Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“TEORI PAK DEWASA 1”

Dosen pengampu :Yehezkiel Situmorang M.Pd.K

Disusun oleh (kelompok 2)

1. Debora Lalisang

2. Deivi Tahulending

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN KRISTEN

INSTITUT AGAMA KRISTEN NEGERI MANADO

2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang atas rahmat dan cintanya
telah memberikan kesehatan, kekuatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “”.

Penulisan makalah ini di ajuhkan untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah
Dogmatika di program studi Pendidikan Agama Kristen Fakultas Ilmu Pendidikan Kristen.

Dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari hambatan dan kesulitan, Namun berkat
bimbingan, bantuan, nasihat, dan saran kerja sama berbagai pihak. Khususnya
pembimbingan segala hambatan tersebut akhirnya dapat di atasi dengan baik. Dalam
menyusun makalah ini tentunya tidak lepas dari kekurangan. Oleh karena itu, kami mohon
maaf apabila banyak kekurangan.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurnah sehingga kami
membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar makalah ini bermanfaat
bagi kita semua.

Terima Kasih.

Manado, 27 September 2022

Kelompok 2
DAFTAR ISI

COVER .........................................................................................................!

DAFTAR ISI.................................................................................................!!

KATA PENGANTAR..................................................................................!!!

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG ...........................................................................4

B. RUMUSAN MASALAH........................................................................4

C. TUJUAN PENULISAN..........................................................................4

BAB II

PEMBAHASAN

A. Teori : Apakah itu?...............................................................................5-7

B. Pendidikan Sebagai Perspektif PAK Dewasa Dalam Gereja…………….8

C. Karakteristik Orang Dewasa………………………………………..….9-11

BAB III

PENUTUP

RANGKUMAN..........................................................................................12
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Ada bermacam-macam pengertian tentang teori : Ada yang mengartikannya
sebagai suatu prinsip. Seperangkat prinsip, analisa dan seperangkat fakta, refleksi yang
sifatnya tidak praktis, suatu penjelasan yang menyeluruh dan mendasar tentang suatu
fenomena, suatu aksioma atau hukum-hukum, suatu hipotesa, dan lain-lain. Dalam
kaitan dengan teori tentang PAK Dewasa di Gereja, McKenzie terlebih dahulu mencoba
memperjelas arti teori.

B. RUMUSAN MASALAH
A. Apakah yang di maksud dengan teori?

B. Apa itu Pendidikan sebagai perspektif PAK Dewasa Dalam Gereja?

C. Seperti apa itu karakteristik orang dewasa?

C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan makalah ini adalah : 1) Memahami pengertian dari Teori; 2)
Mengetahui apa itu Pendidikan Sebagai Perspektif PAK Dewasa Dalam Gereja; 3)
Memahami seperti apa karakteristik orang dewasa.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori : Apakah itu?


Kata Teori berasal dari bahasa Yunani: Theoreion. Selain berarti melihat (seeing),
mengamati (observing), dan memandang (beholding). Kata ini juga ada kaitannya
dengan pengertian merenung (kontemplasi), menyimpulkan dengan jalan observasi,
ditafsirkan sebagai yang dilihat, dan menspekulasikan. Dalam penggunaannya yang
paling awal, kata “theoreion” di pakai dalam arti menjadi pengamat dalam suatu
permainan/pertunjukan drama dan dalam pertemuan-pertemuan resmi. Dalam arti luas
theoreion berarti: cara memandang yang interpretative dari suatu titik pandang atau
perspektif tertentu.

Analisa arti dalam kamus terhadap kata teori ini menunjuk pada banyak arti. Kata
itu dari yang agak sederhana, menuju ke arti yang semakin kompleks. Menurutnya
theoreion dapat berarti:

1. Suatu tempat dari mana kita melihat.


2. Suatu tempat dari mana kita melihat berbagai peristiwa.
3. Suatu tempat dari mana kita melihat berbagai peristiwa sebagai suatu
kesatuan, di mana peristiwa-peristiwa ini berdiri dalam hubungan satu sama
lain.
4. Suatu tempat dari mana kita melihat kepelbagaian peristiwa yang saling
terhubung yang dari suatu sudut pandang atau acuan tertentu.
5. Suatu tempat dari mana kita melihat pelbagai peristiwa yang saling
terhubung dari suatu sudut pandang atau acuan tertentu, dengan maksud
untuk membangun suatu penjelasan dari apa yang telah kita lihat.
Dengan demikian pengertian teori bergerak dari suatu tindakan sederhana, yaitu
memandang sejumlah peristiwa yang bermacam-macam, dan memandang peristiwa-
peristiwa ini sebagai suatu sistem lalu menuju pada observasi suatu sistem dari
perspektif khusus, yang akhirnya menentukan tatanan dan kejelasan atas apa yang
telah diamati itu.
Namun kejelasan bukanlah tujuan akhir dari teori, tetapi merupakan tujuan kedua
dari belakang; sedangkan tujuan akhirnya adalah tindakan (action) yang di munculkan
berdasarkan pernyataan dari teori itu.
Jika kita menyortir (menata) elemen-elemen etimilogis yang pokok dari istilah teori
itu, maka kita akan menemukan adanya 4 dimensi teori yang muncul yaitu:
1. Teori sebagai perspektif.
Suatu titik berdiri dari mana kita melihat sesuatu.
2. Teori sebagai visi yang koheren.
Sesuatu yang dilihat dari titik pandang tertentu; suatu pemandangan internal dari
sejumlah ide dan perasaan, suatu pemahaman yang belum diungkapkan dengan
kata-kata.
3. Teori sebagai proposisi
Visi atau pemahaman yang dinyatakan secara terpisah satu sama lain; suatu
statement atau seperangkat pernyataan yang menjelaskan visi; atau bisa juga
kita sebut model teoritis.
4. Teori sebagai praktek
Perwujudan dari teori proposional; pelaksanaan dari teori proposisi. Implikasinya
kita sebut sebagai pelaksanaan dari visi.

1. Teori Sebagai Perspektif

Semula, teori adalah suatu perspektif dari mana seseorang memperoleh


pandangan dari seperangkat variabel. Variabel-variabel ini mungkin saja berupa fakta
atau mungkin juga ide-ide. Perspektif adalah tempat berdiri dari mana seseorang
pengamat mengamati suatu keadaan. Seorang ahli bernama John Philips pernah
mengatakan bahwa bukannya fakta-fakta yang menentukan teori-teori kita, melainkan
teori-teori kitalah yang menentukan apa yang kita maksudkan (bagaimana kita
memahami fakta-fakta itu). Tidak ada teori yang murni obyektif sebab tidak ada titik
acuan yang absolut dari mana kita memandang suatu keadaan.
2. Teori Sebagai Visi yang Koheren

Suatu perspektif, pada suatu keadaan tertentu dapat memberikan suatu visi. Visi,
hadir dalam kesadaran di dalam kesatuannya, ia berintegrasi, terkonsolidasi, dan
menyeluruh. Di dalam visi semua fakta atau ide diorganisasikan menjadi suatu totalitas.
Visi itu Koheren, semua bagian yang membentuk visi itu saling berhubungan; tiap
bagian cocok dengan visi. Integritas dari visi dikompromikan pada waktu visi itu
diterjemahkan dalam bahasa yang terpisah satu sama lain.

3. Teori Sebagai Proposisi (Dalil)

Suatu visi diterjemahkan ke dalam bahasa atau notasi logika yang simbolis.
Elemen-elemen utama dari nalar yang tidak bersambung. Hasilnya adalah suatu teori
preposisi atau suatu bangunan teori. Visi itu akan menjadi terpotong-potong apabila
diterjemahkan kedalam bentuk yang tidak bersambungan. Visi ini dikomunikasikan
kepada orang lain bukan sebagai suatu keseluruhan yang utuh, tetapi dalam suatu urut-
urutan pernyataan-pernyataan. Hanya unsur dan ciri utama dari visi sajalah yang tetap
bertahan. Penting untuk disadari bahwa baik perspektif maupun visi secara implisit
terkandung dalam teori preposisi.

4. Teori Sebagai Praktek

Praktek adalah aktualisasi dari teori proposisional secara konkrit. Sudah tentu
bahwa praktek tidak pernah menangkap seluruh bangunan teoritis atau proposisi. Pada
waktu kita beralih dari visi ke proposisi, maka sesuatu telah terlihat dan pada waktu kita
beralih dari teori proposisi kep praktek, maka sesuatu juga telah terhilang. Tetapi tentu
saja ini bukan suatu alasan untuk terlibat dalam praktek tanpa teori proposisi.

Setiap praktek atau kinerja adalah merupakan perwujudan dari suatu


proposisional dan visi teoritis. Tidak peduli apakah orang yang melakukan itu menyadari
proposisi dan dalil itu atau tidak. Bagaimana pun teori tidak dapat dilihat oleh siapa pun,
meskipun mereka tidak perah berpikir tentang teori. Semua praktek pendidikan didasari
oleh teori proposisional, mewakili suatu visi realitas tertentu yang diperoleh dari
perspektif tertentu.
B. Pendidikan Sebagai Perspektif PAK Dewasa Dalam Gereja
Kita akan mulai dari pandangan McKenzie. Perspektif yang ia pakai adalah pendidikan.
Karena itu ia menempatkan elemen “orang dewasa” dan “agama” diatas panggung
sedangkan perspektif atau sudut pandangnya adalah pendidikan. Jadi, yang
dikembangkannya adalah suatu teori pendidikan dan bukan teologi pendidikan. Ia
mencoba menjelaskan apa yang dimksus dengan pendidikan orang dewasa dalam
gereja (PAK Dewasa) itu. Pemahaman tentang PAK Dewasa ini berfungsi sebagai
pembimbing dalam praktik PAK Dewasa nanti. Menurut McKenzie, teologi tidak dapat
melakukan hal tersebut. Ia juga menyatakan bahwa perspektif bidang professional
pendidikan orang dewasa memandang baik karakteristik orang dewasa maupun misi
dari organisasi agamawi atau gereja (dalam kasus kekristenan). Hasilnya merupakan
suatu teori proposisional tentang PAK Dewasa.

Skema berikut kiranya menolong memahami jalan pikiran McKenzie tentang teori PAK
Dewasa.

Teori

Preposisional

Misi Organisasi
Karakteristik
Yang mendidik
Orang Dewasa

Perspektif

Bisang PAK
DEWASA
C. Karakteristik Orang Dewasa
Dari skema di atas, elemen pertama yang perlu di pahamai dari sudut pendidikan
adalah orang dewasa. Maksudnya, bagaimana orang dewasa dipahami berdasarkan
perspektif pendidikan, apa karakteristik orang dewasadalam kaitan dengan pendidikan
dan cara apa yang paling efektif bagi mereka agar dapat belajar. Perlu juga diingat
bagaimana bidang professional pendidikan orang dewasa itu berkembang menjadi
suatu disiplin yang khusus. Seseorang dapat disebut dewasa dilihat dari segi ekonomis
misalnya, ia telah mampu mendukung dirinya secara finansial dan mencukupi
kebutuhan ekonomisnya sendiri. Demikian juga seseorang dikatakan dewasa bila dilihat
dari berbagai sudut pandang yang lain seperti kultural, sosiologis, pengetahuan,
psikologis, pendidikan, dan lain-lain.

Memang definisi orang dewasa sangat sulit dirumuskan karena orang dewasa,
seperti juga hal dengan pemuda maupun remaja, bukan suatu keadaan yang terpisah
begitu tajam dari periode hidup yang lain, melainkan semuanya itu berada dalam satu
garis linear yang berkesinambungan. Dalam kaitan itulah maka kaitan disiplin khusus
yang disebut “andragogy” mencoba memahami orang dewasa secara khusus dalam
kaitannya dengan pendidikan.

Andragogi lahir dari dasar pemikiran bahwa orang dewasa memiliki karakteristik
sendiri dalam belajar, sehingga teori-teori mengenai pembelajaran yang selama ini
berlaku untuk anak-anak dan dewasa, tidak relevan untuk digunakan khusus pada
pendidikan orang dewasa.

Andragogi ini merupakan istilah yang diperkenalkan oleh Alexander Kapp seorang
guru Jerman, dan di populerkan oleh Malcolm Knowles. Menurut Knowles andragogy
adalah suatu ilmu dan seni dalam membantu orang dewasa belajar. Andragogi secara
harfia dapat diartikan sebagai seni dan pengetahuan mengajar orang dewasa. Namun
karena orang dewasa sebagai individu yang dapat mengarahkan diri sendiri, maka
dalam andragogy yang lebih penting adalah kegiatan belajar dari siswa bukan kegiatan
mengajar dari guru. Oleh karena itu, dalam memberikan definisi andragogy lebih
cenderung diartikan sebagai seni dan pengetahuan membelajarkan orang dewasa.

Pada banyak praktek, mengajar orang dewasa dilakukan sama saja dengan
mengajar anak. Prindip-prinsip dan asumsi yang berlaku bagi pendidikan anak
dianggap dapat diberlakukan bagi kegiatan pendidikan orang dewasa.
Hampir semua yang diketahui mengenai belajar di tarik dari penelitian belajar
yang terkait dengan anak. Begitu juga mengenai mengajar, ditarik dari pengalaman
mengajar anak-anak misalnya dalam kondisi wajib hadir dan semua teori mengenai
transaksi guru dan siswa didasarkan pada suatu definisi pendidikan sebagai proses
pemindahan kebudayaan. Namun, orang dewasa sebagai pribadi yang sudah matang
mempunyai kebutuhan dalam hal menetapkan daerah belajar di sekitar problem
hidupnya.

Karakteristik perkembangan belajar orang dewasa. Ada empat konsep ciri


pembelajaran orang dewasa, yaitu :

1.Konsep diri

2.Konsep pengalaman

3.Konsep kesiapan belajar

4.Konsep perspektif waktu atau orientasi belajar

Dalam pendidikan orang dewasa (andragogi) terdapat hubungan timbal balik.


Dimana hubungan pengajar dan pelajar adalah hubungan yang saling membantu.
Pengalaman guru dinilai sebagai sumber utama dalam belajar.Perbedaan pendidikan
oarang dewasa dengan anak –anak adalah, kalau andragogi pelajar
mengelompokkan diri berdasarkan minat, sedangakan pedagogi
pengelompokannya berdasarkan tingkatan. Pada andragogi belajar berorientasi
pada masalah, dimana pada persoalan sekarang untuk dipergunakan srkarang
juga. Sedangkan pada pedagogi orientasi belajarnya adalah pada mata pelajaran
yang dipelajari oleh murit sekarang untuk bekal hidup dimasa mendatang.Mengenal
corak kepribadian seseorang merupakan faktor penentu keberhasilan intyeraksi
kegiatan pembelajaran pendidikan oarang dewasainteraksi antara pelajar adalah
inti dari kegiatan pembelajaran dalam pendidikan orang dewasa. Hal ini dapat
terjadi jika ada kontak diantara mereka

Kesimpulan Dari hasil penulisan makalah ini kami dapat menyimpulkan


bahwa pembelajaran orang dewasa itu berbeda dengan pembelajaran anak-anak pada
umumnya. Secara intelektua masa perkembangan dewasa muda (young
adulthood] ditandai dengan keinginan mengaktualisasikan segala ide-pemikiran
yang dimatangkan selama mengikuti pendidikan tinggi (universitas/akademi).
Ketika memasuki masa dewasa muda, biasanya individu telah mencapai
penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang matang. Dengan modal itu,
seorang individu akan siap untuk menerapkan keahlian tersebut ke dalam dunia
pekerjaan
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN
Kesimpulan Dari hasil penulisan makalah ini kami dapat menyimpulkan bahwa Teori
bergerak dari suatu tindakan sederhana, yaitu memandang sejumlah peristiwa yang bermacam-
macam, dan memandang peristiwa-peristiwa ini sebagai suatu sistem lalu menuju pada
observasi suatu sistem dari perspektif khusus, yang akhirnya menentukan tatanan dan
kejelasan atas apa yang telah diamati itu.

pembelajaran orang dewasa itu berbeda dengan pembelajaran anak-anak pada umumnya.
Secara intelektua masa perkembangan dewasa muda (young adulthood] ditandai
dengan keinginan mengaktualisasikan segala ide-pemikiran yang dimatangkan selama
mengikuti pendidikan tinggi (universitas/akademi).Ketika memasuki masa dewasa muda,
biasanya individu telah mencapai penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang
matang. Dengan modal itu, seorang individu akan siap untuk menerapkan keahlian tersebut
ke dalam dunia pekerjaan.

Andragogi tidak akan mungkin berkembang apabila meninggalkan ideal dasar orang dewasa
sebagai sebagai pribadi yang mengarahkan diri sendiri. Bagi pengambil kebijakan dalam hal
pembelajaran orang dewasa diharapkan mampu memberikan pertimbangan holistic kea rah
pengembangan keterampilan dan meningkatkan sumber daya orang dewasa yang berkualitas

SUMBER :

Pdt.Dr.Daniel Nuhamara: PAK Pendidikan Agama Kristen Dewasa, 2008

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://studylibid.com/doc/764017/
karakteristik-perkembangan-belajar-orang-
dewasa&ved=2ahUKEwjE5qLH6bb6AhW6EbcAHeeQDzEQFnoECA0QAQ&usg=AOvVaw3uoH
SMaBeELatwYAj4asSe

Anda mungkin juga menyukai