Anda di halaman 1dari 12

Nama : Hartati

Tugas : Membuat Ilustrasi


Mata Kuliah : Homiletika
Dosen Pengampu : Dr. Abson Kawangung, M.Th.

1. Maukah Anda Memberi?


Ada seorang Pendeta yang diundang untuk berkhotbah pada Ibadah Pemuda di salah
satu gereja kharismatik. Sang Pendeta datang 20 menit sebelum ibadah tersebut dimulai.
Kemudian Pendeta tersebut memberikan uang sebesar Rp 100.000,- kepada seorang pemuda
yang duduk di kursi paling belakang. Pemuda tersebut bertanya, “mengapa bapak
memberikan saya uang” ? Jawab Sang Pendeta, “nanti akan saya minta kembali saat saya
sedang menyampaikan firman Tuhan”. Ibadah dimulai sampai mendengarkan firman Tuhan.
Di tengah -tengah menyampaikan firman, sang Pendeta bertanya “siapa yang suka memberi
kepada orang lain? 80 % yang hadir mengangkat tangannya. Kemudian Sang Pendeta
bertanya lagi, sekarang siapa yang mau memberi saya uang Rp 100.000,- ? dari antara 80 %
yang mengangkat tangan tadi, ternyata hanya ada 1 orang pemuda yang maju dan
memberikan uang sebesar yang diminta oleh pendeta tersebut. Dan pemuda tersebut adalah
pemuda yang telah diberikan uang oleh pak Pendeta sebelum ibadah dimulai tadi. Dari sini
dapat kita melihat bagaiamana orang-orang saat ini sangat susah untuk memberi, seorang
pemuda tersebut pun tidak dapat dikatakan memberi karena ia hanya mengembalikan uang
sang Pendeta itu saja.

2. Ketidaksetian
Seseorang yang bergereja atau berjemaat dengan berpindah-pindah gereja bagaikan
sebuah tanaman yang telah ditanam di sebuah pot, kemudian kemudian tanaman tersebut
dicabut dan dipindahkan ke suatu pot yang lain. Maka tanaman tersebut akan layu dan butuh
waktu proses untuk bisa hidup normal kembali, bahkan bisa saja tanaman tersebut menjadi
mati. Begitulah ibaratnya seorang jemaat yang tidak setia pada satu gereja, jika ia pindah-
pindah gereja maka ia akan melalui “penyesuaian” yang cukup berat untuk bisa bertahan dan
untuk bisa tetap hidup (secara rohani) di tempat yang lain/baru tersebut.

3. Kebohongan
1
Dalam sebuah sinetron, mengisahkan bagaimana kebohongan itu merusak hubungan
yang sudah baik. Dalam sinetron tersebut ada seorang pria yang mencintai seorang wanita,
pria tersebut berusaha untuk mendapatkan sang wanita dengan berbagai “kebohongan”. Ia
pura-pura menjadi seorang yang kaya raya, ia mengatakan bahwa ia memiliki banyak
perusahaan dan ia mengiming-imingi wanita tersebut akan hidup bahagia jika menikah
dengannya. Wanita tersebut pun terpikat dengan rayuan-rayuan palsu sang pria hingga wanita
tersebut memutuskan untuk menikah dengannya. Seminggu sebelum pernikahan akan
dilaksanakan, seorang teman pria tersebut memberitahukan kepada wanita tersebut bahwa
semua yang dkatakan pria (temannya) adalah kebohongan. Lalu sang wanita merasakan
kekecewaan yang sangat mendalam setelah kebohongan-kebohongan pria tersebut ia
buktikan sendiri dengan mencari tahu siapa saja anggota keluarga pria itu.
Akibatnya sang wanita sangat membenci pria tersebut dan memutuskan hubungan
mereka. Pria tersebut hanya bisa menyesal karena ternyata ia sudah mulai mencintai wanita
tersebut dengan tulus dan mau mengatakan bagaimana keberadaan dia yang sebenarnya.
Tetapi apa boleh buat kebohongannya telah diketahui sang wanita terlebih dahulu sebelum ia
menceritakan yang sejujurnya. Hubungan mereka rusak total akibat kebohongan sang pria,
hanya rasa sakit yang tertinggal di hati wanita tersebut dan rasa bersalah yang dirasakan sang
pria saat ini.

4. Kasih Seorang Ayah


Suatu hari seorang ayah sedang bekerja di sawah. Tiba-tiba hujan turun dan sang ayah
pun berhenti bekerja serta berteduh di sebuah gubuk yang ada di sawah miliknya. Saat
termenung, ia teringat kepada anaknya yang ia tinggalkan di rumah. Lalu dengan bergegas ia
pulang meskipun hujan begitu lebat, ia tidak peduli dengan petir yang mulai menyambar-
nyambar, yang ia pikirkan adalah ia harus segera sampai rumah dan bertemu dengan anaknya
yang mungkin saat ini sedang merasa kedinginan, pikirnya. Sang ayah tersebut kehujanan
sepanjangan perjalanan hingga ia tiba di rumah. Sang ayah tersebut melakukan semuanya itu
demi anaknya, karena ia sangat mengasihi anaknya yang ia tinggalkan di rumah tersebut.

5. Mengampuni

2
Ada seorang anak yang dilahirkan dari keluarga yang kaya. Kedua orangtuanya sangat
sibuk untuk bekerja sehingga anak tersebut sejak kecil tidak mendapatkan kasih sayang dari
kedua orangtuanya. Bahkan sering sekali anak tersebut hanya tinggal dengan pembantu di
rumahnya selama berbulan-bulan karena orangtuanya yang bekerja di luar kota. Lama-
kelamaan anak tersebut menjadi anak yang nakal dan dalam hatinya mulai muncul
“kebencian” terhadap kedua orangtuanya. Bahkan ia sudah tidak menganggap lagi bahwa
mereka adalah orangtuanya, ia merasa tidak memiliki orangtua lagi. Hingga pada suatu hari
mengikuti ibadah remaja karena diajak oleh temannya. Sang pendeta saat itu berkhotbah
tentang “mengampuni”, lalu ia merasa bahwa firman Tuhan tersebut ditujukan kepada dia.
Sejak saat itu, dengan sangat berat ia mulai mengampuni kedua orangtuanya. Ia terus
berusaha walaupun sakit hati (kepahitan) yang mendalam tersebut tidak mudah untuk
direlakan atau dilepaskan. Dan karena pertolongan Tuhan, ia akhirnya bisa menerima
kembali kedua orangtuanya dan melepaskan pengampunan dengan tulus.

6. Memberi Yang Terbaik


Suatu hari seorang jemaat datang kepada seorang pendeta untuk meminta jas bekas
yang sudah tidak dipakai oleh sang pendeta. Jas tersebut masih bagus dan masih layak
dipakai. Jemaat tersebut menyampaikan permohonannya dengan harapan pak pendeta akan
memberikan kepadanya jas bekas tersebut. Tetapi ternyata sang pendeta menolak
permohonan jemaat tersebut, ia tidak mau memberikan jas bekasnya walaupun ia sudah tidak
mungkin memakainya lagi karena ukurannya yang sudah tidak cukup. Dengan kecewa
jemaat tersebut meninggalkan pak pendeta.
Dua hari kemudian pak pendeta mengirim paket ke rumah jemaat tersebut, paket
tersebut adalah sebuah jas baru dengan harga yang cukup mahal. Dalam paketnya ada tulisan
demikian, “maaf pak, soal jas bekas saya tidak bisa memberikannya kepada bapak, karena
saya merasa jika saya memberi, harus yang terbaik. Dan inilah yang bisa saya berikan kepada
bapak semoga suka dengan jas ini ya pak!”. Pendeta tersebut memberikan lebih dari apa yang
diminta jemaat itu, ia belajar memberikan yang terbaik.

7. Hanya 1 Pilihan

3
Memilih adalah hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Memilih
untuk makan atau menahan lapar, memilih untuk bekerja atau tiduran di rumah, memilih
untuk mengerjakan tugas atau bermalas-malasan, memilih untuk mengasihi atau membenci,
dll. Berbagai-bagai pilihan tersedia untuk kita, tetapi ternyata di dunia ini ada juga hal-hal
yang tidak dapat kita pilih. Seperti yang dikatakan Maslow Brownlee dalam bukunya, “kita
tidak bisa memilih orangtua kita, kita tidak dapat memilih kapan dan di mana kita
dilahirkan”. Semuanya itu telah ditetapkan oleh Tuhan. Begitu juga halnya dengan
keselamatan , hanya ada 1 jalan supaya kita bisa selamat, yaitu hanya dengan percaya kepada
Tuhan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Tidak ada jalan lain, tidak ada pilihan
lain, hanya Yesuslah satu-satunya jalan keselamatan.

8. Rendah Hati
Seorang majikan memiliki pembantu yang berasal daari kampung. Awalnya pembantu
(perempua) tersebut yang memohon-mohon untuk dipekerjakan di rumah sang majikan
tersebut. Majikan terebut menerimanya walaupun sebenarnya ia tidak membutuhkan
pembantu tambahan karena ia sudah memiliki 2 orang pembantu, dan ia merasa itu sudah
cukup. Hari demi hari berlalu, pembantu yang baru ini sering melakukan kesalahan-
kesalahan dalam bekerja dan majikan tersebut mengetahuinya serta sering menasehati dan
membimbing (atau mengajari bagaimana cara bekerjanya) pembantu tersebut dengan sabar.
Hingga suatu hari pembantu tersebut melakukan kesalahan dan sang majikan pun kembali
menasehati serta membimbingnya, namun entah mengapa pembantu tersebut justru marah-
marah kepada majikannya seakan-akan dialah yang seorang majikan. Sang majikan hanya
tersenyum dan tidak marah. Ia kembali menasehati pembantu tersebut, menegurnya bahwa
apa yang ia lakukan itu tudak baik. Begitu rendah hati majikan tersebut, walaupun ia yang
sebagai majikan dan justru dimarah-marah oleh pembantunya ia tetap tidak membalasnya
dengan kemarahan juga melainkan kembali menasehati pembantu tersebut dengan sabar.

9. Kasih Terhadap Sesama


Ada sebuah keluaga (sebut saja keluarga pak Arif) yang hidup di kontrakan, hidupnya
cukup sederhana dan apa adanya. Suatu hari mereka mendapatkan tetangga baru yang juga
mengontrak di sebelah rumahnya. Tetangga baru ini ternyata belum memiliki pekerjaan dan
tidak punya uang untuk membeli kebutuhan makanan dan minuman mereka sehari-harinya.
Melihat keadaan itu keluarga pak Arif merasa prihatin dan setiap kali mereka masak selalu
4
dibagi menjadi 2 (dua), setengah untuk keluarganya dan setengah lagi untuk tetangganya. Hal
ini ia lakukan dengan tulus tanpa merasa dirugikan atau sungut-sungutan, meskipun
sebenarnya keluarga pak Arif tidak berlebihan dan sangat sederhana. Luar biasanya hal ini
terjadi selama berbulan-bulan hingga akhirnya tetangga tersebut mendapatkan pekerjaan dan
mampu membeli kebutuhan keluarganya sendiri. Keluarga pak Arif menunjukkan kasihnya
kepada sesama tanpa dibatasi oleh keadaannya yang juga sederhana dan tidak dibatasi oleh
jangka waktu yang lama untuk terus berbagi kepada tetangganya.

10. Tuhan Bisa Memakai Siapa Saja


Ada seorang yang sedang berjalan bersama dengan seorang anaknya laki-laki. Di
tengah perjalanan mereka melihat sebuah pohon mangga yang sedang berbuah lebat. Sang
ayah beniat mengambilnya (mencurinya) untuk memberikannya kepada anaknya tersebut.
Lalu sang ayah berkata, “nak ayah akan memanjat pohon mangga itu, dan memetik buahnya
untuk kamu”. Anak tersebut hanya diam saja. Kemudian sang ayah kembali berkata, “nak
nanti kalau ada orang yang datang, kamu pura-pura batuk sebagai tanda bahwa ada orang
yang datang dan ayah akan segera turun”. Si anak menjawab, “Iya pak”.
Lalu sang ayah memanjat pohon tersebut, dan tidak lama kemudian si anak pura-pura
batuk, “ohok-ohok..ohok..” yang menandakan bahwa akan ada orang yang datang atau ada
orang yang melihat perbuatan ayahnya. Dengan buru-buru sang ayah turun, menoleh ke kiri
dan ke kanan tetapi tidak melihat ada seorang pun yang datang. Lalu sang ayah bertanya,
“mengapa kamu batuk-batuk nak”? Dengan polos si anak menjawab, “karena ada yang
sedang melihat bapak sedang memanjat pohon itu”! Di mana orangnya nak? Tanya sang
ayah. Jawab anak itu, “ada Tuhan Yesus di Surga yang selalu bisa melihat segala perbuatan
kita pak”. Sang ayah terdiam dan memeluk anaknya, karena melalui anaknya ia ditegur
Tuhan akan kesalahannya (mencuri). Anak tersebut mengingat apa yang diajarkan guru
sekolah minggunya.

11. Perjuangan
Seorang pelari dari Jamaika mengikuti olimpiade lomba lari Internasional yang
diselanggarakan di Amerika Serikat. Perlombaan tersebut segera dimulai dan seluruh peserta
sudah bersiap, bersedia pada posisi masing-masing. Pluit panjang pun berbunyi menandakan
perlombaan tersebut segera dimulai dan masing-masing peserta berlari dengan kekuatan
penuh. Di tengah perjalanan perlombaan pelari dari Jamaika terssebut mengalami
5
kecelakaan, ia terjatuh karena kurangnya keseimbangan tubuh saat berlari dengan kecepatan
penuh. Kecelakaan ini mengakibatkan ia mengalami cedera pada lututnya yang membuat ia
tidak dapat melanjutkan perlombaan tersebut (untuk berjalan pun sudah susah). Tim medis
menolongnya serta menyarankan untuk tidak melanjutkan perlombaan tersebut
(keluar/gagal), tetapi ia tidak menghiraukan saran tersebut.
Dengan terus berusaha ia berjalan menuju ke garis finish dengan cedera lutut yang
dialaminya, ia berjalan pincang dan perlahan-lahan (lambat). Tekatnya adalah ia harus
menyelesaikan pertandingan atau perlombaan sampai finish meskipun dengan perjuangan
yang sangat berat. Mata penonton pun mengarah kepadanya dan merasa heran mengapa ia
bersikeras untuk melanjutkan perlombaannya. Dengan usaha yang besar akhirya ia sampai ke
garis finish dan bersorak dengan keras karena ia merasa berhasil menyelesaikan
pertandingannya. Setelah diwawancarai apa yang menjadi alasannya ia melakukan hal
tersebut? Jawabannya adalah karena dia tahu di negaranya saat ini orang-orang sedang
berkumpul, beramai-ramai untuk menonton pertandingan, ia tidak mau mengecewakan
bangsanya yang telah mengutus dia dan yang telah membayar seluruh biaya
pertandingannya. Ia harus menyelesaikan tugasnya dan tidak mau mengecewakan orang-
orang yang telah berkorban untuk dia, yaitu bangsanya dan seluruh warga negaranya yang
memberi dukungan kepadanya.

12. Surga dan Pintunya


Ada sorang pelukis (sebut saja namanya Franky) mengikuti perlombaan melukis.
Perlombaan tersebut diikuti oleh banyak pelukis-pelukis hebat yang berasal dari berbagai
negara. Setiap peserta melukis sesuai dengan imajinasinya. Hingga sampai pada penilaian
dan diumumkan bahwa yang menjadi pemenang lukisan terbaik adalah lukisan Franky. Ia
melukis sebuah rumah dengan satu pintu. Berdasarkan penilaian para juri dari semua lukisan
karya si Franky yang paling sedikit kekurangannya. Hanya ada satu yang kurang, yaitu pintu
yang ia lukis tersebut tidak ada pintunya! Lalu juri bertanya kepadanya, “mengapa saudara
tidak melukis kunci pada pintu tersebut? Jawabnya “karena pintu ini hanya bisa dibuka dari
dalam oleh pemiliknya sendiri”, lanjutnya rumah dan pintu ini saya ibaratkan sebagai Surga
dengan pintunya atau jalan untuk masuk ke Surga tersebut hanya bisa dibuka oleh pemilik-
Nya sendiri.

13. Masa Lalu


6
Bagi saya masa lalu ibarat “kaca spion”. Kaca spion itu berguna supaya kita tetap jaga
jarak aman, begitu pulalah masa lalu. Seorang pengemudi harus memperhatikan kaca
spionnya supaya ia bisa melihat keadaan di belakangnya. Apakah ada kendaraan lain yang
akan menabrak dia? atau apakah ia harus menjaga jarak kendaraan bagian belakangnya
dengan melihat melalui kaca spionnya supaya tidak bersenggolan? Semuanya dilakukan
untuk menjaga supaya ia “tetap aman”. Tetapi seorang pengendara juga tidak boleh hanya
terfokus pada kaca spionnya, karena hal akan membuat dia tidak melihat ke arah depan yang
sedang ia tuju dan akhir akan menabrak sesuatu atau kendaraan lainnya. Hanya terfokus pada
kaca spion itu juga berbahaya. Begitu pulalah dengan masa lalu, kita menjadikannya kaca
spion untuk menjaga jarak aman, yaitu jika masa lalu tersebut adalah hal buruk, jangan kita
mengulangi hal yang sama itu lagi tetapi kita menjadikannya sebagai hal yang berguna untuk
masa depan yang sedang kita tuju. Kita juga tidak boleh hanya terfokus pada masa lalu
tersebut, melainkan kita harus melihat ke depan, ke arah yang sedang kita tuju tersebut.

14. Fondasi Yang Kuat


Bangunan yang kokoh membutuhkan fondasi atau dasar yang kuat pula. Dalam
pembangunan sebuah rumah atau gedung menurut seorang arsitektur, fondasi yang kuat
adalah fondasi yang dipasang atau ditanam secara vertikal. Fondasi yang dipasang secara
horizontal itu lemah, tetapi bukan berarti tidak berguna. Menurutnya kedua fondasi ini harus
ada dan tidak bisa dipisahkan. Begitu jugalah jika kita membangun sebuah hubungan, maka
fondasi yang harus kuat adalah fondasi atau hubungan secara vertikal (ke atas/ kepada
Tuhan). Tetapi bukan berarti kita tidak menjalin hubungan secara horizontal (secara
mendatar/ kepada sesama). Kedua fondasi ini harus ada, tetapi fondasi yang harus kuat
adalah fondasi secara vertikal.

15. Menyakitkan Tetapi Berguna


Hal-hal yang menyakitkan itu tidak selalu negatif. Ibarat sebuah “paku” yang
ditancapkan pada bangunan (papan). Bangunan yang ditancap oleh paku itu harus rela untuk
dilukai (bisa bolong, bahkan pecah). Tetapi hal itu tidaklah sia-sia, paku tersebut justru akan
menjadi penguat bangun itu supaya tidak mudah roboh. Paku tersebut saya ibaratkan “firman
Tuhan” yang menegur manusia, seperti sangat menyakitkan tetapi justru sangat berguna pula.
Manusia harus merelakan hatinya atau perasaan untuk ditegur.

7
16. Prasangka Buruk
Ada 2 (dua) orang calon penumpang pesawat yang sedang duduk berdamping di ruang
tunggu. Penumpang tersebut adalah seorang laki-laki dan seorang ibu. Mereka berdua
masing-masing memiliki sebungkus biskuit roma kelapa yang sama. Sambil menunggu
pesawat, ibu tersebut memakan biskuit yang terletak di kursi antara mereka berdua duduk.
Setiap kali ibu tersebut mengambil satu lalu memakannya, laki-laki tersebut juga ikut
mengambil satu dan memakannya sambil tersenyum kepada ibu tersebut. Ibu itu mengambil
satu lagi, dan laki-laki itu juga kembali mengambil satu sambil tersenyum kepada ibu
tersebut. Ibu tersebut merasa kesal atas perbuatan laki-laki tersebut karena setiap kali ia
mengambil satu biskuitnya laki-laki tersebut juga ikut mengambil dan sambil tersenyum
pula. Bahkan hal itu mereka lakukan sampai satu bungkus biskuit itu habis mereka makan
secara bergantian. Ibu tersebut sangat kesal kepada laki-laki itu dan hingga pesawat si ibu
akan berangkat ia masih kesal.
Pesawat yang ditumpangi si ibu berangkat duluan dan laki-laki tersebut masih
menunggu pesawatnya juga. Saat sudah terbang di atas udara, si ibu membuka tasnya dan
ternyata di dalam tasnya tersebut masih ada utuh biskuit miliknya. Biskuitnya belum
dimakan, ia terdiam sejenak dan barulah ia sadar bahwa biskuit yang ia makan di ruang
tunggu tadi ternyata itu milik si laki-laki tersebut. Ia merasa bersalah dan timbul rasa malu
pada dirinya sendiri karena ternyata dialah yang tidak menyadari kesalahannya (yang terjadi)
di ruang tunggu tadi, bukan laki-laki itu. Tadinya ia berpikir bahwa laki-laki tersebut sudah
keterlaluan tingkah-lakunya, tetapi ternyata dialah yang salah.

17. Kesetiaan
Ada seorang pekerja bangunan yang setia dalam pekerjaannya. Setiap kali ia
membangun rumah yang dipercayakan kepadanya oleh bosnya ia kerjakan dengan sangat baik
dan tepat seperti yang diinginkan oleh bosnya tersebut. Bosnya senang dengan karyawannya
tersebut dan selalu memberikan upah lebih kepada karyawanan (pekerja tersebut). Hingga
puluhan tahun karyawan tersebut berkerja dengan baik kepada bosnya dan karena sudah
cukup usia ia harus berhenti bekerja (pensiun). Sudah waktunya untuk tidak bekerja lagi
pikirnya, dan memang sudah layak dia untuk pensiun. Ia menyampaikan permohonan untuk
pensiun tersebut kepada bos. Bosnya setuju jika ia pensiun, tetapi bosnya mau ia harus
mengerjakan (membangun) satu rumah lagi sebelum ia berhenti kerja.

8
Karena itu menjadi syarat baginya untuk bisa pensiun maka iapun mau
mengerjakannya. Bosnya meminta dia untuk membangun rumah tersebut dengan baik dan
menggunakan bahan-bahan yang terbaik pula. Namun, karena pekerja (karyawan) tersebut
sebenarnya sudah malas untuk bekerja maka ia mengerjakannya dengan asal-asalan dan tidak
maksimal. Dalam waktu yang singkat (lebih cepat dari yang ditargetkan) ia menyelesaikan
membangun rumah tersebut hingga tuntas, namun hanya asal jadi saja. Setelah selesai
semuanya, ia menghadap bos untuk permohon pensiunnya dan bos tersebut berkata, “bahwa
mulai sekarang kamu sah pensiun (bukan karyawan lagi)”. Bosnya juga mengucapkan banyak
terima kasih atas hasil pekerjaannya yang sangat memuaskan selama ini. Lalu bosnya
melanjutkan, “saya sengaja menyuruh kamu untuk membangun rumah untuk yang terakhir
kalinya itu dengan bahan-bahan terbaik supaya hasilnya juga maksimal, karena rumah itu saya
berikan kepada kamu sebagai hadiah atas kesetiaanmu dalam bekerja selama ini. Saya
berharap kamu mau menerimanya”.
Pengerja tersebut terlihat bersedih, karena rumah itu ternyata diberikan kepadanya dan
ia telah membangun hanya dengan asal-asalan saja. Hal ini menyadarkan dia bahwa kesetiaan
itu harus sampai akhir, sampai semuanya selesai.

18. Iman
Iman itu saya ibaratkan seperti “emas”. Emas itu tetap emas walaupun
ditaruh/diletakkan ditempat yang berbeda-beda. Emas tidak akan pernah berubah menjadi
perak jika ia di masukkan ke dalam kubangan lumpur, nilainya (kemurniannya) tidak
ditentukan oleh tempat di mana ia berada (tidak dipengaruhi oleh keadaan). Begitu jugalah
hendaknya iman manusia, tidak ditentukan tempat di mana ia berada. Walaupun di lingkungan
yang pemabuk, pencuri, pencabul, dan sebagainya ia tidak akan terpengaruh. Ia tetap beriman,
tetap berpegang pada imannya. Iman tidak dipengaruhi oleh situasi atau tempat ia berada.

19. Tidak Menyerah


Pada suatu hari, ada seorang anak yang sangat mengingini mainan perahu. Dia suka
sekali pergi ke suatu pasar dengan tujuan melihat-lihat model-model mainan perahu. Nama
anak kecil ini adalah Anton. Anton ini hanya dapat berdoa setiap hari agar Tuhan dapat
mengabulkan doanya. Sampai suatu saat dia merasa harus melakukan sesuatu. Anton berpikir
dia tidak akan mendapatkan apa-apa jika dia tidak melakukan apa-apa juga. Lalu dia
mempunyai cara untuk membuat perahu mainan dari kayu yang dia rasa bisa di kreasikan.
9
Pada suatu kali dia dapat menyelesaikan misinya untuk mempunyai perahu mainan, dia sangat
bahagia hingga dia langsung memainkan perahunya ini disuatu danau yang tidak jauh dari
halaman rumahnya. Dan tanpa dia sengaja, dia melepas perahunya yang akhirnya hanyut
ketengah-tengah danau itu. Dia sangat menyesali akan hal ini, dia sangat marah dengan
dirinya yang memainkan perahunya didanau. Sampai suatu kali dia mempunyai ide lagi
untuk membuat perahu dengan lebih kreatif, yaitu membuat perahu yang menggunakan tali
atau mempunyai pegangan agar dia dapat mengontrol kemanapun perahunya hanyut.

20. Tidak Rendah Diri


Ada seorang anak remaja yang duduk di bangku kelas 10 SMK. Anak remaja ini
bernama Sisia, dia anak yang sangat rajin dan bersemangat untuk masuk sekolah dengan tidak
pernah mendapatkan masalah yang berhubungan dengan aturan-aturan sekolah. Sisia juga
anak yang tidak mau terlambat untuk mengumpulkan tugas, dia selalu berusaha melakukan
yang terbaik walaupun kadang hasilnya tidak memuaskan. Di balik kerajinan dan
semangatnya, dia adalah siswi yang sering dikucilkan oleh siswa-siswi di sekolah. Hal ini
terjadi karna dia adalah anak dari seorang pemulung, dan sementara teman-temannya yang
lain adalah berasal dari kalangan atas. Namun, Sisia ini anak yang tidak rendah diri, dia tidak
merasa minder atau merasa tidak layak bersekolah ditempat yang bagus hanya karna
keadaannya, bahkan dia berusaha untuk menunjukkan kepada teman-temannya bahwa dia
pantas bersekolah di sekolah tersebut, sampai pada akhirnya banyak para guru
menyayanginya dan mengagumi semangatnya.

21. Iman
Kita harus memiliki Iman seperti akar, yang bertujuan untuk mengkokohkan suatu tanaman.
Akar itu jika semakin meluas atau semakin mekar didalam tanah maka akan semakin kuatlah
tanaman itu. Sama halnya dengan iman, semakin kita memiliki kepercayaan dan iman kita
semakin kuat maka akan banyak hal perkara yang besar tuhan percayakan.

22. Memberi Dampak


Jika disuruh memilih apakah kamu lebih baik memasak kopi, telur, atau kentang? Kopi
dimasak akan memberikan rasa wangi, dan akan memberikan rasa atau dampak buat air yang
dicampurkan, Jika kamu memilih memasak telur Telur itu kulitnya saja yang kuat namun
isinya lunak/lembek. Jika kamu memasak kentang, Kentang itu keras sebelum dimasak,
10
sesudah dimasak lunak atau lembek. Nah dari perbandingan ini, saya lebih memilih kopi yang
memberi dampak buat campuran air.

23. Kita Berharga Dimata Tuhan


Uang 50rb jika diremukan, setelah itu di benarkan kembali dia tetap uang yang berharga,
demikian uang 100rb. Sama halnya dengan kita sekalipun diremukkan, di caci maki, disakiti,
bahkan di khianati, kita tetap berharga bagi Tuhan dan tetap bernilai bagi Tuhan.

24. Saat Keadilan dan Kasih Bertemu

Ada seorang raja yang bertahtah disuatu daerah, dan raja ini berkarakter adil, tegas dan
memiliki kasih. Pada suatu hari kerajaan tersebut mengalami kehilangan Emas yang dimiliki
raja dan ratu. Saat dia mengetahui hal ini, dia mulai mencari tahu siapa dalang dibalik
kejadian ini. Mulailah terkuap siapa pelakunya, dan tenyata ibunya sendiri. Saat kasih dan
keadilan bertemu, meskipun dia seorang anak dia harus menghukum yang bersalah.

Jadi raja ini mengambil keputusan untuk menggantikan dirinya untuk dihukum, karna
dia sangat mengasihi ibu, jadi dia rela untuk dihukum.

25. Pengorbanan

Ada seekor anjing yang ikut dalam suatu perahu, dan ternyata dipertangahan danau, anjing ini
jatuh kedanau. Dan tenyata ada ikan hiu yang menyerang anjing ini. Tak di kira-kira ada
seekor lumba-lumba yang berusaha untuk menolong anjing ini, lumba-lumba ini terus
mengejar perahu yang tadinya di naiki oleh anjing tersebut, dan pada akhirnya anjing tersebut
terselamatkan. Namun, lumba-lumba tersebut habis di sakiti oleh hiu, dan terluka. Karna
anjing merasa dia sudah ditolong, maka dia juga berusaha untuk meminta bantuan kepada
manusia yang ada di perahu tersebut untuk menolong lumba-lumba yang terlah tersakiti.
Akhirnya lumba-lumba tersebut tertolong karna manusia tersebut telah membunuh ikan hiu
itu. Dan pada akhirnya lumba-lumba dan anjing itu menjadi sirkus.

26. Kita Bagaikan Gula

Saat kita membuat kopi atau teh, manis atau tidak nya suatu minuman itu tergantung gulanya.
Sama hal nya dengan kita membuat suatu kue, enak atau tidak nya tergantung campuran
gulanya. Saat kue itu atau minuman itu tidak enak atau tidak sesuai dengan lidah kita, pasti
yang kita salahkan adalah campuran gulanya kurang atau berlebihan. Bagaimana jika
minuman itu atau kue tersebut sesuai dengan lidah kita, pasti yang kita puji atau tonjolkan
lebih ke arah “kuenya enak, minumannya enak” bukan gulanya. Sama dengan kita, kita hanya

11
akan terus dipandang dari sudut buruknya saja dari orang lain, tidak melihat baik dari
karakternya kita. Tapi satuhal yang kita perlu tahu, kita tidak membutuhkan pujian orang lain,
yang kita harapkan hanya kita bernilai dan berharga bagi Tuhan.

12

Anda mungkin juga menyukai