Anda di halaman 1dari 20

KAJIAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN

MAKALAH
BAB VIII

TUGAS KELOMPOK VI

KETUA : Elsa Yulinarda Yahya Nainggolan 210101174

SEKRETARIS : Irawati Adelia Br Sianturi 210101169

ANGGOTA : Fenti Nades Tumangger 210101168

: Lisna wati Solin 210101164

GROUP :E

PRODI : PAK

DOSEN M.KULIAH : Ronny Simatupang. S. Th.M. Pd. K.

M.KULIAH : Pengantar Pendidikan Agama Kristen

INSTITUT AGAMA KRISTEN NEGERI

TARUTUNG

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

PRAKATA

Terpujilah Tuhan Yesus Kristus yang mengalirkan berkat berlimpah ,menyelesaikan perilisan dan
penulisan buku ini. Tim penulis berusaha menarasikan buku ini dalam rangka menyatukan persepsi atau
perbedaan terhadap pemahaman kedalamaan dan keluasan konseptual content, serta beberapa perbedaan
nalar dan implementasinya dilembaga pendidikan. Pada pihak lainnya, secara de facto masih mengalami
kealpaan judul buku Pengantar Pendidikan Agama Kristen di Indonesia.

Selain dari perbedaan diatas, masih membutuhkan sinkronasi pengetahuan dan pemahaman
seantero teori Pendidikan Agama Kristen di Indonesia. Buku ini dapat dimanfaatkan untuk
meminimalisasi perbedaan kajian-kajian. Hal ini termasuk implementasi definisi, tujuan fungsi,
khususnya pemahaman masyarakat Kristen tentang ruang lingkup pendidikan dan pembelajaran pada
jenis, jalur, jenjang Pendidikan Agama Kristen.

Untuk mengisi kealpaan tersebut ,tim penulis menarasikan buku ini, sesuai kebutuhan
mahasiswa,guru/dosen dan pembaca yang budiman. Seraya menegaskan setting-an memosisikan PAK
berinduk pada teologi, khususnya cabang Teologi Praktis. Tidak kalah pentingnya dengan kerabian Yesus

dasar berpola bagi guru/dosen Pendidikan Agama Kristen yang diperkaya berbagai ilmu
pengetahuan untuk melaksanakanTransmisi pendidikan dan pembelajaran. Tim penulis membuka diri
manakala terdapat kekurangan atau kelebihan isi buku ini, dan bersedia menerima masukan atau Saran
dari pembaca, Akhirnya diucapkan selamat membaca dan terima kasih.

T
arutung,Mei 2020

Shalom

Tim penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………..i

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………….ii

BAB I

PENDAHULUAN…………………………………………………………………………………….1

BAB II

PEMBAHASAN……………………………………………………………………………………….3

A. Kajian PAK…………………………………………………………………………………...3
1. Kajian Pendidikan Konsepsional…………………………………………………………….4
2. Kajian Pendidikan Prasekolah………………………………………………………………..5
3. Kajian Pendidkan Anak Anak………………………………………………………………..6
4. Kajian PAK Remaja/Pemuda…………………………………………………………………7
5. Kajian PAK Dewasa Keluarga………………………………………………………………..9
6. Kajian Peneguhan Manula…………………………………………………………………….10
7. Kajian PAK Majemuk…………………………………………………………………………11
B. Pengembangan Pengelolaan…………………………………………………………………...12

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………………………………..14

KESIMPULAN …………………………………………………………………………………………15

SARAN………………………………………………………………………………………………….16

ii
BAB I PENDAHULUAN

Mendedikasikan Pengantar Pendidikan Agama Kristen tidak dapat dipisahkan dari tiga
jenis pendidikan, yakni Pendidikan Kristen, Pendidikan Keagamaan Kristen, dan Pendidikan
Agama Kristen. Ketiganya sama-sama berinduk pada disiplin ilmu Teologi pada cabang Teologi
Praktis dinamakan Pendidikan Kristiani. Namun, buku Pengantar Pendidikan Agama Kristen ini
secara umum menekankan pembahasan pada content Pendidikan Agama Kristen disingkat PAK
berlaku universal, karena meliputi Perguruan Tinggi Teologi atau Perguruan Tinggi Pendidikan
Agama Kristen, termasuk pada tingkat sekolah formal hingga Perguruan Tinggi Umum Negeri
dan Swasta.

Selain alasan dedikasi di atas, satu dari antara tiga jenis Pendidikan Kristiani, yakni
Pendidikan Kristen belum membumi di Indonesia, sehingga buku ini menjadi salah satu alat
sosialisasi, di samping buku-buku yang diterbitkan sebelumnya. Pendidikan Kristen mendahului
Pendidikan Keagamaan Kristen dan Pendidikan Agama Kristen, justru pendidikan tertua
(Pendidikan Kristen) mengalami ketertinggalan pengelolaan. Terdapat faktor penghambat, yakni
Pendidikan Kristen konsumsi gereja Kristen, artinya pendidikan dari dan oleh gereja dan untuk
keperluan gereja Kristen. Dengan demikian, Pendidikan Kristen tidak perlu masuk dalam sistem
pendidikan nasional di Indonesia, padahal alumninya dibutuhkan oleh masyarakat, bangsa dan
negara.

Buku ini membahas tiga definisi, yakni Pendidikan Kristen, Pendidikan Keagamaan
Kristen, dan Pendidikan Agama Kristen. Sesuai definisi dinarasi kan tujuan, hakikat, fungsi, dan
sasaran Pendidikan Agama Kristen. Hal ini dilanjutkan dengan penulisan jenis, jalur, jenjang tiga
jenis Pendidikan. Kristiani dalam penempatan dan kewenangan pengelolaan masing-masing
untuk menghindarkan ambigu. Satu dari antara tiga jenis pendidikan, yakni Pendidikan Agama
Kristen disingkat PAK prioritas pembahasan.

Membangun sistem transmisi Pendidikan Agama Kristen start pertama sejak pendidikan


tidak langsung berproses. Ketika masa konsepsi mula jadi di dalam rahim ibu, justru pendidikan
sudah dimulai dan hingga pad masa manula (jompo) berakhir. Ini dilengkapi dengan kajian-
kajian teolog Pendidikan Agama Kristen sejak konsepsi pertama mulai jadi hingga manu
mengisyaratkan Pendidikan Kristiani berlangsung seumur hidup (form wom to tomb), yakni
pendidikan mulai dari kandungan hingga ke liang lahad.

1
Mengkaji PAK Teologi Sentris berinduk pada teologi khususnya pada cabang Teologi
Praktis. Kajian ini bertujuan untuk menghindarke pengelolaan jenis pendidikan ini tidak terlalu
umum, meskipun membutuhkan dukungan disiplin ilmu lainnya, tetapi tetap mengacu terhadap
norma kanonik. Allah memberi pengetahuan kepada manusia, dan dilanjutkan Rabi (Yesus)
dalam bentuk pendidikan dan pembelajaran universal sesuai pengetahuan Allah. Kerabian Yesus
bagi guru dan dosen untuk menegaskan pengelolaan Pendidikan Agama Kristen dilanjutkan
sesuai kerabian Yesus. Hal ini memberi kewenangan berupa hak dan kewajiban kepada dose dan
pendidik (guru) mengelola pendidikan dan pembelajaran berdasark kerabian Yesus sejalan
dengan pengetahuan Allah.

Bentuk penyajian dan hubungan PAK dengan ilmu lain dalam tiga bentuk, yakni PAK
ilmu pengetahuan, PAK disiplin ilmu pengetahuan dan PAK dalam bentuk mata kuliah dan mata
pelajaran Agama Kristen. Mengungkap tiga perbedaan sekaligus mempersatukan persepsi dari
perbedaan pemahaman yang terjadi selama ini di lingkungan pendidikan kristiani. Pembahasan
terakhir buku ini tentang wadah pokja guru mata pelajaran (mapel) Agama Kristen. Untuk
meningkatkan kualitas mata pelajaran Agama Kristen, peran wadah pertemuan guru Pendidikan
Agam Kristen pada mata pelajaran Agama Kristen di tingkat Sekolah Dasar (Sehingga Sekolah
Menengah Atas (SMA) sederajat kembali digelorakan. Hal ini membahas masalah-masalah peka
di sekitar pelaksanaan mata pelajar Agama Kristen dan solusi-solusi yang ditawarkan dan
dijalankan bersama.

2
BAB II PEMBAHASAN

A.Kajian PAK

Kajian mendasar perlu dikemukakan pada bab ini yakni disekitar pengetahuan agama
Kristen konsepsional, pengetahuan agama Kristen prasekolah dan PAK anak anak dikategorikan
unit lesson diartikan dengan mata kuliah/mata pelajaran tampak berdiri sendiri tetapi memiliki
kelompok sistemis. Ketiga mata kuliah/mata pelajaran menjadi satu unit bagi anak anak sejak
dalam kandungan hingga anak anak sekolah. Unit lesson tidak terpisahkan dari doorstep (naik
atau turun). Doorstep pengetahuan agama Kristen konsepsional berlanjut pada pengetahuan
agama Kristen prasekolah. Demikian juga dengan doorstep pengetahuan agama prasekolah
berlanjut pada PAK Anak Anak, dan seterusnya menjadi unit lesson menentukan tanpa terpisah
antara satu dengan lainnya.

Berdasarkan pemaparan diatas,tiga hal mendasar perlu mendapat perhatian khusus yakni
pertama; kealpaan definisi mata kuliah PAK yang terdiri enam mata kuliah/mata pelajaran,
yakni: Pengetahuan agama masa konsepsional, pengetahuan agama prasekolah, PAK Anak
Anak, PAK Remaja/Pemuda, PAK Dewasa Keluarga, Penguatan implementasi agama Kristen
manula. Kedua: kajian teoretis terlalu umum. Ketiga: kelangkaan bahan bahan ajar mata kuliah
PAK terjadi hingga saat ini. Ketiganya merupakan kelemahan yang masih berlanjut hingga saat
ini.

Dalam berpikir membuat unit lesson sesuai acuan norma kanonik, khususnya berdasarkan
kerabian Yesus dengan cara penyesuaian dengan doorstep sehingga tidak terdapat tumpang
tindih masing masing definisi dan kajian teoretis termasuk bahan ajar.

Telah dijelaskan pengertian ilmu pengetahuan pendidikan agama Kristen meliputi


pengetahuan tentang pendidikan dan pembelajaran agama Kristen, dan disiplin ilmu pendidikan
Agama Kristen, keduanya berinduk dalam Teologi pada cabang Teologi Praktis berdasarkan
Alkitab dan tanpa terpisah dari dukungan berbagai bidang ilmu pengetahuan dikemukakan
sebagai berikut.

3
1.Kajian Pendidikan Konsepsional.

Pendidikan sejak dalam kandungan belum menjadi kajian di Perguruan Tinggi Teologi
dan PAK. Belajar dari hasil penelitian Abdul Waid kepada bangsa Yahudi di Israel selama
kurang lebih satu tahun mampu menyajikan informasi tentang kecerdasan tidak dikaitkan dengan
takdir atau kebetulan. Namun, kaum Yahudi memulai pendidikan sejak dalam kandungan,
artinya pendidikan tidak dimulai sejak masa kanak kanak sebagaimana pengelolaan prodi PAK
di Indonesia (dimulai dari masa kanak kanak pada mata kuliah PAK Anak anak). Berbeda
dengan kaum Yahudi, pendidikan dimulai tidak langsung sejak janin mulai jadi didalam rahim
ibu, tidak berbeda dengan nas Alkitab, antara lain Ulangan 6:7-9.

Pendidikan Kristen dan Pendidikan Keagamaan Kristen mengadakan kerja sama untuk
mewujudnyatakan misi bersama. Sekalipun Pendidikan Keagamaan Kristen menjadi lembaga
pada jalur formal, masih perlu melakukan berbagai pengkajian. Pengkajian definisi,
pengembangan teoretis, menciptakan sumber daya berkualitas/memiki keahlian pada garapan
baru, sedangkan Pendidikan Kristen memanfaatkan alumni PAK menjadi tenaga pengajar bagi
ibu yang sedang mengandung janin bersama sama dengan suami mengikuti proses pendidikan
tidak langsung.

Pengalian dan pengkajian teoretis ilmiah perlu dilakukan mengingat hingga saat ini
definisi pengetahuan agama Kristen konsepsional belum ada. PK2 melakukan pengkajian,
pengembangan teoretis dimulai dari pemberian definisi pengetahuan agama Kristen
konsepsional. Secara konseptual definisi memberi arah, pengakuan, dan kesepakatan. Penentuan
arah mengembangkan teoretis berdasarkan acuan norma kanonik pada sistem transmisi pertama
yakni "perangsangan" . Ini termasuk penelitian kualitatif dan kuantitatif untuk menemukan
definisi baru atau memanfaatkan teori tersaji atau memberi teori baru.

4
2.Kajian Pendidikan Prasekolah.

Hingga saat ini pengetahuan agama Kristen prasekolah belum terkaji di Perguruan Tinggi
Teologi dan Perguruan Tinggi PAK; dengan kata lain, kalangan civitas akademika Prodi PAK
belum memberi perhatian terhadap pengembangan pendidikan pasca-pengetahuan agama Kristen
konsepsional.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007, tidak memberikan kesempatan


terhadap Pendidikan Keagamaan Kristen mengelola Pendidikan Anak Usia Dini mengakibatkan
keterlambatan pengembangan pengetahuan agama Kristen prasekolah. PP tersebut hanya
memberikan kewenangan mengelola pendidikan dimulai dari TK, SD, sampai Perguruan Tinggi
Teologi, mengelola PAUD menurut Undang undang Nomor 20 Tahun 2003 dilakukan oleh
kementerian Pendidikan Nasional. Pendidikan Anak Usia Dini dapat diselenggarakan melalui
jalur pendidikan formal, nonformal, dan/informasi berbentuk Taman Kanak Kanak (TK),
Raudatul Athfal (RA), atau bentu lain sederajat. Jalur nonformal berbentuk Kelompok Bermain
(KB), Taman Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain sederajat.

Definisi Pengetahuan agama Kristen prasekolah memberi kesempatan melakukan


pengembangan teori teologis praktis berdasarkan sumbangan sistem transmisi kedua. Teori
teologis praktis applied science memberi arah terhadap Pendidikan Kristen untuk mengelola
pendidikan dilakukan oleh gereja Kristen berdasarkan Alkitab, tidak dilakukan berdasarkan
filsafat kebudayaan tetapi teologis. Pandangan pandangan Alkitab mendominasikan kajian ilmiah
sebagai dasar pelaksanaan kegiatan pembelajaran Pengetahuan agama Kristen prasekolah.

5
3. Kajian Pendidikan Anak-Anak

PAK Anak-Anak pada Teologi Praktis Kristen jenjang Perguruan Tinggi Teologi dan
Perguruan Tinggi Agama Kristen tidak asing lagi. Kajian pedagogis umum tentu menggunakan
teori-teori dan sekuler oleh guru/dosen Teologi Praktis Kristen.Kajian seperti ini kurang pedantic
(suka menonjolkan keilmuannya) atau mengutamakan hal-hal bersifat teologis. Oleh karena
itu,kajian ini sebaiknya mengonsentrasikan penggalian dan pengkajian teoritis pada informasi
ilmiah,dan sikap intelektual spritual kalangan ahli praktisi dan akademik PAK anak-anak.

Langkah awal yang perlu dilakukan, mengembangkan teoritis teologis untuk menjawab
kebutuhan anak-anak masa sekolah,bahkan pendekatan tradisi lingkungan dan kehidupan nas
Alkitab masa lalu dihubungkan dengan situasi kondisi di dominasi oleh anak-anak masa sekolah
saat ini untuk memperkaya kajian.

Pendidikan dan Pembelajaran berlangsung secara terus-menerus. Tahap pertama content


pendidikan Kristen terdiri dari pengetahuan agama Kristen konsepsional dilanjutkan dengan
tahap kedua yakni pengetahuan agama Kristen prasekolah, dengan tahap ketiga PAK anak-anak
merupakan unit atau klaster bagi ketiga mata kuliah.

Salah satu faktor pertimbangan mengembangkan bahan ajar PAK anak-anak berhubungan
dengan kebutuhan mendasar anak-anak sekolah Minggu, peserta didik sekolah dasar (SD) atau
setara dengannya,memberi sumbang saran pemikiran menyajikan bahan ajar kategorial menurut
klaster-klaster atau kelas.

Mengelola PAK anak-anak pada tingkat sekolah dasar dan sekolah Minggu terkesan
separate. Kedua lembaga pendidikan ini sama berada pada cabang Teologi dan subcabang
Teologi, tepatnya bernaung pada Teologi Praktis Kristen.Perbedaan lembaga pengelola
pendidikan dan pembelajaran memang diakui yakni PAK anak-anak sebagai kajian, masing-
masing dikelola oleh lembaga pendidikan pada jenis dan jalur pendidikan Kristen.

6
4.Kajian PAK Remaja/Pemuda

Princeton mendefinisikan kata pemuda (youth) dalam kamus websters sebagai "the time of
life between childhood and maturity; the state of being young or immanture or inexperienced;the
freshness and vitality characteristic of a young person". Sedangkan dalam kerangka usia menurut
WHO menggolongkan usia 10-24 tahun sebagai young people, sedangkan remaja atau
adolescene dalam golongan usia 10-19 tahun,di Kanada menerapkan bahwa"after age 24,youth
are no longer eligible for adolescenet social services.

Pemuda identik dengan sosok individu berusia produktif dan mempunyai karakter khas
spesifik berjiwa revolusioner, memiliki rasa optimis kuat, berpikiran progressive, dan memiliki
moralitas. Peran penting dari seseorang pemuda terletak pada kemampuan melakukan
perubahan,menjadi indikator keberhasilan gerakan pemuda,berdaya powering sangat kuat
sehingga terkadang membuat orang lain cemas. Pada pihak tertentu, kekuatan begitu besar
hingga dapat menggerakkan kinerja lebih produktif.

Kajian-Kajian PAK Remaja/Pemuda tidak dapat dipisahkan dari kehidupan pada masa
remaja/pemuda dihubungkan dengan ciri khas iman Kristen dalam kemajemukan. Pemuda
adalah generasi penerus dari generasi terdahulu, pengertian ini merujuk terhadap moral dan nilai
yang menurut WHO dikelompokkan pada usia 10-24 tahun. Menurut Alkitab;masa kecil yakni
masa kanak-kanak tentu menentukan sikap pada masa remaja/pemuda bahkan pada masa dewasa
dan masa tua)Matius 18:10). Batasan usia remaja umum menurut ahli adalah antara 12 hingga 21
tahun.Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu usia 12-15 tahun disebut
masa remaja awal, usia 15-18 tahun dikategorikan masa remaja pertengahan, usia 18-21 tahun
dikategorikan masa remaja akhir. Pembinaan remaja/Pemuda Kristen merupakan salah satu dari
enam transmisi Teologi Praktis Kristen sebagaimana telah ditemukan sebelumnya, meliputi
transmisi nilai moral pemuda berdasarkan acuan norma kanonik bagi mata kuliah Pendidikan
Agama Kristen Remaja/Pemuda.

7
Nas Alkitab dapat dielaborasi untuk mendapatkan informasi kanonik melakukan pengkajian
teologis praktis termasuk pengalaman remaja/pemuda sama-sama dikaji secara terpadu mencapai
tujuan melalui pelayanan pembinaan dalam bentuk pendidikan dan pembelajaran agar memiliki
pemahaman, kemampuan, penyesuaian diri, melakukan aktivitas sebagai anggota masyarakat,
sesuai pertumbuhan dan perkembangan.

Terdapat tiga lembaga Pendidikan pada teologi Praktis Kristen mengelola PAK
Remaja/Pemuda. Tiga lembaga tersebut yakni Pendidikan agama Kristen menyelenggarakan
pendidikan dan pembelajaran pada Sekolah Menengah Pertama Teologi Kristen
(SMPTK),Sekolah Menengah Teologi Kristen (SMTK).

Kebiasaan berhubungan dengan masa anak remaja mengalami masa pertumbuhan fisik
maupun perkembangan psikis tidak digolongkan pada fase pertumbuhan anak-anak lagi,
termasuk bentuk fisik ataupun perkembangan cara berpikir atau bertindak (berbuat), tetapi belum
termasuk orang dewasa yang telah matang.Akan tetapi, kompleksitas keluasan dan kedalaman isi
tidak menjadi penghambat dan memberi definisi. Ini terjadi apabila dilakukan melalui penggalian
dan pengkajian teoritis teologis,baik melalui penelitian empiris dan penggalian acuan norma
kanonik,berusaha merakit dan menentukan kurikulum termasuk mengembangkan bahan ajar
menyatu dalam definisi.

8
5. Kajian PAK Dewasa Keluarga

PAK dewasa pada jenis pendidikan keagamaan kristen dilakukan mandiri berdasarkan
otonomi keilmuan cara melekat pada program keguruan tinggi teologi. Syarat perkembangan
ilmu pengetahuan berdasarkan otonomi keilmuan yang dilakukan secara mandiri, sedangkan
hasilnya dipergunakan oleh masyarakat. Dewasa dapat dibedakan dari dua sudut pandangan
menurut organisme biologis dan dewasa berdasarkan pematangan. Dewasa masih tetap
membutuhkan penguatan secara lahiriah ,dalam arti hukum dan kematangan bagaimana telah
dikemukakan diatas.

Alkitab secara tegas mengatakan bahwa orang dewasa masih tetap membutuhkan
penguatan organisme dan kematengan supaya setiap orang baik anak atau orang dewasa mencari
tuhan. Tidak di sangkal, pada masa dewasa banyak hal yang harus di selesaikan dan masih
membutuhkan pendidikan dan pengajaran mulai dari penyelesaian studi masa berpacaran
,pertunangan, pernikahan, pekerjaan sebagaimana pada kitab Titus.

Penguatan pada masa dewasa (produktif) sering menghadapi berbagai pergumulan atau
kesuksesan tanpa dipengaruhi oleh takdir kesuksesan merupakan pemberian semata dan
kegagalan merupakan cobaan semata untuk sementara waktu. Cita cita harapan masa dewasa
membutuhkan perjuangan memenuhi kewajiban mulai dari tugas dan tanggung jawab.

9
6. Kajian Peneguhan Manula

Pengelompokan usia manusia menurut kejadian menunjukkan bahwa usia hidup manusia
antara 110 tahun hingga 969 tahun dikelompokkan pada kelompok pertama, sedangkan
kelompok kedua terdiri dari masa usia hidup menurut kitab Yosua Tawarik antara 80-130 Tahun.
Usia manusia telah di batasi ,yakni antara usia 70 tahun hingga 80 tahun ,sudah dikategorikan
penganugerahan usia lanjut. "Peneguhan" di tujukan kepada para pemula Kristen yang sedang
hidup dan berada di dua persimpangan jalan, yang pasti pada waktunya akan tiba, seraya
memasrahkan diri sebelum menghadap Tuhan menjadi pergumulan pribadi lepas pribadi penuh
dengan tantangan,dan pada saat saat seperti itu perlu mendapat peneguhan spritual (iman) di
tempat tertentu atau di lembaga yang disediakan. Sebab masa hidup manusia masa kini pada
umumnya di akui berdasarkan kitab Mazmur 90: 10 telah dibatasi Antara usia 70 hingga 80
tahun.

Anugrah usia plus minus di akui pemberian Tuhan Semata, tidak karena perbuatan baik
melainkan anugrah kebaikan Tuhan. Peneguhan agama Kristen manula belum menjadi kajian di
perguruan tinggi teologi dan perguruan tinggi PAK. Mulai dari pengajuan definisi sebagai dasar
menggali, mengkaji, dan mengembangkan teori tidak terpisahkan dari acuan norma kanonik.
Harapan harapan dapat terwujud apabila sama sama memiliki komitmen kuat dari seluruh pakar
Akademis, praktisi teologi praktis Kristen, pendeta ,guru jemaat, guru Injil, penatua, atau seluruh
pejabat di gereja Kristen , bahkan anggota jemaat dan seluruh masyarakat Kristen perlu saling
bekerja sama mendukung dan memanfaatkan peneguhan agama Kristen manula paling tidak
menolong menjalani masa tua pada proses tranmisi keenam.

10

7. Kajian PAK Majemuk


Kecenderungan perilaku dalam kemajemukan menimbulkan keberagaman dipahami
sebagai keunikan tersendiri dikenal dengan istilah "karakteristik". Karakteristik berhubungan
dengan perbedaan antara lain latar belakang ekonomi, keluarga, kematangan, budaya, etnis, dan
agama. Perbedaan tidak selalu membuka jurang pemisah melainkan lebih mengedepankan
"saling melengkapi" sebab perbedaan tidak akan pernah dibaurkan menjadi tidak berbeda.

Rencana meniadakan perbedaan merupakan niat sia-sia, jika dipaksakan dapat


menimbulkan prahara, tentu mengacaukan kerukunan menjadi pertentangan sengit bahkan
peperangan mematikan. Satu-satu nya cara menghindarkan gangguan seantero kepelbagaian
yakni saling mengakui perbedaan, menghargai perbedaan hakiki, menghormati perbedaan antara
sesama manusia. Langkah strategi tidak berusaha menyamakan perbedaan melainkan
memanfaatkan perbedaan menjadi peluang menggiurkan dan menyenangkan untung saling
melengkapi.

Pembelajaran mengelola kepelbagaian dalam kegiatan pembelajaran tanpa menyesatkan


seperti pemberian makanan yang tidak berfaedah pada tubuh, akan tetapi mengajarkan kebaikan
hati semua orang (Ibrani 13:9). Pembelajaran tentang kepelbagaian dimulai sejak dahulu kala.
Perbedaan meliputi aturan-aturan kehidupan insani masa berlaku sampai tiba masa pembaharuan.
Tugas kepelbagaian menuaikan tugas mulia "rukun" antar sesama - antar penganut agama yang
berbeda tidak berarti harus sama profesi, fungsi atau agama, dan lain-lain.

Kajian berdasarkan kepelbagaian boleh berbeda dan boleh sama dalam beberapa hal,
kondisi seperti ini akan selalu ditemukan dalam kehidupan bermasyarakat, suka atau tidak suka
perbedaan tidak mungkin menjadi sama antara satu dengan lain nya, tetapi perbedaan perlu
diantisipasi untuk menjadi rukun dalam segala hal demi kesinambungan kehidupan masing-
masing.

Diantara agama ada perbedaan dan memang berbeda, tidak boleh disamakan, sebab kitab
suci berbeda, ajaran berbeda, penganutnya pun berbeda-beda. Memang agama berbeda dan
diantara penganut agama pun saling berbeda. Pernyataan ini sudah final dan menunjukkan
kesadaran; emang agama berbeda dan penganut agama pun berbeda, tidak ada cara lain memang
diantar nya sudah berbeda. Sikap hormat-menghormati terhadap agama yang sama atau berbeda
dapat diartikan dengan sikap lebih terbuka/toleran terhadap agama lain include penganut agama
yang berbeda-beda.

11
B. Pengembangan Pengelolaan

Hingga saat ini mata kuliah tersaji di Perguruan Tinggi Teologi atau Perguruan Tinggi
Pendidikan Agama Kristen terdiri dari PAK Anak-Anak dibedakan dari dua usia yakni
prasekolah dan masa sekolah, PAK Remaja/Pemuda, PAK Dewasa Keluarga, dan PAK
Majemuk, sedangkan pengetahuan agama Kristen Konsepsional, dan peneguhan agama Kristen
Manula (Jompo) belum menjadi kajian mata kuliah di Perguruan Tinggi Teologi atau Perguruan
Tinggi Agama Kristen, sedangkan pengetahuan agama Kristen prasekolah berbeda dengan PAK
Anak-Anak.

Pendidikan Keagamaan Kristen mempersiapkan tenaga ahli pendidik pengetahuan agama


Kristen Konsepsional, pengetahuan agama Kristen prasekolah, dan peneguhan agama Kristen
Manula, pengguna tenaga kerja di lembaga Pendidikan Kristen, Pendidikan Keagamaan Kristen,
dan lembaga-lembaga yang membutuhkan. Pengembangan Pendidikan Agama Kristen
senantiasa membutuhkan pembenahan dan kerja keras dibarengi kemampuan intelektual,
akademis, kerja sama, dan lain-lain. Pendidikan Kristen mengelola Katekisasi Pranikah,
Pendidikan Kristen Konsepsional, Katekisasi Sido, Katekisasi Baptis, Sekolah Minggu, Sekolah
Alkitab, Student Organization Ministry (SOM), Sekolahan Diakones, Sekolah Guru Injil,
Sekolah Biblevrouw, dan kursus Alkitab, kursus-kursus lainnya, Pelatihan, dan Pendidikan
Kristen Manula.

12
Pendidikan Agama Kristen diselenggarakan sesuai peraturan perundang-undangan dan
pengelolaan lebih profesional dibanding kedua jenis pendidikan. Pendidikan Agama Kristen
disekolah umum mulai tingkat Taman Kanak-Kanak (TK) Negeri/Swasta, Sekolah Dasar (SD)
Negeri/Swasta, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri/Swasta, Sekolah Menengah Atas
(SMA) Negeri/Swasta, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri/Swasta, hingga Perguruan
Tinggi Umum Negeri/Swasta.

Berdasarkan perbedaan pengelolaan pembagian tugas ketiga jenis pendidikan tanpa


tumpang tindih. Strategi mempersatukan persepsi tentang sebutan PAK ditingkat SD, SMP,
SMA, dan Perguruan Tinggi Umum, dilakukan dengan cara menjelaskan PAK berbentuk ilmu
pengetahuan mengelola proses pembelajaran mata pelajaran agama Kristen di sekolah formal.
PAK tidak identik dengan mata pelajaran di Sekolah Umum atau Perguruan Tinggi Umum.

Mata pelajaran agama Kristen berciri teologi praktis bersumber dari Alkitab, menerima
sumbangan disiplin ilmu lain berupa dukungan mengelola pembelajaran, antara lain: Kompetensi
Inti 1, 2, 3, 4, indikator (tujuan pembelajaran), metode sumber belajar dan teknologi media
pembelajaran, evaluasi, dan lain-lain.

13
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berbagai variasi definisi Pendidikan Agama Kristen dikemukakan oleh para ahli dapat
dijadikan kekayaan mengelaborasi, mengembangkan kajian - kajian termasuk implementasi
sesuai dengan tujuan, fungsi, dan sasaran melekat di dalamnya. Variasi tentu membutuhkan
pemilahan penempatan pada jenis, jalur. jenjang pendidikan kristiani terdiri dari Pendidikan
Kristen, Pendidikan Keagamaan Kristen, dan Pendidikan Agama Kristen. Ketiga jenis
pendidikan ini sama-sama memainkan peran meningkatkan sumber daya kristiani.

Bentuk PAK terdiri dari tiga sengaja dikembangkan untuk mempersatukan persepsi
tentang tanggung jawab pengemban nilai dan kebijakan, masuk penempatan dan pengelolaan
pendidikan dan pembelajaran atas dasar kerja sama lapisan masyarakat Kristen (gereja Kristen)
bersama-sama dengan pemerintah sebagai penanggung jawab. Pendidikan ini dikelola pada jalur
formal mulai dari PAUD dan sekolah umum hingga Perguruan Tinggi umum. PAK sebagai ilmu
pengetahuan, dan disiplin ilmu, serta mata kuliah dan mata pelajaran agama Kristen dikelola
berdasarkan ilmu dan disiplin Pendidikan Agama Kristen dengan memanfaatkan berbagai
disiplin. imu sebagai pendukung.

Sistem transmisi Pendidikan Agama Kristen tergolong sistem buatan. Sistem ini terdiri
dari perangsangan, memperkenalkan, pembinaan penguatan, peneguhan. Sistem ini disebut
sistem transmisi PAK. Sistem PAK berdasarkan ilmu pengetahuan PAK dalam disiplin ilmu
Teologi pada cabang Telogi Praktis, mengelola program studi PAK, mengembangkan kajian
PAK sepsional, PAK Prasekolah, PAK Anak-Anak. PAK Remaja/Pemuda. PAK Dewasa, PAK
rakat Majemuk, dan PAK Manula. Sementara, sistem transmisi berdasarkan implementasi terdiri
dari pengetahuan agama Kristen konsepsional, prasekolah, dan manula berada pada jenis
Pendidikan Kristen jalur informal sedangkan PAK Prasekolah, PAK Anak-Anak, PAK
Remaja/Pemuda, PAK Dewasa, PAK Masyarakat Majemuk dikelola di lembaga formal mulai
PAUD hingga Perguruan Tinggi Umum baik negeri dan swasta. Pendidikan Agama Kristen
digolongkan pada disiplin ilmu Teologi pada cabang Teologi Praktis mengelola program
berdasarkan fondasi canonical commutation relation dalam bentuk pure science dan applied
science keduanya saling berpadu dalam content pengetahuan PAK sama sama memiliki
hubungan struktur berbentuk Luthern (jendela atap vertikal) antara wahyu dengan berbagai ilmu
pengetahuan memperkaya khazanah ilmu pengetahuan Pendidikan Agama Kristen sesuai prinsip
belajar from womb to tomb.

14
Yesus melaksanakan pekerjaan mengajar sangat brilian dalam men capai keberhasilan
oleh karena kemahaguruan, kemaharabian, dan kemaha agungan berasal dari Allah, berbeda
dengan guru PAK memperoleh keberhasilan menyandang gelar akademik dari input, proses, dan
output pendidikan, tetapi tidak terlepas dari kerabian Yesus sehingga dikatakan guru turunan
kerabian Yesus. Hubungan kerabian Yesus dengan guru dan dosen Pendidikan Agama Kristen
tidak terpisahkan, bahkan oleh karena kerabian Yesus. Dengan demikian, ada guru mata
pelajaran agama Kristen dan dosen PAK secara khusus, dan umumnya guru dan dosen sama-
sama dimampukan menjadi pendidik profesional. Pendidik profesional memiliki tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik/mahasiswa. Penjelasan ini diulas tuntas dalam Kitab-kitab Sinopsis fondasi teologis
membentuk dan mengembangkan guru dan dosen Kristen.

Terdapat tiga kelompok kerja Pendidikan Agama Kristen, terdiri dari Kelompok Kerja
Guru (KKG) PAK, Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) PAK, dan Kelompok Kerja
Pengawas (Pokjawas) PAK tersebar di seluruh Indonesia. Tugas dari kelompok kerja ini pada
umumnya terdiri dari antara lain: menyelenggarakan pendataan, menyusun program kerja,
melaksanakan program kerja, menyediakan perangkat pembelajaran Agama Kristen di kelas,
mengembangkan dokumen pendukung kurikulum, menghimpun data informasi yang terjadi di
lapangan, menanggapi laporan laporan, dan mengevaluasi program kerja.

15
Saran

Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran pembaca yang bersifat membangun.
Dengan begitu kita dapat menyimpulkan dan membuat saran yang tepat dalam sebuah tulisan
makalah. Makalah ini bisa menjadi sumber referensi dan informasi yang tepat untuk pembaca
yang ingin melihat tata cara serta format pembuatan makalah dan karya tulis yang baik dan
benar.

16

Anda mungkin juga menyukai