Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak
mengenal-Nya (Yoh 1:11)
Hari Kamis yang lalu, tanggal 27 November, orang-orang di Amerika ini merayakan
Thanksgiving Day. Mereka berkumpul bersama keluarga pada hari istimewa ini
untuk bersyukur kepada Tuhan dan bersantap siang atau malam bersama.
Menariknya, hari Jumat, sehari berikutnya adalah Hari Belanja Nasional. Saya
katakan demikian, karena hampir semua toko, mall dan supermarket mengadakan
sale besar-besar-an untuk menarik pembeli. Banyak orang berkata hari itu adalah
hari yang paling baik untuk belanja, sebab barang-barang dapat dibeli dengan
diskon yang lumayan banyak. Walaupun saya tidak pergi belanja hari itu, tapi saya
dapat melihatnya dari jalan raya, karena parkir mobil penuh di mana-mana. Hal ini
rupanya juga menarik perhatian Pastor paroki kami di sini. Maka pada homili, tadi
pagi, dia menyinggung soal sale ini yang menarik pengunjung. Dia bertanya, jika
orang ramai membanjiri mall karena ada sale, apakah ada yang dapat dilakukan di
gereja supaya orang juga akan ramai datang membanjiri gereja? Ya, demikianlah
kenyataannya, masa Adven dan Natal rupanya lebih menarik orang untuk belanja,
daripada merenungkan dan mempersiapkan diri untuk menyambut Tuhan Yesus,
yang menjadi inti masa Adven dan Natal.
Padahal jika kira renungkan, perayaan Misa di gereja tidak hanya merupakan sale,
tapi jauh melebihi dari cuci gudang sekalipun. Karena berkat Allah diberikan cuma-
cuma. Yang diberikan bukan barang jasmani yang bisa rusak dan lapuk, tapi berkat
surgawi yang tak bisa rusak. Yang ditawarkan tidak terbatas pada kehidupan dunia,
tetapi pada kehidupan ilahi yang tak terbatas, sebab yang kita sambut adalah
Kristus, Sang Putra Allah yang Maha Tinggi itu sendiri. Gratis!
Tapi sayangnya, masih saja ada di antara kita yang menganggap datang ke Misa itu
rutin. Adven tahun ini adalah pengulangan dari Adven tahun lalu. Tak ada yang
baru. Bosan. Atau sebaliknya, kita ikut terlalu banyak kegiatan, sampe puyeng
sendiri. Sibuk ini itu, latihan di sana sini, rapat tentang ini itu, dan ya, belanja untuk
keperluan ini itu, sampai tidak ada waktu untuk merenungkan makna Adven. Mari
kita tilik ke dalam hati kita, termasuk golongan mana kita ini. Mereka yang bosan
dan apatis, atau mereka yang terlalu aktif dan sibuk? Sebab, jika kita benar-benar
mengasihi Yesus, tentu kita tidak bosan untuk menerima Dia di dalam Ekaristi; dan
kita juga tidak memenuhi hati kita dengan seabreg kesibukan, sampai tidak ada
ruang lagi buat Yesus untuk masuk. Ada baiknya jika kita berusaha menyediakan
waktu khusus untuk Tuhan dalam masa Adven ini untuk merenungkan kasih dan
berkat yang Tuhan sudah berikan selama setahun ini. Atau kita berdoa rosario
bersama di dalam keluarga, sambil merenungkan Peristiwa Gembira, dan dengan
demikian kita mengarahkan hati untuk menyambut kedatangan Kristus kembali di
dalam hati kita. Di dalam doa, kita dapat mengarahkan pandangan kita ke surga,
dengan pengharapan akan kedatangan Kristus kembali sebagai Raja, dan kelahiran-
Nya kembali di hati kita. Atau, kita dapat membagikan berkat yang sudah kita terima
dalam bentuk amal kasih kepada mereka yang membutuhkan
Yesus memilih untuk lahir sebagai orang miskin, untuk mengajarkan kita agar tidak
terikat pada kekayaan dunia. Ia memilih untuk lahir di kandang hewan dan
dibaringkan di palungan yang beralaskan jerami, untuk mengajarkan agar kita tidak
teralu cepat komplain pada keadaan yang tidak nyaman. Ia memilih untuk lahir di
tengah-tengah orang sederhana, agar kitapun dapat belajar hidup sederhana, dan
beriman dengan sikap yang sederhana pula. Ia memilih untuk lahir di luar
keramaian kota, agar kita menemui Dia juga di dalam keheningan dan sikap batin
yang tenang. Ia memilih untuk lahir dalam keadaan sangat berkekurangan, agar kita
belajar bersyukur dalam segala hal.
Sikap sederhana inilah yang kita perlukan di dalam masa Adven ini. Dalam
kesederhanaan ini kita dapat semakin menghayati kebesaran dan kasih Tuhan yang
tiada terbatas. Mari kita temukan Kristus di dalam kesederhanaan: di dalam doa,
dan perayaan Ekaristi, yang kelihatannya sederhana, sebab Ia Sang Roti Hidup,
memilih untuk hadir di sana. Sesungguhnya kado yang paling baik untuk
dipersembahkan pada Kristus di hari Natal adalah pertobatan dan kasih kita
kepada-Nya. Maka mari kita memeriksa batin, dan dengan jujur mengakui kesalahan
dan dosa-dosa kita di hadapan Tuhan. Adakah kita sombong? Terlalu mencari
kesenangan dan kekayaan? Terlalu mencari penghargaan dan hormat dari orang
lain? Terlalu cepat mengeluh? Suka menghakimi? Sukar mengampuni? .Tuhan,
nyatakanlah kepadaku segala dosaku Jangan biarkan dosa ini memisahkan aku
dengan Engkau
Mari, saudara dan saudariku, kita berdoa, agar jangan sampai Adven ini berlalu
tanpa mengubah kita menjadi lebih baik. Kita yang sudah mengenal Kristus, jangan
sampai pura-pura tidak kenal dengan Dia, atau memperlakukan Dia sebagai orang
asing di hati kita. Atau, jangan sampai kita tidak mengenali Kristus saat Dia datang
kepada kita. Di dalam doa, melalui orang-orang sekitar kita, dan terlebih dalam
sakramen Ekaristi, Ia datang pada kita. Mari kita mempersiapkan hati dengan
pertobatan yang tulus untuk menyambut kedatangan-Nya. Dengan kerinduan dan
hati bersyukur mari kita bermadah, Datanglah, O Immanuel. Tinggallah di dalam
hatiku.
Adven III : Minggu Adven ke tiga merupakan ajakan untuk mempersiapkan jalan bagi
kedatangan Tuhan. KedatanganNya tidak sejajar dengan kelahiranNya, namun dapat
dilihat sebagai kedatanganNya yang kedua kali. Pembacaan dari kitab Perjanjian Lama,
yaitu: Yesaya 35: 1-10, yaitu tentang berita pembebasan yang disambut dengan sorak
sorai. Yesaya 61 1-4, 8-11, yakni mempertegas sukaria pada tahun pembebasan dan tahun
rahmat. Zefanya 3: 14-20, tentang pembebasan kini telah tiba dan tak ada lagi cela atas
umat. Apabila pembacaan dari Kitab Rasuli, maka bacaan adalah Yakobus 5:7-10, yaitu
tentang sikap umat yang harus menanti dengan sabar. 1 Tessalonika 5:16-24, yaitu
tentang doa, dan Flp 4: 4-7, yaitu tentang damai sejahtera. Dan Apabila pembacaan dari
kitab Injil maka bahan bacaan dari : Mateus 11: 2-11, yaitu tentang penyataan Yohanes
tentang Yesus sang Pembebas yang dinantikan. Yoh 1: 6-8, 19-28 (khotbah pada Minggu
Adven III) yaitu tentang kesaksian Yohanes Pembaptis akan Yesus yang dinantikan. Luk
3: 7-18, yaitu tentang respon umat menyambut Tuhan dengan pekerjaan baik dalam
tanggungjawab sosial dan moral.
Adven IV : Fokus kebaktian pada Minggu Adven keempat mengarah kepada kelahiran
Tuhan di Betlehem. Para Nabi memberitakannya melalui pembacaan dari Perjanjian
Lama, yaitu: Yesaya 7: 10-16 yaitu tentang seorang perempuan muda mengandung dan
akan melahirkan seorang anak laki-laki. 2 Samuel 7: 1-11, 16, yaitu nubuatan tentang
kerajaan akan kokok selamanya atas keluarga Daud. Mikha 5: 2-5a, yaitu tentang
pengulangan janji secara lebih terfokus bahwa dari Betlehem akan bangkit bagiKu
seorang yang akan memerintah Isral. Dan apabila pembacaan dari surat Rasuli maka
bahan bacaan adalah : Roma 1: 1-7 yaitu anakNya yang menurut daging diperanakkan
dari keturunan Daud. Roma 16: 25-27 yaitu pengungkapan suatu rahasia pemberitaan
tentang Yesus Kristus yang didiamkan secara berabad-abad, Ibrani 10:5-10 yaitu ucapan
Yesus sendiri :Aku datang untuk melakukan kehendakMu. Pembacaan dari Perjanjian
Lama dan surat-surat Rasuli berpuncak pada Injil yaitu: Mateus 1: 18-25 yaitu
pemberitahuan tentang Kelahiran Yesus pada Yusuf. Lukas 1: 26-38 (khotbah pada
Minggu Adven IV) dan Lukas 1: 39-55 Demikianlah diaturkan thema-thema minggu
Adven dan ayat-ayat bacaan yang menjadi khotbah setiap 3 tahun berputar menurut
liturgy gerejani. Ada tiga hal makna thema-thema minggu Adven yang selalu dirayakan
oleh gereja-gereja, yaitu: pertama: Mengingat waktu dulu ketika Yesus dilahirkan di
Betlehem. Kedua: Menyambut kedatanganNya pada masa kini dengan sikap yang
berjaga-jaga dan bertobat. Dan ketiga adalah menantikan kedatanganNya kembali dalam
kemuliaan dengan perbuatan-perbuatan baik dalam tanggung jawab social dan moral.
1. Beberapa pengertian
Kata adven berasal dari kata Latin adventus yang berarti kedatangan. Maka masa
adven berarti masa untuk menunggu kedatangan Tuhan Yesus. Masa adven berlangsung
selama 4 minggu, yakni dari Minggu Adven I sampai dengan Minggu Adven IV.
Dalam bentuk awalnya, yang bermula dari Perancis, Masa Adven merupakan masa
persiapan menyambut Hari Raya Epifani, hari di mana para calon dibaptis menjadi
warga Gereja; jadi persiapan Adven amat mirip dengan Prapaskah dengan penekanan
pada doa dan puasa yang berlangsung selama tiga minggu dan kemudian diperpanjang
menjadi 40 hari.
Pada tahun 380-381, Konsili lokal Saragossa, Spanyol menetapkan tiga minggu masa
puasa sebelum Epifani. Diilhami oleh peraturan Prapaskah, Konsili lokal Macon,
Perancis, pada tahun 581 menetapkan bahwa mulai tanggal 11 November (pesta St.
Martinus dari Tours) hingga Hari Natal, umat beriman berpuasa pada hari Senin, Rabu
dan Jumat. Lama-kelamaan, praktek serupa menyebar ke Inggris. Di Roma, masa
persiapan Adven belum ada hingga abad keenam, dan dipandang sebagai masa persiapan
menyambut Natal dengan ikatan pantang puasa yang lebih ringan. Gereja secara bertahap
mulai lebih membakukan perayaan Adven. The Gelasian Sacramentary, yang menurut
tradisi diterbitkan oleh Paus St. Gelasius I (wafat thn 496), adalah yang pertama
menerapkan Liturgi Adven selama lima Hari Minggu. Praktek adven semakin
melembaga sejak abad ke 7, yakni pada saat Paus Gregorius Agung berkuasa (590-604).
Adven ditetapkan berlangsung selama 4 minggu dan diisi dengan puasa. Sekitar abad
kesembilan, Gereja menetapkan Minggu Adven Pertama sebagai awal tahun penanggalan
Gereja.
3. Tradisi adven
Pada awalnya tradisi adven sebenarnya tidak berasal dari Gereja Katolik Roma, tetapi
merupakan tradisi Gereja Timur untuk mempersiapkan Epifani, yang jatuh pada tanggal
6 Januari. Pada peristiwa tersebut kanak-kanak Yesus dikunjungi oleh orang majus dari
timur. Bagi Gereja Timur itulah Natal.
Maka mereka merayakannya secara meriah. Tradisi Katolik menghayati masa adven
dengan melakukan ibadat bersama dan puasa. Selain itu juga mulai diciptakan simbol-
simbol yang disebut dengan Korona Adven (lingkaran Adven). Kebiasaan membuat
Korona Adven berasal dari Eropa Utara, khususnya dari Skandinavia.
Korona Adven berbentuk sebuah lingkaran yang diuntai dengan daun-daun pinus atau
cemara dan diatasnya dipasang empat lilin (tiga lilin berwarna ungu dan satu lilin
berwarna merah); selain itu juga masih diberi asesoris lain seperti pita berwarna ungu
dan merah.
Apa makna dari Korona Adven tersebut? Korona Adven adalah symbol yang mau
menunjukkan pesan-pesan tertentu, yakni:
a. Korona Adven berbentuk suatu lingkaran. Lingkaran adalah suatu bentuk tanpa awal
dan akhir. Lingkaran ini melambangkan Tuhan yang abadi, tanpa awal dan akhir. Kita
juga diajak untuk merenungkan bagaimana kehidupan kita, di sini dan sekarang ini, ikut
ambil bagian dalam rencana keselamatan Allah yang kekal dan bagaimana kita berharap
dapat ikut ambil bagian dalam kehidupan kekal di kerajaan surga.
b. Lingkaran Adven terbuat dari tumbuh-tumbuhan segar, sebab Kristus datang guna
memberi kita hidup baru melalui sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya. Warna hijau
merupakan symbol pengharapan. Selain itu juga dipilih daun pinus atau cemara yang
tidak kunjung putus. Warna hijau juga melambangkan Kristus, Yang mati namun hidup
kembali untuk selamanya. Evergreen juga melambangkan keabadian jiwa kita. Kristus
datang ke dunia untuk memberikan kehidupan yang tahan pada bermacam-macam
musim. Daun cemara tidak rontok dan tetap hijau pada musim gugur dan musim dingin.
Ungkapan pengharapan yang tanpa akhir bagi kita.
c. Tiga batang lilin berwarna ungu dan satu lilin berwarna merah muda. Warna ungu
melambangkan tobat, keprihatinan, matiraga atau berkabung, persiapan dan kurban;
warna ini juga dipakai pada masa Prapaskah, tidak hanya untuk warna lilin, tetapi juga
pakaian liturgi lain. Warna merah muda melambangkan hal yang sama, tetapi dengan
menekankan Minggu Adven Ketiga, Minggu Gaudate, saat kita bersukacita karena
persiapan kita sekarang sudah mendekati akhir. Selain itu warna merah juga merupakan
tanda cinta kasih.
d. Lilin juga sebagai simbol terang. Terang itu sendiri melambangkan Kristus, yang
datang ke dalam dunia untuk menghalau kuasa gelap kejahatan dan menunjukkan kepada
kita jalan kebenaran. Gerak maju penyalaan lilin (setiap minggu satu lilin) menunjukkan
semakin bertambahnya kesiapan kita untuk berjumpa dengan Kristus. Persiapan,
kerinduan dan harapan kita tidak terjadi serta merta, tetapi tahap demi tahap. Kerinduan
kita yang semakin besar akan Yesus yang datang sebagai Terang Dunia, dilambangkan
dengan menyalakan lilin satu demi satu. Penyalaan lilin secara bertahap ini rupanya juga
dipengaruhi oleh tradisi Yahudi, khususnya pentahbisan Bait Allah (Hanukkah). Pesta
Hanukkah dirayakan selama delapan hari. Delapan lilin dinyalakan satu per satu setiap
hari hingga genap delapan lilin pada hari ke delapan. Jumlah lilin ada 4 batang
mengungkapkan lama masa adven berlangsung, yakni 4 minggu .
Mari kita memasuki masa Adven dengan penuh kerinduan akan pertobatan hati dan budi.
Sehingga kita semakin layak menyambut Sang Bayi Yesus di Palungan. Tuhan
memberkati
Meskipun sejarah Adven agak kurang jelas, makna Masa Adven tetap
terfokus pada kedatangan Kristus (Adven berasal dari bahasa Latin
adventus, artinya datang). Katekismus Gereja Katolik menekankan
makna ganda kedatangan ini: Dalam perayaan liturgi Adven, Gereja
menghidupkan lagi penantian akan Mesias; dengan demikian umat beriman
mengambil bagian dalam persiapan yang lama menjelang kedatangan
pertama Penebus dan membaharui di dalamnya kerinduan akan
kedatangan-Nya yang kedua (no. 524).
Oleh sebab itu, di satu pihak, umat beriman merefleksikan kembali dan
didorong untuk merayakan kedatangan Kristus yang pertama ke dalam
dunia ini. Kita merenungkan kembali misteri inkarnasi yang agung ketika
Kristus merendahkan diri, mengambil rupa manusia, dan masuk dalam
dimensi ruang dan waktu guna membebaskan kita dari dosa. Di lain pihak,
kita ingat dalam Syahadat bahwa Kristus akan datang kembali untuk
mengadili orang yang hidup dan mati dan kita harus siap untuk bertemu
dengannya.
Suatu cara yang baik dan saleh untuk membantu kita dalam masa
persiapan Adven adalah dengan memasang Lingkaran Adven. Lingkaran
Adven merupakan suatu lingkaran, tanpa awal dan akhir: jadi kita diajak
untuk merenungkan bagaimana kehidupan kita, di sini dan sekarang ini,
ikut ambil bagian dalam rencana keselamatan Allah yang kekal dan
bagaimana kita berharap dapat dapat ikut ambil bagian dalam kehidupan
kekal di kerajaan surga. Lingkaran Adven terbuat dari tumbuh-tumbuhan
segar, sebab Kristus datang guna memberi kita hidup baru melalui
sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya. Tiga batang lilin berwarna ungu
melambangkan tobat, persiapan dan kurban; sebatang lilin berwarna merah
muda melambangkan hal yang sama, tetapi dengan menekankan Minggu
Adven Ketiga, Minggu Gaudate, saat kita bersukacita karena persiapan kita
sekarang sudah mendekati akhir. Terang itu sendiri melambangkan
Kristus, yang datang ke dalam dunia untuk menghalau kuasa gelap
kejahatan dan menunjukkan kepada kita jalan kebenaran. Gerak maju
penyalaan lilin setiap hari menunjukkan semakin bertambahnya kesiapan
kita untuk berjumpa dengan Kristus. Setiap keluarga sebaiknya memasang
satu Lingkaran Adven, menyalakannya saat santap malam bersama dan
memanjatkan doa-doa khusus. Kebiasaan ini akan membantu setiap
keluarga untuk memfokuskan diri pada makna Natal yang sebenarnya.
Masa Adven adalah masa empat minggu sebelum hari Natal, ketika Gereja merayakan
kedatangan Kristus yang pertama dan mengharapkan kedatangan-Nya yang kedua. Hari
pertama Adven dapat jatuh antara tanggal 27 November sampai 3 Desember.
Kata Adven berasal dari kata Latin adventus (bahasa Yunani-nya parousia), artinya
kedatangan. Maka fokus masa Adven adalah kedatangan Mesias, yaitu Yesus Kristus.
Maka doa- doa penyembahan dan bacaan Kitab Suci tidak saja mempersiapkan kita
secara rohani akan kedatangan-Nya (untuk memperingati kedatangan-Nya yang pertama)
tetapi juga mempersiapkan kedatangan-Nya yang kedua. Itulah sebabnya bacaan Kitab
Suci pada masa Adven diambil dari Perjanjian Lama yang mengharapkan kedatangan
Mesias dan Perjanjian Baru yang mengisahkan kedatangan Kristus untuk menghakimi
semua bangsa. Demikian juga, tentang Yohanes Pembaptis, sang perintis yang membuka
jalan bagi kedatangan Kristus Sang Mesias.
2. Makna Adven
KGK 524 Ketika Gereja merayakan liturgi Adven setiap tahunnya, ia menghadirkan
kembali pengharapan di jaman dahulu akan kedatangan Mesias, sebab dengan mengambil
bagian di dalam masa penantian yang panjang terhadap kedatangan pertama Sang
Penyelamat, umat beriman memperbaharui kerinduan yang sungguh akan kedatangan-
Nya yang kedua. Dengan merayakan kelahiran sang perintis [Yohanes Pembaptis] dan
kematiannya, Gereja mempersatukan kehendaknya: Ia harus makin besar, tetapi aku
harus makin kecil.(Yoh 3:30)
Budaya sekular di sekitar kita dan juga banyak gereja- gereja non- Katolik merayakan
hari Natal yang berdiri sendiri, terlepas dari masa Adven dan masa oktaf Natal sampai
Epifani. Namun sesungguhnya hari Natal tidak dimaksudkan sebagai hari yang berdiri
sendiri, tetapi sebagai perayaan yang tidak terlepas dari penanggalan tahunan liturgis.
Natal sebagai perayaan Inkarnasi Tuhan Yesus perlu dipersiapkan terlebih dahulu pada
masa Adven. Sebab masa Adven merupakan masa peringatan akan penghiburan yang
diberikan Tuhan dan kesempatan di mana kita menyesuaikan diri dengan kehendak
Tuhan, seperti halnya ketika para patriarkh, para nabi dan raja menanti dengan penuh
pengharapan akan janji Allah yang akan mengutus Putera-Nya menjadi manusia.
Kitab Suci mengajarkan agar kita mempersiapkan diri menyambut kedatangan Tuhan.
Persiapan diri yang dimaksud adalah berjaga-jaga, karena memang inilah yang
diperintahkan oleh Kristus untuk menyambut kedatangan-Nya (lih. Mat 24:42. Mat
25:13; Mrk 13:33). Berjaga- jaga di sini maksudnya adalah untuk mengarahkan
pandangan kita kepada hal- hal surgawi, dan bukan kepada hal- hal duniawi, pesta pora,
dan dosa, seperti yang dilakukan orang banyak pada jaman nabi Nuh (lih. Mat 24:37-39,
Kej 6:5-13). Dengan demikian masa Adven merupakan masa pertobatan, di mana kita
dipanggil Allah untuk kembali ke jalan Tuhan. Adven adalah kesempatan untuk
menumpas gunung dan bukit kesombongan hati kita, maupun menimbun lembah
kekecewaan dan luka-luka batin kita, agar semua yang berliku diluruskan dan yang
berlekuk diratakan (lih. Luk 3:5-6) agar kita siap menyambut Kristus. Dengan demikian
kita akan melihat keselamatan yang dari Tuhan.
Referensi pertama tentang perayaan Adven terjadi pada abad ke-6. Sebelumnya, terdapat
perayaan- perayaan dan puasa yang menyerupai masa Adven kita saat ini. St. Hilarius
dari Poitiers (367) dan Konsili Saragossa di Spanyol (380) menjabarkan tentang tiga
minggu masa puasa sebelum Epifani. Paus St. Leo Agung banyak berkhotbah tentang
masa puasa pada bulan kesepuluh (yaitu bulan Desember) sebelum hari Natal. Gelasian
Sacramentary (750) memberikan bacaan liturgi bagi lima Minggu sebelum hari Natal,
juga Rabu dan Jumat. Akhirnya Gereja Barat memutuskan untuk menentukan 4 Minggu
pada masa Adven, yang dimulai dari akhir November atau awal Desember sampai hari
Natal.
Gereja- gereja Timur juga melakukan puasa untuk menyambut Natal. Masa puasa ini
lebih panjang dari masa Adven yang dirayakan oleh Gereja Barat, yaitu dimulai pada
pertengahan bulan November. Maka Adven, atau masa puasa pada Gereja- gereja Timur
ini dirayakan baik oleh Gereja Katolik, maupun gereja- gereja Orthodox.
Pada masa Reformasi, beberapa tokoh Protestan menolak masa peringatan/banyak hari
perayaan dalam kalender liturgi Gereja, dan dengan ini memisahkan gereja mereka dari
ritme perayaan liturgis yang dirayakan Gereja Katolik setiap tahunnya (kecuali gereja
Lutheran yang kini mempunyai kalender liturgi yang kurang lebih sama dengan kalender
liturgi Gereja Katolik). Namun demikian beberapa gereja Protestan mempertahankan
masa Adven, seperti gereja Anglikan. Kemungkinan karena gerakan liturgis, ataupun
sebagai reaksi akan perayaan Natal yang cenderung semakin dikomersialkan di kalangan
dunia sekular, maka perayaan Adven sekarang ini menjadi semakin populer di kalangan
gereja- gereja non- Katolik dan non- Orthodox. Gereja- gereja Lutheran, Anglikan,
Methodis dan Presbytarians dan kelompok- kelompok evangelis telah memasukkan juga
tema Adven ke dalam ibadah penyembahan mereka, walau dengan derajat yang berbeda-
beda.
5. Kesimpulan
Maka, walaupun masa Adven tidak secara eksplisit tertulis dalam Kitab Suci, namun
bukan berarti masa Adven ini tidak ada dasar Alkitabnya. Bahwa Allah selalu
menginginkan umat-Nya untuk mempersiapkan diri menyambut kedatangan-Nya, itu
bukan merupakan ide baru; tetapi memang sudah diajarkan dalam Kitab Suci. Perayaan
Adven itu merupakan peringatan akan masa persiapan menyambut kelahiran Kristus
(kedatangan-Nya yang pertama), dan penegasan masa penantian akan kedatangan Kristus
yang kedua. Tidak ada yang salah jika kita mempersiapkan diri untuk menyambut
kedatangan Kristus, malah itu adalah keharusan, seperti diserukan oleh Yohanes
Pembaptis, ataupun oleh Yesus sendiri, seperti telah dijabarkan di atas.
Jika untuk kedatangan bapak Presiden saja, orang- orang mempersiapkannya dengan
sungguh- sungguh dalam banyak hal, apalagi kita menyambut Kristus, Sang Raja di atas
segala raja di bumi. Maka kita sebagai umat Kristiani selayaknya tidak memandang hari
raya Natal sebagai hari yang berdiri sendiri, yang dapat dirayakan tanpa persiapan hati
yang cukup sebelumnya. Jika kita mengamini Kristus sebagai Raja Semesta alam yang
mengatasi semua pemimpin negara di dunia, tentulah Ia layak menerima penghormatan
melebihi para pemimpin tersebut. Seumpama pak Presiden berkenan datang di rumah
kita, tentu kita akan membersihkan dan mempersiapkan rumah kita sebaik mungkin,
bukan? Maka, mari kita lakukan hal yang sama, mempersiapkan rumah hati kita sebaik
mungkin untuk menyambut kedatangan Kristus Tuhan dan Juru Selamat kita!
Sumber : http://katolisitas.org/2010/12/14/masa-adven/