SEKOLAH MINGGU
Disusun Oleh :
Eunike Maria Mulyono
NIM : 20.1.1.1.2004
Dosen Pengampu :
Dra. Siani Listio, M.Pd.K.
2020 / 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kasih dan kebaikan Tuhan Yesus Kristus, sehingga kami dapat
menyelesaikan penulisan makalah ini tepat waktu dengan judul “ Robert Raikes Bapak
Pendiri Sekolah Minggu”. Adapun tujuan dari makalah ini untuk memenuhi tugas mata
kuliah Sejarah PAK. Kami juga berharap makalah ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca tentang perkembangan Sekolah Minggu. Kami menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna. Tetapi kami sudah berusaha semaksimal mungkin supaya
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
bersifat membangun akan kami terima dengan baik. Terimakasih. Tuhan Yesus memberkati.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I 1
PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan 2
BAB II 3
PEMBAHASAN 3
2.1 Riwayat Hidup Robert Raikes 3
2.2 Berdirinya Sekolah Minggu 5
2.3 Tinjauan Sementara terhadap Prestasi Raikes 6
2.4 Gambaran Sekolah Minggu Pertama 6
2.5 Pertumbuhan Sekolah Minggu 8
2.5.1 Sekolah Minggu di Amerika 9
2.5.2 Sekolah Minggu di Luar Dunia Anglo – Sakson 10
BAB III 12
KESIMPULAN 12
DAFTAR PUSTAKA 13
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada saat ini Sekolah Minggu bukan menjadi suatu hal yang asing untuk umat
Kristiani di Indonesia dan seluruh dunia. Sekolah Minggu merupakan kegiatan bersekolah
yang diadakan pada hari minggu. Banyak denominasi Kristen yang mengajarkan
pelajaran keagamaan di dalam kegiatan Sekolah Minggu. Biasanya kegiatan ini diadakan
di dalam sebuah gereja dan yang mengajar biasanya terdiri dari orang – orang Kristen
awam.
Sekolah Minggu mulai muncul pertama kali di Inggris sejak tahun 1780 di bawah
penanganan Robert Raikes. Sekolah Minggu ini muncul karena keprihatinan Robert
Raikes akan kondisi Inggris pada waktu itu, terdapat banyak narapidana serta Robert
melihat keadaan anak – anak muda pada hari minggu yang dihabiskan dengan bermain –
main di jalan raya, berkata kasar atau bahkan bertindak kejahatan. Banyak tenaga anak
muda yang disia – siakan, mereka tidak menerima pendidikan dengan baik. Hal ini yang
membuat Robert Raikes berfikir bahwa untuk mendapatkan suatu kehidupan yang lebih
baik, maka seseorang harus menerima pendidikan sejak dini.
Sekolah Minggu yang pertama diadakan untuk mengajar anak – anak kurang
mampu, anak – anak ini diajarkan untuk membaca, menulis, dan juga berhitung. Setiap
hari minggu anak – anak ini diajarkan untuk membaca Alkitab. Selain itu, anak – anak
juga diajarkan untuk menghafal ayat – ayat dan lagu – lagu rohani. Dan akhirnya gagasan
Sekolah Minggu ini sangat berhasil serta berkembang secara luas di banyak Gereja seluruh
dunia, tak terkecuali Indonesia.
1
7. Mengapa Sekolah Minggu didirikan ?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai
berikut :
7. Untuk mengetahui seberapa penting Sekolah Minggu bagi anak – anak / generasi
muda
2
BAB II
PEMBAHASAN
Bapak Robert ini seorang yang sangat terkenal di Gloucester Inggris karena,
beliau adalah seorang penerbit Gloucester Journal yang merupakan surat kabar yang
mempunyai pelanggan yang banyak di daerah itu. Sesuai dengan minat pelanggannya,
dalam jurnalnya banyak berisi yang berkaitan dengan peristiwa setempat, tetapi juga
selalu ada laporan tentang berita nasional dan luar negeri yang diterima seminggu sekali.
Melalui surat kabarnya, Robert Raikes juga selalu siap untuk mendukung suatu usaha
ataupun sebaliknya menentangnya. Terkadang kecaman – kecaman juga disampaikan
secara halus di jurnalnya.
3
untuk mengambil alih segala urusan yang berkaitan dengan penerbitan Gloucester Journal
sepeninggalan ayahnya. Jadi pada usianya yang ke dua puluh satu tahun ia sudah menjadi
seorang penerbit, sekaligus menjadi kepala keluarga yang mencakup lima orang adik dan
ibunya.
4
yang bekerja di Pabrik atau tambang libur. Anak – anak ini menghabiskan waktunya
untuk bermain – main di jalan raya, berkata - kata kasar, penampilan mereka jelek,
pakaiannya compang – camping, rambutnya kusut, mereka menghabiskan waktunya
hanya untuk ribut – ribut, tidak ada kegiatan teratur yang mereka lakukan. Hal ini juga
diutarakan seorang ibu yang mengeluh kepada Robert Raikes tentang keadaan nyata di
kota Gloucester Inggris.
Dari beberapa hal ini yang membuat Raikes kembali berpikir pasti ada jalan
keluar lain untuk membebaskan tenaga muda yang disia – siakan. Karena, sebenarnya
dalam anak – anak terdapat berbagai macam penemuan, seni, ilmu pengetahuan, sastra,
dan juga bahasa. Hal ini yang memprakarsai rencana Robert Raikes untuk mendidik anak
miskin pada hari minggu, yang ia ejawantahkan dalam lembaga Sekolah Minggu.
5
serupa untuk mengatasi masalah kebodohan di antara kaum muda, suatu hasil sampingan
buruk dari revolusi industri. Tentang hal ini, Gregory menuliskan delapan nama orang Inggris
yang mendidik anak miskin pada hari minggu. Lantas dari hal ini, banyak muncul pertanyaan
siapakah yang berhak menerima gelar sebagai “Pendiri Sekolah Minggu”? Jawabannya
adalah Robert Raikes sebagai pendiri Sekolah Minggu. Karena, penyebarluasan gagasan
Sekolah Minggu yang terjadi melalui usaha Raikes sendiri. Tanpa publisitas yang Raikes
laksanakan lewat surat kabarnya, banyak orang lain tidak akan mendirikan Sekolah Minggu
di tempat mereka masing – masing, menurut Gregory.
Namun, dengan usaha yang dilakukan Sekolah Minggu ini membuat beberapa
pengusaha segera sadar akan dampak yang diberikan Sekolah Minggu untuk anak – anak.
Para pengusaha ini berpikir bahwa dengan kemampuan membaca itu berarti bahwa pemimpin
tidak dapat lagi mengendalikan sumber keterangan yang tersedia bagi kaum pekerja. Anak –
anak yang mampu membaca dan menulis pastinya mereka tidak akan merasa puas dengan
keadaannya lagi, mereka akan mencari pekerjaan dan gaji yang lebih baik yang berlaku pada
zaman itu.
Akhirnya, para golongan ini mendesak Perdana Menteri Pitt untuk mempersiapkan
perundangan – undangan yang melarang penyelenggaraan Sekolah Minggu berserta pendirian
Sekolah baru. Kecaman secara tidak langsung terhadap Sekolah Minggu juga dialamatkan
kepada integritas Robert Raikes, dikatakan bahwa Raikes ini bukanlah seorang yang saleh,
karena ia melanggar kesesuaian hari sabat. Namun, Sekolah Minggu tetap mendapatkan
dukungan dari banyak orang dan dapat terus berjalan.
6
Pada proses pembelajaran Sekolah Minggu Robert Raikes tidak mengajar setiap hari
minggunya. Walaupun ia tidak mengajar setiap minggu, namun bilamana ia mengunjungi
salah satu tempat, seringkali guru – guru itu meminta sumbangan pikiran dari Robert Raikes.
Pada tahun 1784, Robert mencetak peraturan – peraturan bagi Sekolah Minggu yang disusun
oleh Pdt. W. Eliss yang akan dipakai oleh Sekolah Minggu di Stround. Peraturan ini
meliputi :
1. Bapak / Ibu guru yang diangkat oleh para penyokong wajib mengajar di
tempatnya setiap hari minggu dari pukul 08.00 sampai 10.30 selama musim panas
dan sore hari pukul 17.00 sampai 20.00 (kecuali pada hari minggu yang kedua
pada setiap bulan). Seorang guru juga wajib untuk membaca tiga atau empat bab
Alkitab secara berturut – turut agar anak didik mempunyai pengetahuan yang
sistematis tentang sejarah dan untuk pemantapan isi Alkitab.
2. Pada umumnya orang – orang yang diajar adalah anak yang lebih tua dari pada
anak yang lazim diterima di sekolah pada hari kerja biasa, mereka ini terpaksa
untuk bekerja mencukupi kebutuhan hidupnya. Sehingga, mereka tidak bisa
menghadiri sekolah tersebut. Orang – orang dewasa yang tuna aksara juga
dipersilahkan untuk menghadirinya sebagai pendengar. Khususnya untuk mereka
yang ingin sekali mendengarkan Firman Allah.
4. Para pengunjung itu akan menuliskan nama orang tua yang tidak mau
menyekolahkan anaknya dan nama anak yang mengganggu mereka dalam
pengalaman belajar, maka anak yang nakal ini tidak akan menerima bantuan dari
dermawan karena mereka tidak memperhatikan jiwanya.
5. Semua anak yang menghadiri sekolah itu wajib beribadah pada kebaktian pagi dan
sore.
Setiap minggunya jam belajar dijadwalkan pukul 08.00 – 10.00, dan anak balita tidak
diterima sebagai pelajar. Pada awal Sekolah Minggu para guru sendirilah yang menyediakan
sumber – sumber belajarnya, tetapi sesudah banyak Sekolah Minggu didirikan, buku
pelajaran pun mulai diterbitkan. Salah satu buku yang paling populer adalah “ Sahabat bagi
7
anak Sekolah Minggu” yang berisi 120 lembar. Bagian pertama dari buku ini terdiri dari
abjad, daftar kata, dan kalimat pendek seperti “Allah itu baik”, “Tuhan itu baik”, dan lain
sebagainya.
Sekolah Minggu terus mengalami perkembangan yang pesat. Pada tahun 1784,
seluruh kota Leeds dibagi atas tujuh bagian. Ada 26 sekolah dengan 2.000 pelajar yang diajar
oleh 45 orang guru. Pada saat itu anak laki – laki dan perempuan tidak diajar secara
bersamaan, ada kelas khusus untuk anak laki – laki. Dan ada 4 orang yang diangkat secara
khusus untuk mengunjungi tiap sekolah, mereka bertugas untuk mengecek anak - anak yang
hadir dan yang absen, anak yang absen akan dicari ke rumah atau jalan - jalan. Dalam buku
harian John Wesley mencatat bahwa pengunjung Sekolah Minggu pada waktu itu terkesan
oleh perubahan yang terjadi dalam diri anak didik. Para pengunjung ini terkesan akan
kebersihan dan kerapian pakaian anak – anak, kelakuan mereka juga menjadi baik, dan ketika
mereka bernyanyi bersama suara anak – anak itu luar biasanya indahnya.
Pada perayaan hari raya tertentu para pemimpin dan dermawan Sekolah Minggu
mengadakan perjamuan untuk anak – anak dan mereka sendiri yang melayani anak – anak.
Perjamuan ini di samping memberi pengalaman baru untuk anak dan para pemimpin serta
dermawan, tetapi juga menjadi kesempatan untuk menyampaikan kepada anak – anak bahwa
mereka berharga. Alhasil hal ini membawa dampak positif. Para anak – anak ini tidak lagi
merasa bahwa dirinya sebagai endapan masyarakat yang tidak berharga.
Gerakan Sekolah Minggu yang semula memiliki tiga unsur utama di dalamnya, di
antaranya adalah :
1. Pada pokoknya, Sekolah Minggu adalah gerakan kaum awam, meskipun para
pendeta sebagai pribadi juga terlibat
9
khawatir kalau budak yang dapat membaca dan menulis akan membahayakan
sistem perbudakan itu sendiri.
Para pemimpin Sekolah Minggu Amerika Serikat juga masih sama seperti
di Inggris. Masih cenderung diambil dari kaum awam, karena gerakannya sendiri
bertumbuh di luar struktur Gereja formal. Gaya kerjanya pun masih sama seperti
di Inggris bersifat oikumeneis. Pada tahun 1875, diadakan sidang raya Nasional
yang memelopori gagasan kurikulum yang sama sekali baru, yaitu Seri Mata
Pelajaran yang Seragam. Tiga tahun kemudian, sidang raya ini berubah menjadi
sidang raya Internasional. Kesuksesan Sekolah Minggu di Amerika pada abad
pertamanya ini sangat ditentukan oleh kepemimpinan Benjamin Jacobs.
2. Nilai – nilai daerah pertanian lebih berharga dari pada nilai – nilai kota
10
bagi kaum muda ditunda sampai mereka berusia empat belas tahun dan sudah
mengikuti sidi. Tetapi masyarakat di sana menyadari bahwa pengetahuan yang paling
tepat untuk memperbaiki akhlak kaum muda sudah termuat dalam Alkitab, untuk itu
pendidikan yang berlangsung setiap minggu bagi kaum muda sangat diperlukan.
Dikarenakan untuk memperlengkapi mereka dengan keterampilan membaca Alkitab
dan mengambil bagian dalam kebaktian. Dalam penyebarannya terbagi dalam dua
bagian, di antaranya sebagai berikut :
11
1847 didirikan di kota Rotterdam. Pertumbuhan paling besar terjadi pada
tahun 1857, sebelum tahun 1858 saja sudah ada lima puluh Sekolah Minggu di
Belanda.
BAB III
KESIMPULAN
Robert Raikes adalah Bapak Pendiri Sekolah Minggu. Gagasan Sekolah Minggu
muncul ketika Ia melawat para narapidana yang ada di penjara serta dalam jurnal yang beliau
tulis itu meneruskan keprihatinan dari ayahnya tentang nasib para rakyat jelata dan juga
narapidana yang tindas oleh orang – orang yang berkuasa. Kebanyakan para keluarga miskin
ini tidak mampu untuk menyekolahkan anaknya. Sehingga anak – anak ini tidak mempunyai
kemampuan untuk membaca, menulis ataupun berhitung yang membuat mereka ini mudah
diperalat oleh para penguasa atau pengusaha yang ada di Gloucester, Inggris. Anak – anak
dari keluarga miskin ini tidak mampu untuk bersekolah, sehingga mereka harus ikut bekerja
entah di pabrik ataupun tambang.
Setelah enam hari mereka bekerja, pada hari minggu mereka berlibur dan mereka
hanya menghabiskan waktunya untuk melakukan hal yang sia – sia. Mereka berpenampilan
lusuh, kata – katanya kasar, suka ribut –ribut di jalanan raya. Dari hal ini yang mendorong
Raikes untuk mengadakan Sekolah bagi anak – anak yang kurang mampu, supaya akhlak
mereka menjadi baik dan kehidupan mereka lebih berhasil di masyarakat. Meskipun Robert
Raikes sering mendapatkan kecamanan ataupun ejekan ia tetap dengan semangat melawat
para anak – anak dan narapidana tersebut.
Gagasan Sekolah Minggu ini terus berkembang secara pesat, banyak di tempat –
tempat lain selain di Inggris yang juga ikut menerapkan Sekolah Minggu ini, salah satunya di
Indonesia juga. Karena banyak orang menyadari bahwa pendidikan Sekolah Minggu sangat
dibutuhkan anak – anak sejak dini untuk membentuk karakter baik mereka, selain itu dengan
pendidikan Sekolah minggu juga akan membawa iman anak semakin kuat di dalam Yesus
Kristus.
12
DAFTAR PUSTAKA
Boehlke, Robert R. (2003). Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan
Agama Kristen : Dari Yohanes Comenius sampai Perkembangan PAK di Indonesia. Jakarta :
Gunung Mulia. (375 - 426)
13