Anda di halaman 1dari 7

Mengapa Tuhan Menciptakan Wanita

Pria bertanya kepada Tuhan: “Tuhan, mengapa Engkau menciptakan wanita begitu
cantik?”Tuhan berkata: “Itu supaya kamu mencintainya”

“Tapi Tuhan”, sahut si pria, “mengapa Engkau ciptakan dia begitu tolol?”

Tuhan menjawab, “Itu supaya dia mencintaimu”

Pulang Kampung ke Papua Waktu Natal


Seorang pria di Mimika menelepon anaknya yang ada di Jakarta sehari sebelum malam Natal
dan berkata, “Aku tidak bermaksud merusak harimu, tapi aku harus memberitahumu bahwa
aku dan ibumu akan bercerai; sudah cukup aku menderita selama 45 tahun.”

“Apa yang Ayah bicarakan?” teriak anak laki-lakinya.

“Kami tidak dapat bersama lagi,” kata sang ayah. “Kami saling benci dan saya sudah muak
membicarakan hal ini, jadi teleponlah kakak perempuanmu di Bandung dan katakan padanya
mengenai hal ini.”

Dengan kalut, ia menelepon kakaknya, yang kemudian berteriak di telepon, “Mereka tidak
akan bercerai! Aku akan menangani masalah ini.”

Ia segera menelepon ke Mimika dan berteriak kepada ayahnya, “Ayah nggak akan cerai.
Jangan lakukan apa pun sampai aku tiba di sana. Aku akan menelepon adik dan kami akan
tiba di sana besok pagi. Jangan lakukan apa-apa sampai kami tiba di sana, mengerti?” Ia
menutup teleponnya.

Pria itu menutup teleponnya dan berkata kepada istrinya, “Oke,” katanya, “mereka akan
pulang saat Natal dan mereka juga membayar ongkos perjalanannya sendiri!”

Berapa Yang Dipersembahkan


Seorang Pendeta Protestan, seorang Pastor Katolik, dan seorang Rabi Yahudi sedang ber-
bincang² mengenai seberapa besar sebenarnya uang persembahan jemaat yang harus
dipersembahkan untuk Tuhan. Dan berapa besar yang harus mereka pakai untuk keperluan
mereka.

“Mula² kami menarik garis lurus di tanah. Kemudian semua uang kami hamburkan ke atas.
Yang jatuh di sebelah kiri untuk Tuhan, dan yang jatuh di sebelah kanan untuk kami,” kata
Pendeta Protestan.
“Cara kami sedikit lain. Kami membuat lingkaran di tanah. Kemudian semua uang
persembahan kami hamburkan ke atas. Yang jatuh di dalam lingkaran untuk Tuhan. Dan
yang jatuh di luar lingkaran untuk kami,” jelas Pastor Katolik

“Cara kami lain lagi. Kami tak perlu menarik garis atau membuat lingkaran di tanah. Semua
uang persembahan kami hamburkan ke atas. Dan biarlah Tuhan menahan bagianNya, dan
sisanya yang jatuh ke tanah untuk kami,” kata Rabi Yahudi.

Ayah sedang mendoakannya


Seorang pendeta menerima panggilan telepon dari kantor pusatnya.
Kantor Pusat : “Anda dipindahkan ke kota, ke sebuah lingkungan jemaat yang elite. Segera
berikan jawaban ke pusat.”

“Saya harus berdoa dan mempertimbangkan hal itu apakah sesuai atau tidak dengan
kehendakNya. ” sahut sang Pendeta dari tempat tinggalnya.

Beberapa saat kemudian telepon berdering kembali dan kali ini yang
menerima kebetulan anaknya.

“Apakah ayahmu ada di tempat?” kembali dari pusat bertanya.


“Ayah ada dan sedang berdoa. Sedang ibu sudah hampir siap mengemasi barang-barang
kami,” jawab si anak.

Ingin Jadi Pendeta


Sepulang dari gereja di hari Minggu, seorang anak laki-laki tiba-tiba mengatakan pada
ibunya, “Ma… kalau sudah besar aku mau jadi pendeta saja ah.”

“Boleh saja, Nak,” kata ibunya, “tapi mengapa kamu tiba-tiba ingin jadi pendeta?” lanjut
ibunya pengin tahu karena anak itu biasanya sangat nakal.

“Begini, Ma,” kata si anak, “biar bagaimanapun, aku kan tetap saja harus ke gereja tiap
Minggu, jadi kupikir akan lebih menyenangkan kalau bisa berdiri di mimbar dan berteriak-
teriak daripada harus duduk dengan tenang dan mendengarkan saja.”

Tukang Santetnya Penggemar Spider-Man


Ucok: “Kemarin saya melihat pelayanan pelepasan di Gereja, tapi saya jadi bingung sendiri!”
Ali: “Lho, kok kamu jadi bingung?”
Ucok: “Biasanya kalau seseorang disantet itu dari perutnya keluar paku, jarum, pecahan kaca,
dan lain sebagainya, tapi kemarin dari perut orang itu keluarnya boneka-boneka Spider-Man
dalam berbagai gaya.”
Ali: “Wah, itu sih tukang santetnya penggemar Spider-Man!”

Jika Saja Imanmu Kuat


Beberapa tahun yang lalu saya mendengar sebuah cerita yang saya harap akan menenangkan
mereka yang merasa sering diejek dengan kalimat, “Jika saja imanmu kuat engkau tidak akan
….”

Waktu itu saya sedang mendengarkan seorang wanita menelepon seorang pendeta dalam
sebuah siaran radio. Pendeta itu adalah seorang pria yang bijaksana. Suaranya yang lembut
seakan bisa menghilangkan segala rasa takut. Wanita itu — yang jelas terdengar sedang
menangis — berkata, “Pendeta, saya dilahirkan buta, dan saya sudah buta sepanjang hidup
saya. Saya tidak keberatan menjadi buta tetapi ada beberapa teman saya yang mengatakan
bahwa jika saja iman saya kuat maka saya akan bisa disembuhkan.”

Pendeta itu bertanya kepadanya, “Apakah Anda selalu membawa tongkat penuntun Anda
kemana pun Anda pergi?”

“Ya,” jawab wanita itu.

Lalu pendeta itu mulai menasehati, “Jika mereka mengejekmu lagi dengan kata-kata seperti
itu, pukullah mereka menggunakan tongkatmu itu dan katakan, „Jika saja imanmu kuat, kamu
pasti tidak akan merasa sakit!”

Di Gereja Tidak Boleh Berisik


Sebelum mengakhiri kelasnya, guru Sekolah Minggu bertanya kepada murid-muridnya.

Guru : “Kenapa kalo di gereja kita tidak boleh berisik?”

Murid: “Karena di gereja ada yang lagi tidur.”

Yang Mau Menikah Maju


Seorang pendeta dijadwalkan akan memimpin upacara pemberkatan nikah setelah kebaktian
Minggu.

Ketika kebaktian akhirnya selesai, ia pun akan memanggil pasangan yang akan dinikahkan
itu. Namun, pak pendeta tersebut tiba-tiba lupa nama pasangan yang akan menikah itu, jadi ia
pun berkata, “Yang mau menikah, tolong maju ke depan ….”
Dan segera, empat gadis, tiga janda, empat duda, dan enam pemuda berebut maju ke depan.

Guru Sekolah Minggu Tidak Mau Kalah


Seorang guru sekolah gereja akan bercerita. Ia memulai bercerita :
“Anak, anak, hari ini ibu punya cerita. Begini, Pada saat Tuhan Yesus akan datang ke
Yerussalem, ada seorang bernama Pilatus yang hendak melihat kedatangan Tuhan Yesus.
Tapi karena badannya pendek, maka ia hendak memanjat pohon.”

Tiba-tiba, sekelompok anak-anak berkata,


“Ibu guru, bukan Pilatus tapi Zakheus….”

Anak-anak lainnya juga mulai menimpali. Ibu itu terkejut dan lalu mencari alasan.

“Anak-anak, ibu belum selesai. Nah, karena disitu Pilatus, maka Tuhan berbicara. Hai
Pilatus, turunlah… Disitu bukan tempatmu tapi tempat Zakheus…!”

Ayat yang Cocok Untuk Perkawinan


Seorang guru Sekolah Minggu menguji anak-anak kelas besar dengan hapalan ayat.

“Siapa yang bisa menyebutkan ayat yang sesuai untuk pembaptisan?”

“Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan
dihukum,” jawab seorang anak.

“Bagus. Nah, bagaimana kalau ayat untuk pengampunan?”

“Jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di surga akan mengampuni kamu
juga.”

“Wah, ternyata kalian pintar-pintar. Coba sekarang, sebutkan ayat yang cocok untuk
perkawinan!”

Ternyata kali ini tidak ada yang tahu. Namun, beberapa saat kemudian, seorang anak
mengangkat tangan dengan malu-malu.

Ia pun mengucapkannya pelan-pelan, “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu
apa yang mereka perbuat.”
Apakah yang akan terjadi seandainya Musa melemparkan
- bukan mengacungkan - tongkatnya ke Laut Merah?
Ya, basah!

Siapakah pakar matematika dalam Alkitab?


Siapa lagi kalau bukan Musa? Bukankah dia yang menulis kitab bilangan?

Pendeta Dilarang Membalas


Pada suatu hari keluarga seorang Pendeta sedang berkendara untuk menghadiri suatu ibadah
Natal. Maka dengan penuh sukacita Pak Pendeta bersama keluarganya menuju tempat yang
tertera dalam undangan.

Sesampainya di tempat yang dituju ternyata halaman parkir telah dipenuhi oleh para
undangan lain. Nampaknya ibadah ini cukup menarik minat banyak orang. Setelah berputar-
putar, beruntung ternyata terdapat satu tempat parkir diantara mobil-mobil yang penuh sesak
dan di sana sudah menunggu si tukang parkir.

Melihat mobil Pak Pendeta, dengan gesit tukang parkir memberikan tanda dan Pak Pendeta
menghampirinya.

Setelah mengarahkan kendaraan ke tempat yang tersedia si tukang parkir dengan aba-abanya,
“terus … terus… kiri … kiri ….”

Dengan dengan gesit Pak Pendeta mengikutinya. Tukang parkir terus mengarahkan, “balas …
balas … balas….”

Dan tiba-tiba terdengar bunyi “DUK”. Ternyata bemper mobil Pak Pendeta menyeruduk
mobil lain. Dengan agak marah si tukang parkir menegor, “Bagaimana Bapak ini … kan
sudah saya arahkan balas … balas … malah terus saja.”

Dengan tenang Pak Pendeta balas menjawab, “Dik … saya ini Pendeta, harus mengasihi
setiap orang dan dilarang membalas.”

Amplop Banjir
Dalam sebuah Ibadah raya , pendeta sedang berkotbah mengenai perlunya membantu para
korban banjir khususnya membantu saudara seiman para anggota jemaat di gerejanya,
katanya :
“Bapak Ibu yang dikasihi Tuhan kita Yesus Kristus, sebagai rasa kepedulian kita terhadap
anggota kita yang terkena musibah banjir, mulai minggu ini kita akan edarkan amplop khusus
untuk korban banjir… namun dengan satu syarat… jangan melupakan amplop persembahan
perpuluhan saudara…..”

Kesedihan Pendeta Karena Jadi Korban Banjir


Seorang pendeta mengungsi ke rumah seorang majelis karena rumahnya kebanjiran. Dia
merasa sedih sekali saat bertemu anggota jemaatnya yang kebetulan rumahnya tidak
kebanjiran.

Katanya kepada majelis teman sekerjanya di gereja:


“Coba pak, gimana saya tidak sedih dan pilu terhadap anggota jemaat saya,yang tega bilang
gara-gara saya kebanjiran katanya saya “kurang iman !”.

Majelisnya menimpali katanya: “Emang itulah kenyataannya pak, ibarat sudah jatuh…
ketimpa tangga… ketiban cat… digigit anjing lagi !?”

Pendeta yang Ngebut Ditilang Polisi


Dua orang pendeta mengendarai sepeda motor dengan kecepatan tinggi. Mereka akhirnya
diminta untuk berhenti oleh seorang polisi karena kecepatannya melebihi kecepatan
maksimum yang sudah ditetapkan.

“Apa yang anda lakukan? Anda mengendarai sepeda motor dengan kecepatan tinggi.”

Salah satu Pendeta berkata, “Kami mengendarai sepeda motor ini hanya sekedar putar-
putar…..lihatlah motor ini memang sangat bagus dan kencang larinya.”

Si Polisi menggeleng-gelengkan kepalanya, “Bagaimanapun juga, saya harus menilang anda.


Mengemudi seperti itu sangat membahayakan jiwa anda. Bagaimana kalau anda mengalami
kecelakaan?”

Kemudian Pendeta berkata lagi, “Jangan khawatir, Tuhan Yesus beserta kami.”

Si Polisi berkata, “Wah, kalau begitu saya harus benar-benar menilang anda, karena tiga
orang dilarang berada dalam satu motor sekaligus.”

Alasan Untuk Pergi ke Gereja


Pada suatu pagi, seorang ibu mengetuk pintu kamar anak laki-lakinya dan memberitahunya
bahwa sudah saatnya bangun dan pergi ke gereja.
“Aku tidak ke gereja pagi ini,” kata si anak.

“Kamu harus bangun dan pergi ke gereja,” balas si ibu.

“Tidak mau.” si anak menjawab.

“Ya, kamu harus ke gereja,” si ibu berkata.

“Tidak mau. Mereka tidak menyukaiku dan sebaliknya, aku juga tidak menyukai mereka!”
kata si anak. “Beri aku dua alasan bagus mengapa aku harus ke gereja.”

“Satu, kamu berumur 55 tahun dan alasan kedua ialah karena kamu itu pendetanya!”

Anda mungkin juga menyukai