Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH AGAMA

GEREJA KRISTEN PROTESTAN PAKPAK DAIRI

THERESIA MARGARETHA HUTAPEA (19900075)

BONITA SIBURIAN (19900074)

RIANA AGTRINA SILALAHI (19900083)

SISKA JULYNDA PAKPAHAN (19900088)

RJEKKI ASRONI DAMULI CIBRO (19900115)

UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN

FAKULTAS PSIKOLOGI

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Gereja adalah salah satu lembaga atau institusi yang mengantarkan keselamatan,dan
sebagai perseketuan bagi orang-orang yang percaya serta orang yang ingin beribadah kepada
Allah untuk bersama-sama tumbuh dalam iman dan untuk menyebarkan injil Yesus Kristus
dimanapun agar bangsa Allah besar di dunia. Gereja juga menjadi tempat para ummatnya
mendengar dan menerima firman-Nya, serta menjadi tempat manusia menjawab doa dan
memberi pertolongan. Berdasarkan keyakinan umat Kristiani, gereja dipandang sebagai tubuh
mistik Kristus, sebagaimana anggota-anggota badan disatukan oleh kesehatan atau rasa sakit
bersama, untuk itu kehidupan umat Kristen saling terkait satu dengan yang lain.

Salah satu dari wujud eksistensial gereja itu adalah gereja berasal dari Tuhan. Gereja
bukan suatu lembaga buatan manusia, meskipun manusia dipercaya menyelenggarakannya.
Selama orang Kristen setia beriman kepada Tuhan, maka gereja akan tetap hadir di dalam
dunia, sebagaimana janji Tuhan sendiri (Mt 16: 18). Karena asalnya dari Tuhan, maka
prinsip-prinsip dan norma-norma yang berlaku di dalamnya juga berasal dari Tuhan sendiri.
Kekuasaan tertinggi di dalam gereja ada pada Kristus (Kristokrasi), yang memerintah gereja
dengan Firman dan Roh-Nya. Selain itu gereja juga menjadi garam atau terang dunia (Matius
5: 14-16) dan panggilan gereja di dalam dan terhadap dunia adalah menjadi saksi Injil
Kristus.

Gereja-gereja di Indonesia hidup dalam masyarakat Indonesia yang sedang


membangun. Gereja-gereja di Indonesia hidup dalam masyarakat yang telah memilih
Pancasila sebagai asas bermasyarakat,berbangsa dan bernegara. Umat Kristen diakui sebagai
bagian integral masyarakat Indonesia yang sedang membangun. Kedudukan yang telah
berhasil dicapai ini mendorong gereja-gereja untuk bersungguh-sungguh mengerahkan
segenap tenaganya guna memberikan sumbangan yang sebaik-baiknya dalam pembangunan
masyarakat dan berbangsa secara bersama-sama.

Gereja Kristen Protestan Pakpak Dairi (GKPPD) atau dalam bahasa Inggris: “Pakpak
Dairi Christian Protestant Church, merupakan gereja yang dipakai Tuhan untuk mengabarkan
Injil dan melayani jemaat khususnya masyarakat Pakpak, maupun orang-orang yang terbeban

1
untuk memuji Tuhan melalui bahasa maupun budaya pakpak itu sendiri. Gereja ini lahir
sebagai jawaban atas kerinduan masyarakat pakpak untuk mandiri. GKPPD (Gereja Kristen
Protestan Pakpak Dairi) adalah anggota dari Gereja Lutheran, mengakui Al-kitab dari
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru menjadi satu-satunya sumber dan norma ajaran,
kehidupan dan pelayanan. Hal tersebut terlihat dalam tiga kredo Ekumenis-Pengakuan Nicea,
pengakuan iman rasuli dan pengakuan iman Augsburg yang tidak dapat diubah dan
Katrkismus kecil Martin Luther, ekpsosisi dari Firman Allah.GKKPD (Gereja Kristen
Protestan Pakpak Dairi)sebagai anggota dari Gereja Lutheran,mengakui Allah Tritunggal,
setuju dalam proklamasi firman Tuhan, dan bersatu dalam mimbar dan persekutuan mezbah.

GKPPD (Gereja Kristen Protestan Pakpak Dairi) mengakui satu gereja yang kudus,
katolik, apostolic, dan memustuskan untuk melayani kesatuan umat Kristen diseluruh dunia.
Setelah melaui proses yang panjang GKPPD(Gereja Kristen Protestan Pakpak Dairi)
memisahkan diri dari HKBP(Huria Kristen Batak Protestan) pada tanggal 25 Agustus 1991,
walau awalnya belum mendapat restu dari HKBP (Huria Kristen Batak Protestan).Bahkan
sebahagian dari Jemaat masih mempertahankan diri dengan nama HKBP Simerkata Pakpak
(berbahasa pakpak), yang pada akhirnya menjadi HKBP(Huria Kristen Batak Protestan)
simerkata Pakpak otonom yang masih dibawah Kepemimpinan HKBP.

Keadaan ini sempat mengakibatkan konflik horizontal dikalangan masyarakat Pakpak


sendiri. Bahkan banyak jemaat khususnya dari Salak harus mengungsi ke Medan karena
keadaan tersebut (Kemandirian GKPPD) dipolitisir menjadi gerakan yang membahayakan
negara sehingga diambil alih oleh aparat keamanan. Banyak Jemaat dari Salak ditahan di
kantor Kodim Dairi, bahkan ada yang mendapat penganiayaan, seperti St.PT.Padang, Sudung
Padang, Peris Boangmanalu dan yang lainnya. Melalui peran serta dari tokoh-tokoh Pakpak
dan tokoh-tokoh dari HKBP, Pada Tanggal 15-16 September 1993 diadakan rapat penjejakan
penyatuan antara GKPPD mandiri dengan HKBP Simerkata Pakpak Otonom (HKBP SPO) .

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkanlatar belakang masalah di atas, maka eumusan masalah yang akan di


ambil dalam makalah inii yakni:

1. Bagaimanakan sejarah terjadinya pemisahan gereja GKPPD dari HKBP di


kabupaten Dairi?
2. Bagaimanakah dogma yang di ajarkan dalam gereja GKPPD?

2
C. TUJUAN DAN MANFAAT

Tujuan yang dalam pembuatanmakalah ini yaitu:

1. Untuk mengetahui apa saja perbedaan setiap gereja prostestan di indonesia.


2. Untuk menambah wawasan para mahasiswa dan masyarakat tentang perbedaan
dan persamaan setiap gereja protestan di indonesia, terlebih gereja GKPPD.
3. Untuk mengetahui sejarah pemekaran gereja GKPPD setelah memilih berpisah
dari gereja HKBP.

3
BAB II
PEMBAHASAN

1. SEJARAH ALASAN UTAMA GKPPD PINDAH DARI HKBP

Sebelum Agama Kristen masuk ke masyarakat Pakpak telah mengenal dua agama.
Agama pertamaadalah Agama Hindu, yangmasuk melalui Barus oleh para pedagang dari
India untuk membeli Kapur Barus dan Kemenyan. Salah satu peninggalan Agama Hindu
adanya Mejan (Pertanda desa, yang berbentuk patung manusia mengendarai Gajah ). Mejan
pada masa itu dikenal sebagai tempat penyimpana abu jenazah yang dibakar (kremasi).
Kepercayaan kedua adalah berupa animisme dan dinamisme yang percaya adanya suatu
kuasa dan kekuatan gaib pada tempat-tempat tertentu, akan tetapi seiring berjalannya waktu
Agam Kristen masuk sehingga perlahan-lahan kepercayaan tersebut hilang.

Masuknya Agama Kristen ke Tanah Pakpak merupakan salah satu pe ngaruh dari
kedatangan bangsa Belanda ke Tanah Pakpak untuk mencari Sisingamangaraja XII sekitar
tahun 1904, karena Bakkara dan wilayah Toba yang merupakan kekuasanya telah habis
dibakar dan dikuasai oleh Belanda.Sejak saat itu semakin terbuka jalan diTanah Pakpak dari
Doloksanggul ke Dairi. Dengan terbukanya jalan ini banyak orang luar yang datang ke Dairi
untuk berdagang baik itu dari Barus, Melayu, Aceh dan Toba yang telah lama sepi. Etnis
Batak Toba yang berdekatan dengan Dairi tidak hanya dengan be rdagang ada yang ingin
membuka perladangan, dan lain sebagainya.

Missionaris pertama yang menginjil di Tanah Pakpak adalah Pdt. Samuel Panggabean
yang menginjili di Bandar Kuta Usang, Pegagan pada tahun 1905 dan ibadah pertama
dilaksanakan di rumah keluar ga Raja Sibayak Pakasior Manik di desaKuta Usang1.
Masyarakat yang ada di Dairi tidak hanya Pakpak, sebagian besar ada Toba yang telah
terlebih dahulu mengenal Agama Kristen dari daerah asalnya. Seiring berjalannya waktu
semakin banyak Jemaat di Dairi , tidak hanya masyarakat Tobasebagian masyarakat Pakpak
yang telah menjadi Kristen .

Pada Tahun 1910 berdirilah gereja HKBP di Dairi yang diberikan oleh Raja Asah
Ujung. Jemaat yang ada di HKBP ini tidak hanya orang Toba, melainkan orang Pakpak yang
telah menjadi Kristen. Hal ini tidak hanya terjadi di Dairi tidak terkecuali di Salak, Aceh

4
Singkil dan di Tanah Pakpak lainnya. Dengan bertambah banyaknya jemaat Pakpak, mereka
mulai ingin memisahkan diri dari HKBP sama seperti gereja GKPA, GKPS dan gereja suku l
ainnya. Hal ini disebabkan adanya perbedaan Bahasa, sehingga pada tahun 1963 HKBP
Simerkata Pakpak. Karena sistem kepemimpinan yang masih berada dibawah kekuasan
HKBP sering sekali terjadi kesenjangan yang dirasakan oleh jemaat Pakpak 2Pada tanggal 9-
11 September 1984 jemaat Pakpak Runggu di Salak dengan tujuan membentuk PPLM
(Panitia Persiapan Menjujung Lupo), namun pada tanggal 6 Juli 1990 diubah menjadi PPM
(Panitia Perwujudan Mandiri). Organisasi ini bertujuan untuk mambentuk dan
mempersiapkan ke mandirian GKPPD yang akan di usulkan Ephorus HKBP. Pada 20
Oktober 1990 diadakan sidang penetapan nama, penetapan aturan-peraturan GKPPD di
Gereja HKBP Simerkata Pakpak Suka Dame.

Setelah melalui proses yang panjang GKPPD memisahkan diri dari HKBP pada tanggal
25 Agustus 1991, walau awalnya belum mendapat restu dari HKBP. Tokoh yang dipilih
sebagai Bishop Pdt. Elias J. Solin dan sebagai Seketaris Jenderal St S. Manik. Sebelumnya
pemuka masyarakat dan pendeta Pakpak melakukan pertemuan dengan Ephorus HKBP S.
A.E Nababan membahas tentang kemandirian GKPPD, sehingga pada Sinode ke - 50 hal itu
dibahas dengan hasil HKBP Simerkata Pakpak Otonom (SPO) yang artinya jemaat Pakpak
diberi kekuasaan untuk mengatur dan mengusur gereja HKBP Simerkata Pakpak.

Hasil keputusan Pimpinan pusat HKBP membuat kekecewan bagi pemuka masyarakat
dan pendeta Pakpak. Dimana mereka berharap bisa sama dengan gereja yang lain seperti
GKPS, GKPA dan lain - lain yang memiliki gereja sendiri.Dalam keputusan ini dari jemaat
Pakpak sendiri ada juga yang setuju atas keputusan pimpinan pusat HKBP dengan alasan
karena tidak adanya kepastian kesejahteraan ekonomi yang dijanjikan dari Masyarakat
Pakpak. Dua pandangan inilah yang mengakibatkan perpecahan dan kecurigaan diantara
jemaat Kristen terkhusus para pendeta dan pengurusnya. Selain itu, mengakibatkan
terbentuknya dua gereja, HKBP Simerkata Pakpak Otonom (SPO) dan GKPPD. Demikian
jugalah yang terjadi di Ressort Cikaok mengalami perpecahan antara jemaat Kristen.

Terjadi pemisahan antara HKBP Simerkata Pakpak Otonom (SPO) dengan GKPPD
jemaat mengadakan ibadah di gereja. Setelah terjadi perpisahan HKBP Simerkata Pakpak
Otonom (SPO) beribadah di Gereja, sementara GKPPD beribadah di rumah warga dengan
menyesuaikan kondisi dan situasi keamana n. Kedua kelompok sering sekali saling
mengejek, bergaul dengan kelompok masing -masing dan lain sebagainya. Bahkan isu- isu

5
pengancaman terhadap jemaat di GKPPD Ressort Cikaok sering terdengar yang
mengakibatkan ketakutan terutama pada kaum Laki-laki. Pada puncak penyatuan antara
GKPPD dengan HKBP Simerkata Pakpak Otonom (SPO) kaum Laki-laki lebih sering
bersembunyi di hutan -hutan karena mendengar kabar bahwa di Salak telah terjadi kekerasan
fisik dilakukan oleh pihak aparat keamanan.

Tanggal 6 Agustus 1995 peresmian GKPPD secara De Jure oleh Ephorus HKBP Pdt.
DR. P. W. T. Simanjuntak. Peresmian GKPPD sebagai satu sinode gereja yang mandiri
dilaksanakan di Medan dengan Pdt. Elias. J. Solinsebagai Bishop dan St. Sakkap Manik
sebagai pelaksana harian, dan diakui oleh Pemerintah Republik Indonesiamelalui keputusan
Dirjen Bimas Kristen Protestan Departemen Agama Republik IndonesiaNo. :
F/Kep/HK.005/22/740/1996tanggal 22 Maret19967

2. HKBP SIMERKATA PAKPAK

Gereja memang menjadi tempat para umat Tuhan bersatu dan bersek utu pada Tuhan.
Pembenahan gereja dilakukan supaya gereja itu tidak tertinggal dalam mengikuti zaman.
Didalam tubuh HKBP pembenahan dilakukan dalam perbaikan struktur tubuh
kepemimpinannya. Pergantian Ephorus dari misionaris RGM menjadi pendeta orang
Batakmenjadi salah satu pembenahan yang sangat cepat. Ini menegaskan bahwa orang
pribumi (orang Batak) sudah layak untuk memimpin gereja besar ini. Semuanya diatur
sedemika rupa supaya tidak terjadi konflik dalam tubuh HKBP mengingat orang Batak adalah
orang yang keras kepala.

Kenyatannya hal itu tidak dapat dipungkiri perpecahan itu selalu ada. Dimulai dari
berdirinya HKI dari HKBP akibat perbedaan paham dalam Pengaplikasian politik.
Dilanjutkan dengan berdirinya GKPI akibat dari perbedaan paham antara kepemimpinan
ditubuh HKBP. Selain itu jemaat HKBP juga sangat banyak, dimana pada saat itu Pakpak,
Simalungun, Angkola, Toba, dan Karo dikelompokkan dalam satu suku yaitu suku Batak. Hal
ini didasari adanya unsur persamanan antara etnis yang satu dengan yang lain.

Tanggal 23 juli 1941 berdiri gereja Suku Karo yaitu GBKP (Gereja Batak Karo
Protestan) di Tapanuli yang dibawakan misionaris Belanda yang beraliran Calvinisme. Hal
ini menjadi inspirasi bagi kesukuan lainnya yang ada di HKBP tidak terkecuali dengan
Pakpak. Pada tahun 1953 pertama sekali berdiri gereja kesukuan dari HKBP ialah HKBP
Simalungun dimulainya dengan adanya panjeheon (pemisahan) atau disebut GKPS (Gereja

6
Kristen Protestan Simalungun). Diikuti HKBP Angkola yang akhirnya menjadi Gereja
Kristen Angkola (GKPA).

Berdirinya gereja kesukuan mempunyai tujuan yang sama untuk memiliki gereja
berdasarkan suku mereka sendiri dan memakai bahasa sendiri. Dalam mencapai tujuan itu
tidaklah sangat mudah banyak proses yang harus dilalui. Sama halnya dengan Etnis Pakpak
sekitar 20 tahun lamanya untuk memperjuangkan supaya dapat mandiri menjadi gereja
Pakpak yaitu GKPPD (Gereja Kristen Pakpak Dairi).

Sekitar tahun 1963 jemaat Pakpak memiliki kesadaran sendiri untuk memiliki gereja,
dimana mereka dapat memakai bahasa sendiri. Jemaat Pakpak selama ini dituntut dan
terpaksa harus belajar bahasa Toba yang tidak mereka ketahui. Bahkan hamba -hamba Tuhan
terpaksa belajar bahasa Toba untuk melayani.

Hal ini menjadi miris bagi mereka, terutama bagi mereka yang telah mendapatkan
pendidikan yang tinggi seperti Pdt. Davit Manik, Ev. F. Banurea, U.S. Manik dan lainnya.
Mereka menganggap haruslah menujukkan identitas mereka dan memperlihatkan pada dunia
bahwa Pakpak itu ada sama halnya dengan gereja suku yang lainnya. Selain itu, orang Pakpak
merasa bahwa mereka tidak diperhatikan oleh HKBP. Para pengijilnya tidak mau belajar
bahasa Pakpak dalam penginjilan, sementara orang Pakpak terpaksa untuk belajar Bahasa
Toba baik dalam nyayian maupun Firman Tuhan.

Akhirnya mereka menyampaikan harapan dan keinginan itu kepada pemimpin HKBP
pusat di Paeraja. Mengingat dan menimbang bahwa tujuan penginjilan untuk menyampaikan
firman Tuhan kepada jemaat, tetapi jika jemaatnya tidak mengerti otomatis tujuan itu tidak
akan tercap ai secara maksimal. Usulan ini akhirnya diterima oleh pemimpin HKBP pusat
Paeraja. Pada tanggal 3 Maret 1963 berdirilah HKBP Simerkata Pakpak (HKBP yang
memakai bahasa Pakpak) di Sumbul Pegagan. Mereka mengambil analogi bahwa kekristenan
masuk ke Tanah Pakpak pertama kali di daerah Sumbul Pegagan, maka mereka ingin menjadi
pelopor pertama kali untuk menujukkan bahwa identitas gereja itu bisa muncul dari daerah
mana saja.

Tanggal 27 Maret 1965 berdiri lagi gereja HKBP Simerkata Pakpak di Sidikalang.
Pesta peresmian HKBP Simerkata Pakpak Sidikalang dilakukan oleh Ephorus Pdt. DS. TS.
Sihombing, tepat tanggal 25 Juli 1965 yang bertepatan dengan penerimaan serjana Theologi
dari Universitas HKBP Nomensen oleh Pdt. Bastian Padang. Beliau menjadi pendeta pertama

7
dari Suku Pakpak yang mendapat gelar sarjana Theologi dari Universitas HKBP Nomensen.
Sekaligus HKBP Simerkata Pakpak Sidikalang ini dijadikan sebagai pusat HKBP Simerkata
Pakpak. Jemaat yang memisahkan diri dari HKBP di Sidikalang sekitar kurang lebih 70
anggota keluarga.

Satu persatu warga jemaat gereja yang bersuku Pakpak mengeluarkan diri dari HKBP
menjadi anggota HKBP Simarkata Pakpak. Termasuk gereja HKBP Salak setelah berdiri
HKBP Simerkata Pakpak di Sidikalang satu tahun kemudian HKBP Salak berdiri menjadi
HKBP Simerkata Pakpak. Selanjutnya tepat tanggal 18 Oktober 1970 berdiri HKBP
Simerkata Pakpak di Padang Bulan Medan dan beberapa gereja lainnya. Beberapa hamba
Tuhan yang menjadi pelopor pendirian HKBP Simerkata Pakpak diantaranya ialah:

1. Gr. L.H Bako


2. Gr. J Batanghari
3. St. M. D Solin
4. St. L. Angkat
5. St. L. Manik
6. St. Manikdan lain- lain
Selama perjalanan pemisahan gereja Etnis Pakpak dari HKBP menjadi HKBP
Simerkata Pakpak mendapat dukungan yang secara positif. Dalam arti tidak ada konflik baik
dari HKBP secara keseluruhan maupan Pakpak sendiri. Pihak HKBP tidak mempersulit
proses pendirian HKBP Simerkata Pakpak, mereka tidak mempermasalahkan layak atau tidak
layaknya HKBP Distrik Simerkata Pakpak ini dibentuk. Hal ini dilakukan dengan tujuan
mempermudah pelayanan terhadap orang Pakpak.

Pada tanggal 24 Juli 1979 hal yang mengejutkan terjadi dalam perjalanan HKBP
Simerkata Pakpak dengan diresmikannya Distrik HKBP Simerkata Pakpak di Sidikalang
secara de facto yang dipimpin oleh Pdt. U. S. Man ik. Seiring berjalannya waktu yang dila lui
oleh HKBP Simerkata Pakpak semakin jenuh atas kekuasan yang masih berada dibawah
naungan HKBP. Dimana mereka harus tetap melaporkan setiap keadaan pelayanan kepada
pimpinana pusat. Pemimpin pusat berhak memberikan keputusan dalam setiap pelayanan
HKBP Simerkata Pakpak.

Pada tanggal 9 November 1990 diadakan rapat gabungan Majelis Pusat dan para
praeses HKBP yang dipimpin oleh Pdt. Dr. S.A.E. Nababan. Pada saat pengambilan

8
keputusan beliau tidak setuju atas pemisahan HKBP Simerkata Pakpak dari HKBP. Beliau
mengatakan bahwa pemisahan persekutuan gereja dengan latar belakang kepentingan adat -
istiadat dan bahasa merupakan usaha untuk mencabik -cabik tubuh Kristus. Selain itu beliau
juga mengatakan jika perjuangan pemisahan ini terus dilanjutkan maka sampai 50 tahun kita
tidak usah bertemu lagi. Hal ini sangat mengecewakan bagi para tokoh - tokoh PPM, dimana
saat diberikan surat yang telah disusun mengenai persiapan kemandirian GKPPD beliau
setuju. Tiba saat pengambilan keputusan beliau menjadi tidak setuju. Dalam arti san gat
sedikit harapan untuk mewujudkan cita- cita dari jemaat Pakpak serta para tokoh - tokoh
PPM.

Gereja HKBP Simerkata Pakpak yang ingin memisahkan diri HKPB sekitar 70 gereja
dengan jumlah warga jemaatnya sekitar 1.750 kk. Termasuk Cikaok merupakan Distrik
HKBP Simerkata Pakpakyang berressortkan HKBP Simerkata Pakpakdi Salak sebelum tahun
1990. Setelah terjadi pemisahan maka gereja Cikaok dijadikan pusat ressort yang terdiri dari
14 pagarenyang berada di Dusun Cikaok dipimpin oleh Pdt.Juliana Padang. Selama HKBP
berkuasa di Gereja Pakpak khususnya di Desa Silima Kuta dan sekitarnya, jemaat Pakpak
membangun gereja sebanyak 13 gedung gereja yang sebelumnya dimasukkan ke Ressort
HKBP Simerkata Pakpak Salak. Setelah terjadi pemisahan bertambah satu yaitu di Dusun
Lae Mbulan.

3. FAKTOR - FAKTOR PEMISAHAN GKPPD DARI HKBP

A. Faktor Pemisahan GKPPD dari HKBP

Sejak orang Pakpak dibaptis menjadi Kristen pada awal abad ke -20, sampai awal tahun
1990-an, tempat ibadah mereka adalah di Gereja HKBP. Media komunikasi yang dipakai di
Gereja HKBP adalah bahasa Batak Toba, bukan bahasa Pakpak, sekalipun banyak jemaatnya
yang Pakpak Kristen. Nyanyian, liturgi, doa, dan Injil menggunakan bahasa Batak Toba,
sehingga Orang Pakpak Kristen melalui gereja cepat mengerti dan lancar berbahasa Batak
Toba. Demikian pula dengan penginjil dan pendeta Kristennya, yang semua berasal dari
Batak Toba.

Pada masa kemerdekaan, belum ada orang Pakpak yang menjadi pendeta. Baru di tahun
1953, ditasbihkan pendeta Pakpak pertama bernama Winf red Banurea. Namun karena
dididik dilingkungan gereja dan masyarakat Batak Toba, saat melayani jemaatnya dia tetap
menggunakan bahasa Batak Toba. Adapun alasan anggota jemaat dan pendeta untuk tetap

9
memaksakan diri menjadi gereja kesukuan diantaranya ada d ua faktor dari luar dan faktor
dari dalam, namun faktor dari dalam ini juga merupakan hal yang membuat anggota jemaat
Pakpak lama untuk dapat memisahkan diri dari HKBP.

B. Faktor Terbentuknya Gereja Suku

Pada tahun 1963 memisahkan diri dari Huria Kristen Batak Protestan Simalungun
(HKBPS) dari Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) menjadi Gereja Kristen Protestan
Simalungun (GKPS) di Sidikalang. GKPS memisahkan diri karena kurangnya perhatian.

C. Faktor Sosial Budaya

Pada 1940-an orang Pakpak banyak yang mengganti marganya menjadi marga Batak
Toba. Menyembuyikan identitas merupakan strategi adaptasi orang Pakpak untuk bertahan
hidup di daerah rantau. Orang Pakpak biasanya bermarga Solin lebih suka menyebut dirinya
marga Pandiangan (Toba), Berutu biasanya Sinaga, Padang menjadi Situmorang, dan
Tumangger menjadi Simbolon. Penggantian marga adakalanya bersifat sementara saat
mereka berada didaerah rantau, dan jika pulang ke daerah asalnya mencantumkan kembali
marga aslinya. Hal ini disebabkan adanya kesadaran akan pentingnya asal usul marga dan
muculnya kekhawatiran jika penggantian marga ter us terjadi marga Pakpak akan punah.

Dalam hal berkomunikasi, dikehidupan sehari -hari orang Pakpak harus menggunakan
bahasa Toba karena mereka hidup ditengah - tengah masyarakat Toba. Hal ini mengakibatkan
Bahasa Pakpak semakin dilupakan bila masyarakat Pakpak tidak melestarikannya. Sementara
di Salak sendiri karena mayoritas Pakpak se hingga hal ini tidak terlalu berpengaruh sekali
khususnya di Ressort Cikaok. Mereka terpengaruh karena adanya mendengar isu - isu yang
membuat mereka tidak aman seperti bagai PNS akan dimutasi jikalau pro GKPPD. Pada
awalnya ini diperjuangkan lewat pemerintah, namun keinginan itu tidak tercapai karena
belum adanya orang Pakpak yang menjadi pejabat tinggi. pada akhirnya dibuatlah dari gereja,
dimana dengan adanya gereja Suku Pakpak maka orang Pakpak boleh bersatu kembali untuk
melestarikan budayannya.

D. Sistem Kepemimpinan

Dari segi kepemimpinan untuk menjalankan keberadaan di gereja merupakan faktor


pendorong sekaligus menjadi faktor penghambat terjadinya pemisahan GKPPD dari HKBP.
Didalam HKBP hanya satu Ephorus, secara otomatis untuk peluang menjadiEphorus bagi

10
kalangan masyarakat Pakpak sangat sulit. Sementara segala yang terjadi dan yang dibutuhkan
oleh gereja akan dilaporkan ke Zending lewat Ephorus. Itu artinya jemat Gereja Pakpak akan
sulit medapatkan apa yang mereka butuhkan.

Dimana yang mengambil keputusan ditentukan oleh pimpinan pusat sendiri. Dari hal
ini jemaat Pakpak merasa kurang sepakat karena apa yang diputuskan atau diberikan oleh
pimpinan pusat belum tentu hal itu yang sangat diperlukan mereka. Sementara yang
memutuskan untuk benar atau salah, ia atau tidak, ini atau itu orang lain. Jadi hal ini
mendorong jemaat Pakpak untuk memisahkan diri dari HKBP dengan harapan jemaat Pakpak
bisa mengelola dan mengurus gerejanya sendiri.

E. Proses Pemisahan GKPPD Dari HKBP

Dengan kesepakatan bersama (dari pihak Pakpak) peresmian pemisahan HKBP


Simerkata Pakpak dari HKBP dengan nama gereja GKPPD. Dilaksanakan pada tanggal 25
Agustus 1991 bertempat di Medan untuk mencegah terjadinya permasalahan.

Keputusan kemandirian GKPPD tidak semua pihak yang setuju, dengan alasan belum
waktunya untuk mandiri dilihat dari kemampuan ekonomi, serta kepemimpinan Pakpak yang
belum mapan. Pdt. U. S. Manik merupakan salah satu orang yang kurangsetuju atas
kemandirian GKPPD tanpa persetujuan dari Ephorus HKBP. Pada akhirnya beliau lebih baik
memilih mengundurkan diri dari jabatannya sebagai ketua kepanitian Pemisahan GKPPD.
Alasan beliau tidak setuju dikarenakan beliau tidak mau melawan terhadap pimpinannya.

F. Terbentuknya Tempat Ibadah Baru

Pada saat terjadinya pemisahan gereja suku Jemaat Pakpak menjadi dua tempat ibadah.
Hal ini dikarenakan adanya perbedaan pandangan diantara warga jemaat Pakpak. Ada yang
mengatakan belum waktunya untuk mandiri karena jemaat Pakpak belum mapan
persiapannya menjadi sebuah gereja yang mandiri baik dari segi kepemimpianan maupun dari
segi ekonomi dan lain sebagainya. Karena sering terjadinya kesenjangan yang dialami jemaat
Pakpak serta ingin menunjukkan identitas Pakpak lewat gereja sama seperti gereja suku yang
lain yaitu GKPS, GKPA dan lain, sehingga jemaat Pakpak berusaha keras untuk mewujudkan
gereja yang mandiri yaitu GKPPD. Dengan adanya alasan dan tujuan tersebut menyebabkan
jemaat Pakpak mengalami dua tempat ibadah kurang lebih 2 tahun diantarannya.

11
HKBP Simerkata Pakpak Otonom dan GKPPD. Hal ini terjadi karena kurangnya
keseriusan Ephorus HKBP untuk mewujudkan gereja Pakpak yang mandiri dengan alasan
terlalu cepat HKBP Simerkata Pakpak menjadi gere ja yang mandiri. Beliau juga
menyarankan terlebih dahulu memberikan gereja otonom untuk memetangkan warga jemaat
gereja Pakpak mandiri ini. Dengan rasa kecewa jemaat Pakpak menerima keputusaan
tersebut, tetapi setelah beberapa lama Ephorus tidak ada menanggapi pada akhirnya jemaat
Pakpak mengambil inisiatif sendiri untuk meresmikan pemisahaan GKPPD dari HKBP.

G. Sistem Kekeluargaan terpecah

Pada saat terjadi nya dua gereja di ressort Cikaok kekeluargaan juga mengalami
perpecahan karena dari pihak HKBP Simerkata Pakpak Otonom tidak memberikan
kesempatan kepada GKPPD untuk melaksanakan kebaktian secara bergantian di gereja.
Sementara gereja tersebut merupakan hasil dari gotong royong semua jemaat Cikaok
sebelumnya. Jemaat GKPPD merasa tidak adil demi keamanan masyarakat di Cikaok warga
jemaat GKPPD mengadakan kebaktian di rumah warga .

H. Terjadi Konflik

Konflik adalah perkelahian, peperangan, atau perjuangan yaitu berupa konfrontasi fisik
antara berbagai pihak yang kemudian berkembang dengan masuknya ketidak kesepakatan
yang tajam atau oposisi atas berbagai kepentingan, pertentangan ide.

I. Konflik dari Dalam

Pada awalnya kepanitiaan dan kemanadirian GKPPD telah disetuju oleh keempat
ressort HKBP Simerkata Pakpak di Dairi yaitu resort Sumbul, Ressort Pegagan, Ressort
Salak Simsim, Ressort Sidikalang, dan Ressort Tinggalinga. Ketika ditolaknya pemandirian
GKPPD oleh pemimpin pusat HKBP, maka para pengurus dan jemaat yang meneruskan misi
pemisahan gereja ini terbagi dua. Se bagian kepanitiaan tetap mengikut ajuran dari HKBP,
baik jemaat maupun pendeta khususnya praeses HKBP Simerkata Pakpak di Sidikalang .Pdt.
U.S. Manik yang menjadi ketua panitia kemandirian GKPPD pada waktu itu. Beliau
menganggap belum saat untuk berdiri sendiri, selain itu beliau juga tidak mau melawan
terhadap pimpinannya. Akhirnya beliau digantikan oleh Drs. M.T. Banurea dari kalangan
orang awan yang berasal dari Medan. Ini disebabakan tidak adanya pendeta HKBP Simerkata
Pakpak yang lain berani untuk mene rusan kepanitiaan ini karena adanya berbagai alasan
seperti takut dikucilkan dan kepentingan pribadi.

12
Sementara dari setiap gereja sendiri tidak ada konflik yang secara nyata. Hanya saja
para jemaat yang mendukung pemisahan GKPPD ini disarankan untuk keluar dari gereja
dengan tujuaan untuk menghindari pertikaian yang mungkin akan terjadi. Akhirnya jemaat ini
memilih untuk kebaktian ditempat tertentu seperti di rumah- rumah warga, di lapangan yang
terbuka, dan di gegung yang tidak di pakai lagi (Gedung kopersi Unit Desa Meduk Rea
barisan, Salak). Sementara di Ressort Cikaok sendiri berkebaktian dirumah warga dan paling
lama di rumah Joni Berutu kurang lebih 2 (dua) tahun. Bahkan jemaat yang pro dengan
GKPPD ini mengadakan pembabtisan, naik sidi dan merayakan natalan di rumah tersebut
biasanya kegiatan ini dilakukan di gereja.

J. Konflik dari Luar

Sesudah di dirikan di Medan, GKPPD pun mulai bekerja dan menjadikan Medan
sebagai pusat GKPPD. Pemimpin pusat HKBP tidak tinggal diam, mereka mulai melakukan
reaksi untuk menantang pendirian gereja GKPPD ini. Padatanggal 24 November 1991 HKBP
pimpinan pusat membentuk tandingan HKBP Simerkata Pakpak Otonom (SPO) dengan
GKPPD. Adanya campur tangan pemeritah/ penguasa dalam pemisahan GKPPD dari HKBP
menyebabkan terja di konflik fisik terkhusus di Salak. Dimana HKBP mengadu kepemerintah
karena dianggap liar. Hal ini disebabkan tidak adanya persetujuan dari HKBP saat GKPPD
mandiri

4. DOGMA GEREJA KRISTEN PROTESTAN PAKPAK DAIRI (GKPPD)

Gereja kristen protestan pakpak dairi (GKPPD) merupakan gereja menganut ajaran
Lutheran yang mengakui dua sakramen: Pembaptisan dan Perjamuan Kudus. Katekismus
Lutheran mengajarkan bahwa pembaptisan adalah karya Allah, berlandaskan perkataan dan
janji Kristus; sehingga dilayankan baik bagi bayi maupun orang dewasa. Gereja Lutheran
percaya bahwa roti dan anggur dalam perjamuan kudus adalah sungguh-sungguh tubuh dan
darah Kristus yang dianugerahkan kepada umat Kristiani untuk dimakan dan diminum, yang
diperintahkan oleh Kristus sendiri.

Kaum Lutheran yang melestarikan pendekatan liturgis terhadap Ekaristi. Komuni


Kudus (atau Perjamuan Tuhan) dipandang sebagai tindakan sentral dari pemujaan Kristiani.
Gereja Lutheran percaya bahwa roti dan anggur dalam perjamuan kudus hadir bersama
dengan tubuh dan darah Yesus, bukannya menggantikan atau melambangkan tubuh dan
darah-Nya belaka. Mereka mengaku dalam Apologi dari Pengakuan Augsburg:

13
"Kami tidak menghapuskan Misa namun secara rohaniah mempertahankan dan
membelanya. Di kalangan kami Misa dirayakan setiap Hari Tuhan dan pada hari-hari raya
lainnya, bilamana Sakramen itu disediakan bagi orang-orang yang hendak mengambil bagian
darinya, setelah mereka diperiksa dan diampuni. Kami juga mempertahankan bentuk-bentuk
liturgis tradisional, seperti urut-urutan dalam pembacaan Alkitab, doa-doa, busana liturgi, dan
hal-hal serupa lainnya." (Apologi dari Pengakuan Augsburg, Artikel XXIV.1)

5. JADWAL IBADAH GEREJA


Jadwal ibadah pada gereja kristen protestan pakpak dairi adalah pada hari minggu,
jika waktunya disesuaikan berdasarkan jumlah jemaat yang ada di gereja tersebut.

14
BAB III

KESIMPULAN

a. Kesimpulan

Etnik Pakpak sama dengan etnik-etnik yang lainnya yang menganut kepercayaan
animisme dan dinamisme. Pada saat kedatangan Belanda de ngan tujuan untuk mengejar
Sisingamangaraja XII akhirnya Belanda juga menjalankan taktiknya di Tanah Pakpak dengan
mengkristenkan orang Pakpak. Dari sinilah awal masuknya Kristen ke Tanah Pakpak, selain
itu Agama Kristen juga disebarkan lewat perdagangan. Dimana para pedagang ini sudah
menganut Agama Kristen terlebih dahulu, kemudian menyebarkannya sampai ke Salak
termasuk ke Ressort Cikaok . Pada hakekatnya memang orang Toba yang terlebih dahulu
mengenal Agama Kristen dengan nama gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP),
sehingga setiap wilayah yang mendirikan gereja akan berada dibawah kekuasan dan nama
HKBP khususnya gereja kesukuan.

Sama halnya dengan GKPPD awalnya dengan nama gereja HKBP, namun karena
menggunakan Bahasa Toba dalam beribadah orang Pakpak kurang mengerti. Mereka
meminta untuk memisahkan diri HKBP, namun dilihat dari segi kepemimpinan dan ekonomi.
Belum layak untuk mandiri sehingga diberikanlah HKBP Simerkata Pakpak yang artinya
orang Pakpak sudahmenggunakan Bahasa Pakpak dalam hal ber ibadah tetapi masih berada
dibawah kekuasaan HKBP.

Seiring berjalannya waktu terjadi kesenjangan yang dirasakan oleh jemaat Pakpak baik
dari segi kepemimpian maupun ekonomi dari RGM. Bahkan jika dilihat dari gereja kesukuan
hanya Pakpaklah yang belum memiliki gereja. Dengan adanya kesadaran ini orang Pakpak
mengingikan suatu gereja yang berlatar belakangkan Pakpak yang dimana dapat
mempersatukan Pakpak kembali. Selain itu pendeta Pakpak juga semakin banyak tahun demi
tahun, pada akhirnya mereka kembali menyampaikan cita- citanya yang sebelumya tertunda,
tetapi hal ini juga ditolak dengan alasaan yang sama.

Hal ini mengakibatkan jemaat Pakpak mengalami proses yang panjang untuk mencapai
gereja mandiri. Baik dari jemaat Pakpak sendiri maupun diluar jemaat Pakpak seperti
keamanan. Karena orang Pakpak yangmengambil inisiatif sendiri untuk mandiri tanpa ada
persetujuan dari pihak HKBP Pusat. Dengan hal ini orang- orang yang pro dengan GKPPD
dianggap sebagai masyarakat yang liar , sehingga aparat keamanan campur tangan dengan

15
pemisahan gereja ini. Bersamaan dalam hal ini HKBP pusat membuat HKBP Simerkata
Pakpak Otonom dikarenakan orang Pakpak masih banyak yang kontra dengan GKPPD.
Kekeluargaan ditengan jemaat ressot Cikaok mengalami pergeseraan. Meskipun orang
Pakpak mengalami banyak tantangan dan proses yang panjang untuk medirikan gereja sendiri
dan akhirnya cita- citanya tersebut dapat tercapain lewat tergantinya Ephorus yang baru dan
adanya kesepakatan antara jemaat Pakpak.

b. kesimpulan

 Pemerintahan dan seluruh jemaat Gereja Kristen Pritestan Pakpak Dairi (GKPPD)
hendaknya mengetahui sejarah dan proses pemisahan dari HKBP. Bahwa untuk meraih
dan mempertahankan nama GKPPD itu dari HKBP bukanlah hal yang mudah. Jadi
catatan sejarah ini harus diingat sebagai bahan koreksi dan pelajaran bagi masyarakat
Pakpak khususnya jemaat yang ada di Ressort Cikaok.

 Kepada pimpinan pusat GKPPD kiranya membuat perubahan yang dapat lebih
membangun dan memotifasi jemaat Pakpak. Dengan mendirikan sebuah sekolah atau
rumahsakit yang berlatar belakang dari Etnis Pakpak. Sehingga ada suatu kebanggaa n
yang dapat dimiliki orang EtnisPakpak sendiri.

 Kepada seluruh masyarakat Pakpak yang secara umum jangan malu menunjukan jati
diri dan kebudayaan. Sebab itu adalah warisan yang sangat berharga yang dititipkan
oleh nenek moyang kita.

16

Anda mungkin juga menyukai