Anda di halaman 1dari 20

MANAJEMEN KURIKULUM

PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM GEREJA

Priscilia Roos Maryke Lukas


Prisciliarmlukas13@gmail.com

PENDAHULUAN
Manajemen kurikulum adalah suatu system pengelolaan kurikulum yang
kooperatif, komperhensif, sistemik, dan sistematik dalam rangka mewujudkan
ketercapaian tujuan kurikulum. Manajemen kurikulum berkenaan dengan bagaimana
kurikulum dirancang, diimplementasikan (dilaksanakan) dan dikendalikan (dievaluasi
dan disempurnakan), oleh siapa, kapan, dan dalam lingkup mana.1
Pendidikan Agama Kristen mengajarkan setiap orang Kristen untuk mengenal
Tuhan Yesus dengan dasar iman yang benar. Proses belajar mengajar yang alkitabiah,
dengan kuasa Roh Kudus dan berpusatkan pada Kristus. Pendidikan Agama Kristen
juga merupakan suatu usaha untuk membimbing setiap pribadi agar dapat bertumbuh
sesuai dengan dasar kristen melalui cara-cara mengajar yang cocok agar mengetahui
dan mengalami maksud dan rencana Allah.2 Jadi sudah seharusnyalah PAK di dalam
gereja dikembangkan guna membimbing jemaat-jemaat supaya mengenal ajaran-
ajaran dari agama Kristen dan mempraktekkan dalam keseharian hidup mereka
sehingga dapat membina suatu perilaku Kristen yang benar.

PEMBAHASAN
A. Pengertian Manajemen Kurikulum
1. Pengertian Manajemen
Kata manajemen berasal dari kata bahasa Inggris management,3 yang
dikembangkan dari kata to manage, berarti mengatur atau mengelola. Kata manage
berasal dari bahasa Italia, maneggio, yang diadopsi dari bahasa Latin managiare, yang
berasal dari kata manus, yang artinya tangan.

1
Rusman, Manajemen Kurikulum, (Jakarta: Rajawali Press, 2009), 3.
2
E.G. Homrighausen, I.H Enklaar, Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008),
26.
3
Suharto Prodjowijono, Manajemen Gereja: Sebuah Alternatif, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008),
34
Secara epistemologi manajemen berarti suatu proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, dan pengendalian kegiatan
penggunaan sumber daya manusia dan benda dalam suatu organisasi agar tercapai
tujuan organisasi secara efektif dan efisien, dan memiliki fungsi sebagai perencanaan
(planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), dan pengawasan
(controlling)”4.
a. Perencanaan (planning)
Perencanaan (planning) merupakan suatu proses yang kompleks yang menuntut
berbagai jenis dan tingkat pembuatan keputusan. Artinya, perencanaan kurikulum
berfungsi sebagai suatu pedoman atau pentunjuk tentang jenis dan sumber yang
diperlukan, media pembelajaran yang harus digunakan, tindakan-tindakan apa saja
yang diperlukan sumber biaya, tenaga, sarana prasarana, sistem monitori, dan
evaluasi, peran unsur-unsur ketenaga untuk mencapai tujuan pendidikan. Di samping
itu, pendorong untuk melaksanakan sistem pendidikan sehingga mencapai hasil yang
optimis.
b. Pengorganisasi (organizing)
Pengorganisasi (organizing) merupakan bentuk bahan pelajaran yang disusun dan
disampaikan kepada warga gereja dan merupakan suatu dasar yang penting dalam
pembinaan kurikulum yang berkaitan erat dengan tujuan pendidikan yang ingin
dicapai, karena bentuk kurikulum menentukan bahan pelajaran. Dalam proses ini,
pengajar tidak mengambil secara menyeluruh setiap materi yang diberikan, tetapi
bagaimana pengajar dapat mengolah kembali materi atau bahan pengajaran sesuai
konteks gereja yang ada.
c. Pelaksanaan (actuating)
Pelaksanaan (actuating) merupakan suatu kegiatan yang merealisasikan rencana
menjadi tindakan yang nyata dalam rangka mencapai suatu tujuan secara efektif dan
efisian. Melalui kegiatan manajemen yang efektif dan efisien, diharapkan dapat
memberikan peranan terhadap peningkatan kualitas pendidikan secara keseluruhan.
Pada fungsi ini dapat memotivasi pengajar untuk bekerja dengan sungguh-sungguh
supaya tujuan dari proses belajar mengajar dapat tercapai dengan efektif. Kemudian
dalam proses perencanaan dan perorganisasian, proses pelaksanaan yang sangat
penting, karena dalam fungsi ini adalah pengajar harus memperhatikan setiap proses

4
Suharto Prodjowijono, Manajemen Gereja; Sebuah Alternatif, (Jakarta: BPK gunung Mulia, 2008), 6-
7.
kegiatan yang berlangsung, kapan proses kegiatan berlangsung dan siapa saja target
dari proses kegiatan yang mengacu pada proses perencanaan.
d. Evaluasi
Evaluasi, pada proses ini menentukan tingkat perubahan yang terjadi pada hasil
belajar. Hasil tersebut biasanya diukur dengan tes, karena tujuannya untuk
meningkatkan tingkat perubahan yang terjadi, baik secara statistik maupun edukatif.
Sehingga berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu akan membuat suatu
keputusan. Kemudian dapat dikatakan bahwa fungsi ini merupakan proses pengujian
pada katekein dengan menggunakan ukuran-ukuran nilai khusus dengan tujuan untuk
dapat mencapai sasaran yang ditentukan dan sesuai. Jadi dapat disimpulkan, bahwa
tanpa evaluasi pengajar tidak dapat mengetahui bagaimana kondisi kurikulum tersebut
dalam rancangan, pelaksanaan serta hasil dari evaluasi. Manajemen yang di lakukan
di gereja tidak jauh beda dari manajemen sekuler, gereja adalah sebuah organisasi
sesuatu yang induk bertumbuh mengelola sesuatu yang berkembang, dinamis,
organisasi ilahi adalah orang sebagai pengelolanya, organisasi gereja merupakan
kehidupan bersama orang sekitarnya dan dipengaruhi lingkungan sekitarnya. Tanpa
manajemen yang baik dan transparan, sebuah gereja akan mengalami kesulitan dalam
mengembangkan fungsi-fungsinya sebagai gereja. Di dalam kehidupan manusia
sangat memerlukan manajemen, dapat kita lihat bahwa manajemen sangat di butuhkan
di dalam masyrakat terlebih khusus dalam kegiatan-kegiatan manusia di masyarakat
sehingga kita dapat melihat beberapa pengertian manajemen dari para ahli yang
mencoba menjelaskan mengenai apa itu manajemen. Menurut Dale Carnegie &
Associates mengatakan bahwa: “Manajemen dapat di defenisikan sebagai kemampuan
untuk mendapatkan hasil-hasil yang diinginkan melalui penggunaan yang efektif dari
sumber daya yang ada pada organisasi.”

2. Prinsip dan fungsi manajemen kurikulum


Terdapat lima prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan  manajemen
kurikulum, yaitu :
a. Produktivitas, hasil yang akan diperoleh dalam kegiatan kurikulum merupakan
aspek yang harus dipertimbangkan dalam manajemen kurikulum. Pertimbangan
bagaimana agar peserta didik atau jemaat dapat mencapai hasil belajar (ilmu)
sesuai dengan tujuan kurikulum.
b.  Demokratisasi, pelaksanaan manajemen kurikulum harus berasaskan demokrasi,
yang menempatkan pengelola, pelaksana dan subjek didik pada posisi yang
seharusnya dalam melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab untuk
mencapai tujuan kurikulum. 
c. Kooperatif, untuk memperoleh hasil yang diharapkan dalam kegiatan manajemen
kurikulum, perlu adanya kerja sama yang positif dari berbagai pihak yang terlibat.
d.  Efektivitas dan efisiensi, rangkaian kegiatan manajemen kurikulum harus
mempertimbngkan efektivitas dan efisiensi untuk mencapai tujuan kurikulum
sehingga kegiatan manajemen kurukulum tersebut sehingga memberikan hasil
yang berguna dengan biaya, tenaga, dan waktu yang relative singkat.
e. Mengarahkan visi, misi dan tujuan yang ditetapkan dalam kurikulum, proses
manajemen kurikulum harus dapat memperkuat dan mengarahkan visi, misi, dan
tujuan kurikulum.5

3. Manajemen Menurut Para Ahli

Haimann mengatakan bahwa manajemen adalah fungsi untuk mencapai sesuatu


melalui kegiatan orang lain dan mengawasi usaha-usaha individu untuk mencapai
sesuatu melalui kegiatan orang lain dan mengawasi usaha-usaha individu untuk
mencapai tujuan bersama.6
Chester I. Barnard dalam bukunya yang berjudul “The Function of the
Executive” mengatakan bahwa manajemen itu adalah “seni” dan juga sebagai “ilmu”.
Begitu pun menurut George R. Terry yang berpendapat, bahwa manajemen itu adalah
ilmu sekaligus adalah seni, menurutnya juga bahwa manajemen adalah pencapaian
tujuan yang ditetapkan terlebih dahulu dengan mempergunakan kegiatan orang lain.
Manajemen sebagai seni berfungsi untuk mencapai tujuan yang nyata mendatangkan
hasil atau manfaat, sedangkan manajemen sebagai ilmu berfungsi menerangkan
fenomena-fenomena (gejala-gejala), kejadian-kejadian, keadaan-keadaan, jadi
memberikan penjelasan-penjelasan.7

5
Rusman, Manajemen Kurikulum; Seri II, (Jakarata: PT. Raja Grafindo Persada, 2009), 3.
6
Dian Wijayanto, Pengantar Manajemen, (Jakarta: Gramedia, 2012), 2-4.
7
Ibid, 4.
B. Pengertian Kurikulum Pendidikan Agama Kristen
1. Pengertian Kurikulum
Istilah kurikulum berasal dari bahasa Latin curriculum, artinya jarak yang harus
ditempuh. Pada masa Yunani dahulu istilah kurikulum digunakan untuk menunjukkan
tahapan-tahapan yang dilalui atau ditempuh oleh seorang pelari dalam lomba estafet
yang dikenal dalam dunia atletik. Kemudian mengalamin perkembangan sehingga
istilah ini meluas dan merambah ke dunia pendidikan hingga sampai sekarang.8 Di
Indonesia istilah kurikulum mulai terkenal sejak tahun lima puluhan, awalnya
menggunakan istilah rencana pelajaran. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata
kurikulum berarti, seperangkat atau sistem rencana dan pengaturan mengenai isi dan
bahan pembelajaran dalam proses belajar mengajar. 9 Berhasil atau tidaknya suatu
proses pengajaran dapat dilihat pada perencanaan kurikulum yang di pakai sebagai
pedoman dari pengajaran tersebut. Kurikulum juga merupakan upaya yang dilakukan
sekolah untuk mempengarungi siswa agar dapat belajar dengan baik didalam ruangan
kelas maupun di luar sekolah. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kurikulum adalah suatu
rangkaian proses yang mengupayakan pembelajaran mengenai isi, tujuan dalam
pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan pada pendidikan. Bagi gereja, kurikulum
berfungsi untuk membantu warga jemaat mengembangkan pribadinya ke arah tujuan
pendidikan Agama Kristen yaitu untuk memelihara kehidupan Kristen dalam iman
akan Kristus.

2. Kurikulum Menurut Para Ahli


Menurut D. Campbell Wyckoff, kurikulum adalah alat komunikasi yang di
rencanakan dengan sangat hati-hati, yang digunakan gereja dalam bidang pengajaran
agar iman dan kehidupan Kristen dapat dikenal, diterima dan hidup. Sehingga
kurikulum bukanlah tujuan tetapi sarana komunikasi di dalam proses yang telah
direncanakan oleh gereja, dan gereja harus dapat mengajarkan tentang iman Kristen
sehingga iman Kristen dapat dikenal dan memberikan dampak untuk lingkungan
dimana gereja itu berada. Jadi dapat dikatakan bahwa, kurikulum sangatlah penting
untuk pertumbuhan iman seseorang. Oleh karena itu, kurikulum Pendidikan Agama
Kristen adalah suatu rencana dimana proses belajar mengajar dapat di lakukan dan
dijalankan secara sistematis oleh gereja dan mengarah pada tujuan dari keberadaan

8
Sarinah, Pengatar Kurikulum, (Yogyakarta: Deepublish, 2015), 7.
9
Ibid 2-8.
gereja, sehingga prinsip-prinsip dasar dalam membuat kurikulum yang berorientasi
kearah konteks, ruang lingkup, tujuan dan proses. Ia juga mengatakan bahwa
pendidikan Kristen bukan hanya di gereja tetapi juga menyangkut seluruh aktivitas
orang Kristen. Oleh karena itu, ketika membuat sebuah kurikulum harus menyentuh
dan memberikan dampak kepada orang-orang di sekeliling.
Soemanto mengemukakan bahwa ada empat komponen kurikulum, yaitu10:
1. objective (tujuan)
2. Knowledges (isi atau materi)
3. School learning experiences (interaksi belajar mengajar di sekolah)
4. Evaluation (penilaian)
Menurut Chester O. Gallowey konsep kurikulum seseorang dipengaruhi oleh
filsafat pendidikan, ajaran teologi, pemahaman psikologis dan sosiologisnya, dan oleh
warisan historisnya. ada beberapa istilah kurikulum yang terkait di dalamnya.
Pertama, kurikulum ideal, atau kurikulum tertulis, dalam bentuk rancangan atau
pedoman kurikulum. Biasanya memuat tema-tema atau pokok bahasan, tujuan,
sumber belajar, rancangan detail bahan pengajaran, usulan metode, alokasi waktu dan
susunan (organisasi).
Kedua, kurikulum yang nyata di dalam interaksi belajar atau kegiatan sekolah
ataupun gereja. Bentuk kurikulum ini dimulai dari desain pembelajaran yang memuat
tujuan instruksional, topik-topik yang akan dipelajari, sumber belajar dan media,
langkah-langkah kegiatan belajar-kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup,
selanjutnya diakhiri dengan evaluasi dan penugasan. Atas dasar rancangan itu, guru
atau pengajar (di gereja) mengelola kegiatan belajar bersama peserta didiknya.
Ketiga, Kurikulum terselubung (hidden curriculum), terkait dengan apa yang
muncul dalam kegiatan belajar namun tidak tertulis dalam pedoman kurikulum
maupun dalam pedoman pembelajaran. Menuerut Nasution, hal-hal yang terkait
dengan hidden curriculum ini sebagai berikut: “Murid-murid mempunyai aturan-
aturan sendiri sebagai reaksi terhadap kurikulum yang formal seperti tentang
membuat pekerjaan rumah, menjadi juara kelas, sikap terhadap guru, dan
sebagainya.11
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kurikulum adalah
suatu perencanaan yang sistematis dalam hal menyampaikan ilmu pengetahuan
10
Johanes W. Hasugian, Kurikulum dan Pembelajaran Warga Jemaat Dewasa di Gereja, Jurnal
Kurios, Vol 5, No 1 (2019), diakses pada Senin, Pukul 15.00 WITA.
11
Ibid.
ataupun keahlian berdasarkan suatu tujuan jelas, materi yang tepat serta proses yang
benar dan bisa dievaluasi untuk mengetahui sejauh mana kegiatan tersebut berhasil.
Hamid Hasan (1988) mengemukakan bahwa konsep kurikulum dapat ditinjau
dalam empat dimensi, yaitu:
a. Kurikulum sebagai suatu ide; yang dihasilkan melalui teori-teori dan penelitian,
khususnya dalam bidang kurikulum dan pendidikan.
b. Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis, sebagai perwujudan dari kurikulum
sebagai suatu ide; yang didalamnya memuat tentang tujuan, bahan, kegiatan, alat-
alat, dan waktu.
c. Kurikulum sebagai suatu kegiatan, yang merupakan pelaksanaan dari kurikulum
sebagai suatu rencana tertulis dalam bentuk praktek pembelajaran.
d. Kurikulum sebagai suatu hasil yang merupakan konsekwensi dari kurikulum
sebagai suatu kegiatan, dalam bentuk ketercapaian tujuan kurikulum yakni
tercapainya perubahan perilaku atau kemampuan tertentu dari para peserta didik.

Menurut Purwadi, pengertian kurikulum menjadi enam bagian:


a. Kurikulum sebagai ide;
b. Kurikulum formal berupa dokumen yang dijadikan sebagai pedoman dan
panduan dalam melaksanakan kurikulum;
c. Kurikulum menurut persepsi pengajar;
d. Kurikulum operasional yang dilaksanakan atau dioprasional kan oleh pengajar di
kelas;
e. Kurikulum experience yakni kurikulum yang dialami oleh peserta didik; dan
f. Kurikulum yang diperoleh dari penerapan kurikulum.

3. Langkah-langkah dalam pengembangan kurikulum PAK


Menurut S. Nasution dalam bukunya Kurikulum dan Pengajaran Cet. 3,
terdapat langkah-langkah dalam pengembangan kurikulum, yaitu;
1. Kumpulkan faktor-faktor yang turut menentukan kurikulum PAK,
2. Tentukan Firman Tuhan ( topik ) yang akan diajarkan
Berhubung dengan pertimbangan di atas, menentuka  topik apakah yang dianggap
paling serasi untuk diberikan kepada para anggota jemaat.
3. Merumuskan setiap topik yang akan dibawakan
4. Tentukan hasil belajar yang diharapkan (apakah standar hasil belajar para anggota
jemaat dalam topik yang diajarkan dalam aspek kognitif, afektif fan
spikomotorik).
5. Menentukan topik-topik Firman Tuhan yang diajarkan
6. Tentukan syarat-syarat yang diharapkan dari anggota jemaat, misalnya;
- Sampai dimana tingakat perkembangan dan pengetahuan jemaat,
- Kegiatan apa saja yang dapat dilakukan jemaat agar mencapai tujuan dari
topik yang telah dipelajari.
7. Tentukan bahan yang harus dibaca oleh jemaat.12

4. Manfaat Kurikulum13
1. Manfaat Kurikulum bagi Pengajar (Pendeta, Penatua, Diaken, Pengajar lainnya)
- Kurikulum sebagai pedoman bagi Pendeta, Penatua, Diaken, atau Pengajar
lainnya dalam merancang, malaksanakan, dan menilai kegiatan pembelajaran
PAK.
- Membantu Pendeta, Penatua, Diaken, Pengajar lain untuk memperbaiki situasi
belajar.
- Membantu Pendeta, Penatua, Diaken, Pengajar lain dalam menunjang situasi
belajar ke arah yang lebih baik.
- Membantu Pendeta, Penatua, Diaken, Pengajar lain dalam mengadakan
evaluasi kemajuan kegiatan belajar mengajar.
- Mendorong Pendeta, Penatua, Diaken, Pengajar lain untuk lebih kreatif dalam
penyelenggaraan program pendidikan.
2. Manfaat Kurikulum bagi Jemaat
- Kurikulum dapat dijadikan pedoman atau standar bagi orang tua dalam
membimbing anaknya untuk hidup takut akan Tuhan, selain itu juga orang
bagi orang tua dapat lebih memahami tentang tugas dan perannya sebagai
orang tua dalam memenihi kehidupan keluarga baik jasmani dan rohani.
- Kurikulum memungkinkan semua anggota jemaat untuk ikut berpartisipasi
dalam mengembangkan dan menyempurnakan program Pendidikan Agama

12
S.Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, (Jakarta: Bumi Askara, 2006), 56.
13
Markus Oci, Implikasi Misiologi dalam Pengembangan Kurikulum Agama Kristen di Gereja Lokal,
https://www.academia.edu/39662831/Implikasi_Misiologi_Dalam_Pengembangan_Kurikulum_Agama_Kristen
_di_Gereja_Lokal, Jurnal Fidei, Vol. 2. No.1 (Juni 2019), diakses pada Minggu, Pukul 09:00 WITA.
Kristen dalam lingkup gereja, yaitu melalui kritik dan saran yang membangun
untuk seluruh jemaat.

5. Konsep Kurikulum Menurut Alkitab


Kata kurikulum memang tidak pernah dituliskan dalam Alkitab. Namun ini
bukan berarti bahwa kurikulum tidak berhubungan sama sekali dengan Alkitab. Jika
ditinjau dari tugas dan tanggung jawab orang Kristen sesuai dengan Amanat Agung
yaitu mengajar dan menjadikan murid, maka dari pada itu secara tidak langsung dapat
ditemukan keterkaitan langsung antara Alkitab dan kurikulum.
Jika dilihat dari pengertian kurikulum secara umum sebagai suatu keseluruhan
proses perencanaan yang berkaitan dengan penetapan tujuan, materi, proses dan
evaluasi, maka di dalam Alkitab dapat ditemukan banyak hal yang berkaitan dengan
kurikulum itu sendiri. Bahkan bisa dikatakan kalau Alkitab merupakan bagian dari
kurikulum Allah.14

6. Kurikulum Pendidikan Agama Kristen


Pendidikan Agama Kristen (PAK)  pada prinsipnya harus menghasilkan
pertumbuhan rohani bagi setiap pribadi yang sedang belajar Agama Kristen tersebut.
Menurut E. G. Homrighausen dan I. H. Enklaar, PAK mencakup segala usia, dari
yang muda sampai pada orang lanjut usia dalam persekutuan iman yang kemudian
dinyatakan dalam persekutuan bersama baik digereja maupun dalam persekutuan
lainnya. Dengan menerima pendidikan atau pengajaran PAK semua kalangan dari
anak-anak sampai orang tua, memasuki persekutuan iman yang hidup dengan Tuhan
sendiri, dan oleh dan dalam Dia mereka terpanggil pula pada persekutuan jemaat-Nya
yang mengakui dan mempermulaikan nama-Nya dari segala waktu dan tempat.15
Sedangkan menurut Markus Oci yang mengutip pemikiran Warner C. Gradorf,
menggemukakan bahwa; proses pengajaran dan pembelajaran berdasarkan Alkitab
yang tertunya berpusat pada Kristus dan Roh Kudus, yang membimbing setiap orang
atau setiap pribadi melalui pengajaran sesuai dengan kehendak Allah.

14
Marthen Lengkong, Kurikulum dalam Alkitab,
https://www.academia.edu/15707221/Kurikulum_Dalam_Alkitab, diakses pada Selasa, Pukul 13.00 WITA.
15
Markus Oci, Implikasi Misiologi dalam Pengembangan Kurikulum Agama Kristen di Gereja Lokal,
https://www.academia.edu/39662831/Implikasi_Misiologi_Dalam_Pengembangan_Kurikulum_Agama_Kristen
_di_Gereja_Lokal, Jurnal Fidei, Vol. 2. No.1 (Juni 2019), diakses pada Selasa, Pukul 10:20 WITA.
Pendidikan Agama Kristen adalah proses pembelajaran yang sengaja dan sadar
di ajarkan kepada peserta didik dalam hal ini adalah jemaat gereja dalam segala usia
yakni: anak-anak, remaja, pemuda dan orang dewasa. Pendidikan Agama Kristen
sebagai proses pendidikan yang merupakan usaha dasar oleh pengajar yang ditujukan
kepada jemaat gereja, dalam kiatan proses pembelajaran yang berisikan ajaran-ajaran,
nilai-nilai kekristenan serta penekanannya kepada ketiga aspek pendidikan yaitu:
1. Kognitif (pengetahuan),
2. Afektif (sikap),
3. Psikomotor (skill dan keterampilan).
Semuanya haruslah berlandaskan kepada kebenaran Firman Tuhan (Alkitabiah)
atau berdasarkan kepada iman Kristen. S. Nasution menjelaskan pengertian
kurikulum lebih mendalam dan lebih luas pengertiannya, yakni: “Kurikulum
dipandang sebagai suatu rencana disusun untuk melancarkan proses-belajar mengajar
dibawah bimbingan dan tanggungjawab sekolah atau lembaga pendidikan berserta
stap pengajarnya.”16

7. Landasan Kurikulum Pendidikan Agama Kristen


Dalam mengembangkan kurikulum bukan sesuatu yang mudah dan sederhana
karena banyak hal yang harus dipertimbangkan17. Yaitu sebagai berkut:
a. Asas Teologis
Mengarahkan seluruh warga gereja kepada perubahan hidup yang lebih baik
untuk hormat kemuliaan nama Tuhan dan berguna bagi jemaat dan masyarakat.
b. Landasan Filosofis
Filsafat memegang peranan penting dalam pengembangan kuikulum. Sama
halnya seperti dalam Filsafat Pendidikan. Terdapat beberapa aliran filsafat,
seperti: perenialisme, essensialisme, eksistesialisme, progresivisme, dan
rekonstruktivisme. Dalam pengembangan kurikulum pun senantiasa berpijak pada
aliran-aliran filsafat tertentu, sehingga akan mewarnai terhadap konsep dan
implementasi kurikulum yang dikembangkan.

c. Landasan Psikologis
16
S.Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, 5.
17
Johanes W. Hasugian, Kurikulum dan Pembelajaran Warga Jemaat Dewasa di Gereja, Jurnal
Kurios, Vol 5, No 1 (2019), diakses pada Senin, Pukul 19.00 WITA.
Terdapat dua bidang psikologi yang mendasari pengembangan kurikulum yaitu
(1) psikologi perkembangan dan (2) psikologi belajar. Psikologi perkembangan
merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu sebagai warga
gereja berkenaan dengan perkembangannya. Psikologi belajar merupakan ilmu
yang mempelajari tentang perilaku warga gereja dalam konteks belajar. Psikologi
belajar mengkaji tentang hakekat belajar dan teori-teori belajar, serta berbagai
aspek perilaku individu lainnya dalam belajar, yang semuanya dapat dijadikan
sebagai bahan pertimbangan sekaligus mendasari pengembangan
kurikulum. Pendidikan Agama Kristen di gereja diyakini dapat mendidik setiap
warga gereja sehingga bertumbuh ke arah yang lebih baik dan lebih memahami
tentang kebenaran akan firman Allah.
d. Landasan Sosial
Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan. Sebagai suatu
rancangan, kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan. Pendidikan
Agama Kristen merupakan usaha mempersiapkan para warga gereja untuk hidup
dalam bermasyarakat secara umum. Tentunya sebagai makhluk sosial warga
geraja tidak bisa hidup sendiri dan tentunya membutuhkan orang lain. Oleh
karena itu PAK juga mengajarkan para warga gereja untuk hidup taat dan baik
sebagai anggota masyarakat sehingga menjadi teladan bagi masyarakat yang
lainnya.
e. Landasan Ilmu Pengetahuan
Pada awalnya, ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia masih relatif sederhana,
namun sejak abad pertengahan mengalami perkembangan yang pesat. Hal ini
dikarenakan banyaknya penemuan teori-teori baru yang terus berlangsung hingga
saat ini dan dipastikan kedepannya akan terus semakin berkembang. Akal
manusia telah mampu menjangkau hal-hal yang sebelumnya merupakan sesuatu
yang tidak mungkin. Kemajuan cepat dunia dalam bidang informasi dan
teknologi dalam dua dasa warsa terakhir telah berpengaruh pada peradaban
manusia melebihi jangkauan pemikiran manusia sebelumnya. Pengaruh ini
terlihat pada pergeseran tatanan sosial, ekonomi dan politik yang memerlukan
keseimbangan baru antara nilai-nilai, pemikiran dan cara-cara kehidupan yang
berlaku pada konteks global dan lokal.
8. Prinsip dalam Pendidikan Agama Kristen18:
a. Learning to know
Learning to know berhubungan dengan kempampuan kognitif peserta didik
dalam hal ini anggota jemaat. Kognitif dari anggota jemaat harus dirangsang untuk
mampu berpikir, menganalisa, dan menginterpretasikan. Kaitannya dengan PAK,
pengajar (baik gembala atau pelayan lainnya) bertugas untuk membuat bahan
pembelajaran dari Alkitab yang bisa merangsang kemampuan anggota jemaat yang
akhirnya bisa menginterpretasikan dalam kehidupannya. Anggota jemaat
dimampukan untuk mengetahui segala sesuatu tentang dirinya sendiri, dunianya,
sesama, lingkungannya, dan pengetahuan akan Allah serta segala firman-Nya.
b. Learning to do
Pengetahuan anggota jemaat yang telah diperolehnya dalam proses belajar
diarahkan untuk mengaplikasikannya. Mereka harus belajar untuk melakukan firman
Tuhan. Dengan demikian mereka dapat menjadi garam dan terang bagi dunia sebagai
orang beriman.
c. Learning to be
Learning to be menekankan pada pengembangan potensi kepribadiannya.
Anggota jemaat diarahkan untuk memiliki integritas hidup ditengah masyarakat.
Sebagi murid Kristus, anggota jemaat diharapkan mampu hidup seperti karakter
Tuhan Yesus.
d. Learning to life together
Anggota jemaat adalah makhluk individu yang hidup ditengah makhluk sosial.
Berhubung karena hidup ditengah makhluk sosial maka mereka membutuhkan orang
lain. Orang lain merupakan objek pengaplikasian kasih Allah dalam kehidupan sehari-
hari.
e. Pembentukan Spiritualitas,
Pembentukan spiritualitas adalah dimana seorang anggota jemaat yang memiliki
spiritualitas yang bagus maka ia ampu memahami makna keberadaannya dan
bagaimana ia berperan menjadi berkat bagi orang jemaat lain serta memuliakan Allah.

18
John. M. Nainggolan, Menjadi Guru Agama Kristen, (Bandung: Generasi Info Media, 2007), 12.
9. Pendidikan Agama Kristen menurut Alkitab
Pendidikan agama dimulai ketika agama sendiri muncul dalam hidup manusia.
Pendidikan Agama Kristen berpangkal kepada persekutuan umat Tuhan di dalam
Perjanjian Lama. Dimulai dengan terpanggilnya Abraham menjadi nenek-moyang
umat pilihan Tuhan, bahkan PAK berpokok kepada Allah sendiri, karena Allah yang
menjadi pendidik Agung bagi umat-Nya. Oleh karena itu untuk menemukan akar-akar
dari PAK, haruslah menggali dalam Alkitab, tempat Tuhan menyatakan rahasia
keselamatan-Nya kepada bangsa Israel. Alkitab merupakan satu-satunya sumber
pengetahuan kita mengenai rancangan keselamatan itu, dan Alkitablah yang
melukiskan dengan terang bagaimanakah wujud dan maksud pendidikan agama itu.
Di dalam kitab-kitab Perjanjian Lama tersimpan kesaksian mengenai perkara-perkara
yang mahaamgung, yang telah dialami umat Tuhan dibawah pimpinan-Nya sepanjang
sejarah hidup mereka. Perbuatan-perbuatan Tuhan yang hebat itu sangatlah perlu
untuk disampaikan dan dijelaskan pula kepada tiap-tiap keturunan yang baru, dan
sebab itu dituliskan dalam kitab Perjanjian Lama. Begitupun dengan kitab Perjanjian
Baru. Segala kitabnya ditulis dengan tujuan tertentu, ialah untuk mengajarkan kepada
umat Kristen tentang penyataan Allah dalam Yesus Kristus dan pengaruhnya bagi
hidup manusia. Kitab-kitab Injil hendak memelihara tradisi lisan mengenai pekerjaan
dan pemberitaan Tuhan Yesus, agar rohani jemaat Kristen dibangunkan, imannya
diperkokoh dan pengetahuannya akan Juruselamat itu diperdalamkan. Dan surat-surat
Rasul Paulus, menyinggung pelbagai masalah yang perlu diterangkan kepada jemaat.
Paulus dengan tidak mengenal lelah senantiasa berupaya untuk mendidik jemaat
Kristen dalam segala soal iman dan kesusilaan Kristen.19
Nabi Natan juga menjadi pembina atau pengajar raja Daud. Nabi Samuel
menjadi pengajar dan penasihat raja Saul, Elia menjadi pengajar bagi raja Ahab. Elia
juga mengangkat dan membina Elisa, Nabi Yesaya juga mengajar dan menasihati raja
Hizkia, Yeremia juga menjadi sahabat dan mentor bagi Barukh serta menjadi
penasihat raja Zedekia. Imam dan ahli Taurat Ezra juga berperan sebagai pengajar
kitab suci bagi umat Israel yang kembali dari pembuangan Babel, serta Yesus yang
membina para murid dengan menjelaskan kebenaran kitab suci, rasul Paulus juga
berperan sebagai pengajar, yaitu kepada tua-tua jemaat di Efesus dan mendirikan
pembinaan khusus bagi sejumlah murid Tuhan, rasul Petrus memberikan nasihat bagi
para istri dan suami supaya mereka membangun keluarga yang harmonis. Kepada tua-
19
E.G. Homrighausen, Pendidikan Agama Kristen, 2.
tua dalam gereja Petrus juga memberikan pengajaran (1 Ptr. 5:1-5), rasul Yohanes
membina warga jemaat melalui surat 1, 2, 3 Yohanes.20

a. Perjanjian Lama
Nenek moyang kaum Israel, Abraham, Ishak dan Yakub menjadi guru bagi
seluruh keluarganya. Sebagai bapak-bapak dari bangsanya, mereka bukan saja
menjadi imam yang merupakan pengantara antara Tuhan dengan umat-Nya, tetapi
juga menjadi guru yang mengajarkan tentang perbuatan-perbuatan Tuhan yang mulia
itu dengan segala janji Tuhan yang membawa berkat kepada Israel turun menurun.
Tuhan dalam memilih dan memanggil Abraham dari jauh untuk melayani kehendak-
Nya yang agung itu guna keselamatan seluruh umat manusia. Bimbingan dan maksud
Tuhan itu perlu dijelaskan kepada segala anak cucunya.21
Ishak meneruskan pengajaran yang penting itu dan kemudian anaknya Yakub
pula menanamkan segala perkara ini ke dalam batin anak-anaknya. Yusuf menyimpan
pelajaran-pelajaran itu di dalam hatinya kemana saja ia pergi, biar dalam pengasingan
sekalipun, sehingga pengetahuan akan janji-janji Tuhan itu tetap terpelihara oleh
bangsa Israel. Tuhan telah memasuki hidup mereka, oleh karena Tuhan mau untuk
memakai bangsa itu sebagai alat-Nya. Musa dipilih pula oleh Tuhan untuk
membebaskan umat-Nya dari penindasan. Musalah yang diangkat menjadi panglima
dan pemimpinnya, tetapi juga menjadi guru dan pemberi hukum-hukum bagi mereka.
Setiap keturunan orang Israel menyampaikan pula segala Pengajaran dan peraturan itu
kepada keturunan yang berikut. Proses ini berlangsung terus menerus, beratus-ratus
tahun lamanya.

b. Perjanjian Baru
Di dalam kitab perjanjian Baru, Tuhan Yesus juga menjadi seorang guru yang
Agung. Keahlian-Nya sebagai seorang guru umumnya diperhatikan dan dipuji oleh
rakyat Yahudi; mereka dengan sendirinya menyebut Dia “Rabi”. Ini merupakan satu
gelar kehormatan, yang menyatakan betapa ia disegani dan dikagumi sebagai seorang
pengajar yang mahir dalam segala soal ketuhanan. Sebab Ia mengajar mereka

20
Johanes W. Hasugian, Kurikulum dan Pembelajaran Warga Jemaat Dewasa di Gereja, Jurnal
Kurios, Vol 5, No 1 (2019), diakses pada Senin, Pukul 19.00 WITA.
21
E.G. Homrighausen, 2.
“sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat yang biasa mengajar
mereka” (Mat. 7:29).22
Tuhan Yesus sebagai seorang guru mengajar di mana saja; di atas bukit, dari
dalam perahu, disisi orang sakit, di tepi sumur, di rumah yang sederhana dan di rumah
orang kaya, di depan pembesar-pembesar agama dan pemerintah komang bahkan
sampai di kayu salib sekalipun. Tuhan tidak memerlukan sekolah atau gedung yang
tertentu untuk mengajar namun tiap-tiap keadaan dan pertemuan dipergunakannya
untuk memberitakan Firman Allah. Dalam pengajarannya Tuhan tidak terikat pula
pada waktu tertentu baik siang atau malam.23
Tuhan Yesus dalam pengajarannya menggunakan banyak metode, contohnya;
bercerita, tanya jawab, perumpamaan dan sebagainya. Dalam pengajarannya, Yesus
sering memakai perumpamaan-perumpamaan (Mat. 13:1-9; 18-23). Pada saat Ia
mengemukakan pertanyaan-pertanyaan, yang kemudian menjadi bahan pengajaran-
Nya. Bisa menjadi suatu percakapan dan berkembang menjadi pengajaran yang indah.
Pengajaran yang Yesus dilakukan juga adalah perasaan ia membasuh kaki murid
muridnya untuk mengajarkan mereka supaya rendah hati atau pada saat ia memeluk
anak anak dan memberkati mereka, menjadi teguran bagi murid-murid-Nya.
Pada umumnya seluruh kehidupan Yesus merupakan pengajaran sampai pada saat
yang terakhir, karena justru dalam sengsara dan kematian-Nya Ia mengajarkan kepada
kita semua tentang satu-satunya jalan keselamatan bagi manusia berdosa adalah
pembelian diri-Nya sebagai penebusan dosa.24

10. Jenis-Jenis Pendidikan Agama Kristen dalam Gereja25


- Sekolah Minggu
Sekolah minggu berfungsi sebagai tempat anak mendengarkan firman Allah,
dasar pelatihan kepemimpinan  gereja bagi kepemimpinan masa kini dan masa
mendatang dan juga untuk menginjili (Efesus 4:11-12)
- Kebaktian Umum/ ibadah bersama
- Perayaan hari-hari raya gerejawi
- Bible Study
- Persekutuan kaum muda, kaum wanita atau kaum bapak

22
Ibid, 5.
23
Ibid, 6.
24
Ibid, 6.
25
Timotius Sukarman, Gereja: yang Bertumbuh & Berkembang, (Yogyakarta: ANDI, 2012), 86-87.
- Retreat
- Kunjungan kerumah-rumah (misalnya, jemaat yang sakit atau meninggal
dunia).
- PA Lapangan
- Warga jemaat ikut serta dalam kegitan kemasyarakatan yang positif.
- Khotbah Pendeta
- Kunjungan terhadap orang yang membutuhkan bantuan atau terkena bencana
alam.
- Ceramah
- Perjamuan kudus
- Pelayanan
- Bersekutu, bersaksi, dan melayani
- Membantu anak-anak yang ada di panti asuhan/ pantu werdah.

11. Tujuan Pendidikan Agama Kristen dalam Gereja26


a. Menjadikan anggota jemaat percaya dan mengenal Alkitab.
b. Proses penemuan kebenaran firman Tuhan yang pada gilirannya jemaat
mengalami pembaharuan tingkah laku dan menghidupi kebenaran.
c. Menjadikan umat Tuhan menjadi pribadi yang bijaksana dengan menghidupi iman
di dalam Kristus.
d. Dengan pendidikan kepada jemaat diharapkan anggota jemaat diperlengkapi dan
mengalami perubahan-perbuatan menuju kesempurnaan hidup.

12. Pendidikan Agama Kristen dalam Gereja Ditujukan Kepada Anak-Anak,


Remaja Dan Orang Dewasa.
a. Pendidikan Agama Kristen Untuk Anak-anak
Pendidikan Agama Kristen dimulai dari anak-anak. Pendidikan melalui Sekolah
Minggu membuat anak-anak mendapatkan asuhan Kristen. Hal itu benar dan penting
sehingga dengan demikian harus dipertahankan dan ditingkatkan kualitas
pengelolaannya. Dengan demikian PAK anak menjadi sangat penting. Secara sosial,
anak-anak belajar berhubungan dengan orang lain dalam konteks sosial. Secara
spiritual, anak-anak dapat menangkap dan memakai konsep-konsep dan prinsip-
prinsip Alkitab dalam kehidupan mereka sesuai dengan konsep yang diajarkan sesuai
26
Ibid, 45.
dengan tingkat intelektualnya dan dikaitkan dengan pengalamana mereka sehari-hari.
Secara fisik, anak-anak bertumbuh dengan cepat bila menerima makanan bergizi dan
kesehatannya dijaga denagn baik. Secara mental, anak-anak berkembang secara
bertahap dari lahir sampai usia 11 tahun. Secara intelektual, anak-anak sulit
memahami pemikiran abstrak dan simbol-simbol.27
Tujuan PAK kepada anak-anak gereja yaitu agar mereka mengenal Allah sebagai
pencipta dan Yesus Kristus sebagai penebus, pemimpin dan penolong mereka, serta
mengasihi sesamanya dan insaf akan dosanya sehingga mau bertobat pula.

b. Pendidikan Agama Kristen untuk Remaja


Masa remaja merupakan peralihan setelah masa kanak-kanak berakhir, hal ini
ditandai oleh adanya pertumbuhan fisik. Pertumbuhan fisik pada remaja dapat
mempengaruhi sikap, pola pikir, perilaku, kesehatan dan kepribadian dari remaja
tersebut. Menurut Papalia dan Olds masa remaja adalah masa transisi perkembangan
dari usia kanak-kanak menuju dewasa. Hal ini dimulai dari usia belasan tahun dan
berakhir pada dua puluhan tahun.28
Masa remaja juga merupakan masa di mana mereka mencari jati diri, serta
memuaskan rasa ingin tahu dengan cara mencoba hal-hal baru. Remaja sangat
menyukai hal-hal baru oleh karena itu sangatlah mudah bagi mereka untuk
terpengaruh oleh perubahan sikap serta lingkungan yang ada disekitarnya. Perubahan
yang terjadi terhadap remaja yang selalu ingin mencoba hal-hal baru tidak selalu baik
dan benar, namun ada juga perubahan sikap remaja yang dapat membuat mereka
untuk melakukan kesalahan, seperti; pergaulan bebas, sikap tidak hormat kepada
orangtua atau bahkan hal buruk yang dapat melukai diri sendiri dan orang lain.
Perubahan sikap juga dapat berpengaruh pada mood atau suasana hati yang bisa
berubah-ubah dengan cepat. Mood atau suasana hati yang berubah dengan cepat
dapat dipengaruhi oleh adanya beban baik itu dalam lingkungan keluarga, sekolah,
maupun sosialnya di mana dia bergaul.29 Perkembagan psikologi remaja juga dapat
mempengaruhi; Pertama, pembentukan konsep diri. Kedua, emosi. Ketiga, mental
dan moral. Keempat, lingkungan. Kelima, seksual.

27
Johanes W. Hasugian, Kurikulum dan Pembelajaran Warga Jemaat Dewasa di Gereja, Jurnal
Kurios, Vol 5, No 1 (2019), diakses pada Senin, Pukul 20.00 WITA.
28
Yudrik Jahja, Perkembangan Psikologi, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2011), 220.
29
Sumadi Suryabrata, Psikologi Kepribadian, (Jakarta: Rajawali Press, 2006), 290.
Pendidikan Agama Kristen untuk remaja merupakan pendidikan yang
menyadarkan setiap remaja akan Allah dan kasih-Nya dalam Yesus Kristus, agar
mereka mengetahui diri mereka yang sebenarnya. Pendidikan ini bertujuan untuk
menjadikan remaja bertumbuh sebagai anak Allah dalam persekutuan Kristen,
memenuhi panggilan bersama sebagai murid Yesus di dunia dan tetap pada
pengharapan Kristen. Kaum remaja harus mengenal Yesus Kristus dan jika sudah
mengenal Dia, harus rela memutuskan segala ikatan lain untuk mengikut dan
melayani Yesus. Jika remaja mau dipakai oleh Tuhan bagi pekerjaan-Nya, maka
justru merekalah yang dapat menjadi alat yang sangat berguna untuk membangun
kerajaan-Nya di antara umat manusia.

c. Pendidikan Agama Kristen untuk Orang Dewasa


Tugas gereja adalah mendidik, tidak terkecuali mendidik orang dewasa. Tugas itu
adalah amanat yang mulia oleh karena Allah lah yang memberikan kepercayaan
untuk mendidik dan membelajarkan warga gereja. Tugas membelajarkan warga
jemaat merupakan bagian yang integral dengan tugas pelayanan gereja lainnya.
Dengan demikian, kesadaran dan pemahaman tentang hal tersebut penting sekali
dimiliki oleh gereja sehingga kehadiran gereja di dalam dunia ini menjadi semakin
berarti dan dapat dirasakan secara lebih nyata. Sudah saatnya gereja-gereja
memberikan perhatiannya secara lebih serius terhadap tugas pendidikan Kristen yang
dilayankan bagi warga jemaat. Dengan perkataan lain, warga gereja tidak hanya
membutuhkan khotbah-khotbah di mimbar namun juga bentuk pembinaan atau
pendidikan Kristen, misalnya sekolah hari kerja atau sekolah hari libur yang
diperuntukkan bagi segenap warga gereja, termasuk kelompok orang dewasa.
Tujuan PAK untuk orang dewasa yaitu menjangkau orang dewasa agar bisa
hidup dalam kedewasaan karena pendidikan formal yang mereka terima di sekolah
pada dasaranya sudah diselesaikan, dicapai, dan direalisaasikan. Mereka mampu
bertumbuh, berubah, dan kadang secara emosional, mental, sosial dan spiritual.
Mereka mampu meningkatkan kemampuan menetapkan dan menjangkau tujuan
hidup mereka.Tetapi permasalahannya, gereja kadang-kadang tidak memedulikan
kebutuhan mereka. Banyak gereja lokal berpendapat bahwa mereka mampu
mengatasi kehidupan iman  mereka. Padahal PAK merupakan kebutuhan yang sangat
diperlukan bagi pengembangan dan pertumbuhan mereka. Bagi orang dewasa,
mempelajari dan menerapkan Alkitab tidak pernah berakhir karena PAK merupakan
usaha yang berkesinambungan selama hidup.
Pendidikan Kristen bagi orang dewasa, atau yang lebih familiar dikenal
dengan istilah Adult Christian Education, merupakan pembinaan, pembelajaran atau
asuhan Kristen yang ditujukan kepada kelompok atu golongan usia dewasa, termasuk
di dalamnya lanjut usia. Pada hakikatnya, asuhan bagi orang dewasa tersebut adalah
usaha gereja dalam membina, mengarahkan, mengasuh, membelajarkan, mendidik
dan memperlengkapi mereka agar mampu menghidupi kehidupan yang sudah
dibenarkan dengan hidup yang benar dan dengan melakukan kebenaran dengan cara
yang benar pula. Inilah yang sebenarnya menjadi tugas dan yang masih tetap perlu
dieksplorasi lebih jauh oleh gereja, dengan harapan bahwa orang-orang dewasa dapat
menjadi garam dan terang, saksi dan surat Kristus bagi dunia. Dalam konteks inilah
gereja harus hadir dan mengembangkan pelayanan pendidikan bagi orang dewasa.
Fenomena yang terjadi dewasa ini adalah banyak gereja yang sudah puas dengan
pengajaran firman yang mereka layankan kepada anak-anak (Sekolah Minggu) dan
kepada remaja pemuda (katekisasi atau jenis pengajaran atau pembinaan lainnya).
Mereka melupakan pentingnya pendidikan Kristen bagi orang-orang dewasa.

KESIMPULAN
Manajemen kurikulum adalah sebuah perencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta bahan yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut.
Sama halnya dengan pendidikan yang dijumpai disekolah yang harus tersusun secara
matang begitu pun dengan Pendidikan Agama Kristen dalam Gereja. Begitu besar
pentingnya peran dari Pendidikan Agama Kristen dalam gereja, dimana para anggota
jemaat dibina agar selalu bertumbuh di dalam Kristus. Oleh karena itu agar
Pendidikan Agama Kristen dapat terarah maka dibutuhkan kurikulum yang tepat
sehingga proses pengajaran dapat berjalan dengan baik. Pengajaran Pendidikan
Agama Kristen bersumber dari Alkitab, sehingga yang diajarkan kepada seluruh
anggota jemaat haruslah tepat sesuai dengan firman Allah.

Anda mungkin juga menyukai