Anda di halaman 1dari 27

Nama : Jenni Siregar

Nim : 1803190014
M.K : Manajemen Gereja
Dosen : Dr. Joys Anneke Rantung, M.Th
PERILAKU KELOMPOK KATEGORIAL DALAM GEREJA

Pendahuluan

Setiap individu dalam kehidupannya mempunyai kepentingan dan tujuan tertentu yang
berbeda antarindividu yang satu dengan individu yang lain. Sehinga dengan sifat dan
karakteristik setiap individu yang berbeda-beda, tentunya akan mempunyai potensi yang
besar pula apabila diwujudkan ke dalam suatu kepentingan dan tujuan bersama dalam
kelompok. Dengan alasan tersebut, dapat dilihat berbagai bentuk kelompok yang pada saat ini
dengan kepentingan dan tujuan yang berlainan. Eksistensi suatu kelompok sebenarnya
bersifat informal, berbeda dengan eksistensi suatu organisasi yang lebih bersifat formal.
Dalam kehidupan suatu kelompok, sudah tertentu tidak terlepas dari adanya perilaku setiap
individu. Akan tetapi justru dibalik perberdaan itu tersimpan suatu kekuatan yang besar
ketika terakumulasi ke dalam kelompok. Setelah setiap individu masuk ke dalam kepentingan
dan tujuan kelompok, maka perlilaku mereka akan menjadi perilaku kelompok untuk
kebersamaan. Untuk mengetahui perilaku kelompok tersebut, berikut ini akan dikemukakan
hakikat perilaku, kelompok kategorial, jenis-jenis kelompok, klasifikasi kelompok, alasan
seseorang membentuk kelompok, tahapan di dalam kelompok.1

A. Hakikat Perilaku
1. Pengertian Perilaku

Perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas dari pada manusia itu sendiri,
perilaku juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara
langsung atau tidak langsung dan hal ini berarti bahwa perilaku terjadi apabila ada sesuatu
yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi yakni yang disebut rangsangan, dengan demikian
suatu rangsangan tertentu akan menghasilakan reaksi perilaku tertentu. 2 Menurut Skinner
perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap rangsangan dari luar (stimulus).
Perilaku dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu :
1
Veitsal Rivai Zainal, Mulaiman Darmansyah Hadad, Mansyur Ramly, Kepemimpinan dan Perilaku
Organisasi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2017), 191.

2
http://digilib.uinsby.ac.id/274/5/Bab%202.pdf, diakses tgl 31 Maret 2020, pukul 19.17 WIB.
1. Perilaku tertutup (covert behaviour), perilaku tertutup terjadi bila respons terhadap
stimulus tersebut masih belum bisa diamati orang lain (dari luar) secara jelas.
Respon seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, dan
sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. Bentuk “unobservabel behavior´atau
“covert behavior” apabila respons tersebut terjadi dalam diri sendiri, dan sulit
diamati dari luar (orang lain) yang disebut dengan pengetahuan (knowledge) dan
sikap (attitude).
2. Perilaku Terbuka (Overt behaviour), apabila respons tersebut dalam bentuk
tindakan yang dapat diamati dari luar (orang lain) yang disebut praktek (practice)
yang diamati orang lain dati luar atau “observabel behavior”. Perilaku terjadi
melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme
tersebut merespon. Berdasarkan batasan dari Skinner tersebut, maka dapat
didefinisikan bahwa perilaku adalah kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh
seseorang dalam rangka pemenuhan keinginan, kehendak, kebutuhan, nafsu, dan
sebagainya.

Sedangkan menurut Soekidjo Notoatmojo perilaku adalah suatu aktivitas dari manusia
itu sendiri. Dari pendapat diatas disimpulkan bahwa perilaku (aktivitas) yang ada pada
individu tidak timbul dengan sendirinya, tetapi akibat dari adanya rangsang yang mengenai
individu tersebut.3 Perilaku seseorang pekerja dapat menentukan keberhasilan atau prestasi
kerja, baik secara individu maupun kelompok. Prestasi seseorang dalam suatu organisasi
tergantung kepada efektivitas dirinya sendiri, kecakapan teknisnya, pengalaman majerialnya
juga peran yang dimainkan dalam organisasi. Perilaku adalah semua yang dilakukan
seseorang, contohnya : berbicara kepada seseorang, mendengarkan seseorang teman kerja,
membaca buku dan lain-lain. Bentuk tingkah laku manusia adalah segala aktifitas, perbutaan
dan penampilan dari sepanjang hidupnya. Bentuk tingkah laku manusia adalah aktifitas
individu dengan relasinya dalam lingkungannya.4

2. Pengertian Kelompok

3
https://eprints.uny.ac.id/7507/2/BAB%202.pdf, diakses tanggal 31 Maret 2020, pukul 19.30 WIB.

4
Veitsal Rivai Zainal, Mulaiman Darmansyah Hadad, Mansyur Ramly, Kepemimpinan dan Perilaku
Organisasi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2017), 192.
Kelompok adalah kumpulan individu dimana perilaku dan atau kinerja suatu anggota
dipenggaruhi oleh perilaku dan atau prestasi anggota lainya. Kelompok dapat pula di
defenisikan sebagai dua individu atau lebih yang berintraksi dan saling bergantung untuk
mencapai sasaran-sasaran tertentu. Jadi perilaku kelompok adalah semua kegiataan yang
dilakukan dua atau lebih individu yang berintraksi dan saling mempegaruhi dan saling
bergantung untuk menghasilkan prestasi yang positif, baik untuk jangka panjang dan
pertumbuhan diri.5

3. Cara terbentuknya Kelompok

Manusia adalah makluk sosial, manusia senang berintraksi dengan orang lain, ketika
orang menyukai dan berintraksi dengan pihak lain, mereka cenderung percaya, menjadi lebih
terbuka dan bijaksana. Jika hal ini terjadi dalam kelompok maka dalam suatu perkerjaan akan
lebih mudah memahami dan struktur kelompok menjadi lebih baik. Perilaku manusia
sebagaian besar ialah perilaku yang dibentuk dan dapat dipelajari, berkaitan dengan itu
Walgito (2003) menerangkan beberapa cara terbentuknya sebuah perilaku seseorang adalah
sebagai berikut :

a. Kebiasaan,
terbentuknya perilaku karena kebiasaan yang sering dilakukan, misal menggosok gigi
sebelum tidur, dan bangun pagi sarapan pagi.
b. Pengertian (insight) terbentuknya perilaku ditempuh dengan pengertian, misalnya bila
naik motor harus menggunakan helm, agar jika terjadi sesuatu dijalan, bisa sedikit
menyelamatkan anda.
c. Pengguanaan model, pembentukan perilaku melalui ini, contohnya adalah ada
seseorang yang menjadi sebuah panutan untuk seseorang mau berperilaku seperti
yang ia lihat saat itu.6
B. Kelompok Kategorial

Kelompok kategorial adalah kelompok yang berdiri di bawah naungan gereja yang
menawarkan kegiatan tambahan bagi jemaat yang ingin menjadi lebih aktif dari hanya
sekedar mengikuti ibadah saja. Dengan mengikuti kelompok kategorial jemaat dapat menjadi
semakin dekat dengan agamanya. Kelompok kategorial itu sendiripun terdiri dari beberapa

5
Viethazal Rivai Zainal dkk, Op. Cit., 192.

6
Ibid,.192.
kelompok lagi yang merupakan kelompok terpisah satu sama lain. Kelompok – kelompok ini
menawarkan bermacam cara yang bertujuan untuk membuat jemaat menjadi lebih dekat lagi
dengan agamanya.

Dengan kata lain kelompok – kelompok kategorial menjadi semacam kegiatan tambahan
untuk para jemaat untuk melengkapi, lebih memperdalam dan lebih mengerti ajaran – ajaran
agama yang sudah jemaat dapatkan di dalam ibadah harian. Di Gereja terdapat kelompok
yang menjadi bagian dari kelompok kategorial tersebut dimana salah satunya adalah
Persekutuan Doa merupakan salah satu kelompok yang menjadi bagian dari kelompok
kategorial yang berada di Gereja.7

C. Klasifikasi Kelompok

Suatu kelompok dapat diklasifikasikan menjadi yaitu:

1. Kelompok formal
Yaitu suatu kelompok yang didefinisikan oleh struktur organisasi. Contoh presiden
dengan staff menterinya, ketua DPR dengan anggota komisi.
2. Kelompok informal
Suatu kelompok yang terstruktur atau tidak terstruktur secara formal atau tidak
ditetapkan secara organisasi, muncul sebagai tanggapan terhadap kebutuhan akan
kontak sosial. Contoh kelompok organisasi yang ada di dalam masyarakat: kelompok
arisan, kelompok koor dalam gereja.

Sub klasifikasi kelompok

a. Kelompok komando ditentukan oleh bagan organisasi


Contoh : seorang manajer dengan bawahanya, kepala sekolah, guru, dan karyawan
b. Kelompok tugas ditetapkan secara organisasional yang mewakili mereka yang bekerja
bersama-sama untuk menyelesaikan tugas pekerjaan, contoh ketua serikat buruh
Indonesia, staff pembantu kepala sekolah
c. Kelompok persahabatan yaitu mereka yang digabungkan bersamaa-sama kerana
mereka berbagi satu karakteristik atau lebih. Contoh kelompok alumni.
Ada beberapa variabel struktur kelompok yaitu:

7
http://repository.maranatha.edu/13079/3/0930117_Chapter1.pdf, diakses tanggal 31 maret 2020 pukul
22.50 WIB.
1. Kepemimpinan Formal. Pemimpin hampir selalu ada dalam setiap kelompok
kerja, pemimpin ini mempunyai peran penting dalam keberhasilan kelompok
2. Peran . Masing-masing anggota memainkan suatu peran. Hasilnya akan baik bila
peran dimainkan dengan konsisten, tetapi sering kali seseorang dituntut untuk
memainkan sejumlah peran yang berbeda. Dalam berperan perilaku seseorang
akan identitas peran yang dia mainkan, dan orang tersebut juga harus
menyesuaikan tindakanya dengan situasi yang dihadapi.
3. Norma. Adalah standar perilaku yang diterima dengan baik dalam suatu kelompok
dan digunakan oleh semua anggota dalam kelompok tersebut. Norma di gunakan
untuk memengaruhi perilaku anggota dan norma tiap kelompopk akan berbeda
dengan norma kelompok lain.
4. Status. Ada posisi yang di defenisikan secara sosial yang di berikan kepada
kelompok atau anggota oleh orang lain. Status ada yanng formal dan informal.
Status mempengaruhi kekuatan norma dan tekanana dalam kelompok misalnya
seseorang mempunyai status tinggi di beri kebebasan lebih besar untuk
menyimpang norma yang telah ditetapkan oleh kelompok dibanding mereka yang
memiliki status lebih rendah.

Tugas- tugas kelompok yaitu :

a. Pengambilan keputusan kelompok.


Keputusan yang diambil dua orang kebih baik daripada yang diambil oleh satu
orang. Kenyataanya pada saaat ini banyak keputusan dalam organisasi yang
diambil oleh kelompok, tim, komite. Ada beberapa keuntungan dan kerugian dari
pengambilan keputusan berdasarkan kelompok yaitu:
1. Informasi dan pengetahuan lebih lengkap
2. Lebih banyak pendekatan dan alternatif dapat dikembangkan
3. Meningkatkan dukungan dan keputusan terhadap keputusan yang dibuat dan
dilaksanakan oleh kelompok

Kerugian kelompok

1. Menghabiskan waktu
2. Tekanan untuk sesuai
3. Dominasi oleh beberapa orang
4. Tanggung jawab benar
b. Teknik pengambilan keputusan kelompok
1. Intraksi
2. Sumbangan saran
3. Teknik kelompok nominal8
D. Sifat dan Karakteristik Kelompok
1. Sifat Kelompok

Sifat kelompok dapat dilihat melalui empat pandangan yaitu persepsi, sisi organisasi, sisi
motivasi dan sisi intraksi.

a. Kelompok dari sisi persepsi. Merupakan suatu kumpulan individu yang anggotanya
harus memerhatikan hubungan mereka dengan lainya, harus memandang keberadaan
masin-masing anggota dan keberdaan kelompoknya. Contoh sejumlah orang
berintraksi satu sama lain dalam pertemuan tatap muka atau serangkaian pertemuan,
dimana masing-masing anggota menerima kesan atau persepsi bertanya memberikan
reaksi satu sama lain sebagai seorang pribadi.
b. Kelompok dari sisi Organisasi. Merupakan suatu sistem terorganisasi yang terdiri
dari dua atau lebih individu yang saling berhubungan sehingga sistem menunjukkan
beberepa fungsi yang mempunyai standar dari peran hubungan di antara anggotanya
dan mempunyai sekumpulan norma-norma yang mengatur fungsi kelompok dan
masing-masing anggota.
c. Kelompok dari sesi motivasi. Merupakan sekelompok individu yang keberadaanya
sebagai suatu kumpulan yang menghargai individu, untuk mendapatkan kepuasan
dari kebutuhan mereka dalam kelompoknya. Menurut teori kebutuhan seseorang
mempunyai motivasi kalau dia belum mencapai tingkat kepuasan tertentu dengan
kehidupanya. Maslow memandang motivasi mannusia sebagnai hierarki.
d. Kelompok dari sisi intraksi. Merupakan sejumlah orang yang berkomunikasi satu
dengan lainya sering kali untuk lebih dari satu rentang waktu tertentu, dan mereka
dalam jumlah yang tidak terlalu banyak sehingga masing-masing orang dapat
berkomukasi dengan seluruhnya tidak melalui orang kedua atau orang lain tetapi
tatap muka. Pandangan ini menekankan pada intraski interpersonal (antarindividu).
Bila satu kelompok terdapat dalam suatu organisasi anggotanya maka:
1. Termotivasi untuk bergabung
2. Menggangap kelompok sebagai suatu kesatuan unit dari orang yang berintraksi
8
Viethazal Rivai Zainal dkk, Op. Cit., 216.
3. Berkontribusi dalam berbagai jumlah proses kelompok
4. Mencapai kesepakatan dan ketidaksepakatan melalui berbagai bentuk
interaksi.9
2. Karakteristik Kelompok

Ketika kelompok terlibat melalui berbagai tahap pengembangan mereka mulai


menampakkan karakteristik tertentu. Hal tersebut karena pada prinsipnya setiap individu
dalam kelompok mempunyai karakteristik tertentu yang akan menjadi karakteristik
kelompok. Pada intinya setiap individu dalam kelompok yang akan membawa karakteristik
kelompok. Untuk itu langkah pertama dalam mengelola tim atau kelompok secara efektif
aadalah mengetahui karakteristik kelompok umum sebagai berikut :

a. Struktur.
Di dalam setiap kelompok, beberapa tipe struktur terdapat dalam satu periode tertentu.
Anggota kelompok dibedakan atas faktor faktor dasar seperti keahlian, agresivitas,
kekuasaan dan status dan masing-masing anggota memiliki satu posisi dalam
kelompok. Strukutur kelompok merupakan pola hubungan di antara posisi. Dalam
banyak situasi, perbedaan status di antara posisi menciptakan struktur herarki
kelompok. Status dalam kelompok formal biasanya didasarkan pada posisi dalam
organisasi formal, sementara status dalam kelompok informal bisa didasarkan akan
sesuatu yang relevan pada kelompok (skor, kemampuan berkomunikasi, dan
manajemen).
b. Status hierarki
Status merupakan posisi atau peringkat yang didefinisikan secara sosial yang diberikan
kepada kelompok atau anggota oleh orang lain. Status ditunjukkan pada suatu posisi
tertentu umumnya adalah konsekuensinya dari karakteristik tertentu yang
membedakan posisi satu dari posisi lain. Misalnya seseorang diberikan status karena
faktor senioritas pekerjaan, umur atau kemampuan.
c. Peran
Peran adalah sekumpulan perilaku yang diatur diharapkan dari seseorang yang
menduduki posisi tertentu. Konsep peran penting memahami perilaku kelompok peran
di tunjukkan pada pola perilaku yang diharapkan menjadi sifat untuk posisi tertentu di
suatu organisasi. Suatu peran termasuk sikap dan nilai-nilai seperti halnya bentuk
perilaku tertentu. Peran merupakan apa yang harus di lakukan oleh seseorang guna
9
Ibid,.216.
mensahkan keberadaanya pada posisi tertentu. Contohnya peran dokter dan pasien
adalah tergantung seberapa besar ia melakukan peran yang secara kultural di
defenisikan untuk suatu posisi.
d. Norma
Norma adalah standar yang dihimpun oleh anggota kelompok yang mempunyai
karakteristik tertentu yang penting bagi kelompok. Norma dibentuk hanya berkaitan
pada hal yang berarti pada kelompok. Kedua norma di terima dalam berbagai tingkat
oleh anggota. Ketiga norma diterapkan ke setiap anggota atau hanya beberapa anggota
saja. contohnya kelompok mempunyai norma loyalitas dan komitmen di antara mereka
seperti keterlamabatan kerja, pakaian, dan lain-lain. Norma menjawab banyak
pertaanyaan tentang bagaimana kita harus bertingkah laku satu terhadap yang lain atas
dasa tugas sehari-hari dan dengan demikian kita bebas memusatkan perhatian pada
tuas-tugas yang lain. Contoh norma yang positif :
a. Melindungi gereja, atau perusahaan dari pihak lain
b. Selalu meningkatkan kompetensi diri dan melakukan dengan baik
c. Pemimpin yang peduli

Contoh norma yang negatif:

a. Mereka selalu mengambil keuntungan


b. Tidak ada alasan bekerja keras
c. Lebih baik menyimpan masalah dan menghindari penyelia
d. Menyembuyikan masalah
e. Kepemimpinan
Kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok memberi inspirasi dan
mengarahkan tindakan seseorang atau kelompok untuk mencapai tujuan yang
diharapkan. Peran kepemimpinan dalam kelompok merupakan karakteristik yang
penting. Pemimpin mempunyai pengaruh atas anggota kelompoknya. Dalam kelompok
formal pemimpin bisa menggunakan sanksi yang dilegitimasikan sedangkan dalam
kelompok informal merupakan faktor yang signifikan yang dianggap anggota berstatus
tinggi dan di hargai. Seseorang pemimpin yang baik menfokuskan dalam upaya
mengajak berkomunikasi yang mennciptakan, memerhatikan, dan memprakarsai
komitmen baru tindakan khususnya pada percakapan yang menjamin tindakan
efektivitas kerja sama di dalam organisasi.
f. Kohesivitas (kekompakan/kepaduan)
Solidaritas atau kekompakan merupakan indikator penting mengenai seberapa besar
pengaruh kelompok secara keseluruhan atas anggota secara individual. Semakin
kompak kelompok semakin kuay individu merasakan menjadi bagian kelompok
semakin besar pengaruhnya. Jika anggota terikat pada kelompok, kecil kemungkinan
mereka akan melanggar norma-normanya.10

E. Bentuk-Bentuk Kelompok
1. Kelompok Primer

Orang yang pertama merumuskan dan menganalisis suatu kelompok primer ini adalah
Charles H. Cooley. Kelompok primer adalah bersifat adanya keakraban, kerja sama dan
hubungan tatap muka. Mereka mengutamakan pengertian, tetapi pada pokoknya mereka
merupakan dasar dalam pembentukan sifat sosial dan cita-cita individu. Homas
mendefenisikan suatu kelompok adalah sejumlah orang yang berkomunikasi satu dengan
yang lainya melampaui rentang kendali waktu sehingga setiap orang mampu berkomunikasi
secara langsung bertatap muka dengan lainya dan tidak melalui perantara. Sering kali istilah
kelompok kecil (small grup) dan kelompok primer dipakai silih berganti. Secara teknis ada
perbedaanya. Kelompok kecikl dihubungkan dengan suatu kriteria ukuran jumlah anggota
kelompoknya, yakni kecil. Sedangkan suatu kelompok primer harus mempunyai suatu
keakraban kebersamaan, loyalitas dan mempunyai tanggapan yang sama atas nilai-nilai
daripada anggotanya. Contoh kelompok primer adalah keluarga dan kelompok kelega.11

2. Kelompok formal dan informal

Kelompok formal adalah suatu kelompok yang sengaja dibentuk untuk suatu tugas
tertentu. Sejumlah orang yang ditetapkan untuk melaksanakan suatu tugas tertentu
merupakan bentuk dari kelompok formal. Adapun kelompok informal adalalah suatu
kelompok yang tumbuh dari proses intraksi, daya tarik dan kebutuhan –kebutuhan seseorang.
Anggota kelompok tidak diatur dan diangkat, keanggotaan ditentukan oleh daaya tarik
bersama dari individu dan kelompok.

3. Kelompok terbuka dan tertutup

10
Ibid., 217.

11
Ibid., 205.
Kelompok terbuka adalah suatu kelompok yang secara tetap mempunyai rasa tanggap
akan perubahan dan pembaruan. Sedangkan kelompok tertutup adalah kelompok yang kecil
kemungkinannya menerima perubahan dan pembaharuan, mempunyai kecenderungan tetap
menjaga kestabilan. Perbedaan kelompok dilihat dari empat dimensi yaitu:

a. Perurubahan keanggotaan kelompok. Kelompok terbuka dapat dengan bebas


menerima dan melepas anggota anggotanya. Kelompok tertutup memelihara
kestabilan keanggotaan kelompok. Kelompok terbuka, anggota-anggota baru
mempunyai kekuasaan yang relatif lebih luas dibandingkan pada kelompok
tertutup.
b. Kerangka referensi
Perluasan kerangka referensi dalam kelompok terbuka yang dibawa oleh anggota
baru dapat menambah kreativitas. Sedangkan dalam kelompok tertutup karena
kestabilan keanggotan yang diutamakan maka kerangka referensinya sempit.
c. Perspektif waktu
Kelompok terbuka dalam perpektifwaktu ini lebih berpikir untuk masa sekarang
dan masa depan yang dekat. Berpikir jangka pendek adalah ciri dari kelompok
terbuka. Kelompok tertutup sebaliknya mampu memelihara dalam perspektif yang
berjangka panjang.
d. Keseimbangan
Keadaan suatu sistem yang menjaga kestabilan seyelah memporak-porandakan.
Kelompok terbuka lebih mengaraha kurang adanya keseimbangan dibandingkan
dengan kelompok yang stabil yakni kelompok tertutup. Kelompok terbuka
mempunyai mobilisasi yang tinggi terhadap penerimaan anggota baru yang
membawa ide-ide sehingga suatu sistem yang belum lama berjalan ada
kemungkinan berubah dengan cepat.12
4. Kelompok referensi. Kelompok referensi ialah setiap kelompok di mana seseorang
melakukan referensi atasnya, kelompok ini dapat dikatakan memberikan dua dua
fungsi bagi seseorang untuk evaluasi diri. Ada dua fungsi antara lain :
a. Fungsi perbandingan sosial
Dalam fungsi ini seseorang menilai dirinya dengana cara membandingkan dirinya
dengan orang lain
b. Fungsi pengesahan sosial

12
Ibid, 206.
Dalam fungsi ini seseorang mempergunakan kelompok sebagai ukuran untuk
menilai sikap, kepercayaan dan nilai-nilainya.13

F. Alasan Seseorang Membentuk Kelompok

Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup menyendiri dalam kehidupanya, dan dapat
dipastikan akan memerlukan kehadiran suatu komunitas tertentu yang dinamakan kelompok.
Setiap individu akan berbaur dalam kelompok, baik yang formal maupun informal, tentunya
dengan berbagai alasan yang melatarbelakanginya. Ada beberapa alasan yang menyebabkan
mengapa manusia/ setiap individu memerlukan kehadiran suatu kelompok atau perlu
membentuk kelompok, yaitu:

1. Untuk pemuasan kebutuhan

Manusia dalam kebutuhanhya senantiasa berusaha untuk memuaskan kebutuhan hidupnya


dengan cara yang dianggap sesuai kondisi pada saat itu. Keinginan memuaskan kebutuhan
tersebut pada dasarnya dapat menjadi motivasi utama dalam pembentukan suatu kelompok,
khususnya dalam hal keamanan, sosial, harga, diri, dan kebutuhan aktualiasai diri. Dalam
teroi kebutuhan Maslow telah dinyatakan bahwa sifat dasar manusia dalam kehidupanya
adalah bagaimana mengaktualiasasi dirinya dalam kehidupan dengan sesamanya. Dalam
pemuasan kebutuhan hidup ini, ada tiga unsur yang perlu di perhatikan yaitu:

a. Keamanan
Manusia akan merasa hidup lebih aman apabila berada dalam suatu kelompok
atau komunitas, karena akan ada saling berintraksi, komunikasi dan saling
membutuhkan satu dengan yang lain.
b. Sosial
Manusia mempunyai kebutuhan berafilisasi yaitu menjadi bagian dari suatu
kelompok untuk dapat berintraksi sosial. Hal ini akan mempunyai nilai penting
dimana manusia akan tidak hanya bersosialisasi dalam kerangka tugas/ pekerjaan
saja, akan tetapi dalam kaitan lingkungan sehari-hari di luar tugas rutin
c. Aktualisasi diri dan harga diri
Manusia memerlukan aktualiasi diri atau upaya merefleksikan keinginan yang ada
dalam diri untuk lingkunganya, begitu pula dengan kelompok. Untuk itu pula,
setiap individu dan kelompok memerlukan adanya prestise atau harga diri dalam
13
Ibid, 207.
suatu lingkungan keja khsus, karena meman memiliki kompetensi khsus. Bagi
setiap individi/ karyawaan pada suatu perusahaan misalnya, dengan kebutuhan
harga diri yang tinggi, keanggotaan dalam kelompok diharapkan dapat
memberikan kepuasan yang dibutuhkanya. Hasrat untuk mendapatkan kepuasan
dari terpenuhnya kebutuhan dapat merupakan daya motivasi yang kuat dalam
pembentukan kelompok. Khususnya kebutuhan akan keamanan, sosial, dan
aktualisasi diri dari beberapa karyawan dapaty dipuaskan dengan bergabung
dengan kelompok.
2. Adanya kedekatan dan daya tarik

Setiap individu dalam suatu kelompok pasti memerlukan adanya intraksi antarpribadi,
karena kaitan dengan tugas-tugas yang dilaksanakanya. Untuk kaitan tersebut jelas perlu
adanya kedekatan atau daya tarik tertentu berdasarkan pada persepsi, sikap, prestasi atau
kesamaan motivasi. Dalam kaitan ini pula, maka individu akan saling bertukar ide atau
pikiran, baik dalam kerangka tugas atau dilaur kerja yang semuanya diarahkan untuk adanya
saling pengertian antrsesama demi tujuan yang diharapkan dapat di capai secara bersama-
sama. Ada tiga variabel untuk menentukan daya tarik seseorang di dalam hubungan kerja
yakni :

a. Hasil adalah semua hadia (rewards) yang dihubungkan dengan hubungan kerja
b. Tingkat perbandingan adalah kuran buku yang dipergunakan oleh seseoran untuk
menilai kepuasanya dengan hubungan kerja
3. Adanya tujuan kelompok

Manusia mempunyai tujuan tertentu dalam hidupnya, apalagi jika apa yang ingin dicapai
tersebut kemudian diaplikasikan ke dalam suatu kelompok. Artinya tujuan dalam suatu
kelompok akan mempunyai derajat yang lebih tinggi, manakala setiap sikap dan perilaku
individu menyatu untuk kemudian diarahkan menjadi tujuan bersama, yaitu tujuan kelompok.
Tujuan kelompok, jika dipahami dengan jelas dapat merupakan alasan mengapa orang
tertarik kepada kelompok. Orang yang menggabungkan diri dalam kelompok sesudah jam
kerja, berpendapat bahwa mempelajari sistem baru ini sangta di perlukan dan merupakan
tujuan penting bagi setiap orang.

4. Alasan ekonomis
Satu hal mendasar dalam pemenuhan kebutuhan hidup, terutama dalam suatu kelompok
adalah adanya kebutuhan ekonomi. Tentunya apa yang dapat diharapakn dari suatu kelompok
adalah adanya kekuatan yang mempunyai nilai lebih. Jadi adanya motif ekonomi dapat
mendorong adanya kerja kelompok yang lebih optimal lagi jika setiap individu bekerja secara
maksimal, maka yang diuntungkan adalah kelompoknya juga. Sehingga jika suatu kelompok
dianggap maju dan pendapatanya meningkat, maka akan dirasakan oleh kelompok tersebut
secara bersama-sama. Jadi jelas bahwa dengan bekerja sama dalam kelompok, setiap individu
akan mendapatkan manfaat ekonomi yang lebih besar.

5. Kesempatan untuk berintraksi

Dasar pokok yang amat penting dari daya tarik antarindividu dan pembentukan kelompok
adalah seacara sederhana karena adanya kesempatan berintraksi satu sama lain. Interaksi
antar individu akan menimbulkan adanya daya tarik, atau daya tarik ini timbul karena adanya
intraksi antara orang per orang. Faktor lingkungan juga penentu untuk menaikkan atau
mengurangi kesempatan berintraksi. Kesempatan berintraksi ini secara langsung mempunyai
pengaruh terhadap daya tarik dan pembentukan kelompok. Intraksi dalam bentuk saling
ketergantungan merupakan inti dari kelompok. Interksi intepersonal adalah sejumlah orang
yang saling berkomunikasi dan yang jumlahnya cukup sedikit sehingga tiap-tiap orang
mampu berkomunikasi dengan semua orang lainya, tidak lewat orang lain, atau orang kedua
tetapi dengan bertatap muka. Jika dalam suatu organisasi terdapat suatu kelompok maka para
anggotanya :

a. Mempunyai motivasi untuk bergabung


b. Mengenal kelompok sebagai suatu unit yang terpadu dari orang-orang yang saling
berintraksi
c. Memberi sumbangan dalam jumlah yang berbeda-beda kepada proses kelompok
(yakni beberapa orang menyumbangkan lebih banyak waktu atau tenaga kepada
kelompok)
d. Mencapai kesepakatan dan mempunyai perbedaan pendapat lewat berbagai macam
bentuk interaksi.14
6. Status

Status merupakan salah satu fakor yang menentukan pula dalam daya tarik antarindividu.
Seringkali status merupakan faktor penentu. Ada dua terdensi dibidang status ini yakni,
14
Ibid., 221.
seseorang tertarik kepada orang lain karena adanya kesamaan status., dan seseorang itu lebih
suka berintraksi dengan orang lain yang mempuynai status lebih tinggi. Seseorang yang
mempunyai status lebih tinggi lebih menyukai berintrkasi sesamanya. Adapun kecendrungan
kedua bahwa orang –orang dari kelompok status rendah lebih tertarik pada mereka yang
berstatus tinggi dibandingkan dengan sesama statusnya. Contohnya anggota-angota konfrensi
yang berstatus tinggi lebih suka berintraksi dengan sesamanya, akan tetapi kelompok anggota
yang berstatus rendah lebih banyak tertarik berintraksi dengan mereka dari status tinggi.15

7. Kesamaan latar belakang

Latar belakang yang sama merupakan salah satu faktor penentu dari proses daya tarik
individu untuk berintrksi satu sama lain. Kesamaan latar belakang seperti misalnya usia, jenis
kelamin, agama, pendidikan, ras, kebangsaan dan status sosial ekonomis seseorang akan
memudahkan mereka untuk menemukan daya tarik berintraksi satu sama lain. Menurut Lott
bahwa kesamaan status sosio ekonomi, agama, jenis kelamin, dan umum merupakan suatu
bukti bahwa seseorang individu cenderung mau berintraksi dengan orang lain. Kesamaan ras
atau kebangsaqan juga merupakan daya tarik mengapa seseorang melakukan hubungan dan
intraksi sesamanya. Hal ini dibuktikan ketika belajar di AS sering melakukan hubungan
dengan sesamnya, kadangkala akrab dengan mahasiswa Indonesia. Senantiasa dapat dilihat
adanya kecendrungan mencari hubungan dengan sesamnya karena kesamaan ras atau
kebangsaan.16

8. Kesamaan sikap

Kesamaan sikap sebenarnya pengembangan lebih lanjut dari kesamaan latar belakang.
Orang-orang yang mempunyai kesamaan latar belakang tampaknya mempunyai kesamaan
pengalaman dan orang yang mempunyai kesamaan pengalaman lebih memudahkan untuk
berintrksi dibandingkan dengan orang yang yang tidak mempunyai kesamaan pengalaman.
Kesamaan yang didasrkan dari pengalaman yang melatarbelakangi itu membawa orang-
orang ke arah kesamaan sikap. Daya tarik orang-orang yang berintraksi yang disebabkan
karena kesamaan sikap ini dapat dilihat dari pergaulan-pergaulan:

a. Antar mahasiswa
b. Orang bertetangga

15
Ibid., 221.

16
Ibid., 221.
c. Teman sejawat
d. Pasangan yang sudah kawin
e. Tentara
f. Buruh suatu pabrik

Dari kesamaan sikap ini, kemudian dapat di mengerti mengapa mahasiswa daya tarik
intraksinya kepada mahasiswa bukan pada dosen, demikina pula orang yang sudah kawin
teman bergaulnya juga pada pasangan yang sudah kawin.17

Dalam kelompok agar tercapai seperti yang di harapkan maka :

a. Menyadari pentingnya kegiatan kelompok


b. Memberi kesempatan kepada anggota lain untuk juga menjalankan perannya
c. Berusaha membantu orang lain
d. Mampu berkomunikasi secara terbuka
e. Benar-benar berusaha untuk secara aktif ikut serta dalam seluruh kegiatan
kelompok
f. Membantu tersusunya aturan kelompok dan berusaha mematuhinya dengan baik.
g. Berusaha agar yang dilakukanya membantu tercapainya tujuan bersama
h. Mencurahkan segenap perasaan dalam melibatkan diri dalam kegiataan kelompok
i. Membantu terbinanya suasana keakraban dalam hubungan antaranggota
kelompok.18
G. Tahapan di dalam Kelompok
1. Tahap Awal (Beginning a Group)
Menurut Kurnanto ada beberapa persiapan yang harus dilakukan oleh kelompok sebagai
berikut:

a. Fungsi dan Peranan Kelompok


Fungsi kelompok. Ada beberapa yang harus dilakukan oleh kelompok pada tahap
awal, yaitu:
1. Mengajarkan cara-cara dan garis besar secara umum untuk berpartisipasi aktif
guna meningkatkan kesempatan mereka dalam memperoleh hasil dari kelompok
2. Mengembangkan dasar hukum dan tatanan norma

17
Ibid., 221.

18
Ibid, 221.
3. Mengajarkan dasar-dasar proses kelompok
4. Menjelaskan pembagian tanggung jawab
5. Membantu anggota dalam mengembangkan kepercayaan
6. Membagi harapan-harapan dan keinginan-keinginan kepada kelompok
7. Berbagi tentang apa yang mereka pikirkan dan rasakan mengenai apa yang
terjadi dalam kelompok
8. Mengajarkan keterampilan-keterampilan dasar dalam berhubungan dengan orang
lain.19
b. Peranan kelompok

Prayitno mengemukakan bahwa peranan kelompok pada tahap awal kelompok adalah
sebagai orang yang benar-benar dapat dan bersedia melakukan hal-hal; (1) merangsang dan
memantapkan partisipasi anggota-anggota dalam suasana kelompok seperti yang diharapkan,
(3) menumbuhkan sikap kebersamaan dan perasaan sekelompok, (4) menjelaskan asas-asas
yang perlu diikuti, (5) menumbuhkan rasa saling mengenal antara sesama (6) menumbuhkan
sikap saling percaya dan saling menerima antar sesama (7) memulai pembahasan tentang
tingkah laku dan suasana perasaan anggota-anggota dalam kelompok.

c. Keterampilan Pada Tahap Awal Kelompok

Menurut Jacobs ada beberapa keterampilan yang harus dikuasai kelompok untuk
menyelenggarakan kelompok pada tahap awal dan mungkin juga sebagian untuk tahap
berikutnya. Keterampilannya antara lain:

a. Memulai kegiatan kelompok


b. Mengenal anggota yang lain
c. Mengatur dinamika kelompok secara positif
d. Menjelaskan tujuan kelompok
e. Menggambarkan keadaan kelompok yang dipimpin
d. Pertimbangan-Pertimbangan Persiapan
Sebelum sebuah kelompok mengawali pertemuan, terdapat hal-hal tertentu yang harus
diputuskan.

a. Setting fisik. Seting disini adalah setting ruangan yang akan digunakan sebagai
tempat proseskelompok dilakukan.

19
Kurnanto, M. Edi, Konseling Kelompok, (Bandung: Alfabeta, 2013), 206.
b. Kelompok terbuka dan tertutup. Pada saat pendirinnya, pemimpin kelompok
dapat menetapkan apakah kelompok ini terbuka atau tertutup.
c. Durasi dan frekuensi pertemuan. Durasi pertemuan menggambarkan berapa lama
proses kelompok dilakuan.
d. Kelompok marathon . Kelompok marathon ini bertemu selama 24 hingga 48 jam
tanpa henti. Partisipan harus mengikuti pertemuan ini selama waktu yang telah
ditentukan, makan dihidangkan ditempat terapi, dan jika perlu tidur, partisipan
hanya diberi waktu istirahat sekedarnya.
e. Jumlah anggota kelompok. Dalam kelompok, jumlah peserta juga mempunyai
pengaruh yang besar terhadap keberhasilan proses kelompok.20
e. Persiapan untuk Terapi Kelompok
Dalam sebuah kelompok, ada dua jenis perencanaan pra kelompok dan perencanaan sesi.
Perencanaan pra kelompok yang dibuat oleh pemimpin kelompok menyangkut: (1) seberapa
besar kelompok yang akan dibentuk, (2) keanggotaannya terbuka atau tertutup, (3) berapa
lama sesi berlangsung, (4) dimana pertemuan kelompok dilakukan, (5) untuk berapa banyak
sesi kelompok akan bertemu, (6) kapan kelompok akan bertemu, (7) siapa yang harus
menjadi anggota, dan (8) bagaimana para anggota diputar. Seorang pemimpin harus
merencanakan tahap awal, tengah, dan tahap akhir dari setiap sesi tertentu. Perencanaan harus
mencakup tidak hanya kegiatan dan topik, tetapi juga waktu yang akan dikhususkan untuk
masing-masing. Kesalahan umum tentang perencanaan tidak berencana, perencanaan terlalu
banyak, tidak mempertimbangkan bagaimana waktu yang dihasilkan, perencanaan latihan
terlalu banyak, dan tidak fleksibel.21

2. Tahap Transisi (Transition Stage)


Tahap transisi merupakan masa setelah proses pembentukan dan sebelum tahap kerja.
Tahap ini merupakan proses dua bagian, yang ditandai dengan ekspresi sejumlah emosi dan
interaksi anggota. Masa transisi ditandai dengan adanya tahapan storming dan norming. Pada
tahap transisi akan terjadi masa badai/ periode pancaroba/ kacau yaitu masa terjadinya
konflik dalam kelompok, yang mana adanya kekhawatiran anggota kelompok dalam
memasuki proses kelompok. Kekhawatiran ini biasanya berkaitan dengan rasa takut akan
kehilangan kontrol, salah pengertian, terlihat bodoh, atau ditolak. Beberapa anggota
menghindari resiko dengan bersikap diam. Sementara anggota lain yang ingin mendapat
posisi dalam kelompok bersifat lebih terbuka dan mempengaruhi anggota kelompok yang
20
Ibid., 209.
21
Ibid, 216..
lain. Oleh karena itu, tahap ini bertujuan membebaskan anggota dari perasaan atau sikap
enggan, ragu, malu atau saling tidak percaya untuk memasuki tahap berikutnya, makin
mantapnya suasana kelompok dan kebersamaan, makin mantapnya minat untuk ikut serta
dalam kegiatan kelompok.

Menurut Prayitno kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah menjelaskan kegiatan
yang akan ditempuh pada tahap berikutnya, menawarkan atau mengamati apakah para
anggota sudah siap menjalani kegiatan pada tahap berikutnya, membahas suasana yang
terjadi, dan meningkatkan keikutsertaan anggota. Pada masa transisi juga terjadi tahap
pembentukan norma (norming) sebagai aturan-aturan dan standar yang digunakan dalam
menjalankan proses kelompok. Dengan adanya norma, anggota kelompok dapat belajar
mengatur, mengevaluasi, dan mengkoordinasikan tindakan-tindakan mereka. Dalam
prakteknya kelompok biasanya menerima dua jenis norma, yakni norma preskriptif yang
menggambarkan tentang perilaku yang harus dilakukan, dan norma proskriptif yang
menggambarkan perilaku yang harus di hindari. Bila proses norming ini berjalan dengan
baik, maka kelompok akan siap melangkah ke tahap selanjutnya, yaitu tahap kerja. 22

3. Tahap Kerja (Performing Stage)


Tahap ini merupakan tahap kehidupan yang sebenarnya dari kelompok, yaitu para
anggota memusatkan perhatian terhadap tujuan yang akan dicapai, mempelajari materi-materi
baru, mendiskusikan berbagai topik, menyelesaikan tugas, dan mempraktekkan perilaku-
perilaku baru. Pada tahap ini perasaan empati, keharuan, perhatian penuh, dan kedekatan
emosional kelompok berangsur-angsur tumbuh. Hal ini sebagai akibat interaksi antar anggota
kelompok dan pemahaman masing-masing anggota kelompok yang lebih baik. Perhatian
utama dalam tahap kerja adalah produktivitas kerja yang dapat dicapai melalui; (1) saling
memuji keunggulan masing-masing anggota kelompok, (2) role playing, (3) home work, dan
beberapa strategi seperti modeling, brainstorming, written projections, dan lain-lain .Tahap
kegiatan bertujuan membahas suatu masalah atau topik yang relevan dengan kehidupan
anggota secara mendalam dan tuntas.

Dalam tahap ini pemimpin kelompok mengumumkan suatu masalah atau topik tanya
jawab antara anggota dan pemimpin kelompok tentang hal-hal belum jelas yang menyangkut
masalah atau topik tersebut secara tuntas dan mendalam. Adapun peranan pemimpin
kelompok adalah sebagai pengatur lalulintas yang sabar dan terbuka, aktif tetapi tidak banyak
22
Rusmana, Nandang, Bimbingan Dan Konseling Kelompok Di Sekolah (Metode, Teknik Dan Aplikasi),
(Bandung: Rizqi Press, 2009), 95.
bicara, tahap ini ditandai adanya eksplorasi masalah-masalah yang nampak dengan tindakan
yang efektif untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang dikehendaki. Menurut Prayitno
kegiatan yang harus dilakukan pada tahap ini, adalah:23

1) Masing-masing anggota secara bebas mengemukakan masalah.


2) Menetapkan masalah yang akan di bahas terlebih dahulu.
3) Anggota membahas masing-masing masalah secara mendalam dan tuntas.
4) Kegiatan selingan.

Keterampilan dan teknik kepemimpinan pada tahap kegiatan ada beberapa keterampilan
yang harus dimiliki pemimpin pada tahap kegiatan sebagai berikut:

1. Merangsang pikiran anggota.

Seorang pemimpin perlu mempersiapkan untuk merangsang pikiran anggota dalam


diskusi karena ia tidak selalu dapat menggantungkan diri pada anggota untuk saling berbagi
ide. Untuk melakukan hal ini, pemimpin dapat menggunakan latihan dan aktivitas yang
bervariasi. Dia juga bisa menggunakan beberapa pertanyaan yang umum atau komentar yang
mendorong dan memudahkan terjadinya berbagi rasa dan diskusi. Contoh pertanyaan yang
dapat memunculkan pikiran para anggota: Coba ungkapkan satu atau dua hal apa yang
menarik bagi anda dalam pembicaraan kelompok ini? Apakah orang lain juga merasakan
begitu? Apakah ada orang lain yang ingin mengomentari hal tersebut?

2. Menggunakan intonasi suara untuk meminta angota berpikir.

Kualitas suara pemimpin dan langkah pembicaraannya dapat mempengaruhi nada


pembicaraan kelompok tersebut. Suara nada yang termodulasi dan lebih lembut disertai
dengan langkah pelan dan tidak tergesa-gesa cenderung menolong anggota memfokuskan
pikiran mereka lebih dalam. Pertanyaan yang diajukan dengan sikap seperti itu dapat
membuat para anggota lebih berpikir, dan tidak hanya menjawab secara umum dan dangkal.
Dalam hal ini, semakin mempribadi pikiran yang mereka berikan, maka semakin banyak
energy yang mereka keluarkan ketika mereka berbagi rasa.

3. Memperkenalkan topik.

Untuk menjaga minat para anggota agar tetap tinggi, pemimpin harus secara
berkesinambungan mendengarkan pandangan atau tema yang dibicarakan oleh para anggota
23
Ibid., 115.
disaat mereka mendiskusikan bermacam-macam subjek. Bila pemimpin kelompok melihat
energi mereka mulai berkurang, ia perlu memperkenalkan topik baru untuk diskusi.
pemimpin dapat melakukan hal ini dengan beralih dari apa yang telah dibicarakan dengan
memfokuskan kepada topik yang muncul secara emergent pada saat diskusi.

4. Mengubah bentuk pertemuan.

Pada beberapa kelompok , bentuk pada setiap sesi bisa tetap sama karena para
anggotanya tampak menyukainya dan memperoleh manfaat darinya. Misalnya, suatu
kelompok mungkin selalu dimulai dengan perkenalan anggota baru, berpindah pada
pengulangan pertanyaan-pertanyaan, dan diikuti dengan film dan diskusi. Pada kelompok
lain, pemimpin kelompok mungkin perlu mengubah bentuk pertemuan jika ia melihat para
anggota kelompok telah bosan dengan agenda yang sama.

5. Menggunakan laporan kemajuan.

Pada kelompok terapi, kelompok pertumbuhan, dan kelompok dukungan seringkali


para anggota berbagi rasa tentang aspek hidup meraka yang biasanya terus dilanjutkan pada
sesi-sesi berikutnya. Salah satu cara terbaik untuk melakukan hal ini adalah memulai tiap sesi
dengan laporan kemajuan dari beberapa anggota. Hal ini tidak hanya membantu anggota yang
berbagi kemajuan, tetapi berbagi rasa seperti ini juga membantu kekohesifan dalam
kelompok.

6. Menemui anggota secara individual.

Pada kelompok tertentu, pemimpin mungkin perlu bertemu dengan setiap anggota
secara individual untuk mendiskusikan perasaan mereka terhadap kelompok. Pertemuan
tersebut dapat memeberikan suatu kesempatan kepada anggota untuk berbagi pendapat dan
bereaksi terhadap kelompok dan pemimpin karena anggota mengetahui bahwa perhatian
pemimpin cukup tercurah kepadanya.

7. Mengubah gaya kepemimpinan jika diperlukan.

Kadang pada tahap pertengahan, seorang pemimpin merasakan adanya kebutuhan


untuk mengubah gaya kepemimpinannya. Pengubahan gaya kepemimpinan tersebut sering
dilakukan dengan cara lebih sedikit mengarahkan dan mendorong anggota untuk lebih
banyak bertanggung jawab. Namun dalam situasi yang lain, mungkin saja lebih menuntut
pemimpin untuk mengambil peranan yang lebih aktif, khususnya jika kelompok telah
berkembang menjadi kelompok terapi.

8. Menginformasikan sebelumnya kepada anggota bila kelompok berakhir.

Karena kadang-kadang para anggota mempunyai perasaan tertentu terhadap


berakhirnya kelompok, sangat perlu bagi pemimpin untuk memberitahukan kepada
anggotanya tentang kapan dan dalam kondisi apa kelompok itu berakhir.

9. Mengubah bentuk kelompok jika diperlukan.

Mungkin ada beberapa kesempatan tertentu dalam tahap pertengahan yang pada saat
itu pemimpin melihat adanya kebutuhan untuk mengubah kelompok. Perubahan tersebut bisa
dengan cara menambah anggota baru, pertemuan yang semakin jarang, atau memperpanjang
pertemuan. Sebelum memutuskan salah satu perubahan ini, pemimpin biasanya terlebih
dahulu memperkenalkan ide diskusi.

10. Merancang topik tahap pertengahan.

Akan sangat menolong bila mengambil sejumlah topik umum untuk kelompok dan
membuat rancangan kunci permasalahan yang memungkinkan untuk dibicarakan. Seringkali
pemimpin tidak tahu cara mengembangkan topik yang penting menjadi berarti bagi anggota
kelompok, sehingga topik menjadi sia-sia.

4. Tahap Terminasi (Termination Stage)24


Kegiatan suatu kelompok tidak mungkin berlangsung terus menerus tanpa berhenti.
Setelah kegiatan kelompok memuncak pada tahap kerja, kegiatan kelompok ini kemudian
menurun, dan selanjutnya kelompok akan mengakhiri kegiatan. Penghentian terjadi pada dua
tingkatan dalam kelompok, yaitu pada akhir masing-masing sesi, dan pada akhir dari
keseluruhan sesi kelompok. Menurut Corey tahap terminasi atau pengakhiran sama
pentingnya seperti tahap permulaan pada sebuah kelompok. selama pembentukan awal pada
sebuah kelompok, anggota datang untuk saling mengenali satu sama lain dengan baik.
Selama masa penghentian, para anggota kelompok memahami diri mereka sendiri pada
tingkat yang lebih mendalam. Penghentian memberi kesempatan pada anggota kelompok
untuk memperjelas arti dari pengalaman mereka, untuk mengkonsolidasi hasil yang mereka
buat, dan untuk membuat keputusan mengenai tingkah laku mereka yang ingin dilakukan di

24
Wibowo, Konseling kelompok perkombengan ( Jakarta: Erlangga 2005), 97.
luar kelompok dan dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Ketika kelompok memasuki tahap
pengakhiran, kegiatan kelompok hendaknya dipusatkan pada pembahasan dan penjelajahan
tentang apakah para anggota kelompok akan mampu menerapkan hal-hal yang telah mereka
pelajari dalam suasana kelompok, pada kehidupan nyata mereka sehari-hari. Peranan
pemimpin disini ialah memberikan penguatan (reinforcement) terhadap hasil-hasil yang telah
dicapai oleh anggota kelompok dan oleh kelompok, khususnya terhadap keikutsertaan secara
aktif para anggota kelompok dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh masing-masing anggota
kelompok.
Pengakhiran kelompok kategorial hendaknya membuat kesan yang positif bagi
anggota kelompok, jadi jangan sampai anggota kelompok mempunyai ganjalan-ganjalan.
Untuk itu perlu diberikan kesempatan bagi masing-masing anggota untuk mengemukakan
ganjalan-ganjalan yang sesungguhnya mereka rasakan selama kelompok berlangsung.
Dengan demikian para anggota kelompok akan meninggalkan kelompok dengan perasaan
lega dan puas. Dengan kata lain, bahwa pada akhir kegiatan kelompok hendaknya para
anggota merasa telah memetik suatu hasil yang cukup berharga dari kegiatan kelompok yang
diikutinya itu.
a. Jenis-Jenis Penutupan dalam Kelompok25
Jacob menjelaskan bahwa ada dua jenis penutupan yaitu sebagai berikut:

1. Closing phase (menutup sesi kelompok), adalah periode sesi ketika pemimpin
menutup seluruh kegiatan sesi. Tahap penutupan diskusi atau tugas kelompok
mungkin hanya akan meringkas ide utama atau keputusan yang dibuat. Tahap
penutupan mempunyai tujuan meringkas dan menyoroti tujuan
utama,memperkuat komitmen yang dibuat oleh masing-masing anggota,
memeriksa unfinished business dari sesi.
2. Closing stage, mungkin sesi terakhir bagi kelompok atau beberapa sesi terakhir,
tergantung pada jenis kelompok dan total jumlah sesi yang terlibat. Tugas
pemimpin selama tahap penutupan adalah fokus terhadap manfaat. Jumlah waktu
yang di perbolehkan untuk menyelesaikan tahap penutupan kelompok tergantung
pada jenis kelompok, tujuannya, jumlah sesi, dan kebutuhan para anggota. Tujuan
dari tahap penutupan adalah untuk menarik ide-ide bersama yang signifikan,
perubahan pribadi dan keputusan yang dialami oleh anggota selama kelompok.
Berikut adalah beberapa tugas dari tahap penutupan sebagai berikut:

25
Kurnanto, Op.Cit, 171.
1) Meninjau dan meringkas pengalaman kelompok.
2) Menilai pertumbuhan dan perubahan anggota.
3) Finishing bisnis.
4) Menerapkan perubahan ke kehidupan sehari-hari (keputusan pelaksanaan).
5) Memberikan umpan balik.
6) Penanganan selamat tinggal.
7) Perencanaan dan keberlangsungan resolusi masalah.
Sebagaimana tahapan kelompok lainnya, pada tahap penutupan ini diperlukan
keterampilan-keterampilan bagi kelompok. Natawijaya (dalam Kurnanto, 2014: 175)
menjelaskan beberapa keterampilan yang mesti dimiliki oleh pemimpin pada tahap penutupan
kelompok kategorial sebagai berikut:

1) Harapan, teknik ini berguna untuk membentuk perasaan-perasaan positif dan


saling membantu bagi sesama anggota kelompok.
2) Mengatasi kritikan dalam pertemuan, kelompok hendaknya sudah
mempersiapkan dirinya terhadap kritik yang dilontarkan saat pertemuan akan
berakhir. Untuk hal ini penting sekali diingat bahwa pemimpin tidak
melakukan pertahanan diri. Banyak terjadi pemimpin yang tidak mau di kritik.
3) Menghargai anggota baru, pemimpin bisa sedikit memvariasikan cara
penutupan di saat terdapat anggota baru dalam sesi itu. Pada kesempatan
seperti itu, pemimpin bisa memberikan fokus tersendiri pada anggota baru jika
ia merasa cukup senang untuk diberi perhatian khusus.
4) Menghargai anggota yang keluar, kadang-kadang terjadi adanya anggota
kelompok yang meninggalkan kelompoknya meskipun aktivitas kelompok
sedang berlangsung. Ketika hal itu terjadi pemimpin hendaknya memberi
tambahan waktu pada saat akhir sesi di lakukan untuk membicarakan anggota
yang menghilang tersebut. Banyak persoalan-persoalan yang mungkin dapat
teratasi saat ini, misalnya pemimpin mencoba mengubah programnya,
memberikan umpan balik, dan kemudian bisa saja menutup dengan ucapan
“Selamat berpisah, dan minggu depan kita berjumpa lagi” atau sejenisnya.

Menurut Prayitno mengungkapkan peran pemimpin kelompok pada tahap ini yaitu; tetap
mengusahakan suasana hangat, bebas, dan terbuka, memberikan pernyataan dan megucapkan
terima kasih atas keikutsertaan anggota, memberikan smangat untuk kegiatan lebih lanjut,
dan penuh rasa persahabtan serta empati.26

5. Mengevaluasi Kelompok
Evaluasi merupakan bagian dari keseluruhan proses kelompok itu sendiri, bukan suatu
kegiatan yang terlepas, yang dilakukan pada tahap akhir. Dengan begitu, evaluasi masuk
menjadi satu dalam bagan arus proses kelompok yang dimulai dari penetapan tujuan sampai
pengakhiran kelompok. Di dalam pelaksanaan kelompok, pemimpin mempunyai tanggung
jawab untuk mengevaluasi kesuksesan perilaku kerja dan mengadakan tindak lanjut. Tahap
ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh manakah kelompok yang telah dilaksanakan
mencapai hasil, dan tindakan apa yang selanjutnya akan dilakukan oleh pemimpin. Evaluasi
yang dilakukan oleh pemimpin secara umum meliputi evaluasi proses dan evaluasi hasil.
Evaluasi proses kelompok mengidentifikasikan variabel proses yang memberi konstribusi
atau mendorong pencapaian tujuan. Evaluasi proses dimaksudkan untuk mengetahui sejauh
mana keefektifan layanan kelompok kategorial dilihat dari prosesnya. 27Aspek yang di nilai
dalam evaluasi proses yaitu antara lain: (1) kesesuaian antara program dengan pelaksanaan,
(2) keterlaksanaan program, (3) hambatan yang dijumpai, (4) faktor penunjang, dan (5)
keterlibatan dalam kegiatan. Sedangkan evaluasi hasil kelompok dimaksudkan untuk
memperoleh informasi keefektifan kelompok dlihat dari segi hasilnya. Aspek yang dinilai
dalam evaluasi hasil kelompok yaitu perolehan anggota dalam hal: (1) pemahaman baru, (2)
perasaan, (3) rencana kegiatan yang akan dilakukan pasca pelayanan, (4) dampak layanan
terhadap perubahan perilaku ditinjau dari pencapaian tujuan layanan, tugas perkembangan,
dan hasil belajar, (5) permasalahan terpecahkan dan aspek-aspek tertentu pada diri anggota
dapat berkembang secara baik, titik-titik lemah yang dapat mengganggu perkembangan dapat
dihilangkan, dan permasalahan dapat dipecahkan dengan cepat dan lancar. Evaluasi dapat
memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan secara terus menurus bagi anggota kelompok.
Oleh karena itu, pemimpin memiliki tanggung jawab untuk menilai dan mengevaluasi
efektifitas diri atau kelompoknya secara berkesinambungan Evaluasi Diri Sendiri.28

Evaluasi diri dilakukan untuk memberikan umpan balik tentang sikap, perilaku, dan
pendekatan fasilitatif umum yang diterapkan kepada kelompok. Kritik diri juga bisa
dilakukan melalui pemanfaatan teknologi, seperti kaset atau rekaman video. Evaluasi diri
26
Ibid., 178.
27
Winkel, WS, Sri Hastuti, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, (Yogyakarta: Media Abadi
2007), 209.
28
Ibid., 115
tersebut dapat dilakukan oleh pemimpin melalui prosedur yang membantu dengan
bersandarkan pada pertanyaan seperti bagaimana kelompok yang saya alami? Bagaimana
perasaan yang saya alami dalam sesi ini? Apa reaksi saya kepada anggota kelompok? Apa
yang saya komunikasikan dengan masing-masing anggota? dan sebagainya.

a. Evaluasi Pemimpin Kelompok


Ini adalah salah satu alat ukur yang paling berguna bagi pemimpin yang digunakan
dalam mengkonseptualisasikan proses dan dinamika kelompok dengan memeriksa interaksi
verbal antara anggota. ini juga merupakan salah satu cara untuk membantu menentukan
secara obyektif sejauh mana kemajuan kelompok terhadap tujuan bersama.

6. Sesi Tindak Lanjut


Kegiatan akhir dari kelompok adalah postgroup yang berupa follow up (tindak lanjut).
Follow up dapat dilaksanakan secara kelompok maupun secara individu. Pada kegiatan tindak
lanjut ini para anggota kelompok dapat membicarakan tentang upaya-upaya yang telah di
tempuh. Mereka dapat melaporkan tentang kesulitan-kesulitan yang mereka temui, berbagai
kesukacitaan dan keberhasilan dalam kelompok. Anggota kelompok menyampaikan
pengalaman-pengalaman mereka dan hasilnya selama mengikuti kegiatan kelompok
kategorial dalam kehidupan sehari-hari. Sesi tindak lanjut ini menjadi bagian penting karena
memberikan kesempatan anggota kelompok untuk menangani terselesaikannya isu dan
menerima dukungan atau dorongan dari kelompok.pemimpin dapat mengadakan evaluasi
dengan memberikan pertanyaan atau wawancara dengan batas tertentu dan dilihat apakah
anggota sudah menguasai topik yang dibicarakan atau belum. Hal tersebut dapat memberikan
gambaran akan keberhasilan kegiatan kelompok.29

Breg, Landreth dan Fall mengatakan bahwa penjadwalan sesi tindak lanjut 2 sampai 3
bulan setelah berakhirnya kelompok dapat memberikan dorongan bagi anggota untuk terus
memberitahukan pertumbuhan perubahan. Cara yang paling efektif adalah dengan
mengumumkannya sebelum pembuaran kelompok. Sesi tindak lanjut itu penting untuk
memberikan kesempatan anggota untuk menangani terselesaikannya isu dan menerima
dukungan dan dorongan dari kelompok. Kritik utama jangka pendek dari kelompok intensif
adalah kegagalan pemimpin untuk menyediakan semacam sesi tindak lanjut. Pemimpin
harus:
29
Kurnanto, Op.Cit, 186.
a. Merencanakan sesi tindak lanjut,
b. Mengembangkan sumber rujukan profesional kepada siapa mereka dapat
merujuk saat anggota kelompok melanjutkan kegiatan profesional dengan
fasilitator lain,
c. Menginformasikan kepada anggota kelompok sumber bantuan lainnya.30
Sesi tindak lanjut dapat memberika kesempatan yang sangat baik untuk anggota
kelompok dalam hal mengidentifikasi tujuan-tujuan baru untuk diri mereka sendiri,
mengeksplorasi sumber untuk pertumbuhan lanjutan terhadap tujuan-tujuan baru, serta untuk
bekerja pada setiap masalah yang belum terselesaikan. Setelah menjadi “diri sendiri” selama
beberapa minggu, anggota tampaknya membutuhkan dukungan emosional dan penegasan
lebih dari yang mereka butuhkan berupa jawaban atau saran. Evaluasi dan sesi tindak lanjut
merupakan langkah penting dalam proses konseling kelompok dan tidak boleh dipandang
sebagai pelengkap yang akan ditambahkan ke pengalaman kelompok. Sebuah prosedur
evaluasi yang sistematis dan efektif dapat meningkatkan upaya fasilitatif dari fasilitator. Sesi
tindak lanjut membatu angota untuk mempertahankan fokus pada diri sendiri dan untuk
memperbaharui komitmen untuk berubah.31

Kesimpulan

Perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap rangsangan dari


lingkungan. Kelompok merupakan sebagai dua individu atau lebih yang berintraksi dan
saling bergantung untuk mencapai sasaran-sasaran tertentu. Jadi perilaku kelompok adalah
semua kegiataan yang dilakukan dua atau lebih individu yang berintraksi dan saling
mempegaruhi dan saling bergantung untuk menghasilkan sesuatu. Suatu kelompok dapat
diklasifikasikan menjadi dua yaitu kelompok formal dan kelompok nonformal dan kelompok
juga memiliki sifat yaitu persepsi, sisi organisasi, sisi motivasi dan sisi intraksi. Dalam
kelompok juga memiliki karakteristik yaitu struktur, status, herarki, peranan, norma,
kepemimpinan, kohesivitas ( kekompakan) dan bentuk dari kelompok ada primer, formal dan
informal. Ada beberapa alasan seseorang membentuk kelompok yaitu adanya kedekatan dan
daya tarik, alasan ekonomi, kesempatan untuk berintraksi, status, kesamaan latar belakang,
kesamaan sikap. Tahapan dalam kelompok yaitu tahap awal, tahap transisi, tahapan kerja,
tahap terminasi serta mengevaluasi kelompok.

30
Rusmana, Op.Cit, 111.
31
Kurnanto, Op. Cit, 181.

Anda mungkin juga menyukai