PENDAHULUAN
Manajemen kurikulum adalah suatu system pengelolaan kurikulum yang
kooperatif, komperhensif, sistemik, dan sistematik dalam rangka mewujudkan
ketercapaian tujuan kurikulum. Manajemen kurikulum berkenaan dengan bagaimana
kurikulum dirancang, diimplementasikan (dilaksanakan) dan dikendalikan (dievaluasi
dan disempurnakan), oleh siapa, kapan, dan dalam lingkup mana.1
Pendidikan Agama Kristen mengajarkan setiap orang Kristen untuk mengenal
Tuhan Yesus dengan dasar iman yang benar. Proses belajar mengajar yang alkitabiah,
dengan kuasa Roh Kudus dan berpusatkan pada Kristus. Pendidikan Agama Kristen
juga merupakan suatu usaha untuk membimbing setiap pribadi agar dapat bertumbuh
sesuai dengan dasar kristen melalui cara-cara mengajar yang cocok agar mengetahui
dan mengalami maksud dan rencana Allah.2 Jadi sudah seharusnyalah PAK di dalam
gereja dikembangkan guna membimbing jemaat-jemaat supaya mengenal ajaran-
ajaran dari agama Kristen dan mempraktekkan dalam keseharian hidup mereka
sehingga dapat membina suatu perilaku Kristen yang benar.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Manajemen Kurikulum
1. Pengertian Manajemen
Kata manajemen berasal dari kata bahasa Inggris management,3 yang
dikembangkan dari kata to manage, berarti mengatur atau mengelola. Kata manage
berasal dari bahasa Italia, maneggio, yang diadopsi dari bahasa Latin managiare, yang
berasal dari kata manus, yang artinya tangan.
1
Rusman, Manajemen Kurikulum, (Jakarta: Rajawali Press, 2009), 3.
2
E.G. Homrighausen, I.H Enklaar, Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008),
26.
3
Suharto Prodjowijono, Manajemen Gereja: Sebuah Alternatif, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008),
34
Secara epistemologi manajemen berarti suatu proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, dan pengendalian kegiatan
penggunaan sumber daya manusia dan benda dalam suatu organisasi agar tercapai
tujuan organisasi secara efektif dan efisien, dan memiliki fungsi sebagai perencanaan
(planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), dan pengawasan
(controlling)”4.
a. Perencanaan (planning)
Perencanaan (planning) merupakan suatu proses yang kompleks yang menuntut
berbagai jenis dan tingkat pembuatan keputusan. Artinya, perencanaan kurikulum
berfungsi sebagai suatu pedoman atau pentunjuk tentang jenis dan sumber yang
diperlukan, media pembelajaran yang harus digunakan, tindakan-tindakan apa saja
yang diperlukan sumber biaya, tenaga, sarana prasarana, sistem monitori, dan
evaluasi, peran unsur-unsur ketenaga untuk mencapai tujuan pendidikan. Di samping
itu, pendorong untuk melaksanakan sistem pendidikan sehingga mencapai hasil yang
optimis.
b. Pengorganisasi (organizing)
Pengorganisasi (organizing) merupakan bentuk bahan pelajaran yang disusun dan
disampaikan kepada warga gereja dan merupakan suatu dasar yang penting dalam
pembinaan kurikulum yang berkaitan erat dengan tujuan pendidikan yang ingin
dicapai, karena bentuk kurikulum menentukan bahan pelajaran. Dalam proses ini,
pengajar tidak mengambil secara menyeluruh setiap materi yang diberikan, tetapi
bagaimana pengajar dapat mengolah kembali materi atau bahan pengajaran sesuai
konteks gereja yang ada.
c. Pelaksanaan (actuating)
Pelaksanaan (actuating) merupakan suatu kegiatan yang merealisasikan rencana
menjadi tindakan yang nyata dalam rangka mencapai suatu tujuan secara efektif dan
efisian. Melalui kegiatan manajemen yang efektif dan efisien, diharapkan dapat
memberikan peranan terhadap peningkatan kualitas pendidikan secara keseluruhan.
Pada fungsi ini dapat memotivasi pengajar untuk bekerja dengan sungguh-sungguh
supaya tujuan dari proses belajar mengajar dapat tercapai dengan efektif. Kemudian
dalam proses perencanaan dan perorganisasian, proses pelaksanaan yang sangat
penting, karena dalam fungsi ini adalah pengajar harus memperhatikan setiap proses
4
Suharto Prodjowijono, Manajemen Gereja; Sebuah Alternatif, (Jakarta: BPK gunung Mulia, 2008), 6-
7.
kegiatan yang berlangsung, kapan proses kegiatan berlangsung dan siapa saja target
dari proses kegiatan yang mengacu pada proses perencanaan.
d. Evaluasi
Evaluasi, pada proses ini menentukan tingkat perubahan yang terjadi pada hasil
belajar. Hasil tersebut biasanya diukur dengan tes, karena tujuannya untuk
meningkatkan tingkat perubahan yang terjadi, baik secara statistik maupun edukatif.
Sehingga berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu akan membuat suatu
keputusan. Kemudian dapat dikatakan bahwa fungsi ini merupakan proses pengujian
pada katekein dengan menggunakan ukuran-ukuran nilai khusus dengan tujuan untuk
dapat mencapai sasaran yang ditentukan dan sesuai. Jadi dapat disimpulkan, bahwa
tanpa evaluasi pengajar tidak dapat mengetahui bagaimana kondisi kurikulum tersebut
dalam rancangan, pelaksanaan serta hasil dari evaluasi. Manajemen yang di lakukan
di gereja tidak jauh beda dari manajemen sekuler, gereja adalah sebuah organisasi
sesuatu yang induk bertumbuh mengelola sesuatu yang berkembang, dinamis,
organisasi ilahi adalah orang sebagai pengelolanya, organisasi gereja merupakan
kehidupan bersama orang sekitarnya dan dipengaruhi lingkungan sekitarnya. Tanpa
manajemen yang baik dan transparan, sebuah gereja akan mengalami kesulitan dalam
mengembangkan fungsi-fungsinya sebagai gereja. Di dalam kehidupan manusia
sangat memerlukan manajemen, dapat kita lihat bahwa manajemen sangat di butuhkan
di dalam masyrakat terlebih khusus dalam kegiatan-kegiatan manusia di masyarakat
sehingga kita dapat melihat beberapa pengertian manajemen dari para ahli yang
mencoba menjelaskan mengenai apa itu manajemen. Menurut Dale Carnegie &
Associates mengatakan bahwa: “Manajemen dapat di defenisikan sebagai kemampuan
untuk mendapatkan hasil-hasil yang diinginkan melalui penggunaan yang efektif dari
sumber daya yang ada pada organisasi.”
5
Rusman, Manajemen Kurikulum; Seri II, (Jakarata: PT. Raja Grafindo Persada, 2009), 3.
6
Dian Wijayanto, Pengantar Manajemen, (Jakarta: Gramedia, 2012), 2-4.
7
Ibid, 4.
B. Pengertian Kurikulum Pendidikan Agama Kristen
1. Pengertian Kurikulum
Istilah kurikulum berasal dari bahasa Latin curriculum, artinya jarak yang harus
ditempuh. Pada masa Yunani dahulu istilah kurikulum digunakan untuk menunjukkan
tahapan-tahapan yang dilalui atau ditempuh oleh seorang pelari dalam lomba estafet
yang dikenal dalam dunia atletik. Kemudian mengalamin perkembangan sehingga
istilah ini meluas dan merambah ke dunia pendidikan hingga sampai sekarang.8 Di
Indonesia istilah kurikulum mulai terkenal sejak tahun lima puluhan, awalnya
menggunakan istilah rencana pelajaran. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata
kurikulum berarti, seperangkat atau sistem rencana dan pengaturan mengenai isi dan
bahan pembelajaran dalam proses belajar mengajar. 9 Berhasil atau tidaknya suatu
proses pengajaran dapat dilihat pada perencanaan kurikulum yang di pakai sebagai
pedoman dari pengajaran tersebut. Kurikulum juga merupakan upaya yang dilakukan
sekolah untuk mempengarungi siswa agar dapat belajar dengan baik didalam ruangan
kelas maupun di luar sekolah. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kurikulum adalah suatu
rangkaian proses yang mengupayakan pembelajaran mengenai isi, tujuan dalam
pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan pada pendidikan. Bagi gereja, kurikulum
berfungsi untuk membantu warga jemaat mengembangkan pribadinya ke arah tujuan
pendidikan Agama Kristen yaitu untuk memelihara kehidupan Kristen dalam iman
akan Kristus.
8
Sarinah, Pengatar Kurikulum, (Yogyakarta: Deepublish, 2015), 7.
9
Ibid 2-8.
gereja, sehingga prinsip-prinsip dasar dalam membuat kurikulum yang berorientasi
kearah konteks, ruang lingkup, tujuan dan proses. Ia juga mengatakan bahwa
pendidikan Kristen bukan hanya di gereja tetapi juga menyangkut seluruh aktivitas
orang Kristen. Oleh karena itu, ketika membuat sebuah kurikulum harus menyentuh
dan memberikan dampak kepada orang-orang di sekeliling.
Soemanto mengemukakan bahwa ada empat komponen kurikulum, yaitu10:
1. objective (tujuan)
2. Knowledges (isi atau materi)
3. School learning experiences (interaksi belajar mengajar di sekolah)
4. Evaluation (penilaian)
Menurut Chester O. Gallowey konsep kurikulum seseorang dipengaruhi oleh
filsafat pendidikan, ajaran teologi, pemahaman psikologis dan sosiologisnya, dan oleh
warisan historisnya. ada beberapa istilah kurikulum yang terkait di dalamnya.
Pertama, kurikulum ideal, atau kurikulum tertulis, dalam bentuk rancangan atau
pedoman kurikulum. Biasanya memuat tema-tema atau pokok bahasan, tujuan,
sumber belajar, rancangan detail bahan pengajaran, usulan metode, alokasi waktu dan
susunan (organisasi).
Kedua, kurikulum yang nyata di dalam interaksi belajar atau kegiatan sekolah
ataupun gereja. Bentuk kurikulum ini dimulai dari desain pembelajaran yang memuat
tujuan instruksional, topik-topik yang akan dipelajari, sumber belajar dan media,
langkah-langkah kegiatan belajar-kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup,
selanjutnya diakhiri dengan evaluasi dan penugasan. Atas dasar rancangan itu, guru
atau pengajar (di gereja) mengelola kegiatan belajar bersama peserta didiknya.
Ketiga, Kurikulum terselubung (hidden curriculum), terkait dengan apa yang
muncul dalam kegiatan belajar namun tidak tertulis dalam pedoman kurikulum
maupun dalam pedoman pembelajaran. Menuerut Nasution, hal-hal yang terkait
dengan hidden curriculum ini sebagai berikut: “Murid-murid mempunyai aturan-
aturan sendiri sebagai reaksi terhadap kurikulum yang formal seperti tentang
membuat pekerjaan rumah, menjadi juara kelas, sikap terhadap guru, dan
sebagainya.11
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kurikulum adalah
suatu perencanaan yang sistematis dalam hal menyampaikan ilmu pengetahuan
10
Johanes W. Hasugian, Kurikulum dan Pembelajaran Warga Jemaat Dewasa di Gereja, Jurnal
Kurios, Vol 5, No 1 (2019), diakses pada Senin, Pukul 15.00 WITA.
11
Ibid.
ataupun keahlian berdasarkan suatu tujuan jelas, materi yang tepat serta proses yang
benar dan bisa dievaluasi untuk mengetahui sejauh mana kegiatan tersebut berhasil.
Hamid Hasan (1988) mengemukakan bahwa konsep kurikulum dapat ditinjau
dalam empat dimensi, yaitu:
a. Kurikulum sebagai suatu ide; yang dihasilkan melalui teori-teori dan penelitian,
khususnya dalam bidang kurikulum dan pendidikan.
b. Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis, sebagai perwujudan dari kurikulum
sebagai suatu ide; yang didalamnya memuat tentang tujuan, bahan, kegiatan, alat-
alat, dan waktu.
c. Kurikulum sebagai suatu kegiatan, yang merupakan pelaksanaan dari kurikulum
sebagai suatu rencana tertulis dalam bentuk praktek pembelajaran.
d. Kurikulum sebagai suatu hasil yang merupakan konsekwensi dari kurikulum
sebagai suatu kegiatan, dalam bentuk ketercapaian tujuan kurikulum yakni
tercapainya perubahan perilaku atau kemampuan tertentu dari para peserta didik.
4. Manfaat Kurikulum13
1. Manfaat Kurikulum bagi Pengajar (Pendeta, Penatua, Diaken, Pengajar lainnya)
- Kurikulum sebagai pedoman bagi Pendeta, Penatua, Diaken, atau Pengajar
lainnya dalam merancang, malaksanakan, dan menilai kegiatan pembelajaran
PAK.
- Membantu Pendeta, Penatua, Diaken, Pengajar lain untuk memperbaiki situasi
belajar.
- Membantu Pendeta, Penatua, Diaken, Pengajar lain dalam menunjang situasi
belajar ke arah yang lebih baik.
- Membantu Pendeta, Penatua, Diaken, Pengajar lain dalam mengadakan
evaluasi kemajuan kegiatan belajar mengajar.
- Mendorong Pendeta, Penatua, Diaken, Pengajar lain untuk lebih kreatif dalam
penyelenggaraan program pendidikan.
2. Manfaat Kurikulum bagi Jemaat
- Kurikulum dapat dijadikan pedoman atau standar bagi orang tua dalam
membimbing anaknya untuk hidup takut akan Tuhan, selain itu juga orang
bagi orang tua dapat lebih memahami tentang tugas dan perannya sebagai
orang tua dalam memenihi kehidupan keluarga baik jasmani dan rohani.
- Kurikulum memungkinkan semua anggota jemaat untuk ikut berpartisipasi
dalam mengembangkan dan menyempurnakan program Pendidikan Agama
12
S.Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, (Jakarta: Bumi Askara, 2006), 56.
13
Markus Oci, Implikasi Misiologi dalam Pengembangan Kurikulum Agama Kristen di Gereja Lokal,
https://www.academia.edu/39662831/Implikasi_Misiologi_Dalam_Pengembangan_Kurikulum_Agama_Kristen
_di_Gereja_Lokal, Jurnal Fidei, Vol. 2. No.1 (Juni 2019), diakses pada Minggu, Pukul 09:00 WITA.
Kristen dalam lingkup gereja, yaitu melalui kritik dan saran yang membangun
untuk seluruh jemaat.
14
Marthen Lengkong, Kurikulum dalam Alkitab,
https://www.academia.edu/15707221/Kurikulum_Dalam_Alkitab, diakses pada Selasa, Pukul 13.00 WITA.
15
Markus Oci, Implikasi Misiologi dalam Pengembangan Kurikulum Agama Kristen di Gereja Lokal,
https://www.academia.edu/39662831/Implikasi_Misiologi_Dalam_Pengembangan_Kurikulum_Agama_Kristen
_di_Gereja_Lokal, Jurnal Fidei, Vol. 2. No.1 (Juni 2019), diakses pada Selasa, Pukul 10:20 WITA.
Pendidikan Agama Kristen adalah proses pembelajaran yang sengaja dan sadar
di ajarkan kepada peserta didik dalam hal ini adalah jemaat gereja dalam segala usia
yakni: anak-anak, remaja, pemuda dan orang dewasa. Pendidikan Agama Kristen
sebagai proses pendidikan yang merupakan usaha dasar oleh pengajar yang ditujukan
kepada jemaat gereja, dalam kiatan proses pembelajaran yang berisikan ajaran-ajaran,
nilai-nilai kekristenan serta penekanannya kepada ketiga aspek pendidikan yaitu:
1. Kognitif (pengetahuan),
2. Afektif (sikap),
3. Psikomotor (skill dan keterampilan).
Semuanya haruslah berlandaskan kepada kebenaran Firman Tuhan (Alkitabiah)
atau berdasarkan kepada iman Kristen. S. Nasution menjelaskan pengertian
kurikulum lebih mendalam dan lebih luas pengertiannya, yakni: “Kurikulum
dipandang sebagai suatu rencana disusun untuk melancarkan proses-belajar mengajar
dibawah bimbingan dan tanggungjawab sekolah atau lembaga pendidikan berserta
stap pengajarnya.”16
c. Landasan Psikologis
16
S.Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, 5.
17
Johanes W. Hasugian, Kurikulum dan Pembelajaran Warga Jemaat Dewasa di Gereja, Jurnal
Kurios, Vol 5, No 1 (2019), diakses pada Senin, Pukul 19.00 WITA.
Terdapat dua bidang psikologi yang mendasari pengembangan kurikulum yaitu
(1) psikologi perkembangan dan (2) psikologi belajar. Psikologi perkembangan
merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu sebagai warga
gereja berkenaan dengan perkembangannya. Psikologi belajar merupakan ilmu
yang mempelajari tentang perilaku warga gereja dalam konteks belajar. Psikologi
belajar mengkaji tentang hakekat belajar dan teori-teori belajar, serta berbagai
aspek perilaku individu lainnya dalam belajar, yang semuanya dapat dijadikan
sebagai bahan pertimbangan sekaligus mendasari pengembangan
kurikulum. Pendidikan Agama Kristen di gereja diyakini dapat mendidik setiap
warga gereja sehingga bertumbuh ke arah yang lebih baik dan lebih memahami
tentang kebenaran akan firman Allah.
d. Landasan Sosial
Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan. Sebagai suatu
rancangan, kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan. Pendidikan
Agama Kristen merupakan usaha mempersiapkan para warga gereja untuk hidup
dalam bermasyarakat secara umum. Tentunya sebagai makhluk sosial warga
geraja tidak bisa hidup sendiri dan tentunya membutuhkan orang lain. Oleh
karena itu PAK juga mengajarkan para warga gereja untuk hidup taat dan baik
sebagai anggota masyarakat sehingga menjadi teladan bagi masyarakat yang
lainnya.
e. Landasan Ilmu Pengetahuan
Pada awalnya, ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia masih relatif sederhana,
namun sejak abad pertengahan mengalami perkembangan yang pesat. Hal ini
dikarenakan banyaknya penemuan teori-teori baru yang terus berlangsung hingga
saat ini dan dipastikan kedepannya akan terus semakin berkembang. Akal
manusia telah mampu menjangkau hal-hal yang sebelumnya merupakan sesuatu
yang tidak mungkin. Kemajuan cepat dunia dalam bidang informasi dan
teknologi dalam dua dasa warsa terakhir telah berpengaruh pada peradaban
manusia melebihi jangkauan pemikiran manusia sebelumnya. Pengaruh ini
terlihat pada pergeseran tatanan sosial, ekonomi dan politik yang memerlukan
keseimbangan baru antara nilai-nilai, pemikiran dan cara-cara kehidupan yang
berlaku pada konteks global dan lokal.
8. Prinsip dalam Pendidikan Agama Kristen18:
a. Learning to know
Learning to know berhubungan dengan kempampuan kognitif peserta didik
dalam hal ini anggota jemaat. Kognitif dari anggota jemaat harus dirangsang untuk
mampu berpikir, menganalisa, dan menginterpretasikan. Kaitannya dengan PAK,
pengajar (baik gembala atau pelayan lainnya) bertugas untuk membuat bahan
pembelajaran dari Alkitab yang bisa merangsang kemampuan anggota jemaat yang
akhirnya bisa menginterpretasikan dalam kehidupannya. Anggota jemaat
dimampukan untuk mengetahui segala sesuatu tentang dirinya sendiri, dunianya,
sesama, lingkungannya, dan pengetahuan akan Allah serta segala firman-Nya.
b. Learning to do
Pengetahuan anggota jemaat yang telah diperolehnya dalam proses belajar
diarahkan untuk mengaplikasikannya. Mereka harus belajar untuk melakukan firman
Tuhan. Dengan demikian mereka dapat menjadi garam dan terang bagi dunia sebagai
orang beriman.
c. Learning to be
Learning to be menekankan pada pengembangan potensi kepribadiannya.
Anggota jemaat diarahkan untuk memiliki integritas hidup ditengah masyarakat.
Sebagi murid Kristus, anggota jemaat diharapkan mampu hidup seperti karakter
Tuhan Yesus.
d. Learning to life together
Anggota jemaat adalah makhluk individu yang hidup ditengah makhluk sosial.
Berhubung karena hidup ditengah makhluk sosial maka mereka membutuhkan orang
lain. Orang lain merupakan objek pengaplikasian kasih Allah dalam kehidupan sehari-
hari.
e. Pembentukan Spiritualitas,
Pembentukan spiritualitas adalah dimana seorang anggota jemaat yang memiliki
spiritualitas yang bagus maka ia ampu memahami makna keberadaannya dan
bagaimana ia berperan menjadi berkat bagi orang jemaat lain serta memuliakan Allah.
18
John. M. Nainggolan, Menjadi Guru Agama Kristen, (Bandung: Generasi Info Media, 2007), 12.
9. Pendidikan Agama Kristen menurut Alkitab
Pendidikan agama dimulai ketika agama sendiri muncul dalam hidup manusia.
Pendidikan Agama Kristen berpangkal kepada persekutuan umat Tuhan di dalam
Perjanjian Lama. Dimulai dengan terpanggilnya Abraham menjadi nenek-moyang
umat pilihan Tuhan, bahkan PAK berpokok kepada Allah sendiri, karena Allah yang
menjadi pendidik Agung bagi umat-Nya. Oleh karena itu untuk menemukan akar-akar
dari PAK, haruslah menggali dalam Alkitab, tempat Tuhan menyatakan rahasia
keselamatan-Nya kepada bangsa Israel. Alkitab merupakan satu-satunya sumber
pengetahuan kita mengenai rancangan keselamatan itu, dan Alkitablah yang
melukiskan dengan terang bagaimanakah wujud dan maksud pendidikan agama itu.
Di dalam kitab-kitab Perjanjian Lama tersimpan kesaksian mengenai perkara-perkara
yang mahaamgung, yang telah dialami umat Tuhan dibawah pimpinan-Nya sepanjang
sejarah hidup mereka. Perbuatan-perbuatan Tuhan yang hebat itu sangatlah perlu
untuk disampaikan dan dijelaskan pula kepada tiap-tiap keturunan yang baru, dan
sebab itu dituliskan dalam kitab Perjanjian Lama. Begitupun dengan kitab Perjanjian
Baru. Segala kitabnya ditulis dengan tujuan tertentu, ialah untuk mengajarkan kepada
umat Kristen tentang penyataan Allah dalam Yesus Kristus dan pengaruhnya bagi
hidup manusia. Kitab-kitab Injil hendak memelihara tradisi lisan mengenai pekerjaan
dan pemberitaan Tuhan Yesus, agar rohani jemaat Kristen dibangunkan, imannya
diperkokoh dan pengetahuannya akan Juruselamat itu diperdalamkan. Dan surat-surat
Rasul Paulus, menyinggung pelbagai masalah yang perlu diterangkan kepada jemaat.
Paulus dengan tidak mengenal lelah senantiasa berupaya untuk mendidik jemaat
Kristen dalam segala soal iman dan kesusilaan Kristen.19
Nabi Natan juga menjadi pembina atau pengajar raja Daud. Nabi Samuel
menjadi pengajar dan penasihat raja Saul, Elia menjadi pengajar bagi raja Ahab. Elia
juga mengangkat dan membina Elisa, Nabi Yesaya juga mengajar dan menasihati raja
Hizkia, Yeremia juga menjadi sahabat dan mentor bagi Barukh serta menjadi
penasihat raja Zedekia. Imam dan ahli Taurat Ezra juga berperan sebagai pengajar
kitab suci bagi umat Israel yang kembali dari pembuangan Babel, serta Yesus yang
membina para murid dengan menjelaskan kebenaran kitab suci, rasul Paulus juga
berperan sebagai pengajar, yaitu kepada tua-tua jemaat di Efesus dan mendirikan
pembinaan khusus bagi sejumlah murid Tuhan, rasul Petrus memberikan nasihat bagi
para istri dan suami supaya mereka membangun keluarga yang harmonis. Kepada tua-
19
E.G. Homrighausen, Pendidikan Agama Kristen, 2.
tua dalam gereja Petrus juga memberikan pengajaran (1 Ptr. 5:1-5), rasul Yohanes
membina warga jemaat melalui surat 1, 2, 3 Yohanes.20
a. Perjanjian Lama
Nenek moyang kaum Israel, Abraham, Ishak dan Yakub menjadi guru bagi
seluruh keluarganya. Sebagai bapak-bapak dari bangsanya, mereka bukan saja
menjadi imam yang merupakan pengantara antara Tuhan dengan umat-Nya, tetapi
juga menjadi guru yang mengajarkan tentang perbuatan-perbuatan Tuhan yang mulia
itu dengan segala janji Tuhan yang membawa berkat kepada Israel turun menurun.
Tuhan dalam memilih dan memanggil Abraham dari jauh untuk melayani kehendak-
Nya yang agung itu guna keselamatan seluruh umat manusia. Bimbingan dan maksud
Tuhan itu perlu dijelaskan kepada segala anak cucunya.21
Ishak meneruskan pengajaran yang penting itu dan kemudian anaknya Yakub
pula menanamkan segala perkara ini ke dalam batin anak-anaknya. Yusuf menyimpan
pelajaran-pelajaran itu di dalam hatinya kemana saja ia pergi, biar dalam pengasingan
sekalipun, sehingga pengetahuan akan janji-janji Tuhan itu tetap terpelihara oleh
bangsa Israel. Tuhan telah memasuki hidup mereka, oleh karena Tuhan mau untuk
memakai bangsa itu sebagai alat-Nya. Musa dipilih pula oleh Tuhan untuk
membebaskan umat-Nya dari penindasan. Musalah yang diangkat menjadi panglima
dan pemimpinnya, tetapi juga menjadi guru dan pemberi hukum-hukum bagi mereka.
Setiap keturunan orang Israel menyampaikan pula segala Pengajaran dan peraturan itu
kepada keturunan yang berikut. Proses ini berlangsung terus menerus, beratus-ratus
tahun lamanya.
b. Perjanjian Baru
Di dalam kitab perjanjian Baru, Tuhan Yesus juga menjadi seorang guru yang
Agung. Keahlian-Nya sebagai seorang guru umumnya diperhatikan dan dipuji oleh
rakyat Yahudi; mereka dengan sendirinya menyebut Dia “Rabi”. Ini merupakan satu
gelar kehormatan, yang menyatakan betapa ia disegani dan dikagumi sebagai seorang
pengajar yang mahir dalam segala soal ketuhanan. Sebab Ia mengajar mereka
20
Johanes W. Hasugian, Kurikulum dan Pembelajaran Warga Jemaat Dewasa di Gereja, Jurnal
Kurios, Vol 5, No 1 (2019), diakses pada Senin, Pukul 19.00 WITA.
21
E.G. Homrighausen, 2.
“sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat yang biasa mengajar
mereka” (Mat. 7:29).22
Tuhan Yesus sebagai seorang guru mengajar di mana saja; di atas bukit, dari
dalam perahu, disisi orang sakit, di tepi sumur, di rumah yang sederhana dan di rumah
orang kaya, di depan pembesar-pembesar agama dan pemerintah komang bahkan
sampai di kayu salib sekalipun. Tuhan tidak memerlukan sekolah atau gedung yang
tertentu untuk mengajar namun tiap-tiap keadaan dan pertemuan dipergunakannya
untuk memberitakan Firman Allah. Dalam pengajarannya Tuhan tidak terikat pula
pada waktu tertentu baik siang atau malam.23
Tuhan Yesus dalam pengajarannya menggunakan banyak metode, contohnya;
bercerita, tanya jawab, perumpamaan dan sebagainya. Dalam pengajarannya, Yesus
sering memakai perumpamaan-perumpamaan (Mat. 13:1-9; 18-23). Pada saat Ia
mengemukakan pertanyaan-pertanyaan, yang kemudian menjadi bahan pengajaran-
Nya. Bisa menjadi suatu percakapan dan berkembang menjadi pengajaran yang indah.
Pengajaran yang Yesus dilakukan juga adalah perasaan ia membasuh kaki murid
muridnya untuk mengajarkan mereka supaya rendah hati atau pada saat ia memeluk
anak anak dan memberkati mereka, menjadi teguran bagi murid-murid-Nya.
Pada umumnya seluruh kehidupan Yesus merupakan pengajaran sampai pada saat
yang terakhir, karena justru dalam sengsara dan kematian-Nya Ia mengajarkan kepada
kita semua tentang satu-satunya jalan keselamatan bagi manusia berdosa adalah
pembelian diri-Nya sebagai penebusan dosa.24
22
Ibid, 5.
23
Ibid, 6.
24
Ibid, 6.
25
Timotius Sukarman, Gereja: yang Bertumbuh & Berkembang, (Yogyakarta: ANDI, 2012), 86-87.
- Retreat
- Kunjungan kerumah-rumah (misalnya, jemaat yang sakit atau meninggal
dunia).
- PA Lapangan
- Warga jemaat ikut serta dalam kegitan kemasyarakatan yang positif.
- Khotbah Pendeta
- Kunjungan terhadap orang yang membutuhkan bantuan atau terkena bencana
alam.
- Ceramah
- Perjamuan kudus
- Pelayanan
- Bersekutu, bersaksi, dan melayani
- Membantu anak-anak yang ada di panti asuhan/ pantu werdah.
27
Johanes W. Hasugian, Kurikulum dan Pembelajaran Warga Jemaat Dewasa di Gereja, Jurnal
Kurios, Vol 5, No 1 (2019), diakses pada Senin, Pukul 20.00 WITA.
28
Yudrik Jahja, Perkembangan Psikologi, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2011), 220.
29
Sumadi Suryabrata, Psikologi Kepribadian, (Jakarta: Rajawali Press, 2006), 290.
Pendidikan Agama Kristen untuk remaja merupakan pendidikan yang
menyadarkan setiap remaja akan Allah dan kasih-Nya dalam Yesus Kristus, agar
mereka mengetahui diri mereka yang sebenarnya. Pendidikan ini bertujuan untuk
menjadikan remaja bertumbuh sebagai anak Allah dalam persekutuan Kristen,
memenuhi panggilan bersama sebagai murid Yesus di dunia dan tetap pada
pengharapan Kristen. Kaum remaja harus mengenal Yesus Kristus dan jika sudah
mengenal Dia, harus rela memutuskan segala ikatan lain untuk mengikut dan
melayani Yesus. Jika remaja mau dipakai oleh Tuhan bagi pekerjaan-Nya, maka
justru merekalah yang dapat menjadi alat yang sangat berguna untuk membangun
kerajaan-Nya di antara umat manusia.
KESIMPULAN
Manajemen kurikulum adalah sebuah perencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta bahan yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut.
Sama halnya dengan pendidikan yang dijumpai disekolah yang harus tersusun secara
matang begitu pun dengan Pendidikan Agama Kristen dalam Gereja. Begitu besar
pentingnya peran dari Pendidikan Agama Kristen dalam gereja, dimana para anggota
jemaat dibina agar selalu bertumbuh di dalam Kristus. Oleh karena itu agar
Pendidikan Agama Kristen dapat terarah maka dibutuhkan kurikulum yang tepat
sehingga proses pengajaran dapat berjalan dengan baik. Pengajaran Pendidikan
Agama Kristen bersumber dari Alkitab, sehingga yang diajarkan kepada seluruh
anggota jemaat haruslah tepat sesuai dengan firman Allah.