yogyakarta, Stiletto Indi Book, 2020, Cet. 1.
Dr. Wendy Sepmady Hutahaean SE, MTh. DOGMATIKA, Yogyakarta,
Ahlimedia Press, Cet. 1, 2021.

Anda mungkin juga menyukai