Anda di halaman 1dari 310

TEGURAN TUHAN

Setiap orang tentunya pernah mendapat suatu teguran ; baik teguran dari orang tua, teman, guru
atau siapa saja, termasuk teguran dari TUHAN. Yang pasti bahwa setiap orang pernah
mengalaminya, karena manusia tidak lepas dari kelemahan atau kesalahan maupun kesalahan.
Tetapi yang menjadi sedikit persoalan adalah tidak semua orang mau di tegur, karena ia selalu
merasa dirinya benar. Dan orang yang mau di tegur itu harus rendah hati, sebab apabila tidak
bersikap rendah hati maka akan terjadi persoalan baru. Firman TUHAN menasehatkan: " Lebih
baik teguran yang nyata-nyata dari pada kasih yang tersembunyi." ( Amsal 27:5 )

Dan kali ini kita akan membahas mengenai teguran dari TUHAN yang terambil dari kisah anak
yang terhilang.

Amsal 10 :17 berkata : " Siapa mengindahkan didikan, menuju jalan kehidupan. tetapi siapa
mengabaikan teguran, tersesat." Ungkapan inilah yang tepat bagi orang yang berusaha lari dari
teguran, dan menganggap bahwa dirinya benar ( walaupun melakukan kesalahan ). Dan kisah
anak yang terhilang ini memaparkan bahwa pada awalnya dia dalam kondisi ekonomi yang baik,
tetapi dia mulai menjauh dari bapaknya, padahal bapaknya ingin senantiasa berkomunikasi
dengan anaknya. Sebab jikalau ia melakukan kesalahan, maka bapaknya pasti memberikan
teguran atau peringatan kepadanya supaya pada akhirnya anak tersebut tidak tersesat. Tetapi
kenyataannya anak ini telah jauh dari bapaknya, sehingga ia tidak terjangkau oleh teguran
bapaknya. Dan pada akhirnya keadaan yang telah memperingatkan dia ketika dia dalam kondisi
kemiskinan ( untuk makan saja tidak ada ). Keadaan seperti ini sering dialami oleh anak-anak
TUHAN. Untuk itu muncul peringatan: " untuk apa kita harus mengalami penderitaan terlebih
dahulu supaya mengindahkan teguran TUHAN." TUHAN menegur kita dengan halus. Saudaraku
apabila kita mendapat teguran, maka segeralah kita bertobat. Karena kita tahu bahwa rancangan
TUHAN bukan rancangan kita, dan jalan kita bukan jalan TUHAN, demikianlah firman TUHAN
( Yesaya 55:8 Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku,
demikianlah firman TUHAN ).

Bahkan TUHAN telah berkata bahwa pada mulanya TUHAN merancangkan masa masa depan
yang indah dalam kehidupan kita. Kenyataannya manusia cenderung untuk melakukan
kehendaknya sendiri yaitu menurut keinginan dagingnya. Namun Firman ALLAH tidak pernah
kembali dengan sia-sia , sebab : " Sebab seperti hujan dan salju turun dari langit dan tidak
kembali ke situ, melainkan mengairi bumi, membuatnya subur dan menumbuhkan tumbuh-
tumbuhan, memberikan benih kepada penabur dan roti kepada orang yang mau makan, demikian
firman Ku yang ke luar dari mulut Ku: ia tidak akan kembali kepada Ku dengan sia-sia, tetapi ia
akan melaksanakan apa yang Ku kehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan
kepadanya." ( Yesaya 55:10,11 ).

Tetapi jika manusia tetap tidak menghiraukan teguran TUHAN maka ia akan mengalami seperti
yang tertulis dalam Amsal 29:1 " Siapa bersitegang leher, walaupun telah mendapat teguran,
akan sekonyong-konyong di remukkan tanpa dapat dipulihkan lagi".

Saudaraku, dari gambaran diatas menjadi peringatan bagi kita untuk senantiasa bersikap rendah
hati ( lapang dada ) saat mendapat teguran dari TUHAN, sebab semuanya akan mendatangkan
kebaikan bagi kita....AMEN.
TUHAN YESUS memberkati Anda dan Keluarga...AMEN.
Diposkan oleh bayue di 12:46 PM Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
MENGUCAP SYUKUR SELALU
Mazmur 86:12-13
Aku hendak bersyukur kepada-Mu, ya Tuhan, Allahku, dengan segenap hatiku, dan memuliakan
nama-Mu untuk selama-lamanya;sebab kasih setia-Mu besar atas aku, dan Engkau telah
melepaskan nyawaku dari dunia orang mati yang paling bawah.

Baca : Mazmur 148; Wahyu 4; Ezra 5-6

Penelitian menunjukkan bahwa bersyukur dapat meningkatkan kesehatan fisik dan emosional.
Memiliki gaya hidup penuh rasa syukur dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan
meningkatkan suplai darah ke hati kita. Jika kita melakukan dengan rutin hal ini, maka dapat
meningkatkan kewaspadaan kita, antusiasme, energi dan juga meningkatkan kualitas tidur kita.
Mereka yang menggambarkan dirinya sebagai orang yang penuh rasa syukur cenderung jarang
stres dan depresi.

Untuk mendapatkan semua manfaat diatas, tidak terjadi dengan tiba-tiba. Contohnya waktu
TUHAN YESUS menyembuhkan sepuluh orang yang sakit kusta. Saat itu TUHAN YESUS
sedang lewat, dan mereka berteriak, “YESUS, Guru, kasihanilah kami!” Namun TUHAN
YESUS tidak langsung menyembuhkan mereka, tetapi memberi mereka perintah untuk
menghadap imam-imam. Ketika sepuluh orang yang berpenyakit kusta ini taat, mereka sembuh.
Tetapi dari kesepuluh orang kusta yang mengalami kesembuhan itu, hanya satu yang kembali
dan menyatakan terima kasihnya kepada TUHAN YESUS. Hal ini membuat TUHAN YESUS
tertegun, "Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang
sembilan orang itu?”

Bagi kita, sebagai pengikut TUHAN YESUS, mengucap syukur bukanlah sebuah saran, tetapi
perintah. Anda akan menemukan banyak ayat di Alkitab yang memerintahkan umat TUHAN
untuk bersyukur. Daud adalah salah satu contoh pribadi yang penuh syukur. Dia bahkan
menyatakan syukurnya saat menghadapi masa-masa paling kelam dalam hidupnya.

Pagi ini, mari tanyakan pada diri sendiri seberapa sering kita menunjukkan rasa syukur kita
kepada Tuhan dan sesama.

Ucapan syukur bukan hanya sebuah ungkapan terima kasih, tapi hal itu adalah sebuah
penyembahan yang akan membawa mukjizat dalam hidup Anda.
Ucapan syukur yang apabila kita ucapkan dengan sungguh-sungguh maka akan membawa kita
untuk lebih kuat lagi dalam menjalani hidup……AMEN.

TUHAN YESUS memberkati Anda dan Keluarga…..AMEN.


Diposkan oleh bayue di 12:39 PM Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
MASA KELIMPAHAN
“ Karena engkau tidak mau menjadi hamba kepada TUHAN, ALLAHmu, dengan sukacita dan
gembira hati walaupun kelimpahan akan segala-galanya.” Ulangan28:47.
Baca Ulangan 28:47-68; Efesus 5:16.
Saya menemukan arti yang lebih jelas di dalam Alkitab bahasa inggris terjemahan new
International Version, “ Because you did not serve the LORD your GOD joyfully and gladly in
the time of prosperity.” ( Sebab engkau tidak melayani TUHANALLAHmu dengan sukacita dan
gembira pada masa kelimpahan ).
Masa kelimpahan menjadi kebanggaan dan dambaan kita semua. Ini seperti roda berputar dan
kita selalu ingin posisi kita selalu berada di puncak. Dan mungkin Anda saat ini berada di
puncak. Apa kesibukan Anda kini ? Yang pasti jadwal padat pada hari senin- minggu. Mungkin
senin rapat, selasa ketemu klien dari Jepang , rabu bermain Golf bersama klienatau relasi untuk
membina hubungan kerja, kamis bermain Tennis, Jumat nonton konser, sabtu makan malam
bersama keluarga sambil karaoke, .Minggu ke gereja ( dengan catatan tidak ada tugas kantor
yang belum selesai ). Dalam keadaan hidup yang serba ada dan serba kecukupan, segala
persoalan bisa di selasaikan cukup dengan karyawan yang handal. Semuanya ini akan
mempengaruhi kita semakin jauh dari TUHAN YESUS, yang biasanya kita lakukan pada saat
kita susah.
Sayang disaat kelimpahan Anda sering melupakan Dia yang telah mengangkat Anda. Ketika
Anda masih mempunyai rumah kontrakan ,yang setiap tahun mengangkat lemari es keatas
tempat tidur karena banjir, Anda mempunyai pengalaman yang indah dengan TUHAN.
Persekutuan Anda dengan TUHAN begitu kuat, Agaknya tidak ada yang lebih indah dalam hidup
Anda kecuali bertekuk lutut di hadapan Sang Raja. Hari minggu adalah hari sukacita Anda, sebab
itulah saat dimana Anda bersama orang-orang kudus lainnya tenggelam dalam pujian dan
penyembahan. Namun , dengan semakin meningkatnya jabatan Anda, status social Anda, dan
rekening Anda di bank, Anda mulai terlibat dalam kesibukan yang lama kelamaan menyita
perhatian Anda. Persekutuan dengan ALLAH bukan lagi menjadi kebutuhan primer Anda, tetapi
hanyalah kebutuhan sekunder saja. Anda bukan sekedar lupa daratan, tetapi lupa segala-galanya.
Saudaraku kembalilah kepada kasih mula-mula dan layanilah ALLAH. Di luar ALLAH Anda
tidak akan mendapatkan kepuasan yang sesungguhnya. Jadi saudaraku tetaplah layani ALLAH
kita dengan lebih dekat lagi baik dalam keadaan senang maupun susah , maka TUHAN YESUS
akan menilai Anda sebagai Anak-anak yang taat , anak-anak yang setia dan anak-anak yang
selalu diingat TUHAN untuk diberi tugas lebih dalam lagi dalam kerajaan SURGA……AMEN.
TUHAN YESUS memberkati Anda dan Keluarga….AMEN.
Diposkan oleh bayue di 12:36 PM Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
INDAHNYA LEMBAH KEKELAMAN
Mazmur 23:1-3 adalah suatu jaminan bahwa kita tidak akan kekurangan, Tuhan akan
membaringkan kita di rumput yang hijau, akan membimbing kita ke air yang tenang,
menyegarkan jiwa kita dan membimbing kita ke jalan yang benar.

"Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau
besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku." (Mazmur 23:4)
Tiap orang punya lembah kekelaman masing-masing, bisa berupa masalah keuangan, sakit
penyakit, dll. Kenapa kita harus memiliki lembah kekelaman??

Lembah kekelaman adalah kabar baik, Lembah kekelaman bukan tujuan akhir kita, Lembah
kekelaman harus kita lewati untuk mencapai rumput yang hijau.

Sekalipun dalam lembah kekelaman yang paling kelam, tetaplah bersyukur, karena disana ada
pribadi yang selalu menyertai kita, yaitu Yesus Tuhan.

Dimasa kekelaman jangan berhenti untuk percaya kepada Tuhan, karena janji-NYA adalah
KEMENANGAN.

TUHAN MEMBERKATI.
Diposkan oleh bayue di 12:32 PM Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
TUHAN HANYA MENCIPTAKAN LAKI-LAKI DAN
PEREMPUAN
“ Seorang perempuan janganlah memakai pakaian laki-laki dan seorang laki-laki janganlah
mengenakan pakaian prempuan, sebab setiap orang yang melakukan hal ini adalah kekejian bagi
TUHAN, ALLAH.” ( Ulangan 22:5 ) baca : Ulangan 22:5-11; 1 Korintus 6:9.; Kejadian 1:27,
5:2.

Suatu ketika saya membaca sebuah berita Internasional, tentang “ Keputusan yang Kontroversial
di kota San Fransisco “. Paragraf pertama berkata, “ Hanya dalam waktu seminggu, tidak kurang
dari 3000 pasangan sejenis, gay dan lesbian, menikah dib alai kota San Fransisco dan
mendapatkan surat nikah. Itu terjadi Wali Kota Gavin Newsom melawan hokum Negara bagian
California, yang melarang pernikahan sejenis.”

Dunia semakin edan! Luapan emosi bergema di seluruh dunia: Antara yang mendukung dan yang
menentang. ALLAH sangat menentang pernikahan sejenis di mana disebut di Alkitab…” di 1
Korintus 6:9…” .Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan
mendapat bagian dalam Kerajaan Allah? Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala,
orang berzinah, banci, orang pemburit,” .

Dan tahukah Anda apakah “orang pemburit “ itu ? mungkin lebih jelasnya kalau Anda membaca
di terjemahan King James Version, “ Or do you not know that the unrighteous will not inherit the
kingdom of God ? Do not be deceived; neither fornicators, nor idolaters, nor adulterers, nor
effeminate, nor Homosexuals.” Jadi Anda tahu bahwa “ orang pemburit “ adalah orang-orang
yang melakukan praktek penyimpangan seksual, yakni dengan sesama jenis. Mereka tidak
mendapatkan bagian dalam Kerajaan ALLAH!.

ALLAH tidak menciptakan laki-laki untuk jadi perempuan demikian juga perempuan
untuk jadi laki-laki tetapi ALLAH hanya menciptakan laki-laki dan perempuan saja,!…..
“1:27 Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah
diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. ( Kejadian 1 : 27 ) dan …”
laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka……. ( Kejadia 5:2 )

Namun sekali lagi saya tegaskan bahwa ALLAH tidak membenci para gay atau lesbi. ALLAH
hanya membenci perbuatan mereka . Untuk mereka TUHAN YESUS juga menebus dosa mereka
dengan mati di kayu salib, Untuk mereka TUHAN YESUS disalibkan. Tetapi yang penting
adalah mereka menerima KRISTUS dan bertobat dari perbuatannya yang jahat itu. Dunia
semakin lama memang semakin edan . Apa yang dulu dianggap tabu , lama-kelamaan dijadikan
kebudayaan yang dapat diterima masyarakat, baik dengan cara terang- terangan ataupun lembut.

TUHAN YESUS memberkati Anda dan Keluarga……..AMEN.


Diposkan oleh bayue di 12:30 PM Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
KETIKA TUHAN MENDENGAR
“Ketika TUHAN mendengar perkataanmu itu, sedang kamu mengatakannya kepadaku, maka
berfirmanlah TUHAN kepadaku: Telah Kudengar perkataan bangsa ini yang dikatakan mereka
kepadamu. Segala yang dikatakan mereka itu baik.“ Ulangan 5:28.

Baca Ulangan 5:23-33; 1 Korintus 9:27.


Ini pujian yang TUHAN berikan bagi orang Israel yang tegar tengkuk itu. Dia berkata,’ Segala
yang di katakan mereka itu baik.” Kata-kata apa yang di ucapkan bangsa Israel sehinggga
TUHAN memuji-Nya ? “ Mendekatlah engkau ( Musa ) dan dengarkanlah segala yang
diFirmankan TUHAN, ALLAH kita, dan engkaulah ( Musa ) yang mengatakan kepada kami
segala yang di Firmankan kepadamu ( Musa ) oleh TUHAN,ALLAH kita, maka kami akan
mendengar dan melakukannya.” Ulangan 5:27. Itulah yang diinginkan TUHAN dari orang Israel
“mendengar dan melakukannya.”Sebab tidak ada cara lain untuk menyenangkan hati
TUHAN kecuali “ mendengar dan melakukan Firman TUHAN. “ Bahkan TUHAN berkata,
“ Kiranya hati mereka selalu begitu, yakni takut akan Daku dan berpegang pada segala
perintahKu….” Sebab bila hati TUHAN di senangkan maka akan menjadi “ baik keadaan
mereka dan anak-anak mereka untuk selama-lamanya !. “ Ulangan 5:29.
Sudah berapa banyak kita mendengar Firman ALLAH dalam hidup kita ? Mungkin ada yang
berkata, “ setiap hari “ Tetapi apakah kita melakukan Firman TUHAN sebanyak apa yang kita
dengar ? Saudaraku, mendengar Firman TUHAN dan melakukannya adalah sesuatu yang sangat
menyenangkan TUHAN. Dan biarlah itu menjadi gaya hidup kita sehari-sehari.Bila itu telah
menjadi gaya hidup kita sehari-hari. Bila itu telah menjadi gaya hidup kita, janji TUHAN kepada
orang Israel { “ Supaya baik keadaan mereka dan anak-anak mereka untuk selama-lamanya! “
( ayat 29 ).} pasti akan kita alami dalam hidup kita sekarang ini.
Ada banyak masalah yang kita hadapi dalam hidup ini dan ternyata masalahnya satu saja yaitu
tidak melakukan Firman TUHAN dengan baik. Ini sangat sederhana tetapi membutuhkan
ketekunan dan komitmen, Memang lebih muda hidup tidak sesuai dengan Firman TUHAN .
Mengapa ? Sebab itu sudah menjadi gaya hidup manusia lama kita. Bukanlah Anda dan saya
adalah manusia baru di dalam KRISTUS. Mendengar Firman TUHAN dan melakukannya
dalam hidup kita seharusnya menjadi gaya hidup manusia baru. Jangan pernah berkata, “
Kita kan masih hidup di dalam daging ? . Kan wajar jika masih ada kesalahan di sana sini., “
Siapa yang tidak tahu kalau kita masih hidup dalam daging ? justru itu kita harus melatih dan
mengendalikan daging kita untuk melakukan firman TUHAN. Sebab selama ini sudah terbiasa
melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan Firman TUHAN. Paulus berkata, “Tetapi aku
melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada
orang lain, jangan aku sendiri ditolak. 1 Korintus 9:27……..AMEN.

Belajar dari Pengalaman Masa Lalu


 Print this

Renungan GEMA 2009

10 July 2009 1 Korintus 10

Mengapa kita perlu belajar dari pengalaman masa lalu? Pertama, kita perlu belajar dari
pengalaman masa lalu agar kita tidak mengulang kesalahan yang sama. Dalam Perjanjian Lama,
dosa yang paling dibenci Allah adalah penyembahan berhala dan percabulan (10:6-8). Kedua
macam dosa itu memiliki akar yang sama, yaitu ketidaksetiaan, yang pertama terhadap Allah dan
yang kedua terhadap suami atau isteri. Kedua, kita perlu belajar dari masa lampau agar kita
memahami bahwa kita tidak mungkin bebas dari masalah. Setiap orang pasti memiliki
masalahnya sendiri, tetapi semua masalah akan bisa diatasi bila kita bersandar kepada Allah
(10:13a). Ketiga, kita perlu belajar dari masa lampau agar kita bisa meyakini bahwa Allah itu
setia, sehingga Ia tidak mungkin mengabaikan kita serta pasti menyediakan jalan keluar bagi
setiap masalah yang kita hadapi (10:13b).

Ada dua hal yang perlu kita lakukan agar kita bisa mempercayai kesetiaan Allah dalam
memelihara kehidupan kita. Pertama, kita perlu belajar mengenal Allah dengan mengamati cara
Allah memperlakukan umat-Nya pada masa lampau sebagaimana diuraikan dalam Alkitab.
Jangan membaca kisah-kisah dalam Alkitab sebagai sekedar dongeng pengantar tidur, tetapi
sebagai kisah nyata yang mengungkapkan siapakah Dia sebenarnya. Kedua, kita perlu
menghayati bagaimana Allah bertindak dalam kehidupan kita sehari-hari pada masa lampau, baik
saat kita menjalani pengalaman yang menyenangkan maupun yang menyesakkan. Akan sangat
bermanfaat bila kita mencatat bagaimana Allah bertindak secara tidak terduga dalam kehidupan
kita saat kita menemui jalan buntu. [P]

1 Korintus 10:11
Semuanya ini telah menimpa mereka sebagai contoh dan dituliskan untuk menjadi peringatan
bagi kita yang hidup pada waktu, di mana zaman akhir telah tiba.
1 Petrus 1:15-16 Kita Harus Hidup Kudus!

(1 Petrus 1:15 [LAI TB] tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh
hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu,

1:16 sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.)

ἀλλὰ κατὰ τὸν καλέσαντα ὑμᾶς ἅγιον καὶ αὐτοὶ ἅγιοι ἐν πάσῃ ἀναστροφῇ γενήθητε·

διότι γέγραπται, Ἅγιοι γίνεσθε, ὅτι ἐγὼ ἅγιός εἰμι

Transliteration: Alla kata ton kalesanta hymas hagion kai autoi hagioi pase hanastropse
genethete

Dioti gegeraptai, "hagioi ginesthe, hoti ego hagios eimi"

Ayat diatas, kalau kita terjemahkan secara harafiah dari bahasa Yunaninya, maka akan
berbunyi seperti ini:

(1 Petrus 1:15 [Terjemahan Bebas] Tetapi, sebagaimana Dia yang telah memanggil
kalian adalah Kudus, kalian sendiri harus terus menerus kudus di dalam setiap
kelakuan
1:16 Sebab telah tertulis, "Kuduslah kalian terus menerus, sebab Aku adalah kudus")

ἀλλὰ κατὰ τὸν καλέσαντα ὑμᾶς ἅγιον καὶ αὐτοὶ ἅγιοι ἐν πάσῃ ἀναστροφῇ γενήθητε·

διότι γέγραπται, Ἅγιοι γίνεσθε, ὅτι ἐγὼ ἅγιός εἰμιTransliteration:

Alla kata ton kalesanta hymas hagion kai autoi hagioi pase hanastropse genethete

Dioti gegeraptai, "hagioi ginesthe, hoti ego hagios eimi"

Dalam terjemahan harafiah diatas, maka kita tahu bersama bahwa TUHAN telah
memerintahkan untuk "terus menerus" hidup kudus. Hidup kudus bukanlah pilihan,
namun sebuah kewajiban dan keharusan kita sebagai orang Kristen. Kenapa? Karena
TUHAN yang kita sembah adalah kudus, itulah sebabnya kita pun juga harus hidup
kudus.

1. Kalian sendiri harus terus menerus kudus di dalam setiap kelakuan (autoi
hagioi en pase hanastropse genethete αὐτοὶ ἅγιοι ἐν πάσῃ ἀναστροφῇ γενήθητε)

Kata "Genethete γενήθητε (Jadilah)" adalah sebuah kata perintah yang menuntut
pelakunya haruslah "terus menerus" melakukan kegiatan tersebut. Jadi, yang
dimaksudkan dalam ayat diatas adalah kita dituntut TUHAN untuk terus menerus hidup
kudus/ menjadi kudus dalam setiap perilaku dan perbuatan kita. Jadi, kekudusan itu
adalah wajib dan tidak bisa setengah-setengah, harus terus menerus.

Jadi, kita tidak bisa berkata bahwa saat ini kita taat, tetapi besok kita menonton video
porno, masturbasi, merokok, mengumpat, dll. Kekudusan itu haruslah terus menerus,
bukan sesuatu yang angin-anginan, yang kadang kita lakukan, tetapi besok kita
langgar. Kita harus hidup kudus terus menerus dalam segala perbuatan kita, itulah
yang dimaksudkan oleh ayat diatas.

2. Kuduslah kalian terus menerus (Hagioi Ginesthe Ἅγιοι γίνεσθε)

Kata "Hagioi Ginesthe Ἅγιοι γίνεσθε (Kuduslah kalian terus menerus)" merupakan suatu
kata kerja yang menuntut pelakunya harus terus menerus secara konsisten
melakukannya. Jadi, sama dengan poin yang diatas dimana TUHAN memang menuntut
kita untuk terus menerus menjadi kudus. Disinilah letak perjuangan dan perlombaan
orang-orang Kristen sesungguhnya.

Orang-orang Kristen dituntut TUHAN dan wajib untuk terus menerus secara konsisten
untuk hidup kudus. Jadi, segala perbuatan cemar, dosa, dan berbagai macam kekejian-
kekejian lainnya harus kita jauhi. Kita harus menjauhi perbuatan-perbuatan daging
yang jelas sekali dilarang seperti misalnya, masturbasi, merokok, video porno, mabuk-
mabukan, caci maki, kata-kata kotor, kesombongan, iri hati, sakit hati, kepahitan, tidak
mau mengampuni, pemarah, dll. Semua ini adalah perbuatan-perbuatan yang harus
kita jauhi.

Paulus sudah mewanti-wanti kita, kalau kita masih saja terus menerus hidup di dalam
kecemaran dan tidak mau bertobat, maka jangan harap kita akan diselamatkan

(Galatia 5:19 [LAI TB] Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran,
hawa nafsu,

5:20 penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah,


kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah,

5:21 kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu
kuperingatkan kamu--seperti yang telah kubuat dahulu--bahwa barangsiapa melakukan
hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.)

(1 Korintus 6:9 [LAI TB] Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak
adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah? Janganlah sesat! Orang cabul,
penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit,

6:10 pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat
bagian dalam Kerajaan Allah.)

(Efesus 5:5 [LAI TB] Karena ingatlah ini baik-baik: tidak ada orang sundal, orang
cemar atau orang serakah, artinya penyembah berhala, yang mendapat bagian di
dalam Kerajaan Kristus dan Allah.

5:6 Janganlah kamu disesatkan orang dengan kata-kata yang hampa, karena hal-hal
yang demikian mendatangkan murka Allah atas orang-orang durhaka.)
Jadi, Paulus sendiri sudah mengatakan dengan tegas bahwa setiap orang yang masih
melakukan kecemaran-kecemaran mereka, mereka tidak akan mendapat bagian
apapun dalam Kerajaan Allah. Gampangnya, mereka tidak akan diselamatkan. Jadi, jika
kita masih terus menerus mengeraskan hati kita untuk hidup di dalam dosa, maka
sudah pasti kita tidak akan diselamatkan.

Paulus mewanti-mewanti kita agar kita tidak disesatkan/ disimpangkan oleh orang-
orang yang berkata hampa. Banyak orang yang memutarbalikkan Injil termasuk juga
tulisan-tulisan Paulus di dalamnya sehingga mereka berkeyakinan bahwa mereka sudah
pasti masuk surga meskipun masih hidup di dalam dosa-dosanya. Paulus sudah
mewanti-wanti bahwa hal ini adalah tidak benar. Tidak satupun dari kita, jika kita
masih terus menerus hidup di dalam dosa dan kecemaran-kecemaran yang akan
diselamatkan. Jadi, kita harus terus menerus hidup kudus karena itu adalah standar
wajib yang TUHAN minta kepada kita.

Well, sebagai penutup, saya pribadi hanya bisa mengatakan bahwa mustahil kita akan
bisa hidup kudus tanpa pertolongan ROH KUDUS. Hanya ROH KUDUS yang berkuasa
untuk mematikan daging kita sehingga daging kita menjadi mati dan tak berkuasa
untuk menguasai tubuh kita. Itulah sebabnya dikatakan, hiduplah oleh Roh, maka kita
tidak akan menuruti keinginan daging

(Galatia 5:16 [LAI TB] Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan
menuruti keinginan daging.)

Jadi, jika kita saat ini memang betul-betul rindu untuk hidup kudus sesuai dengan taraf
standar TUHAN, maka mintalah pertolongan ROH KUDUS agar hidup kita bisa dipimpin
oleh-NYA sehingga ROH KUDUS akan memampukan kita untuk hidup kudus. Sekuat
tenaga melawan dosa berbeda dengan ketika ROH KUDUS mematikan keinginan daging
kita. Jika kita berusaha sekuat tenaga melawan dosa dengan kekuatan kita sendiri,
maka kita sudah pasti akan jatuh terus. Hanya dengan pertolongan ROH KUDUS saja
kita bisa melawan dosa dan hidup kudus.
Doa saya, siapapun yang membaca tulisan ini, hatinya bisa tergerak dan ROH KUDUS
bisa mencelikkan mata mereka sehingga mereka bisa memahami kebenaran dan
meninggalkan perbuatan-perbuatan cemar mereka dan terus menerus hidup kudus.

Salam Kasih. TUHAN YESUS memberkati

Berani Tampil Beda


“Sebab itu jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai
bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni.” 2
Timotius 2:22

Dalam perkembangan jaman yang semakin cepat di era globalisasi saat ini membuat anak-anak
muda berusaha tampil dengan mengikuti tren yang sedang berkembang. Kecenderungan anak-
anak muda adalah berusaha untuk bisa mendapat pengakuan dari lingkungan sekitarnya. Mereka
berusaha agar dapat diterima dalam lingkungan pergaulannya yaitu dengan cara mengikuti tren
yang ada saat ini. Jika mereka tidak mengikuti tren yang sedang berkembang, maka mereka akan
dianggap ketinggalan jaman dan kurang pergaulan.

Banyak hal yang bisa dianggap tren bagi anak muda, mulai dari cara berpakaian, cara berbicara,
cara berdandan/bergaya, gaya hidup, tempat jalan-jalan, tempat hiburan, tempat berbelanja,
barang-barang mewah, musik, film, teknologi gadget, internet, bahkan sampai kepada kebiasaan
buruk yaitu merokok hingga kepada dunia gemerlap (kehidupan malam).
*courtesy of PelitaHidup.com
Tekanan dari teman-teman sering dialami bagi anak-anak muda yang tidak mau mengikuti tren-
tren itu. Bukan suatu hal yang mudah untuk menolak atau tidak mengikuti tren yang ada.

Sebagai anak muda yang mengenal Tuhan, tentunya harus dengan cermat mengikuti tren-tren
yang ada. Anak-anak muda harus pintar-pintar memilih tren apa yang baik dan apa yang tidak
baik bagi mereka, agar tetap berjalan dalam kehendak Tuhan dan tidak menyimpang dari
jalanNya.

Bagaimana agar anak-anak muda dapat tetap di dalam Tuhan dan berani tampil berbeda
dengan dunia ini?

1. Hidup sesuai dengan Firman Tuhan


*courtesy of PelitaHidup.com
“Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya
sesuai dengan firman-Mu. ” Maz 119:9
Terima ayat Alkitab melalui Facebook. Ayo gabung dengan lebih dari 54.000 member di
Facebook Page Pelita Hidup. Klik like berikut ini:

Hanya dengan Firman Tuhan-lah seorang anak muda dapat mempertahankan jalannya sesuai
dengan kehendak Tuhan. Firman Tuhan akan menerangi setiap sisi kegelapan yang ada. Tuhan
akan memberi hikmat bagi anak-anak muda, tren apakah yang sesuai dan tidak sesuai dengan
kehendakNya.
*courtesy of PelitaHidup.com
Tidak mengikuti tren yang tidak sesuai dengan jalanNya bukan berarti akhir dari kehidupan.
Tetapi ketika anak muda memilih untuk tidak mengikuti tren yang ada dan lebih mementingkan
kehendak Tuhan dalam dirinya, maka dia akan memperoleh harta yang paling berharga di dunia
ini.

Menjadi umat Tuhan bukan berarti kita menjadi orang yang kurang pergaulan, tetapi lebih
kepada menjadi orang yang mempunyai integritas untuk menyatakan ya di atas ya dan tidak di
atas tidak. Menjadi orang yang berani untuk menolak ajakan maupun kebiasaan yang tidak
berkenan di hadapan Tuhan dan siap menerima segala resiko dengan menolak ajakan tersebut.

2. Menjauhi Hawa Nafsu

Dalam 2 Timotius 2:22 jelas sekali dikatakan untuk menjauhi segala nafsu orang muda. Segala
keinginan untuk memenuhi hawa nafsu hanyalah membawa kepada kebinasaan. Hawa nafsu
akan terus menyerang kehidupan anak-anak muda. Oleh karena itu setiap keinginan yang muncul
haruslah diserahkan kepada Yesus Tuhan. Tidak setiap keinginan harus dimiliki saat itu juga atau
bahkan ada keinginan-keinginan tertentu yang harus ditolak karena tidak sesuai dengan
FirmanNya.

“Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta
keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. ” 1 Yoh 2:16

Mintalah kepadaNya agar Dia memberi kekuatan untuk dapat menolak setiap hawa nafsu yang
ada.
*courtesy of PelitaHidup.com
Berjalanlah sesuai dengan Firman Tuhan, dan tetap setia dalam setiap langkah yang diambil baik
dalam pergaulan maupun aktifitas apapun. Hidup di dalam kasih Tuhan dan tetap memelihara
damai di dalam kehidupan kita.

3. Menjadi Teladan
“Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi
orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam
kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.” 1 Tim 4:12

Sebagai anak muda bukan berarti tidak bisa menjadi teladan. Justru selama menjalani masa muda
harus mulai bisa menunjukkan bahwa kita adalah teladan yang patut ditiru baik dalam perkataan,
tingkah laku, kasih kepada sesama, kesetiaan kepada Tuhan dan dalam kesucian hidup yang
berani untuk menolak segala kecemaran yang ada.

Tuhan akan memampukan setiap anak muda agar dapat hidup seturut dengan kehendakNya
sehingga dapat menjadi teladan bagi teman-teman pergaulannya.

“Seperti anak-anak panah di tangan pahlawan, demikianlah anak-anak pada masa muda.
*courtesy of PelitaHidup.com
Berbahagialah orang yang telah membuat penuh tabung panahnya dengan semuanya itu. Ia
tidak akan mendapat malu, apabila ia berbicara dengan musuh-musuh di pintu gerbang. ”
Maz 127:4-5
Langkah Pertama Agar Mujizat Terjadi
 7th January 2016
 Team PH

 Renungan Pembaca

 0 Komentar

3,516 views

Sumber: Google

“….Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!” (Markus 9:23b)

Bacaan: Markus 6:34-37


*courtesy of PelitaHidup.com
Jika Anda ingin Allah melakukan mujizat dalam hidup Anda, maka hal pertama yang harus Anda
lakukan adalah mengakui bahwa Anda memiliki masalah yang belum terpecahkan.

“Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hati-Nya
oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai
gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka. Pada waktu hari sudah
mulai malam, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya dan berkata: “Tempat ini sunyi dan
hari sudah mulaimalam. Suruhlah mereka pergi, supaya mereka dapat membeli makanan di
desa-desa dan di kampung-kampung di sekitar ini.” Tetapi jawab-Nya: “Kamu harus
memberi mereka makan!” Kata mereka kepada-Nya: “Jadi haruskah kami membeli roti
seharga dua ratus dinar untuk memberi mereka makan?” (Markus 6:34-37)

Dari bacaan di atas kita belajar bahwa respon yang biasa kita berikan terhadap masalah yang
sulit diselesaikan dalam hidup adalah: kita menangguhkan masalah tersebut, kita melempar
tanggung jawab kita atas masalah tersebut dan kita merasa kuatir terhadap masalah tersebut.
Mari kita bahas ketiga respon tersebut secara lebih detil:

 Menangguhkan Masalah

Kisah di atas terjadi pada waktu hari sudah mulai senja ketika pada akhirnya murid-murid Yesus
menyampaikan masalah yang ada kepadaNya. Mereka telah sepanjang hari memikirkan berbagai
cara menurut kemampuan dan kepandaian mereka bagaimana caranya memberi makan 5.000
orang dengan apa yang mereka miliki.

Ketika kita memiliki masalah yang tidak dapat kita selesaikan, kita cenderung untuk
menangguhkan masalah tersebut. Kita menundanya. Kita berpura-pura bahwa masalah tersebut
tidak ada. Kita mengalihkan pandangan dan perhatian kita kepada hal yang lain sehingga
masalah tersebut tidak lagi kita pikirkan.
*courtesy of PelitaHidup.com
Adakah masalah yang sedang Anda hindari dalam pernikahan Anda? Adakah masalah keuangan
yang sedang Anda tangguhkan dan tunda? Adakah masalah dengan kesehatan tubuh Anda yang
tidak segera Anda tindak lanjuti? Menangguhkan masalah hanya akan memperburuk
masalah yang ada.

Terima ayat Alkitab melalui Facebook. Ayo gabung dengan lebih dari 54.000 member di
Facebook Page Pelita Hidup. Klik like berikut ini:

Belajar dari kisah murid-murid tersebut, kita harus segera meyerahkan dan memberitahukan
masalah kita kepada Tuhan karena Ia memiliki cara yang ajaib untuk menyelesaikan setiap
masalah kita, sesulit apapun itu.

 Melempar/Melepas Tanggung Jawab

Ini juga merupakan respon yang paling sering kita lakukan ketika kita menghadapi masalah,
yaitu melempar tanggung jawab kita atas masalah yang ada dengan menyalahkan orang lain atas
apa yang terjadi dalam hidup kita.
*courtesy of PelitaHidup.com
Bukannya mencoba menyelesaikan masalah yang ada, murid-murid Yesus pada kisah di atas
malah menyuruh orang banyak tersebut untuk pulang. Mereka berpikir bahwa, :Kami kan tidak
menyuruh kalian untuk datang ke sini. Kami kan tidak pernah berjanji untuk memberikan
makanan pada kalian.” Jadi mereka merasa tidak bertanggung jawab terhadap adanya kebutuhan
untuk memberi makan orang banyak tersebut. Pernahkah Anda melakukan hal ini pada salah satu
masalah yang Anda hadapi dalam hidup Anda?

 Merasa Kuatir

Hal ketiga yang paling umum kita lakukan sebagai respon kita terhadap sebuah masalah adalah
merasa kuatir. Kita menjadi resah, galau dan tertekan. Ketika Yesus berkata kepada para murid
agar mereka memberi makan orang banyak yang mengikuti mereka, maka kekuatiran mereka
makin menjadi-jadi. Mungkin kita bayangkan seorang Petrus melakukan analisa biaya “Lima
ribu orang? Yang benar saja …Bagaimana caranya kita mendapat makanan untuk orang
sebanyak itu dengan uang yang kita miliki, membagi-bagikannya kemudian membersihkan sisa-
sisanya?”

Seperti halnya dengan kita semua ketika menghadapi masalah yang tidak dapat kita selesaikan,
para murid juga menangguhkan masalah tersebut, melempar/melepas tanggung jawab dan kuatir.
Pelajaran apa yang dapat kita petik dari kisah Alkitab di atas? Para murid berada sangat dekat
dengan Yesus; Pribadi yang mampu merubah sebuah batu menjadi roti jika memang itu yang
harus Ia lakukan, tetapi ketika Yesus meminta mereka untuk melakukan sesuatu, mereka berkata,
“Tuhan, pada kenyataannya secara keuangan, secara logika dan secara manusia hal itu mustahil!”

Pernahkah Tuhan meminta Anda untuk melakukan sesuatu yang sepertinya mustahil dan Anda
menjawab, “Tuhan, saya tidak punya waktu atau uang atau tenaga atau latar belakang pendidikan
yang cukup untuk melakukan hal itu?”

Tuhan ingin Anda melakukan sesuatu yang mustahil untuk memperbesar kapasitas iman Anda.
Ketika Anda menghadapi sebuah masalah yang tidak dapat Anda selesaikan, akui semua
di hadapanNya, dan tunggu saatnya ketika Tuhan merubah yang mustahil menjadi sebuah
mujizat dalam hidup Anda.

“Ia berkata kepada mereka: “Karena kamu kurang percaya. Sebab Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata
kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, –maka gunung ini akan pindah, dan
takkan ada yang mustahil bagimu.” Matius 17.20

Proses Ketika Tuhan “Hancurkan” Hidup Kita


 9th December 2015
 Team PH

 Renungan Pembaca

 3 Komentar

6,878 views
32
Sumber: Google

“Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula
untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang
sulung di antara banyak saudara.” Roma 8:29

Bacaan: Roma 8:28-31


*courtesy of PelitaHidup.com
Adalah sesuatu yang sangat menggiurkan bagi kita untuk berpikir bahwa masing-masing kita
hanya membutuhkan sedikit perbaikan dalam diri kita. Jika kita melihat sekeliling, maka kita
akan mendengar banyak orang membernarkan bahwa mereka hanya memerlukan sedikit
“perbaikan” pada satu atau dua bidang masalah dalam hidup mereka. Sudah pasti bahwa mereka
memilih jenis ‘perbaikan” yang tidak menimbulkan rasa sakit atau tidak nyaman bagi mereka.
Namun, tetap saja sebagian dari mereka akan menambahkan, “Tetapi saya orang baik-baik, lho.”
Mari kita berusaha agar jangan pernah tertipu dengan keadaan seperti di atas, Allah Bapa tidak
pernah bersedia untuk menerima visi kemanusiaan berupa mentalitas “cukup baik” yang tidak
memadai.

Sejatinya Allah Bapa adalah perancang interior diri kita. Ia melihat setiap umat percaya sebagai
pribadi masa depan masing-masing mereka, ketika mereka percaya dan berserah penuh kepada
Kristus Yesus. Ia juga kemudian merancang untuk menggenapi rencanaNya atas masing-masing
umat percaya tersebut melalui renovasi secara menyeluruh pada masing-masing pribadi saat ini
agar menjadi serupa dengan gambar PutraNya.

Sebuah langkah penting yang Allah lakukan dalam proses menata kembali pribadi kita
adalah dengan membuang apapun yang dianggap tidak perlu, rusak atau sudah
ketinggalan jaman. Pada kasus kita, apa yang harus kita buang adalah hal-hal yang berada
dalam wilayah kemauan diri kita. Berdasarkan pengalaman, kita semua pasti setuju bahwa
menjadi seseorang yang ‘sedang dalam perbaikan’ sangat tidak nyaman! Tuhan akan
mengarahkan perhatianNya pada kebiasaan kita, tingkah laku kita dan bahkan hubungan pribadi
kita dengan orang lain yang tidak berada atau berjalan sesuai dengan rencana dan kehendakNya.
Ia akan memberikan tekanan dan masalah untuk mengarahkan perhatian kita pada wilayah
tersebut dan membuat kita menyerahkan semuanya ke dalam kehendak dan kendaliNya. Bahkan,
Tuhan akan mengambil segala sesuatu yang kita anggap terlalu berharga dalam hidup kita jika itu
memang menghalangi rencanaNya dalam membentuk diri kita! Ia akan melakukannya sampai
kita datang kepadaNya dengan kerendahan hati dan bertanya kepadaNya, “Menurut Bapa, apa
yang harus aku serahkan kepadaMu?

Menyelaraskan keinginan pribadi kita dengan kehendak Tuhan akan mengubah diri kita.
Memang benar, ketika kita sedang berada dalam masa perubahan dimana Tuhan sedang
mengerjakan rancanganNya dalam hidup kita, rasa sakit yang kita rasakan dari sesuatu yang
Tuhan pakai untuk membentuk kita, dapat secara sementara mengaburkan pandangan kita akan
keindahan rancanganNya atas hidup kita. Namun, tidak ada yang lebih indah bagi Tuhan
selain umatNya yang memiliki komitmen dan bersedia mentaati seluruh kehendakNya
dengan segenap hatinya. Jadi, mari kita berserah kepadaNya agar Ia dapat membentuk kita
kembali menjadi anak-anak yang dikasihiNya, seturut dengan kehendakNya .

*courtesy of PelitaHidup.com
“Sungguh, seperti tanah liat di tangan tukang periuk, demikianlah kamu di tangan-Ku, hai kaum
Israel!” Yeremia 18:6b

10 Penyakit Mental Manusia


1. MENYALAHKAN ORANG LAIN
Itu penyakit P dan K, yaitu Primitif dan Kekanak-kanakan. Menyalahkan orang lain adalah pola pikir orang primitif. Di
pedalaman Afrika, kalau ada orang yang sakit, yang Dipikirkan adalah : Siapa nih yang nyantet ? Selalu "siapa"
Bukan "apa" penyebabnya. Bidang kedokteran modern selalu mencari tahu "apa" sebabnya, bukan "siapa". Jadi
kalau kita berpikir menyalahkan orang lain, itu sama dengan sikap primitif. Pakai koteka aja deh, nggak usah pakai
dasi dan jas! Kekanak-kanakan. Kenapa ?
Anak-anak selalu nggak pernah mau disalahkan. Kalau ada piring yang jatuh," Adik tuh yang salah", atau " mbak tuh
yang salah". Anda pakai celana monyet aja kalau bersikap begitu. Kalau kita manusia yang berakal dan dewasa
selalu akan mencari sebab terjadinya sesuatu.

2. MENYALAHKAN DIRI SENDIRI


Menyalahkan diri sendiri bahwa dirinya merasa tidak mampu. Anda pernah mengalaminya ? Kalau anda bilang tidak
pernah, berarti anda bohong. "Ah, dia sih bisa, dia ahli, dia punya jabatan, dia berbakat dsb, Lha saya ini apa ?,wah
saya nggak bisa deh. Dia S3, lha saya SMP, wah nggak bisa deh. Dia punya waktu banyak, saya sibuk, pasti nggak
bisa deh". Penyakit ini seperti kanker, tambah besar, besar di dalam mental diri sehingga bisa mencapai "improper
guilty feeling".
Jadi walau yang salah partner, anak buah, atau bahkan atasan, berani bilang "Saya kok yang memang salah, tidak
mampu dsb". Penyakit ini pelan-pelan bias membunuh kita. Merasa inferior, kita tidak punya kemampuan. Kita sering
membandingkan keberhasilan orang lain dengan kekurangan kita, sehingga keberhasilan orang lain dianggap wajar
karena mereka punya sesuatu lebih yang kita tidak punya.
3. TIDAK PUNYA GOAL / CITA-CITA
Kita sering terpaku dengan kesibukan kerja, tetapi arahnya tidak jelas.Sebaiknya kita selalu mempunyai target kerja
dengan milestone. Buat target jangka panjang dan jangka pendek secara tertulis. Ilustrasinya kayak gini : Ada anjing
jago lari yang sombong. Apa sih yang nggak bisa saya kejar, kuda aja kalah sama saya. Kemudian ada kelinci
lompat-lompat, kiclik, kiclik, kiclik. Temannya bilang: "Nah tuh ada kelinci, kejar aja". Dia kejar itu kelinci, wesss....,
kelinci lari lebih kencang, anjingnya ngotot ngejar dan kelinci lari sipat-kuping (sampai nggak dengar / peduli apa-
apa), dan akhirnya nggak terkejar, kelinci masuk pagar. Anjing kembali lagi ke temannya dan diketawain. "Ah lu,
katanya jago lari, sama kelinci aja nggak bisa kejar. Katanya lu paling kencang". "Lha dia goalnya untuk tetap hidup
sih, survive, lha gua goalnya untuk fun aja sih". Kalau "GOAL" kita hanya untuk "FUN", isi waktu aja, ya hasilnya
Cuma terengah-engah saja.

4. MEMPUNYAI "GOAL", TAPI NGAWUR MENCAPAINYA


Biasanya dialami oleh orang yang tidak "teachable". Goalnya salah, focus kita juga salah, jalannya juga salah,
arahnya juga salah. Ilustrasinya kayak gini : ada pemuda yang terobsesi dengan emas, karena pengaruh tradisi yang
mendewakan emas. Pemuda ini pergi ke pertokoan dan mengisi karungnya dengan emas dan seenaknya ngeloyor
pergi. Tentu saja ditangkap polisi dan ditanya. Jawabnya : Pokoknya saya mau emas, saya nggak mau lihat kiri-
kanan.

5. MENGAMBIL JALAN PINTAS, SHORT CUT


Keberhasilan tidak pernah dilalui dengan jalan pintas. Jalan pintas tidak membawa orang ke kesuksesan yang
sebenarnya, real success, karena tidak mengikuti proses. Kalau kita menghindari proses, ya nggak matang,kalaupun
matang ya dikarbit. Jadi, tidak ada tuh jalan pintas. Pemain bulutangkis Indonesia bangun jam 5 pagi, lari keliling
Senayan, melakukan smesh 1000 kali. Itu bukan jalan pintas. Nggak ada orang yang leha-leha tiap hari pakai
sarung, terus tiba- tiba jadi juara bulu tangkis. Nggak ada ! Kalau anda disuruh taruh uang 1 juta, dalam 3 minggu
jadi 3 juta, masuk akal nggak tuh ? Nggak mungkin !. Karena hal itu melawan kodrat.

6. MENGAMBIL JALAN TERLALU PANJANG, TERLALU SANTAI


Analoginya begini : Pesawat terbang untuk bisa take-off, harus mempunyai kecepatan minimum. Pesawat Boeing
737, untuk dapat take-off, memerlukan kecepatan minimum 300 km/jam. Kalau kecepatan dia cuma 50 km/jam, ya
Cuma ngabis-ngabisin avtur aja, muter-muter aja. Lha kalau jalannya, runwaynya lurus anda cuma pakai kecepatan
50km/jam, ya nggak bisa take-off, malah nyungsep iya. Iya kan ?

7. MENGABAIKAN HAL-HAL YANG KECIL


Dia maunya yang besar-besar, yang heboh, tapi yang kecil-kecil nggak dikerjain. Dia lupa bahwa struktur bangunan
yang besar, pasti ada komponen yang kecilnya. Maunya yang hebat aja. Mengabaikan hal kecil aja nggak boleh,
apalagi mengabaikan orang kecil.

8. TERLALU CEPAT MENYERAH


Jangan berhenti kerja pada masa percobaan 3 bulan. Bukan mengawali dengan yang salah yang bikin orang gagal,
tetapi berhenti pada tempat yang salah. Mengawali dengan salah bisa diperbaiki, tetapi berhenti di tempat yang salah
repot sekali.

9. BAYANG BAYANG MASA LALU

Wah puitis sekali, saya suka sekali dengan yang ini. Karena apa ? Kita selalu penuh memori kan ? Apa yang
kita lakukan, masuk memori kita, minimal sebagai pertimbangan kita untuk langkah kita berikutnya. Apalagi kalau kita
pernah gagal, nggak berani untuk mencoba lagi. Ini bisa balik lagi ke penyakit nomer-3. Kegagalan sebagai akibat
bayang-bayang masa lalu yang tidak Terselesaikan dengan semestinya. Itu bayang-bayang negatif. Memori kita
kadang- kadang sangat membatasi kita untuk maju ke depan. Kita kadang-kadang lupa bahwa hidup itu maju terus.
"Waktu" itu maju kan ?. Ada nggak yang punya jam yang jalannya terbalik ?? Nggak ada kan ? Semuanya maju,
hidup itu maju. Lari aja ke depan, kalaupun harus jatuh, pasti ke depan kok. Orang yang berhasil, pasti pernah gagal.
Itu memori negative yang menghalangi kesuksesan.

10. MENGHIPNOTIS DIRI DENGAN KESUKSESAN SEMU


Biasa disebut Pseudo Success Syndrome. Kita dihipnotis dengan itu. Kita kalau pernah berhasil dengan
sukses kecil, terus berhenti, nggak kemana-mana lagi. Sudah puas dengan sukses kecil tersebut.
Napoleon pernah menyatakan: "Saat yang paling berbahaya datang bersama dengan kemenangan yang
besar". Itu saat yang paling berbahaya, karena orang lengah, mabuk kemenangan. Jangan terjebak
dengan goal-goal hasil yang kecil, karena kita akan menembak sasaran yang besar, goal yang jauh. Jangan
berpuas diri, ntar jadi sombong, terus takabur.

Sumber: http://www.katamutiara.info

KETIKA TUHAN MENDENGAR


“Ketika TUHAN mendengar perkataanmu itu, sedang kamu mengatakannya kepadaku, maka
berfirmanlah TUHAN kepadaku: Telah Kudengar perkataan bangsa ini yang dikatakan mereka
kepadamu. Segala yang dikatakan mereka itu baik.“ Ulangan 5:28.

Baca Ulangan 5:23-33; 1 Korintus 9:27.


Ini pujian yang TUHAN berikan bagi orang Israel yang tegar tengkuk itu. Dia berkata,’ Segala
yang di katakan mereka itu baik.” Kata-kata apa yang di ucapkan bangsa Israel sehinggga
TUHAN memuji-Nya ? “ Mendekatlah engkau ( Musa ) dan dengarkanlah segala yang
diFirmankan TUHAN, ALLAH kita, dan engkaulah ( Musa ) yang mengatakan kepada kami
segala yang di Firmankan kepadamu ( Musa ) oleh TUHAN,ALLAH kita, maka kami akan
mendengar dan melakukannya.” Ulangan 5:27. Itulah yang diinginkan TUHAN dari orang Israel
“mendengar dan melakukannya.”Sebab tidak ada cara lain untuk menyenangkan hati
TUHAN kecuali “ mendengar dan melakukan Firman TUHAN. “ Bahkan TUHAN berkata,
“ Kiranya hati mereka selalu begitu, yakni takut akan Daku dan berpegang pada segala
perintahKu….” Sebab bila hati TUHAN di senangkan maka akan menjadi “ baik keadaan
mereka dan anak-anak mereka untuk selama-lamanya !. “ Ulangan 5:29.
Sudah berapa banyak kita mendengar Firman ALLAH dalam hidup kita ? Mungkin ada yang
berkata, “ setiap hari “ Tetapi apakah kita melakukan Firman TUHAN sebanyak apa yang kita
dengar ? Saudaraku, mendengar Firman TUHAN dan melakukannya adalah sesuatu yang sangat
menyenangkan TUHAN. Dan biarlah itu menjadi gaya hidup kita sehari-sehari.Bila itu telah
menjadi gaya hidup kita sehari-hari. Bila itu telah menjadi gaya hidup kita, janji TUHAN kepada
orang Israel { “ Supaya baik keadaan mereka dan anak-anak mereka untuk selama-lamanya! “
( ayat 29 ).} pasti akan kita alami dalam hidup kita sekarang ini.
Ada banyak masalah yang kita hadapi dalam hidup ini dan ternyata masalahnya satu saja yaitu
tidak melakukan Firman TUHAN dengan baik. Ini sangat sederhana tetapi membutuhkan
ketekunan dan komitmen, Memang lebih muda hidup tidak sesuai dengan Firman TUHAN .
Mengapa ? Sebab itu sudah menjadi gaya hidup manusia lama kita. Bukanlah Anda dan saya
adalah manusia baru di dalam KRISTUS. Mendengar Firman TUHAN dan melakukannya
dalam hidup kita seharusnya menjadi gaya hidup manusia baru. Jangan pernah berkata, “
Kita kan masih hidup di dalam daging ? . Kan wajar jika masih ada kesalahan di sana sini., “
Siapa yang tidak tahu kalau kita masih hidup dalam daging ? justru itu kita harus melatih dan
mengendalikan daging kita untuk melakukan firman TUHAN. Sebab selama ini sudah terbiasa
melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan Firman TUHAN. Paulus berkata, “Tetapi aku
melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada
orang lain, jangan aku sendiri ditolak. 1 Korintus 9:27……..AMEN.

Mengapa Tuhan Menjawab Doaku Dengan Kata “TIDAK”


Seperti yang dikatakan di dalam Yakobus 4: 1-11 mengenai permohonan kepada Tuhan, bahwa
setiap orang dalam hidupnya tidak ada satu orang pun yang doanya tidak mau dijawab Tuhan ,
intinya semua orang ingin doanya dijawab Tuhan.
Dalam Mazmur 6:9 dikatakan : “TUHAN telah mendengar permohonanku, TUHAN menerima
doaku.”

Tuhan selalu mendengar permohonan kita, Tuhan menerima doa kita. Ini menunjukkan bahwa
Tuhan tidak tuli dan Allah peka serta tahu semua kebutuhan kita.

Namun ada 3 jawaban doa yaitu ; YA, TUNGGU, dan TIDAK. Waktu kita mendapat jawaban
Tuhan berupa kata “tidak” , terkadang kita menjawab dengan kata ” Tuhan itu jahat”, ” Tuhan itu
tidak peduli”.

Ketika Tuhan menjawab doa kita dengan kata ” tidak” jangan langsung mengklaim Tuhan jahat
tapi kita perlu melihat alasan Tuhan menjawab doa kita dengan kata ” Tidak”

I. Dalam Yakobus 4:1-11 ada beberapa alasan, Tuhan menjawab dengan kata ” tidak”

1. Karena kedagingan kita ( dalam ayat 1) : suka bertengkar, egois, tidak mementingkan diri
sendiri.
2. Iri hati dan membunuh dalam perkataan (menyebutkan perkataan yang menyakitkan hati
Tuhan), bertengkar dan berkelahi hanya karena masalah kecil.(ayat 2).
3. Tidak berdoa/salah berdoa karena doa yang kita naikkan hanya habis untuk memuaskan
hawa nafsu kita (menyenangkan hati kita saja dan belum tentu yang kita baik/ berguna
untuk orang lain ( ayat 3).
4. Menjadi sahabat dunia / bermusuhan dengan Allah ( terus menerus hidup dalam daging) (
ayat 4) dan sombong (ayat 6).
II. perubahan yang Tuhan kehendaki untuk kita lakukan

1. Tunduklah kepada Allah dan lawanlah Iblis. ( ayat 7) ini menunjukkan Tuhan mau kita
merendahkan hati kita dan siap untuk dibentuk oleh Tuhan dan tinggalkan / lepaskan
bujukan Iblis sampai iblis lari. Jangan sebaliknya kita lemah dan terbujuk godaan
Iblis.Kita bisa melawan Iblis dan menang dengan cara menggunakan perlengkapan
senjata Allah yaitu doa, iman dan firman serta hidup dalam kebenaran, adil dan rela
memberitakan Injil dan Iblis akan lari pontang panting.
2. Mendekat kepada Tuhan dan Tuhan akan mendekat pada kita ( ayat 8) , tahirkan tangan
dan sucikan hatimu. ini menunjukkan bahwa Tuhan mengundang kita untuk mendekat
padaNya . Allah seperti sahabat kita yang kapanpun kita bisa curhat,cerita, menangis,dan
berdoa padaNya namun Allah meminta kita sebelum kita datang mendekat, kita harus
menguduskan diri dan menyucikan hati karena Allah adalah Allah yang kudus.
Mendekatlah pada Allah karena Tuhan hanya sejauh doa.
3. Rendahkan diri di hadapan Tuhan.

Janganlah kita hanya karena doa tidak dijawab Tuhan dengan kata ya melainkan tidak , kita
langsung menjauh dari Tuhan tanpa mengadakan pemeriksaan rohani mengapa doa kita dijawab
dengan kata ” tidak”. Tuhan menjawab dengan kata ” tidak” bukan karena Dia jahat akan tetapi
karena Dia memberi indah pada waktuNya dan baik untuk kebaikan kita.
Dekatlah pada Allah , ubahlah cara berpikir kita dan kita akan melihat cara Tuhan menjawab
dengan pemikiranNya yang terbaik untuk kita. Amin…Tuhan Yesus memberkati. Semangat
dalam mencari wajah Tuhan selalu.

Pekerjaan Anda Penting Bagi Allah (God @ Work)


I. Mengapa Kita Bekerja

Pekerjaan Anda adalah bagian dari rencana Allah bagi hidup Anda. Allah memandang penting
sekali arti pekerjaan bagi kita.

Pertama kali Allah muncul di Alkitab, Anda melihat Allah sedang bekerja.

– Allah menciptakan kita untuk bekerja … ketika menciptakan Adam, hal pertama yang
diberikan Allah kepadanya adalah pekerjaan! Allah memberikan Adam pekerjaan untuk menamai
segala binatang dan tumbuhan yang ada di bumi.

– Lihat juga dalam diri Yesus … Yohanes 5:17; Tetapi Ia berkata kepada mereka: “Bapa-
Kubekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga.”

Umat manusia diciptakan untuk bekerja … dan melalui pekerjaan Anda, Allah menggenapi
rencana-Nya di dalam diri Anda. (Kolose 3:23)
II. Tujuan Allah dalam Pekerjaan

1. Memperoleh Berkat melalui pekerjaan

Kejadian 1:28, “Allah memberkati mereka: …”

Kata “Berkat” … mengandung arti,

 To Benefit <kebaikan>
 To Make Whole <keutuhan>
 To Prosper <kemakmuran>
 To Make Healthy <kesehatan>
 To Make Wealthy <kekayaan>

2. Memperoleh Kekuatan dalam bekerja

Ulangan 8:17-18, …”sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh
kekayaan, …”

Tuhan memberikan kita KEKUATAN untuk bekerja. Pekerjaan Anda adalah sarana:

 EXPRESSION, mengekspresikan talenta


 PROVISION, menyediakan kebutuhan (pribadi dan keluarga)
 MISSION, melakukan MISI Allah (di muka bumi)

1. Tercapainya MAKSUD ALLAH melalui pekerjaan

Tanggung jawab para kaum profesi dan pengusaha : memberi dampak di “marketplace” dan
dunia bagi Kerajaan-Nya

 PHILANTHROPY = membangun komunitas, kota & bangsa-bangsa melalui berkat


materi/finansial (Kej. 12:2-3)
 EXPANSION = gereja di Eropa di mulai di rumah Lidia (business woman)
 PROCLAMATION = Injil disebarkan di “marketplace” (Kisah Rasul 18:9-10)
 DEEDS = mujizat di tempat kerja dilakukan oleh seorang pengusaha (Paulus – Kisah
Rasul 19:10-11)

1. III. Pandangan Alkitab tentang Pekerjaan

 Allah Pemilik Dunia & Seisinya (Mazmur 42:1)

Bisnis dan pekerjaan Anda siapa yang punya? Anda atau Tuhan?
 Manusia diberi kepercayaan untuk mengelola (Kejadian 1:28)
 Allah memberikan perangkat untuk manusia bekerja dan mengembangkannya (Matius
25:14-30)
 Apa tandanya bila kita telah menjadi “pengelola” yang baik dari pekerjaan

1. Bila setiap orang Kristen menjadi manajer keuangan Allah yang baik
2. Bila dunia (perusahaan dimana kita kerja, negara dimana kita diam) mengalami
kemakmuran karena orangorang Kristen berada di tengah-tengah mereka.
3. Bila setiap orang Kristen mengelola keuangan mereka sesuai dengan kepentingan Allah
untuk memajukan kerajaan-Nya di bumi
4. Bila bisnis Anda memberikan perpuluhan, bahkan persembahan bagi gereja dan
pekerjaan-Nya
5. Bila dunia bisnis di atur sesuai dengan prinsip-prinsip kerajaan-Nya
6. Bila setiap orang di kantor mendapat kesempatan untuk melihat kesaksian hidup orang
Kristen dan mendengar Injil yang menyelamatkannya.

IF GOD IS YOUR PARTNER, MAKE YOUR PLAN BIG!

Kehidupan Kristen Yang Tak Terkalahkan (4)

Oleh: Pdt. Eric Chang

Dapatkah anda melihat bahaya dari gagasan Superman ini? Anda harus mengerti dengan jelas.
Jangan bayangkan bahwa anda dapat mencapai tingkat dimana anda memiliki kekuatan yang
begitu besar sehingga anda dapat berfungsi sendiri secara rohani. Jangan pernah berpikir bahwa
kehidupan kekristenan anda itu umpama baterai yang dapat dicas dengan pelatihan-pelatihan,
pelajaran Alkitab dan doa. Anda diisi ke tingkat yang tertentu, supaya setelah waktu doa dan
pelajaran Alkitab, anda dapat keluar dan berlari untuk waktu yang lama dengan cas dari baterai
itu. Kemudian anda kembali kepada Allah untuk dicas ulang hanya apabila anda merasa bahwa
cas itu mulai berkurang. Ini sama sekali tidak benar. Kita harus hidup dalam kelemahan saat
demi saat, dan senantiasa menarik kekuatan dari-Nya. Kekristenan Yang Berbeda - Bermegah
Dalam Kelemahan Apa yang Paulus maksudkan ialah: "Ketika aku lemah, ketika itu jugalah aku
menjadi kuat". Itu berarti untuk menjadi kuat kapanpun, anda harus menjadi lemah. Hal ini
sangat penting untuk anda mengerti. Kedua bagian dari kalimat ini tidak akan pernah dapat
dipisahkan. Saat anda merasa lemah, itulah saatnya untuk bersyukur pada Tuhan. Inilah yang
dimegahkan oleh Paulus. Apakah anda merasakan kesakitan dalam tubuh anda seperti saya?
Paulus berbicara tentang duri di dalam dagingnya. Cobalah menusukkan duri ke dalam tubuhmu
dan rasakan seperti apa rasanya. Itu gambaran kesakitan yang dasyat di dalam daging. Banyak
sarjana berusaha untuk memahami artinya. Tidak seorangpun dapat menyatakan dengan pasti.
Jika anda selalu mengeluh kepada Tuhan mengapa anda mengalami rasa sakit di tubuh, anda
belum memahami rahasia kehidupan Kristen. Justru dalam kelemahan itulah kuasa Allah akan
dinyatakan di dalam diri anda. Justru di ayat inilah, Paulus membanggakan hal yang satu ini:
kesakitannya. Ini kekristenan yang sama sekali berbeda. Bilamana anda mengalami kekurangan,
itu merupakan kesempatan Allah untuk memperlihatkan kuasa-Nya kepada anda, dan melalui
anda kepada orang lain. Anda semua tahu ceritera tentang Joni, seorang wanita atlit yang sangat
menarik. Tulang lehernya patah, mengakibatkan lumpuh dari leher ke bawah. Ia seorang wanita
yang masih muda dan seluruh hidupnya harus dihabiskan di atas kursi roda. Mengapa Allah
mengizinkan hal seperti ini terjadi? Namun melalui kehidupannya, tak terhitung banyaknya
orang telah diberkati. Mengapa? Justru karena kuasa Tuhan dinyatakan di dalam kelemahannya.
Bagaimana Kita Menghadapi Masalah-masalah Kita? Namun saat anda merasa kurang sehat,
anda merasa kurang senang. Saya sering kali merasakan sakit punggung yang melemahkan.
Perhatikan kata "melemahkan". Setiap penyakit dan rasa sakit melemahkan kita. Untuk
menjadikan Paulus lebih kuat, Allah harus pertama-tama melemahkannya dulu dengan
menusukkan duri ke dalam dagingnya. Mengertikah anda prinsip ini? Barangkali kita belum
mencapai tahap di mana Allah dapat menusukkan duri ke dalam daging kita. Kita mengalami
kesulitan mengatasi masalah-masalah kecil yang kita hadapi setiap hari. Kualitas Kekristenan
kita dapat dilihat dari cara kita menghadapi masalah-masalah kita. Ingatkah anda tentang "The
Queen of the Dark Chambers" (Ratu Kamar Gelap), bagaimana matanya begitu peka terhadap
sinar cahaya sehingga ia harus hidup di dalam kegelapan? Betapa tragisnya! Ia harus hidup di
dalam kegelapan siang dan malam. Ia secara harfiah hidup di dalam kegelapan. Sekali lagi
melalui kelemahannya kuasa Allah dinyatakan dan jutaan orang diberkati melalui kehidupannya.
Kelemahan Kita - Kesempatan Allah Kelemahan anda merupakan kesempatan Allah untuk
menunjukkan betapa dahsyat kuasa-Nya di dalam hidup anda. Inilah kemuliaan Kekristenan.
Bukan karena anda tidak ada masalah tetapi justru di dalam setiap masalah, ada kekuatan untuk
mengatasinya, bahkan patah tulang leher ataupun kelumpuhan. Di mana lagi kuasa Allah akan
dinyatakan di dalam kehidupan kita? Apakah kemuliaan Allah dinyatakan melalui saya karena
saya mengendarai sebuah Mercedes? Saya tidak perlu menjadi orang Kristen untuk mengendarai
Mercedes. Tetapi saya perlu menjadi orang Kristen untuk memuliakan Tuhan, untuk
mengizinkan kuasa-Nya dinyatakan melalui saya dengan duri di dalam daging. Saya tidak
membutuhkan kuasa Allah untuk hidup di dalam sebuah rumah yang bagus dan besar. Tetapi
saya membutuhkan kuasa Allah ketika demi Injil, saya tidak ada tempat tinggal sama sekali.
Betapa Bahagianya Menjadi Lemah Di awal pengalaman kekristenan saya, saya melihat kuasa
Allah dinyatakan melalui saudara Yang. Ia memiliki rahasia rasul Paulus dalam kehidupan
kekristenannya. Ia menerima kemiskinan karena memberitakan Injil. Itu merupakan sesuatu yang
ia banggakan dan megahkan. Seperti yang telah saya bagikan sebelumnya, kami hidup bersama
selama beberapa bulan. Menurut anda, apa yang paling banyak saya pelajari darinya? Bukan
bagaimana cara membaca Alkitab, atau bagaimana dapat berdoa berjam-jam. Tetapi dari cara ia
mengatasi masalah-masalah dan kesukaran-kesukarannya, saya belajar apa itu kemuliaan Allah.
Kami berdua tidak mempunyai uang. Kadang-kadang, hanya ada satu ikan kecil untuk kami
berdua. Tidak ada uang bahkan untuk membeli sayur. Kami punya uang cukup hanya untuk
membeli beras. Saya masih ingat ucapan syukur dan pujiannya kepada Tuhan untuk ikan yang
kecil itu. Ia selalu dikejar-kejar polisi. Ini terjadi di Shanghai. Sukacitanya di dalam Tuhan saat
menghadapi setiap masalah yang membuat saya melihat kemuliaan Allah. Mengertikah anda
rahasia ini? Paulus berkata bahwa "Aku disalibkan dengan Kristus" (Galatia 2:19). Bukan "Aku
telah disalibkan" (I was), tetapi "Aku disalibkan"(I am). Disalibkan berarti dianggap sebagai
penjahat. Itu juga berarti penderitaan dan kematian. Penyaliban merupakan lambang dari
kelemahan yang total. Inilah yang dipandang Paulus sebagai pusat kehidupannya. Justru di
situlah ia menikmati persekutuan dengan Kristus. Apakah anda mempunyai pengalaman
semacam ini dengan Kristus? Di Ucapan Bahagia (Matius 5:3-12), kita dapat melihat bahwa
setiap ucapan bahagia itu ada hubungannya dengan kelemahan. "Berbahagialah orang yang
miskin": orang miskin itu lemah. "Berbahagialah orang yang lemah lembut": orang yang lemah
lembut adalah orang lemah. "Berbahagialah orang yang dianiaya": mereka dianiaya karena
mereka tidak ada pertahanan. Demikianlah caranya Tuhan membuka pengajaran-Nya. Ia ingin
menegaskan kepada kita bahwa seluruh rahasia kehidupan Kekristenan ialah bahwa Allah itu
Allah bagi yang lemah. Kuasa-Nya dinyatakan hanya melalui kelemahan. Daud disebut sebagai
seorang yang berkenan di hati Allah (Kis 13:22). Apakah karena ia Superman? Justru sebaliknya.
Ia seorang yang sangat menghargai kenyataan bahwa Allah mengasihi dan hidup di antara orang
yang miskin, yang rendah hati, dan yang lemah, dan ia menulis, "Tuhan itu dekat dengan orang
yang patah hati, dan menyelamatkan mereka yang remuk jiwanya." (Mazmur 34:18) Sebenarnya
ucapan bahagia yang satu ini, "Berbahagialah orang yang lemah lembut", adalah berdasarkan
perkataan Daud di Mazmur 37:11, "Orang-orang yang lemah lembut akan mewarisi negeri (atau
bumi)". Anda Merasa Cukup Puas, Sehingga Anda Tidak Mengalami Tuhan Saya telah
mengalami keajaiban Tuhan di dalam hidup saya. Anda dapat melihatnya di dalam kesaksian
saya. Saya telah banyak kali mengalami pernyataan kuasa Allah di dalam hidup saya. Tetapi
yang mengkuatirkan saya adalah saya jarang mendengar orang lain membagikan pengalaman
yang serupa. Saya bertanya-tanya mengapa anda tidak mengalami keajaiban pekerjaan Allah.
Apakah karena saya Superman dan anda bukan? Bukan, saya bukan Superman. Saya bukan apa-
apa. Justru karena itu, Allah dapat bekerja dalam hidup saya. Karena di dalam kelemahan dan
kekurangan saya, Allah menyatakan Diri-Nya kepada saya. Masalahnya ialah anda jauh lebih
"super" dari saya. Anda tidak mengalami kekurangan yang saya alami dan itulah sebabnya anda
tidak mengalami Tuhan. Itulah sebabnya saya menyesal untuk anda. Anda terlalu mewah. Saya
tidak berkata bahwa anda kaya, tetapi anda berkecukupan, jadi anda tidak perlu mengalami
persediaan Tuhan. Pernah terjadi di Shanghai saya tidak mempunyai apa-apa untuk dimakan.
Allah melakukan suatu yang ajaib untuk saya. Ia tidak akan membiarkan saya dalam kelaparan.
Jika Ia Apakah anda ingin mengalami kehidupan kekristenan yang tidak terkalahkan seperti yang
Paulus alami? Apakah anda ingin memiliki kuasa rohani seperti yang dialaminya di dalam
kehidupan kekristenan anda? Apakah Allah kita nyata bagi anda? Berbahagialah orang yang
miskin dan yang lemah karena Allah akan menyatakan diri-Nya kepada mereka. Siapkah anda
menjadi miskin dan lemah supaya anda dapat mengalami kehidupan yang tak terkalahkan seperti
Paulus?

Tips Membangun Disiplin Rohani dalam Hidup Sehari-hari


Pernahkah Anda merasa putus asa karena tidak mendapatkan perubahan batin yang anda
harapkan meskipun Anda telah bertekad mengusahakannya?

Untuk mendapatkan perubahan, Anda harus menerapkan disiplin rohani setiap hari. Disiplin
rohani bertujuan untuk menempatkan diri kita di hadapan Allah agar Ia dapat mengubah kita.
Berikut adalah beberapa contoh disiplin rohani yang dapat kita terapkan dalam hidup sehari-
hari:

1.Disiplin Bermeditasi

Meditasi yang dimaksud oleh kekristenan adalah mengambil waktu secara khusus untuk berdiam
diri di hadapan Tuhan. Ini tujuannya untuk mendengarkan Tuhan berbicara kepada kita dan
memberikan arahan praktis dalam hidup kita (Kejadian 24:63, Mazmur 63:7).

2.Disiplin Doa

Doa adalah cara utama yang Allah pakai untuk mengubah kita. Jika kita tidak bersedia diubah,
kita akan meninggalkan doa dalam kehidupan kita. (Yakobus 4:3) Di dalam doa yang sungguh-
sungguh, kita mulai berpikir seperti Allah berpikir; menginginkan apa yang diinginkan Allah,
mengasihi apa yang dikasihiNya. Secara bertahap kita diajar untuk melihat segala hal menurut
cara pandangNya.

3.Disiplin Berpuasa

Berpuasa menolong kita menjaga keseimbangan hidup. Seringkali, mudah bagi kita untuk
mengijinkan hal-hal yang tidak penting menjadi fokus utama dalam hidup kita. Demikian juga,
tanpa sadar kita sering diperbudak oleh hasrat dan keinginan. Berpuasa menolong untuk
menjaga agar hasrat dan keinginan itu tetap berada dalam saluran dan prioritas yang benar.

3 Rahasia Untuk Terlepas Dari Belenggu Masalah


October 27, 2015 by: admin

“Akan tetapi terjadilah gempa bumi yang hebat, sehingga sendi-sendi penjara itu goyah; dan
seketika itu juga terbukalah semua pintu dan terlepaslah belenggu mereka semua ” Kisah Para
Rasul 16:26

Filipi, suatu kota di daerah Makedonia, merupakan salah satu tujuan Rasul Paulus dan rekannya
Silas dalam pelayanan misi mereka. Seperti halnya di tempat lain, di kota ini Paulus juga
mendapat tentangan dari orang-orang yang tidak suka akan pemberitaan injil. Bahkan mereka
ditangkap dan didera, kemudian dimasukkan ke dalam penjara.

“Setelah mereka berkali-kali didera, mereka dilemparkan ke dalam penjara. Kepala penjara
diperintahkan untuk menjaga mereka dengan sungguh-sungguh. Sesuai dengan perintah itu,
kepala penjara memasukkan mereka ke ruang penjara yang paling tengah dan membelenggu kaki
mereka dalam pasungan yang kuat.” Kis 16:23-24

Keadaan ini tidak mempengaruhi semangat Paulus dalam mengikut Yesus ataupun memberitakan
injil. Bahkan kita akan melihat bahwa belenggu maupun penjara tidak dapat membungkam dan
menghalangi pelayanan mereka.

Dalam kehidupan sehari-hari, banyak sekali belenggu dosa maupun masalah yang mengikat
kehidupan kita. Bahkan hidup kita seperti terpenjara, sehingga kita merasa bahwa kita tidak
sanggup lagi berbuat apa-apa. Pengharapan hilang ditelan oleh keadaan maupun kondisi yang
dialami.

Pekerjaan yang tidak menentu, orang-orang di sekeliling yang membenci kita, keuangan yang
selalu berkekurangan, rumah tangga maupun keluarga yang selalu bermasalah, teman pelayanan
yang juga selalu bertentangan dengan kita; semuanya itu yang selalu kita hadapi dalam
kehidupan sehari-hari. Tetapi keadaan ataupun masalah yang terjadi tidak boleh menghalangi
kita untuk tetap setia di dalam Tuhan. Jangan sampai kondisi tersebut justru membelenggu
bahkan memenjarakan hidup kita sehingga kita tidak dapat berbuat maksimal bagi kemuliaan
nama Tuhan.

Berikut rahasia dari Rasul Paulus sehingga dia dapat terlepas dari belenggu dan penjara:

1. Doa dan Puji-pujian

“Tetapi kira-kira tengah malam Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada
Allah dan orang-orang hukuman lain mendengarkan mereka.” Kis 16:25

Penjara tidak membuat Paulus dan Silas bersedih, muram, menangis, putus asa ataupun
stres.Tetapi mereka justru menaikkan doa dan puji-pujian kepada Allah. Dipenjara ataupun tidak,
tidak menjadi alasan bagi Paulus untuk berhenti berdoa atau memuji Tuhan. Dalam segala
keadaan dia tetapi bersyukur kepada Allah, baik dalam keadaan senang maupun susah.

Puji-pujian yang dinaikkan akan membawa kekuatan bagi hidup kita. Terlebih lagi jika kita
berada dalam suatu masalah. Ada kuasa di dalam puji-pujian. Tuhan bertahta di atas puji-pujian
kita (Maz 22:4).

Bahkan lewat doa dan puji-pujian, kita akan terlepas dari belenggu dan penjara yang mengurung
hidup kita.

“Akan tetapi terjadilah gempa bumi yang hebat, sehingga sendi-sendi penjara itu goyah; dan
seketika itu juga terbukalah semua pintu dan terlepaslah belenggu mereka semua. ” Kis 16:26
2. Mempererat Hubungan dengan Tuhan

“Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam
penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya, supaya aku
akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati.” Fil 3:10-11

Penderitaan yang dialami Paulus tidak membuat dirinya berhenti untuk mengenal Tuhan. Setiap
derita dan aniaya yang dialaminya membuat Paulus lebih mengenal Allahnya. Paulus tahu bahwa
pengenalan akan Tuhan merupakan suatu hal yang melebihi segalanya. Dan pengenalan akan
Tuhan merupakan suatu harta yang begitu berharga yang jauh lebih bernilai dibandingkan segala
apapun yang ada di dunia ini.

Oleh sebab itu, penjara tidak membuat Paulus bersedih, karena dia tahu bahwa dia memiliki
sesuatu yang sangat berharga dalam dirinya. Dan Paulus tidak mau melepaskan hal itu, bahkan
dia ingin lebih lagi mengenal Kristus agar dia dapat memperoleh mahkota yang sudah disiapkan
baginya.

Masalah maupun pencobaan diijinkan Tuhan bagi hidup kita agar kita dapat lebih mengenal dan
mendekat kepada Tuhan. Sakit penyakit, kebangkrutan, kegagalan dan bahkan pergumulan
bertahun-tahun terjadi dalam hidup kita agar kita dapat lebih lagi mempererat hubungan kita
dengan Tuhan.

Dan ketika kita semakin intim lagi dengan Dia, maka tidak ada yang dapat menghalangi dan
membelenggu semangat hidup kita, oleh karena sesuatu yang berharga telah menjadi bagian
dalam hidup kita. Dan kita tahu pasti bahwa setiap janjiNya akan digenapi dalam hidup kita.

“Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di
bumi. Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah
selama-lamanya. ” Maz 73:25-26

3. Berpikir Positif

“Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua
yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan
patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.” Fil 4:8

Aniaya dan penjara bisa saja membuat Paulus merasa putus asa. Dia bisa saja kecewa dan protes
kepada Tuhan. Dan sebagai manusia, dia juga bisa saja mengeluh dan bersungut-sungut. Tetapi
yang kita lihat justru segala sesuatu yang positif keluar dari mulutnya. Dia tahu bahwa pikiran
yang positif akan membawa dia kepada kemenangan.

Ketika bangsa Israel berada di padang gurun untuk menuju ke tanah perjanjian, banyak dari
mereka yang bersungut-sungut atas keadaan yang mereka alami. Sebagian dari bangsa Israel
yang bersungut-sungut ini tidak dapat masuk ke dalam tanah perjanjian (Bil 14:27-30).
Ketika kita berpikiran negatif, menggerutu, mengomel dan mengeluh, maka kita sedang
melepaskan berkat yang sebenarnya sudah menjadi bagian kita. Marilah kita senantiasa
berpikiran positif dalam keadaan seburuk apapun yang kita alami. Dengan demikian maka berkat
Tuhan akan mengalir bagi kita. Masalah maupun pencobaan apapun tidak dapat membelenggu
hidup kita yang senantiasa berpikiran positif. Kita akan terus melangkah maju meraih
kemenangan demi kemenangan.

“Dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu
dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu. Maka Allah sumber damai
sejahtera akan menyertai kamu.” Fil 4:9

Rasul Paulus memberikan teladan yang begitu berharga bagi kita semua. Dia melakukan segala
kehendak Bapa di surga dalam setiap langkah hidupnya. Penjara dan aniaya tidak dapat
membelenggu hidupnya. Bahkan ketika dia tetap menjaga hidupnya murni di hadapan Tuhan,
nama Tuhan semakin dimuliakan.

Demikian juga kita sebagai umat Tuhan, kita harus tetap menjaga hati kita di hadapan Tuhan.
Ketiga rahasia di atas akan membawa kita untuk terlepas dari masalah apapun yang
membelenggu kehidupan kita. Haleluya!

4 Dosa Besar Gereja Kristen Yang Sering Dijumpai Saat Ini

4 Dosa Besar Gereja Kristen Yang Sering Dijumpai Saat Ini


4 Dosa Besar Gereja Kristen Yang Sering Dijumpai Saat Ini

4 Dosa Besar Gereja Kristen Yang Sering Dijumpai Saat Ini. Ini mengerikan. Tidak peduli
bagaimana Anda berpikir tentang hal yang satu ini, berputar, atau mengatakan itu – dosa adalah
hal yang benar-benar mengerikan dan tentu saja Tuhan tidak suka. Namun kendati kenyataannya
berbahaya untuk kita, kita sering kali meremehkan dosa-dosa tertentu yang sebenarnya
merupakan dosa yang tidak bisa dimaafkan.

Di mata Yesus, semua dosa sama mengerikannya. Yesus menanggung sendiri, segala macam
dosa yang dibuat oleh manusia ketika dia mati di kayu salib. Sayangnya, ada beberapa dosa
tertentu yang merajalela di gereja hari ini. Dosa-dosa yang najis, keji, dan mengerikan daripada
dosa terburuk yang dapat Anda bayangkan sebelumnya.

Mengapa mengerikan? Tentu saja, Gereja adalah tubuh persatuaan jemaat dan orang-orang
Kristen, dimana bersama-sama kita belajar dan berkumpul serta menjadi satu dalam Kristus, apa
yang terjadi jika didalam Tubuh gereja sendiri masih terdapat beberapa tokoh yang melakukan
semacam penyelewengan buruk? Dosa dan penyelewengan (kesalahan) berikut yang telah
melanda sebagian besar gereja di dunia saat ini.

1. Pemisahan Diri
Pemisahan secara resmi dihapuskan lama dalam sejarah Gereja, apalagi semenjak pemisahan diri
dari gereja katolik terdahulu. Sayangnya, akar dari dosa ini berjalan jauh, dan kita melihat tanda-
tanda yang tragis di banyak gereja saat ini.

Sayangnya, banyak gereja memilih untuk menyesuaikan pendekatan mereka dan pesan
sedemikian rupa bahwa mereka pada dasarnya “desainer” gereja-gereja masa kini, sehingga yang
menjadi kenyataan dan realitasnya adalah mereka bukan lagi tubuh Gereja namun mereka adalah
“geng”.

Kita seringkali sengaja atau tidak menindas, membedabedakan serta menganggap orang-orang
dari ras yang berbeda, tingkat pendapatan, budaya, bahasa, atau beberapa perbedaan lainnya
sebagai sesuatu yang buruk. Mari kita melihat dari dekat Galatia 3:28 dan pastikan kita benar-
benar hidup itu: “Tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang
merdeka, tidak ada laki-laki dan perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus
Yesus. “

Pemisahan bukan hanya tentang pengecualian ras. Ini tentang pengecualian pada tingkat
manapun. Dan itu murni bertentangan dengan Injil Alkitab.

2. Ketidaktoleranan (Sulit menerima)


Subyek intoleransi menimbulkan ruam keberatan toleran. Mari kita jujur dengan diri kita sendiri.
Tentu, ada banyak isu di mana Allah jelas menarik garis. Ada masalah lain, bagaimanapun, di
mana penafsiran Alkitab sah menyimpang dan berbeda satu dengan yang lain, meski dalam satu
sumber Alkitab yang sama.

Apakah Anda toleran terhadap seorang saudara yang kepribadian bentrokan dengan Anda?
Apakah Anda toleran terhadap seorang pemimpin yang gaya kepemimpinan yang tidak
menyenangkan?

3. Kemunafikan
Kata-kata Yesus yang paling langsung yang disimpan untuk orang-orang yang paling religius
pada waktunya, yakni orang Farisi. Dia menunjukkan religiusitas mewah mereka yang tidak
memiliki spiritualitas yang sejati. Dia mengkritik fakta bahwa mereka tumpukan beban setelah
beban di pundak rakyat – standar, aturan, hukum, dan rekayasa luar Alkitab. Dia menemukan
tindakan sopan mereka yang dilakukan untuk pertunjukan murni dimana ia tidak benar-benar
sungguh ingin melakukannya, atau hanya sekedar formalitas semata dimana kemunafikan itu
terpancar. Yesus mengecam orang-orang munafik untuk menghakimi dosa dalam kehidupan
orang lain, ketika hidup mereka busuk dengan kejahatan.

4. Penghakiman
Sepupu dekat Kemunafikan adalah penghakiman, dan seberapa sering kita melihat sikap ini di
gereja-gereja saat ini. Satu Ahli Alkitab menggambarkan penghakiman sebagai “semangat kritis
dengan sikap mengutuk.” Tidak peduli apa yang Anda hakimi dan mengenai apa, apakah penting
untuk menghakimi segala sesuatu?. Kenapa? Karena penghakiman yang tidak sehat dan semena-
mena adalah dosa.
Christian Penulis Jerry Bridges telah mengamati bahwa penghakiman dapat muncul dalam isu-
isu panas standar seperti pakaian, musik, dan alkohol, tetapi juga muncul dalam isu-isu teologis
seperti Calvinisme, perjanjian pemisahan, / dispensasionalisme, model baptisan, dll Hati manusia
berdosa, bahkan yang sudah ditebus sekalipun, rentan terhadap penghakiman.

Sekarang, Pikirkan.

Berhenti untuk sesaat. Jika Anda telah membaca artikel ini sejauh ini, ada sesuatu yang Anda
sekarang harus lakukan. Berhenti sejenak dan berpikir.

Dapatkah Anda mengidentifikasi salah satu dari empat dosa dalam kehidupan Anda sendiri?
Pikirkan kembali selama seminggu terakhir. Setiap segregasi? Intoleransi? Kemunafikan?
Penghakiman? Setiap jejak buruk?

Jika demikian, mengakuinya di hadapan Tuhan sekarang. Cari dan meminta maaf kepada orang
yang sudah anda lukai, meski meminta maaf itu sulit, percayalah, MAAF adalah kata terindah
untuk mengobati sakit hati 4 Dosa Besar Gereja Kristen Yang Sering Dijumpai Saat Ini

AKAR PAHIT JANGAN DIBIARKAN TUMBUH


January 5, 2016 by: admin

Ibrani 12 : 1 ,”….marilah kita menganggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi
kita, dan berloma dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita.”

Setiap kali aku ingat peristiwa hari itu, selalu muncul perasaan sakit di dalam hatiku. Padahal
seingatku aku sudah memaafkan mereka, tapi entah kenapa rasa sakit itu selalu ada. Aku juga
berusaha untuk melupakannya, tapi hasilnya..yaa kadang aku bisa lupa, tapi lebih sering
peristiwa itu muncul lagi dan muncul lagi dalam pikiranku. Seakan-akan semua itu ditakdirkan
untuk mengikuti langkahku kemanapun aku pergi.

Hal yang paling menyedihkan bagi siapapun adalah ketika kita dituduh melakukan suatu
kesalahan yang tidak kita lakukan. Bahkan ketika kita bisa membuktikan bahwa kita tidak
bersalahpun, dan semua bukti yang ada benar-benar menunjukkan ketidak bersalahan kita,
namun kenyataan yang ada bahwa orang-orang tetap menyalahkan kita. Tentu saja situasi ini
sangat menyedihkan dan menyakitkan.

Siapa di antara kita yang bisa mengucap syukur dengan kondisi ini? Apapun keadaannya,
siapapuun pasti akan mengatakan bahwa hal ini tidak menyenangkan. Tapi yang lebih parah lagi
adalah bahwa situasi ini kemudian menyebar dan membentuk opini publik yang sulit untuk
dibendung. Rasanya hal ini makin memperparah situasi kita.

AKU MAU MENGHASILKAN BUAH YANG BAIK


February 9, 2016 by: admin

Lukas 6 : 43 – 44a”Karena tidak ada pohon yang baik yang menghasilkan buah yang tidak
baik, dan juga tidak ada pohon yang tidak baik yang menghasilkan buah yang baik. Sebab
setiap pohon dikenal pada buahnya.”

Begitu banyak pengajaran tentang hal ini, dan bahkan saya masih bisa ingat tentang ilustrasi-
ilustrasi yang menggambarkan hal ini supaya menjadi lebih jelas bagi kita semua yang
menyimak.

Mana ada pohon duren menghasilkan semangka? Atau pohon jeruk menghasilkan mangga? Itu
ekstrimnya. Memang tidak mungkin. Terlalu jauh klasifikasinya, dan tentunya jika kita mengenal
phon itu adalah pohon mangga, tentunya yang kita harapkan pun adalah buah mangga yang akan
muncul nantinya.

Tapi yang cukup sulit dibedakan adalah kategorinya, apakah yang muncul nanti mangga yang
asam atau tidak. Saya rasa, untuk membedakan hal ini, seorang petani yang cakap sekalipun
harus menunggu sampai mangga itu muncul dulu baru bisa dilakukan. Mengapa demikian?
Karena semua mangga pada waktu munculnya tampak sama bentuk dan warnanya. Namun yang
membedakan adalah nanti ketika kita kupas dan kita makan, barulah kita akan tahu bagaimana
rasa sebenarnya. Tampak luarnya bisa saja menggirukan, tapi ketika dimakan benar-benar
mengecewakan.

Begitulah juga dengan pengalaman kita dalam membangun diri kita di dalam Tuhan.

Ketika semuanya ada di dalam gereja, kelihatannya semua orang itu sama. Mereka baik, mereka
rapi, mereka tampak ‘kudus’ dan tampak ‘taat’. Yaa..begitulah kenyataannya. Mengapa saya beri
tanda petik? Karena semuanya hanya ‘tampak’ seperti itu. Semua buah mangga itu kelihatan
sama pada awalnya. Bulat lonjong, hijau warnanya. Hanya mungkin ada yang tumbuh lebih
cepat dan ada yang agak lambat, meskipun semuanya diberi obat dan pupuk yang sama.

FINISHING TOUCH
February 8, 2016 by: admin

Amsal 11:30 Hasil orang benar adalah pohon kehidupan, dan siapa bijak, mengambil hati orang.

Aku memandangi foto-foto menu makanan yang terpampang di sebuah buku resep yang baru
saja aku beli. Tak puas-puasnya rasanya melihat dan melihat lagi kesemua gambar-gambar itu.
Tanpa kusadari, apa yang kulihat itu menimbulkan rasa lapar. Setidaknya mataku yang merasa
lapar menikmati pemandangan yang sangat menarik itu. Slurppp…liurku pun ikut berperan
sekarang. Mataku terus melalap semua foto-foto makanan yang menarik itu dan membuatku
ingin menyantapnya sekarang.
Kenapa semua foto-foto itu bisa membangkitkan selera makan yang begitu kuat ya? Padahal
kalau dilihat lebih dekat, semua masakan itu biasa-biasa saja. Masakan sehari-hari yang aku
sendiri bisa membuatnya. Bahkan beberapa memang sering kumasak dan kusajikan di rumah.
Tapi melihat semua foto-foto itu memang tetap berbeda. Tak habis-habisnya aku membolak-balik
semua halaman buku itu dan mengaguminya.
Entahlah apakah anda setuju dengan saya atau tidak, tapi apa yang kualami itu memang
begitulah kenyataannya, sampai akhirnya aku mengerti apa yang bisa membuatku begitu tertarik
dengan semua itu. Finishing touch….!! Ya, itulah yang membuatnya berbeda.
Cara memasak yang diajarkan di dalam buku resep tersebut belum tentu lebih enak dari apa yang
biasa aku lakukan. Tapi penyajiannya, benar-benar berbeda. Dari peralatan piring mangkuknya
saja, kita bisa melihat perbedaan yang begitu besar. Apa yang mereka lakukan benar-benar
berbeda dari yang biasa kulakukan. Waahh..piring mangkuk sajinya benar-benar serasi baik
warna maupun bentuknya. Belum lagi cara menaruh masakan tersebut. Benar-benar menarik dan
luar biasa. Coba saja anda ambil sebuah buku resep, dan anda perhatikan baik-baik. Saya jamin
anda akan setuju dengan apa yang baru saja saya jabarkan.
Penyelesaian sebuah maha karya memang akan membuat banyak hal berbeda. Mungkin
seringkali kita tidak memperhatikannya, tapi itu kenyataannya. Dan bukan hanya berlaku untuk
masakan saja, tapi juga untuk seluruh bidang kerja kita.
Pernah memperhatikan sebuah ‘scrap book’ ? Sebuah hobby yang akhir-akhir ini menjadi begitu
populer dan akhirnya bisa menghasilkan banyak uang. Yaa..padahal kalau dilihat-lihat begitu
mudah pekerjaannya. Hanya sedikit menggunting sana-sini, menempelkannya, dan selesai. Tapi
mengapa jika itu dilakukan oleh seorang akhli, akan menghasilkan karya akhir yang begitu indah
dan tampak begitu manis? Sangat berbeda jika aku yang melakukannya…(heheheh..sebuah
pengakuan).
Dalam hidupku, aku selalu menerapkan prinsip, apa yang masih bisa kulakukan dan kubuat
sendiri, maka aku akan berusaha melakukannya. Jadi, sedari dulu..aku mendorong diriku sendiri
untuk menjadi produktif dan kreatif. Bahkan, ketika anak-anakku berulang tahun yang ke 1, 2
dan 3, aku selalu membuatkan kue tar ulang tahun mereka. Aku membuatnya sendiri, dan itu
sangat menyenangkan. Ada kepuasan ketika melakukannya. Walaupun tentu saja hasilnya masih
sangat jauh dari yang dibuat oleh seorang profesional. Tapi aku sangat bangga dengan hasil yang
kubuat. Dan sampai hari ini akan menjadi kenangan yang indah bagi anak-anakku setiap kali
menceritakan tentang ulang tahun mereka di waktu kecil.
Namun aku bukan orang yang selesai sampai disitu. Sekalipun mungkin itu tidak akan membuat
aku benar-benar menekuninya menjadi bidang kerjaku, namun aku sungguh-sungguh belajar
untuk menjadi lebih baik setiap hari dalam hal apapun. Termasuk dalam membuat kue ini.
Percaya atau tidak, aku mengambil beberapa kursus yang mengajarkanku untuk menjadi lebih
akhli dari sebelumnya. Beberapa teknik meng harnir kue tar aku pelajari lebih dalam. Bagaimana
membuat icing sugar yang baik dan moderen, dan juga membuat hiasan-hiasan yang lebih indah
dan mudah.
Dan memang sampai hari ini aku tidak bercita-cita untuk menjadi pembuat kue, ataupun sedikit
berbisnis dengan kue itu. Tapi setidaknya, aku punya pengetahuan lebih tentang itu, dan kalau
sampai diperlukan aku bisa melakukannya. Sangat menyenangkan ketika kita tahu bahwa kita
bisa melakukan lebih banyak dan lebih baik dari sebelumnya.
Ya, apa yang kita mulai dalam segala sesuatu, jangan dianggap enteng. Berbeda dengan era di
jaman dulu, dimana setiap orang melakukan segala sesuatu dengan lebih sederhana, tentunya
tidak sekarang. Dengan begitu banyaknya kemajuan teknologi dan media, kini segala sesuatu
yang simple dan sederhana itu menjadi jauh lebih meriah dan menarik. Banyak sentuhan yang
bisa membuat semuanya menjadi jauh lebih menarik dari aslinya.
Dan hal inilah yang mendorongku untuk selalu belajar lebih banyak dan selalu memperbaharui
semua kemampuanku supaya tidak ketinggalan dengan kemajuan yang ada. Dan jangan
salahkan orang lain kalau mereka selalu mencari yang jauh lebih baik dan jauh lebih baik lagi
dari semua yang bisa mereka beli, karena konsumen selalu tetap pada prinsipnya yaitu
mendapatkan yang maksimal dibandingkan dengan pengorbanan mereka.
Begitu juga dengan posisi kita dalam melayani dan melakukan banyak hal bagi Tuhan. Jangan
sampai apa yang kita lakukan dari waktu ke waktu tidak ada peningkatan yang lebih baik dari
sebelumnya. Hanya mengandalkan keberhasilan masa lalu itu akan menjebak kita dan membuat
kita mulai berjalan mundur. Karena ketika kita hanya terhenti dengan pemikiran itu, sementara
orang lain terus berjalan maju, maka artinya hanya tinggal menunggu waktu untuk akhirnya kita
tertinggal dari orang lain.
Begitu juga sebaliknya….kalau kita terus melihat kegagalan di masa lalu, dan sulit
melupakannya, hanya mengingat-ingat kesalahan itu tapi tidak pernah mau memperbaiki dan
mencoba hal yang baru, belajar dari kesalahan itu, maka itu juga akan membuat langkah kita
terhenti dan tidak pernah maju.
Langkah pertama kita akan menentukan apa yang kita mulai. Dan selanjutnya, ijinkan proses
Allah terjadi dalam hidup kita. Setiap proses pembentukan itu akan diperlukan untuk membantu
penyelesaian dari semua yang kita kerjakan. Jangan menyerah dengan semua itu. Jangan berhenti
hanya sampai disitu. Tapi terus lanjutkan sembari terus mengembangkan diri kita. Apa yang kita
pelajari dengan tekun tidak akan ada yang terbuang sia-sia, bahkan untuk hal-hal kecil yang kita
pikir itu sama sekali tidak penting.
Belajarlah dari Tuhan sendiri. Untuk sebuah bunga bakung yang hari ini tumbuh dan besok
dipetik dan layu saja – artinya dengan perkataan sederhana kita bisa mengatakan bahwa bunga
bakung itu tidak penting – tapi Dia tetap menciptakannya dengan begitu teliti dan memberikan
warna yang sangat indah dan sentuhan akhir yang prima, tetap sebuah masterpiece meskipun
besok bunga itu sudah tiada lagi.
Jadi artinya, semuanya itu penting. Segala yang kita kerjakan itu amat penting. Dari semua yang
kita hasilkan itulah orang bisa menilai seperti apa dan siapa kita. Jadi…jangan membuat
sembarangan. Berikan finishing touch yang terbaik dalam setiap bidang yang kita kerjakan.
Satu waktu, anda akan melihat bagaimana hasil karyamu itu terpampang dengan indah. Sesuatu
yang pada mulanya tentu anda sendiri tidak akan pernah menyangka bahwa hasilnya akan
menjadi seperti itu. Dan yang membuat hal itu lebih indah tentunya adalah sentuhan akhir dari
Allah sendiri bagi hidup anda…Just trust in Him for this. He really is the expert. God bless you.

3 JENIS PUASA KRISTEN


Admin Agama , ALKITAB , Artikel , Christianity , Discipline , Faith , FOODS , Kristen , LIFE STYLE , NEWS ,
Renungan , Spiritual , tahukah kamu
Saat ini, kata "Puasa" menjadi tren topik yang banyak dibicarakan dan dicari diinternet. Hal ini bisa
dipahami karena orang Islam sedang/akan melakukan Puasa di bulan Ramadhan. Di satu sisi ternyata
banyak orang Kristen juga yang mencari artikel tentang Puasa untuk lebih dalam lagi mengetahui hal
Puasa menurut Alkitab.

Dalam Perjanjian Lama, kita bisa menemukan orang-orang yang berpuasa seperti: Musa, melakukan
puasa 40 hari 40 malam tidak makan dan tidak minum (Kel 24:16 dan Kel 34:28), Daud, tidak makan dan
semalaman berbaring di tanah (2 Sam 12:16), Elia, puasa 40 hari 40 malam (1 Raj 19:8), Ester yang
memaklumkan puasa 3 hari 3 malam tidak makan dan tidak minum (Est 4:16), Ayub, 7 hari 7 malam
tidak bersuara (2:13), Daniel, 10 hari hanya makan sayur dan minum air putih (Dan 1:12), doa dan puasa
(Dan 9:3), berkabung selama 21 hari (Dan 10:2), juga Yunus, 3 hari 3 malam dalam perut ikan (Yunus
1:17), dan Niniwe, 40 hari 40 malam tidak makan, tidak minum dan tidak berbuat jahat (Yunus 3:7).

Dalam Perjanjian Baru, kita juga bisa menemukan hal tentang puasa yang diilakukan oleh: Yesus, 40 hari
40 malam tidak makan (Mat 4:2), Yohanes pembabtis, tidak makan dan tidak minum (Mat 11:18), Paulus,
3 hari 3 malam tidak makan, tidak minum dan tidak melihat (Kis 9:9), dan Jemaat mula-mula, berpuasa
untuk menguatkan Paulus dan Barnabas dalam pelayanan (Kis 13:2-3)

Nah... berkaitan dengan soal tidak makan dan minum, maka Puasa Kristen bisa dibagi dalam Tiga Jenis
Puasa yang utama yang dikemukakan dalam Alkitab.

1. Puasa yang biasa: berpantang semua makanan, baik yang keras maupun yang lembut, tetapi tidak
berpantang air

Setelah berpuasa "empat puluh hari dan empat puluh malam ... laparlah Yesus" lalu dicobai oleh Iblis
agar Ia makan. Hal ini rupanya menunjukkan bahwa Yesus berpantang makan tetapi tidak berpantang
minum. Sama seperti di Luk 4:2 "Di situ Ia tinggal empat puluh hari lamanya dan dicobai Iblis. Selama di
situ Ia tidak makan apa-apa dan sesudah waktu itu Ia lapar."
Diperlukan sebuah mukjizat apabila orang berpantang minum air selama empat puluh hari. Dalam
menghadapi pencobaan, (bd. Ibr 2:17; 4:15), maka Kristus hanya dapat menggunakan sarana yang
tersedia bagi orang percaya yang dipenuhi Roh untuk melawan pencobaan.

2. Puasa sepenuhnya: tidak makan dan tidak minum.

Dikisahkan bahwa Ester memaklumkan puasa tidak makan dan tidak minum selama tiga hari bagi seluruh
orang Yahudi, Est 4:16. Dan dalam kisah pertobatan Paulus dikatakan bahwa tiga hari lamanya ia tidak
dapat melihat dan tiga hari lamanya ia tidak makan dan minum, Kis 9:9.

Pada umumnya puasa semacam ini tidak harus dilaksanakan lebih lama daripada tiga hari. Tubuh
seseorang mulai menjadi kering apabila tidak mendapatkan air selama lebih dari dua hari.

Memang Musa dan Elia melakukan puasa sepenuhnya selama 40 hari, tetapi saat itu mereka berpuasa
dengan keadaan yang adikodrati (Kel 34:28; Ul 9:9,18; 1Raj 19:8).

3. Puasa sebagian: pembatasan makanan dan bukan tidak makan sama sekali.

Nabi Daniel melakukan puasa ini. Daniel 10:2-3 "Pada waktu itu aku, Daniel, berkabung tiga minggu
penuh: makanan yang sedap tidak kumakan, daging dan anggur tidak masuk ke dalam mulutku dan aku
tidak berurap sampai berlalu tiga minggu penuh." Itu berarti Daniel melakukan puasa dalam bentuk
pembatasan makanan dan bukan berarti tidak makan sama sekali.

Kesimpulan

Berkaitan dengan soal tidak makan dan tidak minum, Orang Kristen dapat mengadakan Puasa dengan
cara berpantang semua makanan, baik yang keras maupun yang lembut, tetapi tidak berpantang air, atau
dengan cara Puasa sepenuhnya: tidak makan dan tidak minum, dan atau dengan cara Puasa sebagian:
pembatasan makanan dan bukan tidak makan sama sekali.

Tuhan Menampung Air Mata Kita


By: Pdt. DR. Johnny Wenny Weol., M.Div.,M.M | Vitamin | 13 Des 2011, 15:52:40 | Dibaca: 7994 kali

Menangis adalah ekpresi jiwa. Inilah ekspresi mendasar yang melekat pada setiap manusia.
Sikap bawaan manusia yang lumrah. Pengkhotbah merangkumnya dalam Pengkhotbah 3:4.
“Ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa…”.
Menangis juga salah satu elemen emosional kita. Saat sedih atau senang bisa saja orang
menangis. Ungkapan emosi dapat keluar dari diri ditandai dengan linangan air mata. Air mata
menjadi makna tersendiri yang terkadang menjadi puncak emosi kita.

Kisah Dua Raja


Kisah tentang linangan air mata tertulis di Alkitab. Salah satu contoh adalah kisah pengalaman
Daud. Ia menangis karena pemberontakan anaknya. Bahkan dituliskan ia membanjiri tempat
tidurnya dengan air mata. Ia mengadu kepada Tuhan untuk segala pergumulannya. Dalam
doanya, ia menangis dan katakan tak sanggup lagi menahan segala sakit hati.

2 Samuel 15:30, mengisahkan Daud melarikan diri ke bukit-bukit diikuti oleh para pengikutnya.
Ia melarikan diri sambil menangis. Lihatlah, bahkan seorang raja pun tak segan-segan menangis
di hadapan Allah meski ia sedang dilihat banyak orang. Ia tidak berperang untuk melawan
Absalom, anaknya, tetapi ia melarikan dirinya kepada Tuhan untuk mendapat perlindungan-Nya.
Menangis merupakan hal wajar. Tapi jika menangis, menangislah kepada Tuhan karena hanya
Tuhanlah yang mengerti bahasa tetesan air mata kita.

Contoh lain adalah kisah Raja Hizkia (baca 2 Raja-raja 20:1-20). Ia meratap ketika mengetahui
tak lama lagi akan meninggal. Namun karena kesetiaannya kepada Tuhan, ia mendapat
perpanjangan umur dari Tuhan.

Kesetiaan merupakan nilai tambah yang sangat berarti di hadapan Tuhan. Dalam 2 Raja-raja
18:6-7 tertulis, “Ia berpaut kepada Tuhan, tidak menyimpang daripada mengikuti Dia dan ia
berpegang kepada perintah-perintah Tuhan yang telah diperintahkan-Nya kepada Musa. Maka
Tuhan menyertai dia, kemanapun juga ia pergi berperang, ia beruntung.” Inilah nilai tambah si
penguasa kerajaan Yehuda. Ia berpaut kepada Tuhan. Nilai-nilai tambah ini akan menjadi nilai
positif di mata Tuhan. Belum juga Nabi Natan keluar dari istana, Allah telah menyuruhnya
kembali untuk mengatakan bahwa Allah telah mendengar doa Hizkia dan melihat air matanya.

Sekali lagi, seorang raja tak terkecuali Daud dan Hizkia tak malu untuk menangis. Bagaimana
dengan kita? Sewajarnya kita pun tak perlu malu menangis di hadapan Tuhan. Mazmur 126:5
menulis; ‘Orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan sorak-sorai.’
Saat Daud menangis dalam menghadapi pergumulannya, Tuhan menolong Daud. Saat Hizkia
menangis karena penyakitnya, Tuhan menyembuhkan Hizkia. Tak akan dilupakan oleh-Nya
orang yang telah menabur dengan mencucurkan air mata. Kita pun akan pulang dengan sorak-
sorai.

Tepatlah yang dikatakan Pengkhotbah. Untuk segala sesuatu ada waktunya. Ada waktunya,
meski saat kekurangan, kita dituntut untuk menabur. Percayalah bahwa setiap taburan dengan
cucuran air mata akan kembali kepada kita dan kita akan menuai apa yang kita tabur dengan
kegembiraan. Janji-Nya, kelak airmata akan dihapuskan dari kita, tak ada lagi kesusahan yang
melanda hidup kita.

Air Mata Sukacita


Satu lagi cerita tentang tangisan kepada Allah, yaitu tangisan Maria Magdalena yang telah
dibebaskan oleh Yesus dari tujuh setan. Dalam Lukas 7:38 tertulis, “Sambil menangis ia pergi
berdiri di belakang Yesus dekat kaki-Nya, lalu membasahi kaki-Nya itu dengan air matanya dan
menyekanya dengan rambutnya, kemudian ia mencium kaki- Nya dan meminyakinya dengan
minyak wangi itu.” Air mata Maria bukanlah kesusahan ataupun penyakit atau karena harus
menabur pada saat yang sukar, tapi karena rasa syukur kepada Tuhan.

Percayalah bahwa air mata kita ditampung oleh Allah. Ia hitung kesengsaraan kita dan air mata
yang tercurah di hadapan-Nya. Kita akan memperoleh mukjizat dari-Nya. Air mata karena sakit,
penderitaan, menabur atau karena ucapan syukur yang dibawa dalam doa diperhitungkan Allah.
(Ditulis dari khotbah Minggu oleh Steven Ohy).

Kerja Dan Spiritualitas


May 25, 2011

2 Votes

Kisah Para Rasul 9:39


“…sambil menangis mereka menunjukkan kepadanya semua baju dan pakaian, yang dibuat
Dorkas waktu ia masih hidup”

Sadarkah kita jika ternyata ada hubungan antara kualitas kerja dan kehidupan spiritualitas kita?
“Aku melakukan yang terbaik dari yang aku tahu, terbaik dari yang aku bisa, dan aku tetap akan
melakukannya sampai akhir. Jika akhirnya ternyata aku benar, apa pun yang dikatakan lawan
tentang aku tidak akan berarti apa-apa. Jika akhirnya ternyata aku salah, meskipun sepuluh
malaikat bersumpah mengatakan aku benar pun tidak ada artinya,” ucap Abraham Lincoln.

Kualitas kerja kita mencerminkan kualitas hidup spiritualitas kita. Artinya, pekerjaan
yang kacau tidak mempermuliakan Allah. Kredibilitas kita sebagai orang Kristen
ditunjukkan oleh bagaimana kita bertingkah laku dalam pekerjaan dan dalam keseharian
kita.

Sebagai orang Kristen, kita tidak dipanggil untuk sekadar menjadi lebih baik dari orang
lain, tetapi memberikan yang terbaik bagi Allah. Itulah yang mendorong kita untuk bekerja
giat dan berprestasi. Dengan demikian, ketika kita berprestasi atau sukses, kita tidak menjadi
sombong. Kita lebih menghayatinya semata-mata sebagai karunia Allah. Sebaliknya, jika kita
tidak menonjol di tempat kerja, kita tetap dapat bersyukur karena telah memberikan yang terbaik.

Marilah kita menunjukkan kualitas kita yang terbaik agar nama Allah semakin
dipermuliakan!

Orang yang bermalas-malas dalam pekerjaannya sudah menjadi saudara si perusak.


~Amsal 18:9~

Sahabat
June 30, 2011

1 Vote

By : JoshuaSahabat adalah seseorang yang mengerti dirimu dan menerimamu apa adanya.

Sahabat adalah seseorang yang mau berkorban untukmu dan mau memberikan apa yang terbaik
yang ada padanya.

Markus 2:1-12 adalah contoh yang Alkitab katakan tentang persahabatan. Dalam perikop ini
dikisahkan ada seorang lumpuh yang digotong oleh keempat sahabatnya yang sehat. Karena
keadaan di rumah itu sudah penuh sesak oleh orang-orang, kelima orang itu tidak bisa masuk
lewat pintu utama. Lewat pintu belakang juga tidak bisa.
Pikir punya pikir akhirnya mereka naik ke atap, membongkar atap dan menurunkan orang
lumpuh itu dari atap tepat di hadapan Tuhan Yesus. Akhirnya Yesus menyembuhkan orang yang
lumpuh itu.

Biasanya Yesus selalu menyembuhkan dilihat dari iman orang yang sakit itu apakah ia sungguh-
sungguh mempercayai Yesus adalah putra Allah atau tidak. Tapi di kasus ini unik. Mengapa?
Karena di ayat 5 dikatakan, Yesus melihat iman mereka. Yap! Yesus melihat iman dari sahabat-
sahabat si sakit.

Yesus melihat kesungguhan dan pengorbanan dari para sahabat-sahabat si sakit. Bisa saja saat
melihat ramainya orang yang mendatangi Yesus dan mereka tidak masuk, mereka bisa saja
langsung pulang. Mereka mungkin saja tidak mau repot-repot hanya untuk kesembuhan si sakit.
Mungkin saja atap yang mereka naiki adalah terbuat dari seng di siang hari bolong yang
panasnya bisa dipakai menggoreng telur. Mungkin saja rumah itu tinggi sekali sehingga terlalu
beresiko untuk naik ke atasnya. Mereka bisa saja malas berkorban dan langsung pulang.

Tapi dikisahkan di Alkitab, mereka tetap melakukannya. Mereka naik ke atas, membongkarnya
dan menurunkan si sakit. Mereka kreatif. Dan mereka mau berkorban. Mereka menyayangi
sahabat mereka (si sakit) dan benar-benar berharap agar Tuhan Yesus mau menyembuhkannya.
Mereka mau memberikan yang terbaik untuk kesembuhan sahabat mereka. Mereka tidak egois.

Oleh karena itu dikatakan Yesus melihat iman mereka dan bukan si sakit. Yesus melihat
kesungguhan mereka. Yesus melihat pengorbanan mereka, kekreatifan mereka dan usaha-usaha
mereka. Dan Yesus merasakan kasih di antara persahabatan mereka. Oleh karena itulah Yesus
mau menyembuhkan si sakit.

Sobat Kristus, jaman sekarang di dunia yang serba sulit ini, nilai-nilai persahabatan sudah
memudar. Pertemanan yang ada pun didasari uang atau kebutuhan satu sama lainnya. Kebutuhan
bisnis, saling menguntungkan bahkan ada juga jemaat gereja yang melakukan persahabatan palsu
hanya untuk menjaring jiwa dan mengajaknya ke gereja. Nilai-nilai persahabatan sudah
memudar.

Maka benarlah ada pepatah yang mengatakan: Mencari seorang sahabat bagaikan mencari
permata di sebuah lumbung jerami yang besar. Sulit ditemukan, tapi begitu berharga ketika
ditemukan. Seorang sahabat lebih erat daripada keluarga bahkan saudara kandung sekalipun. Ada
orang yang mempunyai banyak teman tetapi tidak mempunyai sahabat sama sekali. Teman dan
sahabat adalah berbeda. Dengan sahabat kita bisa berbagi tanpa takut rahasia kita terbongkar
karena sahabat tidak pernah menusuk dari belakang.

Sobat Kristus, sebelum kita mencari sahabat, ada baiknya kita menjadi sahabat bagi orang lain
dulu. Bertemanlah dengan tulus. Jangan mengharapkan apa-apa darinya. Pinjamkanlah telingamu
dan pundakmu baginya bila ia sedang bersedih. Turut bergembiralah bersamanya ketika ia
sedang gembira. Jangan iri, jangan cemburu, karena persahabatan sejati didasari oleh kasih (1
Korintus 13:13).
Kebenaran Allah
June 30, 2011

1 Vote

Saudara, jangan ukur dirimu dengan orang lain, tetapi dengan kebenaran Allah. Ukurlah dirimu dengan
Kristus. Tetapi ingat, di dalam semangat hidupnya, manusia memang tidak mau mencari Allah. Pencarian
manusia hanya untuk memuaskan dirinya, untuk membenarkan dirinya. Padahal tanpa Allah dia bukan
apa-apa. Jadi, secara positif manusia tidak mampu berbuat baik. Secara positif tidak ada kekuatan untuk
itu. Lalu secara negatif, manusia tidak mampu me-nolak dosa. Maka seluruh dosa yang datang menyerbu
menjadi bagian dari hidupnya. Ketika ia menutupi satu tembok—katakanlah dia tidak mencuri—tetapi
dia tidak bisa menghindar dari sifat iri hati, misalnya. Artinya ia tidak mampu menolak dosa.Jadi, semua
kembali diukur pada Allah. Sesuatu yang tidak tepat pada ketetapan Allah, itu sudah menjadi dosa. Nah
kalau sudah begini siapa manusia yang tidak berdosa? Seluruh manusia sudah berdosa. Manusia tidak
mampu menolak dosa, karena dosa telah menjadi tuan atas manusia. Karena dosa sudah menjadi
majikan yang berkuasa atas hidup manusia. Dosa mempermainkan manusia. Jadi, di dalam pemahaman
yang seperti inilah kita belajar membangun suatu pemahaman yang utuh, supaya kita sungguh-sungguh
hidup dalam terang Tuhan.

Manusia berdosa yang tidak mampu berbuat baik, sekaligus tidak mampu menolak dosa, adalah
manusia yang rusak total di hadapan Allah. Kerusakan manusia yang tanpa ampun, sangat
mengerikan. Kerusakan yang karenanya wujud awal tidak bisa lagi dikenali. Kerusakan yang
karenanya model awal tidak lagi bisa dikenali. Kerusakan yang karenanya, model awal tidak lagi
bisa dimengerti, tidak lagi memberi ciri-ciri. Begitulah ketika manusia sudah jatuh ke dalam
dosa. Ciri-ciri kesucian manusia tidak lagi ada. Ketika Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa,
mereka menjadi malu karena telanjang, padahal hanya mereka berdua yang ada di sana. Dosa
sudah menggu-gurkan kemuliaan dan kesucian yang hidup pada mereka.

Jadi, keadaan manusia berdosa menjadi sebuah lukisan yang tidak berpengharapan, tepat seperti
apa yang dikatakan Roma 3 : 12-13, “Semua orang sudah me-nyeleweng, tidak ada yang ber-
guna. Kerongkongan mereka se-perti kubur yang ternganga, lidah mereka merayu-rayu, bibir
mereka mengandung bisa…” Kalaupun mereka menampilkan pola hidup yang kelihatannya
terhormat, tetapi di balik semua itu ada motivasi yang tidak terkendali. Ada keinginan batin yang
dalam, yang tidak mampu dikendalikan. Dosa kasar, halus, besar maupun kecil, di mata Allah
tetap dosa.

Jadi saudara, manusia berdosa adalah manusia yang tidak memiliki kemampuan untuk
memperbaiki diri sendiri. Sehingga ketika pun dia menjadi baik di kemudian hari, itu hanyalah
anugerah Allah: solagracia. Sebagai orang Kristen kita harus bersyukur dan mendemonstrasikan
kerendahan hati, karena kita telah ditolong oleh-Nya sehingga kita berpindah dari kehidupan
yang penuh keberdosaan ke hidup yang penuh kebahagiaan bersama dengan Tuhan.

Tuhan Bisa Sakit Hati


June 30, 2011

1 Vote

Ibrani 3:7-11; Mazmur 78:40, 41

“Di mana nenek moyangmu mencobai Aku dengan jalan menguji Aku, sekalipun mereka melihat
perbuatan-perbuatan-Ku, empat puluh tahun lamanya” (Ibrani 3:9).

Allah menyertai bangsa Israel selama empat puluh tahun di padang gurun bukanlah hal yang
mudah. Hampir setiap hari mendengarkan kalimat-kalimat negatif dan pesimistis dari umat-Nya
sendiri. Rupanya bukanlah jaminan bila mereka akan menempuh perjalanan itu dengan nyaman
setelah berbagai tanda ajaib ditunjukkan di hadapan mereka. Bayangkan, selama empat puluh
tahun itu berbagai tanda ajaib telah ditunjukkan di hadapan mereka, namun masih saja hati
mereka bebal dan kepala mereka keras.

Bagaimana dengan keadaan Israel modern seperti zaman sekarang ini? Ternyata tidaklah jauh
berbeda. Di sini kita masih menemukan orang-orang Israel yang duduk-duduk sambil
menggerutu dan menyalahkan Allah.

Kita saat ini sedang menghadapi krisis rohani yang sama dengan bangsa Israel di padang gurun.
Gerutuan, omelan, dan kekesalan yang ditumpahkan kepada Allah setiap hari terdengar seperti
melodi yang sumbang di telinga Allah. Hati mereka tidak ada ucapan syukur lagi. Selalu saja ada
bahan untuk menyalahkan Allah.
Ingatlah bahwa generasi Israel di padang gurun tidak ada yang bisa masuk ke tanah Kanaan,
kecuali Yosua dan Kaleb yang menaruh imannya kepada Allah. Generasi saat itu telah
menimbulkan kemarahan Allah dengan segala perbuatan-perbuatan yang jahat. Kalau Anda
membaca Mzm. 78, maka Anda akan melihat tulisan seseorang yang mengingatkan kembali
kepada sejarah masa lalu. Salah satu kalimatnya adalah, “Berapa kali mereka memberontak
terhadap Dia di padang gurun, dan menyusahkan hati-Nya di padang belantara! Berulang kali
mereka mencobai Allah, menyakiti hati Yang Kudus dari Israel” (Mzm. 78:40, 41).

Nilai Kehidupan dalam Yesus Kristus


June 30, 2011

2 Votes

“Ketika Engkau sudah bisa menghargai Hidup . . tak kan kau sia – siakan hidupmu untuk hal
yang tidak berguna.”

“Hal yang paling menyedihkan di dalam hidup adalah ketika Engkau tidak bisa melayani orang
lain.”

“Seorang pemimpin besar di mulai dari hati yang suka MELAYANI.”

“bagiku, pencobaan bukanlah hal yang buruk karena saat itu justru aku bisa selalu mencari
Tuhan dan mendapati Dia ada untukku.dan aku semakin bisa mengembangkan IMANKU supaya
semakin serupa dengan dirinya”

“dahulukanlah Tuhan di atas segalanya karena Dialah yang mengatur segala hal yang terjadi di
hidup kita. ”

“berhati – hatilah ketika engkau mendapat banyak berkat karena berat itu ANUGERAH dan
juga PENCOBAAN.”

“mati adalah keuntungan bagiku dan hidup bagi Tuhanku, tetapi yang tersulit di sini apakah
engkau sudah mempersiapkan hidupmu menghadapi kematian? karena sesudah itu kita akan
diminta pertanggung jawaban atas segala yang telah kita ucapkan dan kita lakukan.”
“jadikanlah hukum Tuhan sebagai DASAR di dalam hidupmu supaya engkau beroleh hidup yang
kekal bersama Dia yang MahaTinggi di surga, karena tipu daya iblis begitu licik dan selalu sama
tetapi karena kebodohan kitalah kita mudah di perdaya.”

“segala perbuatan dosa ialah perbuatan yang MENGUNTUNGKAN DIRI SENDIRI, tetapi
perbuatan yang BENAR ialah perbuatan yang DILAKUKAN BAGI ORANG LAIN TANPA
MEMINTA BALASAN APAPUN.”

“jagalah perkataanmu seperti kau menjaga permata, karena apa yang kau ucapkan itu
menggambarkan hatimu.”

“apa yang dari luar tidak bisa menajiskan kita, tetapi apa yang dari dalam menajiskan kita di
hadapan Tuhan.”

“segala hal yang membuat dirimu beruntung dan BAIK belum tentu BAIK DI HADAPAN
TUHAN.”

“Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap HATIMU, JIWAMU, DAN DENGAN SEGENAP
AKAL BUDIMU.”

“jika aku boleh memilih aku lebih memilih untuk bersama dengan Yesus, tetapi ketika aku masih
di sini aku masih mempunyai tugas yang harus kulakukan yang di berikan Tuhan sesuai dengan
kemampuanku dan harus ku lakukan dengan segenap hati dan akal budiku.”

“jagalah perkataanmu karena disitulah keluar janji dan puji- pujian dan dari sanalah keuar
cacimakian, dan juga hal – hal buruk, tetapi perbuatlah supaya apa yang kau ucapkan itu bisa
membangun orang lain dan bukan meruntuhkan semangatnya.”

“jadikanlah hidupmu sebagai GARAM DAN TERANG DUNIA dan jangan kau jadikan dirimu
itu batu sandungan bagi saudaramu yang lain.”

“anda di tempatkan di keluarga anda itu BUKANLAH SUATU KEBETULAN. tetapi Tuhan
telah merancang anda sebagaimana mestinya bahkan sebelum lahir dan bahkan sebelum ada
ataupun orang tua anda ada.”

“segala talenta dan hal sampai yang terkecil sekalipun itu milik Allah dan kita hanya
meminjamnya, benarlah bila kita mengambalikan apa yang kita pinjam sesuai dengan saat kita
meminjamnya dan beserta bunga – bunganya.”

“janganlah engkau menyamakan dirimu dengan orang lain, karena Tuhan telah menjadikan
dirimu sedemikian rupa dengan tidak ada duanya dan tidak ada gantinya, walaupun wajah
kembar sekalipun, sifat pasti membedakan.”

“janganlah engkau MENIRU (MENYONTEK) dalam hal apapun, karena jika engkau berbuat
demikian maka engkau meragukan kemampuan yang telah di karuniakan Tuhan kepadamu.
Tegakah engkau meragukan Tuhan Allahmu sendiri? kaena memuliakan Tuhan di dalam
perbuatan adalah melakukan segala hal dengan menggunakan semua karunia yang telah Tuhan
berikan untuk kita gunakan. karena segala perbuatan yang menggunakan kemampuan yang di
berikan Tuhan kepada kita untuk melayani orang lain itu berkenan bagi Allah.”

“Janganlah engkau bersedih dan berkecil hati karena kelemahanmu, dan janganlah engkau
menutupi itu. sebab Bapa di sorga akan memakai segala yang ada di dirimu termasuk
kelemahanmu untuk membuat orang yang gagah perkasa menjadi ciut nyalinya dan malu.”

“ketahuilah, ketika semua semakin hancur dan semakin rusak! JANGAN engkau berkecil hati.
tetapi lihatlah dari sudut pandang Allah sehingga engkau tidak salah bertingkah dan bersikap
menghadapai apa yang terjadi, karena semua itu merupakan rencana dan juga penggenapan dari
Firman – Nya. sebab dia tidak akan sekalipun mencoba untuk menarik perkataan nya lagi.”

“janganlah engkau memandang hidup untuk mencari harta yang fana, tetapi carilah harta yng
abadi, yang tidak akan rusak oleh ngengat dan tidak akan bisa dicuri, yang disediakan oleh Allah
bagi kita.”

“janganlah engkau mempunyai hati seorang pemimpin tetapi milikilah hati yang selalu ingin
MELAYANI ketika di surga kelak siang dan malam kita akan MELAYANI Dia yang berkuasa
atas segalanya.”

“MINTALAH kepada Bapa agar engkau di beri pengetahuan tentang BENAR dan SALAH,
agar engkau bisa melihat dan mengikuti apa yang Bapa mau dan ingini dari hidupmu.”

“JADIKANLAH hidupmu memiliki KASIH SEBESAR GUNUNG, supaya engkau bisa


mengasihi orang lain seperti ataupun melebihi dirimu sendiri, karena itulah salah SATU hal yang
Bapa inginkan dari hidup kita.”

“Tangguhkanlah SEGALA rasa malumu, karena hal itu menghalangimu untuk memberi dampak
dan menjadi orang besar”

“INGATLAH, selalu bahwa Yesus ada di hatimu, dan supaya engkau tidak menjadi serupa
dengan dunia ini, dan supaya engkau tidak mengikuti arus dunia ini, karena hal itu tidak akan
membawa keuntungan darimu,.”

“ingatlah temanku, hal yang akan ku tulis ADALAH SALAH SATU HAL TERPENTING,
yakni, ENGKAU HARUS BERSIAP BILAMANA ENGKAU DIHADAPKAN PADA
SUATU KEADAAN YANG ENGKAU HARUS MEMILIH ANTARA KELUARGA DAN
TUHANMU, AKU MENULIS INI KARENA INI ADALAH HAL TERPENTING YANG
HARUS KALIAN KETAHUI, DAN KALIAN HARUS MEMPERSIAPKAN MENTAL
KALIAN BILAMANA KELAK! KALIAN AKAN KEHILANGAN SELURUH HARTA
KALIAN DEMI TUHAN, JANGAN MERATAPINYA! JANGAN PULA BERSEDIH
KARENA ENGKAU MENDAPAT NILAI YANG JELEK SEKALIPUN, KARENA DI
BALIK SEMUA ITU TUHAN MEMILIKI MAKSUD, YANG DIMANA
PENDERITAANMU AKAN MENJADI ALAT UNTUK MENOLONG DAN MEMBANTU
ORANG LAIN.”
“Harga untuk mendapatkan KEJUJURAN, KESETIAAN, KETAATAN. itu sbesar RASA
MALUMU dan harus kau bayar dengan RASA PERCAYA DIRIMU dan engkau harus pikul
HATI SEORANG HAMBA di hidupmu.”

“INGAT! SEMUA hal terjadi karena TUHAN MENGIJINKAN!!! bila Tuhan tak mengijinkan
maka semua hal mustahil untuk terjadi!

segala hal yang kutulis di atas bukanlah kehendakku ataupun kemauanku, tetapi
berterima kasihlah pada Tuhan yang mengijinkan aku untuk menulis seluruh hal ini
kepada kalian, karena dasar hidup kita sekarang bukanlah “untukku” melainkan
“untukmu” atau nama lain nya “KASIH” seperti Bapa di sorga.

Puji TUHAN, anda telah dapat meneleponNYA setiap saat ! Anda hanya perlu
untuk memanggilNYA sekali dan TUHAN mendengar anda. Karena
YESUS, anda tidak akan pernah mendapat nada sibuk.

TUHAN menerima setiap panggilan dan mengetahui siapa pemanggilnya


secara pribadi. Ketika anda memanggil dan TUHAN akan menjawab.
Anda akan menangis minta tolong dan DIA akan berkata, “Ini AKU”.

Ketika anda memanggil, gunakan nomor telepon darurat di bawah ini:


PERSOALAN PUTAR NO TELEPON

Saat berduka cita Yohanes 14

Ketika dikecewakan sesama Mazmur 27

Jika anda ingin berbuah Yohanes 15

Ketika anda berdosa Mazmur 51

Ketika anda khawatir Matius 6: 19 34

Ketika anda dalam bahaya Mazmur 91

Ketika TUHAN terasa jauh Mazmur 139

Ketika iman anda perlu dikuatkan Ibrani 11

Ketika anda merasa sendiri dan takut Mazmur 23

Ketika hidup anda dalam kepahitan 1 Korintus 13


Untuk rahasia kebahagiaan Paulus Kolose 3: 12-17

Untuk arti keKristenan 2 Korintus 5: 15-19

Ketika anda merasa kecewa dan ditinggalkan Roma 8: 31-39

Ketika anda menginginkan kedamaian dan ketenangan Matius 11: 25-30

Ketika dunia terlihat lebih besar dari TUHAN Mazmur 90

Ketika anda ingin jaminan kekristenan Roma 8: 1-30

Ketika anda meninggalkan rumah untuk bekerja atau berpergian Mazmur 121

Untuk penemuan / kesempatan besar Yesaya 55

Ketika anda membutuhkan keberanian untuk suatu tugas Joshua 1

Supaya dapat bergaul dengan baik terhadap sesama Roma 12

Ketika anda memikirkan kekayaan Markus 10

Saat anda mengalami depresi Mazmur 27

Ketika anda kesulitan keuangan Mazmur 37

Jika anda kehilangan kepercayaan terhadap orang 1 Korintus 13

Jika orang disekitar anda tampak berlaku tidak baik Yohanes 15

Ketika anda putus asa dengan pekerjaan Mazmur 126

Jika anda menemukan bahwa dunia mengecil dan anda merasa besar Mazmur 19

Nomor nomor tersebut dapat langsung dihubungi. Operator tidak diperlukan. Seluruh saluran ke
Surga terbuka 24 Jam sehari. Bagikan daftar telepon ini kepada orang orang di sekeliling kita.
Mana tahu, mungkin mereka sedang membutuhkannya. Jika diperlukan ajaklah berdoa bersama

Jika anda pengguna HP dapat juga menghubungi = 081 8 50 15 2 2 33 3

081 8 = Mazmur 81 : 8

50 15 = Mazmur 50 : 15
2 2 = Yunus 2 : 2

333 = Yeremia 33:3

Diposkan oleh Christian Educations

Dosa dan Anugrah


June 30, 2011

1 Vote

Baca: Kejadian 3:20-4:16

Dosa memang memiliki efek menular. Satu dosa dalam diri seseorang dapat melahirkan dosa lain
dalam diri orang tersebut. Satu orang berdosa bisa ditiru orang lain dan mengakibatkan orang
yang meniru itu jadi berdosa pula.

Apa yang terjadi pada Adam dan Hawa, berdampak lebih dahsyat pada Kain dan Habil. Bila
Adam menyalahkan Hawa sebagai penyebab kejatuhan mereka ke dalam dosa, Kain tega
membunuh Habil sebab kurban persembahannya tidak diterima oleh Tuhan (4:5, 8). Bila Adam
dan Hawa harus terusir dari Taman Eden dan berjuang melawan semak duri dan ketandusan
tanah untuk dapat beroleh bahan makanan; Kain harus terusir dari tempat tinggalnya serta
menjadi pelarian dan pengembara di bumi (4:14).

Puji syukur kepada Tuhan, karena walau manusia semakin terpuruk oleh karena dosa, kasih setia
Allah tetap menyertai dan melindungi mereka. Untuk Adam dan Hawa, Tuhan mengenakan
pakaian kulit untuk menutupi ketelanjangan mereka. Hewan yang dikurbankan nyawanya demi
Adam dan Hawa mungkin adalah cikal bakal ritual persembahan kurban yang diatur oleh Taurat.
Demikian juga tindakan Allah mengusir pasangan suami istri pertama itu dari Taman Eden
adalah tindakan anugerah agar manusia tidak mengalami hidup dalam penderitaan dan belenggu
dosa secara kekal (22-24). Demikian juga dengan Kain. Tuhan memang telah menghukum dia
karena darah Habel, adiknya, dengan menjadi pelarian dan pengembara di muka bumi. Namun Ia
menjanjikan Kain perlindungan dari pembalasan dendam (15).

Dosa dapat berefek bola salju, semakin menggelinding semakin dahsyat kerusakan yang
dihasilkan. Namun anugerah penebusan dan pemeliharaan Allah jauh lebih hebat. Kasih setia
Allah tetap menopang ciptaan-Nya dari kehancuran total. Kasih dan pengurbanan-Nya telah,
sedang, dan akan terus memperbarui setiap orang yang hancur, asal mau bertobat. Kita yang
terpuruk oleh dosa, mari sujud di hadapan-Nya, meminta belas kasih dan pengampunan-Nya.
Alami pembaruan dan pemulihan-Nya, lalu bangkitlah menjadi saksi-saksi-Nya.

Tak Ada Alasan Tuk Hidup Tak Kudus


June 30, 2011

1 Vote

Tepatlah bila orang mengatakan kita hidup di zaman yang bengkok. Artinya zaman yang tidak
mengindahkan Allah. Tidak sedikit orang yang mengabaikan hidup dalam kekudusan . Namun,
tidak berarti kita tidak mungkin hidup kudus. Mempertahankan kekudusan hidup adalah
keharusan. Mengapa? Bagaimana caranya?

Di zaman ini, menjalani hidup yang kudus bisa diberi stempel aneh. Bisa juga dicap orang kuno,
tidak mengikuti perkembangan zaman. Bahkan gereja-gereja pun lebih banyak memilih
bungkam untuk membicarakannya. Bila diamati hanya sedikit mimbar gereja yang lantang
menyuarakan pentingnya kekudusan hidup. Mengapa demikian? Mungkin saja takut jika jemaat
kabur. Atau, tak berani bila jemaat pindah ke tempat lain. Maka hidup yang berhasil, kiat sukses
justru dikhotbahkan tiada henti. Padahal, kesuksesan sejati mestinya berawal dari kekudusan
hidup.

KEBEBASAN TERBELENGGU?

Apa artinya hidup kudus? Dalam bahasa Ibrani, menurut Pdt. Joshua Ong You Liang, Ph.D (70),
kata kudus berarti memisahkan diri dari yang kotor/jelek dalam diri untuk hidup bagi Tuhan.
Tentang hal ini Allah memberi teladan. Secara khusus Allah telah memisahkan diri-Nya untuk
orang yang percaya kepada-Nya. Karena itu setiap orang yang ingin bertemu Allah kiranya hidup
dalam kekudusan terlebih dahulu. Tanpa kekudusan sulit bertemu dengan-Nya. Inilah yang
terlihat dari pengalaman Musa pada peristiwa semak belukar yang menyala-nyala (Keluaran 3).

Persoalan yang muncul, orang menganggap hidup dalam kekudusan mengekang kebebasan.
Karena merasa kekudusan itu mengekang, lalu memilih untuk hidup tidak kudus. Namun Pdt.
Joshua justru melihat dari sisi yang berbeda. “Kebebasan adalah hak istimewa yang Tuhan
berikan bagi manusia,” kata Ketua STT Iman Jakarta ini. Hanya saja manusia sering
menyalahgunakan kebebasan yang diberikan. Sejatinya, Allah tidak pernah menjadikan manusia
seperti robot. Manusia bebas melakukan apa saja. Bila kebebasan dilakukan berpusat pada diri
sendiri tentu tidak menyenangkan hati-Nya. Sebaliknya melakukan kebebasan yang berpusat
pada kehendak Tuhan jelas hal itu diperkenan-Nya.

Bila dipikirkan dengan jujur, terkadang manusia itu aneh juga. Mengapa dikatakan demikian?
Bukankah Allah telah rela memisahkan diri-Nya bagi kita, mengapa kita justru tidak mau
memisahkan diri bagi Allah? “Apabila kita rela memisahkan diri bagai Allah, tentu Dia akan
memakai hidup kita bagi kemuliaan-Nya,” cetus doktor jebolan Fuller Theological Seminary
USA ini.

Terus terang, sukar untuk mengatakan bahwa seseorang mengenal Allah jika ia tidak hidup
dalam kekudusan. Artinya, salah satu wujud pengenalan akan Allah tercermin dalam kekudusan
hidup yang dijalani setiap hari. Bukankah seorang anak mempermalukan ayahnya bila ia berlaku
sembrono dalam hidup? Kudus adalah sifat dari Allah. Kita pun disebut anak-anak Allah. Nah,
bila kita berlaku tidak kudus pantaskah kita memanggil-Nya Bapa? “Mengenal Allah secara
pribadi pasti membawa kita memiliki hubungan dengan-Nya. Bila kita punya hubungan yang
pribadi pasti kita berusaha menyenangkan hati-Nya,” tegas Pdt. Ferry Frans Simanjuntak, M.A
(46).

Adakah hubungan kegiatan agamawi dengan kekudusan hidup? Melakukan kegiatan agamawi
merupakan hal yang baik. Namun, kegiatan agamawi bukanlah jaminan bahwa seseorang telah
mengenal Tuhan dengan baik. Bisa saja kegiatan tersebut hanya sebatas aktivitas saja. Sebagai
contoh, kita kerap menyaksikan orang-orang yang rajin beribadah namun perilakunya kurang
sepadan dengan ibadahnya. Sementara rajin beribadah pada saat yang sama rajin pula berbuat
dosa. Selingkuh tiada henti. Korupsi tiada akhir. Mengejar kedudukan tak kenal lelah. Jelas ini
sebuah ironi. “Apabila orang-orang Kristen belaku tidak kudus mereka sama artinya tong kosong
yang berbunyi nyaring,” tambah pembantu ketua tiga Sekolah Tinggi Teologi Imanuel Nusantara
Jakarta ini.

IBARAT MAKAN TANPA LAUK

Memainkan perilaku hidup kudus bak seorang olahragawan. Anda dapat membayangkan betapa
tidak serunya suatu permainan tanpa tantangan. Dalam dunia olahraga tantangan selalu dinanti-
nantikan. Bertanding tanpa hambatan ibarat makan tanpa lauk. Bahkan lauk tanpa garam. Tak
ada rasanya. Menjalankan hidup yang kudus memang memerlukan tantangan. Itu pula yang
disebut Pdt. Ferry Frans Simanjuntak, MA. Menurut MPH PGI wilayah DKI Jakarta ini
setidaknya terdapat tiga tantangan dalam menjalani hidup kudus.

Tantangan pertama adalah keinginan daging. Bila seseorang tidak memiliki hubungan pribadi
dengan Allah, yang menonjol adalah keinginan daging. Ketika manusia memilih menyenangkan
diri sendiri, di sinilah terjadi benturan. Benturan antara keinginan daging dengan kekudusan. Di
sini masalahnya, Alkitab katakan roh itu penurut namun daging lemah.

Tantangan kedua adalah lingkungan. Lingkungan yang buruk dapat mengubah kebiasaan yang
baik. Bila seseorang bergaul dengan lingkungan buruk sangat besar kemungkinan pengaruh
negatif merasuk dalam hidupnya.

Terakhir adalah tantangan kedagingan dan keinginan dunia. Pdt. Simanjuntak menyebut sebagai
dosa yang menyebabkan ketagihan. Ya, semacam dosa yang bersifat adiktif. Dosa yang
mendorong seseorang mengulang tindakan yang sama. Misalnya: dosa seks, Narkoba, korupsi,
dan sebagainya. Di sekeliling kita dosa-dosa seperti ini sangat menggoda. Dosa-dosa tersebut
aksesnya sangat gampang.

Tantangan bagi orang percaya adalah menaklukkan setiap tantangan yang ada. Manusia harus
memerangi ketidakkudusan bersama Roh Kudus. “Roh Kudus pasti memberi kita kemampuan
ekstra,” tegas hamba Tuhan dari Gereja Protestan Soteria di Indonesia (GPSI) ini. Mengambil
contoh dari kesalehan Ayub, Pdt. Simanjuntak yakin kalau Ayub mampu mempertahankan
kekudusan, kita pun pasti bisa. Walau Ayub ditimpa masalah berat, ia tak tergoyahkan.

ZAMAN YANG BENGKOK

Memang perlu diakui bahwa kita hidup di tengah zaman yang mengabaikan arti kekudusan.
Mereka tak mau tahu tentang kekudusan. Hati nurani mereka telah hilang kepekaannya. Namun,
orang percaya tentu tak perlu menyalahkan lingkungan. Bukan kita yang dipengaruhi
lingkungan. Sebaliknya lingkunganlah yang harus kita pengaruhi. Pasalnya, Pdt. Joshua Ong You
Liang mengatakan kalau kita mengasihi Tuhan, kita pasti menjaga hidup seturut firman-Nya.
Hidup yang seturut firman-Nya berarti hidup yang kudus di hadapan-Nya. Kasih kepada Tuhan
adalah dasar untuk mempertahankan hidup yang kudus.

Di luar sana banyak orang yang mengaku tak mampu hidup dalam kekudusan. Alasannya terlalu
banyak godaan. Namun bagi Pdt. Joshua, godaan bukanlah segalanya. “Binalah persekutuan
dengan Tuhan setiap saat,” cetus Gembala Jemaat Gereja Santapan Rohani (GSR) Jakarta ini.
Kualitas hubungan dengan Allah menentukan kualitas kekuatan seseorang saat menghadapi
godaan. Bila seseorang setia membaca firman Tuhan, bersaat teduh, dan berdoa maka
ketidakkudusan tidak mendapat tempat. Namun, tidak ada waktu untuk bersekutu membuat
seseorang gampang jatuh dalam perselingkuhan, perceraian, korupsi, berebut kedudukan, dan
lain sebagainya. Hal ini dapat dicek dalam pergaulan kita setiap hari. “Barang siapa yang dekat
dengan Allah—bersekutu dengan-Nya, pasti tangguh menghadapi goncangan yang hebat
sekalipun,” tandasnya.
3 Langkah Untuk Terlepas Dari Masalah
June 30, 2011

1 Vote

“Orang yang duduk dalam lindungan Yang Mahatinggi dan bermalam dalam naungan
Yang Mahakuasa akan berkata kepada TUHAN:

“Tempat perlindunganku dan kubu pertahananku, Allahku, yang kupercayai.”

Sungguh, Dialah yang akan melepaskan engkau dari jerat penangkap burung, dari
penyakit sampar yang busuk.

Dengan kepak-Nya Ia akan menudungi engkau, di bawah sayap-Nya engkau akan


berlindung, kesetiaan-Nya ialah perisai dan pagar tembok.” Mazmur 91:1-4

1. Jangan menjauh dari Tuhan

Keadaan susah yang kita alami tidak boleh membuat kita menjauh dan mundur dari Tuhan. Jika
perlu kita harus lebih aktif lagi mencari wajah Tuhan.
*courtesy of PelitaHidup.com
Semakin kita menjauh dari Tuhan, maka perlindungan Tuhan juga akan menjauh dari kita. Kita
akan menjadi lebih rentan lagi terhadap berbagai masalah dan bahaya yang menghadang. Kita
tidak memiliki kekuatan untuk menghadapinya.

Tetapi jika kita tetap berada dalam naungan Tuhan, maka Tuhan akan selalu memberikan
perlindungan bagi kita. Tidak ada sehelai rambutpun akan jatuh tanpa sepengetahuan Tuhan.

Sama seperti kisah Ayub yang mengalami pencobaan yang begitu berat, tetapi dia tetap
menggantungkan hidupnya kepada Tuhan. Sehingga Tuhanpun memulihkan kehidupannya
bahkan memberkatinya berlipat ganda.
*courtesy of PelitaHidup.com
Tetaplah dekat kepada Tuhan dan berusaha untuk lebih dekat lagi kepadaNya ketika kita sedang
masalah yang berat. Maka kita akan melihat tangan Tuhan yang akan menolong dan melepaskan
kita dari segala jerat yang ada.

“Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan
oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya
menjelang hari Tuhan yang mendekat.” Ibrani 10:25

“Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena
mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang.” 1 Timotius 4:8

2. Melangkah dengan iman

Tuhan akan mencurahkan hikmatNya bagi kita jika kita senantiasa dekat kepadaNya. Dia akan
memberikan jalan keluar bagi kita. Melalui hikmatNya kita dapat mengambil tindakan untuk
dapat menyelesaikan masalah.

Jangan takut untuk melangkah, berbuat sesuatu dan mengambil tindakan jika Tuhan sudah
membukakan hati dan pikiran kita.
Damai sejahteraNya akan menjadi tanda bagi kita bahwa Tuhan akan menyertai langkah yang
akan kita ambil.

Ketika Bangsa Israel melangkah dengan iman untuk menyeberangi Sungai Yordan dan masuk ke
Tanah Perjanjian, mujizatpun terjadi dan sungai langsung terbelah dua menjadi kering.

Mujizat terjadi ketika kita melakukan langkah iman. Tanpa langkah iman, maka tidak akan ada
mujizat dan pintu yang terbuka bagi kita.
Jangan takut dan kuatir, karena Tuhan senantiasa menyertai setiap langkah kita.

“Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut
dan tawar hati, sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, ke manapun engkau pergi.” Yosua
1:9

3. Nikmati kehidupan yang kita jalani

Rasul Paulus mengalami suka maupun duka, susah maupun senang, kelebihan maupun
kekurangan, tetapi dia tetap menikmati seluruh kehidupannya.

“Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam
segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang,
maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan.

Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.” Filipi 4:12-
13
Apapun yang kita alami saat ini, tetaplah berusaha untuk menikmatinya. Tetaplah naikkan
ucapan syukur kepada Tuhan. Mungkin kita berpikir bahwa masalah kita adalah masalah yang
paling berat yang pernah ada di muka bumi ini.

Tetapi jika kita lebih peka lagi untuk melihat ke sekeliling kita, lebih banyak orang yang
memiliki kesusahan yang jauh lebih berat dari yang kita alami saat ini.
Dan Tuhan tetap memberikan kekuatan bagi masing-masing kita untuk melaluinya, karena Dia
tidak pernah memberikan pencobaan melebihi kekuatan kita.

“Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak


melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu
dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan
ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.” 1 Korintus 10:13

Cerita kehidupan kita tidak akan pernah berhenti sampai kita dipanggil oleh Tuhan. Cerita demi
cerita, masalah demi masalah, suka maupun duka silih berganti berdatangan dalam kehidupan
kita.

Tetapi jika kita dapat menikmatinya dan berjalan bersama Tuhan, maka kita akan semakin
disempurnakan hari lepas hari. Dan cerita kehidupan kita akan menjadi bacaan terbuka bagi
setiap orang yang ada di sekeliling kita bahkan menjadi berkat dan teladan bagi mereka
semuanya.

Tetap berada dalam hadiratNya, tetap minta hikmatNya dan melangkah dengan iman, serta
nikmati apa yang ada pada kita dan mengucap syukur kepada Tuhan. Kita pasti akan melihat
pertolongan Tuhan atas hidup kita.

Dia tidak pernah berhutang kepada kita. Jangan pernah ragukan kebesaran tangan Tuhan. Tetap
berharap dan andalkan Dia. Haleluya!

“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala
hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.” Filipi
4:6

“TUHAN menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya;


apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab TUHAN menopang tangannya.”
Mazmur 37:23-24

Perbedaan Kecil Menghalangi Kemenangan


June 30, 2011
1 Vote

Filipi 4: 2-3
“Euodia kunasihati dan Sintikhe kunasihati, supaya sehati sepikir dalam Tuhan. Bahkan, kuminta
kepadamu juga, Sunsugos, temanku yang setia: tolonglah mereka. Karena mereka telah berjuang
dengan aku dalam pekabaran Injil, bersama-sama dengan Klemens dan kawan-kawanku sekerja
yang lain, yang nama-namanya tercantum dalam kitab kehidupan. Bersukacitalah senantiasa
dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!”

Bacaan Kitab Setahun: Mazmur 28; Matius 28; Keluaran 5-6

Pernahkah Anda berpikir bila di dalam satu tim sepakbola yang sedang bertanding di tengah
lapangan, para pemainnya hanya mengandalkan kemampuan individu dan mengesampingkan
kerjasama? Tentu saja kekalahan akan dialami oleh tim tersebut. Tidak adanya harmonisasi
permainan diantara para pemain adalah penyebab hal itu bisa terjadi.

Paulus tahu pentingnya kerjasama, jadi ia mendorong dua wanita yang sedang bertengkar untuk
berdamai. Euodia dan Sintikhe, anggota-anggota gereja Filipi, telah menyebabkan suatu
perbedaan karena ketidaksesuaian mereka. Paulus menggunakan wanita-wanita ini sebagai
contoh untuk masuk ke dalam sebuah pasal tentang damai sejahtera. Ia tidak meminta Euodia
dan Sintikhe bertindak sama, tetapi untuk sehati sepikir.

Istilah ‘sehati sepikir’ yang digunakan oleh Paulus mengesankan mengenai kesesuaian.
Menyanyi dalam ketidaksesuaian tidak berarti menyanyi dalam nada yang sama. Para pemain
seharusnya memegang kedudukan berbeda dalam sebuah tim. Kesesuaian berarti usaha-usaha
Anda memperlengkapi usaha-usaha orang orang lain, bukannya bertentangan dengan mereka.

Kesatuan mengarahkan Anda kepada keberhasilan, tetapi keegoisan akan membawa ke dalam
jurang kegagalan.

7 Langkah Sukses Dalam Tuhan Yesus Kristus


June 30, 2011
3 Votes

By : Pdt. David J. Kather

Sukses dalam Tuhan adalah yang paling ideal. Sukses karena Tuhan adalah standard
hidup orang percaya. Dengan demikian kesuksesan itu telah digariskan oleh Allah.
Kesuksesan telah dituliskan dalam firman Allah. Kesuksesan adalah janji Allah yang pasti
tergenapi dalam setiap kehidupan orang-orang percaya.
PENJELASAN

Melalui pelajaran penting hari ini, kita dapat menerapkan, mempraktekan dan menjalani
langkah-langkah praktis menuju sukses berikut ini:

1. 1. Berbeda dengan dunia ini (Daniel 1:8-20)


Daniel adalah orang buangan, tetapi Daniel memiliki komitmen untuk tidak menajiskan diri
dengan santapan raja dan anggur yang biasa diminum. Daniel berani mengambil keputusan
untuk lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia. Daniel dan teman-temannya percaya
bahwa keputusannya justru membawa berkat yang luar biasa dalam kehidupannya yakni
perawakan mereka lebih baik dan lebih gemuk bahkan Allah memberikan pengetahuan dan
kepandaian tentang berbagai-bagai tulisan dan hikmat serta pengertian tentang berbagai bagai
penglihatan dan mimpi. Sehingga Daniel dan teman-temannya 10 X lebih cerdas dari semua
orang yang berilmu. (ayat 15, 17, 20). Langkah yang pertama kita harus berani bebeda dari dunia
ini (Roma 12:2).
2. Hikmat (I Raja-raja 3:16-28)
Amsal berkata, “takut akan Allah adalah permulaan pengetahuan”. Tuhanlah yang memberikan
hikmat, dari mulutNya datang pengetahuan dan kepandaian. (Ams 2:6). Salomo sangat
berhikmat yaitu dapat menentukan Ibu yang tepat dari seorang bayi yang diperebutkan oleh dua
orang ibu. Melihat sikon yang serba tidak menentu membuat kita sangat membutuhkan hikmat
Allah sehingga melahirkan ide, gagasan dan pemikiran yang cemerlang serta keputusan-
keputusan yang tepat.

3. Iman (Dan 3:17,18; 6:11,12; Mzm 37:5)


Iman adalah percaya kepada Allah yang tidak pernah gagal dan Allah yang tidak pernah berubah.
Berarti keraguan, kekuatiran, ketakutan, kebimbangan dan kecemasan harus lenyap dengan
sendirinya dalam kehidupan kita. Percayalah, mujizat akan terus terjadi setiap hari dalam
kehidupan kita dan keluarga-keluarga kita.

4. Kasih (I Kor 13:1-13)


Persaingan usaha semakin tajam tetapi jangan pernah kita lupakan kasih! Karena Kasih, maka
Allah menyelamatkan kita, karena Kasih, maka Allah meengampuni dan melupakan semua dosa
kita. Sehingga kita dituntut untuk selalu mengasihi Allah, sesama bahkan musuh kita sekalipun
dan akhirnya kemuliaan Allah memenuhi kehidupan kita dan kita sedang menuju kepada
kesuksesan.

5. Perencanaan (Ams 6:6-8; 30:25)


Apabila kita gagal membuat perencanaan maka sesungguhnya kita sedang merencanakan untuk
gagal. Semut menyediakan roti di musim panas dan mengumpulkan makanannya pada waktu
panen apalagi kita manusia yang sangat berharga dan berarti di mata Allah yakni kita harus
membuat perencanaan, memiliki visi ke depan dan langkah-langkah kita pasti menuju kepada
kesuksesan.

6. Pelajari kelemahan kita


Tim Sepakbola Nasional Belanda sulit meraih kemenangan karena masing-masing pemain terlalu
menunjukkan kehebatan dirinya dan klubnya masing-masing sehingga mengabaikan kesatuan,
kebersamaan dan kerja sama. Dengan demikian, kalau kita mengetahui kelemahan kita dan mau
memperbaikinya pasti kita dapat mengembangkan semua potensi, karunia dan talenta kita.

7. Kesuksesan ada di depan mata kita


Janji Tuhan kepada kita yakni apapun juga yang kita lakukan pasti berhasil dan Tuhan
mengangkat kita menjadi kepala dan bukan ekor, Tuhan mengangkat kita naik dan bukan turun.
Tuhan memberikan kepada kita kehidupan dan mempunyainya dalam segala kelimpahan. (Yoh
10:10)

9 trick for get Happiness


June 30, 2011

2 Votes

-Memaafkan

Memaafkan bukanlah hadiah yang Anda berikan kepada orang lain, itu adalah hadiah yang Anda
berikan kepada diri sendiri. Tidak bergantung pada masa lalu, melepaskan sakit sehingga Anda
dapat hidup lebih bahagia dan hidup lebih memuaskan. Menyimpan dendam terhadap orang lain
tidak akan membantu dan merusak hubungan sosial dengan orang lain, itu hanya merugikan
Anda. Ini membuang-buang waktu dan energi yang sebenarnya Anda bisa mencurahkan untuk
sesuatu yang lebih bermanfaat dalam hidup Anda. Kalaupun kita lihat tampaknya tidak cocok
untuk orang yang terluka untuk harus memaafkan dan melupakannya begitu saja, tapi buatlah
keinginan besar menjadi bijaksana dan menjadi bahagia. Selalu ingat untuk memaafkan diri
sendiri juga.

-Menerima Diri Sendiri

Belajar untuk menerima dan mencintai diri sendiri dengan semua kualitas yang baik dan
kesalahan Anda. Harga diri Anda tidak ditentukan oleh berapa kali Anda telah berhasil atau gagal
atau oleh berapa banyak uang yang Anda miliki. Juga tidak ditentukan oleh, siapa yang Anda
tahu, apa yang Anda lakukan atau seperti apa Anda terlihat. Nilai Anda ditentukan oleh apa yang
ada dalam hati. Anda adalah sempurna persis seperti Anda. Tak ada lagi yang perlu Anda lakukan
selain memegang teguh prinsip kebenaran dan kejujuran agar menjadi layak untuk dicintai.

-Membantu Sesama

Jika Anda ingin jalan pintas menuju kebahagiaan. Anda dapat membantu siapa pun yang Anda
inginkan, hanya melakukan tindakan yang memberi Anda kebahagiaan dan berasal dari hati.
Apakah Anda memilih untuk membantu anak-anak yatim, tunawisma, orang tua, orang miskin,
orang sakit, atau satwa liar atau apa pun yang terdekat dengan Anda. Bahkan jika Anda belum
siap untuk berkomitmen, maka berikan kebaikan di mana pun Anda melihatnya diperlukan.
Memberikan senyum dan pujian tidak hanya cara yang bagus untuk memulai, tetapi kebiasaan
yang indah untuk masuk lingkaran kebaikan. Kebaikan kadang tanpa biaya apa-apa dan dapat
membawa banyak kegembiraan. Jika Anda melihat seseorang yang tampaknya sedikit kurang
bahagia, hanya memberi mereka senyuman lebar. Yang dapat membuat lebih banyak perbedaan
dalam hari seseorang dari yang Anda bayangkan. ITindakan Anda dan kata-kata Anda harus
selalu datang dari hati Anda.

-Berhenti khawatir

Khawatir membawa Anda jauh dari masa kini dan membatasi energi Anda. Anda tidak bisa
mengatakan berapa tahun hidup Anda telah terperangkap dalam kekhawatiran. Saya ingat begitu
tenggelam dalam kemungkinan-kemungkinan kejadian masa mendatang yang membuat saya
bahkan tidak bisa merasakan apa-apa pada saat sekarang. Tampaknya peristiwa indah yang
muncul selalu dinodai oleh perasaan takut. Khawatir tentang sesuatu tidak akan pernah
memecahkan masalah apa pun. Khawatir hanya memaksa Anda untuk berulang kali mengalami
hal-hal buruk yang mungkin atau bahkan tidak terjadi. Lepaskanlah!. Bahkan jika peristiwa ini
terjadi, lebih baik hanya mengalami sekali daripada beberapa kali, dan biasanya yang
dibayangkan peristiwa yang jauh lebih buruk daripada apa pun kenyataan akan datang. Nikmati
setiap pengalaman sepenuhnya dan alami segala sesuatu sepenuhnya dan koreksi kesalahan yang
ada.

-Fokus pada hal positif


Berhenti memperhatikan hal-hal yang menyedihkan dan berfokus pada kebahagiaan. Jangan
menghindari kenyataan, tetapi hadapi. kita tahu bahwa tidak ada gunanya dalam melihat dan
mengingat hal-hal yang membuat stres. Apabila tidak melakukan apa pun untuk memperbaiki
situasi hanya akan membatasi energi anda maka sebaiknya manfaatkanlah untuk hal-hal yang
lebih positif.

-Mengevaluasi

Evaluasi memberi gambaran sisi baik dan buruknya tindakan. Apakah tindakan-tindakan anda
sudah sesuai dengan cita-cita ataukah telah keluar jalur. Keinginan-keinginan yang menipu
seperti hal yang menyenangkan pada saat tindakan terjadi itu bisa saja terulang berkali-kali
karena mekanisme kesadaran untuk melakukan tindakan menyengkan sangat kuat dan implikasi
buruknya berjalan sangat lambat. Hati-hati ketika akan melakukan tindakan besar dan evaluasi
sesudahnya. Evaluasi bisa menentukan kebahagian jangka panjang.

-Berolahraga

Kebahagiaan karena hati kita bahagia dan tubuh kita sehat. Kalaupun karena kesibukan yang
sangat padat dan kelelahan akibat aktivitas yang sangat padat maka pintar-pintarlah memilih
waktu anda seperti keahlian anda saat memecahkan masalah. Karena tidak berolah raga juga
merupakan sebuah masalah. Dari 24 jam waktu yang tersedia apakah 1 jam atau 1/2 jam saja
tidak tersedia untuk menjaga kesehatan?

-Tertawa

Tertawa adalah penting. Tertawa membuat Anda santai dan memicu reaksi hormonal dalam
tubuh yang bermanfaat bagi kesehatan dan kebahagiaan Anda! Tertawa bagi sebagian orang tidak
mudah tapi kalau mau meluangkan waktu mengingat kembali hal apa yang bisa membuat anda
tertawa maka ulangi kembali kegiatan yang bisa membuat tertawa. Tanpa tertawa diri kita akan
menjadi beku dan mudah pecah jika ada seorang memukulnya walaupun itu dengan pukulan
lemah.

-Cinta

Cinta adalah esensi dari siapa diri kita dan mengapa kita di sini. Cinta adalah sumber kehidupan
dan mengantarkan anda untuk membuat hal-hal positif . Cinta itu lebih dan Anda dapat menjadi
lebih. Cinta itu bebas, mendalam dan sepenuhnya. Mengasihi semua orang di sekitar Anda
termasuk Anda sendiri. Semakin banyak Anda memberi, semakin banyak Anda akan menerima
balasan. Menjalani hidup dari cinta dan kebahagiaan akan mengikuti kemanapun Anda pergi.
Ingat juga cinta berlebihan bisa menjadi fanatisme sempit.
You are here
Home » Rohaniawan Buta (Palsu)

Rohaniawan Buta (Palsu)

Oleh: Kilat Kasanang

"Berbahagialah mata yang melihat apa yang kamu lihat. Karena Aku berkata kepada kamu:
Banyak nabi dan raja ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin
mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya." (Lukas 10:23-24).

Apa yang dimaksud oleh Tuhan dengan apa yang dilihat dan apa yang didengar, bukanlah dalam
arti harfiahnya, namun dalam arti rohani, yaitu memahami perkara-perkara rohani, rahasia-
rahasia kebenaran Allah, yang hanya diungkapkan kepada orang-orang pilihan Allah, yaitu
orang-orang yang tidak dipakai oleh dunia ini. Bagi orang diluar mereka, hal-hal itu hanya
dinyatakan secara harfiah atau perumpamaan, yang juga tidak akan dipahami oleh mereka,
sehingga hal itu tetap saja merupakan rahasia bagi mereka, bahwa bagi orang-orang pilihan Allah
diungkapkan rahasia Kerajaan Allah namun kepada orang-orang lain segala sesuatu yang
berkenaan dengan kebenaran itu hanya disampaikan dalam bentuk perumpamaan :
"Kepadamu telah diberikan rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada orang-orang luar segala sesuatu
disampaikan dalam perumpamaan, supaya: Sekalipun melihat, mereka tidak menanggap,
sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti, supaya mereka jangan berbalik dan mendapat
ampun." (Markus 4:11).

Berkenaan dengan penglihatan rohani ini, lebih jauh kita akan mengutip suatu cerita singkat,
tentang pertemuan seorang yang buta dengan Tuhan Yesus:

"Waktu Yesus hampir tiba di Yerikho, ada seorang buta yang duduk dipinggir jalan dan
mengemis. Waktu orang itu mendengar orang banyak lewat, ia bertanya: "Apa itu?" Kata orang
kepadanya: "Yesus orang Nazaret lewat" Lalu ia berseru: "Yesus Anak Daud, kasihanillah aku!"
Maka mereka yang berjalan di depan, menegor dia, supaya diam. Namun semakin keras ia
berseru: "Anak Daud, kasihanilah aku!" Lalu Yesus berhenti dan menyuruh membawa orang itu
kepada-Nya. Dan ketika ia telah berada didekat-Nya, Yesus bertanya kepadanya: "Apa yang kau
kehendaki supaya Aku perbuat bagimu?" Jawab orang "Tuhan, supaya aku dapat melihat!" Lalu
kata Yesus kepadanya: "Melihatlah engkau, imanmu telah menyelamatkan engkau!" Dan
seketika itu juga melihatlah ia, lalu mengikuti Dia, sambil memuliakan Allah. Seluruh rakyat
melihat hal itu dan memuji-muji Allah." (Lukas 18:35-43).

Tuhan Yesus dan rombongan yang sangat besar akan masuk kota Yerikho, dan disana dekat pintu
gerbang kota ada seorang buta yang mengemis. Mungkin juga ia telah lama mendengar kabar
tentang Yesus, sehingga ia berharap suatu ketika dapat berjumpa dengan Dia, dan minta
disembuhkan. Seperti pepatah mengatakan: "Pucuk dicinta ulam pun tiba". Mendengar suara
orang banyak ia curiga dan bertanya, tentu saja ia bertanya kepada orang yang dapat melihat:
"Apa itu?" Dan orang yang "MELIHAT" itu menjawab: "Yesus orang Nazaret lewat."
Penglihatan dan penilaian orang yang "MELIHAT" itu terhadap Yesus, ternyata hanya sebatas
Yesus sebagai orang Nazaret!. Namun, mengherankan, bahwa orang buta itu temyata dapat
melihat dan mengenal Yesus jauh lebih sempurna dan pada orang yang dapat melihat itu. Ia
berseru dan memanggil Yesus dengan panggilan yang tepat: "Yesus, Anak Daud, kasihanilah
saya!" Panggilan "Anak Daud" adalah ungkapan tradisional orang Israel bagi Mesias yang
sedang dinanti-nantikan mereka, yang berasal dari ungkapan dan pernyataan janji Allah kepada
Raja Daud lewat Nabi Natan, yang dapat dibaca dalam II Samuel 7:12-13.

"Apabila umurmu sudah genap dan engkau telah mendapat perhentian bersama-sama dengan
nenek moyangmu, maka Aku akan membangkitkan keturunanmu, dan Aku akan mengokohkan
kerajaannya. Dialah yang akan mendirikan rumah bagi nama-Ku dan Aku akan mengokohkan
takhta kerajaannya untuk selama-lamanya."

Janji Allah inilah yang menjadi dasar ungkapan "Anak Daud" bagi Mesias yang dinantikan
bangsa itu. Semula orang mengira bahwa yang dimaksud adalah Raja Salomo yang telah
mendirikan Bait Suci di Yerusalem, namun pemerintahan-nya tidak kekal, hanya 40 tahun ia
memerintah dan wafat.

Sebagai salah satu akibat serius dari kejatuhan manusia kedalam dosa, Allah mengusir keduanya
dari taman Eden dan menutupi jalan kembali ke taman itu. Dengan usahanya sendiri, manusia
tidak akan memperoleh jalan untuk kembali ke dalam persekutuan dengan Allah. Manusia
menjadi buta, tidak dapat melihat dan memahami apa yang bersifat rohani, yaitu kebenaran-
kebenaran Ilahi.

Ironisnya bahwa diantara manusia yang semuanya buta secara rohani, ada orang-orang tertentu
yang merasa "melek-rohani", terutama dikalangan mereka yang memperoleh predikat sebagai
ROHANIAWAN. Mereka mengaku dan mengira bahwa mereka adalah golongan yang paling
memahami rahasia dan hikmat rohani, ia tidak tahu bahwa dialah ROHANIAWAN BUTA
(PALSU), karena kenyataannya sekalipun ia mempunyai predikat rohaniawan, namun tetap saja
ia orang dunia. Sewaktu Tuhan mengucapkan"Aku datang ke dalam dunia untuk menghakimi,
supaya barang siapa yang tidak melihat, dapat melihat, dan supaya barang siapa yang dapat
melihat, menjadi buta." (Yohanes 9:39),golongan ROHANIAWAN BUTA (PALSU) tadi
mendengar dan mereka tersinggung:

"Kata-kata itu didengar oleh beberapa orang Farisi yang berada disitu dan mereka berkata
kepada-Nya: "Apakah itu berarti bahwa kami juga buta?" Jawab Yesus kepada mereka:
"Sekiranya kamu buta, kamu tidak berdosa, tetapi karena kamu berkata: Kami melihat, maka
tetaplah dosamu." (Yohanes 9:40-41).

Itulah jawaban Tuhan bagi semua orang yang mengira ia melihat, padahal buta.

Ada ungkapan yang mengatakan, bahwa orang yang paling bodoh diantara orang bodoh, ialah
orang bodoh yang mengira ia pintar, orang yang paling buta diantara orang-orang buta, ialah
orang buta yang mengira melihat. Itulah keadaan para rohaniwan palsu itu. Karena mereka
adalah buta dalam soal-soal rohani, namun mengira bahwa mereka "MELIHAT", maka mereka
tidak pernah memerlukan tabib agung, yaitu Tuhan Yesus untuk menyembuhkan butanya. Tapi
orang yang sungguh-sungguh menyadari bahwa ia buta, maka ia akan berseru-seru kepada Tuhan
seperti orang buta di pintu gerbang Yerikho itu:

"Yesus Anak Daud, kasihanilah aku!"

Apa yang dinyatakan orang buta itu sebagai ungkapan permintaannya kepada Tuhan, patutlah
ditiru oleh semua orang yang menyadari dirinya buta: "Tuhan supaya aku dapat melihat!"

Dan kita tahu bahwa kini adalah jaman ROH KUDUS, DIA-lah yang diutus oleh Tuhan
menggantikan peranan Kristus, sesuai apa yang ditentukan oleh Tuhan sendiri, antara lain untuk
menangani orang dunia yang buta ini (buta rohani):

"Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu kedalam seluruh
kebenaran; sebab Ia tidak berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang di dengar-
Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan
datang." (Yohanes 16:13),(Yoh 14:15-17;26).

PENUTUP:
Diakhir-akhir ini, manusia semakin DIBUTAKAN, saling fitnah, saling mengejek, saling
menyerang, contoh : gara-gara PILPRES saudara dengan saudara (kakak-adik jadi bertengkar),
suami Vs istri (beda pilihan), para rohaniawan pendeta Vs pendeta, orang tua Vs anak, kristen Vs
kristen, owh..mengerikan sekali !, IBLIS TELAH MENUAI BANYAK KEMENANGAN, kita
tidak bisa lagi melihat KEBENARAN YANG SESUNGGUHNYA, karena itu mari berdoa dan
BERTOBATLAH, katakalah TUHAN ampunilah dosa kami, kami telah "buta" untuk melihat
mana yang baik dan mana yang tidak, apalagi untuk melihat hal-hal yang ROHANI, kami
butuhkan ROH KUDUSMU, kami butuhkan FIRMANMU sebagai penerang bagi setiap langkah
kaki kami, agar kami tidak terjatuh dan tersesat AMIN

"Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku." (Mazmur 119:105).

You are here


Home » Kesaksian » Menikmati Proses

Menikmati Proses

Oleh: Jeanette

Yakobus 1:2-3 "Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke
dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu
menghasilkan ketekunan." Ayat ini yang menjadi pedoman dan kekuatan saya ketika saya sudah
mulai jenuh dan merasa tidak mampu melewati proses yang Tuhan berikan.

Terkadang hidup yang kita jalani ingin semua serba instant. Apapun ingin dilakukan dengan cara
yang instant. Seperti halnya Ketika kita sakit kita berdoa dan ingin minta kesembuhan saat itu
juga, ketika kita butuh sesuatu kita berdoa dan ingin mendapatkannya dalam sekejap mata, ketika
kita memiliki masalah kita berdoa supaya masalahnya cepat selesai tanpa kita berusaha untuk
melakukan sesuatu, ketika kita menghadapi ujian sekolah kita berdoa supaya mendapatkan nilai
yang bagus tapi kita tidak belajar, dan ketika kita ingin sukses kita berdoa untuk bisa
mendapatkan uang tanpa bekerja dengan giat. Apakah itu yang selama ini kita jalani? Tuhan
mengingatkan setiap kita bahwa ada proses yang harus kita hadapi untuk bisa melewati itu
semua. Apa yang terjadi jika Tuhan mengabulkan semua doa kita tanpa proses dari-NYA? Kita
akan menjadi pribadi yang gampangan, pribadi yang ingin enaknya saja tanpa memikirkan apa
apa, tidak menghargai apa yang sudah Tuhan berikan.

Seringkali kita menganggap Tuhan itu jahat, mengapa ujian dan masalah tidak ada habis-
habisnya untuk saya? Mengapa hal ini harus terjadi kepada saya? Tuhan yang kita sembah adalah
Tuhan yang hidup, Dia tak pernah tidur dan selalu mendatangkan rancangan yang indah buat
setiap kita anak-anakNYA. Proses itu selalu dianggap hal yang tidak enak, hal yang menyiksa
daging kita tetapi pada akhirnya proses itu dirancang Tuhan sedemikiran rupa untuk kita melihat
kebaikan dan keagunganNYA sungguh ajaib. Proses membawa kita untuk belajar bagaimana
menyangkal diri dan memikul salib. Semakin kita terus menikmati proses-proses dari Tuhan,
semakin kita mengerti apa maunya Tuhan untuk hidup kita. Apa tujuan Tuhan untuk hidup kita?
Ketika kita menikmati proses itu, Tuhan akan membawa kita naik menjadi kepala dan bukan
menjadi ekor.
Tujuan Tuhan simple supaya kita memiliki karakter yang ingin terus dibentuk dan level
kedewasaan rohani kita semakin naik. Tuhan ingin kita menikmati proses demi proses karena
proses menjadikan kita hari demi hari semakin serupa dan segambar dengan Allah dalam hal
karakter, sikap dan perbuatan. Tapi terkadang kita tidak mengerti apa maksud Tuhan bawa kita
ke dalam pencobaan yang rasanya kita seperti tidak mampu menjalaninya. Tuhan lebih
mengetahui kedalaman hati kita dibanding kita sendiri. Tuhan tahu apa yang terbaik untuk setiap
anak-anaknya, Dia tak akan memberikan ujian di luar kemampuan kita. Maka dari itu nikmati
setiap proses yang ada. Bersyukur karena Tuhan masih mengijinkan kita untuk menikmati setiap
proses sehingga semakin hari karakter kita makin luar biasa. Nikmati proses itu sampai Tuhan
berkata kamu sudah berhasil melewatinya dan nantinya kita sudah siap menerima perkara-
perkara yang ajaib dan besar yang sudah Tuhan siapkan untuk setiap kita. KEEP FIRE IN GOD!!
GOD is very GOOD and GOD loves you ALWAYS. GODBLESS ALL?

Perkenanan Tuhan Hanya Sejauh Doa

Oleh: Anastasia Claudya Benedicta


Semua pelayan atau konselor tahu bahwa lebih sulit melayani orang yang pernah sungguh-
sungguh terjun dalam pelayanan lalu mundur ketimbang melayani orang yang belum mengenal
Tuhan. Kasusnya seperti seseorang yang pernah melayani kemudian mengalami gesekan dengan
teman sepelayanan lalu mengundurkan diri dan keluar.

Perlu diketahui untuk kembali lagi butuh energi minimal dua kali lipat dibandingkan dengan
orang yang belum mengenal Tuhan terus bertobat. Mengapa? Dalam Matius 12:43-45, Yesus
berkata bahwa roh jahat tersebut membawa tujuh roh lain yang lebih jahat. Dan caranya
bagaimana? Ada seorang hamba Tuhan yang bernama William Carey, seorang bapak misi, dia
merintis misi di dunia modern berkata "Doa yang bersungguh-sungguh dan penuh kepercayaan
adalah sumber semua kesalehan pribadi".

Firman Tuhan berkata bahwa kita adalah rumah doa, kita perlu baca firman Tuhan, kita perlu
rajin pelayanan, kita perlu khotbah, kita perlu menginjili, kita perlu kunjungan akan tetapi perlu
kita ketahui Yesus itu lebih banyak berdoa, Yesus berdoa semalaman, Yesus berdoa seorang diri,
pagi-pagi benar sebelum orang lain bangun, Dia sudah bangun terlebih dahulu untuk berdoa. Doa
itu persiapan karena waktu kita berdoa, kita mendengar suara Tuhan sehingga kita akan taat
mengikuti apa yang yang menjadi kehendakNya. Doa itu sangatlah penting karena doa yang
membuat kita bertumbuh serta melepaskan kita dari dosa-dosa kita. Matius 26:41, Yesus
mengingatkan bahwa daging itu lemah sehingga manusia masih bisa tergoda, Yesus juga berkata
agar kita selalu berjaga-jaga dengan satu cara yaitu berdoa.

Memang pentingnya berdoa tidak dapat digambarkan, tetapi marilah kita ikuti teladan Yesus
yang banyak berdoa. Ada opini yang mengatakan mengapa kita memiliki pergumulan sekian
lama tetapi tidak selesai-selesai? Hal tersebut terjadi karena kita kurang berdoa. Tahukan bahwa
Yesus berdoa selama berjam-jam, para peneliti Alkitab menyimpulkan tiap hari Yesus minimal
berdoa tiga jam, itu sebabnya Ia dapat usir setan hanya dua detik, Ia bangkitkan orang mati hanya
lima detik, Dia bangkitkan orang lumpuh hanya tiga detik. Di mana kita tahu bahwa Yesus dapat
membuat mukjizat yang lumpuh dapat berjalan, yang buta dapat melihat dan bisu dapat bicara.
Hal tersebut terjadi karena Dia berdoa.

Ada tiga fungsi rumah doa, jika kita ingin berfungsi untuk menjadi rumah doa lakukan tiga hal
ini. Ayat utama Matius 7:7 yang merupakan bagian dari khotbah Yesus di bukit. Ada tiga fungsi
rumah doa dari ayat tersebut.
Pertama, rumah doa adalah rumah permintaan. Kita ini adalah rumah permintaan di mana Tuhan
dengar apa yang kita minta, akan tetapi masalahnya kita jarang meminta. Tuhan senang saat kita
meminta, ada seorang hamba Tuhan yang bernama John Wesley berkata bahwa "Allah tidak
melakukan apapun selain menjawab doa. Doa menggerakan tangan Allah untuk bertindak.
Melalui doa, Allah membuat yang tidak mungkin menjadi mungkin", oleh sebab itu Tuhan tidak
melakukan apa pun dalam hidup kita selain menjawab doa kita. Artinya, kalau kita jarang
beroda, jarang meminta, Tuhan tidak akan membuat apa-apa. Semakin banyak kita meminta
kepada Tuhan, semakin Tuhan bekerja dan belajar berani meminta hal-hal yang mustahil.
Banyak ditemukan orang-orang jarang meminta hal-hal yang mustahil, mereka hanya meminta
jika mereka sedang dalam kondisi kebingungan. Dan sekarang banyak orang berpikir, semakin
kita dewasa dalam Tuhan harusnya semakin sedikit meminta, tapi anggapan tersebut salah.
Kedewasaan rohani artinya makin bergantung dengan Tuhan, makin sedikit mengandalkan
kekuatan sendiri, makin banyak andalkan Tuhan. Jadi, semakin banyak minta pertolongan
kepada Tuhan, itu bisa disebut semakin dewasa rohani.
Kedua, rumah doa adalah rumah penyembahan. Tahukan bahwa kita harus banyak menyembah,
di Matius 7:7b berkata "carilah maka kamu akan mendapat", apa yang kita dapat? Saat kita
mencari lewat doa, kita dapatkan wajah Tuhan, kita dapatkan kekuatan dari Tuhan. Yohanes 4:23
menyatakan bahwa Tuhan tidak mencari penyembahan akan tetapi Tuhan mencari penyembah,
keduanya merupakan dua hal yang berbeda. Dan yang kedua, waktu kita mencari Tuhan kita
dapat perkenanan (Yesaya 55:6). Perkenanan atau favor itu artinya kita diperlakukan beda
dengan orang lain, seperti Yusuf itu dikenan saat ia di rumah Potifar, saat ia di penjara ia dikenan
oleh kepala penjara dan juga saat ia di istana Firaun. Kita butuh perkenanan Tuhan bahkan
sekalipun masalah kita belum selesai, Tuhan memberikan perkenanan dan kita tetap mendapat
perlakuan khusus dariNya. Ketiga, di saat kita mencari Tuhan kita akan mendapat perlindungan,
Zefanya 2:3 ayat ini membicarakan tentang akhir zaman dan kenapa Tuhan ingin kita lebih
banyak berdoa? Karena Tuhan berjanji orang yang banyak berdoa, orang yang banyak
menyembah, orang yang yang mencari wajahNya akan diselamatkan dan membuat Tuhan akan
melindungi kita pada hari kemurkaan.

Terakhir, rumah doa adalah rumah syafaat yang artinya kita berdoa untuk orang lain. Apabila kita
berdoa jangan hanya berdoa untuk diri kita sendiri tetapi kita juga harus bersyafaat. Tuhan
menghendaki kita bersyafaat berdoa untuk orang lain karena Alkitab berkata jika dua orang
bersepakat meminta apapun juga, Bapa di sorga akan mengabulkan (Matius 18:19). Perlu
disadari bahwa kita ada di sini hingga saat ini itu juga berkat doa orang lain.

You are here


Home » Kesaksian » Akar Berani

Akar Berani
Oleh: Sefnat A. Hontong

Suatu saat, anak saya yang kedua bertanya kepada mamanya: mama kira-kira ada ka tarada tu
akar barani e... (mama kira-kira ada atau tidak akar berani itu)? Mamanya balik bertanya: ngana
mo biking apa kong (kau mau buat apa dengan akar berani)? Ceh... tarada mama, kita cuma baba
tanya saja (oh... tidak mama, saya cuma bertanya saja). Lalu mamanya berkata: akar berani itu
ada. Dulu, orang tua-tua kalau dorang mo pi baku parang itu, dorang makang dulu tu akar barani,
supaya dorang tara tako menghadapi musuh (di zaman dulu, jika orang hendak berperang,
mereka selalu makan akar berani, supaya tidak merasa takut menghadapi musuh). Ceh... ada,
mama??? Dimana???? (Oh ya.. ada mama? Dimana?), kata anak saya itu. Nampaknya dia mulai
terposa dengan keterangan mamanya. Dalam hati, saya berkata: ini anak ingin sekali akar ini
(mengapa anak ini suka dengan akar itu). Saya lalu bilang ke mamanya, e.... ngana cek bae-bae
dulu tu anak, biking apa kong dia tanya tu barang itu (ah.. periksa dulu baik-baik anak itu,
mengapa dia bertanya mengenai akar berani). Ternyata setelah cek par cek (diperiksa), memang
betul.... dia sangat membutuhkan akar itu, karena dia akan ujian praktek bernyanyi di sekolah.
Kebetulan anak saya ini sangat sulit jika diminta menyanyikan sebuah lagu.

Nah, keberanian memang penting dalam hidup kita, asal jangan pake akar (pakai akar). Tetapi
kalau mo pake juga tidak apa-apa (jika mau menggunakannya tidak apa), silahkan saja, 'kan yang
penting beraninya, buka akarnya to? Tanpa keberanian, seseorang bisa gagal, hanya oleh karena
sedikit tantangan. Anak saya tadi, jika tidak berani, pasti tidak lulus mata pelajaran kesenian.
Padahal hanya soal menyanyi saja. Seperti kita yang tidak bisa bernyanyi di hadapan umum, kita
tiba-tiba diminta menyanyikan sebuah lagu, pasti kita punya banyak alasan. Padahal intinya
hanya karena takut, takut fals, takut ditertawakan, takut totofore, takut gugup, dll. Jadi, intinya
keberanian sangat penting.

Warga jemaat mula-mula, sebagaimana yang diceritakan oleh teks Kis. 4:23-31 ini, dalam hemat
saya, kelihatannya sedang mengalami sedikit soal mengenai keberanian. Hal itu nampak dalam
Doa yang mereka sampaikan kepada Tuhan, yang tertulis pada ayat 29: "Dan sekarang ya Tuhan,
lihatlah bagaimana mereka mengancam kami dan berikanlah kepada hamba-hambaMu
keberanian untuk memberitakan FirmanMu". Bisa terjadi ada Dua sampai Tiga situasi yang
mempengaruhi isi Doa mereka ini.
Pertama, mungkin saja mereka merasa takut setelah mendengar cerita yang disampaikan oleh
Simon dan Petrus Yohanes; yang baru saja dibebaskan dari Penjara dan Pengadilan Mahkamah
Agama Yahudi, sebagaimana yang diceritakan dalam 4:1-22. Dimana mereka sungguh-sungguh
dilarang dan diancam supaya jangan pernah lagi memberitakan nama Yesus di sekitar Yerusalem
pada pasca Kebangkitan itu. Oleh karena itu, dalam doa mereka memohon agar rasa ketakutan
itu dijauhkan dan diganti oleh keberanian.
Kedua, bisa terjadi isi Doa ini bukan didorong oleh rasa takut, tetapi sungguh-sungguh didorong
oleh keyakinan bahwa apapun resikonya, mereka tetap dan terus memberitakan nama Yesus yang
sudah Bangkit itu. Oleh karena itu, dalam doa ini, mereka meminta agar keyakinan mereka tidak
pudar, tidak loyo, dan tidak berubah, karenanya butuh keberanian yang total untuk maju.
Tetapi yang Ketiga, bisa juga terjadi pada saat itu mereka sedang marah besar, setelah mendengar
berbagai ancaman yang diceritakan oleh Simon Petrus dan Yohanes. Bahwa seolah-olah mereka
dianggap remeh dan enteng oleh para pemimpin agama Yahudi, sehingga memohon keberanian
untuk melawannya.
Namun apabila kita terus membaca kisah ini terus sampai pada ayat 31, yang berbunyi: "Dan
ketika mereka sedang berdoa, goyanglah tempat mereka berkumpul itu dan mereka semua penuh
dengan Roh Kudus, lalu mereka memberitakan Firman Allah dengan berani". Agaknya yang
lebih cocok adalah situasi yang Kedua, yakni isi Doa mereka bukan didorong oleh rasa takut,
tetapi sungguh-sungguh didorong oleh keyakinan yang sungguh bahwa apapun resikonya,
mereka tetap dan terus memberitakan nama Yesus yang sudah Bangkit itu.
Latar belakang isi Doa mereka yang seperti itu, juga cocok apabila kita menerjemahkannya
langsung dari naskah asli Alkitab, yang kira-kira berbunyi sbb: "Dan sekarang ya Tuhan, lihatlah
pada ancaman-ancaman mereka, dan berikanlah kepada hamba-hambaMu dengan segala
keberanian dan keyakinan mengatakan dihadapan umum tentang Kabar Baik itu". Jadi mereka
sebenarnya tidak takut, mereka tidak grogi, mereka tidak gugup, mereka tidak putus asa, mereka
tidak hilang harapan, walau dibuntuti dan diikuti oleh berbagai ancaman. Isi doa mereka ini
sebenarnya menunjukkan bahwa mereka sungguh-sungguh berani, dan atas dasar keberanian itu
mereka memohon agar direstui dan dikawali oleh Tuhan yang telah menganugerahkan
keberanian itu kepada mereka. Lalu penginjil Lukas mencatat: hal itulah yang sudah terjadi,
dimana dengan sangat berani mereka terus memberitakan nama Yesus yang bangkit itu, di
tengah-tengah ancaman dan tekanan dari para pemimpin agama Yahudi.
Keberanian yang dinampakkan oleh warga jemaat mula-mula itu tidak akan bisa dihasilkan oleh
akar barani. Keberanian seperti ini hanya bisa dimiliki seseorang apabila ia hidup dalam
keyakinan yang penuh kepada apa yang ia anggap sebagai kebenaran. Tanpa akar berani-pun
keberanian model itu bisa kita miliki, syaratnya hanya satu, yakni: yakin pada apa yang kita
yakini sebagai kebenaran.
Jika kepada Anda orang Kristen ditanyakan, apakah yang dimaksudkan dengan kebenaran itu?
Saya yakin Anda akan menjawab sama seperti yang Simon Petrus dan Yohanes katakan dalam
Kis. 4:12: "Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di
bawah kolong langit ini, tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia, yang olehnya kita
dapat diselamatkan". Tetapi apakah hanya pemahaman menegenai kebenaran yang kita yakini?
Tidak ada lagikah aspek lain, selain aspek yang ini?
Dalam hemat saya, kebenaran bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat dunia, tidak usah kita
perdebatkan dan persoalkan, ini adalah harga mati secara iman Kristen. Namun agaknya, hal itu
belum lengkap, jika tidak disertai dengan sebuah kebenaran lain, yang juga sangat ditekankan
oleh Yesus dan cara hidup jemaat mula-mula, sebagaimana yang tercatat dalam Kisah Para
Rasul. Dan bagi saya, aspek yang satu ini, sangat membutuhkan keberanian dari kita; baik untuk
mengatakannya maupun untuk menghayatinya dalam hidup menggereja kita. Tanpa keberanian
ini, saya pastikan hidup menggereja kita, tidak akan pernah utuh dan lengkap, sebagaimana yang
dikehendaki oleh Yesus Kristus sang Kepala Gereja.
Hal itu adalah, aspek pelayanan sosial/diakonal yang sejauh ini belum menjadi perhatian serius
dalam hidup menggereja kita. Dalam sebuah buku, yang sedang saya persiapkan untuk
diterbitkan, saya antara lain menulis ini: sudah lama orang Kristen merasa dirinya dekat dengan
Tuhan, bahkan nyaris menjadi satu-satunya orang beragama yang dipercaya melaksanakan
urusan-urusan Tuhan di dalam dunia. Rasa itu, selain nampak dalam doa yang disampaikannya,
misalnya: menyapa Tuhan sebagai Bapanya sendiri dan bapa orang Kristen saja, juga dalam
sikap memandang remeh penghayatan iman orang beragama lain, sebagai yang sesat dan perlu
ditobatkan, yaitu dengan cara mau menjadikan mereka sebagai anggota gereja.
Sementara pada pihak yang lain, jangankan di luar lingkungan gereja, di dalam lingkungan
gereja sendiri ada banyak warga yang tidak sehat, putus sekolah, tinggal di gubuk derita. Ada
juga yang suka mabuk-mabukan, gunakan narkoba, suka jalan-jalan ke tempat 'hiburan malam'
karena bebas menggunakan duitnya. Paling banter dari semua itu adalah ternyata ada juga
beberapa orang yang menjadi preman, PSK, pengedar togel dan koruptor untuk membiayai
hidupnya.
Pertanyaan saya ialah: apa arti semua ibadah ritual kita kepada Dia sang Juruselamat, namun
dalam penghayatan hidup hari-hari dalam hidup menggereja kita, kita tidak pernah menyentuh
hidup sesama kita yang sedang dalam penderitaan dan pergumulan hidup? Perhatikanlah isi Doa
jemaat mula-mula dalam teks Kisah Para Rasul 4:30a "Ulurkanlah tanganMu untuk
menyembuhkan orang". Doa mereka adalah Doa untuk pelayanan terhadap sesama. Doa mereka
adalah Doa yang tidak sebatas dalam acara ritual saja, namun untuk pelayanan diakonal.
Perhatikan juga cara mereka hidup seperti yang tertulis dalam ayat 2:42 akhir & 46-47a. Ayat 42
(akhir): 'Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa'. Ayat 46 (akhir) s/d
47 (awal): 'Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan
bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, sambil memuji Allah (bisa berarti:
berdoa)'. Dari sini ada dua aspek penting yang perlu disimak secara serius, yaitu: (1) aspek
memecahkan roti dan makan bersama-sama, dan (2) aspek memuji Allah atau berdoa. Aspek
memecahkan roti dan makan bersama-sama, adalah aspek diakonal/sosial, dan aspek memuji
Allah atau berdoa adalah aspek ritual. Yang menarik di sini ialah justru aspek diakonal/sosial-lah
yang disebut lebih awal, baru sesudah itu aspek ritualnya.
Artinya apa? Artinya ketika dalam hidup ini kita melakukan pelayanan diakonal/sosial, hal itu
sekaligus merupakan wujud dari nilai-nilai yang kita hayati dalam acara ritual kita. Di sini,
pelayanan sosial menjadi wujud nyata dari ritual kita dalam konteks sosial. Begitu pula
sebaliknya, apabila kita berritual, hal itu menjadi wujud kesadaran perlunya pelayanan-sosial
dalam hidup beriman kita dalam konteks liturgis (baik pribadi maupun persekutuan). Di sini,
ritual kita menjadi wujud nyata dari kesadaran sosial dalam konteks liturgis.
Kedua hal itu (sosial dan ritual) tidak bisa dipisahkan, apalagi dibedakan; keduanya adalah satu
yang dibentuk oleh makna keduanya juga. Hidup beriman yang hanya menekankan ritual, pasti
akan membawa ketimbangan; tidak saja dalam kehidupan sosial, namun juga dalam hidup
beragama itu sendiri. Sebaliknya, jika hanya menekankan pelayanan sosial semata-mata, tanpa
peduli dan menghiraukan ritual adalah wujud hidup beragama yang kering dan tandus tanpa
spiritual.
Perhatikan juga maksud perumpamaan Yesus tentang Orang Samaria yang Murah Hati dalam
Lukas 10. Siapakah yang akhirnya masuk Sorga dari antara seorang Imam, seorang Lewi dan
seorang Samaria? Dalam Luk 10:25b dikatakan, ternyata yang masuk Sorga adalah Orang
Samaria, yang konon dianggap sebagai orang yang tidak mengenal Allah. Mengapa ia masuk
Sorga? Karena ialah yang melayani orang yang sedang sekarat di pinggir jalan itu.
Dalam konteks hidup menggereja, wujud penghayatan model hidup beriman seperti ini berarti
kita tidak sekedar mau menjadikan orang lain menjadi warga dan anggota gereja saja, namun
harus melayani mereka dengan Kasih yang tanpa batas. Terutama kepada mereka-mereka yang
sedang tidak sehat, sudah putus sekolah, tinggal di gubuk derita, yang suka mabuk-mabukan,
yang menggunakan narkoba, preman, PSK, pengedar togel dan koruptor. Agar sekalipun
perlahan-lahan, mereka bisa keluar dari lingkungan yang membelenggu itu, agar bisa menerima
nuansa hidup bebas di dalam Kasih Kristus yang memberdayakan. Untuk melakukan hal
semacam ini, dalam hidup menggereja kita, tidak perlu susah-susah mencari akar berani, yang
perlu adalah keberanian untuk mengaturnya dalam program-program pelayanan di jemaat-jemaat
kita.

Kuasa Doa

Oleh: Ev. Margareth Linandi

Setiap pemimpin punya kuasa untuk berbuat sesuatu. Contohnya: seorang pemimpin punya
kuasa untuk memimpin anak buahnya mengikuti kebaktian doa sebelum memulai pekerjaan dan
memecat anak buahnya jika dia tidak taat pada pemimpin.

Bicara soal kuasa, percayakah kita bahwa perkataan kita mengandung kuasa? Ya benar. Kuasa
untuk membangun dan untuk menjatuhkan. Contoh: ketika orang tua sering mengucapkan kata
bodoh terus menerus pada anaknya, maka lama kelamaan anak itu menjadi bodoh.

Sama halnya dengan perkataan, doa kita pun bisa mengandung kuasa; untuk memulihkan atau
menjatuhkan. Contoh: orang yang tekun berdoa dan mengamini doanya ketika ia berdoa, lama
kelamaan sakitnya hilang dan ia sembuh kembali. Atau sebaliknya jika seseorang ragu akan
doanya maka doanya tidak dijawab.

Ada beberapa tips agar doa mempunyai kuasa:

1. Akuilah dosa dan salah kita di hadapan Tuhan.

Manusia adalah makhluk berdosa dan dalam Roma 3:10 dikatakan ”Tidak ada yang benar
seorang pun tidak.” Ini menunjukkan bahwa semua manusia berdosa dan dosa menghalangi
Tuhan menjawab doa kita.

Doa akan berkuasa jika kita mengakui dosa kita sebelum meminta sesuatu pada Tuhan. Kalau
masalah kita belum beres maka doa kita tidak akan dijawab Tuhan.

2. Saling mendoakan.
Berdoa bukan untuk kepentingan diri sendiri saja tetapi juga untuk orang lain.

3. Berdoa dengan iman.

Iman adalah kepercayaan kita kepada Tuhan. Yesus menginginkan agar kita mempunyai iman
sebesar biji sesawi saja maka kita dapat memindahkan gunung. Maksudnya kalau kita punya
iman yang kecil tapi kuat maka apa yang kita yakini akan terjadi.

Elia adalah contoh orang yang berdoa dengan iman.

1. Dia berdoa agar hujan tidak turun selama 3 1/2 tahun dan itu terjadi karena ia beriman.

2. Dia berdoa agar hujan turun, dan hujan pun turun. Semua terjadi karena ia tidak ragu.

Maukah doa kita berkuasa seperti Elia? Kita juga bisa asal kita percaya dan yakin dan doa kita
akan menjadi kenyataan.

”Doa orang benar , bila dengan yakin didoakan akan sangat besar kuasanya.” (Yakobus 5:16b).

Tuhan Yesus memberkati kita semua.

You are here


Home » Doa » Indahnya Berdoa

Indahnya Berdoa

Oleh: Ev. Margareth Linandi

Setiap kita pasti sudah tahu makna doa itu. Doa adalah bagian paling penting dari hidup orang
Kristen yaitu nafas. Seperti halnya kalau kita tahan nafas 1 menit saja, kita mungkin akan sesak
nafas. Dengan kata lain doa itu penting dan indah.
Seorang ayah sedang sibuk dalam pekerjaannya sebagai insinyur. Dia sibuk mendesain gambar
bangunan untuk proyeknya. Sang ayah terlalu sibuk sampai lupa bahwa anaknya Andi butuh
diperhatikan dan disayang.

Satu hari Andi mau bermain dengan ayahnya; ayahnya mengatakan sibuk. Sebagai gantinya
ayahnya menawarkan makanan kesukaan Andi misalnya coklat, es krim, atau kentucky, atau
lolipop asal Andi jangan mengganggunya. Andi mengatakan, "Saya tidak menginginkan itu
Ayah, saya hanya ingin Ayah meluangkan waktu ayah 1 jam saja untuk kita main-main. Ayah
sudah 5 hari bekerja untuk hidup kita, sekarang aku minta waktu ayah 1 jam saja." Ayahnya
tersentak, menangis dan memeluk anaknya, dan bermain dengan anaknya.

Seperti halnya anak itu menginginkan waktu bersama dengan ayahnya untuk bersama, Tuhan
juga ingin kita menyisakan waktu kita satu jam saja dengan Tuhan.

Kalau kita mau hitung-hitungan ada berapa jam dalam sehari? 24 jam. Berapa jam kita gunakan
untuk bekerja? Anggaplah 10 jam, lalu waktu untuk mandi, makan, nonton sekitar 4 jam, ada
waktu untuk shopping 1 jam, dll. Tuhan hanya mau 1 jam saja waktu kita untuk berkomunikasi
dengan Tuhan; ngobrol, curhat, kalau perlu menangis dengan Tuhan. Masakan kita terlalu egois
mengatakan ”Maaf, saya sibuk”, sedangkan Allah tidak pernah mengatakan, ”Maaf Saya untuk
hari ini sibuk, Saya gak bisa menjagamu, Saya gak mau mendengarkan doamu.” Celakalah kita
jika Tuhan seperti itu. Untung Tuhan bukan seperti itu, Tuhan mau kita menyisakan waktu kita 1
jam untuk berdoa.

Teman-teman apa sih indahnya berdoa? Mungkin pertama kali kita tidak merasakan apa-apa tapi
jika kita berdoa dengan sungguh-sungguh dan sukacita, kita mendalami bersama Tuhan, kita tak
terasa bisa menghabiskan waktu 2 jam-3 jam untuk berdoa, karna kita bisa mencurahkan isi hati
kita pada Tuhan.

Dalam Mazmur 62:9; mencurahkan hati di hadapan Tuhan adalah kesenangan bagi kita, dan
nikmatilah berkat-berkat Tuhan yang mengalir lewat doa kita.

Care for Our Nation


Penulis : Andrias Hans

Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu AKU buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada
TUHAN , sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu (Yeremia 29:7)

[block:views=similarterms-block_1]

Pendahuluan

Kita paham akan latar belakang ayat di atas di mana Nabi Yeremia mengirimkan surat kepada
tua-tua di antara orang buangan, kepada para imam, para nabi, dan kepada seluruh rakyat yang
telah diangkut ke dalam pembuangan oleh Nebukadnezar raja Babel dari Yerusalem ke Babel
(29:1).

Gamblang sekali firman Tuhan memberikan petunjuk kepada umat pilihan saat itu supaya di
negeri asing sekali pun mereka harus mengerjakan dua tugas panggilan yang mulia yakni:
Menyejahterakan dan berdoa bagi kota atau tempat di mana mereka eksis dan mereka tidak
diperkenankan untuk bersungut-sungut.

Dua tugas ini sangat relevan dengan eksistensi umat percaya Indonesia walaupun kita bukan
orang buangan di negeri asing. Indonesia adalah tanah kelahiran kita sendiri karena itu kita
diminta oleh Tuhan untuk peduli terhadap berbagai situasi dan kondisi yang terjadi di tengah-
tengah bangsa kita. Dan kepedulian terhadap bangsa kita merupakan perjuangan yang tak pernah
usai karena terus menerus diperjuangkan oleh generasi demi generasi kristiani yang lahir di
persada nusantara tercinta ini. Jelas sekali bahwa kita tidak bisa bermasa bodoh, kita harus harus
peduli terhadap kekinian dan keakanan Indonesia.

Pengantar : Peta umum situasi terkini

Saat ini kita memasuki bukan saja era berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat yang baru (Era
reformasi dan demokratisasi di mana semua elemen, eksekutif, legislatif, yudikatif, pers, dan
masyarakat menjadi kelinci percobaan yang kalau salah mencobanya semua akan bermuara pada
disintegrasi bangsa) namun juga kita sedang melintasi padang gurun yang sangat mengeringkan
tenggorokan kita bahkan menghabiskan cairan dalam tubuh (baca: bangsa) kita, karena sekujur
tubuh bangsa ini sedang mengalami penyakit multidimensional yang sangat berat dan payah.
Sulit diobati karena hampir semua dokter yang mau mengobati juga sakit parah. Juga
berpenyakit KKN kronis.

Ekonomi

Sejak tahun 1997 awal sampai detik ini krisis multidimensional yang kita alami tidak ada tanda-
tanda akan berakhir , jangankan berakhir, berkurang saja tidak malahan semakin parah saja.
Seluruh komponen bangsa ini , kecuali para elite , merasakan betapa pahitnya situasi dan kondisi
ini. Para petani di perdesaan dan para buruh di perkotaan sekarang tercekik lehernya, susah
bernafas karena beban yang sangat berat untuk hidup dari hari ke sehari. Mencari sesuap nasi
bukan hal yang mudah lagi bagi mereka. Anak-anak mereka sakit dan mati karena tidak sanggup
membawanya ke Puskesmas atau rumah sakit, karena tidak ada uang sepeserpun di tangan.

Bapak-bapak dan ibu-ibu tani di perdesaan sebagai tiang penopang bangsa ini (Merekalah yang
menyediakan makanan kepada seluruh masyarakat bangsa indonesia) semakin sulit untuk hidup
(Trubus 386-Januari 2002/XXXIII halaman 41 memberikan catatan bahwa penghasilan seorang
petani hanya sebesar Rp. 55.000 - 62.500 per bulan. Ini sebuah potret menyedihkan dari
kehidupan petani dan keluarganya yang justru berada jauh di bawah garis kemiskinan).
Sementara pemerintah juga tidak berdaya bagaimana mengangkat kesejahteraan ekonomi
mereka. Fakta menunjukkan bahwa kebijakan-kebijakan pemerintah nampak mandul bagi
peningkatan kesejahteraan rumah tangga petani. Hasil tanaman mereka yang telah menelan biaya
produksi tinggi tidak sebanding dengan harga yang diterima (Salah seorang misionaris yang
melayani di wilayah Sumsel menyampaikan kepada saya bahwa jemaat yang ia layani saat ini
sangat susah sebab harga sayur anjlok sampai ratusan rupiah per kilogram. Padahal biaya
produksi yang mereka keluarkan amat begitu tinggi).

Pendidikan

Jangan tanya mengenai pendidikan anak-anak mereka. Menurut data dari Direktorat Jenderal
Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda (PLSP) tahun 2002, ada satu juta anak yang putus sekolah
dasar setiap tahun dan ada 600.000. anak yang belum tertampung di sekolah dasar (Salah seorang
misionaris yang melayani di wilayah Sumsel menyampaikan kepada saya bahwa jemaat yang ia
layani saat ini sangat susah sebab harga sayur anjlok sampai ratusan rupiah per kilogram.
Padahal biaya produksi begitu tinggi). Jangan lupa anak-anak kristiani baik di kota maupun desa
berada dalam kategori ini.

Keadaan yang paling menyedihkan dari semua pergumulan bangsa ini adalah

Otak sebagian besar pemimpin, pejabat, konglomerat bangsa ini menurut Kwik Kian Gie (Kwik
Kian Gie dalam Pemberantasan korupsi untuk meraih kemandirian, kemakmuran, kesejahteraan,
dan keadilan ) sudah tidak waras lagi. Menurutnya pencuatan KKN di Indonesia sudah luar biasa
dahsyatnya, dan sudah lama Jelas bahwa KKN yang berawal dari keserakahan materi
berkembang menjadi kelainan-kelainan yang sifatnya bukan kebendaan. Pikiran menjadi jungkir
balik walaupun pendidikannya tinggi. Itulah sebabnya ada istilah corrupted mind. KKN yang
sudah merasuk ke dalam jiwa, mental, moral, akhlak menjelma kebijakan itu, terkadang
perumusnya tidak menikmati uang, tetapi kebijakan yang tidak waras itu disebabkan karena
keseluruhan jiwanya, cita rasanya, pikirannya sudah sakit. Kesemuanya ini sudah terlepas dari
tingkat pendidikannya. Maka orang-orang yang masih waras, yang jiwa dan mindset-nya
merumuskan kebijakan yang sangat merugikan orang banyak dan sangat tidak adil. Dalam
membela kebijakannya, ilmu pengetahuan dipakai untuk berargumentasi seperti pokrol tanpa alur
pikir yang jernih dan tanpa argumentasi, tetapi mengemukakan dalil-dalil yang digebrak-
gebrakkan di atas meja diskusi. Gambaran yang terdistorsi ini dimuat di media massa, sehingga
mayoritas masyarakat ikut bengkok persepsi dan pengetahuannya tentang hal ikhwal masyarakat,
negara dan bangsa yang begitu besar pengaruhnya terhadap

Moralitas
Kondisi yang amat berbahaya yang mungkin tidak disadari oleh setiap anak bangsa Indonesia
adalah pengrusakkan moralitas dan etika manusia Indonesia melalui narkoba, perjudian, seks
bebas, dan pornografi dalam segala bentuk dan cara penyajiannya. Media massa , cetak, dan
elektronik dengan gencar menyuarakan keadilan dan kebenaran tetapi pada saat yang sama
mereka juga sedang mempromosikan tayangan-tayangan yang amoralistik yang memuakkan.
Tayangan-tayangan hiburan ,lagu-lagu, acara, quis, film, sinetron kental dengan nuansa
perselingkuhan, perceraian, hedonisme, erotik, semi telanjang, dan tidak merangsang nilai-nilai
kepatutan dan kebenaran hidup sebagai manusia mulia. Berbau mistis, sadis, pembalasan
dendam, perampokan, dan pembunuhan. Inilah yang ditampilkan hampir setiap hari di depan
mata kita. Tidak heran kini lahir banyak pemerkosa pemula cilik sebagai akibat menyaksikan
tontonan-tontonan gratis ini.

Tetapi ironisnya pemerintah tidak sepenuh hati menghalau semua ini bahkan terkesan kuat
cenderung membiarkan bahkan mengizinkannya. Sementara di lain pihak upaya-upaya
pembangunan sarana-sarana pembentukan karakter mental, moral, etika, dan spiritual yang
sangat dibutuhkan anak bangsa ini dirasakan sangat dipersulit (Misalnya izin pembangunan
rumah ibadah kristiani terlalu banyak lingkaran proseduralnya dibanding dengan meminta izin
mendirikan usaha-usaha yang bernuansa demoralisasi (night club, tempat perjudian , dls).
Banyak tempat di Indonesia di mana judi sudah dilegalkan dengan alasan sulit untuk
mencegahnya). Pendek kata dalam bidang moral bangsa kita sang jawara. Lihat saja kita
termasuk rangking dua dunia dalam cyber crime di dunia ini.

Kini bangsa Indonesia menoreh satu prestasi besar karena telah memiliki universitas terbuka
gratis yang tersebar di seluruh propinsi sampai ke desa-desa terpencil yakni sekolah demoralisasi
anak bangsa Indonesia. Tayangan-tayangan TV kini sebagaian besar memberikan kurikulum
yang mendukung secara langsung atau tidak langsung terhadap pemikiran dan sikap hidup yang
anti etika, amoral, dan anti hal-hal rohani. Ini telah terbula lebar kepada semua masyarakat tanpa
ada filter lagi. Tidak mengherankan saat ini pelaku free sex adalah anak SD dan SMP. Jangan
ditanya anak SMU dan mahasiwa. Betapa mengerikan kondisi moral bangsa kita saat ini.

Politik

Di sisi lain kita dapat menyoroti situasi sosial dan politik terkini di mana sebentar lagi kita
berhadapan muka dengan dinamika Pemilu dengan sistim yang baru. Kini terasa sekali para elite
partai politik dengan segala upaya (lebih banyak menggunakan cara-cara haram) mau
memenangkan pemilu. Serangan fajar (Membagi-bagikan uang kepada rakyat pada saat mereka
menuju ke lokasi tempat pemungutan suara, besok Senin 5 April 2004) salah satu cara yang
masih pas untuk dilakukan. Bahkan besar kemungkinannya mereka akan menyuap petugas-
petugas di TPS-TPS dengan apa saja yang diperlukan. Para elite politik yang berkuasa saat ini
terus mencari peluang-peluang mendapatkan dana di mana saja yang bisa dimasuki, apakah itu di
lembaga-lembaga swasta atau pun di lembaga pemerintahan (BUMN terutama). Di sini nafsu
korupsi, kolusi, dan nepotisme meningkat dengan tajam, dan sulit dibendung.

Krisis multidimensional yang sangat dirasakan sebagian rakyat Indonesia saat ini menjadi lahan
subur bagi money politic. Para elite partai saat ini sudah bergerak ke sasaran untuk mengurung
rakyat miskin yang merupakan bagian terbesar rakyat Indonesia. Rakyat pun dengan lapang dada
menyambut kedatangan kaki tangan partai.

Sistim pemilihan Presiden dan wakilnya secara langsung bukan jaminan mutu kita memiliki
pemilu yang demokratis. Tindak kekerasan dan anarkisme akan sulit dihindari dalam pemilu kali
ini sebab merupakan pengalaman baru bagi bangsa Indonesia. Ini harus kita cermati dan
waspadai dengan cara memberikan pendidikan politik yang benar mulai saat ini.

Bagaimana posisi tawar umat Kristen dalam bidang politik? Kata yang paling tepat dipakai
adalah parah! Kenapa demikian? Pengalaman menyatakannya bahwa beberapa waktu lalu ada
belasan partai bernuansa Kristen dan masing-masing ketua umum partai, ingin menjadi RI 1.
Masing-masing sudah punya kavling suara berdasarkan kandangnya masing-masing.
Pertanyaannya, berapakah jumlah suara umat kristen (tambah Katolik) di seluruh Indonesia ?
sepuluh jutakah, dua puluh jutakah? Kalau dibagi belasan partai, berapakah jumlah kursi yang
akan diperoleh masing-masing partai Kristen? Nonsense! Kecuali terjadi mujizat, seluruh partai
kristen yang ada boleh memenuhi doa Tuhan Yesus dalam Yohanes 17:21 yaitu : Ut Omnes
Unum Sint ! partai-partai Kristen itu babak belur sebelum maupun sesudah diverifikasi KPU.
Dan hanya satu yang muncul. Puji Tuhan. Namun saya cukup beralasan untuk pesimis terhadap
keberhasilan partai Kristen dalam pemilu 2004? Meskipun saya tidak menentang adanya partai
Kristen. Karena di dalam tubuh partai ini tidak sedikit juga yang memiliki motivasi, cara, dan
tujuan berpolitik yang tidak jauh berbeda bahkan sama dengan para politisi duniawi yang sempit.
Saya menduga kuat, alhasil dalam pemilu besok, Senin 5 April 2004 kita KO, dan mungkin
babak belur (mudah-mudahan tidak jadi abu). Doa saya agar umat Kristen mau belajar dari
ketidakbersamaan dan ketidakkebersatuan kita selama ini. Tuhan Yesus sedih melihat
keterceraiberaian kita di dunia ini dalam hampir semua lini kehidupan kita. Ingat! doa Tuhan
Yesus supaya kita bersatu, itu pertanda bahwa memang kelemahan utama kita adalah tidak
bersatu dalam segala hal.

Saudara, inilah potret wajah bangsa kita kekinian yang sangat amat mengenaskan sekali. Tentu
situasi dan kondisi ini memberikan pengaruh bagi kehidupan anak-anak Tuhan di tanah air
tercinta ini.

Pengaruh bagi kekristenan Indonesia. Mengantisipasinya?

Sejarah mengajarkan kepada kita bahwa kekristenan tidak pernah hidup dalam ruang hampa
yang steril dari bobroknya dunia ini. Dari semula kekristenan lahir dalam dunia yang begitu jahat
dan untuk itulah kekristenan eksis.

Dorothy Sayers pernah berkata bahwa Allah telah mengambil resiko ilahi ketika memutuskan
untuk menetapkan gereja untuk menjadinilai-nilai humanisme (manusia adalah fokus dari
segalanya), pragmatisme (menghalalkan segala cara), relativisme (sirnanya standar kebenaran
Tuhan yang mutlak), dan hedonisme (tujuan akhir hidup manusia yaitu makan, minum,
bersenang-senang tanpa tanggung jawab moral apa pun). Gereja Tuhan seakan-akan lumpuh,
tidak lagi berfungsi sesuai naturnya sebagai garam dunia. Sebagai representasi Allah, gereja
malah semakin terisolasi dari dunia riil, dan memilih untuk hidup nyaman dalam tempurung
rohani kita masing-masing.
Ini merupakan pengaruh buruk bagi kekristenan yang setiap saat siap menerkam kita.

Pengaruh yang signifikan bagi kekristenan di Indonesia sehubungan dengan kondisi global dan
kondisi spesifik Indonesia kekinian mencakup masalahinner circlenya bahkan rakyat kecil
menjadi sapi perah yang terus menerus dieksploitasi sampai kering kerontang payudaranya),
akrobat hukum dan keadilan, moralitas manusia yang kacau balau. sangat mempengaruhi
kehidupan siapa saja tanpa mengenal wilayah agama, suku, profesi, dan latar belakang apa pun.
Pengaruh terhadap kekristenan adalah semakin banyaknya anak-anak Tuhan yang jatuh miskin.
Kemiskinan yang saya maksudkan adalah kemiskinan dalam arti luas (miskin ekonomi [Menurut
laporan , rakyat miskin di Indonesia sekitar 40 juta orang , saya yakin angka ini akan terus naik
seiring lamanya krisis multidimensional yang terjadi], pendidikan, kesehatan, informasi dan
komunikasi, dan miskin partisipasi baik di tengah masyarakat maupun dalam pemerintahan, dan
yang parah miskin moralitas dan etika).

Pengaruh yang sangat berbahaya bagi kekristenan saat ini jika tidak diantisipasi dengan hati-hati
dan cerdas adalah semakin banyak orang kristen yang akan terbawa arus dalam gaya hidup korup
di segala bidang kehidupan. Kita hidup dalam budaya yang sangat korup , bukan mustahil kita
akan berperilaku sama dengan mayoritas yang korup itu.

Mari kita cermati apa yang dikatakan Kwik Kian Gie terhadap orang Kristen. Dalam kondisi dan
timing yang dianggapnya cocok, mereka menggunakan agama sebagai tameng. Mereka
mendadak dan memberikan kesaksian. Demikian meyakinkannya, sehingga sulit dibayangkan
bahwa mereka sedang berbohong kepada Tuhan. Pada tahapan yang sudah seperti emosinya,
sehingga dia sudah menderita penyakit jiwa yang dinamakan make believe. Mereka berfantasi,
dan lambat laun percaya bahwa fantasinya adalah asalkan tetap ke gereja dan semakin fanatik,
semakin boleh melakukan apa saja. Kita menyaksikan demikian banyaknya konglomerat jahat
yang mendadak menjadi pemeluk agama yang demikian fanatiknya. Maka kita juga mendengar
komentar yang sama. Mereka mengatakan bahwa para konglomerat jahat yang begitu religius
dan setiap hari Minggu memberikan kesaksian berbohong tujuh kali seminggu. Hari Senin
sampai Sabtu berbohong kepada sesama manusia dalam melakukan KKN-nya. Pada hari Minggu
di gereja, ketika memberikan kesaksian mereka juga berbohong, tetapi kali ini kepada Tuhan dan
dilakukan di rumah Tuhan.

Masih banyak tanggapan buruk dari non kristen terhadap kekristenan di Indonesia. Misalnya apa
yang dikatakan oleh Namo Buddhaya : Saudara-saudaraku yang terkasih di dalam Kebenaran
sejati, ternyata di dalam Agama Kristen yang satu-satunya jalan keselamatan, juga terdapat
penyelewengan, terutama pada kalangan pendeta dan hamba-hamba Tuhannya, jadi tidak
berbeda dengan agama-agama lainnya. (Namo Buddhaya mengutip majalah kristen sebagai
berikut :Buletin Tiberias, 9 Juli 2000 Ikut merusak perekonomian Indonesia dengan aksi
memborong dollar AS. Apakah akar dari segala kejahatan ??! NARWASTU (Oktober 1995) No.
07/Th. 2 Hal : 37 apalagi panitia tsb dari dulu sampai sekarang tidak pernah membayar kembali
biaya perjalanannya. Hal ini sering menjadi perbincangan dikalangan hamba-hamba Tuhan yang
sering diundang ke sana. dia memempromosikan pengorbanannya yaitu pernah menjual
mobilnya dalam menjadi panitia event KKR besar yang menghabiskan biaya 600 juta
rupiah...WOW !!!).
Masalahnya sekarang adalah bagaimana kita dapat hidup aneh di tengah bangsa yang korup ini?
Janganlah kamu sesat ; pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik (I Korintus
15:33). Sederhana namun memiliki kebenaran yang mendasar. Meskipun kecil, orang kristen
harus memulai dan mendorong serta mempromosikan paradigma dan budaya baru yang menjauh
dari tindakan-tindakan korup. Misalnya, mari kita mulai berurusan sesuai aturan yang berlaku
tanpa memberikan uang kopi alias sogok. Kalau saja ada sepuluh juta orang kristen bertekad
melakukan hal ini maka Indonesia niscaya bersih .

Orang Kristen bukan cuma menghindari pergaulan buruk , lebih jauh dari itu sebagaimana yang
dikatakan Oswald Chambers (Pengabdianku Untuk Kemuliaannya , Penerbit : Yayasan
Pekabaran Injil Immanuel, Jakarta, 2001, 10 April) bahwa dosa harus dimatikan sepenuhnya
dalam diri anda, bukan sekedar dikekang, ditekan atau dilawan, melainkan disalibkan (manusia
lama kita telah turut disalibkan , supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita
menghambakan diri lagi kepada dosa , Roma 6:6).

Di sisi lain kita berada di persimpangan jalan menghadapi tahun-tahun yang semakin sulit ke
depan. Ini disebabkan umat kristen umumnya masih terlalu Lugu dan polos melihat kekinian
situasi bangsa. Kita enggan belajar membaca tanda-tanda zaman yang kita hidupi ini seperti yang
dikatakan Tuhan Yesus dalam Injil (Tariklah pelajaran dari perumpamaan tentang pohon ara.
Apabila ranting-rantingnya melembut dan mulai bertunas, kamu tahu, bahwa musim panas sudah
dekat (Markus 13:28). Juga Tuhan Yesus berkata :&.. rupa langit kamu tahu membedakannya
tetapi tanda-tanda zaman tidak (Matius 16:3b) sehingga kita sering kalah langkah dan
terkebelakang. Kita bukan menerangi dan menggarami malah sebaliknya diterangi dan digarami
oleh situasi (Salah satu contoh, dalam masalah UU Sisdiknas, Sistim Pendidikan Nasional)
Melalui kemampuan membaca tanda-tanda zaman ini maka diperlukan komitmen yang kuat
untuk memberikan kontribusi kongkrit buat bangsa kita.

Komitmen dan kontribusi kekristenan Indonesia ?

Sebagai anak-anak Tuhan bagaimana kita harus mengambil komitmen dan memberikan
kontribusi yang signifikan terhadap bangsa kita? Tidak ada jalan lain kecuali kembali mendengar
dan menjalankan apa kata firman Tuhan. . Supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai
persembahan yang hidup, yang kudus, dan yang berkenan kepada Allah &.. Janganlah kamu
menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu
dapat membedakan manakah kehendak Allah : Apa yang baik, yang berkenan kepada Allah , dan
yang sempurna (Roma 12:1-2). Sebagai anak-anak Tuhan yang hidup di tengah-tengah bangsa
yang bobrok ini, kita harus bergantung total kepada pencipta kita dengan cara berpegang teguh
pada kebenaran-NYA. Inilah langkah utama dan syarat mutlak yang harus kita kerjakan, tidak
bisa ditawar lagi.

Lalu kita mengejawantahkan secara kongkrit kebenaran Firman Tuhan yang berkata : .dan luput
dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia. Justru karena itu kamu harus dengan
sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada
kebajikan pengetahuan, dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri
ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara
dan kasih akan semua orang (II Petrus 1:4-7).
Firman Tuhan ini berkuasa secara negatif menghindarkan kita dari hawa nafsu duniawi yang
membinasakan (Ayat 4) dan secara positif mendorong terciptanya tatanan bangsa yang lebih
optimis, produktif , dan kondusif ke depan. Urutannya sangat jelas yaitu : Iman Kebajikan
Pengetahuan Penguasaan diri Ketekunan Kesalehan Kasih terhadap saudara seiman dan semua
orang.

Formula ini harus kita pakai untuk menghadapi seluruh pengaruh buruk yang terjadi pada bangsa
kita. Tanpa formula ini niscaya kita terjerembab dan mandul fungsi sebagai garam dan terang.

Jadi , perlu sekali komitmen dan kontribusi kita yang sungguh kongkrit terhadap kondisi bangsa
yang semrawut ini yaitu :

Pertama, iman kita kepada Tuhan Yesus Kristus harus teguh tak tergoyahkan sebab DIA adalah
Allah yang berkuasa atas seluruh teritori yang fenomena dan noumena. Ini dasar utama kita.
Tanpa Tuhan Yesus kita tidak dapat berbuat apa-apa (Yohanes 15).

Kedua, orang kristen harus terus menerus melakukan kebajikan (perbuatan yang berkualitas bagi
kaum mayoritas) di dalam seluruh aspek bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Tidak
kompromi dengan dosa apa pun. Dengan demikian orang-orang di sekitar kita dapat merasakan
manfaat yang besar atas kehadiran kita. Sebagai contoh mungkin telah tiba saatnya orang kristen
Indonesia harus proaktif mendirikan lembaga-lembaga pemberi penghormatan dan penghargaan
moral dan etika (Bandingkan paradigma dan sikap Tuhan Yesus dalam Kisah 10:34-36 , Yohanes
10:16, Markus 9:38-41) kepada siapa saja (buruh, petani, guru, karyawan, siswa, mahasiswa,
pengusaha, aparat hukum, wartawan, pejabat, wakil rakyat dls) yang melakukan kebajikan untuk
kemajuan bangsa ini tanpa melihat latar belakang apa pun orang itu. Hal ini perlahan-lahan
namun pasti akan mentransformasi budaya korup dan budaya hitam lainnya kepada budaya
kristiani di sekujur tubuh bangsa ini.

Juga sangat mendesak untuk dilakukan bagaimana umat kristen menggarami dunia seni budaya ,
dan pers Indonesia. Film-film , sinetron , dan dunia hiburan lainnya harus dirancang dan dicipta
dengan nilai-nilai dan kultur kristiani yang dapat dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat
Indonesia (Harus dengan strategi jitu dengan melepaskan simbol-simbol kristiani tetapi kental
dengan nilai-nilai alkitabiah). Saya sedih melihat tidak sedikit artis Indonesia yang bertobat dan
dipaksakan menjadi pendeta atau penginjil, padahal mungkin mereka Tuhan tidak panggil
menjadi seperti itu. Mereka ini sangat produktif dan efektif kalau tetap pada profesinya sebagai
artis dunia entertainment yang berbaju Kristus. Kisah-kisah alkitab tidak kalah menariknya
dengan sinetron-sinetron sekarang bahkan lebih tinggi kualitasnya kalau digarap dengan baik dan
cerdas oleh artis-artis kristiani indonesia.

Para jurnalis dan perusahaan pers kristiani bukan waktunya lagi malu-malu kucing untuk
mengorek dan mengomunikasikan berita serta memberikan pendidikan yang benar kepada
masyarakat bangsa ini. Suara kenabian pers kristiani Indonesia harus lebih berani dan unggul di
atas rata-rata para jurnalis dan perusahaan pers lainnya tanpa peduli resiko apa pun yang akan
diterima. Para jurnalis dan perusahaan pers kristiani Indonesia harus siap sedia menderita aniaya
karena kebenaran hakiki (Matius 5:10-12). Dan masih banyak hal dari segala lini kehidupan
kristiani yang dapat kita persembahkan bagi bangsa kita Indonesia.
Ketiga, Pengetahuan kita harus terus menerus dipertajam. Gereja dan lembaga-lembaga kristiani
dan para pemimpinnya harus mendorong dirinya dan umatnya berpacu dalam meningkatkan
keunggulan iptek dan informasi. Karena hanya dengan kualitas pengetahuan dan skill SDI
kristiani yang tangguh maka kita dapat berperan dan mengatur jalannya roda bangsa ini. Orang
krsiten harus masuk dan menggelar pengaruhnya di segala bidang kehidupan berbangsa,
bernegara, dan bermasyarakat (politik, sosial, ekonomi, hukum, lingkungan hidup, seni,
birokrasi, pendidikan, pers dan lain-lain). Pendek kata segala tempat harus ada orang krsiten di
sana.

Keempat, penguasaan diri (self control) kita menyangkut tidak mudah terpancing dengan
provokasi apa pun dan menahan hasrat meninggikan bendera keKristenan (Jangan memamerkan
kemegahan dalam bentuk apa pun (membangun gedung gereja yang mewah dan megah di mana-
mana, ke gereja dengan mobil sehingga menjadi penyebab kemacetan. Kalau bisa satu mobil
dengan dua keluarga , hal ini baik untuk menjalin keeratan persekutuan antara keluarga Kristen
dalam satu denominasi, juga mengurangi polusi), ini hanya akan semakin menstimulir
kecemburuan sosial masyarakat sekitarnya yang berkeyakinan lain.

Kelima, orang-orang Kristen Indonesia harus tekun (tahan banting) menghadapi segala situasi
yang terjadi dan tekun dalam kesalehan hidup sehingga dengan konsistensi kita mengikut Kristus
dunia akan melihat bahwa kita benar-benar memiliki Tuhan yang hidup, dengan demikian
mereka akan memuliakan Allah kita , Yesus Kristus (Bandingkan Daniel 6:26-28: Kemudian raja
Darius mengirim surat kepada orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang
mendiami seluruh bumi, bunyinya : Bertambah-tambahlah kiranya kesejahteraanmu! Bersama ini
kuberikan perintah bahwa di seluruh kerajaan yang kukuasai orang harus takut dan gentar kepada
Allahnya Daniel, sebab DIAlah Allah yang hidup, yang kekal untuk selama-lamanya ;
pemerintahan-NYA tidak akan binasa dan kekuasaan-NYA tidak akan berakhir. DIA melepaskan
dan menolong, dan mengadakan tanda dan mujizat di langit dan di bumi, DIA yang telah
melepaskan Daniel dari cengkeraman singa-singa ).

Selanjutnya orang-orang Kristen Indonesia harus selalu tekun dalam mewujudnyatakan kasih
terhadap sesama saudara seiman (Galatia 6:10) dan kepada semua orang sesama anak bangsa ini.
Kasih terhadap saudara seiman (kota dan desa bahkan pedalaman) akan memperkokoh basis
keKristenan di Indonesia. Sedang kasih kepada sesama anak bangsa akan menjadi magnet
dahsyat yang sangat kuat menarik mereka masuk ke dalam kerajaan-NYA. Kekuatan kasih yang
ada di dalam diri setiap orang Kristen merupakan senjata penakluk yang sangat ampuh terhadap
apa saja di depan kita.

Kesimpulannya adalah bahwa komitmen dan kontribusi umat Kristen Indonesia baik secara
pribadi maupun secara persekutuan (kolektif sinergis dan jejaring) harus berjalan di bawah
koridor tujuh ketangguhan yakni : Tangguh Iman, Tangguh Kebajikan, Tangguh Pengetahuan,
Tangguh Penguasaan diri, Tangguh Ketekunan, Tangguh Kesalehan, Tangguh Kasih terhadap
saudara seiman dan semua orang. Dengan demikian akan menjadikan umat Kristen Indonesia
bukan saja tetap eksis di tanah kelahirannya tetapi juga menjadi kapal yang dipercaya dan
diandalkan oleh ratusan juta penumpang menuju pelabuhan akhir yang diidam-idamkan.

Penutup
Sebagai catatan akhir , saya mengajak kita semua terutama kita sebagai generasi penerus gereja-
NYA dan bangsa Indonesia, marilah kita berupaya sekuat tenaga, pikiran, daya ,dana, dan apa
saja yang ada pada kita untuk menjalankan DWI MANDAT yang dipercayakan Tuhan kepada
kita yakni : Mandat Injil dan Mandat Budaya (Matius 28:18-20 dan Kejadian 1:26-28) dalam
bingkai tujuh ketangguhan di atas. Dengan demikian kehadiran umat Kristen Indonesia di
negerinya sendiri dan dunia sekitarnya akan menjadi suatu kekuatan yang mentransformasi
tatanan bangsa dan dunia ini ke dalam kebenaran dan kesejahteraan yang utuh dan pada
muaranya membawa hormat dan kemuliaan bagi nama Tuhan kita Yesus Kristus

Keluarga yang Beribadah Kepada Tuhan

Oleh: Pdt. Samuel T. Gunawan,M.Th

Khotbah Ibadah Raya GBAP El Shaddai Palangka Raya


Minggu, 14 April 2013

“Sebab itu, takutlah akan TUHAN dan beribadahlah kepada-Nya dengan tulus ikhlas dan setia.
Jauhkanlah allah yang kepadanya nenek moyangmu telah beribadah di seberang sungai Efrat dan
di Mesir, dan beribadahlah kepada TUHAN. Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah
kepada TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya
nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya
kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!” (Yosua
24:14-15)

PENDAHULUAN

Kata ibadah kepada TUHAN disini saya terjemahkan sebagai “melayani, berbakti, dan mengabdi
kepada Tuhan”. Ibadah dalam konsep Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru mempunyai arti
“pelayanan”. Kata Ibrani untuk ibadah adalah “avoda” sedangkan kata Yunani yang dipakai
adalah “latreia”. Kata “avoda” dan “latreia” pada mulanya menyatakan pekerjaan budak atau
hamba upahan. Dan dalam rangka mempersembahkan “ibadat” ini kepada Allah, maka para
hamba-Nya harus meniarap (Ibrani “hisytakhawa”, atau Yunani “proskuneo”) dan dengan
demikian mengungkapkan rasa takut penuh hormat, kekaguman dan ketakjuban penuh puja.
Konteks Yosua pasal 24 ini adalah pidato perpisahan Yosua kepada orang Israel sebelum ia purna
tugas sebagai pemimpin Israel. Yosua memberikan nasihat-nasihat dan peringatan kepada orang
Israel agar setia kepada Tuhan, tidak berpaling kepada berhala atau ilah lainnya. Nasihat-nasihat
ini penting mengingat orang Israel yang telah berhasil memasuki tanah Kanaan pernah
melupakan Tuhan yang telah memberi keberhasilan kepada mereka. Dalam prakteknya, Israel
terjatuh dalam godaan untuk menyembah kepada “allah orang Mesir” yang pernah disembah
menek moyang mereka atau kepada “allah orang Amori” yang disembah oleh masyarakat lokal.
Dalam persimpangan iman itulah Yosua mengingatkan mereka untuk kembali beribadah kepada
TUHAN.

Yosua juga memberikan tantangan agar orang Israel mengambil keputusan tegas (komitmen)
untuk tetap beribadah kepada Tuhan. Ini bukan sekedar tantangan kepada orang Israel, tetapi
juga kepada dirinya sendiri dan keluarganya. Yosua memberi teladan dan memutuskan bahwa ia
dan seisi rumahnya telah membuat keputusan untuk tetap setia beribadah kepada Tuhan Allah
Israel. Itu berarti istri, anak-anaknya, bahkan semua kaum keluarganya beribadah hanya kepada
Tuhan.

EMPAT POINT PENTING DALAM IBADAH

Berdasarkan dua ayat dalam Yosua 24:14,15, saya akan membagi empat hal kebenaran penting
tentang ibadah bagi orang percaya, khususnya arti pentingnya bagi keluarga Kristen saat ini.

Pertama, Ibadah Harus Didasarkan Pada Takut Akan Allah.

Kebenarannya: Orang yang beribadah belum tentu takut akan Tuhan, tetapi orang yang takut
akan Tuhan pasti beribadah, bagaimanapun situasi dan kondisinya. Contoh : Daniel, sadrakh,
Mesakh dan Abednego adalah orang yang takut akan Tuhan dan tetap ibadah kepada Tuhan
walaupun bahaya menanti dan rintangan menghadang mereka.

Takut akan Tuhan ini selalu ditempatkan pada urutan pertama dalam Alkitab. Sebetulnya, ada
lebih dari 300 contoh penggunaan kata takut akan Tuhan ini dalam Alkitab. Berikut ini dua
diantaranya : 1 Samuel 12:14; Mazmur 34:10. Takut akan Tuhan ini berasal dari kata Ibrani Yira
dan Pakhat; serta kata Yunani fabos mengandung pengertian yaitu : hormat, gentar, kagum pada
Allah, dan kasih yang dalam pada Allah yang membawa pada ketaatan dan pengabdian
kepadaNya. Dalam Mazmur pasal 112 dan 128 kita menemukan kata ”berbahagialah” yang
dalam bahasa asli Alkitab dan bahasa Inggris adalah ”diberkatilah”. Di dalam kedua pasal
tersebut ada berkat yang luar biasa bagi seorang yang takut akan Tuhan, dan berkat itu akan
diwariskan juga kepada anak dan cucu mereka.

Di dalam bukunya You and Your Family, Dr. Tim La Haye memberikan diagram silsilah dua
orang yang hidup pada abad 18. Yang pertama adalah Max Jukes, seorang penyelundup alkohol
yang tidak bermoral. Yang kedua adalah Dr. Jonathan Edwards, seorang penginjil yang saleh dan
pengkhotbah kebangunan rohani. Jonathan Edwards ini menikah dengan seorang wanita yang
mempunyai iman dan filsafat hidup yang baik. Melalui silsilah kedua orang ini ditemukan bahwa
dari Max Jukes terdapat 1.026 keturunan : 300 orang mati muda, 100 orang dipenjara, 190 orang
pelacur, 100 orang peminum berat. Dari Dr. Edwards terdapat 729 keturunan : 300 orang
pengkhotbah, 65 orang profesor di universitas, 13 orang penulis, 3 orang pejabat pemerintah, dan
1 orang wakil presiden Amerika. Dari diagram tersebut kita bisa melihat bahwa kebiasaan,
keputusan dan nilai-nilai dari orang tua di atas kita sangat mempengaruhi kehidupan kita.
Demikian juga dengan apa yang kita berikan kepada anak-anak kita bukan saja mempengaruhi
mereka tetapi juga mempengaruhi generasi dibawah kita selanjutnya.

Kedua, Ibadah Kepada Allah Harus Berasal Dari Hati Yang Tulus Iklas.

Kata tulus iklas dapat diartikan sebagai: rela, sungguh-sungguh, dan penuh penyerahan.
Ketulusan kita berbakti kepada Tuhan terlihat dari sikap dan tindakan-tindakan kita. Contoh :
Ketika saya meminta putra saya mengambilkan secangkir air minum atau mengambil sesuatu
untuk saya, maka saya akan tahu dengan segera apakah ia melakukannya dengan tulus atau tidak,
reaksinya terlihat atau tergambar dari raut mukanya dan tindakannya.

Ketiga, Ibadah Kepada Allah Harus Dilakukan Dengan Setia.

Saya mengartikan ibadah dengan setia ini dalam tiga pengertian, yaitu : Ibadah dengan
komitmen, ibadah dengan tekun atau terus menerus, dan ibadah yang menjadi gaya hidup kita.
Kesetiaan diawali dari sebuah komitmen (keputusan) yang kuat. Komitmen adalah sebuah
penyerahan yang total. Komitmen yang setengah-setengah tidak dapat disebut komitmen.
(contoh raja Saul). Komitmen dimulai dari sikap hati. Selanjutnya komitmen itu harus dilakukan,
sebab sebuah komitmen tidak dapat disebut komitmen jika tidak dilakukan. Dan ibadah ini
akhirnya harus menjadi gaya hidup yang dilaksanakan tanpa paksaan tetapi dengan sukacita dan
karena kasih kepada Tuhan.

Keempat, Peranan Seorang Ayah (Pria) Untuk Membawa Seluruh Keluarga Beribadah Kepada
Tuhan Tidak Dapat Ditawar-Tawar.

Inilah yang dilakukan Yosua terhadap keluarganya. Ia mendemonstrasikan peran ini. Peranan
orang tua terutama, seorang ayah (pria) untuk membawa seluruh keluarga beribadah kepada
Tuhan berlaku dalam Perjanjian Lama dan tidak dibatalkan dalam Perjanjian Baru. Dari sekian
banyak peranan ayah dalam Alkitab, saya membagikan dua hal kepada kita, yaitu : (1) Peranan
ayah sebagai kepala rumah tangga, (Efesus 5:22-29). Yaitu: Pemimpin keluarga dan pengambil
keputusan; Pengayom bagi semua anggota keluarga; Pelindung yang melindungi dan
bertanggung jawab; Mendidik, menegor dan menasihati (Efesus 6:4); Memberi contoh dan
teladan yang baik bagi keluarga. Ada yang mengatakan “anak adalah blue print dari orang tua”.
(2) Peranan ayah sebagai imam, yaitu: Sebagai imam Ia harus memimpin dan mengatur ibadah
dalam keluarga; Berdoa setiap waktu kepada Allah bagi seluruh anggota keluarganya dan juga
bagi dirinya sendiri.

IBADAH KELUARGA

Perhatikan ketegasan Yosua dalam kalimat terakhir di ayat 15, ia berkata “ Tetapi aku dan seisi
rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!” (Yosua 24:14-15). Pernyataan tersebut
diucapkan Yosua didepan seluruh orang Israel, sebagai tekad dan kemantapan imannya yang
tidak bisa ditawar-tawar. Yosua, sebagai seorang kepala keluarga mengetahui dengan jelas
tanggung jawabnya untuk memimpin seisi keluarganya untuk setia beribadah kepada Tuhan yang
hidup, yang sudah menyelamatkan, memelihara, dan memberkati hidupnya.

Ketegasan dan komitmen Yosua seharusnya menjadi teladan bagi orang tua Kristen, khusus
setiap kepala keluarga untuk memimpin seisi keluarganya mengenal Kristus sebagai Juruselamat
dan Tuhan. Hal ini penting sebab keselamatan dan kehidupan kekal hanya ada dalam Kristus.
Selain itu, kepala keluarga juga perlu atas semua kebutuhan seluruh isi keluarganya termasuk
kebutuhan rohani. Ia perlu memimpin seisi keluarganya bertumbuh dewasa dalam iman,
kebenaran, kasih, dan pelayanan yang setia. Salah satu cara untuk mencapai pertumbuhan dan
kedewasaan rohani adalah melalui ibadah keluarga yang disebut dengan istilah “mezbah
keluarga” atau “family altar”.

Istilah ibadah keluarga yang disebut dengan “mezbah keluarga” hendaknya tidak disamakan
dengan istilah ibadah keluarga dalam pengertian “kebaktian keluarga”. Ibadah keluarga dalam
pengertian kebaktian keluarga adalah ibadah yang dilakukan di dalam keluarga oleh gereja
(jemaat) tertentu kepada keluarga Kristen. Secara teknis, pelaksanaan kebaktian keluarga diatur
oleh gereja (jemaat) secara bergilir di rumah keluarga Kristen, khususnya anggota jemaat.
Sedangkan yang dimaksud dengan mezbah keluarga adalah ibadah khusus secara rutin yang yang
dilaksanakan oleh suatu keluarga dengan melibatkan semua anggota keluarga. Secara teknis,
mezbah keluarga diatur oleh kepala keluarga. Melalui mezbah keluarga, sebuah keluarga
menyediakan waktu khusus secara rutin untuk bersama dalam keluarga dengan membaca
Alkitab, renungan singkat, memuji Tuhan, berdoa, dan belajar membangun relasi yang akrab
secara vertikal dan horizontal.

Dalam memulai suatu mezbah keluarga, berikut ini beberapa petunjuk yang disarankan untuk
dilaksanakan, yaitu: (1) Sediakan waktu khusus setiap hari dimana semua anggota keluarga dapat
berkumpul bersama. Idealnya di pagi atau malam hari. (2) Sebaiknya menggunakan waktu yang
tidak terlalu lama disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Dianjurkan mulailah dengan waktu 10
– 15 menit. (3) Gunakan buku renungan harian dalam setahun sebagai penuntun. Gunakan lebih
dari satu buku renungan sehingga bisa diselang-seling sesuai kebutuhan. (4) Membaca Alkitab
sebaiknya bergantian setiap harinya sehingga semua anggota keluarga terlibat; sedangkan
renungan bisa dibacakan oleh ayah atau ibu atau yang ditunjuk oleh ayah. (5) Untuk doa
bersama, boleh dipimpin oleh ayah, ibu, atau bergiliran. Porlu ada pokok-pokok doa yang tetap,
tetapi juga perlu mendoakan pokok-pokok doa yang khusus diusulkan oleh anggota keluarga
untuk didoakan. Perlu juga mencatat daftar pokok doa untuk mengetahui bila yang didoakan
sudah terlaksana atau terjawab. (6) Yang memimpin mezbah keluarga adalah ayah, dan diganti
oleh ibu bila ayah tidak ada. Karena itu, ayah atau ibu perlu bertanya kepada anak-anak atau
anggota keluarga lainnya jika ada sesuatu yang tidak dimengerti. Jika mengalami kesulitan, dapat
bertanya kepada pendeta atau gembala, atau hamba Tuhan yang dapat memberi penjelasan dan
bimbingan.

Waktu untuk mezbah keluarga sangat penting dan indah. Karena pada saat itu semua anggota
keluarga berkumpul bersama. Hal ini merupakan sarana untuk membangun iman, kerohanian,
pengetahuan dan pengenalan akan Tuhan dan firmanNya, mengembangkan kasih dan
komunikasi dengan Tuhan dan sesama anggota keluarga. Karena Tuhan dan keluarga kita
penting, mengapa kita tidak memulai mezbah keluarga didalam keluarga kita segera mungkin?
Jadi, bertekad dan komitmenlah seperti Yosus yang berkata, “Tetapi aku dan seisi rumahku, kami
akan beribadah kepada TUHAN!” (Yosua 2415b).

PENUTUP

Tidak sedikit orang tua yang merasa malu memulai ibadah keluarga bersama anaknya. Rasa malu
ini dapat menjadi penghalang bagi berkat Allah untuk keluarganya. Padahal, Tuhan memberi
perintah dalam Mazmur 78:5, “Telah ditetapkan-Nya peringatan di Yakub dan hukum Taurat
diberi-Nya di Israel; nenek moyang kita diperintahkan-Nya untuk memperkenalkannya kepada
anak-anak mereka”. Tuhan memerintahkan agar para orangtua memperkenalkan kisah perbuatan-
Nya yang ajaib dalam sejarah Israel dan hukum-hukum-Nya kepada anak-anak mereka. Hal ini
bertujuan agar anak-anak hidup taat akan Tuhan dan menaruh harapan kepada-Nya.

Menurut penulis-penulis Yahudi yang hidup se zaman dengan Yesus, orang tua Yahudi mendidik
anak-anak mereka dalam hukum Taurat, Seorang penulis yang tidak dikenal pada abad pertama
menuliskan “Ajarkanlah huruf-huruf kepada anak-anakmu juga, supaya mereka memiliki
pemahaman sepanjang hidup mereka pada saat mereka membaca Taurat Allah tanpa henti”
(Perjanjian Imamat 13:12). Flavious Josephus, seorang ahli sejarah Yahudi abad pertama
mengatakan “diatas semuanya kami membanggakan diri kami sendiri dalam bidang pendidikan
kepada anak-anak kami dan memandang pengamalan hukum Taurat dan paktik kesalehan yang
dibangun darinya, yang kami warisi, sebagai tugas penting dalam kehidupan” (Against Apion
1:60). Selanjutnya Yosephus juga mengatakan “(Hukum Taurat) memerintahkan agar (anak-
anak) diajar membaca supaya dapat belajar hukum Taurat maupun perbuatan nenek moyang
mereka” (Against Apion 2:204).

Jadi, orangtua adalah penanggung jawab utama pendidikan rohani bagi anak-anaknya. Tanggung
jawab ini tidak dapat dialihkan kepada para guru disekolah maupun guru sekolah minggu karena
waktu yang mereka miliki untuk bergaul dengan anak-anak di sekolah aupun di gereja jauh lebih
sedikit dibandingkan dengan waktu yang dimiliki oleh orangtua. Itu sebabnya, penting bagi
setiap keluarga untuk membangun ibadah keluarga setiap hari. Waktu sekitar 15 menit yang
disisihkan untuk hal pujian, doa, dan membaca firman Tuhan dalam mezbah keluarga meruapak
hal yang sangat berharga. Jika hal ini dilakukan, keluarga itu tidak hanya akan bertambah kokoh,
berkat Allah pun akan turun semakin melimpah.
Home & House

Oleh: Jafar Thamrin

Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang
bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah
banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu.
(Matius 7:24-25)

Bagi sebagian orang yang telah belajar bahasa Inggris mungkin masalah ini tidak masalah, tapi
bagi yang baru belajar mungkin akan sedikit bingung. Karena kedua kata itu sama-sama artinya
"rumah" dalam bahasa Indonesia.

Sebelum lanjut, coba lihat contoh-contoh berikut. ”Where is your house?” [Mana rumahmu?]
”That’s the green one” [Itu yang warnanya hijau] ”When do you go home?” [Kapan kamu pulang
(ke rumah)] ”Tomorrow..” [Besok] ”Where are you doing?” [Kamu ngapain?] ”I’m cleaning my
house!” [Aku membersihkan rumah] ”Where are you going? [Kamu mau kemana?] ”I’m going
home!” [Aku mau pulang ke rumah]. Mudah-mudahan dari contoh di atas kita sudah bisa tahu
perbedannya. Kalau pun belum, ini penjelasannya.

Kata HOUSE lebih merujuk kepada pengertian rumah secara FISIK. Coba perhatikan
contoh:
”That’s the green one” [Itu yang warnanya hijau]
”I’m cleaning my house!” [Aku membersihkan rumah]

Sedangkan untuk HOME lebih merujuk kepada pengertian rumah secara


EMOSI/PERASAAN. Coba lihat contoh.
”I’m going home!” [Aku mau pulang ke rumah]

Kata-kata di atas ada hubungannya dengan keluarga, komunitas dan gereja. Mungkin kita akan
bertanya-tanya apa hubungannya kata Home dan House dengan keluarga, komunitas, dan gereja.
Bagi penulis sangat besar hubungannya. Kita pernah mendengar ada kalimat yang berkata:
“Broken Home”, namun kita tidak pernah mendengar kalimat "Broken House", atau "House
Sweet House" tapi yang benar adalah "Home Sweet Home". Kenapa demikian, seperti penjelasan
di atas tadi bahwa house lebih merujuk kepada pengertian rumah secara fisik sedangkan home
lebih merujuk kepada pengertian rumah secara emosi/perasaan.

Keluarga yang menjadikan Yesus Kristus sebagai pondasi dalam di rumah tangga, maka di situ
ada perasaan sukacita, ada damai, ada kasih, dan ada ketentraman sehingga rumah itu disebut
Home, karena di dalamnya ada perasaan yang membuat orang ingin tinggal di dalamnya. Home
bukan kos-kosan, di mana orang datang dan pergi tanpa ada interaksi. Tak heran kalau keluarga
hanya menjadikan rumah itu sebagai house, maka yang terjadi adalah kekacauan. Suami lari dari
tanggungjawab, istri yang selalu ingin ribut dan anak-anak lari pada narkoba. Home bukan bicara
fisik aja tapi di dalamnya kita menemukan apa yang nama kebahagiaan ada interaksi dan kita
terikat di dalamnya.

Gereja juga seharusnya menjadi home bukan house. Ada banyak pengerja dan jemaat
menjadikan gereja itu sebagai house, ia hanya datang dan pergi, tidak mau kenal siapa-siapa dan
gereja hanya tempat pelarian atau hanya ingin nebeng ngetop dalam gereja. Mereka menganggap
gereja kayak hotel atau bioskop. Padahal kita pernah mendengar sebuah lagu sekolah minggu:
gereja bukanlah gedungnya dan juga bukan menaranya, bukalah pintunya, lihat di dalamnya
gereja adalah orangnya. Kalau gereja dijadikankan home, tidak akan ada pengerja atau jemaat
yang sakit hati atau kepahitan, dan keluar dari gereja. Sebab kalau gereja dijadikan home maka
apa yang kita rindu-rindukan pasti terjadi, seperti penuaian jiwa, gereja diberkati luar biasa, ada
tali kasih didalamnya, saling menghormati, saling membutuhkan, saling memperhatikan dan
banyak lagi yang Tuhan akan buat kalau kita menjadikan gereja sebagai home, dan orang-orang
yang terhisap di dalamnya akan berkata: “My Church, My Home.” Tak heran World Prayer
Assembly kemarin mengambil tema A New Wave is Coming dengan sub tema MY Home.

Mari jadikan keluarga, komunitas dan gereja sebagai home dan bukan house.

I Love You Forever

Oleh: Ev. Sudiana

Kalimat “I love you” adalah kalimat yang sangat universal, singkat tapi memiliki power yang
sangat kuat. Hanya dengan mengucapkan kalimat ini, kita bisa membuat hati dari pasangan kita
bergetar dan tiba-tiba ada perasaan yang sulit dilukiskan oleh ribuan kata-kata sekalipun
memenuhi seluruh hatinya. Ketika orang tua berkata, “I love you” atau “Aku sayang kamu nak”,
hal yang sama juga terjadi kepada mereka. Hati mereka mendapatkan ketentraman dan
perlindungan yang sulit dilukiskan oleh pujangga hebat sekalipun.

Jadi, kalimat “I love you” adalah seperti tetesan air segar di musim kering, seperti harum bunga
mawar di tengah kesesakan, seperti terang bulan purnama di tengah kegelapan. Semua orang
rindu untuk mendapatkan hal ini.

Suami istri, apalagi yang baru menikah pasti mendengar dan mendapatkan kalimat ini hampir
setiap saat. Orang tua yang baru mendapatkan bayi juga pasti membisikkan kalimat ini di telinga
sang bayi berkali-kali sambil mencium gemas sang buah hati. Kalimat “I love you” sanggup
membawa suasana kebahagiaan bagi segala usia.

Namun, pada saat rumah tangga mulai dihadang badai, perahu rumah tangga terombang-ambing
di tengah samudera masalah, adakah kalimat “I love you” sesekali terdengar ? Ketika sang buah
hati mulai pandai membantah, sang bayi yang dulu menggemaskan telah tumbuh menjadi anak
yang lihai dalam melawan orang tua, pandai berbohong, juara dalam menjadi anak yang malas
serta menghindar dari pekerjaan yang ditugaskan, adakah kalimat “I love you” ini tetap memiliki
power ? Rasanya kalimat ini tiba-tiba hilang begitu saja seperti melarikan diri dari rumah
tangga !!! Hilang tanpa meninggalkan jejaknya.

Untuk itu, alangkah baiknya jika setiap orang menambahkan satu kata lagi di belakang kalimat
yang powerful ini menjadi “I LOVE YOU FOREVER” !!!. Karena kata FOREVER berarti
selamanya kita akan mencintai orang tersebut. Selamanya sang suami akan mencintai istrinya
sekalipun ada gunung masalah yang harus dilaluinya. Selamanya sang istri akan mencintai
suaminya, sekalipun harus melewati lembah kekelaman yang sangat dalam. Selamanya orang tua
akan mengasihi anak-anaknya sekalipun sang anak rasanya tidak tahu lagi cara berterima kasih
kepada orang tuanya.

Kiranya kalimat “I LOVE YOU FOREVER” ini mampu membantu bahtera-bahtera keluarga
yang sedang berjuang keras di tengah-tengah hantaman gelombang masalah dan tiupan angin
badai yang sangat kencang. Sekalipun di tengah gelora masalah ucapan ini hilang terbawa badai,
tetapi kalimat ini telah diukir dalam hati setiap kita oleh tangan Tuhan yang penuh kasih ... I
LOVE YOU FOREVER !!!

You are here


Home » Keluarga » Perkawinan Kristen yang Alkitabiah
Perkawinan Kristen yang Alkitabiah

Oleh: Andreas Jonathans

Sebuah keluarga yang dipakai oleh Tuhan sebagai percontohan adalah pada manusia pertama.
Adam dan Hawa yang diciptakan Allah sebagai sepasang suami isteri yang tidak mengenal
poligami dan poliandri (dicatat baik di Alkitab dan tidak menyatakan pasangan suami istri
tersebut pernah bercerai).

Kejadian 1:27 "Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar
Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka."

Kejadian 2:24b "Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu
dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging."

[block:views=similarterms-block_1]

Kejadian 5:4 tertulis "Umur Adam setelah memperanakkan Set, delapan ratus tahun, dan ia
memperanakkan anak-anak lelaki dan perempuan."

Ditekankan lagi pada Efesus 5:22-23 "Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada
Tuhan, karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang
menyelamatkan tubuh."

Perempuan diibaratkan hormat dan setia kepada suaminya seperti menghormati Tuhan dan tidak
mungkin ada dua Tuhan atau dua suami (artinya di sini wanita tidak boleh berpoliandri).

Dan semua pasangan dilarang berkhianat: Maleaki 2:16 Sebab Aku membenci perceraian, firman
TUHAN, Allah Israel -- juga orang yang menutupi pakaiannya dengan kekerasan, firman
TUHAN semesta alam. Maka jagalah dirimu dan janganlah berkhianat!

Hal yang paling jelas adalah di 1 Timotius 3:2 "Karena itu penilik jemaat haruslah seorang yang
tak bercacat, suami dari satu isteri, dapat menahan diri, bijaksana, sopan, suka memberi
tumpangan, cakap mengajar orang,"
Ayat 1 Timotius 3:2 ini menyatakan syarat sebagai pemimpin jemaat yang harus menjadi contoh
bagi jemaatnya haruslah: "suami dari satu isteri". Dan di ayat berikutnya dijelaskan syarat
seorang pemimpin jemaat harus menjadi contoh jemaatnya: 1 Timotius 3:3-5 "bukan peminum,
bukan pemarah melainkan peramah, pendamai, bukan hamba uang, seorang kepala keluarga
yang baik, disegani dan dihormati oleh anak-anaknya. Jikalau seorang tidak tahu mengepalai
keluarganya sendiri, bagaimanakah ia dapat mengurus Jemaat Allah?"

Matius 5:32 "Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang menceraikan isterinya kecuali
karena zinah, ia menjadikan isterinya berzinah; dan siapa yang kawin dengan perempuan yang
diceraikan, ia berbuat zinah."

Kata kecuali karena zinah maksudnya adalah jika seorang terlanjur menceraikan istri atau
suaminya yang pertama dan statusnya sedang berzinah maka cerai itu diperbolehkan agar suami
atau istri harus kembali kepada pasangan pertamanya.

Ayat di bawah ini bahwa Rasul Paulus mengungkapkan:

 1 Kor 7:10 Kepada orang-orang yang telah kawin aku -- tidak, bukan aku, tetapi Tuhan --
perintahkan, supaya seorang isteri tidak boleh menceraikan suaminya. Dan jikalau ia
bercerai, ia harus tetap hidup tanpa suami atau berdamai dengan suaminya. Dan seorang
suami tidak boleh menceraikan isterinya.
 1 Kor 7:39 Isteri terikat selama suaminya hidup. Kalau suaminya telah meninggal, ia
bebas untuk kawin dengan siapa saja yang dikehendakinya, asal orang itu adalah seorang
yang percaya.

Menurut 1 Kor 7:39 kita diperbolehkan menikah lagi setelah pasangan kita meninggal
dunia dan membebaskan kita memilih pasangan kita asal orang percaya.... Allah
mendidik kita untuk tetap konsisten atas apa yang kita pilih bukan habis manis sepah
dibuang. Jika kita sudah menetapkan untuk menikah dengan seorang dan kita mencintai
dia dan Allah berkenan maka Allah minta kita bertanggung jawab untuk merawat,
memupuk, dan menyirami rasa cinta kita itu setiap saat walaupun berat. Seseorang yang
lari dari tanggung jawab sama saja meninggalkan ajaran Tuhan.

Yesus amat mengasihi sebuah keluarga, kita bisa lihat atas mujizat yang pertama
dilakukan oleh Yesus dalam sebuah pesta perkawinan. Yesus tidak rela tuan
rumah/keluarga yang kehabisan anggur itu dicemoohkan seumur hidupnya oleh para
undangannya. Dengan kasih yang besar Yesus saat itu mengubah air biasa menjadi
anggur untuk disajikan kepada tamu-tamu undangan tuan rumah.

 Amsal 3:13 Berbahagialah orang yang mendapat hikmat, orang yang memperoleh
kepandaian

Jadi kesimpulan saya setelah mengerti atas ayat-ayat Alkitab di atas:

1. Pasangan tidak mengenal perceraian


2. Pasangan tidak boleh berpoligami ataupun berpoliandri
3. Pasangan tidak boleh berkhianat

4. Pasangan boleh bercerai jika pasangan yang sedang berlangsung tersebut adalah hasil
perkawinan kedua (karena statusnya dalam perzinahan dan tidak sah)

5. Apapun kesalahan pasangan kita harusnya kedua pasangan saling berlomba mengatakan
kata maaf, bukan malah menceraikan, sekalipun parahnya kesalahan pasangan kita.
Karena jika kita meceraikan pasangan kita, misal karena alasan pasangan kita
berselingkuh, maka kita membatalkan hukum kasih yang sudah diajarkan oleh Yesus
Kristus.

6. Perceraian karena kematian/maut dianggap sah dan perkawinan kedua boleh berlangsung
dengan batas-batas kewajaran.

7. Para pendeta adalah orang-orang yang sangat berperan dalam perkawinan Kristen. Saya
masih sering mendapati mereka tetap mengawinkan pasangan yang bercerai atau
memberkati pasangan yang pernah bercerai. Hal ini sungguh mengerikan, karena mereka
memberkati pasangan yang berzinah.

Saya Pemimpin? Apa Iya Sih?

Penulis : Eka Darmaputera

Bila untuk memenuhi kriteria sebagai pemimpin, seseorang harus kapabel sekaligus fleksibel;
pemberani sekaligus hati-hati; tegas sekaligus bijak; berpandangan jauh ke depan sekaligus teguh
berpijak di kekinian; dan "sekaligus-sekaligus" yang lainnya lagi; maka, wah, di mana kita dapat
menemukan manusia sesempurna itu?

[block:views=similarterms-block_1]

Wajar, bukan, bila kemudian orang berkesimpulan, bahwa pemimpin itu tergolong "makhluk
langka"? Cuma bisa dilahirkan, tak mungkin dibentuk. Kemunculannya hanya bisa ditunggu, tak
mungkin direncanakan atau diusahakan. Anda ingat bagaimana orang Tibet "mencari" bayi
titisan, bakal pengganti Dalai Lama mereka?
Memang tak dapat disangkal, kepemimpinan yang baik tentu saja menuntut persyaratan
istimewa. Pemimpin bukan "orang biasa". Lebih sekadar "biasa-biasa". Namun perkenankanlah
saya mengingatkan, bahwa terlampau melebih-lebihkannya pun, saya harap jangan Anda
lakukan. Sebab akibatnya, bisa panjang dan serius.

APA misalnya? Misalnya orang lalu jadi terlampau cepat menerima begitu saja ketika dipimpin
oleh "pemimpin-pemimpin gadungan". Terlalu cepat memaafkan para "pejabat" yang sebenarnya
tak lebih dari "penjahat".

Alasan mereka: sebab pemimpin yang memenuhi syarat itu, amat sulit didapat. Jadi, apa boleh
buat, tiada rotan akar pun berguna.

Tak mengherankanlah, bila di tengah krisis kepemimpinan yang parah di tanah-air kita sekarang
ini, orang tidak merasakan urgensi untuk mempersiapkan kader-kader atau calon-calon
pemimpin secara serius dan terencana.

Banyak yang malah memilih untuk pasif menunggu munculnya seorang "satrio piningit" yang
entah kapan tibanya. Disebut "piningit", karena sekarang ia masih dalam keadaan "dipingit" atau
"disembunyikan", menunggu saat yang ditentukan para dewa untuk tampil.

Jadi kalau sekarang kita dipimpin oleh pemimpin-pemimpin "busuk", ya maklumlah. Boleh saja
Anda tidak suka ini pun wajar-wajar saja --, tapi "ojo nggege mongso". Jangan memaksakan
keadaan! Jangan memaksakan sesuatu sebelum waktunya! Nrimo saja, ini yang paling bijaksana!

Sikap apatis, fatalis, dan pasif seperti ini amat berbahaya. Sebab secara tak langsung ia
membiarkan pemimpin-pemimpin "busuk" bebas merajalela ke mana-mana dengan leluasa.

Dan bila ketidakpuasan cuma bisa ditekan, kita mesti lebih khawatir lagi. Sebab sampai kapan ia
bisa bertahan, sebelum meledak?

PAHAMLAH kita sekarang, mengapa begitu amburadulnya keadaan kita. Sebab sang satrio
piningit, kepada siapa semua harapan bertumpu, siapa dia sebenarnya tak ada orang tahu. Bahkan
orang tak pernah pasti, benar-benarkah ia akan muncul? Dan andaikata pun ia muncul juga,
bagaimana orang tahu, bahwa ia-lah dia?

Demikianlah sementara orang sibuk berandai-andai, para "tikus" dan para "kecoa" pemimpin-
pemimpin gadungan itu berkembang biak dengan cepatnya. Seraya dengan giatnya menggerogoti
bangunan rumah kita, yang bernama Indonesia.

Tapi bukan cuma dugaan yang berbau mistis seperti di atas saja, yang beranggapan bahwa
pemimpin sejati itu "antik" dan "langka". Seorang pakar kepemimpinan yang amat terkenal nota
bene, seorang penulis yang rasional, intelektual, dan juga religius, juga punya kesimpulan yang
sama.

Dengan perspektif yang pasti berbeda, ia tiba pada kesimpulan, bahwa, "Sangat sedikitlah orang
yang diahirkan atau ditakdirkan sebagai pemimpin. Jumlahnya dapat dihitung dengan jari tangan.
Namun sebaliknya, semua orang
tanpa kecuali -- dilahirkan dan dipanggil untuk menjadi pelayan".

Inti yang ingin ia sampaikan adalah, bahwa bila "kepemimpinan" itu hanya ditakdirkan hanya
bagi sangat sedikit "orang pilihan"; "kepelayanan" sebaliknya. Kepelayanan ditakdirkan untuk
semua orang. Dan "takdir" ini terus melekat, tak pernah tanggal dari bahu manusia.

Ya sekali pun, katakanlah, yang bersangkutan kini sudah menjadi seorang pemimpin. Si
pemimpin ini toh tetap seorang pelayan.

Seorang hamba. Ia harus menjalankan kepemimpinannya itu sebagai seorang pelayan. Itu
sebabnya, ia menamakan teorinya itu "Kepemimpinan yang Menghamba". Servant leadership.

PANDANGAN seperti itu tentu banyak benarnya. Tak kurang dari Yesus sendiri yang pasti akan
mendukungnya. "Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu," begitu Yesus pernah berkata,
"hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barang siapa ingin menjadi yang terkemuka di antara
kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya" (Markus 10:43- 44)

Seorang "pemimpin" yang baik harus mau menjadi "pengikut" yang baik. Tidak hanya pintar
bekoar, tapi juga mesti peka mendengar.

Tidak sekadar mahir dan gemar mendamprat, tapi harus pula bersedia taat dan hormat. Dengan
itulah ia memperlihatkan kualitas karakter dan kepribadiannya. Seorang "pemimpin" yang bajik
harus terlebih dahulu lulus sebagai "hamba" yang baik.

Sebab dengan merendahkan diri itulah, yang bersangkutan membuktikan kesungguhan dan
ketangguhannya dalam menundukkan diri sendiri. Dan ini, saudaraku, betapa krusialnya! Sebab
bayangkanlah, apa yang bisa lebih mengerikan dan lebih destruktif dari pada seorang pemimpin,
yang tak mampu mengendalikan dirinya, mengekang nafsunya, dan mengontrol ambisinya?

Jadi, sekali lagi, apa yang dikatakan oleh pakar itu penting dan benar. Hanya saja, menurut
penilaian saya, ada sisi lain dari amanat alkitab yang entah mengapa -- tidak ia sebut-sebut.

Sisi yang mana itu? Yaitu bahwa, alkitab juga mengatakan, orang itu tidak cuma ditakdirkan
sebagai "pelayan", tetapi juga sebagai "pemimpin"! Setiap orang. Anda. Saya. Dia. Mereka.
Semua.

BENARKAH yang saya katakan itu? O, benar sekali! Kebenaran ini malah sudah berlaku
sebelum dosa datang. Bahkan sebelum manusia diciptakan.

Ia merupakan bagian dari rancangan atau desain ciptaan Allah dari awalnya.

Setelah selesai menciptakan segala sesuatu, termasuk yang terakhir yaitu menciptakan segala
jenis binatang darat, Allah bersabda lagi, "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar
dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut, dan burung-burung di udara dan
atas ternak dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi" (Kejadian 1:26)
Bagaikan nomor terakhir dalam pagelaran sebuah orkes simfoni, yang biasanya merupakan karya
puncak, Allah hendak menutup seluruh karya penciptaan-Nya dengan menciptakan semacam
"mahluk unggul"; -- "mahkota" seluruh ciptaan. "Manusia".

Dalam desain tersebut, "manusia" dijadikan "menurut gambar dan rupa Allah". Artinya, pada
satu pihak, ia bukan Allah. Ia tetap mahluk. Ciptaan. Tak lebih dari mahluk-mahluk lain. Namun
demikian, di lain pihak, ia lebih. Lebih, karena mahluk yang satu ini "manusia" adalah "citra
Allah".

DALAM hal apa saja manusia merefleksikan Allah? Dalam banyak hal. Seluruh kedirian
manusia -- kecuali dalam hal kefanaan dan keterbatasannya -- diciptakan untuk mencerminkan
(bukan menyamai!) kedirian Allah.

Bila tidak dalam "hakikat" atau dalam "zat", ya paling sedikit ada kesejajaran dalam "sifat".
Misalnya, dalam kehendak bebas dan kreativitas, dalam kecerahan akal-budi dan kesadaran hati
nurani.

Dalam Kejadian 1:26 yang saya kutipkan di atas, ke"ilahi"an manusia secara khusus
dinampakkan melalui "kekuasaan" yang dianugerahkan Allah kepadanya. Dengan perkataan lain,
keilahian dalam diri manusia nampak melalui KEPEMIMPINANNYA!

Itu artinya, sejak awal mula penciptaan, manusia telah ditakdirkan sebagai "pemimpin". Semua
yang menyandang sebutan sebagai "manusia"! Jadi, apakah saya juga "pemimpin"? Jawabnya
adalah, "Ya". Paling sedikit, Anda ditentukan dan dipanggil Tuhan untuk menjadi "pemimpin"!

Kepemimpinan manusia itu, menurut Kejadian 1:26, adalah sekaligus merupakan hakikat,
mandat, dan berkat Allah. Pertama, kepemimpinan adalah sesuatu yang melekat pada "hakikat"
manusia. Karenanya, hakikat kemanusiaan seseorang tercermin melalui kepemimpinannya.
Kepemimpinan yang brengsek mencerminkan kualitas kemanusiaannya yang brengsek pula.

Kedua, kepemimpinan adalah "mandat". Artinya, kelayakan seseorang menjadi pemimpin,


bukanlah terutama merupakan hasil kelihaian sebuah tim sukses, atau hasil kepandaian yang
bersangkutan mengobral janji dan menebar uang gizi.

Kepemimpinan adalah penugasan Allah, karena itu mesti dilaksanakan sesuai dengan kehendak-
Nya. Memimpin bukanlah beroleh lisensi untuk berbuat semau-maunya atau mengeruk untung
sebanyak-banyaknya -- mumpung!

Dan akhirnya, ketiga, kepemimpinan adalah "berkat". Menjadi pemimpin adalah karunia ilahi
yang sangat unik. Sesuatu yang tidak dimiliki oleh mahluk-mahluk lain. Sebab itu luhur dan
mulia.

Konsekuensinya, orang harus menjalankan kepempimpinannya dengan syukur, hormat dan


khidmat. Jangan menodainya dengan tindakan- tindakan yang serampangan dan tidak ilahi!
Sebab bila itu yang dilakukan, maka yang dihadapi tak kurang adalah Allah sendiri!
Being Led by the Holy Spirit

Penulis : DR. David Yonggi Cho

Salah satu hal terpenting di dalam pelayanan bukanlah membuat rencana dengan pimpinan Roh
Kudus. Meskipun berkali-kali kita merasa perlu untuk memulai suatu rencana atau proyek yang
baru, tetapi kita harus menunggu sampai Roh Kudus memimpin kita. Kita harus mengikuti
pimpinan Roh Kudus. Apabila Roh Kudus menggerakkan kita untuk melakukan suatu hal
tertentu, maka kita harus meninggalkan rencana kita dan mematuhiNya dengan segera.

[block:views=similarterms-block_1]

Alkitab membandingkan Roh Kudus dengan angin. Hal ini tertulis dalam Yohanes 3:8, Angin
bertiup kemana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia
datang atau kemana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh.
Oleh karena itu, para pendeta yang sedang melakukan pekerjaan Tuhan harus mengakui
pimpinan yang kuat dari Roh Kudus.

Namun, kebanyakan para pendeta membuat rencana besar secara detail untuk pelayanan mereka
tanpa membicarakannya dulu dan tanpa menaati pimpinan dari Roh Kudus. Ini salah! Rencana
yang seperti itu bukan berasal dari inspirasi dan pimpinan Roh Kudus, dan rencana yang seperti
itu tidak didukung oleh kekuatan Allah.

Tentu saja seorang pendeta harus membuat rencana-rencana untuk pelayanannya. Seorang
pendeta juga harus membuat suatu program untuk kebaktian. Tetapi yang terpenting dari
semuanya, seorang pendeta harus dipimpin oleh Roh Kudus, ia harus selalu peka terhadap
pimpinan Roh Kudus dan tunduk pada pimpinan Roh Kudus. Oleh karena itu, seorang pendeta
harus berdoa tanpa henti. Melalui doa, seseorang harus melatih dirinya untuk berkomunikasi
dengan Roh Kudus. Seorang pendeta yang tidak melatih dirinya, tidak akan mampu mengenali
pekerjaan Roh Kudus sehingga ini akan meminimalisasi keefektifan Roh Kudus.

Sebagai hamba Tuhan, kita tidak boleh melupakan Roh Kudus sebagai Partner Senior kita di
dalam pelayanan kita. Kita tidak dapat melayani dengan kekuatan kita sendiri. Ketika kita berdiri
di belakang mimbar untuk menyampaikan Firman Tuhan, Roh Kudus harus menjadi Tuan kita.
Kita harus membiarkan Roh Kudus menyampaikan pesanNya. Ketika pesan itu telah sampai, kita
harus menggunakan karunia Roh Kudus. Karunia Roh Kudus yang telah diberikan Tuhan kepada
kita harus dibukakan.

Selain itu, seorang pendeta harus menyampaikan pesan tersebut dengan penuh urapan diikuti
dengan adanya tanda-tanda dari Roh Kudus. Hal ini tertulis dalam Markus 16:17, Tanda-tanda ini
akan menyertai orang-orang yang percaya.Tanda-tanda akan menyertai pengajaran kita tentang
Injil.

Kita harus merasakan karunia Roh Kudus. Jika tidak, mujizat tidak akan terjadi. Selain itu,
karena karunia Roh Kudus merupakan tanda-tanda yang mengikuti pesan dari Roh Kudus, maka
mula-mula kita harus berjalan dalam iman. Jika kita hanya diam, maka Roh Kudus juga akan
diam, dan tidak akan ada tanda-tanda yang terlihat. Ketika kita memiliki iman di dalam Tuhan
dan terus mempercayai Dia, Roh Kudus akan menolong kita dan tanda-tanda akan mengikuti
pelayanan kita.

Ada satu alasan mengapa pekerjaan Roh Kudus yang ajaib dan besar tidak terjadi dalam Gereja
Tuhan, seperti yang terjadi pada waktu Gereja mula-mula. Hal itu dikarenakan kita tidak bisa
menaati Roh Kudus, kita tidak mengenali cara kerjaNya, meskipun Ia sedang menunggu kita dan
ingin bekerja bersama kita.

Bahkan sekarangpun Tuhan ingin bekerja bersama kita dan membukakan tanda-tanda dari Roh
Kudus.

Oleh karena itu, seorang pendeta harus memiliki kemampuan rohani untuk mengenali dengan
peka cara kerja Roh Kudus.

Seperti kita dapat dengan mudah mengenali suara teman-teman kita di telepon, maka kita juga
dapat dengan mudah mengenali suara Tuhan apabila kita memiliki hubungan yang dalam dengan
Tuhan setiap harinya melalui renungan FirmanNya dan melalui doa doa bersama Roh Kudus.

Apabila seorang hamba Tuhan menaati Dia dan dipimpin olehNya, maka pelayanannya akan
penuh semangat dan sukses besar.

Sumber: Spiritual Leadership For The New Millenium

You are here


Home » Leadership » Kepemimpinan Rohani dan Kepemimpinan Sekuler
Kepemimpinan Rohani dan Kepemimpinan Sekuler

Penulis : Irnawan Silitonga

I. Pendahuluan
Hitler, Karl Marx, Paulus dan Watchman Nee adalah pemimpin-pemimpin. Mereka semua
mempunyai pengikut. Perbedaan diantara mereka adalah sebagian disebut pemimpin rohani,
sebagian lagi pemimpin sekuler. Apa sebenarnya perbedaan pemimpin rohani dan pemimpin
sekuler. Prinsip-prinsip apa yang membedakan keduanya. Banyak buku-buku mengenai
kepemimpinan nampaknya tidak membedakan prinsip-prinsip rohani dan sekuler. Dalam tulisan
yang singkat ini akan diuraikan prinsip-prinsip yang menjadikan seseorang disebut pemimpin
rohani atau pemimpin sekuler.

[block:views=similarterms-block_1]

Secara khusus tulisan ini juga akan menyoroti sebuah buku sekuler dimana prinsip-prinsipnya
sering ditulis oleh penulis-penulis kristen dalam menguraikan kepemimpinan rohani. Sebenarnya
buku ini tidak secara khusus berbicara soal kepemimpinan, te8tapi soal pembaharuan pribadi.
Buku ini ditulis oleh Stephen R. Covey dengan judul Tujuh kebiasaan manusia yang sangat
efektif (The Seven Habits of Highly Effective People).

Dalam membuat tulisan ini, penulis tidak bermaksud mengkritik hasil pekerjaan orang lain.
Tetapi sekedar memberikan pandangan mengenai perbedaan pemimpin rohani dan pemimpin
sekuler. Dengan segala keterbatasan yang ada, penulis mencoba menguraikan hal-hal dasar yang
menjadikan seseorang pemimpin rohani atau sekuler.

II.Pembaharuan Pribadi (Self Development) Dan Penyangkalan Diri (Self Denial).


Prinsip pertama 8yang membedakan apakah seseorang itu pemimpin rohani atau pemimpin
sekuler adalah yang satu menyangkal dirinya dan membiarkan Kristus memanifestasikan diriNya
sedang yang lainnya mengembangkan dirinya dengan berbagai metode kejiwaan. Sebelum kita
menguraikan hal ini lebih jauh, mari kita melihat kisah mengenai kejatuhan manusia kedalam
Kitab Kejadian.
Kitab kejadian menguraikan permulaan dari segala sesuatu, termasuk manusia. Dua pasal
pertama Kitab Kejadian menguraikan permulaan dari segala sesuatu dan tentu saja makna segala
sesuatu didalam rancangan Tuhan. Pada pasal ini diceritakan mengenai sebuah Taman dengan
dua pohon ditengah-tengahnya yaitu pohon kehidupan dan pohon pengetahuan yang baik dan
yang jahat. Berbicara mengenai apakah atau siapakah Taman ini. Secara pikiran jasmani
mungkin kita menganggap Taman ini hanya merupakan suatu tempat disekitar timur tengah
dimana ada empat sungai mengalir melaluinya. Tetapi kita ingin memahami makna rohani
tentang Taman ini. Menggambarkan apakah Taman ini sebenarnya.

Kita percaya ada hubungan antara Taman di Kitab Kejadian dan Kota (Yerusalem Baru) di kitab
Wahyu, karena Alkitab bersifat progressive dalam pewahyuannya. Itu sebabnya ada perbedaan
antara Taman dan Kota. Didalam Kota hanya ada pohon kehidupan saja (wahyu 22:2), dan juga
tidak ada dusta (ular) didalamnya (wahyu 21 : 27) Didalam Taman Tuhan hadir sesekali saja,
sedangkan dalam kota Tuhan hadir senantiasa. Sekarang, melambangkan apakah Kota di Kitab
Wahyu ini. Kalau kita dapat menemukan realita yang dilambangkan oleh kota ini, maka kita juga
dapat memahami realita yang dilambangkan oleh Taman. Didalam Wahyu 21 : 9-10 jelas terlihat
bahwa Kota Yerusalem Baru adalah mempelai Anak Domba. Kitalah sebagai realita yang
dilambangkan oleh Kota Yerusalem Baru. Kalau demikian Taman di Kitab Kejadian adalah juga
kita. Tidaklah mengherankan kalau Alkitab berkata “jagalah hatimu dengan segala
kewaspadaan, demikian juga Tuhan berfirman kepada Adam untuk “mengusahakan dan
memelihara taman itu. Karena Taman itu adalah hati kita, dari kita sendiri. Taman adalah kondisi
kita sebelum pengujian, sedangkan kota adalah kondisi kita setelah melalui ujian dan
pembentukan Tuhan.

Ditengah-tengah Taman ini, kita tahu, ada dua pohon yaitu pohon kehidupan dan pohon
pengetahun yang baik dan yang jahat. Kedua pohon dalam taman ini juga menggambarkan suatu
realita. Pohon kehidupan melambangkan Kristus yang adalah hidup kita. Kristus berkata Akulah
Hidup itu, barang siapa makan dagingKu dan minum darahKu, ia mempunyai hidup dalam
dirinya. Sementara itu, melambangkan apakah pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat.
Mari kita lihat Kejadian 2 : 17, “Tetapi Pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat
itu, janganlah kau makan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.
Jadi pohon pengetahuan yang baik dan jahat melambangkan kematian atau maut, sebab dalam
Roma 6 : 23 juga tertulis, “Upah dosa adalah maut.

Banyak orang menyangka maut adalah kematian fisik. Kalau demikian seharusnya ketika Adam
memakan buah pohon pengetahuan, ia langsung mati secara fisik atau rohnya pergi
meninggalkan tubuhnya, sesuai dengan definisi mati jasmani menurut Yakobus 2:26. Kalau
demikian apa makna mati/maut dalam kejadian2;17. Kata “mati dalam kejadian 2:17 adalah
suatu kata Ibrani yang diterjemahkan “dying thou dost die menurut Youngs Literal Translation
of the Bible. Artinya suatu kondisi mati yang berproses kepada kematian fisik. Jadi ketika Adam
memakan buah pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat, saat itu juga ia mengalami suatu
kondisi mati (maut) yang pada gilirannya menghasilkan kematian fisik. Maut adalah suatu
kondisi atau suatu keberadaan. Adam tetap “hidup setelah ia berbuat dosa; ia tetap dapat
berpikir, berperasaan, berkemauan menurut dirinya sendiri. Adam tetap dapat mengembangkan
dirinya sendiri, tetapi terlepas dari hidup Allah yang dilambangkan pohon kehidupan.
Jadi kejatuhan berarti manusia hidup dan mengembangkan dirinya sendiri diluar Tuhan. Dapat
juga kita katakan bahwa akibat kejatuhan, muncullah keakuan (the Self) manusia yang terpisah
dari hidup Tuhan. Keakuan manusia (the Self) bervariasi mulai dari yang baik sampai yang jahat,
karena manusia memakan buah pengetahuan yang baik dan jahat. Tetapi kebaikan diri manusia
maupun kejahatan diri manusia, tetap tidak berkenan dihadapan Tuhan. Menurut kitab Yesaya,
kesalehan kita seperti kain kotor dihadapan Tuhan. Mengapa ? Karena baik kesalehan maupun
kejahatan diri manusia berasal dari satu pohon yaitu pohon pengetahuan yang baik dan jahat.
Tuhan hanya berkenan kalau manusia makan buah pohon kehidupan. Hanya kebaikan-kebaikan
manusia yang lahir akibat makan buah pohon kehidupan yang berkenan kepadaNya. Kalau
manusia mengembangkan dirinya dengan memakan buah pohon pengetahuan yang baik dan
yang jahat, maka Tuhan tidak berkenan. Sebaliknya Tuhan berkenan apabila manusia
mengembangkan dirinya dengan memakan buah pohon kehidupan, bahkan yang sangat
menyenangkan hatiNya adalah kalau manusia dengan memakan buah pohon kehidupan
mengembangkan dirinya sampai menjadi serupa dengan Kristus.

Kita kembali kepada prinsip pertama yang membedakan apakah seseorang itu Pemimpin Rohani
atau Pemimpin Sekuler. Pemimpin rohani adalah seorang yang menyangkal pengembangan diri
dengan metode kejiwaan apapun juga, sedangkan pemimpin sekuler adalah seorang yang
mengembangkan diri oleh kemampuan dirinya sendiri. Pemimpin rohani menyangkal diri dalam
arti menolak usaha-usaha manusia dalam mengembangkan kepemimpinannya, sedangkan
pemimpin sekuler mengandalkan kekuatan diri sendiri. Pemimpin rohani mengizinkan Kristus
bermanifestasi melalui dan didalam dirinya, sedangkan pemimpin sekuler mengizinkan aku
(Self) berkembang didalam dirinya. Perbedaan ini sangat menyolok. Yang satu meninggikan
Kristus, yang lain meninggikan aku (Self). Yang satu membiarkan Kristus yang memimpin, yang
lain membiarkan si aku memimpin. Karena perbedaan yang sangat menyolok ini, maka hasil
kepemimpinan keduanya juga sangat berbeda. Hasil kepemimpinan rohani membuat orang lain
semakin dekat dengan Tuhan, hasil kepemimpinan sekuler membuat orang lain semakin dengan
egonya. Kepemimpinan yang tidak membuat orang lain semakin cinta Tuhan, mengandalkan
Tuhan, merindukan Tuhan saja adalah kepemimpinan sekuler. Hasil kepemimpinan sekuler tidak
harus selalu jahat, kadangkala juga baik. Tetapi tetap hasil dari satu pohon yaitu pohon
pengetahuan yang baik dan yang jahat.

Sekarang kita akan mempertimbangkan prinsip/kebiasaan kedua untuk memperoleh kemenangan


pribadi dalam buku Tujuh Kebiasaan Manusia yang Sangat Efektif. Kita memilih kebiasaan
kedua ini karena prinsip ini sering dikutip dalam buku-buku kepemimpinan atau buku-buku
rohani. Prinsip ini disebut Mulai dengan Akhir dalam Pikiran.

Mulai dengan Akhir dalam Pikiran


Mulai dengan Akhir dalam Pikiran didasarkan pada prinsip bahwa segalanya diciptakan dua kali.
Pertama, ciptaan mental dan kedua, ciptaan fisik sebagai realisasi ciptaan pertama. Ciptaan
mental yang dimaksud adalah suatu usaha untuk menggambarkan dalam imajinasi (visualisasi)
hal-hal atau perkara-perkara yang kita inginkan terjadi di alam nyata. Ciptaan mental adalah
suatu tujuan yang kita tetapkan berdasarkan nilai-nilai yang kita anut. Ciptaan mental ini juga
dapat kita sebut visi pribadi dalam arti suatu gambaran masa depan yang kita harap dan percaya
akan terjadi pada diri kita.
Menurut Stephen R. Covey, membuat ciptaan pertama didalam diri kita sama dengan menulis
ulang naskah yang dulu pernah ditulis melalui pengalaman-pengalaman kita, lingkungan kita,
nilai-nilai kita yang lama dimana seringkali naskah lama ini tidak efektif. Apabila seseorang
bersikap reaktif, maka responnya terhadap suatu stimulus akan dipengaruhi oleh naskah-naskah
yang lama tersebut. Karena naskah-naskah yang lama sering tidak efektif, maka perilaku kita
juga sering negatif. Perilaku kita menjadi fungsi dari naskah kita yang lama. Sementara melalui
suatu kebiasaan membuat ciptaan pertama, kita melatih diri menjadi seorang yang proaktif, yaitu
seorang yang mengambil inisiatif dan secara sadar memilih respon kita berdasarkan nilai-nilai
yang kita tetapkan sendiri.

Cara yang paling baik untuk membuat ciptaan pertama atau Mulai dengan Akhir dalam Pikiran,
menurut Covey adalah mengembangkan pernyataan misi pribadi. Karena setiap pribadi itu unik,
maka alasan ia ada didunia ini juga unik maka pernyataan misi pribadinyapun juga unik. Ada
baiknya kita mengutip suatu pernyataan misi pribadi dari sahabat Stephen Covey sebagai
berikut :

 Berhasillah di rumah lebih dahulu.


 Carilah dan layakkan diri untuk mendapatkan pertolongan ilahi

 Jangan pernah berkompromi dalam hal kejujuran

 Ingatlah orang-orang yang terlibat

 Dengarlah kedua belah pihak sebelum memutuskan

 Dapatkan nasihat dari orang lain

 Belalah mereka yang tidak hadir

 Tuluslah, tetapi sekaligus tegas.

 Kembangkan satu kecakapan baru setiap tahun

 Rencanakan kerja untuk esok pada hari ini.

 Desaklah sewaktu menunggu

 Pertahankan sikap yang positif

 Pertahankan rasa humor

 Jadilah pribadi dan pekerja yang teratur.

 Jangan takur berbuat kesalahan-takuti hanya ketiadaan respon yang kreatif.

 Konstruktif dan korektif terhadap kesalahan itu

 Bantulah bawahan untuk berhasil

 Dengarkanlah dua kali lebih banyak dari pada berbicara


 Berkonsentrasilah pada semua kemampuan dan usaha pada tugas yang sedang dihadapi, jangan
khawatir tentang pekerjaan atau promosi berikutnya.

 Dalam menciptakan pernyataan misi pribadi, kita perlu menggunakan seluruh kemampuan otak
kita. Menurut teori dominasi otak, ada spesialisasi dan fungsi-fungsi yang berbeda antara otak
kiri dan otak kanan. Otak kiri adalah bagian yang lebih logis/verbal, analisis dan sistematis,
sedangkan otak kanan adalah bagian yang lebih intuitif, kreatif dan berimajinasi. Kemampuan
menciptakan pernyataan misi atau mulai dengan Akhir dalam Pikiran lebih tergantung pada otak
kanan.

 Setelah kita melakukan ciptaan mental atau ciptaan pertama ini, maka kita membuat langkah-
langkah untuk merealisasikannya kedalam ciptaan kedua yaitu ciptaan fisik. Dengan kebiasaan
melakukan visualisasi, kita memperoleh kekuatan dan dorongan untuk merealisasikan kedalam
ciptaan fisik.

Berdasarkan uraian diatas mengenai kebiasaan Mulai dengan Akhir dalam Pikiran dalam buku
Stephen Covey, kita dapat menarik beberapa kesimpulan. Pertama, inisiatif untuk melakukan
visualisasi berasal dari diri sendiri. Kitalah yang menentukan dan membayangkan akan menjadi
apa kita nantinya. Kedua, energi yang diperoleh untuk merealisasikan apa yang kita bayangkan
(visualisasikan) juga berasal dari diri sendiri. Inilah yang disebut pengembangan diri (Self
development) diluar Tuhan.

Walaupun demikian, menurut penelitian DR. Charles Garfield, hampir semua atlet kelas dunia
dan orang berprestasi puncak dibidang lainnya adalah orang yang suka melakukan visualisasi.
Jadi ada suatu energi atau kuasa diluar Tuhan yang dihasilkan akibat melakukan visualisasi.
Apakah pemimpin rohani boleh menggunakan taktik visualisasi seperti ini untuk
mengembangkan kepemimpinannya ? Apakah seseorang masih dapat disebut pemimpin rohani
kalau ia mengembangkan dirinya dengan teknik visualisasi seperti diuraikan oleh Stephen Covey
?

Berdasarkan uraian kita sebelumnya mengenai makna Kejatuhan, jelas bahwa mengembangkan
diri dengan bersandarkan kekuatan diri sendiri sama sekali tidak berkenan dihadapan Tuhan.
Pengembangan diri harus dilakukan dengan cara penyangkalan diri (kekuatan dan inisiatif diri
sendiri) dan membiarkan Kristus bermanifestasi melalui jiwa kita. Jadi prinsip Mulai dengan
Akhir dalam Pikiran dan teknik visualisasi yang diusulkan Covey, tidak dapat diterapkan pada
pemimpin rohani. Hal ini bukan berarti pemimpin rohani tidak mempunyai visi atau gambaran
masa depan yang dipercayainya akan Tuhan realisasikan bagi dirinya dan umatNya. Melainkan
segala sesuatu harus dimulai oleh Tuhan dan direalisasikan oleh kekuatan Tuhan, sesuai dengan
yang ada tertulis “sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia. Bagi
Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya.

III.Otoritas Rohani dan Otoritas Sekuler


Prinsip kedua yang membedakan apakah seseorang itu pemimpin rohani atau pemimpin sekuler
adalah jenis otoritas yang dimiliki pemimpin. Tidak dapat disangkal bahwa seorang pemimpin
dipercayakan otoritas rohani atas para pengikutnya. Tetapi mengatakan seseorang itu pemimpin
rohani karena ia memiliki otoritas atas sekelompok umat Tuhan, tanpa mempertanyakan jenis
otoritas yang dimilikinya, adalah kesimpulan yang terlalu cepat. Kalau demikian bagaimana
menentukan jenis otoritas yang dimiliki seorang pemimpin ? Apa artinya otoritas rohani yang
menjadikan seseorang pemimpin rohani dan apa itu otoritas sekuler yang membuat seseorang
menjadi pemimpin sekuler ?

Sebelum kita menjelaskan otoritas rohani, mari kita melihat Kejadian 10 : 9 untuk menjelaskan
otoritas sekuler. Didalam ayat ini tertulis. “Seperti Nimrod, seorang pemburu yang gagah
perkasa dihadapan Tuhan. Nimrod adalah orang yang mula-mula sekali berkuasa (memiliki
otoritas) di bumi. Otoritas Nimrod cukup besar karena kerajaannya cukup luas. Kerajaannya
dimulai dari Babel, Erekh, Akad di tanah Sinear dan selanjutnya ditambah dengan kota-kota
besar di negeri Asyur.

Tetapi kita perlu melihat jenis otoritas yang dimiliki Nimrod. Perkataan “dihadapan Tuhan
dalam ayat diatas seperti mengungkapkan bahwa Nimrod seorang hamba Tuhan yang hidup
dihadapanNya, namun Ray Prinzing dalam buku Whispers of the Mysteries, hal 14, menemukan
bahwa Strongs Concordance mengungkapkan fakta mengenai kata Ibrani untuk “dihadapan
mempunyai arti yang sangat bervariasi. Dalam Kejadian 10 : 9, seperti juga misalnya dalam
Bilangan 16 : 2, kata Ibrani untuk “dihadapan secara literal berarti memberontak. Dan
didalam Jewish Encyclopedia, nama Nimrod berarti “ia yang membuat semua orang
memberontak melawan Tuhan. Jadi otoritas yang dimiliki Nimrod bukan berasal dari Tuhan
karena ia sendiri adalah seorang yang memberontak dan melawan Tuhan. Dengan penjelasan ini
kita dapat simpulkan bahwa jenis otoritas yang dimiliki Nimrod adalah otoritas sekuler, yaitu
otoritas yang ia peroleh semata-mata karena ia seorang pemburu yang gagah perkasa.
Otoritasnya diperoleh dari kemampuan dirinya sendiri.

Sebaliknya apakah maksudnya otoritas rohani ? Contoh Musa sangat baik untuk menjelaskan ini.
Musa adalah pemimpin Israel yang memiliki otoritas rohani atas umatNya. Sebelum
pengalamannya di Padang Gurun, Musa mencoba menjadi pemimpin atas Israel dengan
membunuh seorang Mesir yang pada waktu itu bertengkar dengan seorang Israel. Tetapi ketika
otoritasnya ditantang, Musa melarikan diri ke Padang Gurun (Kej 2: 14-15). Musa mencoba
memperoleh otoritas oleh usaha tangannya sendiri dengan membunuh seorang Mesir. Otoritas
yang diperoleh dengan cara ini bukanlah otoritas rohani. Tetapi setelah Musa melewati
pengalaman padang gurun dan mendapatkan pewahyuan Tuhan melalui nyala api yang keluar
dari semak duri, maka ia kembali dari Mesir dengan tongkat Allah (melambangkan otoritas
rohani) ditangannya. Jadi otoritas rohani didapatkan oleh seorang pemimpin melalui pengalaman
disiplin Tuhan (padang gurun) dan juga pewahyuan Tuhan (pengalaman semak duri).

Melalui uraian diatas, kita dapat membedakan apakah seseorang itu pemimpin rohani atau
pemimpin sekuler. Pemimpin rohani adalah ia yang memiliki “otoritas Musa, sedangkan
pemimpin sekuler adalah dia yang memiliki “otoritas Nimrod. Namun ada hal yang menarik
diungkapkan Firman Tuhan dalam Wahyu 17 : 3-5, dimana perempuan (melambangkan gereja)
disebut Babel besar (kota dimana “otoritas Nimrod berlaku). Yohanes melihat bahwa ada saat
dimana didalam gereja terdapat “otoritas nimrod. Itu sebabnya, walaupun didalam gereja,
kadang-kadang kita sulit membedakan apakah seseorang itu pemimpin rohani atau pemimpin
sekuler. Semoga Tuhan membersihkan gereja dari “otoritas Nimrod dan menegakkan
“otoritas Musa demi kemuliaanNya.
IV.Kesimpulan
Banyak orang percaya bahwa jatuh bangunnya suatu usaha atau gerakan dalam bidang apapun
juga, tergantung dari pemimpinnya. Hanya saja untuk bidang rohani, kita perlu berhati-hati
dalam menerapkan prinsip-prinsip kepemimpinan. Untuk bidang rohani dibutuhkan
kepemimpinan rohani dan kepemimpinan rohani hanya dapat terjadi kalau diberlakukan prinsip-
prinsip rohani. Jangan sampai kita terjebak dan mencampur-adukkan prinsip-prinsip rohani dan
prinsip-prinsip sekuler.

Didalam tulisan ini telah diuraikan dua prinsip yang menjadikan seseorang disebut pemimpin
rohani yaitu prinsip penyangkalan diri (Self Denial) dan prinsip “otoritas Musa. Kedua prinsip
inilah yang akan membedakan pemimpin rohani dari pemimpin sekuler.

Dapatkah Kita Diampuni?


 1st June 2016
 Team PH

 Renungan Pembaca

 1 Komentar

3,761 views
21

“Tetapi kamu telah memberi dirimu disucikan,


kamu telah dikuduskan, kamu telah dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam
Roh Allah kita.” I Korintus 6:11b

Bacaan : I Korintus 6: 9-11


*courtesy of PelitaHidup.com
Jika Anda selalu merasa bersalah atas dosa dan kesalahan masa lalu, ketahuilah bahwa Alkitab
memiliki sebuah jaminan untuk Anda mengenai hal ini. Umat percaya di kota Korintus juga
berjuang akan hal yang sama pada waktu itu. Rasul Paulus memberikan nasihat dan pengharapan
kepada mereka – sekaligus kepada kita – bahwa : “Dan beberapa orang di antara kamu
demikianlah dahulu. Tetapi kamu telah memberi dirimu disucikan, kamu telah dikuduskan,
kamu telah dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh Allah kita.” (I
Korintus 6:11)

Pada ayat-ayat sebelumnya, Rasul Paulus menuliskan daftar gaya hidup tercela yang terus
dilakukan oleh umat manusia hingga di akhir jaman modern ini. Setiap minggu, hamba-hamba
Tuhan mendengar dari jemaatnya yang bertanya apakah Allah mengampuni mereka karena hidup
dalam homoseksualitas, perselingkuhan, ringan tangan terhadap keluarga di rumah, terutama
terhadap pasangan hidupnya atau melakukan sejumlah kesalahan lainnya. Jawabannya adalah
“YA”, Allah mengampuni Anda dan saya. Berdasarkan firman dalam I Yohanes 1:9, Allah
mampu dan akan selalu mengampuni dosa umat percaya.

“Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni
segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” I Yohanes 1:9

Sebagai umat percaya, kita akan terus merasa bersalah dan menanggung rasa itu hingga kita
benar-benar memahami bagaimana cara Allah mengampuni dan membuang dosa serta kesalahan
kita. Jika kita tidak mengerti hal ini, maka semua janji dan keinginan kita untuk berubah dan
menjadi pribadi lebih baik menjadi sia-sia.

Pengampunan hanya didasarkan pada pengorbanan Kristus di kayu salib. Ia telah


menanggung dosa-dosa dan kesalahan Anda dan saya serta mati menggantikan kita. Ketika
kita benar-benar mengerti bahwa hanya Kristus yang sanggup membenarkan kita di hadapan
Allah Bapa, pada saat itulah kita bebas. Kita diberikan sebuah pola pikir yang baru, yaitu pola
pikir yang dituntun oleh Roh Kudus untuk memusatkan perhatian kita kepada Allah dan bukan
kepada keinginan-keinginan kita yang bersifat duniawi.
*courtesy of PelitaHidup.com
Apakah Anda bangun setiap pagi hanya untuk menghadapi hari dimana Anda terus menerus
membawa semua rasa bersalah Anda sepanjang hari itu? Anda tidak perlu berlaku demikian.
Allah sedang menunggu Anda untuk menyerahkan beban tersebut kepadaNya dan Ia
akan membuang semua beban itu jauh-jauh dari Anda. Yang harus Anda lakukan
hanyalah menyerahkan beban tersebut kepadaNya dan menerima pengampunanNya.

Terima ayat Alkitab melalui Facebook. Ayo gabung dengan lebih dari 54.000 member di
Facebook Page Pelita Hidup. Klik like berikut ini:
*courtesy of PelitaHidup.com
“sejauh timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya dari pada kita pelanggaran kita.” Mazmur
103:12

“Pujilah TUHAN, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya! Dia yang
mengampuni segala kesalahanmu, yang menyembuhkan segala penyakitmu, Dia yang
menebus hidupmu dari lobang kubur, yang memahkotai engkau dengan kasih setia dan
rahmat, Dia yang memuaskan hasratmu dengan kebaikan, sehingga masa mudamu menjadi
baru seperti pada burung rajawali.” Mazmur 103: 2-5

Rahasia Untuk Menyelesaikan Masalah


 24th November 2014
 Team PH

 Renungan Pembaca

 3 Komentar

8,301 views
34

“Tetapi sekarang buanglah semuanya ini, yaitu marah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-
kata kotor yang keluar dari mulutmu.” (Kolose 3:8)

Masing-masing kita hanya memiliki energi emosional dalam jumlah tertentu. Dalam sebuah
percakapan dimana kita berusaha untuk menyelesaikan suatu masalah, masing-masing kita dapat
memilih untuk menggunakan energi untuk menyalahkan atau memilih untuk menggunakan
energi untuk menyelesaikan masalah. Kita tidak memiliki cukup energi untuk melakukan
keduanya. Jadi, kita harus bertanya kepada diri sendiri mana hal yang lebih penting yang akan
kita pilih: menyalahkan orang lain atau menyelesaikan masalah yang ada.
*courtesy of PelitaHidup.com
Setiap pasangan suami istri perlu untuk memiliki suatu aturan dasar untuk sebuah pertengkaran
yang adil yaitu dengan cara tidak menggunakan kata-kata tertentu yang telah Anda sepakati
bersama (dalam hal ini Anda berdua setuju untuk tidak pernah mengucapkan kata-kata tersebut
dalam setiap pertengkaran yang mungkin terjadi). Ada beberapa kata-kata yang Anda berdua
harus berusaha untuk tidak mengucapkannya dalam keadaan apapun karena kata-kata tersebut
merupakan sebuah senjata pemusnah massal.

Selama Perang Dunia, pihak Uni Soviet dan Amerika Serikat saling mencoba untuk
menghancurkan masing-masing pihak. Amerika memiliki ribuan peluru kendali antar benua yang
diarahkan ke Uni Soviet, sebaliknya, Soviet juga memiliki dan melakukan hal yang sama
terhadap Amerika. Sekalipun saat itu sedang terjadi Perang Dunia dan muncul tekanan yang
sangat luar biasa, kedua belah pihak masih memiliki cukup kesadaran dengan mengatakan bahwa
ada beberapa jenis senjata yang tidak akan mereka gunakan dalam perang karena jika digunakan,
senjata tersebut memiliki dampak kehancuran yang luar biasa.

Amerika berkata jika Soviet menggunakan senjata tersebut, maka Amerika juga akan
menggunakannya, dan mereka akan saling menghancurkan lalu tidak akan tersisa apapun di
dunia ini. Jadi, bahkan ketika kedua Negara adidaya tersebut sedang dalam keadaan tegang
karena perang dingin, mereka masing-masing setuju untuk tidak menggunakan senjata pemusnah
massal tersebut.

Ada beberapa senjata pemusnah massal yang harus dihindari oleh Anda dan pasangan agar tidak
digunakan dalam pernikahan , antara lain: mengancam untuk bercerai atau meninggalkan
pasangan atau melibatkan orang tua dalam masalah pernikahan Anda. Anda dan pasangan harus
setuju bahwa seberapa parah masalah dan pertengkaran yang terjadi, kata-kata tersebut dilarang
untuk diucapkan karena dapat menghancurkan hubungan suami istri karena kata-kata tersebut
akan meruntuhkan kepercayaan pasangan kepada Anda dan sebaliknya.

Alkitab dengan jelas menyebutkan apa saja yang dilarang seperti yang dikutip pada bacaan di
atas (Kolose 3:8). Semua hal dalam ayat tersebut merupakan senjata pemusnah massal.
*courtesy of PelitaHidup.com
Alasan mengapa kita harus menyelesaikan masalah dan tidak menyalahkan orang lain atau
keadaan adalah karena menyalahkan orang lain merupakan bentuk lain dari menghakimi. Hanya
Allah yang memiliki hak untuk menghakimi. Anda dan saya bukan hakim. Kita tidak dapat
menyelami motivasi apa yang melatarbelakangi seseorang melakukan tindakan tertentu. Bahkan
kita pribadi banyak kali tidak memahami motivasi kita sendiri! Hanya Allah yang tahu, jadi
biarkan Ia yang menjadi hakim diantara kita.

Rencana Keuangan Allah Bagi Kita


 21st April 2016
 Team PH

 Renungan Pembaca

 2 Komentar

4,783 views
31

Sumber: Google

“Lebih berbahagia memberi daripada menerima.” Kisah 20:35b(BIS)

Bacaan: “Perak atau emas atau pakaian tidak pernah aku ingini dari siapapun juga. Kamu sendiri
tahu, bahwa dengan tanganku sendiri aku telah bekerja untuk memenuhi keperluanku dan
keperluan kawan-kawan seperjalananku. Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada
kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus
mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia
memberi dari pada menerima.” (Kisah 20:33-35)
*courtesy of PelitaHidup.com
Tuhan ingin agar kita membuat keputusan yang bijaksana berdasarkan prinsip-prinsip yang ada
di dalam Alkitab. Tetapi, pilihan untuk mengikuti kehendakNya seringkali tidak sesuai dengan
cara-cara yang ada di dunia. Sebagai contoh, beberapa orang akan merasa terkejut bahwa konsep
dasar dari rencana keuangan Allah bagi kita adalah memberi, bukan menerima.

Memberi Dengan Penuh Pengorbanan

Umumnya, ketika seseorang memutuskan jumlah uang yang akan mereka sumbangkan ke acara
amal atau ke gereja, mereka akan mempertimbangkan jumlah penghasilan mereka dan
membandingkannya dengan jumlah pengeluaran. Setelah itu barulah mereka dapat memutuskan
untuk menentukan jumlah yang mereka anggap sesuai atau aman yang dapat mereka berikan.
Sebaliknya, memberi dengan penuh pengorbanan bagi umat percaya dapat berarti bahwa
mereka mengikuti tuntunan Roh Kudus untuk memberikan sumber dana di luar
kemampuan mereka. Awalnya, beberapa umat Kristen akan merasa kuatir dalam melatih iman
mereka dalam hal ini. Tetapi, syukur kepada Allah karena Ia telah berjanji bahwa Ia akan
memenuhi seluruh kebutuhan kita dan Ia adalah Allah yang setia dan layak kita percaya:

“Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam
Kristus Yesus.” Filipi 4:19

*courtesy of PelitaHidup.com
Memberi Dengan Kasih

Terima ayat Alkitab melalui Facebook. Ayo gabung dengan lebih dari 54.000 member di
Facebook Page Pelita Hidup. Klik like berikut ini:

Umat percaya yang murah hati tidak memegang erat harta mereka dan memiliki
keinginan untuk menggunakan bagian kekayaan yang Tuhan karuniakan dan percayakan
kepada mereka untuk memberkati orang lain.
*courtesy of PelitaHidup.com
Para misionaris, penerima amal maupun hamba-hamba Tuhan dan pendeta tidak perlu meminta
bagian kepada mereka karena dengan rela hati mereka akan berbagi dengan pelayan-pelayan
Tuhan tersebut karena mereka tahu siapa Allah mereka.

“Mazmur Daud. TUHANlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang
diam di dalamnya.” Mazmur 24:1

Rencana Keangan Allah bagi kita berbeda dengan apa yang kita lihat dan alami di dunia ini,
tetapi kita sendiri menyaksikan dan mengalami sendiri betapa prinsip dari rencana Allah
tersebut terbukti sangat efektif berlaku dalam hidup setiap anak-anakNya yang menurut
pada kehendak dan tuntunanNya. Sejarah dalam Alkitab dan gereja telah menunjukkan bahwa
selama ribuan tahun para pengikut Kristus telah memilih untuk memberi dengan kasih dan
dengan penuh pengorbanan. Dan sebagai timbal baliknya, Allah memberikan kepada mereka
pertumbuhan iman dan memenuhi seluruh kebutuhan materi yang mereka perlukan.

Jadi, kapan kita akan melakukan bagian kita?


“Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang
dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu
pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.” Lukas 6:38

5 Hal Yang Harus Kita Lakukan Di Tengah Badai Hidup &


Pergumulan
 10th August 2014
 Team PH

 Renungan Pembaca

 3 Komentar

10,078 views
32

“Tetapi ketika dirasanya tiupan angin, takutlah ia dan mulai tenggelam lalu berteriak :
‘Tuhan, tolonglah aku!”. (Matius 14:30)

Ketika kita akan mengalami sebuah badai hidup atau pergumulan, Allah bukanlah Allah yang
jauh atau bahkan tidak terlibat di dalamnya. Ia adalah “Aku” dan Ia bekerja untuk mendatangkan
kebaikan bagi hidup Kita. Tetapi Ia juga mempunyai beberapa hal yang Ia ingin kita lakukan.

Berikut 5 hal yang Allah ingin Anda dan saya lakukan ketika kita terombang ambing oleh badai
kehidupan:

Jangan takut karena Tuhan Yesus beseta kita


*courtesy of PelitaHidup.com
Jangan pernah merasa takut terhadap badai apapun. Katakan dengan tegas pada badai itu untuk
pergi dari hidup Kita. Berbicaralah kepada Tuhan Yesus.

Berani mengambil Resiko dalam Iman

Jangan minta Tuhan untuk memberkati apa yang Anda lakukan. Lakukanlah apa yang diberkati
Tuhan. Mintalah kepada Tuhan untuk memberitahu Anda apa yang harus Anda lakukan dan
dengan rela hati Anda harus keluar dari perahu kenyamanan Anda saat itu juga.
Pusatkan Perhatian Pada Tuhan Yesus

Pada saat Anda meleng dan tidak memusatkan perhatian Anda pada Tuhan, Anda akan segera
tenggelam. Matius 14:30 mengatakan, “Tetapi ketika dirasanya (Petrus) tiupan angin, takutlah
ia dan mulai tenggelam lalu berteriak : ‘Tuhan, tolonglah aku!”. Ketika Anda memusatkan
perhatian pada angin dan ombak – yaitu keadaan yang sedang Anda alami saat ini– Anda akan
tenggelam seperti Petrus. Jika Anda melihat dunia; Anda akan tertekan; jika Anda melihat ke
dalam diri Anda sendiri, Anda akan tertekan; tetapi jika Anda memandang Kristus, Anda akan
merasa tenang.
*courtesy of PelitaHidup.com
Jangan Ragu

Terima ayat Alkitab melalui Facebook. Ayo gabung dengan lebih dari 54.000 member di
Facebook Page Pelita Hidup. Klik like berikut ini:

Pada dasarnya, untuk dapat melewati badai hidup, seseorang tidak memerlukan iman yang besar.
Yang ia perlukan adalah iman kepada pribadi yang tepat, yaitu Tuhan Yesus Kristus.
*courtesy of PelitaHidup.com
Pujilah Tuhan

Bahkan ketika Anda berada di tengah badai, ketika Anda merasa bahwa sepertinya Anda mulai
tenggelam, ketika Anda merasa sangat takut – pujilah Tuhan di segala waktu. Bersyukurlah
kepada TUhan di tengah badai hidup yang sedang Anda alami.

Badai apakah yang sedang Anda hadapi saat ini dan membuat Anda merasa takut? Badai apakah
yang membuat Anda merasa bahwa Anda mulai tenggelam? Mengapa Anda berpikir bahwa Allah
membiarkan Anda melalui badai tersebut?

Tuhan Yesus membawa Anda melewati badai hidup dengan alasan yang sama ketika Ia
membawa murid-muridNya dahulu melewati badai di danau menuju Betsaida, yaitu untuk
mengatakan kepada Anda dan saya “Hanya akulah yang kau perlukan. Aku dapat
menyelesaikan segala sesuatu. Aku akan datang kepadamu. Aku akan berjalan bersamamu
melewati hal yang paling kau takutkan. Aku tidak memintamu untuk datang kepadaKu.
Akulah yang akan mendatangimu. Jadi, jangan takut lagi dan percayalah sepenuhnya
kepadaKu dalam iman.”

Untuk Kita Renungkan

 Sudahkah Anda dan saya bertumbuh secara rohani dan dalam pengertian kita akan Allah melalui
berbagai badai hidup yang kita alami?
 Apa yang dapat kita lakukan untuk mengurangi gangguan-gangguan yang mengalihkan perhatian
kita dari Allah?
Dipilih Untuk Menjadi Luar Biasa
 2nd August 2014
 Team PH

 Renungan Pembaca

 0 Komentar

11,262 views
25

“Ketika sidang itu melihat keberanian Petrus dan Yohanes dan mengetahui bahwa keduanya
orang biasa yang tidak terpelajar, heranlah mereka; dan mereka mengenal keduanya sebagai
pengikut Yesus.” Kisah 4:13

Setiap orang yang belajar mengenai karya Tuhan akan menyadari bahwa cara yang Tuhan
gunakan untuk mencapai kehendakNya sangat berbeda dengan cara manusia. Masyarakat dan
dunia secara umum akan mengatakan bahwa untuk melakukan tugas-tugas besar dibutuhkan
seseorang yang luar biasa serta sumber daya yang banyak, tetapi Tuhan seringkali memilih apa
yang dianggap kecil dan sepele oleh dunia untuk mencapai tujuanNya di bumi.

Contohnya, Tuhan Yesus memilih sekelompok orang yang tidak terkenal atau memiliki sesuatu
yang mengesankan sebagai murid-muridNya; akan tetapi ketika mereka dipenuhi oleh Roh
Kudus, mereka dapat “membalikkan dunia”.
*courtesy of PelitaHidup.com
Selama pelayananNya di bumi, Yesus memberi makan ribuan orang hanya dengan bekal seorang
anak kecil yang jumlahnya sangat sedikit., dan Ia lebih memperhatikan 2 buah koin yang nilai
nomimalnya kecil yang dipersembahkan oleh seorang janda dan menganggapnya sebagai sebuah
persembahan yang lebih besar dibandingkan dengan semua persembahan orang lain yang jumlah
nomimalnya besar. (Baca Yohanes 6:5-12; Lukas 21:2-3).

Tuhan mengkhususkan diriNya untuk memakai orang-orang yang menurut pandangan


masyarakat dunia secara umum tidak mampu menyelesaikan tugasNya. Musa adalah seseorang
yang berumur 80 tahun yang memiliki gangguan pada kemampuannya untuk berbicara atau
gagap yang dipakai Tuhan untuk membebaskan sebuah bangsa yang besar. Setelah Gideon
bersembunyi dari musuhnya, Tuhan menjadikan ia sebagai seorang prajurit yang gagah berani.
Daud adalah anak bungsu yang tidak diperhatikan oleh orang tuanya tetapi mampu membunuh
seorang raksasa hanya dengan menggunakan sebuah batu kecil dan kemudian menjadi raja
terbesar bangsa Israel.

Allah tidak mencari orang-orang yang memiliki kemampuan dan prestasi yang mengesankan, Ia
mencari orang-orang yang memiliki kemauan dan yang dengan rendah hati bersedia berlutut
kepadaNya dalam penyerahan diri. Menjadi orang biasa dan lemah tidak kemudian membuat
Anda menjadi orang yang tidak berguna sama sekali. Justru sebaliknya, hal tersebut malah
menjadikan Anda sebagai alatNya untuk mendemonstrasikan kekuatan ilahi yang ada di dalam
hidup Anda. Allah menjadikan seseorang dengan kemampuan dan prestasi yang biasa-biasa saja
menjadi seseorang yang luar biasa dan besar.

Pernahkah Anda berpikir bahwa kurang atau tidak adanya kemampuan, talenta serta keahlian
dalam diri Anda merupakan sarana yang paling tepat bagi Allah untuk menunjukkan kuasa dan
kemuliaan Tuhan Yesus? Jika Anda bersedia untuk mau berserah pada tuntunanNya dan berusaha
masuk ke dalam ranah iman dan ketaatan yang secara manusia terlihat menakutkan tetapi sangat
menjanjikan berkat, maka Allah akan melakukan hal-hal yang besar melalui Anda!

Tuhan Sendiri Yang Memanggil & Memilihmu


 24th June 2015
 Team PH

 Renungan Pembaca

 4 Komentar

9,991 views
47
Courtesy of victoriaosteenfbpage

“Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus
dan tak bercacat di hadapan-Nya. Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh
Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya.” Efesus
1:4-5

*courtesy of PelitaHidup.com
Salah satu kisah terbesar yang diceritakan di Alkitab adalah kisah hidup dari Daud. Jauh sebelum
Daud berhasil mengalahkan Goliat – Raksasa tentara Filistin – atau menjadi Raja Israel, ia
menghabiskan sebagian besar waktunya di padang belantara untuk menggembalakan domba-
domba Isai, ayahnya. Jalan hidupnya dapat dikatakan sulit pada waktu itu. Ia tidak diperhatikan
oleh ayahnya, dikritik dan dijelek-jelekkan oleh kakak-kakaknya dan dianggap sebagai anak
gembala rendahan.

Suatu hari, nabi Samuel dikirim Tuhan untuk mengunjungi rumah Daud untuk memilih raja
Israel berikutnya. Samuel minta kepada Isai agar ia dipertemukan dengan semua anak laki-
lakinya, tetapi Isai merasa yakin bahwa si bungsu Daud bukanlah calon yang tepat untuk jabatan
penting semacam itu sehingga ia membiarkan Daud tetap bekerja menggembalakan domba dan
tidak mempertemukannya dengan Samuel! Setelah Samuel bertemu dengan ke-7 kakak laki-laki
Daud dan tidak satupun yang memenuhi kriteria untuk menjabat raja Israel, barulah Daud
dipanggil pulang, dan, tentu saja, sesuai dengan kehendak Tuhan, Samuel mengurapi Daud
menjadi raja Israel berikutnya. Namun demikian, tetap saja perlakuan keluarga Daud
terhadapnya tidak berubah. Mereka bahkan merasa bahwa Samuel telah melakukan sebuah
kesalahan besar. Kenyataannya, kakak-kakak Daud bekerja sebagai prajurit kerajaan di bawah
pimpinan raja Saul; sebuah jabatan yang sangat bergengsi, sedangkan Daud tetap melakukan
pekerjaan kasar dan rendahan sebagai penggembala domba di padang. Daud hanya dipandang
sebagai seorang “suruhan” yang bertugas membawakan makanan bagi kakak-kakaknya yang
merupakan “orang-orang penting” dalam keluarga mereka.

Kita tahu sekarang bahwa Daud memiliki iman yang kuat dan teguh kepada Allah. Pada waktu ia
menghadapi Goliat, ia langsung menggunakan kekuatan dan keberanian yang Allah taruh di
hatinya. Daud menghadapi Goliat dengan penuh percaya diri, yakin bahwa Allah ada di pihaknya
dan akan memberikan kemenangan kepadanya! Dan semua itu ia buktikan! Selanjutnya, Daud
diurapi dan diangkat sebagai raja Israel menggantikan Saul sebagaimana yang sudah
dinubuatkan oleh nabi Samuel sebelumnya.

Hari ini, mungkin Anda merasa seperti “seorang suruhan” seperti Daud pada waktu itu, atau
mungkin Anda merasa bahwa tidak ada seorangpun yang memperhatikan dan peduli terhadap
Anda. Tanamkan dalam hati bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan dan mengabaikan Anda.
Ketahuilah, bahwa tanganNya yang penuh kuasa itu menggenggam masa depan Anda. Miliki
keyakinan hari ini bahwa Tuhan telah memanggil dan memilih Anda untuk rencanaNya yang
besar. Tetap teguh dalam iman karena Ia sendiri yang telah memilih Anda dan saya secara pribadi
dan Ia mengatur setiap langkah hidup kita menuju kepada kemenanganNya yang ajaib.

“Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus
dan tak bercacat di hadapan-Nya.” Efesus 1:4

Jaminan Dalam Masa-Masa Sukar


 24th January 2015
 Team PH

 Renungan Pembaca

 3 Komentar

7,457 views
19

Nats Alkitab: Mazmur 121:1-6

Pencobaan dan masa-masa sukar akan selalu muncul dalam hidup kita. Sekalipun demikian, kita
harus bersyukur karena kita dapat mengandalkan Bapa Surgawi untuk memberi pertolongan tepat
pada waktunya ketika kita berada dalam masa kesesakan; Ia menjamin kita seperti yang tertuang
dalam Mazmur 121:
“Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung; dari manakah akan datang pertolonganku?
Pertolonganku ialah dari TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi.” (ayat 1-2).
*courtesy of PelitaHidup.com
Walaupun para perampok bersembunyi di bukit-bukit dan mengincar setiap musafir yang lewat,
pemazmur tahu pasti ke mana ia harus meminta pertolongan. Demikian juga dengan kita, ketika
menghadapi ketakutan, hal-hal yang belum kita ketahui, maupun pencobaan dan masa-masa
sukar, Allah yang Maha Kuasa akan menopang kita (Mazmur 103:19) – bahkan ketika orang-
orang terdekat maupun kenalan kita mengecewakan kita, atau bahkan ketika kita mengalami
kegagalan, Ia tetap setia mendampingi kita.

“Penjagamu tidak akan terlelap” (ayat. 3b)


Dengan adanya milyaran manusia yang ada di dunia, sulit bagi kita untuk memahami bagaimana
Allah dapat mengerti setiap detil dari kehidupan kita, atau bagaimana Ia dapat mengetahui
jumlah rambut di kepala kita. Namun, ayat ini dengan jelas menegaskan kepada kita bahwa Allah
yang kita sembah selalu siap sedia, berjaga-jaga dan mengerti setiap aspek dalam kehidupan kita
serta sangat memperhatikan setiap kebutuhan dari masing-masing kita.

*courtesy of PelitaHidup.com
“Tuhanlah Penjagamu,” (ayat 5a)

Terima ayat Alkitab melalui Facebook. Ayo gabung dengan lebih dari 54.000 member di
Facebook Page Pelita Hidup. Klik like berikut ini:

Dalam bahasa Ibrani, kata “memelihara” berasal dari akar kata yang sama dengan kata
“menjaga” dan “melindungi” Kita dapat umpamakan penggunaannya seperti pada keadaan ketika
seorang ibu meminta tolong kepada orang yang ia percayai untuk “menjaga” anaknya sementara
ia pergi. Sang ibu berharap agar orang kepercayaannya tersebut akan melindungi si kecil
sekaligus memenuhi kebutuhannya. Allah berjanji untuk menjaga dan memelihara anak-anakNya
yang berarti Allah akan membela kita, memenuhi setiap kebutuhan kita, mengasuh dan mendidik
kita menjadi serupa denganNya serta menjaga dan melindungi kita dari si Iblis.
*courtesy of PelitaHidup.com
Tanpa janji dan jaminan tersebut, dunia akan terlihat seperti tempat yang sangat berbahaya
sekaligus membuat kita merasa kesepian. Namun, karena Allah telah memberikan janji dan
jaminanNya, kini kita dapat menghadapi segala hal yang belum pasti serta masa-masa sukar kita
dengan penuh rasa percaya diri karena Ia akan selalu ada bersama kita, menjagai dan menolong
kita. Amin.

Perhatikan Ucapan dan Perkataanmu!


 6th June 2016
 Team PH

 Renungan Pembaca

 0 Komentar

3,544 views
24
Sumber: Google

“Awasilah mulutku, ya TUHAN, berjagalah pada pintu bibirku!” Mazmur 141:3

Bacaan : 2 Timotius 2:23-26; 3:1-5


*courtesy of PelitaHidup.com
Gosip seringkali dianggap sebagai semacam hiburan yang tidak berbahaya atau merugikan,
terutama jika dibandingkan dengan ‘dosa besar’ yang lain seperti membunuh atau mengkhianati
pasangan hidup dengan cara selingkuh. Iblis telah menanamkan kepada manusia bahwa bergosip
adalah sesuatu yang tidak merugikan atau membahayakan; tetapi jika kita mengupas lebih dalam
tentang kebohongan yang Iblis tawarkan kepada kita mengenai hal ini, maka kita akan
menemukan sebuah fakta buruk tentang bergosip dan berbicara omong kosong. Di dalam
Alkitab, Allah menyebut gosip sebagai salah satu dari dosa yang paling bejat.

“Dan karena mereka tidak merasa perlu untuk mengakui Allah, maka Allah menyerahkan
mereka kepada pikiran-pikiran yang terkutuk, sehingga mereka melakukan apa yang tidak
pantas: penuh dengan rupa-rupa kelaliman, kejahatan, keserakahan dan kebusukan, penuh
dengan dengki, pembunuhan, perselisihan, tipu muslihat dan kefasikan. Mereka adalah
pengumpat, pemfitnah, pembenci Allah, kurang ajar, congkak, sombong, pandai dalam
kejahatan, tidak taat kepada orang tua, tidak berakal, tidak setia, tidak penyayang, tidak
mengenal belas kasihan.” Roma 1:28-31

Kita harus sadar bahwa gosip merupakan sesuatu yang sangat berbahaya dan merugikan.
Entahkah kita dengan sengaja membicarakan sesuatu yang jahat tentang orang lain atau
hanya sekedar menyampaikan pemikiran kita yang belum tentu benar, kita dapat
mempermalukan pribadi yang bersangkutan, atau bahkan melukai perasaannya.

Ada seseorang yang mencoba melacak kembali sumber dari gosip dan berita miring mengenai
dirinya. Ia bertanya kepada masing-masing orang pertanyaan berikut, “Darimana Anda
mendengar berita tersebut?” Setelah ia berbicara dengan tujuh belas hamba Tuhan, akhirnya ia
menemukan pribadi yang menjadi sumber atau biang gosip mengenai berita miring tentang
dirinya tersebut. Si biang gosip mengakui bahwa ia berbicara hanya berdasarkan spekulasinya
tentang sebuah masalah yang tidak benar-benar ia ketahui. Perhatikan bahwa, sebuah reaksi
berantai yang merusak dimulai hanya dari seseorang yang menyimpulkan sesuatu dengan
salah ketika sedang berbicara dengan orang lain.

Walaupun si korban tidak pernah tahu tentang semua percakapan yang terjadi di belakangnya
mengenai kabar miring tentang dirinya, gosip tetap memiliki konsekuensi. Mereka yang
menjadi biang gosip menunjukkan apa yang sebenarnya ada dalam hati dan pikirkan
mereka.
*courtesy of PelitaHidup.com
“Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati. “ Matius 12:34b

Terima ayat Alkitab melalui Facebook. Ayo gabung dengan lebih dari 54.000 member di
Facebook Page Pelita Hidup. Klik like berikut ini:

Lidah yang mengeluarkan kata-kata keji mengalir keluar bersama rasa iri hati, dendam dan
keangkuhan yang berdiam di dalam hati orang tersebut.
*courtesy of PelitaHidup.com
Gosip memiliki kekuatan untuk melukai perasaan orang lain, menghancurkan nama baik
seseorang, merusak hubungan persahabatan serta memecah belah gereja. Kita tidak punya
hak untuk membawa kehancuran semacam itu ke dalam hidup orang lain. Kita harus sadar
bahwa hanya Allah, satu-satunya Pribadi tempat kita berpaling ketika kita mendengar
sebuah gosip atau berita miring lainnya tentang seseorang. Mereka yang sedang
mengalami masa sukar maupun pencobaan dalam hidup, lebih membutuhkan doa-doa dan
kasih kita daripada omongan-omongan dan gosip tentang pergumulan dan kemalangan
yang tengah mereka alami.

“Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum


Kristus.” Galatia 6:2

Jadi, mulai hari ini, mari kita belajar untuk lebih bijaksana dengan setiap ucapan dan perkataan
yang keluar dari mulut kita.

“Demikian juga lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan
perkara-perkara yang besar. Lihatlah, betapapun kecilnya api, ia dapat membakar hutan
yang besar.” Yalobus 3:5

Dalam HadiratNya Kita Dipuaskan


 8th May 2012
 Penulis Tamu

 Renungan Pembaca

 67 Komentar
24,082 views
126

Tahukah anda siapa yang selalu menjaga kita di setiap waktu? Pernahkah anda mendengar lagu,
“Ku akan menjagamu di bangun dan tidurmu, disetiap mimpi dan nyatamu.” Memang lagu dunia
ini agak sedikit menggombal, tapi tidak ada satupun manusia yang dapat menjaga satu dengan
yang lain 24/7 atau 24 jam dalam seminggu. Tapi Yesus, Dia adalah satu-satunya yang sanggup
menjaga kita di kala bangun dan tidur kita, bahkan di kala mimpi dan hidup nyata kita.

Bagaimana kita dapat disebut puas? Yaitu dengan “No Frustrations, No Emotion, No Anger, No
Jealous one each others, then we’ve called Satisfied.”

Keys to be contented are (Kunci untuk dapat dipuaskan adalah):

1. Receive as God wants you to be (Terimalah diri kita seperti apa adanya)

Hal ini dikarenakan orang yang paling kasihan di seluruh dunia adalah orang yang minder atas
diri mereka sendiri. Sebab ada pepatah, “Musuh manusia yang paling besar adalah diri mereka
sendiri.”
*courtesy of PelitaHidup.com
Jika anda ingin melayani Bapa, maka yang harus anda lakukan adalah “Layanilah Bapa dengan
kelebihanmu, layanilah Bapa dengan kekuranganmu, layanilah Bapa dengan kekuranganmu yang
telah diubahkan menjadi kelebihanmu.”

Apa maksudnya? Maksudnya adalah bilamana anda merasa memiliki kekurangan, maka
gunakanlah kekuranganmu dengan hati bersuka melayani Bapa sepenuh hati dan jangan
setengah-setengah. Kemudian bilamana anda memiliki kelebihan, manfaatkan dengan baik untuk
melayani Bapa dengan hati bersuka dan sepenuh hati.

Yang terakhir, bilamana kekurangan yang anda miliki telah anda gunakan, maka percayalah
bahwa kekurangan itu telah diubahkan menjadi kelebihanmu untuk melayani Bapa dengan
sepenuh hati. Jadi janganlah anda kuatir atas sesuatu, sebab Bapa tau apa yang paling anda
butuhkan untuk saat ini. Sebab, “God is a Creative Creator”.

Manusia tidak dapat menyayangi orang lain bila, ia sendiri tidak dapat mengasihi dirinya sendiri.
Sebab ada Firman Tuhan menyebutkan, “Kasihilah sesamamu sama seperti dirimu sendiri.”
2. Thankful and be Grateful to God in our life (Berterima kasih dan
bersyukurlah kepada Tuhan)

Bersyukurlah senantiasa dalam hidupmu atas apa yang menimpa dirimu dan apa yang anda
peroleh tiap hari. Janganlah jenuh-jenihnya untuk bersyukur, sebab Bapa pun tak jenuh-jenuhnya
memberkati kita dan mencurahkan berkat baru setiap harinya, selain daripada pencobaan yang
kita hadapi tiap harinya.

Selain itu anda harus peduli atas sesamamu. Apakah perbedaan peduli dengan mengatur? Bila
peduli itu, kita akan dengan rela menyumbangkan apapun (ide, tenaga, dll) dan bila ditolak tidak
akan marah. Sedangkan mengatur itu, bila kita menyumbangkan apapun (ide, tenaga, dll) dan
ditolak, maka kita marah dan tersinggung. Jadi berlakulah peduli bukan mengatur. Bersyukurlah
sebab Bapa ada didekat kita untuk peduli atas hidup kita.
*courtesy of PelitaHidup.com
Kangen dan kesepian, dua kata yang unik. Perbedaanya bila kangen, maka akan dapat terboati
bila orang yang kita rindukan ada di sekitar kita dan dapat kita temui. Tapi, bila kesepian itu
berarti tidak ada siapa-siapa disekitar kita dan kita membutuhkan sosok untuk menemani kita.
Bersyukurlah sebab Bapa ada di dekat kita setiap waktu untuk manjagai kita.

3. Never make a law (Jangan membuat aturan sendiri)

Janganlah kita sebagai orang Kristen membuat aturan atau hukum sendiri. Seperti, “Bila anda
orang Kristen, Jangan Pernah….”
Kata ‘Jangan Pernah’ itu memberikan artian bahwa itu adalah hukum yang berlaku atas hidup
kita. Tetapi cintailah Hukum Tuhan, dan perbuatlah hati kita untuk mengasihi Bapa, maka segala
hukum-hukumNya akan lebih menyenangkan untuk ditaati dan tidak akan terasa berat untuk
dijalani.

Terima ayat Alkitab melalui Facebook. Ayo gabung dengan lebih dari 54.000 member di
Facebook Page Pelita Hidup. Klik like berikut ini:

Perkatakanlah, “In your present, I’m contented.” (Dalam hadiratMu, saya dipuaskan). Jadilah
terang bagi sesamamu. Baca Mazmur 51: 11-12; 1 Tesalonika 5:18; Yohanes 14:15; Roma 8:13.
Tuhan Yesus berkati.

Hidup Dengan Ucapan Syukur: Memberi Ketenangan Jiwa


 26th May 2012
 Penulis Tamu

 Renungan Pembaca


 68 Komentar

95,199 views
331

Syukur adalah komponen ikhlas yang pertama dan terpenting dalam hidup kita. Namun
demikian, banyak orang yang masih keliru dalam menerapkan rasa syukur. Mereka hanya
sekedar mengucapkan atau mengakui, bukan merasakan perasaan syukur itu; sekedar di bibir,
bukan mencoba memasukkannya ke dalam hati.

Rasa syukur adalah kemampuan kita menikmati apa yang sedang kita alami. Intinya adalah rasa
nikmat di dalam hati. Bersyukur adalah menikmati perasaan syukur itu.

“Aku akan bersyukur kepada-Mu dengan hati jujur, apabila aku belajar hukum-hukum-Mu yang
adil.” Mazmur 119:7
*courtesy of PelitaHidup.com
Mengucap syukur tanpa benar-benar menikmati perasaan syukur itu sama artinya dengan tidak
jujur dengan diri sendiri, karena mengatakan apa yang tdak dirasakan.

Dan ternyata banyak juga orang yang hanya (benar-benar) bersyukur jika yang dperolehnya
adalah hal-hal yang dianggap menyenangkan saja. Mestinya bersyukur itu kan kita lakukan
setiap kali kita menikmati sesuatu (menyenangkan atau tidak) mengingat segala sesuatu itu
datangnya dari Tuhan.

Anda pasti ingat apa yang diungkapkan Paulus supaya hatimu penuh melimpah dengan syukur.

“Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah
teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan
syukur.” Kolose 2:7

Ungkapan itu justru harus hadir bukan pada saat semua berjalan menyenangkan, tetapi pada saat
yang sulit dan pada saat dia mengalami penderitaan. Dengan kata lain, bersyukur itu sama
pengertiannya dengan menerima dan merasakan nikmat pada setiap keadaan yang kita alami.
*courtesy of PelitaHidup.com
Kecenderungan manusia yang sulit untuk mensyukuri dan menikmati apa yang ada di tangannya
karena selalu mengharapkan yang belum dimilikinya.

Terima ayat Alkitab melalui Facebook. Ayo gabung dengan lebih dari 54.000 member di
Facebook Page Pelita Hidup. Klik like berikut ini:
Anda ingat ketika Tuhan Yesus menyembuhkan sepuluh orang yang penyakitan kusta? Dari
sepuluh orang yang sudah mendapatkan dan merasakan kesembuhan, hanya satu orang yang
datang untuk bersyukur (Lukas 17: 11-19).
*courtesy of PelitaHidup.com
Mengapa mereka tidak mau bersyukur dan berterima kasih atas kesembuhan yang telah diterima?
Itu karena yang aktif bekerja adalah pikirannya, bukan hatinya. Akibat dari sulit bersyukur
adalah mengeluh, mengeluh dan mengeluh; sama seperti bangsa Israel yang sedang di padang
gurun, dicatat dalam Perjanjian Lama, yang selalu mengeluh.

Lalu bagaimana cara terbaik untuk kita bersyukur? Cara terbaik untuk bersyukur adalah adalah
dengan mengenali dan menghayati rasa nikmat sekecil apapun dalam dalam menjalani kehidupan
sehari-hari, sambil mengungkapkan dengan kata-kata, (syukur, Timakasih, puji Tuhan dan istilah
apapun itu).

Apapun yang sedang terjadi, baik maupun buruk, hayatilah dan nikmati saja. Pastikan apa yang
terucap dari mulut kita adalah apa yang kita rasakan di dalam hati, inilah arti sebenarnya
kata jujur. Dengan kata lain, bersyukur yang tepat itu kalau kita melakukannya dengan jujur.

Bersyukur itu juga memberi pengaruh kepada ketenangan jiwa. Sebab pada hakikatnya,
bersyukur adalah mengingat Dia yang Maha memberi, dan Dia yang Maha pemurah, Dia yang
Maha pengasih, Maha segalanya. Dan dengan terus mengingat segala kebesaran dan kebaikan
Tuhan itu kita bisa menemukan ketenangan jiwa.

“Kembalilah tenang, hai jiwaku, sebab TUHAN telah berbuat baik kepadamu.” Mazmur 116:7

Trimakasih Tuhan, untuk kasih setiamu


Yang kualami dalam hidupku
Trimakasih Yesus, untuk kebaikanMu
Sepanjang hidupku
Trimakasih Yesusku, Buat anugrah yang Kau b’ri
S’bab hari ini, Tuhan adakan, syukur bagiMu..
Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Ia baik, Bahwasanya Tuk selamanya, kasih setia-Nya
(1 Taw. 16: 34)

7 Senjata Ampuh Untuk Menghadapi Berbagai Masalah


 14th November 2011
 Riva Sinjal

 Doa & Puasa

 104 Komentar

92,472 views
689

courtesy of loonwatch.com

“Sebab itu ambillah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat mengadakan
perlawanan pada hari yang jahat itu dan tetap berdiri, sesudah kamu menyelesaikan
segala sesuatu.” Efesus 6:13

Seorang prajurit tidak akan sembarangan dalam mempersiapkan dirinya untuk bertempur. Dia
akan memperlengkapi dirinya dengan berbagai persenjataan sebelum maju berperang. Mulai dari
pakaian perang (baju zirah), sepatu prajurit, helm prajurit, pedang dan perisai.
*courtesy of PelitaHidup.com
Semua perlengkapan yang digunakan mempunyai tujuan yaitu untuk melindungi dirinya sendiri
dari serangan musuh, memberi kekuatan ekstra dalam menghadapi serangan musuh dan juga
sebagai senjata untuk menghancurkan musuh.

Tanpa perlengkapan perang yang memadai, maka sang prajurit akan dengan mudah dikalahkan
oleh musuh, karena musuh tentunya tidak akan memberi ampun kepadanya dan menyerang
dengan bertubi-tubi.

Saat ini kita tidak lagi bertempur seperti jaman dahulu. Peperangan kita bukanlah melawan
manusia lagi, tetapi perbuatan si jahat/iblis yang senantiasa mengganggu dan ingin
menghancurkan kehidupan kita.

“Karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-
pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini,
melawan roh-roh jahat di udara.” Efesus 6:12
Walau begitu, kita juga memerlukan perlengkapan yang tepat untuk berperang melawan segala
perbuatan dan tipu muslihat si iblis. Berbagai cara akan digunakan si iblis untuk menghancurkan
kehidupan kita, baik itu melalui masalah di dalam hubungan orang tua dan anak, masalah dalam
hubungan rumah tangga, masalah keuangan, masalah dengan atasan, bawahan maupun rekan
sekantor, masalah kesehatan, dan masih banyak lagi masalah yang akan datang dalam kehidupan
kita.
*courtesy of PelitaHidup.com
Si iblis akan berusaha mencuri damai sejahtera kita dan akan menghancurkan kehidupan kita,
sehingga kita akan melepaskan kepercayaan kita dan menyerah kepada keadaan bahkan mencari
jalan keluar melalui cara-cara yang tidak berkenan kepada Tuhan.

Terima ayat Alkitab melalui Facebook. Ayo gabung dengan lebih dari 54.000 member di
Facebook Page Pelita Hidup. Klik like berikut ini:

“Akhirnya, hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-Nya. Kenakanlah
seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis”
Efesus 6:10-11
*courtesy of PelitaHidup.com
Kita harus tetap kuat dalam berbagai keadaan yang kita alami dan berdiri teguh dengan
menggunakan perlengkapan senjata Allah.

Berikut ini beberapa perlengkapan yang dapat kita gunakan untuk melawan musuh:

1. Ikat pinggang kebenaran

Nyatakan kebenaran dalam setiap hal yang kita jalani. Nyatakan ya di atas ya dan tidak di atas
tidak. Jangan mau berkompromi dengan dosa. Miliki integritas dalam diri kita dan berani untuk
menegakkan kebenaran dalam kehidupan yang kita jalani.

2. Baju zirah keadilan

Bersikaplah adil terhadap sesama kita, jangan memandang muka dalam setiap perbuatan kita.
Ingalah bahwa Tuhan tidak pernah memandang muka dan memilih-milih atas kehidupan kita.
Nyatakanlah kasih kepada semua orang.

3. Kasut kerelaan memberitakan Injil damai sejahtera

Jadilah saksi dan teladan dalam kehidupan kita. Beritakanlah kabar baik melalui setiap tingkah
dan laku kita. Sebarkanlah berita damai sejahtera bagi semua orang, sehingga mereka juga
mengenal kasih Kristus.
4. Perisai iman

Jangan takut dan kuatir, gunakan iman kita untuk menangkis semua perasaan dan prasangka
buruk. Perisai iman merupakan perlindungan kita terhadap setiap serangan si iblis. Setiap kali si
iblis mempengaruhi pikiran kita dengan pikiran-pikiran negatif (panah-panah api), tangkislah
dengan perisai iman. Percayalah bahwa Tuhan sanggup melakukan segala perkara. Tolak setiap
pikiran negatif yang muncul dalam pikiran kita.

5. Ketopong keselamatan

Kristus menjadi dasar keselamatan hidup kita. Jangan lepaskan kepercayaan kita kepada Kristus,
biarlah Dia yang menjadi pusat kehidupan kita. Biarlah Kristus yang senantiasa menaungi hidup
kita, sehingga Dia akan melindungi kita di manapun kita berada.

6. Pedang Roh

Firman Tuhan merupakan senjata yang paling ampuh untuk menghancurkan musuh. FirmanNya
sangat tajam bagai pedang bermata dua. Gunakan selalu pedang Roh yang sudah Tuhan sediakan
bagi kita, yaitu Firman Tuhan, untuk melawan si jahat. Jangan lepaskan pedang Roh dari
genggaman hidup kita. Bawa selalu Firman Tuhan, agar kita dapat menghancurkan si jahat kapan
saja.

7. Berdoa dan berjaga-jaga

Doa merupakan nafas kehidupan kita. Doa juga merupakan komunikasi kita kepada Tuhan.
Jangan pernah hidup tanpa berdoa. Jangan pernah melangkah tanpa berdoa. Berdoalah
senantiasa, agar Tuhan senantiasa memberikan tuntunanNya bagi hidup kita. Melalui doa, kita
akan menjadi semakin peka akan suara Tuhan. Dia akan menjagai kehidupan kita.

Bagai prajurit yang dengan yakin maju ke medan pertempuran oleh karena dia telah siap dengan
segala perlengkapannya, maka kita akan dengan yakin maju menghadapi berbagai masalah
kehidupan yang ada, karena kita telah menggunakan perlengkapan senjata Allah.

Dengan senjata-senjata yang telah diberikan bagi kita, maka kita dapat menghancurkan setiap
pekerjaan si jahat yang ingin mengganggu kehidupan kita.

Raihlah kemenangan bersama dengan Yesus. Bersama Yesus kita lakukan perkara besar.
Haleluya!

3 Rahasia Untuk Menjadi Pasangan Yang Harmonis


 29th April 2013
 Riva Sinjal

 Kaum Wanita

 34 Komentar

110,172 views
512

photo courtesy of alohaharmony.com

“Dan akhirnya, hendaklah kamu semua seia sekata, seperasaan, mengasihi saudara-
saudara, penyayang dan rendah hati,

dan janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci maki,
tetapi sebaliknya, hendaklah kamu memberkati, karena untuk itulah kamu dipanggil,
yaitu untuk memperoleh berkat.” 1 Petrus 3:8-9
*courtesy of PelitaHidup.com
Banyak hal yang diidam-idamkan calon pengantin atas apa yang akan terjadi pada pernikahan
mereka suatu saat. Banyak calon pasangan yang merasa yakin bahwa mereka pasti dapat
mengatasi segala masalah yang akan datang menerpa pernikahan mereka. Mereka merasa yakin
bahwa mereka telah mengenal satu sama lain dan bahkan sudah tahu keburukan masing-masing.
Sehingga mereka yakin akan dapat mengatasi masalah apapun yang akan datang menerpa rumah
tangganya.

Tetapi memimpikan pernikahan dan menjalani pernikahan adalah dua hal yang sangat berbeda.
Hidup bersama dengan orang yang mempunyai latar belakang berbeda akan memunculkan
masalah yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Masalah sekecil apapun dapat menjadi
masalah besar. Masalah tersebut dapat muncul dari kebiasaan yang berbeda antar pasangan,
mulai dari cara menyimpan baju, cara menaruh handuk, cara menggosok gigi, cara mendidik
anak, hingga masalah yang lebih rumit lagi seperti masalah keuangan dan lain sebagainya.
Tidak ada yang pernah tahu masalah apa yang akan muncul ketika kita menjalani suatu
pernikahan. Semuanya akan terjadi dengan begitu saja tanpa pernah kita sadari.

Tidak sedikit pernikahan yang gagal karena mereka tidak menemukan jalan keluar atas masalah
yang mereka hadapi. Pada akhirnya mereka menyerah dan memutuskan untuk berpisah, karena
sudah tidak ada lagi kecocokan.

Keputusan untuk berpisah/bercerai tentunya bertentangan dengan Firman Tuhan. Apa yang telah
dipersatukan oleh Tuhan tidak dapat dipisahkan oleh manusia.
*courtesy of PelitaHidup.com
“Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan
Allah, tidak boleh diceraikan manusia.” Matius 19:6

Terima ayat Alkitab melalui Facebook. Ayo gabung dengan lebih dari 54.000 member di
Facebook Page Pelita Hidup. Klik like berikut ini:

Lalu bagaimana caranya agar pernikahan dapat berlanjut hingga ajal memisahkan? Bagaimana
caranya agar masalah-masalah yang timbul dapat diselesaikan dengan baik? Bagaimana agar
pertengkaran dapat dikurangi atau bahkan dihindarkan?
*courtesy of PelitaHidup.com
Firman Tuhan mengajarkan tiga rahasia utama bagi pernikahan agar dapat harmonis dan
bertahan dalam menghadapi berbagai masalah:

1. Isteri tunduk kepada suami


“Demikian juga kamu, hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada di antara
mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh
kelakuan isterinya, jika mereka melihat, bagaimana murni dan salehnya hidup isteri mereka itu.”
1 Petrus 3:1-2

Isteri harus mengerti posisinya dalam pernikahan. Sebagaimana jemaat yang tunduk kepada
Kristus, yang adalah kepala, maka isteri harus tunduk kepada suami yang merupakan kepala
rumah tangga. Posisi ini tidak boleh dibalik, karena tidak mungkin Kristus tunduk kepada
jemaat. Oleh karena itu Firman Tuhan dengan tegas mengatakan agar isteri tunduk kepada
suaminya.
Bagi yang memiliki suami yang takut akan Tuhan, tentunya menerapkan hal ini tidak seberat jika
suaminya belum mengenal Tuhan. Tetapi dalam kondisi apapun sang suami, entah dia bersikap
baik ataupun buruk, isteri harus tetap belajar untuk tunduk kepada suaminya.

Sikap suami yang buruk tidak perlu dilawan dengan emosi, karena hal ini tidak akan
menyelesaikan masalah. Masalah justru akan bertambah runcing jika dihadapi dengan emosi.

Sikap sabar dan lemah-lembut harus dipraktekkan oleh isteri dalam menghadapi sikap suami
yang tidak sesuai dengan Firman Tuhan. Dengan sikap lemah-lembut inilah Roh Tuhan akan
bekerja menjamah hati suami. Tidak ada cara yang paling ampuh selain cara Tuhan dalam
memenangkan hati suami.

Sudah cukup banyak kesaksian yang menyatakan bahwa para suami akhirnya berubah total
setelah melihat isteri mereka bersikap sabar dan lemah lembut dalam menghadapi kekasaran
mereka. Banyak suami yang diubahkan ketika isteri mempraktekkan Firman Tuhan ini.
*courtesy of PelitaHidup.com
.

2. Suami menghormati isteri


“Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum
yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu
kehidupan, supaya doamu jangan terhalang.” 1 Petrus 3:7

Menjadi suami bukan suatu tugas yang mudah. Suami harus dapat menjadi kepala bagi
pernikahan/rumah tangga-nya. Suami harus dapat menjadi pimpinan bagi keluarganya dan
memberi teladan yang baik bagi anggota keluarganya.

Tetapi seringkali tanggung jawab yang besar ini sering membuat suami meremehkan isterinya.
Suami sering beranggapan bahwa pendapatnya-lah yang benar dan tidak pernah mempedulikan
pendapat isterinya. Sikap seperti ini dapat melukai hati sang isteri. Selain itu juga dapat menjadi
pemicu pertengkaran dalam rumah tangga.

Pada waktu Tuhan menciptakan Hawa untuk menjadi pendamping manusia pertama yaitu Adam,
Tuhan mengambil tulang rusuknya Adam. Tuhan menciptakan penolong yang sepadan, bukan
lebih rendah martabatnya.

“TUHAN Allah berfirman: “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan
menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.” ” Kejadian 2:18

Suami harus mengerti bahwa jika Tuhan telah menyatukan mereka dalam suatu pernikahan,
maka Tuhan telah menjadikan mereka satu dan bukan dua lagi. Oleh karena itu suami harus
menghormati isterinya sendiri sebagaimana dia menghormati dirinya sendiri.
Suami harus belajar mendengar dan menghargai pendapat isterinya. Suami yang mau
menghormati isterinya dengan cara demikian akan mendapati bahwa Tuhan berkenan atas rumah
tangga mereka. Tuhan akan memberi keharmonisan bagi pernikahan mereka.

3. Bersehati
“Dan akhirnya, hendaklah kamu semua seia sekata, seperasaan, mengasihi saudara-saudara,
penyayang dan rendah hati,
dan janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci maki, tetapi
sebaliknya, hendaklah kamu memberkati, karena untuk itulah kamu dipanggil, yaitu untuk
memperoleh berkat.” 1 Petrus 3:8-9

Kesehatian adalah kunci utama bagi rumah tangga agar dapat diberkati oleh Tuhan. Saat isteri
sudah tunduk kepada suami dan suaminya menghormati isterinya sebagai pasangannya yang
sepadan, maka mereka harus selalu sepakat dalam keadaan apapun yang mereka hadapi.
*courtesy of PelitaHidup.com
Begitu banyak masalah yang membuat suami dan isteri harus mengambil keputusan. Tidak
jarang pula ada perbedaan pendapat dalam pengambilan keputusan. Apapun yang menjadi
keputusan akhir, suami dan isteri harus sama-sama sepakat di dalamnya. Jika salah satu tidak
mendukung keputusan yang diambil, maka hal itu merupakan awal terjadinya masalah yang
lebih besar lagi.

Dukunglah pasangan masing-masing. Tidak ada ruginya jika salah satu mau mengalah. Justru di
saat ada kesehatian, Tuhan akan memberkati rumah tangga kita. Haleluya!

“Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala
isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan
tubuh. Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri
kepada suami dalam segala sesuatu.

Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah
menyerahkan diri-Nya baginya untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan
memandikannya dengan air dan firman, supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di
hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya
jemaat kudus dan tidak bercela.

Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang
mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri. Sebab tidak pernah orang membenci
tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap
jemaat, karena kita adalah anggota tubuh-Nya.” Efesus 5:22-30
Pujian Bagi Tuhan Bawa Kita Pada Kemenangan
 15th May 2010
 SEM

 Pujian & Penyembahan

 61 Komentar

46,021 views
194

“Ia memberikan nyanyian baru dalam mulutku


untuk memuji Allah kita.
Banyak orang akan melihatnya dan menjadi takut, lalu percaya kepada TUHAN.” Mazmur
40:4

Bacaan Alkitab : 2 Tawarikh 20:19-22


(19) Kemudian orang Lewi dari bani Kehat dan bani Korah bangkit berdiri untuk menyanyikan
puji-pujian bagi TUHAN, Allah Israel, dengan suara yang sangat nyaring.
(20) Keesokan harinya pagi-pagi mereka maju menuju padang gurun Tekoa. Ketika mereka
hendak berangkat, berdirilah Yosafat, dan berkata: “Dengar, hai Yehuda dan penduduk
Yerusalem! Percayalah kepada TUHAN, Allahmu, dan kamu akan tetap teguh! Percayalah
kepada nabi-nabi-Nya, dan kamu akan berhasil!”
(21) Setelah ia berunding dengan rakyat, ia mengangkat orang-orang yang akan menyanyi
nyanyian untuk TUHAN dan memuji TUHAN dalam pakaian kudus yang semarak pada waktu
mereka keluar di muka orang-orang bersenjata, sambil berkata: “Nyanyikanlah nyanyian
syukur bagi TUHAN, bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya!”
(22) Ketika mereka mulai bersorak-sorai dan menyanyikan nyanyian pujian, dibuat Tuhanlah
penghadangan terhadap bani Amon dan Moab, dan orang-orang dari pegunungan Seir, yang
hendak menyerang Yehuda, sehingga mereka terpukul kalah.
Banyak orang tidak mengerti akan arti dari memuji Tuhan. Arti dari pujian kepada Tuhan adalah
suatu penghormatan yang sangat besar yang ditujukan kepada Allah. Dalam bacaan Alkitab di
atas di ceritakan tentang Raja Yosafat dan bangsanya yang sedang menghadapi musuh yang tidak
dapat mereka atasi, musuh bertekad untuk menghancurkan mereka. Pada saat mereka ketakutan
Allah meyakinkan mereka dengan mengatakan melalui nabinya :
*courtesy of PelitaHidup.com
2 Tawarikh 20:15-17 “dan berseru: “Camkanlah, hai seluruh Yehuda dan penduduk Yerusalem
dan tuanku raja Yosafat, beginilah firman TUHAN kepadamu: Janganlah kamu takut dan
terkejut karena laskar yang besar ini, sebab bukan kamu yang akan berperang melainkan Allah.
Besok haruslah kamu turun menyerang mereka. Mereka akan mendaki pendakian Zis, dan kamu
akan mendapati mereka di ujung lembah, di muka padang gurun Yeruel.
Dalam peperangan ini tidak usah kamu bertempur. Hai Yehuda dan Yerusalem, tinggallah
berdiri di tempatmu, dan lihatlah bagaimana TUHAN memberikan kemenangan kepadamu.
Janganlah kamu takut dan terkejut. Majulah besok menghadapi mereka, TUHAN akan
menyertai kamu.”

Saya percaya bahwa pada saat Yosafat mendengar hal itu, semua beban yang teramat berat yang
ditaruh di pundak Yosafat terlepas begitu saja. Seketika hilanglah segala pusing kepala yang
dideritanya beberapa hari terakhir ini karena tidak dapat tidur. Maka dengan segera berlututlah
raja Yosafat dengan mukanya ke tanah. Seluruh Yehuda dan penduduk Yerusalem pun sujud di
hadapan TUHAN dan menyembah kepada-Nya. Serasa air sejuk dari surga yang membasahi
bumi, hilanglah seluruh ketegangan bangsa Yehuda.

Perhatikan betapa orang-orang Yehuda sangat percaya kepada Tuhan, mereka memegang apa
yang Tuhan janjikan kepada mereka. Oleh sebab itu secara spontan orang-orang Lewi dari bani
Kehat dan bani Korah, yang terkenal sebagai penyanyi dan pemusik diantara bangsa itu, bangkit
berdiri untuk menyanyikan puji-pujian bagi TUHAN, Allah Israel, dengan suara yang sangat
nyaring buat kemenangan yang dijanjikan kepada mereka, dan yang pasti kemenangan itu
datang.

Ketika Raja Daud memimpin prosesi membawa tabut perjanjian ke Yerusalem, ia memuji Allah
dengan segenap kekuatannya.

Dikatakan dalam Mazmur 22:4 “Padahal Engkaulah Yang Kudus yang bersemayam di atas puji-
pujian orang Israel.“
*courtesy of PelitaHidup.com
Sungguh pujian Daud sangat berkenan kepada Allah, sehingga Allah hadir di dalam kerajaannya
dan memberinya kemenangan terhadap setiap peperangan melawan musuh-musuhnya. Lewat
pujian Allah membawa Daud kepada kemenangan, dan membuat setiap orang menjadi takut dan
percaya pada Allah.
Terima ayat Alkitab melalui Facebook. Ayo gabung dengan lebih dari 54.000 member di
Facebook Page Pelita Hidup. Klik like berikut ini:

Anda seharusnya memiliki sukacita ketika Anda mengetahui bahwa Allah yang Anda sembah itu
mempunyai janji yang selalu di genapi! Ketika Anda takut dan cemas, Dia katakan dalam Yesaya
41:10, “janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini
Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau
dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan.”
*courtesy of PelitaHidup.com
Ketika Anda dalam peperangan Allah mengatakan dalam Keluaran 14:14, “TUHAN akan
berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja.”

Ketika Anda kuatir akan masa depan, Allah akan menjamin masa depan Anda ketika Anda masuk
dalam rancanganNya, Yeremia 29:11 “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa
yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai
sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang
penuh harapan.”

Ketika Anda menderita sakit, Yeremia 33:6, “Sesungguhnya, Aku akan mendatangkan kepada
mereka kesehatan dan kesembuhan, dan Aku akan menyembuhkan mereka dan akan
menyingkapkan kepada mereka kesejahteraan dan keamanan yang berlimpah-limpah.”

Mari mulai Anda percaya dan fokus terhadap jaminan yang Allah sediakan untuk Anda yaitu
kemenangan. Anda memiliki masalah ataupun tidak, mari mulai memuji Tuhan dengan lagu di
dalam hati Anda, jangan pernah fokus pada keadaan Anda saat ini. Raih kemenangan yang Allah
siapkan setiap hari dengan menghadirkan Allah di dalam hidup kita.

Mazmur 150:6 “Biarlah segala yang bernafas memuji TUHAN ! Haleluya!” (Gbu)

APAPUN YANG ANDA HADAPI, SUSAH ATAUPUN SENANG,


ATAU SEKALIPUN PERANG BELUM DIMENANGKAN,
BUATLAH SAMA SEPERTI BANGSA YEHUDA
YANG SUDAH BEGITU YAKIN AKAN KEMENANGAN
YANG DIJANJIKAN TUHAN UNTUK MEREKA.

RAYAKAN KEMENANGAN ANDA


DENGAN PUJI PUJIAN KEPADA ALLAH
MAKA ANDA AKAN MENGUBAH HASIL AKHIR
DARI PEPERANGAN INI YAITU KEMENANGAN !

Menjadi Isteri Yang Baik Di Dalam Kristus


 28th February 2012
 Riva Sinjal
 Kaum Wanita

 92 Komentar

159,629 views
926

image courtesy of squidoo.com

“Isteri yang cakap siapakah akan mendapatkannya? Ia lebih berharga dari pada
permata.” Amsal 31:10

Tidak hanya suami yang harus bersikap baik di dalam Kristus, tetapi isteri juga memegang
peranan penting dalam keharmonisan rumah tangga.
*courtesy of PelitaHidup.com
Firman Tuhan mengatakan bahwa isteri yang cakap lebih berharga dibandingkan dengan
permata. Permata merupakan logam yang sangat berharga, jauh lebih berharga dibandingkan
dengan emas. Banyak sekali orang di dunia ini yang bangga jika mengenakan permata sebagai
perhiasannya. Seorang isteri yang cakap di dalam Tuhan jauh melebihi permata yang ada di
dunia ini.

Tentunya semua isteri ingin menjadi isteri yang seperti itu. Mari kita lihat beberapa hal di dalam
Firman Tuhan yang dapat membantu kita sebagai isteri untuk dapat menjadi lebih baik lagi di
hadapan Tuhan:
1. Tunduk Kepada Suami

“Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan,


Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami
dalam segala sesuatu.” Efesus 5:22,24

Alkitab tidak mengatakan: hai suami tunduklah kepada isterimu, tetapi justru sebaliknya.
Merupakan suatu kewajiban bahwa isteri harus tunduk kepada suami.

“Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan.”


Kolose 3:18

Jaman boleh berubah dengan meningkatnya status wanita menjadi setara dengan laki-laki di
manapun dia berada. Sehingga wanita boleh menduduki posisi-posisi strategis baik di bidang
bisnis, pekerjaan, pemerintahan dan lainnya.
*courtesy of PelitaHidup.com
Tetapi dalam posisinya di rumah tangga, harus tetap disadari bahwa suami memegang otoritas
pemimpin dan kepala keluarga. Bagaimanapun posisi, status dan keadaan suami, isteri harus
belajar tunduk kepada suaminya.

Terima ayat Alkitab melalui Facebook. Ayo gabung dengan lebih dari 54.000 member di
Facebook Page Pelita Hidup. Klik like berikut ini:

2. Hidup Murni Di Hadapan Tuhan

“Demikian juga kamu, hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada di antara
mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh
kelakuan isterinya, jika mereka melihat, bagaimana murni dan salehnya hidup isteri mereka itu.”
1 Petrus 3:1-2
*courtesy of PelitaHidup.com
Seorang isteri harus belajar untuk menjaga sikap dan tindakan mereka kepada suaminya. Ada
sebagian suami yang memang belum dimenangkan di dalam Kristus. Bahkan mereka melakukan
berbagai kejahatan di mata Tuhan.

Seorang isteri harus belajar bersabar dalam menghadapi hal ini. Dia harus tetap melakukan apa
yang berkenan di hadapan Tuhan dan tetap mengasihi suaminya.
Sebagian besar suami yang bersikap tidak baik seperti ini tidak dapat diubahkan hanya dengan
perkataan saja. Tetapi ketika suami melihat isterinya yang selalu bersikap sabar dan penuh
kelembutan dalam menghadapi mereka, suatu saat sang suami akan luluh hatinya. Suami dapat
dimenangkan hatinya melalui sikap dan tindakan isteri yang sabar dan taat kepada Tuhan.

3. Menjadi Penolong

“TUHAN Allah berfirman: “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan
menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.” Kejadian 2:18

Tuhan menempatkan wanita untuk menjadi penolong bagi laki-laki, bukan sebaliknya. Adalah
suatu kebahagiaan bersama bagi suami dan isteri, jika suami mendapatkan kesuksesan dan
ketenaran dalam pekerjaannya. Isteri sangat memegang peranan penting dalam perjalanan
menuju kesuksesan tersebut.

Setiap doa, dorongan, penyertaan, kesetiaan dan kesabaran yang senantiasa diberikan kepada
suaminya akan menjadi suatu pondasi yang kuat bagi suami untuk dapat meraih kesuksesan.

“…dan isteri hendaklah menghormati suaminya.” Efesus 5:33b


*courtesy of PelitaHidup.com
Untuk itu apapun kondisi suami saat ini, entah sedang dalam keterpurukan ataupun dalam
kejatuhan, biarlah isteri tetap dapat setia untuk mendampingi suaminya. Isteri tidak boleh
mencemooh, menjelekkan atau bahkan meninggalkan suami, jika sedang dalam keadaan yang
buruk.

Isteri harus ingat bahwa dalam keadaan susah maupun senang, dia harus senantiasa menjadi
pendamping dan penolong bagi suaminya.
Biarlah isteri tetap dapat men-support suaminya jika sedang menjalani masalah dan keadaan
yang tidak menyenangkan.

Dengan tetap bergandengan tangan, maka ada kekuatan yang akan menyertai rumah tangga kita
untuk dapat menghadapi masalah yang ada. Sehingga pada akhirnya nanti suami dan isteri dapat
meraih kemenangan secara bersama-sama di hadapan Tuhan. Haleluya!

“Isteri yang cakap adalah mahkota suaminya, tetapi yang membuat malu adalah seperti
penyakit yang membusukkan tulang suaminya.” Amsal 12:4

“Kemolekan adalah bohong dan kecantikan adalah sia-sia, tetapi isteri yang takut akan
TUHAN dipuji-puji.” Amsal 31:30
Memiliki Doa Yang Penuh Kuasa
 24th March 2009
 Riva Sinjal

 Doa & Puasa

 42 Komentar

93,398 views
415

“Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling


mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat
besar kuasanya.” Yakobus 5:16

Sebagai umat Tuhan tentunya kita senantiasa menaikkan doa kepadaNya, entah itu doa untuk
kebutuhan, perlindungan, kelepasan, permohonan, ucapan syukur, syafaat dan lain sebagainya.
Tetapi seringkali terjadi bahwa kita sendiri kurang yakin apakah doa yang dinaikkan itu benar-
benar membawa pengaruh dalam kehidupan kita.

Bahkan ada waktu-waktu tertentu kita malah meminta orang lain yang kita anggap lebih rohani
dari kita, mungkin bapa rohani kita, gembala, ataupun pendeta, untuk berdoa bagi kita. Kita
menganggap bahwa kalau mereka yang berdoa, pasti lebih “ampuh” dibanding kalau kita yang
menaikkan doa tersebut. Sehingga pada akhirnya, pendeta-lah yang dianggap memiliki
“kesaktian” dalam berdoa.
*courtesy of PelitaHidup.com
Tuhan memang memakai sebagian orang yang khusus dipanggil olehNya untuk melayani
umatNya dalam pelayanan pekerjaan Tuhan seperti di gereja. Dan otoritas daripadaNya juga
turun ke atas mereka. Dan bukan suatu kesalahan jika kita meminta dukungan doa dari mereka.
Tetapi dalam hal berdoa, Tuhan tidak membatasi siapa saja yang dapat menaikkan doa yang
memiliki kuasa dan benar-benar membawa pengaruh bagi kehidupan kita. Bahkan orang yang
baru menerima Kristus sebagai Tuhan dan juruselamatnya-pun juga bisa memilki doa yang
mempunyai kuasa.

Kalau begitu, bagaimana dapat memiliki doa yang penuh kuasa, supaya kita tidak lagi
bergantung kepada orang lain untuk berdoa bagi diri kita sendiri?

1. Mengaku Dosa
“Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu” Yak 5:16a

Halangan yang paling utama bagi doa kita adalah dosa. Sebanyak apapun kita berdoa, namun
jika masih ada dosa yang masih diperbuat, maka kita tidak akan memiliki doa yang berkuasa.
*courtesy of PelitaHidup.com
“Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-
Nya tidak kurang tajam untuk mendengar; tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan
Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap
kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu.” Yes 59:1-2

Terima ayat Alkitab melalui Facebook. Ayo gabung dengan lebih dari 54.000 member di
Facebook Page Pelita Hidup. Klik like berikut ini:

Akuilah dosa yang ada, bertobat dan datang pada Yesus. Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan
yang setia. Dia akan menghapuskan setiap dosa kita akui di hadapannya.
*courtesy of PelitaHidup.com
Jangan lakukan lagi dosa yang pernah diperbuat. Minta kekuatan bagi Tuhan supaya dapat hidup
benar di hadapanNya.

2. Saling Mendoakan

“Dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh.” Yak 5:16b

Ada kalanya bahwa ketika kita sendiri sedang dalam kondisi tidak sehat, tetapi Tuhan meminta
kita untuk mendoakan orang sakit. Atau bahkan ketika kita sendiri sedang ada masalah, tetapi
ada orang lain yang meminta untuk didoakan atas segala masalah yang mereka hadapi.

Ketika kita taat mengikuti perintah Tuhan, kita akan melihat pekerjaan Tuhan yang luar biasa.
Kita akan melihat bahwa Tuhan sendiri yang akan membereskan masalah-masalah yang kita
hadapi, ketika kita taat mengikuti perintahNya.

Doakanlah orang-orang yang membutuhkan dukungan doa, maka Tuhan akan memberikan apa
yang kita ingini.

3. Yakin

*courtesy of PelitaHidup.com
“Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.” Yak 5:16c
Keraguan dan kebimbangan identik dengan ketidakpercayaan. Kisah Petrus yang berjalan di atas
air mencerminkan hal ini. Petrus tidak seratus persen percaya bahwa dia bisa berjalan di atas air,
walaupun sempat sesaat berjalan di atas air.

Keraguan muncul dalam dirinya ketika dia melihat keadaan sebenarnya yang dia hadapi. Di saat
keraguan itu muncul, di saat itulah dia mulai tenggelam.

“Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang, sebab orang yang
bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin.”
Yak 1:6

Yakinlah dengan apa yang didoakan, percaya sepenuhnya bahwa doa yang dinaikkan akan
membawa pengaruh kepada kehidupan kita. Jangan bimbang dan jangan ragu.

“Jawab Yesus: “Katamu: jika Engkau dapat? Tidak ada yang mustahil bagi orang yang
percaya!” ” Mar 9:23

Apa Kata Alkitab Tentang Kencan?


 28th October 2013
 Penulis Tamu

 Pemuda & Remaja

 2 Komentar

20,101 views
60
photo courtesy of huffingtonpost.com

Coba ketik kata “kencan” atau “pacaran” dalam alat pencarian Alkitab, apakah ada yang muncul?
Tidak ada. Ketika saya masih lajang , saya berharap ada sebuah kitab dari Alkitab yang
membahas topik ini, atau setidaknya sebuah pasal. Meskipun Alkitab dipenuhi dengan kebenaran
mendasar untuk kehidupan, masih ada beberapa topik yang tidak tersentuh ketika datang untuk
mencari perspektif alkitabiah.

Bahkan saya harus tertawa sendiri setiap kali ada orang yang meminta saya untuk memberikan
perspektif Alkitab tentang kencan. Tidak hanya tidak disebutkan mengenai topik tersebut, tetapi
konsep kencan bahkan tidak ada pada zaman Alkitab . Bahkan saat ini di budaya Timur Tengah,
kencan adalah sebuah konsep yang relatif baru.
*courtesy of PelitaHidup.com
Konsep modern dari “kencan” tampak jauh berbeda 2.000 tahun yang lalu . Proses bertemu
pasangan memiliki sangat sedikit hubungannya dengan kecocokan dan kepribadian, dan
semuanya harus dilakukan melalui garis keturunan keluarga dan status ekonomi. Mencari jodoh
pada jaman Alkitab lebih banyak seperti sistem barter daripada makan malam dan nonton film.
Jika kita benar-benar ingin “kencan Alkitabiah” (seperti jaman dahulu), maka pertemuan malam
minggu di Starbucks mungkin akan perlu menyertakan seluruh keluarga besar, mas kawin,
beberapa ratus keledai, kambing, dan domba. Aku tidak tahu tentang Anda, tapi terdengar cukup
aneh untuk kencan pertama.

Meskipun Alkitab tidak berbicara langsung tentang kencan, tetapi Alkitab cukup banyak
menyinggung mengenai hubungan, interaksi rohani, dan prinsip-prinsip yang dapat diterapkan
bagaimana Anda dapat berkencan saat ini.
1 Korintus 10:31 mengingatkan kita bahwa apapun yang kita lakukan, dapat digunakan sebagai
sarana untuk memuliakan Allah. Alkitab menyatakan dengan jelas bahwa hidup bukan hanya
tentang “melakukan” dan “larangan”, masih banyak lagi tentang melakukan apa yang
menguntungkan, sehat dan benar ( 1 Korintus 10:23 ).

Jadi apa artinya ketika dikaitkan dengan kencan? Bagaimana kencan dapat dilakukan
dengan cara yang sehat dan benar?

1 . Menjadi orang yang sehat : Cara terbaik untuk memiliki hubungan kencan yang sehat
adalah menjadi orang yang sehat. Firman Tuhan mengingatkan kita tentang perlunya bagi kita
untuk membuang dosa-dosa lama dan kebiasaan buruk. Tinggalkan semuanya itu dan jadi baru
setiap hari (Efesus 4:22-24).
Menjadi lebih seperti Kristus membuat kita berinteraksi dengan orang lain dengan
mencerminkan kasih, penyembuhan, dan keutuhan. Ini adalah langkah ke arah yang benar ketika
kita ingin menjalankan kencan dengan baik.
*courtesy of PelitaHidup.com
2 . Berkencan dengan orang yang sehat : Firman Allah mengingatkan kita tentang pentingnya
berhubungan dengan orang-orang yang sejalan dengan kehidupan rohani kita (2 Korintus 6:14 , 1
Korintus 15:33) .
Suatu hal yang nyata tentang hubungan adalah semakin sehat seseorang secara emosional dan
spiritual, semakin sehat hubungan yang akan dibinanya. Terapkan kebenaran ini untuk kencan
dengan orang yang memiliki tingkat yang sama seperti Anda baik secara rohani dan emosional .

Terima ayat Alkitab melalui Facebook. Ayo gabung dengan lebih dari 54.000 member di
Facebook Page Pelita Hidup. Klik like berikut ini:

3 . Kencan sebagai kesempatan untuk mendukung orang lain : Tidak peduli di mana kita
berada atau dengan siapa kita ada, lebih dari segalanya kita dipanggil untuk mencerminkan kasih
Allah, mendorong dan membangkitkan semangat orang-orang di sekitar kita (1 Tesalonika 5:11).
Sangat penting untuk diingat bahwa kencan bukan merupakan sarana untuk membawa orang lain
mengenal Yesus. Tetapi tetap masih ada kesempatan untuk mendukung, mendorong dan
mengangkat mereka dalam setiap hubungan yang kita bina.
Interaksi yang sehat dalam membina hubungan dengan orang lain tentunya akan menghindari
kita dari penyesalan, apapun hasilnya dalam jangka panjang.
*courtesy of PelitaHidup.com
4 . Menjaga batas-batas fisik : Seluruh isi Alkitab mengingatkan kita tentang makna hubungan
fisik dalam konteks komitmen pernikahan (Ibrani 13:4 , Kidung Agung 8:4). Kencan juga berarti
bahwa kita menghormati dan menghargai bagian dari pernikahan di masa depan kita dengan
menetapkan batas-batas fisik dan batas-batas ketika berinteraksi dengan lawan jenis .
5 . Bawa kepada Tuhan : Sangat mudah jika kita menyertakan Tuhan dalam kehidupan rohani
kita, tapi mengapa kita tidak menyertakan Dia dalam hubungan kita juga? Firman Tuhan selalu
menghimbau kita untuk membawa segala kebutuhan kita, keprihatinan , dan keinginan kita
kepada-Nya (Matius 7:7) . Dia peduli pada hal-hal yang menjadi perhatian kita, dan Dia rindu
untuk berhubungan dengan kita dengan cara yang penuh arti . Hubungan kita dapat menjadi
instrumen yang membawa kita lebih dekat dengan Allah, karena kita mencari-Nya kebijaksanaan
, bimbingan, dan penegasan sepanjang jalan hidup kita (Mazmur 34:10).

Jadi di mana pun kita berada dalam dunia kencan, ingatlah bahwa tidak ada hal seperti “Kencan
Kristen”, yang ada hanya orang Kristen yang ingin atau sedang kencan. Sudah waktunya untuk
melepaskan tekanan untuk mencoba kencan secara “alkitabiah” dan sebagai gantinya melihat
keseluruhan interaksi kita dengan orang lain sebagai kesempatan untuk berhubungan dengan
Tuhan, untuk menjadi yang terbaik , dan mencerminkan Dia kepada orang-orang Dia bawa ke
dalam kehidupan kita .

Sumber: crosswalk.com (by Debra K. Fileta)

Tujuan Hidup: Bekerja Memberi Buah


 3rd November 2010
 Riva Sinjal

 Pekerjaan & Bisnis

 148 Komentar

66,068 views
387

“Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu


berarti bagiku bekerja memberi buah.” Filipi 1:22a
Begitu banyak hal yang harus kita hadapi selama kita masih hidup di dunia ini. Masalah tidak
akan pernah habis-habisnya, tetapi akan terus datang. Menjadi pengikut Kristus bukan berarti
bahwa kita akan terlepas dari masalah, tetapi kita akan mendapat kekuatan dari Tuhan untuk
dapat melalui masalah tersebut.

Rasul Paulus sendiri juga menyadari hal tersebut. Dia mengalami begitu banyak masalah dalam
hidupnya. Tidak hanya masalah biasa, tetapi hingga aniaya dan penderitaan yang hampir
merenggut nyawanya.
*courtesy of PelitaHidup.com
“Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.” Filipi 1:21

Rasul Paulus mengerti bahwa jika dia sudah tidak ada di dunia ini lagi, dia tidak akan mendapat
berbagai masalah lagi dan tidak perlu bersusah-payah seperti yang dia alami saat itu. Tetapi dia
tetap menyadari bahwa hidupnya adalah milik Kristus. Dan jika dia masih hidup, dia harus terus
bekerja untuk menghasilkan buah bagi kemuliaan nama Kristus.

Kita banyak melihat anggota keluarga, teman, kenalan dan orang-orang yang sudah dipanggil
Tuhan lebih dahulu. Mereka yang telah percaya kepada Yesus akan menerima upahnya di Sorga.
Mereka telah lebih dahulu menjalankan tugas yang diberikan Tuhan bagi mereka dan tugas
mereka telah selesai.

Lalu bagaimana dengan kita yang masih hidup? Sama seperti yang disampaikan oleh Rasul
Paulus, kita harus menyadari bahwa kita hidup dengan suatu tujuan. Dan kita mempunyai tugas
untuk menghasilkan buah bagi Kerajaan Sorga, baik itu buah pertobatan, buah pelayanan, buah
jiwa-jiwa dan lainnya.

Kita dapat melayani Tuhan di manapun kita berada. Pelayanan bagi jiwa-jiwa tidak hanya di
dalam gereja saja, tetapi juga di luar gereja. Begitu banyak jiwa yang belum terjangkau dan
belum mengenal Kristus. Melalui setiap pribadi kita, Tuhan dapat memakai hidup kita untuk
menjadi saksi Kristus. Orang-orang di sekitar kita akan melihat kehidupan yang kita jalani
sehingga mereka akan mendapat berkat melalui kehidupan kita.
*courtesy of PelitaHidup.com
Mari kita terus bekerja untuk memberi buah bagi Kristus. Tidak ada kata selesai selama kita
masih hidup di dunia ini. Kalaupun saat ini kita masih belum tahu apa yang harus kita lakukan,
lakukan saja kebaikan dan perintah-perintah yang Tuhan Firmankan. Dengan menjalani hidup
sesuai dengan Firman Tuhan, tidak menyimpang ke kiri dan ke kanan, kita telah ikut ambil
bagian untuk memberi buah bagi Kristus.

Terima ayat Alkitab melalui Facebook. Ayo gabung dengan lebih dari 54.000 member di
Facebook Page Pelita Hidup. Klik like berikut ini:
Tidak hanya itu saja, bagi kita yang bekerja di dunia sekuler, biarlah kita bekerja dengan
sungguh-sungguh. Bagi yang berwirausaha, biarlah melakukan usahanya sesuai dengan nilai
kebenaran. Bagi yang sedang studi, biarlah belajar dengan rajin. Bagi yang ada dalam pelayanan
pekerjaan Tuhan, biarlah tetap melayani dengan hati yang murni. Apapun yang kita kerjakan,
biarlah itu kita lakukan dengan sungguh-sungguh seperti kita melakukannya untuk Tuhan.
*courtesy of PelitaHidup.com
Tuhan akan terus menambahkan talenta bagi setiap pribadi yang tekun dan setia menjalani
pekerjaannya dan melakukan perintahNya. Dia akan terus mengangkat hidup kita dan Dia akan
senantiasa memberikan kekuatan bagi hidup kita.

Ada saatnya kita merasa lelah, tetapi jika kita mengalami kelelahan tersebut, biarlah kita datang
kepada Tuhan. Dia akan memberikan kekuatan baru bagi hidup kita. Dan kita tidak akan pernah
berhenti bekerja untuk memberi buah. Haleluya!

“Tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka


seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan
tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah. ” Yesaya 40:31

Memperoleh Kepercayaan Yang Lebih Besar Melalui


Pengembangan Kapasitas Diri
 29th April 2009
 Riva Sinjal

 Berkat

 28 Komentar

43,450 views
235

“Hamba yang menerima lima talenta itu datang dan ia membawa laba
lima talenta, katanya: Tuan, lima talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh
laba lima talenta. Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai
hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan
kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam
kebahagiaan tuanmu. ” Mat 25:20-21

Banyak dari kita yang sudah mengetahui kisah mengenai perumpamaan talenta ini. Ada 3 orang
hamba yang dipercayakan harta oleh tuannya. Hamba pertama diberi 5 talenta, yang kedua diberi
2 talenta dan yang ketiga diberi 1 talenta, sesuai dengan kesanggupan/kemampuan mereka
masing-masing (Mat 25:15). Ketika hamba pertama dan kedua mengelola dan mengembangkan
talenta yang dipercayakan kepada mereka, mereka memperoleh keuntungan darinya. Sehingga
ketika tuannya datang menanyakan hasilnya, mereka bisa mempertanggungjawabkannya dan
mereka memperoleh kepercayaan yang lebih besar.

Tidak demikian dengan hamba yang ketiga, dia tidak mampu mengembangkan talenta yang
dipercayakan kepadanya, walaupun itu dalam jumlah yang kecil. Sehingga ketika tuannya
datang, apa yang dimiliki oleh hamba itu malah diambil darinya.
*courtesy of PelitaHidup.com
Kapasitas atau kemampuan seseorang akan sangat berpengaruh kepada apa yang akan
dipercayakan kepadanya. Sebagai contoh sederhana, tidak mungkin seorang anak SD diberi
kepercayaan untuk mengendarai sebuah mobil. Anak tersebut harus mempunyai umur yang
cukup dan mengikuti ujian mengemudi terlebih dahulu agar bisa dipercaya untuk mengendarai
sebuah mobil. Dan tentunya itu semua membutuhkan proses dan waktu. Hal ini berlaku dalam
setiap aspek kehidupan umat percaya, baik dalam keluarga, studi, pekerjaan, keuangan, karir,
bisnis, pelayanan dan lainnya.

Oleh karena itu, apa yang harus dilakukan agar bisa mengembangkan
kapasitas diri hingga memperoleh kepercayaan yang lebih besar lagi?

1. Bertindak Dengan Iman

“Segera pergilah hamba yang menerima lima talenta itu. Ia menjalankan uang itu lalu beroleh
laba lima talenta. Hamba yang menerima dua talenta itupun berbuat demikian juga dan berlaba
dua talenta.” Mat 25:16-17

Langkah iman sangat diperlukan agar kapasitas diri kita bisa berkembang. Hanya dengan
bertindak maka kita bisa mempelajari sesuatu yang baru. Ketakutan akan kegagalan merupakan
cara iblis untuk menghalangi diri kita untuk menuju kepada keberhasilan. Sama dengan hamba
yang ketiga yang hanya menyembunyikan talentanya dan menganggap tuannya jahat. Pikiran
negatif tidak akan membantu kita untuk dapat mulai bertindak melakukan pekerjaan kita.

Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan (Ibr 11:1), dan tentunya kita
mengharapkan hal yang positif terjadi dalam kehidupan kita. Bertindak dengan iman adalah
melangkah maju dengan pikiran positif, yakin bahwa Tuhan pasti menyertai langkah kita.
Singkirkan segala pikiran negatif, ketakutan, kekuatiran dan segalanya yang menjadi penyebab
kita tidak bisa melangkah.
.

2. Setia Dalam Perkara Kecil

“…engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab
dalam perkara yang besar…” Mat 25:21

Setiap hal yang besar akan datang dari hal yang kecil. Ketika kita setia dalam perkara yang kecil,
yang mungkin tidak berarti di mata manusia, maka kita sedang memperkuat kapasitas diri kita
untuk dapat dipercaya mengemban tugas dan tanggung jawab yang lebih besar lagi.
*courtesy of PelitaHidup.com
Tuhan sudah menyiapkan segala sesuatunya bagi kita. Yang jadi masalah adalah: apakah kita
cukup setia dengan apa yang saat ini Tuhan percayakan kepada kita? Jangan anggap remeh
dengan apa yang kita jalani saat ini. Jangan mengeluh atas apa yang terjadi kepada kita saat ini.
Tetapi bersyukur dan jalanilah apa yang kita punya saat ini. Tuhan akan memberikan hal yang
lebih besar lagi ketika Dia melihat bahwa kita benar-benar setia mengerjakan apa yang kita
miliki saat ini. Segala sesuatu yang kita kerjakan berulang-ulang akan membuat diri kita mahir di
dalamnya. Dan ketika kita mahir dalam perkara kecil, maka di saat itulah kita siap untuk perkara
yang lebih besar lagi.

Terima ayat Alkitab melalui Facebook. Ayo gabung dengan lebih dari 54.000 member di
Facebook Page Pelita Hidup. Klik like berikut ini:

3. Tunggu Waktu Tuhan

“Lama sesudah itu pulanglah tuan hamba-hamba itu lalu mengadakan perhitungan dengan
mereka.” Mat 25:19
*courtesy of PelitaHidup.com
Dari ayat di atas diceritakan tentang kedatangan sang tuan pemilik harta, untuk mengadakan
perhitungan dengan hamba-hambanya. Si tuan datang untuk meminta pertanggungjawaban dari
harta yang dipercayakan kepada hamba-hambanya. Dan upah, yaitu kepercayaan yang lebih
besar lagi, diberikan oleh sang tuan kepada hamba yang mengerjakan tugasnya dengan setia.

“Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya.” Pkh 3:1

Pada waktunya Tuhan akan melihat apakah kita cukup setia melakukan apa yang telah
dipercayakan kepada kita saat ini. Kita tidak pernah tahu kapan waktunya Tuhan. Tetapi ketika
waktu Tuhan terjadi dalam hidup kita, maka Dia akan memberikan kepercayaan yang lebih besar
lagi bagi kita.

Nantikan uluran tangan Tuhan. Jangan menyerah dengan keadaan kita saat ini karena Tuhan
sedang melihat apakah kita cukup sabar menanti waktuNya. Kesabaran akan membuat kapasitas
diri kita meningkat.

“Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang
yang merebut kota.” Ams 16:32

Promosi bukanlah hasil kerja keras kita semata, tetapi datang dari Tuhan. Ketika Dia melihat
bahwa kita cukup dipercaya, maka kita akan diberikan tanggung jawab yang lebih besar lagi.
Tidak akan ada yang dapat menghalangi ketika waktu Tuhan datang bagi kita.

.
*courtesy of PelitaHidup.com
Bertindaklah dengan iman, setia dalam perkara kecil dan tunggu waktunya Tuhan, maka kita
sedang mengembangkan kapasitas diri kita untuk menerima kepercayaan yang lebih besar lagi
dari Tuhan.

“Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar.
Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam
perkara-perkara besar.” Luk 16:10

Bertumbuh & Berbuah Sesuai Dengan Rencana Allah


 21st March 2014
 Riva Sinjal

 Buah Roh

 2 Komentar

60,926 views
201
Bertumbuh & Berbuah Sesuai Dengan Rencana Allah – (photo courtesy of lodiwine dot com)

“Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. Setiap ranting pada-
Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya,
supaya ia lebih banyak berbuah.” Yohanes 15:1-2

Pohon anggur digunakan oleh Tuhan Yesus untuk menggambarkan seperti apa kehidupan kita
dan hubungannya dengan Dia. Agar dapat tumbuh dengan baik, pohon anggur membutuhkan
kondisi iklim dan tanah yang khusus. Pohon anggur juga membutuhkan perawatan yang seksama
agar dapat memberikan buah yang memiliki kualitas terbaik.
*courtesy of PelitaHidup.com
Itulah sebabnya Tuhan menggambarkan kehidupan kita seperti pohon anggur. Kehidupan kita
memerlukan kondisi yang dapat mendukung pertumbuhan rohani kita, agar dapat bertumbuh
sesuai dengan rencana Allah.

Hidup kita juga membutuhkan perawatan agar dapat menghasilkan buah-buah rohani yang
berkualitas, sehingga buah-buah tersebut dapat dinikmati oleh orang banyak.

Melalui kitab Yohanes pasal 15 ini, ada dua hal yang bisa kita ambil sebagai pedoman, agar kita
dapat bertumbuh sesuai dengan rencana Allah.

1. Rela Dibersihkan

“Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah,
dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah.” Yohanes 15:2
Setiap pohon anggur yang bertumbuh, akan selalu dibersihkan oleh pemiliknya. Daun dan
ranting yang kering dipotong, agar tidak mengganggu pertumbuhannya. Ranting yang berbuah
dibersihkan daun-daun yang tidak perlu, sehingga buah yang dihasilkan dapat bertumbuh dengan
baik.

Begitu pula dengan kehidupan kita, ada hal-hal yang dapat mengganggu pertumbuhan rohani
kita. Bahkan akan menghalangi kita untuk dapat menghasilkan buah yang baik.
*courtesy of PelitaHidup.com
Melalui kejadian demi kejadian, Tuhan akan membersihkan kehidupan kita. Hal-hal yang tidak
berkenan dengan Firman Tuhan harus dihilangkan dari pertumbuhan kehidupan rohani kita.
Dengan demikian kita akan menghasilkan buah-buah roh, yang dapat dinikmati oleh orang
banyak.

Terima ayat Alkitab melalui Facebook. Ayo gabung dengan lebih dari 54.000 member di
Facebook Page Pelita Hidup. Klik like berikut ini:

Untuk itu kita harus memiliki hati yang rela untuk dibersihkan oleh Tuhan. Janganlah kita
mengeraskan hati kita ketika berada dalam proses pembersihan. Masalah demi masalah yang kita
hadapi merupakan cara bagi Tuhan untuk membersihkan kehidupan kita. Mari kita belajar untuk
mengetahui, melalui suatu masalah, bagian mana dari kehidupan kita yang sedang Tuhan
bersihkan.
*courtesy of PelitaHidup.com
Relakan hidup kita untuk dibersihkan oleh Tuhan, agar kita dapat menghasilkan buah roh yang
Tuhan kehendaki.

2. Tetap Dekat Dengan Tuhan

“Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah
dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak
berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku.” Yohanes 15:4

Ranting-ranting yang menempel pada pokok anggur akan terus mendapat nutrisi yang
dibutuhkannya. Nutrisi tersebut yang akan menghidupi ranting-ranting yang masih melekat pada
pokok anggur. Sampai kepada proses pertumbuhan buah, nutrisi akan terus dibutuhkan agar buah
dapat bertumbuh dengan baik.

Ranting-ranting yang sudah terlepas dari pokok anggur tentunya tidak akan mendapat asupan
nutrisi lagi. Ranting itu akan menjadi kering dan tidak akan mengeluarkan buah lagi. Ranting
yang kering hanya akan dilempar ke dalam api dan dibakar.
Kita perlu tetap melekat kepada Tuhan. Hanya dekat Dia saja kita dapat tetap bertumbuh dan
mendapat asupan rohani yang baik. Dan tentunya kita akan menghasilkan buah roh dalam
kehidupan kita.

Membaca, merenungkan Firman Tuhan dan berdoa setiap hari akan membuat kita tetap melekat
kepada Tuhan. Firman Tuhan akan menerangi kehidupan kita dan memberi kekuatan agar kita
dapat terus bertumbuh di dalam kebenaran.

Jika karena kesibukan aktivitas dan pekerjaan kita sehingga kita mulai mengabaikan untuk
membaca Firman Tuhan dan mulai menunda-nunda untuk berdoa, maka sudah dapat dipastikan
bahwa kita mulai menjauh dari Tuhan. Hati-hati dengan keadaan seperti ini, karena kita tidak
akan mendapatkan nutrisi rohani yang kita butuhkan. Keadaan ini akan membuat kita mati secara
rohani dan tidak akan menghasilkan buah roh yang Tuhan kehendaki.

“Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu.” Yakobus 4:8


*courtesy of PelitaHidup.com
Walaupun keadaan tidak mendukung dan kondisi kita melemah, tetaplah mendekat kepada
Tuhan, Dia akan menolong kita dan memberi kita kekuatan. Bahkan Dia akan mengangkat kita
dan memberikan kemenangan demi kemenangan dalam berbagai masalah dan pencobaan. Dia
akan membuat hidup kita bersinar terang dan memancarkan kebenaran bagi setiap orang di
sekitar kita. Kita akan menghasilkan buah-buah roh untuk dapat dinikmati oleh orang banyak.
Haleluya!

“TUHAN adalah kekuatanku dan perisaiku; kepada-Nya hatiku percaya. Aku tertolong sebab itu
beria-ria hatiku, dan dengan nyanyianku aku bersyukur kepada-Nya.
TUHAN adalah kekuatan umat-Nya dan benteng keselamatan bagi orang yang diurapi-Nya!”
Mazmur 28:7-8

“TUHAN itu kekuatanku dan mazmurku; Ia telah menjadi keselamatanku.


Suara sorak-sorai dan kemenangan di kemah orang-orang benar: “Tangan kanan TUHAN
melakukan keperkasaan,
tangan kanan TUHAN berkuasa meninggikan, tangan kanan TUHAN melakukan keperkasaan!”
Aku tidak akan mati, tetapi hidup, dan aku akan menceritakan perbuatan-perbuatan TUHAN.”
Mazmur 118:14

Kerendahan Hati: Belajar Melepaskan Hak


 7th March 2012
 Riva Sinjal

 Buah Roh

 204 Komentar
127,758 views
707

courtesy of emergingsoul.com

“Orang yang rendah hati akan makan dan kenyang, orang yang mencari TUHAN akan
memuji-muji Dia; biarlah hatimu hidup untuk selamanya!” Mazmur 22:27

Daud memiliki hati yang luar biasa. Dia dikenal sebagai orang yang berkenan di hadapan Allah.
Hanya dua tokoh di Alkitab yang disebut sebagai yang berkenan di hadapan Allah Bapa, yaitu
Daud dan Tuhan Yesus sendiri.
*courtesy of PelitaHidup.com
Berbagai masalah dilalui oleh Daud dengan penuh penderitaan tetapi juga selalu penuh dengan
kemenangan. Kuncinya ada di kerendahan hati yang Daud miliki. Kerendahan hati membuat
Tuhan berkenan kepada kita. Dia melihat orang-orang yang rendah hati dan mencurahkan
berkatNya bagi mereka.

Ada beberapa kejadian yang menimpa Daud, dimana dia menunjukkan kerendahan hatinya
dalam masalah yang dia hadapi. Mari kita lihat kisahnya.

“Lalu datanglah seseorang mengabarkan kepada Daud, katanya: “Hati orang Israel telah
condong kepada Absalom.”

Kemudian berbicaralah Daud kepada semua pegawainya yang ada bersama-sama dengan dia
di Yerusalem: “Bersiaplah, marilah kita melarikan diri, sebab jangan-jangan kita tidak akan
luput dari pada Absalom. Pergilah dengan segera, supaya ia jangan dapat lekas menyusul kita,
dan mendatangkan celaka atas kita dan memukul kota ini dengan mata pedang!” ” 2 Samuel
15:13-14
Absalom melakukan kudeta kepada Daud yang pada saat itu duduk sebagai raja. Sebagai raja,
Daud tidak menggunakan kekuasaannya, kekuatannya, massa-nya dan semua sumber daya yang
dia miliki untuk melawan, mengalahkan dan menangkap Absalom. Daud bisa saja menang jika
dia menggunakan seluruh kekuatan yang dia miliki saat itu. Tetapi Daud justru menyingkir dan
“mengalah” dari Absalom.
*courtesy of PelitaHidup.com
Melihat rajanya menyingkir dari kota, para imam Lewi juga turut serta pergi dengan Raja Daud
sambil membawa tabut Allah. Tetapi Daud justru menyuruh mereka untuk kembali ke kota.

Terima ayat Alkitab melalui Facebook. Ayo gabung dengan lebih dari 54.000 member di
Facebook Page Pelita Hidup. Klik like berikut ini:

“Lalu berkatalah raja kepada Zadok: “Bawalah tabut Allah itu kembali ke kota; jika aku
mendapat kasih karunia di mata TUHAN, maka Ia akan mengizinkan aku kembali, sehingga aku
akan melihatnya lagi, juga tempat kediamannya.
*courtesy of PelitaHidup.com
Tetapi jika Ia berfirman, begini: Aku tidak berkenan kepadamu, maka aku bersedia, biarlah
dilakukan-Nya kepadaku apa yang baik di mata-Nya.” ” 2 Samuel 15:25-26

Daud tidak memaksakan kehendaknya sendiri agar apa yang dia miliki dapat tetap terus berada
di dekatnya. Daud tidak merasa bahwa dia memiliki hak untuk membawa tabut Allah ikut beserta
dengan dia.

Daud menyadari bahwa segala yang terjadi adalah dengan seijin Tuhan. Hingga dia sanggup
berkata bahwa jika Tuhan mengijinkan dia kembali, maka dia pasti akan kembali dan melihat
tabut Allah kembali. Bahkan dia juga sanggup berkata bahwa jika Tuhan tidak mengijinkan dia
kembali, maka itulah yang terbaik Tuhan berikan baginya.

Sungguh luar biasa sikap yang ditunjukkan oleh Daud. Seberapa banyak dari kita yang selalu
ingin memaksakan kehendak kita begitu kita tidak memperoleh apa yang kita inginkan. Apalagi
jika hal itu sudah lama kita impi-impikan dan kita rindukan. Sebagian dari kita pasti tidak mau
melepaskan apa yang seharusnya menjadi hak kita. Tetapi Daud mengajarkan kita untuk
melepaskan apa yang sebenarnya menjadi hak kita.

Memang tidak mudah untuk melepaskan apa yang seharusnya menjadi hak kita, apa yang
seharusnya kita peroleh dan apa yang seharusnya kita raih. Tetapi ada saat-saat tertentu yang
memang Tuhan ijinkan agar kita dapat belajar bahwa kerendahan hati jauh lebih penting dari
segala apa yang kita inginkan di dunia ini.

Mari kita lihat satu kejadian lagi tidak lama setelah apa yang Daud alami di atas.

“Ketika raja Daud telah sampai ke Bahurim, keluarlah dari sana seorang dari kaum keluarga
Saul; ia bernama Simei bin Gera. Sambil mendekati raja, ia terus-menerus mengutuk.
Daud dan semua pegawai raja Daud dilemparinya dengan batu, walaupun segenap tentara dan
semua pahlawan berjalan di kiri kanannya.” 2 Samuel 16:5-6
*courtesy of PelitaHidup.com
“Lalu berkatalah Abisai, anak Zeruya, kepada raja: “Mengapa anjing mati ini mengutuki
tuanku raja? Izinkanlah aku menyeberang dan memenggal kepalanya.”

Tetapi kata raja: “Apakah urusanku dengan kamu, hai anak-anak Zeruya? Biarlah ia mengutuk!
Sebab apabila TUHAN berfirman kepadanya: Kutukilah Daud, siapakah yang akan bertanya:
mengapa engkau berbuat demikian?”

Pula kata Daud kepada Abisai dan kepada semua pegawainya: “Sedangkan anak kandungku
ingin mencabut nyawaku, terlebih lagi sekarang orang Benyamin ini! Biarkanlah dia dan
biarlah ia mengutuk, sebab TUHAN yang telah berfirman kepadanya demikian.

Mungkin TUHAN akan memperhatikan kesengsaraanku ini dan TUHAN membalas yang baik
kepadaku sebagai ganti kutuk orang itu pada hari ini.” ” 2 Samuel 16:9-12

Mengagumkan sekali sikap yang ditunjukkan oleh Daud pada saat ada orang yang mengutuki
dan melempari dia dengan batu. Jika hal ini terjadi pada jaman sekarang dimana ada orang yang
menghina secara langsung pemimpin negara dan melemparinya dengan benda-benda keras, kita
tentu sudah dapat membayangkan apa yang akan terjadi dengan orang tersebut.

Tetapi sekali lagi Daud menunjukkan bahwa dia tidak menggunakan kekuasaannya, posisinya
dan haknya sebagai raja untuk menangkap, menghukum atau bahkan menghabisi nyawa orang
tersebut.

Daud mengerti bahwa tidak ada segala sesuatu yang terjadi tanpa kendali dari Tuhan. Semua
yang terjadi adalah seijin Tuhan.

Mari kita belajar dari kerendahan hati yang dimiliki oleh Daud. Tidak seharusnya kita
mengeraskan hati kita jika ada hal yang terjadi di luar kehendak kita. Belajarlah untuk mengucap
syukur untuk keadaan apapun yang terjadi dalam hidup kita. Ketahuilah bahwa ketika kita
tertindas dan kita merespon dengan segala kerendahan hati, maka Tuhan akan melihat
keberadaan kita.
*courtesy of PelitaHidup.com
“Sebab beginilah firman Yang Mahatinggi dan Yang Mahamulia, yang bersemayam untuk
selamanya dan Yang Mahakudus nama-Nya: “Aku bersemayam di tempat tinggi dan di tempat
kudus tetapi juga bersama-sama orang yang remuk dan rendah hati, untuk menghidupkan
semangat orang-orang yang rendah hati dan untuk menghidupkan hati orang-orang yang
remuk.” Yesaya 57:15

Jagalah hati kita untuk tidak cepat bereaksi ketika menghadapi hal-hal yang tidak kita inginkan.
Mintalah kekuatan dari Tuhan dan damai sejahteraNya agar tetap melingkupi hidup kita. Dia
yang adalah sumber dari segala yang ada di dunia ini akan memberikan kita kedamaian dan
kekuatan untuk menghadapi hal-hal yang jauh di luar kekuatan kita. Just let it go, surrender to
God. Haleluya!

.
“Tetapi orang-orang yang rendah hati akan mewarisi negeri dan bergembira karena
kesejahteraan yang berlimpah-limpah.” Mazmur 37:11

Hidup Oleh Roh Mengalahkan Keinginan Daging


 7th September 2010
 Riva Sinjal

 Buah Roh

 134 Komentar

74,476 views
441

“Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah


menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.
Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh” Galatia 5:24-25

Tuhan senantiasa mengijinkan proses demi proses terjadi dalam hidup kita agar karakter kita
dapat semakin disempurnakan hingga seperti Yesus.

Tapi dalam proses demi proses yang dijalani, keinginan daging senantiasa timbul dalam hidup
kita. Sehingga pada akhirnya banyak umat Tuhan yang merasa putus asa, kenapa keinginan
daging selalu mendominasi hidup mereka. Mereka menjadi bertanya-tanya, mengapa susah untuk
melakukan perintah Tuhan.
*courtesy of PelitaHidup.com
“Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu,
penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri
sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya.

Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu–seperti yang telah kubuat dahulu–bahwa


barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan
Allah.” Galatia 5:19-21

Keinginan daging selalu bertentangan dengan keinginan Roh, demikian juga sebaliknya. Firman
Tuhan menyatakan bahwa siapapun yang hidupnya masih dikuasai oleh keinginan daging tidak
akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. Mungkin kita bertanya-tanya, mengapa amarah, iri
hati atau perselisihan bisa membuat kita tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Allah?
Bukankah Yesus sendiri juga pernah marah ketika Bait Suci digunakan untuk tempat berjualan?

“Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam,
sebelum padam amarahmu.” Efesus 4:26

Tuhan tidak melarang kita untuk marah, tetapi biarlah amarah yang keluar tidak membawa kita
kepada dosa. Maksudnya adalah jika kita membiarkan amarah kita berlarut-larut hingga menjadi
dendam berhari-hari, berminggu-minggu bahkan bertahun-tahun, maka kita telah berdosa di
hadapan Tuhan. Jangan biarkan amarah kita terlalu lama, segera bereskan secepat mungkin agar
kita tidak jatuh ke dalam dosa.
*courtesy of PelitaHidup.com
Sebelum kita mengenal Yesus, keinginan daging telah begitu menguasai hidup kita. Bahkan
keinginan daging telah menjadi suatu hal yang biasa dalam hidup kita. Oleh karena itu ketika kita
mengenal Yesus, walau hati kita sudah percaya kepadaNya, tidak mudah untuk menghilangkan
kebiasaan lama. Kita harus selalu berusaha agar keinginan daging tidak menguasai hidup kita.

Terima ayat Alkitab melalui Facebook. Ayo gabung dengan lebih dari 54.000 member di
Facebook Page Pelita Hidup. Klik like berikut ini:

Bagaimana agar keinginan daging tidak lagi menguasai hidup kita? Kuncinya adalah dengan
hidup oleh Roh.
*courtesy of PelitaHidup.com
“Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging.”
Galatia 5:16

“Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan,
kesetiaan,
kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.” Galatia 5:22-
23
Buah Roh hanya keluar ketika kita hidup di dalam Firman Tuhan, menjaga kehidupan doa, dan
senantiasa melakukan apa yang menjadi perintahNya. Ketika kita hidup di luar Tuhan, maka kita
tidak dapat hidup berbuah.

“Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah
dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak
berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku.” Yohanes 15:4

Hanya hidup yang memiliki buah Roh-lah yang dapat mengalahkan segala keinginan daging
yang timbul. Rasa amarah akan dikalahkan oleh kesabaran. Segala percabulan, kecemaran dan
hawa nafsu akan dikalahkan oleh penguasaan diri. Kejahatan, perselisihan, iri hati, percideraan
dan lainnya akan dikalahkan oleh kebaikan.

Hiduplah di dalam Tuhan, hiduplah oleh Roh, sehingga karakter kita akan menjadi semakin
sempurna seperti Yesus.

“Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.”
Matius 5:48
*courtesy of PelitaHidup.com
Doa:

Tuhan ampuni kami jika selama ini kami masih mengikuti segala keinginan daging yang timbul.
Mampukan kami agar kami dapat hidup oleh Roh. Bimbing kami dengan FirmanMu agar kami
dapat mengalahkan segala keinginan daging yang timbul. Biarlah hidup kami semakin berkenan
di hadapanMu dan mengeluarkan buah banyak bagi kemuliaan nama Tuhan.

Langkah iman:

 Tinggalkan segala kebiasaan lama yang selalu mengikuti keinginan daging.


 Tolak segala pikiran maupun keinginan daging yang timbul.

 Lakukan Firman Tuhan, praktekkan kasih, sukacita, penguasaan diri dan buah Roh lainnya.

Warisan Yang Tak Ternilai


 25th December 2010
 Riva Sinjal

 Keluarga & Rumah Tangga

 27 Komentar

31,523 views
107
“Dengarlah, hai orang Israel: Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu esa!
Kasihilah Tuhan Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan
segenap kekuatanmu. Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau
perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan
membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam
perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.” Ulangan 6:4-7

Cara kita hidup dan cara kita mempengaruhi keluarga kitalah yang menjadi hal yang penting
bagi orang yang hidup di dalam Tuhan. Bila cara kita hidup hanya berpusat pada diri sendiri dan
melayani diri sendiri, maka mungkin kita hanya mewarisi hal-hal yang bersifat materi saja bagi
keluarga maupun keturunan kita. Tetapi jika cara hidup kita berpusat pada orang lain dan untuk
menolong kebutuhan orang lain, maka kita akan mewarisi suatu peninggalan yang akan lebih
bersifat tak ternilai dan abadi.

Peninggalan terbesar yang bisa kita warisi adalah hidup yang berpusat pada Allah.

Dalam Perjanjian Lama, Allah memberikan perintah kepada bangsa Israel:

1. KASIHILAH TUHAN ALLAHMU

“Dengarlah, hai orang Israel: Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu esa! Kasihilah Tuhan Allahmu,
dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.
Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan” Ul 6:4-6

Dengar firmanNya, perhatikan apa yang menjadi ketetapanNya. Kalau kita benar-benar
mengasihi Tuhan, maka kita akan melakukan segenap perintahNya.

Dengan melakukan segenap firmanNya, maka diri kita akan memberikan teladan bagi
keluarga maupun keturunan kita. Semua itu harus dimulai dari diri sendiri.

2. AJARKAN BERULANG-ULANG

“haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan


membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam
perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.” Ul 6:7
Iman timbul dari pendengaran, pendengaran akan Firman Tuhan (Rm 10:17).

Anggota keluarga kita tidak akan mengerti ataupun tidak akan tahu mengenai firmanNya
jika kita tidak pernah membicarakan dan mengajarkannya.

Ajarkan firmanNya berulang-ulang, kapan dan di mana saja kita berada. Setiap firman yang
ditabur tidak akan jatuh dengan sia-sia (Yes 55:11).

Tuhan tidak hanya memerintahkan bangsa Israel untuk melakukan firmanNya pada jaman itu.
Tetapi akhir-akhir ini Tuhan juga menginginkan anak-anakNya untuk melakukan hal yang sama,
yaitu mengasihi Dia dengan segenap hati dan mengajarkannya pada keluarga maupun
keturunan kita untuk melakukan hal yang sama.

Hal ini merupakan warisan yang tak ternilai harganya, yang abadi dari generasi ke generasi dan
menyenangkan Allah hingga ke dalam kekekalan.

Lakukan firmanNya, praktekkan dalam hidup kita masing-masing. Ajarkan firman Tuhan kepada
anggota keluarga kita berulang-ulang, kapan dan di mana saja kita berada.

Meraih Upah Melalui Ujian Iman


 19th May 2014
 Riva Sinjal

 Iman

 3 Komentar

41,514 views
158
Meraih Upah Melalui Ujian Iman – photo courtesy of laughing-listening-learning.blogspot.com

“Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam


berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu
menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang,
supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun.” Yakobus
1:2-4

Menjalani kehidupan sebagai pengikut Kristus bukanlah merupakan jalan yang mulus tanpa
kendala. Setiap umatNya pasti akan mengalami keadaan dimana imannya akan diuji.
*courtesy of PelitaHidup.com
Melalui ujian terhadap iman kita inilah akan membawa kita kepada kesempurnaan iman,
sehingga kita akan semakin menyerupai Yesus di dalam setiap langkah kehidupan kita.

Tidak jarang sebagian dari umat Tuhan tidak sabar dalam menghadapi ujian ini. Mereka merasa
putus asa dan tidak mau tetap berpegang teguh pada imannya.

Padahal Tuhan tidak akan memberikan pencobaan melebihi dari kekuatan yang kita miliki.
Setiap pencobaan yang ada pasti ada jalan keluarnya. Dan ketika kita mau tetap berharap kepada
Yesus, disana ada jalan keluarnya.

Dalam Alkitab ada beberapa tokoh yang mengalami pencobaan-pencobaan yang menguji iman
mereka. Mari kita lihat mengapa mereka dapat tahan uji dan menerima kemenangan dari Tuhan.
1. Abraham

Tuhan memberikan seorang anak perjanjian kepada Abraham, yaitu Ishak, melalui istrinya Sara
yang kandungannya telah tertutup oleh karena lanjut usia. Tentunya anak ini merupakan
kebanggaan dan pengharapan bagi Abraham untuk dapat meraih janji Tuhan yang akan
menjadikan dia sebagai bapa segala bangsa. Abraham menerima janji Tuhan yang akan membuat
keturunannya seperti debu tanah banyaknya.

Tetapi Tuhan justru meminta Abraham untuk mempersembahkan anaknya dan menjadikannya
sebagai korban bakaran. Sebagai manusia, hal ini merupakan pukulan yang sangat berat karena
Ishak merupakan pengharapannya untuk dapat meraih janji-janji Tuhan. Bagaimana mungkin dia
dapat memiliki keturunan yang banyak jika anak yang merupakan anak perjanjian harua
dikorbankan?
*courtesy of PelitaHidup.com
Disini Abraham menunjukkan kesetiaan imannya kepada Tuhan. Dan dengan iman dia
melakukan apa yang diperintahkannya kepada dia.

Terima ayat Alkitab melalui Facebook. Ayo gabung dengan lebih dari 54.000 member di
Facebook Page Pelita Hidup. Klik like berikut ini:

Tepat pada saat dimana dia akan menghujamkan pisaunya, Tuhan menghentikannya. Tuhan
melihat bahwa Abraham tidak ragu-ragu mengikuti perintah Tuhan. Lalu Tuham menyediakan
domba jantan sebagai ganti korban untuk dipersembahkan.
*courtesy of PelitaHidup.com
Abrahampun diberkati secara berlimpah-limpah dan Tuhan menggenapi FirmanNya dengan
membuat keturunannya menjadi banyak seperti banyaknya debu tanah. Dan kita dapat mengenal
Abraham sebagai bapa orang beriman.

2. Yusuf

Yusuf mendapatkan mimpi bahwa semua saudara-saudaranya dan orangtuanya datang untuk
sujud menyembah dia. Bukannya melihat mimpi itu menjadi kenyataan, tetapi Yusuf malah
dibenci oleh saudara-saudaranya. Bahkan mereka berniat untuk membunuh Yusuf. Mereka
menjebloskan Yusuf ke dalam sumur kering dan tidak lama setelah itu mereka menjualnya
kepada orang Midian yang kemudian dijual lagi kepada Potifar.

Dalam keadaannya seperti itu, Yusuf tetap melakukan apa yang menjadi pekerjaannya. Tuhanpun
menyertai Yusuf dan menjadikan segala yang dikerjakannya berhasil.

Seakan tidak pernah berhenti, Yusuf kembali mengalami pencobaan. Dia dirayu oleh istrinya
Potifar. Tetapi Yusuf tetap tidak mau tergoda dan justru mendapatkan fitnah. Ia dijebloskan ke
dalam penjara karena dituduh menggoda istri Potifar.
Sekali lagi Tuhan tetap menyertai Yusuf di dalam penjara dan membuat dia menjadi kesayangan
bagi kepala penjara. Berbagai kejadian dialami oleh Yusuf sampai kepada kisah dimana dia
mendapat kesempatan untuk menjelaskan arti dari mimpi Firaun.

Yusufpun mendapat perkenanan di hati Firaun dan kemudian Firaun mengangkatnya sebagai
penguasa di tanah Mesir.

Disini kita dapat melihat bahwa dalam segala kejadian yang dialami oleh Yusuf, tidak sekalipun
Yusuf meninggalkan Tuhan. Oleh sebab itu Tuhan menyertai Yusuf dan membuat segala yang
dikerjankannya menjadi berhasil.

Tidak hanya itu, pada masa-masa kelaparan, saudara-saudaranya-pun datang ke Mesir untuk
membeli makanan. Dan pada akhirnya kita semua mengetahui bahwa mimpi yang pernah
didapatkannya lebih dari 20 tahun sebelumnya menjadi kenyataan. Iman telah membawa Yusuf
mendapatkan apa yang dimimpikannya.
*courtesy of PelitaHidup.com
.

Masih banyak kisah-kisah di Alkitab yang dapat memperlihatkan kepada kita bahwa Tuhan ingin
agar umatNya tetap setia di dalam iman walau apapun yang terjadi.

Apa yang kita alami dalam kehidupan ini memang tidaklah mudah. Mungkin sulit bagi kita
untuk memahami apa yang Tuhan rencanakan bagi hidup kita. Mungkin ada hal yang harus kita
korbankan seperti Abraham yang harus mengorbankan anaknya. Mungkin ada hal-hal yang harus
kita alami seperti Yusuf yang dikhianati oleh saudara-saudara kandungnya, difitnah dan
dimasukkan ke penjara dan masih banyak lagi. Tetapi satu hal yang Tuhan inginkan untuk tetap
kita lakukan, yaitu tetap melangkah dengan iman.

Jangan pernah lepaskan iman kita kepada Yesus. Jangan pernah menyerah kepada keadaan yang
kita alami. Tetap jalani langkah demi langkah dalam hidup kita sambil menjaga iman kita kepada
Yesus. Tuhan telah menyediakan sesuatu yang besar bagi kita. Dan Dia pasti akan menggenapi
segala Firman yang telah Dia janjikan bagi kita. Haleluya!

Kembali Kepada Kasih Yang Semula


 13th June 2011
 Riva Sinjal

 Buah Roh

 67 Komentar

65,849 views
409

“Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih


payahmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-
orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang
sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta.

Dan engkau tetap sabar dan menderita oleh karena nama-Ku; dan engkau tidak mengenal lelah.

Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang
semula.
*courtesy of PelitaHidup.com
Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa
yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan
mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat.” Wahyu 2:2-5

Menjadi pengikut Kristus tentunya merupakan suatu kebanggaan bagi kita semua. Kita dapat
melayani Dia dalam kehidupan kita. Tidak hanya pelayanan di gereja saja, tetapi dalam keluarga,
pekerjaan dan di lingkungan kita, kita dapat tetap melayani Tuhan. Ketika kita mengasihi
keluarga kita, kita juga ikut melayani Tuhan. Ketika kita bekerja dengan sungguh-sungguh, maka
kita juga ikut melayani Tuhan. Ketika kita bersosialisasi dan membantu sesama kita di
lingkungan, maka kita juga ikut melayani Tuhan di sana.

Setiap tindakan dan perilaku kita yang mencerminkan kasih Kristus akan menjadi berkat bagi
orang-orang di sekeliling kita. Ketika teman kita berada dalam masalah, kita memberikan
penghiburan, dorongan dan kata-kata motivasi sehingga dia dapat bangkit kembali dari
keterpurukan. Ketika kita menolong orang-orang yang berada dalam kesusahan, mereka
mendapatkan kebahagiaan dari pertolongan yang kita berikan. Dan masih banyak lagi hal yang
dapat kita lakukan untuk dapat menjadi saksi Kristus di dalam kehidupan kita.
Tetapi seiring dengan perjalanan kita mengikut Tuhan, semua hal yang awalnya kita lakukan
dengan semangat yang menyala-nyala, pada akhirnya menjadi suatu kebiasaan rutin. Dan bahkan
menjadi kebiasaan yang membosankan bagi kita untuk dilakukan. Pada akhirnya kita
menjalankan semua pelayanan kita hanya karena formalitas saja, supaya orang melihat bahwa
kita masih melayani sesama kita baik di gereja, di kantor, di lingkungan, di keluarga dan lain-
lainnya.

Secara fisik kita tetap melakukan apa yang dilihat orang sebagai pelayanan atau melayani
pekerjaan Tuhan. Tetapi jauh di dalam hati kita sudah tidak ada lagi semangat, passion dan
kerinduan yang dalam untuk menjalankannya. Bahkan kegiatan yang kita lakukan justru menjadi
beban berat bagi hidup kita.
*courtesy of PelitaHidup.com
“Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang
semula.

Terima ayat Alkitab melalui Facebook. Ayo gabung dengan lebih dari 54.000 member di
Facebook Page Pelita Hidup. Klik like berikut ini:

Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa
yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan
mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat.” Wahyu 2:4-5
*courtesy of PelitaHidup.com
Satu hal yang perlu kita ingat bahwa ketika kita melayani Tuhan dan pekerjaanNya, maka kita
harus tetap membawa Kristus hidup di dalam hati kita. Roh di dalam kita harus senantiasa
menyala-nyala agar setiap yang kita kerjakan dapat menjadi berkat bagi banyak orang.

Ketika kita melakukannya hanya karena formalitas atau rutinitas biasa saja, maka kita sedang
dalam posisi mundur/menjauh dari Tuhan. Oleh karen itu kita harus kembali lagi kepada Tuhan.
Kita harus memperbaiki hubungan pribadi kita dengan Tuhan. Kita harus mendekat lagi kepada
Tuhan agar kasih Kristus dapat kembali memenuhi hidup kita.

Ingatlah kembali ketika kasih yang mula-mula itu memenuhi hidup kita. Betapa bersemangatnya
kita menjalani kehidupan pada masa itu. Betapa antusiasnya kita melayani Tuhan dimanapun kita
berada.

“Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu.” Yakobus 4:8a

Tuhan senantiasa menunggu kita datang kembali kepada Dia. TanganNya selalu terbuka bagi
kita, bahkan dalam kondisi hidup kita yang buruk sekalipun. Mari kembali kepada kasih yang
semula itu. Berdoa dan mintalah kepada Tuhan agar Dia memperbaharui kita dengan kasihNya
yang baru. Mintalah agar kasihNya memulihkan dan membasahi hati kita yang mulai kering.
Mintalah agar RohNya dapat memenuhi kembali hidup kita dan menyegarkan hidup kita,
sehingga kita mendapat semangat yang baru dalam menjalani kehidupan kita.
Begitu banyak jiwa-jiwa yang membutuhkan kasih Kristus dialirkan melalui kehidupan kita.
Begitu banyak jiwa juga yang masih berada dalam kegelapan dan butuh akan terang kebenaran
Kristus memancar dari hidup kita. Mari kembali kepada kasih Tuhan dan jadikan hidup kita
sebagai saksi dan teladan Kristus. Haleluya!

“Karena itu mereka berdiri di hadapan takhta Allah dan melayani Dia siang malam di Bait
Suci-Nya. Dan Ia yang duduk di atas takhta itu akan membentangkan kemah-Nya di atas
mereka.
*courtesy of PelitaHidup.com
Mereka tidak akan menderita lapar dan dahaga lagi, dan matahari atau panas terik tidak
akan menimpa mereka lagi.

Sebab Anak Domba yang di tengah-tengah takhta itu, akan menggembalakan mereka dan
akan menuntun mereka ke mata air kehidupan. Dan Allah akan menghapus segala air mata
dari mata mereka.” Wahyu 7:15-17

Terobosan Iman: Meraih Janji Tuhan


 12th November 2013
 Riva Sinjal

 Iman

 14 Komentar

45,543 views
149
photo courtesy of inc.com

“Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu
yang tidak kita lihat.” Ibrani 11:1

Sebagai umat Kristen kita diminta untuk dapat melihat segala sesuatu dengan “kacamata” Allah.
Dengan melihat segalanya dari sudut pandang Tuhan, maka kita dapat mengerti apa yang sedang
terjadi dalam hidup kita. Tidak ada segala sesuatu yang terjadi tanpa seijin Tuhan. Dan tidak ada
sesuatu terjadi hanya kebetulan saja. Tuhan selalu punya rencana dalam setiap hal yang kita
alami. Dan Dia selalu menyediakan yang terbaik bagi hidup kita.
*courtesy of PelitaHidup.com
Tetapi tidak demikian yang terjadi dalam banyak kehidupan umat Kristen. Banyak yang selalu
protes akan apa yang sedang mereka alami. Timbul berbagai pertanyaan mengapa hal ini terjadi,
mengapa hal itu terjadi, mengapa Tuhan ijinkan semuanya dan masih banyak lagi pertanyaan
yang muncul ketika segalanya tidak berjalan seperti yang kita harapkan.

Dalam keadaan seperti ini kita seakan hanya dapat melihat ada tembok besar yang menghalangi
langkah hidup kita. Tidak ada jalan keluar lagi dan segalanya sudah menjadi berantakan. Kita
tidak mengerti bahwa sebenarnya ada berkat yang Tuhan sediakan di balik tembok tersebut. Kita
harus mengalami terobosan agar dapat meraih berkat yang telah tersedia.

Lalu bagaimana kita dapat mengalami terobosan dan melihat bahwa Tuhan telah
menyediakan yang terbaik bagi hidup kita?

1. Melihat Dengan Mata Iman

“Karena iman ia juga dan Sara beroleh kekuatan untuk menurunkan anak cucu, walaupun
usianya sudah lewat, karena ia menganggap Dia, yang memberikan janji itu setia.” Ibrani 11:11

Abraham sadar bahwa secara fisik dia dan istrinya sudah tidak mungkin lagi memiliki anak,
karena sudah lanjut usia. Tetapi dia belajar melihat dengan mata imannya bahwa Tuhan sanggup
menggenapi apa yang telah dijanjikanNya. Dan Tuhan tidak lalai menepati janjiNya kepada
Abraham untuk memberikan seorang anak.

Abraham mengandalkan imannya untuk melihat apa yang Tuhan sediakan jauh di depannya,
sehingga ia memperoleh apa yang telah dijanjikan kepadanya.

2. Bangkit Dari Keterpurukan

“Maka bangunlah ia, lalu makan dan minum, dan oleh kekuatan makanan itu ia berjalan empat
puluh hari empat puluh malam lamanya sampai ke gunung Allah, yakni gunung Horeb.” 1 Raja-
raja 19:8
*courtesy of PelitaHidup.com
Setelah mengalahkan empat ratus lima puluh orang nabi-nabi baal, Nabi Elia mendapatkan
ancaman oleh Izebel. Izebel sangat marah atas perbuatan Elia dan ingin membalasnya. Elia
menjadi sangat ketakutan dan kabur ke padang gurun. Di sana ia merasa putus asa dan ingin
mengakhiri hidupnya. Tetapi Tuhan mengirimkan malaikatNya untuk menolong dia. Tuhan
menyampaikan pesanNya agar Elia bangun dan bangkit dari keterpurukannya. Dia
menyelesaikan tugas-tugas besar yang Tuhan sediakan baginya. Dia tidak mau terintim

Terima ayat Alkitab melalui Facebook. Ayo gabung dengan lebih dari 54.000 member di
Facebook Page Pelita Hidup. Klik like berikut ini:

Menyadari apa yang Tuhan sediakan di balik setiap masalah yang kita alami tidaklah cukup. Kita
harus bangkit dari keterpurukan. Kita harus bangkit dari kesedihan, kekecewaan, sakit hati dan
keputus-asaan yang kita alami.
Lepaskan dan tinggalkan segala perasaan tersebut, bangun dan bangkit untuk meraih berkat yang
Tuhan sediakan bagi kita. Ada perkara besar yang telah Tuhan sediakan bagi kita yang mau
bangkit.

3. Raih Janji Tuhan Dengan Iman

“dan berkata kepada segenap umat Israel: “Negeri yang kami lalui untuk diintai itu adalah luar
biasa baiknya. Jika TUHAN berkenan kepada kita, maka Ia akan membawa kita masuk ke negeri
itu dan akan memberikannya kepada kita, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan
madunya.” Bilangan 14:7-8
*courtesy of PelitaHidup.com
Ketika Bangsa Israel akan memasuki Tanah Perjanjian, mereka mengirim dua belas orang
pengintai untuk melihat keadaan di sana. Setelah mengintai, sepuluh orang mengatakan bahwa
negeri tersebut diduduki oleh para raksasa, dan tidak mungkin dapat dikalahkan (Bilangan 13:32-
33). Hanya dua orang pengintai, yaitu Yosua dan Kaleb, yang tetap berkeyakinan bahwa Tuhan
pasti akan membawa mereka masuk ke Tanah Perjanjian dan merebutnya dari tangan musuh.

Tuhan telah menyediakan berkatNya bagi kita. Walau demikian ada rintangan-rintangan yang
memang harus kita lalui. Tidak sedikit dari rintangan tersebut yang membawa kita kepada duka.
Tetapi Tuhan selalu memberikan yang terbaik bagi kita.

Bangsa Israel dibawa berputar-putar di padang gurun selama 40 tahun bukanlah tanpa maksud.
Tuhan mengajar banyak hal kepada Bangsa Israel. Demikian pula dengan kehidupan kita. Tuhan
sedang mengajar kita dalam berbagai masalah yang kita hadapi. Tuhan ingin agar kita dapat terus
melihat janjiNya dan percaya bahwa Dia akan memberikannya kepada kita. Dan Tuhan ingin
agar kita pergi meraih janji yang telah disediakan tersebut.

Jangan takut akan berbagai rintangan yang ada. Percayalah bahwa tangan Tuhan akan menuntun
kita kepada kemenangan. Yakinlah bahwa Tuhan selalu menolong kita. Lihat janji Tuhan dengan
mata iman, bangkit dari keterpurukan dan raih janji Tuhan dengan iman. Haleluya!
.

“Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk
mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang
terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” Roma 8:28

Tempat Teraman: Tinggal Dalam Kehendak Tuhan


 16th June 2013
 Penulis Tamu

 Umum

 18 Komentar

33,780 views
74

photo courtesy of letjesushelpyou.com

“Orang yang duduk dalam lindungan Yang Mahatinggi dan bermalam dalam naungan
Yang Mahakuasa akan berkata kepada TUHAN: “Tempat perlindunganku dan kubu
pertahananku, Allahku, yang kupercayai.” Mazmur 91:1-2

Tidak peduli dimanapun kita berada, bagaimananpun keadaan kita, siapapun diri kita, atau apa
yang sedang menentang hidup kita, Tuhan akan menjaga kehidupan kita jika kita hidup di dalam
kehendakNya.
*courtesy of PelitaHidup.com
TInggal di dalam kehendak Tuhan merupakan hal yang paling menyenangkan dan kita dapat
mengalami hal-hal yang menyenangkan juga.

“Nama TUHAN adalah menara yang kuat, ke sanalah orang benar berlari dan ia menjadi
selamat.” Amsal 18:10

“Orang yang duduk dalam lindungan Yang Mahatinggi dan bermalam dalam naungan Yang
Mahakuasa akan berkata kepada TUHAN: “Tempat perlindunganku dan kubu pertahananku,
Allahku, yang kupercayai.”” Mazmur 91:1-2

Jangan keluar dari lingkaran kehendak Tuhan dan perlindunganNya, atau Dia akan mengijinkan
iblis untuk mencobai kita (red: baca kisah Ayub). Ada saatnya kita menderita akibat kesalahan
kita sendiri, kecerobohan, malas berdoa, terburu-buru melangkah, dan ketidaktaatan kepada
Allah.

Tuhan memegang teguh aturan dan hukum-hukum yang telah Dia tetapkan. Dan Dia tidak dapat
melindungi kita jika kita melanggar peraturanNya. Ketika kita keluar dari kehendakNya, Dia
bahkan mengijinkan kita untuk dicobai oleh iblis.
*courtesy of PelitaHidup.com
(Doa:) Tolong kami agar tetap dekat denganMu ya Tuhan dan tinggal dalam kehendakMu. Agar
kami tidak takut dan tetap yakin bahwa kami ada dalam perlindungan, pemeliharaan dan berkat-
berkatMu. Biarlah kami tetap taat dan melakukan kehendakMu ya Bapa. Amin.

Kesabaran Menghadapi Badai Kehidupan Memunculkan


Pelangi Indah
 16th August 2010
 Rita Ribka Tarigan

 Karakter

 161 Komentar

76,962 views
447
Kejadian 29 : 31-35

31. Ketika Tuhan melihat, bahwa Lea tidak dicintai, dibukanyalah kandungannya, tetapi Rahel
mandul. 32. Lea mengandung, lalu melahirkan seorang anak laki-laki, dan menamainya Ruben,
sebab katanya: “Sesungguhnya Tuhan telah memperhatikan kesengsaraanku; sekarang tentulah
aku akan dicintai oleh suamiku”. 33. Mengandung pulalah ia, lalu melahirkan seorang anak
laki-laki, maka ia berkata :” Sesungguhnya, Tuhan telah mendengar, bahwa aku tidak dicintai,
lalu diberikan-Nya pula anak ini kepadaku”. Maka ia menamai anak itu Simeon. 34.
Mengandung pulalah ia, lalu melahirkan seorang anak laki-laki, maka ia berkata: “Sekali ini
suamiku akan lebih erat kepadaku, karena aku telah melahirkan tiga anak laki-laki baginya”.
Itulah sebabnya ia menamai anak itu Lewi. 35. Mengandung pulalah ia, lalu melahirkan
seorang anak laki-laki, maka ia berkata: “Sekali ini aku akan bersyukur kepada Tuhan”. Itulah
sebabya ia menamai anak itu Yehuda. Sesudah itu ia tidak melahirkan lagi.

Sejenak kita akan melihat terlebih dahulu latar belakang kisah ini dari ayat-ayat sebelumnya.
Ishak, telah memberi pesan kepada anaknya Yakub, supaya Yakub jangan mengambil isteri dari
perempuan Kanaan. Oleh karena itu Ishak menyuruh Yakub pergi ke Padan-Aram ke rumah
Laban, pamannya yaitu saudara dari Ribka, ibunya. Ishakpun berpesan agar Yakub mengambil
seorang isteri dari anak-anak Laban. Yakub mendengarkan perkataan ayahnya itu dan
melakukannya.
*courtesy of PelitaHidup.com
Di tengah perjalanannya menuju Padan Aram, Yakub berhenti di sebuah sumur di padang. Di
tempat inilah biasanya berkumpul kawanan-kawanan domba untuk diberi minum. Salah satu
anak perempuan dari Laban, pamannya, yang bernama Rahel datang juga ke sumur itu dengan
membawa kambing domba ayahnya, sebab Rahel-lah yang menggembalakannya.

Melalui informasi para penggembala di sumur itu, Yakub akhirnya mengenal Rahel sebagai salah
satu anak dari pamannya Laban. Kemudian Yakub menceritakan kepada Rahel bahwa dirinya
adalah anak saudara ayah Rahel, anak Ribka, saudara perempuan ayahnya itu.

Setelah pertemuan ini kemudian pergilah Rahel untuk menceriterakan tentang Yakub kepada
ayahnya. Mendengar hal itu, maka Labanpun pergi menyongsongnya untuk kemudian
membawanya ke rumahnya. Yakub menceriterakan semua tentang dirinya kepada Laban, dan
tinggallah Yakub di rumah Laban.
Yakub bekerja membantu Laban. Sebagai seorang paman, Laban menawarkan upah apakah yang
diminta oleh Yakub darinya? Diam-diam ternyata Yakub telah jatuh cinta kepada salah satu anak
Laban, yaitu Rahel.

“Laban mempunyai dua anak perempuan; yang lebih tua namanya Lea dan yang lebih muda
namanya Rahel. Lea tidak berseri matanya, tetapi Rahel itu elok sikapnya dan cantik parasnya”,
Kejadian 29: 16-17.
*courtesy of PelitaHidup.com
Singkat cerita, sesuai perjanjian antara Yakub dan Laban, maka Yakub bersedia bekerja 7 tahun
lamanya pada Laban untuk mendapatkan Rahel. Setelah 7 tahun genap, Laban mengundang
semua orang dan mengadakan perjamuan. Tetapi pada waktu malam tiba diambilnyalah Lea, lalu
dibawanya kepada Yakub. Maka Yakub-pun menghampiri Lea.

Terima ayat Alkitab melalui Facebook. Ayo gabung dengan lebih dari 54.000 member di
Facebook Page Pelita Hidup. Klik like berikut ini:

Tetapi pada waktu pagi hari, tampaklah bahwa itu Lea. Laban telah menipu Yakub, karena di
tempat itu tidak boleh mengawinkan adiknya terlebih dahulu daripada kakaknya.
*courtesy of PelitaHidup.com
Sesuai permintaan Laban, bahwa Yakub harus menggenapi 7 hari dulu perkawinannya dengan
Lea, dan setelah itu Laban akan memberikan juga Rahel kepadanya sebagai upah asalkan Yakub
bersedia bekerja 7 tahun lagi. Demikianlah Yakub menuruti permintaan pamannya itu, dan
akhirnya Yakub menghampiri Rahel juga, malah ia lebih cinta kepada Rahel daripada Lea.

Inilah kisah perkawinan yang dialami oleh Lea. Dari perkawinan poligami ini, berbagai dampak
burukpun telah terjadi, yaitu Yakub lebih cinta kepada Rahel daripada kepada Lea, dan tatkala
dilihat Rahel ia tidak melahirkan anak bagi Yakub maka cemburulah ia kepada kakaknya itu
yang telah melahirkan anak-anak bagi Yakub.

Demikianlah pergumulan yang dialami oleh Lea, yang hidup dalam perkawinan tanpa
mendapatkan cinta dari suaminya Yakub, memperoleh ketidakadilan, ia dicurangi ayahnya, serta
Lea dicemburui pula oleh adiknya sendiri yaitu isteri kedua dari suaminya.

Secara fisik, Alkitab mencatat bahwa Rahel lebih cantik daripada Lea. Lea tentu sangat berharap
untuk mempertahankan perkawinannya dan mendapatkan kasih dari suaminya. Sejumlah badai
yang berupa awan kekecewaan, penderitaan, dan ketidakadilan harus dihadapi oleh Lea, ia
terbelenggu dalam pernikahan yang tanpa cinta, dan terpaksa berbagi suami pula dengan
adiknya, adalah merupakan suatu penderitaan yang harus dialaminya.

Sebagai seorang wanita yang sudah resmi dijadikan isteri, tentulah Lea sangat berjuang untuk
mendapatkan pengakuan kasih dan cinta dari suaminya.
Bagaimanakah Lea menghadapi masalah badai dalam kehidupan perkawinannya, sejauh
manakah Lea berusaha untuk mendapatkan cinta dari suaminya, dan apakah Yakub akhirnya
memberikan sebuah penghargaan kepada Lea, sebagai isterinya.

Untuk memperoleh apa yang diharapkan Lea, dan untuk melihat sebuah pelangi yang indah
dalam perkawinannya dengan Yakub, nampaknya Lea harus memiliki kesabaran dalam melalui
badai hari-harinya yang tanpa cinta dari suaminya. Lea harus sabar, sebab yang menjadi
saingannya adalah adiknya sendiri. Menarik untuk kita perhatikan bagaimana kesabaran yang
dimiliki Lea.
*courtesy of PelitaHidup.com
.

Kesabaran yang dimiliki Lea dalam menghadapi badai kehidupannya ialah:

1. Menyadari Bahwa Tuhan Maha Melihat

Ayat 31 mengatakan bahwa Tuhan melihat bahwa Lea tidak dicintai oleh Yakub. Dalam
perkawinan ini Lea cukup menderita, ia dimanfaatkan oleh Ayahnya, dan ia ditolak oleh
suaminya.

Hatinya hancur, sebab ia harus berada dalam sebuah perkawinan tanpa cinta, dan yang lebih
menyedihkan lagi ialah suaminya Yakub kemudian menikahi saudarinya yaitu Rahel. Yakub
malah lebih cinta kepada Rahel daripada Lea.

Sesungguhnya Allah itu Maha tahu dan Maha melihat. Tuhanpun melihat bahwa Lea tidak
dicintai Yakub. Ketika Allah melihat hal ini terjadi, Allah tidak tinggal diam saja, tetapi Allah
melakukan sesuatu atas keadaan yang dialami Lea, yaitu dengan membuka kandungan Lea,
sedangkan Rahel tetap dibiarkan Tuhan mandul.

Lihatlah, bagaimana Allah itu bertindak atas setiap persoalan yang kita alami. Tanpa kita sadari,
jika kita sabar, sesungguhnya Allah itu telah melakukan sesuatu untuk kebaikan kita. Ketika kita
percaya bahwa Allah selalu menyertai kita dalam segala perkara, maka kita pasti akan
memperoleh segala kebaikanNya.

“Tuhan itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang
remuk jiwanya”, Mazmur 34:19.

Apapun persoalan yang sedang saudara alami, ingatlah bahwa Tuhan itu dapat melihat. Tuhan
melihat semua penderitaan yang sedang terjadi pada saudara.

“Mata Tuhan ada di segala tempat, mengawasi orang jahat dan orang baik”, Amsal 15:3.
*courtesy of PelitaHidup.com
“Karena mata Tuhan menjelajah seluruh bumi untuk melimpahkan kekuatanNya kepada mereka
yang bersungguh hati terhadap Dia“, 2 Tawarikh 16: 9a.
Mata Tuhan selalu mengamat-amati setiap kehidupan kita, dan tidak ada yang tersembunyi bagi
Tuhan. Karena Tuhan melihat, lebih baik bagi kita berserah saja pada Tuhan, tidak ada gunanya
kita memberontak, menggerutu atau bersungut-sungut.

Milikilah kesabaran dan biarlah hati kita tetap percaya kepadaNya, maka Tuhan akan
memberikan kekuatan kepada kita. Sadarilah bahwa Allah itu melihat kita, Ia tidak akan tinggal
diam saja. Tatkala Allah melihat kita sedang menderita, percayalah bahwa Allah akan
mengerjakan sesuatu bagi kita.

2. Merasakan Bahwa Allah Itu Peduli

Setelah kandungan Lea dibukakan oleh Tuhan, maka Leapun mengandung dan kemudian
melahirkan seorang anak laki-laki. Lea tentu sangat senang atas kelahiran anaknya, dan ia
memberi nama anak ini Ruben. Melalui kelahiran Ruben ini, Lea merasakan bahwa Tuhan itu
peduli padanya dan penderitaan yang dialaminya.

Dikatakan dalam ayat 32b, “Sesungguhnya Tuhan telah memperhatikan kesengsaraanku;


sekarang tentulah aku akan dicintai oleh suamiku”.

Hadirnya tangisan seorang bayi sungguh membuat Lea bersukacita, sebab Lea merasakan bahwa
Tuhan telah memperhatikannya dengan memberikan seorang anak kepadanya. Dengan
melahirkan Ruben, Lea sangat berharap, Yakub akan memberikan perhatian kepadanya dan akan
mendapatkan cinta dari Yakub.

Allah kita adalah Allah yang sangat peduli atas kehidupan setiap umatnya. Allah memperhatikan
kesengsaraan dan penderitaan yang dialami oleh umatnya. Allah tidak akan membiarkan dan
meninggalkan kita. Perhatian Allah adalah bukti dari ke-Maha Tahu-anNya.

“Tuhan, Engkau menyelidiki dan mengenal aku; Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau
berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh”, Maz. 139: 1-2.

Allah mengetahui semua persoalan yang kita alami, Allah mengetahui keinginan hati kita,
ketakutan kita, kekhawatiran kita, dan semua pikiran kita bahkan segala sesuatu yang kita
lakukan.

3. Mengetahui Bahwa Tuhan Itu Maha Mendengar

Lea berharap ia akan dicintai oleh Yakub karena telah dapat melahirkan seorang anak laki-laki
baginya, yaitu Ruben. Ternyata kelahiran Ruben belum membawa suatu perubahan pada
perkawinan Lea dengan Yakub. Lea belum mendapatkan cinta dari suaminya Yakub.
Kehadiran Ruben, suara tangisannya rupanya tidak membawa perubahan pada diri Yakub, untuk
memberikan perhatian dan cintanya pada Lea. Ketika Lea merasakan belum mendapatkan cinta
dari Yakub, Lea menyerahkan harapannya itu pada Tuhan, melalui doa.

Kemudian Lea mengandung lagi untuk yang kedua kalinya, dalam kehamilannya yang ke dua
ini, Lea tetap berharap akan mendapatkan cinta Yakub. Lea hanya mengadukan segala
perkaranya itu pada Tuhan, setiap keluh kesah penderitaan yang dialaminya itu dicurahkannya
pada Tuhan melalui doa-doanya.

Kehadiran anak laki-lakinya yang pertama belum membawa perubahan pada suaminya Yakub,
namun Lea tetap bersabar dengan lebih banyak berseru pada Tuhan, dalam doa. Kemudian
lahirlah anaknya yang kedua laki-laki, dan Lea memberi nama Simeon. Simeon artinya
mendengar.

Dikatakan dalam ayat 33b: “Sesungguhnya, Tuhan telah mendengar, bahwa aku tidak dicintai,
lalu diberikanNya pula anak ini kepadaku”.

Lea menyadari bahwa Tuhan itu telah mendengarkan semua keluh kesah dan kesulitan yang
dialaminya. Kelahiran Simeon ini adalah merupakan bukti dari kehidupan doa Lea.

Kesulitan apapun yang sedang saudara alami, curahkan saja seluruh isi hatimu pada Tuhan dan
berserulah padaNya. Dia Allah yang mendengar, karena Allah kita pengasih. Setiap kita
berbicara dan setiap perkataan kita didengarNya

“Engkau yang mendengarkan doa. KepadaMulah datang semua yang hidup”, Mazmur 65:3.

“Tuhan dekat pada setiap orang yang berseru kepadaNya, pada setiap orang yang berseru
kepadaNya dalam kesetiaan”, Mazmur 145: 18.

4. Harus Mengandalkan Tuhan Dalam Segala Hal

Kehadiran Ruben dan Simeon belum mendatangkan perubahan, kenyataannya adalah Lea belum
juga memperoleh apa yang diinginkannya, supaya diperhatikan dan dicintai oleh Yakub.
Kehadiran dari kedua anak laki-lakinya, melalui tawa dan tangisan mereka, belum juga
membawa perubahan pada sikap Yakub. Demikilanlah hari-hari yang harus dilewati oleh Lea,
kelahiran kedua anaknya belum membuat harapan Lea menjadi kenyataan.

Tuhan terus memberkati kandungan Lea, kemudian Lea mengandung lagi anak yang ketiga, dan
melahirkan seorang anak laki-laki. Lea memberi nama pada anaknya yang ketiga ini Lewi. Arti
Lewi ialah terhubung. Dikatakan dalam ayat 34b: “Sekali ini suamiku akan lebih erat kepadaku,
karena aku telah melahirkan tiga anak laki-laki baginya”.

Melalui perkataannya ini, Lea mulai fokus kepada kehadiran ketiga anak laki-lakinya tersebut,
Lea mulai mengandalkan kekuatannya/dirinya, yang telah mampu melahirkan tiga anak laki-laki
bagi Yakub. Setelah kelahiran Lewi, Lea berpikir, itu akan membuat Yakub mencintainya, dan
pasti Yakub akan mencintainya karena telah melahirkan tiga anak laki-laki.

Dalam kesabarannya untuk menantikan cinta Yakub, Lea mulai melupakan Allah, Lea lebih
mengandalkan kehadiran ketiga anaknya daripada kehadiran Allah dalam persoalannya. Apa
yang telah dipikirkan oleh Lea, dengan menyakini pikirannya sendiri ternyata tidak membuat
perubahan. Tatkala Lea mengandalkan dirinya, ia tidak memperoleh apa yang diharapkannya.
Seharusya Lea tetap mengandalkan Tuhan dan menaruh harapannya kepada Tuhan.

Pengalaman Lea ini mengajarkan pada kita bahwa janganlah kita melupakan Tuhan dan segala
kebaikanNya. Pada masa kemakmuran, berada dalam posisi yang nyaman, dan amam,
kecenderungan manusia ialah biasanya melupakan Allah. Sebaliknya, bila sedang terhimpit
dalam masalah, tertindas dan menderita, baru ingat dan berharap kepada Tuhan.

Berhati-hatilah, supaya kita jangan melupakan Tuhan dalam segala hal, apakah kita sedang
dalam kekurangan atau kecukupan, penderitaan atau sukacita, kegagalan atau kesuksesan,
tetaplah ingat pada Tuhan.

5. Mampu Mengucap Syukur Pada Tuhan Saat Ada Masalah

Demikianlah Tuhan tetap melihat, memperhatikan dan mendengar setiap keluh kesah Lea itu,
dan Tuhan terus memberkati kandungannya. Lalu Lea kemudian mengandung lagi anak yang ke
empat, seorang laki-laki lagi, Lea memberi nama Yehuda. Yehuda Artinya “pujian”.

Dikatakan dalam ayat 35b: ”Sekali ini aku akan bersyukur pada Tuhan”. Akhirnya Lea sadar
bahwa ia harus tetap menyerahkan diri dan harapannya hanya pada Tuhan. Lea menyadari
kekeliruannya bahwa kelahiran anak-anaknya itu ternyata tidak membawa perubahan pada
kehidupan perkawinannnya. Lea sadar bahwa Ia harus tetap mengandalkan Tuhan.

Oleh karena itu Lea mulai mengalihkan fokus perhatiannya dari masalahnya beralih kepada
Tuhan. Walaupun badai itu belum juga berlalu dari kehidupannya, Lea kini tidak mau fokus lagi
pada badai masalahnya tersebut, tetapi ia fokus pada Tuhan dan kebaikanNya. Lea bersyukur
pada Tuhan.

Di tengah badai yang ia hadapi itu, Lea tidak mau patah semangat, Lea tidak memberontak, Lea
tidak mau bersungut-sungut, Lea tetap sabar, dan dalam kesabarannya ia mengucap syukur pada
Tuhan.

Lea sudah merasakan bahwa Alah itu telah melihat penderitaannya, Allah itu telah
memperhatikannya dan peduli kepada keadaan yang dialaminya dengan memberikan anak-anak
baginya, Allah itu juga telah mendengar doa-doanya. Tidak ada lagi jalan lain bagi badai
masalahnya, selain ia harus tetap mengandalkan Tuhan sepenuhnya, dan bersyukur pada Tuhan.
Lea menyerahkan semua harapan-harapannya pada Tuhan. Bagi Lea, Tuhan itu adalah segalanya
baginya. Lea tidak lagi memikirkan soal perhatian dan cinta Yakub kepadanya, tetapi Lea kini
hanya memberi pujian kepada Tuhan.

Lea mampu bersyukur kepada Tuhan di atas badai masalah yang ia hadapi itu. Lea bersyukur
pada Tuhan karena Lea percaya Tuhan itu baik kepadanya. Banyak alasan bagi Lea untuk
bersyukur kepada Tuhan. Mungkin Lea tidak pernah menikah karena parasnya kurang cantik,
matanya kurang bersinar, tetapi ia diijinkan Tuhan untuk menikah dan Tuhan memberkati
kandungannya.

“Pujilah Tuhan hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikkanNya”, Mazmur 103: 2.

Lea seakan tidak lagi membutuhkan orang lain (Yakub) untuk membuat dia bahagia, Lea telah
mampu bersyukur pada Tuhan walaupun ia masih berada dalam badai pergumulannya. Di dalam
Tuhan, Lea telah mampu menemukan sukacita karena sesungguhnya Tuhan tidak pernah
membiarkannya.

“Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Ia baik”, Mazmur 136: 1a.

Lea melewati semua badai itu dengan kesabaran, Lea menghadapi hari-harinya yang sulit itu
tetap bersyukur pada Tuhan, dan ternyata Tuhan memunculkan pelangi indah yang dapat
diperoleh Lea.

Pelangi Indah bagi Lea adalah:

1. Yakub meminta, supaya ia dikuburkan disebelah kuburan Lea.

Kejadian 49:29-32, mencatat bahwa sebelum meninggal Yakub berpesan agar ia dikuburkan
dekat di sisi nenek moyangnya, yaitu dalam gua yang di ladang Efron. Di situlah dikuburkan
Abraham beserta isterinya Sara (kakek-nenek Yakub), Ishak beserta isterinya Ribka (orangtua
Yakub), dan disitulah juga telah dikuburkannya Lea. Akhirnya, Yakub memberi perhatiannya dan
menghargai Lea sebagai isterinya.

2. Lea dikenal sebagai ibu Yehuda, yang dari keturunannya kemudian lahirlah sang Juru
Selamat.

“Inilah silsilah Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham. Abraham memperanakkan Ishak,
Ishak memperanakkan Yakub, Yakub memperanakkan Yehuda dan saudara-saudaranya”, Matius
1:1-2.

Lea adalah ibu atas enam orang pria dari 12 suku bangsa Israel. “Anak-nak Lea ialah Ruben,
anak sulung Yakub, kemudian Simeon, Lewi, Yehuda, Isakhar dan Zebulon”, Kejadian 35: 23.

.
Saudara, pelangi indah seperti apakah yang kini sedang engkau nantikan dalam hidupmu ?
Apapun badai masalah yang sedang terjadi padamu, sebuah kekecewaan, ketidakadilan,
penyakit, masalah ekonomi/pekerjaan, masalah keluarga/hubungan suami-isteri, orangtua dan
anak, dan sebagainya, apapun jenis penderitan yang sedang kau alami; bersabarlah menantikan
pelangi indah itu muncul dalam hidupmu.

Kita dapat sabar dalam penderitaan karena Allah itu melihat, Allah peduli dan Allah mendengar,
semua yang kita alami, semua jeritan hati dan tangisan kita.

Walau tiada seorangpun yang tahu dan yang mau dapat mengerti akan perasaan dan
penderitaanmu, ingatlah kepada Tuhan yang dapat melihat, peduli dan mendengarkanmu. Oleh
karena itu janganlah lupakan Tuhan, andalkan Dia dalam segala hal, dan jadikan Dia diatas
segalanya dalam hidupmu.

“Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan!”,
Yeremia 17:7.

Bila kita berpusat pada manusia dan mengandalkan kekuatan sendiri pastilah akan kecewa, dan
juga tidak dapat bertumbuh dalam hal rohani. Lebih baik kita andalkan saja Tuhan, percaya pada
Tuhan bahwa Dia yang akan bekerja untuk memberikan apa yang kita butuhkan. Ketika kita
mengandalkan Tuhan, maka kita tidak boleh takut atau khawatir lagi dalam situasi hidup yang
bagaimanapun karena Tuhan yang akan bertanggungjawab atas keadaan kita.

Mungkin saat ini saudara sudah lama menunggu terjadi suatu perubahan dalam hidupmu, saudara
tengah menantikan munculnya pelangi indah dari dalam badai masalah yang sedang dihadapi,
tetaplah bersabar dan mengucap syukurlah pada Tuhan.

“Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada
Allah Bapa kita”, Efesus 5:20.

“Mengucap syukurlah dalam segala hal sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus
Yesus bagi kamu”, 1 Tesalonika 5 :18.

Tetaplah mengucap syukur sekalipun berada dalam masa-masa yang sulit. Melalui pengucapan
syukur kita kepada Allah adalah merupakan suatu sikap hati yang akan menimbulkan iman kita.

Semua kepahitan, dan keluhan serta setiap situasi yang sulit dapat kita kalahkan dengan
pengucapan syukur kita kepada Tuhan. Ketika Tuhan melihat sikap hati kita yang tetap bersyukur
kepadaNya maka Ia akan bekerja supaya kita dapat memperoleh apa yang kita harapkan itu,
tetaplah bersyukur kepada Tuhan.

”Ia akan memunculkan kebenaranmu seperti terang, dan hakmu seperti siang”, Mazmur 37:6.

“Besyukurlah kepada Tuhan sebab Ia baik”, Mazmur 136:1a.


Serahkan dirimu sepenuhnya pada Tuhan dan berharaplah pada kasih Allah yang akan membuat
pelangi indah itu, dan berikan padaNya pujian melalui pengucapan syukur, maka bila saatnya
tiba, saudara akan melihat munculnya pelangi indah itu dalam hidupmu. Tuhan memberkati
saudara.

“Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini,
dan yang menuruti apa yang ada tertulis didalamnya, sebab waktunya sudah dekat”, Wahyu
1:3.

Miliki Perkataan yang Mendatangkan Berkat Kehidupan


 13th July 2009
 Riva Sinjal

 Berkat

 58 Komentar

78,510 views
Tweet 406

“Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya,


akan memakan buahnya.” Amsal 18:21

Mengiring Yesus dalam kehidupan umat Tuhan senantiasa penuh dengan masalah dan problema.
Semua pencobaan yang datang dalam hidup kita diijinkan oleh Tuhan untuk dapat membentuk
kita semua hingga mencapai kepada kesempurnaan. Ketika kita bertobat dan menerima Yesus
sebagai juruselamat kita, masih banyak hal dalam kehidupan kita yang tidak berkenan di
hadapanNya. Semua hal yang tidak berkenan ini dalam hidup kita ini tentunya akan menghalangi
kita untuk menerima berkat dari Tuhan.

Salah satu hal yang sangat penting untuk diperhatikan adalah perkataan yang kita ucapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
*courtesy of PelitaHidup.com
“Dan lihat saja kapal-kapal, walaupun amat besar dan digerakkan oleh angin keras, namun
dapat dikendalikan oleh kemudi yang amat kecil menurut kehendak jurumudi.
Demikian juga lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan
perkara-perkara yang besar.” Yak 3:4-5a

Firman Tuhan mengatakan bahwa apa yang kita ucapkan dapat mengendalikan keseluruhan
hidup kita bagaikan sebuah kemudi yang kecil dapat mengendalikan arah dan tujuan sebuah
kapal yang besar.

Perkataan yang positif akan memberikan dampak yang positif juga bagi hidup kita, apalagi jika
kita memperkatakan Firman Tuhan. Firman Tuhan akan membentuk kehidupan kita dari yang
tidak ada menjadi ada, dari yang tidak tahu menjadi berhikmat, dari yang tidak punya menjadi
punya, dari yang sakit menjadi sehat, dari yang tidak mampu menjadi mampu, dari yang kecil
menjadi besar.

Pertama kali Tuhan Allah menciptakan dunia ini beserta isinya dan alam semesta adalah dengan
memperkatakan Firman: “Jadilah….”, maka semuanya itu tercipta.

Setiap pelayanan Yesus sewaktu Dia menjadi manusia selalu memperkatakan Firman Tuhan.
Ketika Dia dicobai oleh iblis, yang keluar dari mulutNya adalah Firman Tuhan. Oleh FirmanNya
itulah siasat si iblis dapat dikalahkan.
*courtesy of PelitaHidup.com
Tuhan adalah pencipta, dengan FirmanNya hidup kita dapat diciptakan seturut dengan
kehendakNya. Oleh karena itu, perkatakanlah Firman Tuhan dalam setiap langkah hidup kita,
baik dalam keadaan senang maupun dalam keadaan susah, bahkan dalam keadaan kehilangan
harapan sekalipun. Tanpa kita sadari, Firman yang kita perkatakan akan bekerja secara ajaib
(supranatural), membentuk, menciptakan, mengubahkan keseluruhan hidup kita sesuai dengan
rencanaNya.

Terima ayat Alkitab melalui Facebook. Ayo gabung dengan lebih dari 54.000 member di
Facebook Page Pelita Hidup. Klik like berikut ini:

.
*courtesy of PelitaHidup.com
Hal yang menjadi halangan berkat Tuhan:

“Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang
diciptakan menurut rupa Allah,
dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk. Hal ini, saudara-saudaraku, tidak boleh demikian
terjadi.
Adakah sumber memancarkan air tawar dan air pahit dari mata air yang sama?
Saudara-saudaraku, adakah pohon ara dapat menghasilkan buah zaitun dan adakah pokok
anggur dapat menghasilkan buah ara? Demikian juga mata air asin tidak dapat mengeluarkan
air tawar. ” Yak 3:9-12

Perkataan-perkataan yang negatif akan membentuk hal-hal yang negatif juga dalam kehidupan
kita. Masalah yang kita alami sehingga membuat kita merasa tidak mampu, kelelahan, putus asa,
kecewa, marah dan hilang pengharapan dapat membuat kita mengeluarkan kata-kata yang negatif
dan tidak berkenan di hadapan Tuhan. Hal ini tidak akan membuat masalah kita menjadi selesai,
tetapi dapat memperburuk keadaan. Kata-kata negatif yang keluar dari mulut kita dapat menjadi
kutuk atas kehidupan kita bahkan kutuk bagi orang lain jika diucapkan terhadap orang lain.
Kutuk ini akan mengikat hidup kita sehingga kita tidak bisa memperoleh berkat yang sudah
Tuhan sediakan bagi kita. Tapi tentunya kutuk ini juga dapat dilepaskan di dalam nama Yesus
Kristus.

Kisah bangsa Israel yang mengembara di padang gurun selama 40 tahun merupakan pelajaran
bagi kita semua sebagai umatNya. Kita banyak melihat sungut-sungut bangsa Israel sehingga
mendatangkan murka Tuhan. Bahkan hampir seluruh generasi Musa tidak dapat memasuki Tanah
Perjanjian, kecuali Yosua dan Kaleb. Ini semua akibat ulah bangsa Israel yang menggerutu atas
keadaan yang mereka alami dan tidak percaya akan janji Tuhan.

Ucapkanlah hal-hal positif, perkatakanlah Firman Tuhan dan mengucap syukur atas segala hal.
Dalam keadaan seburuk apapun, kita harus tetap mengendalikan lidah kita agar tidak
mengucapkan kata-kata yang mendatangkan kutuk atas hidup kita.
Tetap perkatakan Firman Tuhan dalam segala keadaan, maka Dia akan mengambil alih hidup kita
dan memberikan jalan keluar atas segala masalah yang kita hadapi. Dan kita akan melihat janji
Tuhan digenapi dan berkatNya mengalir dalam kehidupan kita.

“Mulut orang benar adalah sumber kehidupan, tetapi mulut orang fasik menyembunyikan
kelaliman. ” Ams 10:11

*courtesy of PelitaHidup.com
“Lidah lembut adalah pohon kehidupan, tetapi lidah curang melukai hati. ” Ams 15:4

“Siapa memelihara mulut dan lidahnya, memelihara diri dari pada kesukaran. ” Ams 21:23

Merebut Tanah Perjanjian


 6th April 2008
 Riva Sinjal

 Berkat

 2 Komentar

11,240 views
37

“…Bersiaplah sekarang, seberangilah sungai


Yordan ini, engkau dan seluruh bangsa ini, menuju negeri yang akan Kuberikan kepada
mereka, kepada orang Israel itu. Setiap tempat yang akan diinjak oleh telapak kakimu
Kuberikan kepada kamu, seperti yang telah Kujanjikan….” Yosua 1:2-3

Memasuki kwartal kedua tahun 2008 ini ada banyak masalah dan goncangan yang menimpa
hidup manusia. Tetapi kita sebagai umat Tuhan harus tetap berpegang pada janjiNya. Tuhan
berfirman bahwa Dia telah menyediakan Tanah Perjanjian bagi umat-Nya. Tuhan telah berjanji
bahwa semuanya disediakan bagi kita yang percaya kepadaNya.

Ada yang harus kita lakukan agar semua janji Tuhan nyata dalam hidup kita.

Bagaimana caranya agar kita dapat merebut Tanah Perjanjian yang telah disediakan bagi kita?

1. PERKATAKAN FIRMAN TUHAN

“Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan
malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya,
sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung ” Yos 1:8

Biarlah firman Tuhan yang menjadi penuntun hidup kita (Maz 119:105), sehingga setiap hal
yang kita lakukan menjadi berhasil (Maz 1:1-3).

2. MENGGUNAKAN STRATEGI / RENCANA

“Pengintai-pengintai di Yerikho (judul perikop)” Yosua 2


Yosua tidak asal berperang saja, tetapi dia menggunakan strategi dalam mengalahkan
lawan. Dia tahu benar bagaimana keadaan musuhnya.

Susunlah strategi/rencana kita bagi pekerjaan ataupun pelayanan kita (Luk 14:28-32).
Sehingga apa yang kita lakukan dapat menuju kepada tujuan yang tepat dan benar.

3. MELANGKAH DENGAN IMAN

“….para imam pengangkat tabut itu mencelupkan kakinya ke dalam air di tepi sungai
itu………maka berhentilah air itu mengalir.” Yos 3:14-17

Para imam bangsa Israel melangkah dengan iman untuk menyeberangi sungai Yordan. Sungai
Yordan terbelah menjadi kering, sesaat para imam mencelupkan kaki mereka.

Mujizat terjadi pada saat kita melangkah dengan iman, bukan sebelumnya.

Kita tidak akan tahu apa yang akan terjadi, sebelum kita melangkah.

Yosua membawa bangsa Israel merebut Tanah Perjanjian dan Tuhan Allah menyertainya.

Tuhan juga akan menyertai kita dan membawa kita masuk dalam janji-janjiNya.

Perkatakan dan renungkan firmanNya tiap saat. Rencanakan hidup kita untuk masa yang akan
datang. Melangkahlah dengan iman, jangan takut akan apa yang akan terjadi.

Tentang Penulis:
FANATIK KE LUAR
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 31 Januari 2016

Baca: Roma 10:1-3

"...mereka sungguh-sungguh giat untuk Allah, tetapi tanpa pengertian yang benar." Roma 10:2

Banyak orang berpikiran bahwa kekristenan itu tak lebih dari suatu ajaran atau agama. Jika kita
menganggapnya demikian maka ibadah yang kita lakukan tak lebih dari rutinitas yang bersifat lahiriah
atau agamawi. "Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku.
Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah
manusia." (Matius 15:8-9). Ibadah yang demikian takkan membawa perubahan dalam hidup seseorang
bahkan cenderung menimbulkan sikap fanatik tanpa pengertian yang benar.

Ada dua macam jenis kefanatikan: fanatik ke luar dan fanatik ke dalam. Fanatik ke luar adalah fanatik
yang membabi buta, memaksakan kehendak kepada orang lain untuk menerima iman dan
keyakinannya. Jika orang lain tidak mau ia akan memusuhi, bahkan kalau perlu melakukan tindakan
kekerasan dan penganiayaan terhadap orang-orang yang berbeda paham dengannya. Fanatik ke dalam
adalah fanatik yang ditujukan pada diri sendiri, memfanatikkan dirinya dengan iman dan keyakinan
kepada Tuhan, artinya ia akan berpegang teguh pada ajaran tidak akan berkompromi dengan dosa.
Tetapi ia tidak akan pernah memusuhi, apalagi menganiaya orang-orang yang tidak sepaham atau
seiman dengannya, melainkan akan mengasihi mereka dengan kasih yang tulus.

Sebelum bertobat Paulus adalah orang Farisi yang kefanatikannya bersifat ke luar. Itu terlihat dari
tindakannya dalam menindas dan menganiaya orang percaya yang dianggapnya telah menghujat Tuhan.
Paulus mengakuinya hal itu, "...aku sendiri pernah menyangka, bahwa aku harus keras bertindak
menentang nama Yesus dari Nazaret. Hal itu kulakukan juga di Yerusalem. Aku bukan saja telah
memasukkan banyak orang kudus ke dalam penjara, setelah aku memperoleh kuasa dari imam-imam
kepala, tetapi aku juga setuju, jika mereka dihukum mati. Dalam rumah-rumah ibadat aku sering
menyiksa mereka dan memaksanya untuk menyangkal imannya dan dalam amarah yang meluap-luap
aku mengejar mereka, bahkan sampai ke kota-kota asing." (Kisah 26:9-11).

Setelah bertemu dengan Tuhan Yesus secara pribadi Paulus mengalami jamahan-Nya dan hidupnya
pun berubah 180 derajat.
IBLIS MENUNGGU WAKTU YANG TEPAT (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 Januari 2016

Baca: 2 Korintus 2:5-11

"supaya Iblis jangan beroleh keuntungan atas kita, sebab kita tahu apa maksudnya." 2 Korintus 2:11

Banyak orang Kristen suka sekali meninggalkan jam-jam kebaktian dengan berbagai alasan. Itu tandanya
mereka sudah tidak lagi mengutamakan perkara-perkara rohani, padahal semakin kita melangkah
menjauh dari persekutuan dengan Tuhan semakin kita menjadi pusat perhatian dan incaran si Iblis.
Rasul Paulus menasihati, "Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita,
seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat
melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat." (Ibrani 10:25). Begitu juga sekalipun kita tampak
aktif pelayanan, namun jika kita sendiri tidak karib dengan Tuhan secara pribadi melalui saat teduh, kita
tetap saja menjadi sasaran empuk Iblis. Itulah pentingnya berjaga-jaga dan selalu berdoa! "Berjaga-
jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi
daging lemah." (Matius 26:41).

Kapan lagi waktu tepat bagi Iblis? Saat kita menyimpan luka hati dan hidup dalam dosa. Ketika hati
dipenuhi hal-hal negatif seperti kecewa, sakit hati, iri hati, dendam, kepahitan, sulit mengampuni,
amarah, persungutan, maka itu saat tepat bagi Iblis melepaskan anak panahnya. "Karena dari hati
timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat."
(Matius 15:19). Maka "Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar
kehidupan." (Amsal 4:23). Bila kita tidak segera melakukan pemberesan di hadapan Tuhan hal itu akan
menjadi penghalang doa-doa kita: "Seandainya ada niat jahat dalam hatiku, tentulah Tuhan tidak mau
mendengar." (Mazmur 66:18).

Iblis musuh utama kita, jangan sekali-kali memberi celah kepadanya sebab ia selalu punya strategi-
strategi khusus dalam hidup manusia. Masalah dan tantangan boleh saja terjadi, tapi kita harus
memenuhi hati dan pikiran kita dengan hal-hal positif. Jangan berkompromi dengan dosa sebab dosa
menjauhkan kita dari Tuhan (baca Yesaya 59:1-2), dan semakin memudahkan Iblis menyerang dan
menghancurkan hidup kita.

Persekutuan karib dengan Tuhan dan firman-Nya, serta tidak berkompromi dengan dosa adalah
benteng pertahanan terhadap serangan Iblis!
IBLIS MENUNGGU WAKTU YANG TEPAT (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 Januari 2016

Baca: Lukas 4:1-13

"Sesudah Iblis mengakhiri semua pencobaan itu, ia mundur dari pada-Nya dan menunggu waktu yang
baik." Lukas 4:13

Jangan pernah berpikir bila keadaan kita sedang baik-baik saja berarti kita sedang terbebas dari incaran
si Iblis. Salah! Dalam keadaan tenang ini kita harus selalu waspada dan ekstra hati-hati, sebab sampai
detik ini Iblis terus "...berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang
dapat ditelannya." (1 Petrus 5:8). Iblis tahu tidak ada gunanya melancarkan serangan membabi buta
kepada orang percaya, tapi ia harus mencari 'sikon' yang tepat. Karena itu Iblis terus berjalan keliling
sambil menunggu waktu yang baik. Saat seseorang bergaul karib dengan Tuhan dan hidup seturut
kehendak-Nya adalah saat yang tidak tepat bagi Iblis, karena orang itu tidak mungkin dapat
dikalahkannya karena di dalam orang tersebut ada Roh Kudus.

Kapan waktu yang tepat bagi Iblis? Saat kita mulai meninggalkan jam-jam kebaktian atau ibadah.
Kebaktian atau ibadah adalah pertemuan antara Tuhan dan umat-Nya, oleh karena itu kebaktian tidak
bersifat satu arah saja melainkan dua arah yaitu dari Tuhan kepada manusia, juga dari manusia kepada
Tuhan. Itulah sebabnya di dalam kebaktian terdapat aktivitas dari Tuhan kepada umat-Nya: melalui
firman yang disampaikan hamba-Nya; dari jemaat kepada Tuhan: berupa doa, pujian, penyembahan
dan pemberian persembahan. Kebaktian atau ibadah itu penting sekali! "Latihlah dirimu beribadah.
Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji,
baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang." (1 Timotius 4:7b-8). Melalui kebaktian
(ibadah) roh kita kembali disegarkan, iman dan pengharapan kita semakin diteguhkan.

Melalui kebaktian pula kita berkesempatan bersekutu dengan saudara seiman lainnya sebagai
anggota keluarga Kerajaan Allah, karena kita "...bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan
kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah," (Efesus 2:19), sehingga
kita dapat saling menasihati, menopang, memotivasi, dan menguatkan.

Semakin kita setia berbakti kepada Tuhan semakin kita beroleh kekuatan untuk menjalani hari-hari
yang ada sehingga kita tidak mudah diperdaya Iblis.

DAMPAK MEMUJI TUHAN


Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Januari 2016

Baca: Mazmur 66:1-20


"Bersorak-sorailah bagi Allah, hai seluruh bumi, mazmurkanlah kemuliaan nama-Nya, muliakanlah Dia
dengan puji-pujian!" Mazmur 66:1-2

Iman kristiani tidak dapat dipisahkan dari pujian. Dalam setiap ibadah aspek pujian selalu mendapat
porsi cukup banyak selain pemberitaan firman Tuhan. Memuji Tuhan seharusnya menjadi bagian hidup
orang percaya sehari-hari. Jadi jika ada orang Kristen tidak suka memuji Tuhan maka kekristenannya
patut dipertanyakan. Orang Kristen yang normal pasti suka memuji Tuhan bukan hanya saat senang atau
sukacita saja, tetapi di segala keadaan. Daud berkata, "Aku hendak memuji TUHAN pada segala waktu;
puji-pujian kepada-Nya tetap di dalam mulutku." (Mazmur 34:2), bahkan "Tujuh kali dalam sehari aku
memuji-muji Engkau, karena hukum-hukum-Mu yang adil." (Mazmur 119:164).

Mengapa kita harus selalu memuji Tuhan? Saat kita memuji Tuhan Dia akan melawat kita karena Dia
"...bersemayam di atas puji-pujian orang Israel." (Mazmur 22:4). Kata bersemayam artinya duduk,
tinggal dan berdiam. Puji-pujian kita merupakan singasana tempat Tuhan berdiam dan bertakhta. Saat
kita memuji-muji Tuhan "...Ia melawat umat-Nya dan membawa kelepasan baginya," (Lukas 1:68).
Seberat apa pun pergumulan yang kita hadapi jangan pernah berhenti memuji Tuhan. Jangan sampai
kita dikalahkan oleh situasi-situasi yang ada! Karena itu katakan kepada jiwamu, "Mengapa engkau
tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan bersyukur
lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!" (Mazmur 42:6). Saat kita memuji-muji Tuhan Dia akan
bertindak melepaskan kita dari kesesakan. "Sebab Ia melepaskan aku dari segala kesesakan, dan
mataku memandangi musuhku." (Mazmur 54:9), dan Ia "...melepaskan kita dari musuh-musuh kita dan
dari tangan semua orang yang membenci kita," (Lukas 1:71). Mata jasmani kita tidak melihat, tapi
percayalah dengan mata iman bahwa saat kita memuji Tuhan Dia akan berperang ganti kita.

Hiduplah senantiasa dalam puji-pujian, bahkan di saat tersulit sekali pun, karena saat kita
melakukannya Tuhan akan hadir dan kehadiran-Nya pasti disertai dengan hadiratNya yang penuh kuasa!

Memuji Tuhan adalah perintah yang harus dilakukan oleh semua orang percaya, sebab kita diciptakan
untuk kemuliaan nama-Nya (baca Yesaya 43:7).

BERDUKACITA MELIHAT DOSA


Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Januari 2016

Baca: Lukas 6:20-26

"Celakalah kamu, yang sekarang ini tertawa, karena kamu akan berdukacita dan menangis." Lukas
6:25b

Jika memperhatikan keadaan dunia ini semua orang bisa langsung menyimpulkan bahwa keadaannya
semakin hari tidak bertambah baik. Alkitab sudah mencatat bahwa di masa-masa akhir "Kamu akan
mendengar deru perang atau kabar-kabar tentang perang. Namun berawas-awaslah jangan kamu
gelisah; sebab semuanya itu harus terjadi, tetapi itu belum kesudahannya. Sebab bangsa akan bangkit
melawan bangsa, dan kerajaan melawan kerajaan. Akan ada kelaparan dan gempa bumi di berbagai
tempat." (Matius 24:6-7). Dari tahun ke tahun dan dari generasi ke generasi tingkat kejahatan bukan
semakin menurun, tetapi menunjukkan grafik yang terus meningkat dan menjadi-jadi. Berita tentang
tindak kejahatan: pembunuhan, perampokan, pemerkosaan, penindasan dan sebagainya sudah menjadi
hal yang biasa kita lihat dan dengar setiap hari.

Tanpa disadari hati nurani kita pun mulai menyesuaikan diri dengan keadaan yang ada. Jika hal ini
dibiarkan terjadi, suatu saat nanti hati nurani kita akan menjadi tumpul dan tidak lagi punya kepekaan
ketika menyaksikan kejahatan yang terjadi di sekitar kita. "Celakalah kamu, yang sekarang ini tertawa,"
(ayat nas). Orang yang masih memiliki hati nurani pasti akan berduka, menangis dan meratap ketika
melihat dan mendengar kejahatan begitu merajalela di mana-mana. Bila hati nurani kita tersentuh dan
timbul di hati rasa duka yang mendalam, yang membuat kita menangis dan tergerak untuk mendoakan
mereka, sehingga Tuhan akan menyebut kita berbahagia.

Yesus berduka melihat Yerusalem penuh kejahatan: orang-orang Yahudi menolak kehadiran-Nya dan
para hamba-Nya. Yesus menangisi kota itu, Ia tahu penghukuman atas mereka sudah menanti.
"Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang
yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam
mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau." (Lukas 13:34).

Melihat orang-orang di sekitar hidup dalam kejahatan, apakah kita bersikap masa bodoh dan cuek,
ataukah kita tergerak hati berdoa dan menolong mereka? "selamatkanlah mereka dengan jalan
merampas mereka dari api." Yudas 23

Posted by Air Hidup Blog at 1:00 AM 1 comment: Links to this post

MENDERITA SEBAGAI SAKSI KRISTUS


Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Januari 2016

Baca: 1 Petrus 4:12-19

"Tetapi, jika ia menderita sebagai orang Kristen, maka janganlah ia malu, melainkan hendaklah ia
memuliakan Allah dalam nama Kristus itu." 1 Petrus 4:16

Tak seorang pun manusia di dunia ini yang mau menderita dalam menjalani hidup. Yang diinginkan dan
diimpikan oleh semua orang adalah hidup berbahagia.

Mengapa rasul Petrus juga menasihati agar setiap orang percaya atau pengikut Kristus atau orang
Kristen tidak menjadi malu jika ia menderita? Kata menderita yang dimaksudkan ayat nas adalah
menderita karena nama Kristus. Karena mempertahankan iman percayanya kepada Kristus seseorang
rela dikucilkan oleh keluarga, dijauhi oleh teman dan sahabat, dan diperlakukan tidak adil oleh sesama;
itulah penderitaan. "Berbahagialah kamu, jika kamu dinista karena nama Kristus, sebab Roh kemuliaan,
yaitu Roh Allah ada padamu." (ayat 14). Tetapi sebaliknya jika seseorang harus menderita karena
melakukan perbuatan dosa atau melanggar hukum, itu yang seharusnya membuatnya malu. Karena itu
"Janganlah ada di antara kamu yang harus menderita sebagai pembunuh atau pencuri atau penjahat,
atau pengacau." (ayat 15).

Setiap penderitaan selalu mendatangkan dukacita, tetapi firman Tuhan memperingatkan agar kita
jangan menderita karena dosa, melainkan karena kebenaran. Ada tertulis: "Memang setiap orang yang
mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya," (2 Timotius 3:12). Kata aniaya
hampir selalu berkaitan dengan penderitaan. Berbicara tentang aniaya umumnya pikiran kita langsung
tertuju kepada penderitaan secara fisik karena siksaan. Itu tidak salah! Namun sebenarnya ada dua
macam aniaya yang dialami oleh orang yang sungguh-sungguh beribadah kepada Tuhan: pertama,
penderitaan karena dianiaya secara fisik seperti yang dialami oleh para martir, bahkan mereka harus rela
kehilangan nyawanya. Contoh: Stefanus yang mati dilempari batu karena imannya kepada Kristus (baca
Kisah 7:54-60); Kedua, penderitaan menolak kenikmatan dosa. Saat seseorang bergumul dengan nafsu
dosa di dalam tubuhnya atau saat menolak tawaran kenikmatan dosa, saat itulah ia menangis dan
berdukacita.

Namun "...barangsiapa telah menderita penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat dosa." 1
Petrus 4:1

RONA-RONA KEHIDUPAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Januari 2016

Baca: Mazmur 66:1-20

"Sebab Engkau telah menguji kami, ya Allah, telah memurnikan kami, seperti orang memurnikan perak."
Mazmur 66:10

Di dunia ini tidak ada sesuatu yang indah dan berharga mahal, yang dihasilkan secara kebetulan, atau
muncul secara tiba-tiba, tetapi semuanya melalui sebuah proses.

Begitu pula kehidupan rohani, jika kita rindu menjadi 'perabot' Tuhan untuk maksud yang mulia,
bukan yang kurang mulia atau biasa, tentu ada syaratnya: "...jauhilah nafsu orang muda, kejarlah
keadilan, kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan
hati yang murni. Hindarilah soal-soal yang dicari-cari, yang bodoh dan tidak layak." (2 Timotius 2:22-
23a). Pula kita harus mau menjalani proses yang Tuhan kehendaki. Oleh karena itu milikilah sikap hati
yang benar atau respons yang positif terhadap situasi-situasi yang terjadi dalam kehidupan ini. Mungkin
kita harus melewati ujian, penderitaan, masalah, kesukaran, dan berbagai macam pergumulan yang
berat; bukan berarti Tuhan tidak mengasihi kita atau berlaku kejam kepada kita, namun kita harus
percaya bahwa "...Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka
yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah." (Roma 8:28).
Tuhan memakai situasi-situasi tersebut sebagai sarana untuk membentuk memurnikan dan
mendewasakan kita sampai Ia membawa kita pada sebuah kehidupan yang indah di pemandangan-Nya.

Kehidupan kita ini bisa digambarakan seperti menu makanan yang terasa lezat, nikmat dan berkelas
apabila memiliki campuran berbagai rasa yang telah dioleh dan diproses melalui dapur api oleh seorang
chef (juru masak): terkadang ada suka, ada duka, ada manis, ada pahit, ada kesuksesan dan terkadang
kegagalan. Itulah rona-rona sebuah kehidupan! Jika kita memiliki penyerahan diri penuh kepada Tuhan
selaku Chef yang sangat ahli dalam meramu resep, maka seberat apa pun proses yang harus kita jalani
kita takkan pernah memberontak dan lari. Memang seketika waktu kita akan merasakan betapa pedih,
perih, sakit dan dukacita yang dalam, namun Tuhan pasti akan membuat segala sesuatu indah pada
waktunya (baca Pengkhotbah 3:11).

"...seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas." Ayub 23:10

CITRA DIRI POSITIF


Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Januari 2016

Baca: Yesaya 43:1-7

"...Aku telah memanggil engkau dengan namamu, engkau ini kepunyaan-Ku." Yesaya 43:1

Citra diri (self-image) adalah sebuah keadaan dalam pikiran kita, cara kita berpikir dan merasa tentang
diri kita. Ketika seseorang memiliki citra diri positif dampaknya pun akan positif: rasa percaya diri
meningkat, memacu semangat dan memberi energi lebih untuk menjalani hidup sehingga segala potensi
yang ada di dalam diri pun dapat di-explore secara maksimal. Bagaimana supaya kita memiliki citra diri
positif? Belajarlah menerima diri sendiri apa adanya dengan segala kelemahan, kekuatan, kekurangan
dan kelebihan yang kita miliki. Jika menyadari siapa diri kita di hadapan Tuhan seharusnya semua orang
percaya memiliki citra diri positif tentang dirinya. Mengapa? "Oleh karena engkau berharga di mata-Ku
dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau," (Yesaya 43:4).

Apa buktinya kita berharga di mata Tuhan? 1. Tuhan rela mengorbankan nyawa-Nya bagi kita.
"Karena waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka pada waktu yang
ditentukan oleh Allah. Sebab tidak mudah seorang mau mati untuk orang yang benar--tetapi mungkin
untuk orang yang baik ada orang yang berani mati--. Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada
kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa." (Roma 5:6-8), bahkan "sejauh
timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya dari pada kita pelanggaran kita." (Mazmur 103:12). 2. Tuhan
tidak pernah meninggalkan kita. "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali
tidak akan meninggalkan engkau." (Ibrani 13:5b). Walau Tuhan ada di sorga dan tidak berada di tengah-
tengah kita tapi ada Roh Kudus yang diutus untuk menjadi Penolong bagi kita, bahkan Ia akan
"...menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Matius 28:20b). 3. Tuhan tidak pernah
menolak kita. Karena himpitan ekonomi ada orangtua yang rela menjual bayinya, bahkan karena
kelahiran si anak tidak dikehendaki ada pula ibu yang tega membuang dan bahkan membunuh bayinya.
Daud berkata, "Sekalipun ayahku dan ibuku meninggalkan aku, namun TUHAN menyambut aku."
(Mazmur 27:10). Orangtua di dunia ini bisa saja menolak dan meninggalkan kita, tapi Tuhan tidak
pernah menolak kita, Ia menerima kita apa adanya.

Tidak ada kasih di dunia ini seperti kasih Tuhan Yesus kepada kita!

TUHAN PERHATIKAN KARAKTER


Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Januari 2016

Baca: Roma 12:1-2

"Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu,
sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah:" Roma 12:2

Faktor fisik seringkali menjadi faktor utama orang menilai sesamanya. Karena itu banyak orang
mengandalkan tampangnya yang rupawan, cantik, bodi yang sexy dan proporsional sebagai pendongkrak
rasa percaya diri. Akhirnya orang hanya memusatkan diri kepada perkara-perkara jasmaniah dan
melupakan perkara-perkara rohaniah. Mereka hanya memikirkan hal-hal duniawi yang sifatnya hanya
sementara daripada memperhatikan hal-hal rohani yang sifatnya kekal, padahal "Bukan yang dilihat
manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati." (1
Samuel 16:7). Bagi Tuhan hal-hal jasmaniah sama sekali tidak masuk penilaian! Yang Tuhan nilai adalah
hati. Ini berbicara tentang kerohanian atau karakter.

Karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak, budi pekerti, watak atau tabiat yang membedakan
seseorang dengan yang lain. Sebagai pengikut Kristus kita wajib memiliki karakter seperti Kristus.
Karakter inilah yang membedakan kita dengan orang-orang di luar Tuhan. Karakter Kristus terbentuk di
dalam kita melalui proses yang harus kita jalani seumur hidup. Karena itu milikilah hati yang rela diubah
dan dibentuk Tuhan. "Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah
apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya. Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan,
yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku." (Yohanes 15:7-8).
Syarat utama memiliki karakter seperti Kristus adalah tinggal di dalam Tuhan dan firman-Nya. Artinya
bergaul karib dengan Tuhan dan taat melakukan firman-Nya, sebab "Segala tulisan yang diilhamkan
Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan
dan untuk mendidik orang dalam kebenaran." (2 Timotius 3:16).

Berkat luar biasa disediakan Tuhan jika kita tinggal dalam Tuhan dan firman-Nya: "...mintalah apa
saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya." Namun yang kita minta haruslah sesuai
kehendak Tuhan, memuliakan nama-Nya dan merupakan kebutuhan kita.

"Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan." Matius 3:8

HINA DI MATA MANUSIA, BERHARGA DI MATA TUHAN


Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Januari 2016

Baca: Efesus 3:1-13

"Kepadaku, yang paling hina di antara segala orang kudus, telah dianugerahkan kasih karunia ini, untuk
memberitakan kepada orang-orang bukan Yahudi kekayaan Kristus, yang tidak terduga itu," Efesus 3:8

Manusia menilai sesamanya berdasarkan apa yang dimiliki: uang, harta benda, prestasi, kedudukan dan
sebagainya. Itulah sebabnya orang kaya cenderung berlaku sombong karena di mana-mana selalu
dihargai dan dihormati. Mereka enggan bergaul dengan orang miskin karena merasa bukan se-level.
Akhirnya mereka membentuk komunitas tersendiri: kaum sosialita.

Sesungguhnya makna asli dari kaum sosialita adalah kumpulan orang-orang yang memiliki derajat
tinggi, kaya dan terpandang yang memiliki jiwa sosial terhadap orang-orang yang kurang mampu.
Dewasa ini kata sosialita mengalami pergeseran makna karena selalu dikaitkan dengan kehidupan
mewah, glamour dan menghambur-hamburkan uang untuk sekedar mendapatkan pengakuan atas
kekayaannya. Sementara mereka yang tidak punya apa-apa akan semakin terpinggirkan sehingga
mereka menjadi sangat minder, merasa tidak berarti dan hina. Tidak seharusnya kita berlaku demikian,
sebab di hadapan Tuhan semua manusia adalah sama. Rasul Paulus sama sekali tidak merasa minder
sebagai orang yang paling hina: "Kepadaku, yang paling hina di antara segala orang kudus, telah
dianugerahkan kasih karunia ini..." Meski dihadapkan pada tekanan, penderitaan, aniaya, himpitan,
kesukaran dan berbagai pergumulan berat lainnya Paulus tidak mengeluh dan berputus asa, sebaliknya ia
tetap bisa mengucap syukur, bahkan dengan jujur mengakui bahwa dirinya adalah orang yang paling
hina. Mengapa? Karena Paulus menyadari siapa dirinya di hadapan Tuhan, "...kita ini debu..." (Mazmur
103:14), telanjang dan miskin, tetapi karena kasih-Nya Tuhan telah mengangkat hidupnya dan
memilihnya untuk menjadi mitra kerja-Nya. "...apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia,
dipilih Allah..." (1 Korintus 1:28).

Jangan pernah berkecil hati dengan keadaan kita saat ini! Manusia boleh saja meremehkan dan
merendahkan kita, tapi percayalah bahwa Tuhan sangat mengasihi kita!
"Ia menegakkan orang yang hina dari dalam debu dan mengangkat orang yang miskin dari lumpur,"
Mazmur 113:7

Elisabet: Air Mata Menjadi Sukacita


Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 Januari 2016

Baca: Lukas 1:57-66

"Kemudian genaplah bulannya bagi Elisabet untuk bersalin dan iapun melahirkan seorang anak laki-
laki." Lukas 1:57

Inilah reaksi Zakharia mendengar berita sukacita dan malaikat Gabriel: "Bagaimanakah aku tahu, bahwa
hal ini akan terjadi?" (ayat 18). Karena ketidakpercayaannya Zakharia harus menanggung akibatnya:
kata malaikat itu, "Sesungguhnya engkau akan menjadi bisu dan tidak dapat berkata-kata sampai
kepada hari, di mana semuanya ini terjadi, karena engkau tidak percaya akan perkataanku yang akan
nyata kebenarannya pada waktunya." (ayat 20). Zakharia bisu selama masa kehamilan isterinya.

Bayi yang dikandung Elisabet bukanlah bayi biasa. Ada rencana Allah yang besar yaitu menjadikannya
kelak sebagai utusan Allah untuk mendahului Yesus Kristus, Sang Mesias: "...ia akan besar di hadapan
Tuhan dan ia tidak akan minum anggur atau minuman keras dan ia akan penuh dengan Roh Kudus mulai
dari rahim ibunya; ia akan membuat banyak orang Israel berbalik kepada Tuhan, Allah mereka," (Lukas
1:15-16). Yohanes harus menjalani kehidupan yang baik: tidak minum anggur atau minuman keras.

Kita tahu perjanjian selalu melibatkan dua pihak yang sepakat. "Berjalankah dua orang bersama-
sama, jika mereka belum berjanji?" (Amos 3:3). Dalam hal perjanjian Tuhan dengan manusia, pihak
pertama adalah Tuhan, pihak kedua adalah orang percaya. Bagian Tuhan adalah menggenapi janji-Nya,
sedangkan bagian kita adalah hidup dalam perjanjian-Nya, menaati firman-Nya. Dalam menantikan janji
Tuhan ini kita dituntut percaya sampai janji-Nya digenapi. Masa penantian adalah masa yang
menentukan. Banyak yang gagal dalam 'ujian' menanti waktu Tuhan. "Nantikanlah TUHAN!
Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah TUHAN!" (Mazmur 27:14).

Mendapatkan seorang putera di masa tua benar-benar mendatangkan sukacita besar bagi Elisabet
dan Zakharia. Sesuai pesan Gabriel mereka menamai anak itu Yohanes, yang kemudian disebut Yohanes
Pembaptis, orang yang dipakai Tuhan untuk mempersiapkan jalan bagi Mesias yang dinanti-nantikan
orang Yahudi. Zakharia dan Elisabet yang menabur doa dengan cucuran air mata kini menuai sukacita!

"Ia mendudukkan perempuan yang mandul di rumah sebagai ibu anak-anak, penuh sukacita.
Haleluya!" Mazmur 113:9
TUGAS HAMBA: Taat Kepada Tuan (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Januari 2016

Baca: Kolose 3:22-25

"Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan
untuk manusia." Kolose 3:23

Jika dalam mengerjakan semuanya kita berprinsip mengerjakannya untuk Tuhan dan bukan untuk
manusia maka kita akan bekerja sepenuh hati, tidak setengah-setengah. "Segala sesuatu yang dijumpai
tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga, karena tak ada pekerjaan, pertimbangan,
pengetahuan dan hikmat dalam dunia orang mati, ke mana engkau akan pergi." (Pengkhotbah 9:10).
Jika kita mengerjakan segala sesuatu sekuat tenaga hasilnya pun akan maksimal. Berbeda dengan
pekerja yang bekerja asal-asalan, yang tmelakukan tugasnya setengah hati, hasilnya pasti
mengecewakan. Jika kita ingin berhasil dalam bidang apa pun tidak ada jalan lain selain harus bekerja
giat dan melakukan yang terbaik. Zig Ziglar, motivator terkenal menulis: "Jika Anda selalu
mempersembahkan usaha yang terbaik hal itu akan menjadikan Anda seorang pemenang." Melakukan
yang terbaik pada hari ini akan membawa kita ke tempat terbaik di masa depan.

Taat kepada pemimpin tidaklah diartikan taat secara absolut ketika pemimpin memerintahkan kita
melakukan hal yang menyimpang dari kebenaran. Ketaatan ini dimaksudkan tetap tidak keluar dari
kebenaran. Jangan sampai karena takut kepada pemimpin lalu kita berkompromi dengan dosa. Ketika
diperintahkan raja menyembah berhala, Daniel, Sadrakh, Mesakh dan Abenego memilih untuk taat
kepada Tuhan daripada manusia, apa pun konsekuensinya. Ketika mereka mempertahankan diri hidup
benar Tuhan pun tampil sebagai pembela. Dengan cara-Nya yang ajaib Tuhan meluputkan mereka dari
kesukaran. "Sekarang aku tahu, bahwa TUHAN memberi kemenangan kepada orang yang diurapi-Nya
dan menjawabnya dari sorga-Nya yang kudus dengan kemenangan yang gilang-gemilang oleh tangan
kanan-Nya." (Mazmur 20:7).

Pekerjaan apa pun yang dipercayakan kerjakan itu dengan kualitas yang terbaik seperti untuk Tuhan,
bukan untuk manusia, sebab "...dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu
sebagai upah." (Kolose 3:24).

Upah yang disediakan Tuhan bagi kita pasti sebanding dengan upaya dan kualitas kerja yang kita
berikan.

TUHAN YESUS: Datang Untuk Melayani


Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 Januari 2016

Baca: Markus 9:33-37


"Maka Yesus mengambil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka, kemudian
Ia memeluk anak itu..." Markus 9:36

Keagungan hidup seseorang menurut Tuhan Yesus adalah ketika ia menunjukkan sikap mengasihi dan
melayani orang-orang kecil yang dipandang hina oleh sesamanya. Tetapi yang terjadi di zaman sekarang
ini orang yang dipandang 'besar' oleh dunia justru bersikap semena-mena terhadap orang kecil.

Tindakan Tuhan Yesus mengambil seorang anak kecil, menempatkan di tengah murid-murid-Nya dan
memeluknya (ayat nas) adalah gambaran sikap bagaimana Ia bahkan sangat menghargai dan
memperhatikan anak kecil. Karena itu seorang pemimpin yang mau memperhatikan dan membela hak-
hak rakyat kecil adalah orang yang besar di mata Tuhan. Umumnya ketika seseorang menjadi pemimpin
atau sudah berada di 'atas' cenderung lupa diri dan kemudian menggunakan jurus 'aji mumpung'
dengan menyalahgunakan wewenang dan kekuasaan yang dimiliki untuk menindas rakyat kecil:
"...pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-
pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka." (Matius 20:25). Kesediaan Tuhan Yesus
melayani orang-orang kecil (miskin), tak terpandang, rendah dan hina justru membuat-Nya semakin
dimuliakan oleh Bapa di sorga. "Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan
kepada-Nya nama di atas segala nama," (Filipi 2:9).

Jika Tuhan Yesus saja bersedia melayani orang-orang yang dipandang rendah oleh manusia, sangatlah
tidak pantas jika kita memiliki sikap yang bertentangan, sebab "Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada
di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup." (1 Yohanes 2:6). Sebagai orang percaya
kita adalah utusan-utusan Kristus. Utusan berarti mencerminkan atau merepresentasikan pengutusnya.
Tuhan Yesus adalah utusan Bapa; karena Bapa adalah kasih, Dia pun menunjukkan kasih-Nya melalui
sikap dan perbuatan secara nyata. Begitu pula Tuhan Yesus mengutus kita untuk melayani jiwa-jiwa dan
menyampaikan kabar keselamatan kepada mereka. Tetapi bila kehidupan kita tidak mencerminkan
Kristus hidup, layakkah kita disebut utusan Kristus?

Sebagaimana Kristus datang untuk melayani, kita pun diutus-Nya untuk melayani!

MENJADI TERBESAR: Impian Setiap Orang


Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Januari 2016

Baca: Markus 9:33-37

"Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan
pelayan dari semuanya." Markus 9:35

Kapernaum adalah salah satu kota penting tidak asing bagi pelayanan Tuhan Yesus. Banyak perkara
dikerjakan Tuhan Yesus di kota itu: menyembuhkan hamba seorang perwira, menyembuhkan orang
lumpuh yang diturunkan dari atap rumah, mengajar dan juga memanggil murid-murid dan sebagainya.
Karena itu Alkitab menyebut Kapernaum sebagai kota-Nya sendiri (baca Matius 9:1).

Ironisnya meski banyak mujizat dikerjakan oleh Tuhan Yesus di Kapernaum hanya sedikit orang yang
mau percaya kepada-Nya. Di kota itu pula saat berkumpul dengan murid-murid-Nya Tuhan Yesus
mendengar perdebatan mereka yang mempersoalkan tentang siapa di antara mereka yang layak menjadi
murid Tuhan yang 'terbesar'. Jujur saja tidak ada seorang pun yang mau menjadi orang 'terkecil',
dipandang sebelah mata atau diremehkan oleh sesamanya. Sebaliknya semua orang memiliki keinginan
atau hasrat untuk menjadi yang terbesar. Bukan rahasia pula jika manusia seringkali mengukur
'kebesaran' seseorang berdasarkan apa yang mereka lihat secara kasat mata: memiliki banyak gelar,
berpangkat dan memiliki harta kekayaan melimpah. Karena itu dunia berpandangan bahwa orang yang
terbesar adalah orang yang selalu dilayani dan disebut boss, sedangkan orang yang melayani adalah
orang kecil atau bawahan. Namun apalah artinya kita menjadi terbesar di hadapan manusia tetapi
keberadaan kita ini terkecil' alias tidak dianggap oleh Tuhan?

Untuk menjadi yang terbesar Tuhan Yesus justru memiliki pola yang berbeda yaitu harus melayani,
bukan dilayani, sama seperti Dia datang ke dunia bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani (baca
Matius 20:28). Seorang hamba Tuhan yang tidak hanya memperhatikan jemaat kaya tetapi juga mau
'turun' untuk melayani jemaat miskin masuk kategori sebagai orang terbesar di mata Tuhan. Sayang
sekali di zaman sekarang ini masih saja ada hamba-hamba Tuhan yang pilih-pilih tempat ketika melayani,
bahkan ada yang memasang bandrol (tarif) dan meminta fasilitas yang serba 'wah' ketika diundang
untuk berkhotbah, tidak jauh berbeda dengan selebriti dunia.

Yang terbesar di mata Tuhan adalah mereka yang mau melayani, bukan dilayani!

SEKARANG WAKTUNYA BERTINDAK


Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 Januari 2016

Baca: Pengkhotbah 9:1-2

"Karena manusia tidak mengetahui waktunya. Seperti ikan yang tertangkap dalam jala yang
mencelakakan, dan seperti burung yang tertangkap dalam jerat, begitulah anak-anak manusia terjerat
pada waktu yang malang, kalau hal itu menimpa mereka secara tiba-tiba." Pengkhotbah 9:12

Menunda-nunda pekerjaan adalah hal yang seringkali dilakukan banyak orang. Contohnya: ketika
mendapatkan tugas dari sekolah atau kantor yang dapat dikerjakan hari itu, tidak langsung kita kerjakan,
karena kita berpikir esok masih ada. Kita membiarkan waktu berlalu dengan percuma. Akibatnya tugas-
tugas semakin menumpuk dan membuat kita kewalahan sendiri.
Alkitab memperingatkan agar kita tidak menunda-nunda apa yang bisa kita kerjakan sekarang atau
hari ini. "Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang
malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja." (Yohanes 9:4). Ada 'quote' mengatakan:
"Mata uang yang paling berharga di dunia ini adalah waktu. Tidak seorang pun bisa membeli waktu yang
sudah terpakai." (Anonim). Bila sampai hari ini kita masih diberi nafas hidup berarti kesempatan bagi
kita untuk bekerja, berkaraya dan berjerih lelah bagi Tuhan: "Dalam tiap jerih payah ada keuntungan,"
(Amsal 14:23). Rasul Paulus juga menegaskan, "...dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu
tidak sia-sia." (1 Korintus 15:58); juga kesempatan untuk memaksimalkan talenta yang Tuhan beri;
kesempatan untuk menabur kebaikan. "Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah
datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah." (Galatia 6:9).

Jangan menunggu 'waktu yang tepat', tetapi mulailah sekarang juga! Mengapa? "Karena manusia
tidak mengetahui waktunya." (ayat nas). Jangan pernah berkata kalau kita tidak punya waktu, karena
pada dasarnya semua orang diberi waktu yang sama oleh Tuhan yaitu 24 jam sehari. Jadi tidak ada
alasan bagi kita untuk berdalih! Selagi masih sehat, selagi keadaan masih baik, selagi kesempatan masih
terbuka bagi kita, lakukan...

"Sesungguhnya, waktu ini adalah waktu perkenanan itu; sesungguhnya, hari ini adalah hari
penyelamatan itu." (2 Korintus 6:2b), "...jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan
hatimu!" (Ibrani 4:7).

BANGUN DAN BANGKITLAH!


Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 Januari 2016

Baca: Efesus 5:14-21

"Bangunlah, hai kamu yang tidur dan bangkitlah dari antara orang mati dan Kristus akan bercahaya
atas kamu." Efesus 5:14

Awal tahun adalah saat yang tepat untuk mengevaluasi kembali hidup kita. Karena kesibukan dan
rutinitas yang begitu padat banyak orang lupa dan tidak lagi punya waktu untuk merenungkan apa yang
telah dijalaninya di sepanjang tahun lalu. Hidup ini sangatlah singkat, sangat disayangkan bila kita
melewatinya tanpa makna. Apakah selama ini kita menyia-nyiakan waktu yang ada, ataukah kita mengisi
waktu dengan hal-hal yang sia-sia pula? "...perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup,
janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena
hari-hari ini adalah jahat." (Efesus 5:15-16).

Banyak hal yang perlu dievaluasi: pelayanan, pekerjaan, studi, keluarga dan prioritas kita. Evaluasi ini
bertujuan untuk mengoreksi dan memperbaiki kesalahan dan kekurangan yang telah kita lakukan.
Setelah itu kita bertekad mengarahkan pandangan ke depan. "...aku melupakan apa yang telah di
belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk
memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus." (Filipi 3:13-14). Saat
memandang ke depan bisa saja timbul rasa takut dan kuatir karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi.
Namun, "Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada
jalan hidupnya? Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah
yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak
mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. Tetapi
carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.
Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri.
Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari." (Matius 6:27, 31, 32, 33, 34).

Asal kita mengutamakan Tuhan dan hidup dalam kebenaran tidak ada yang perlu ditakutkan dan
dikuatirkan tentang hari esok. Percayalah bahwa janji Tuhan adalah ya dan amin. Kerjakan bagian kita,
maka Tuhan pasti akan menggenapi janji-Nya!

Bangkitlah...! Jangan biarkan waktu yang ada terbuang sia-sia!

BERUBAH MENJADI LEBIH BAIK


Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Januari 2016

Baca: 1 Tesalonika 5:1-11

"Sebab itu baiklah jangan kita tidur seperti orang-orang lain, tetapi berjaga-jaga dan sadar." 1
Tesalonika 5:6

Semakin bertambahnya tahun semakin bertambah pula usia kita; semakin bertambahnya tahun
berarti semakin dekat pula hari kedatangan Tuhan kita, Yesus Kristus. Dalam menghadapi
tahun yang baru ini tidak ada kata lain selain kita harus memiliki semangat baru, tekad baru dan
komitmen baru yang bertujuan agar kehidupan kita jauh lebih baik dari tahun sebelumnya.
Harus ada perubahan positif dalam diri kita!

Perubahan itu bukanlah sekedar perubahan fisik semata, tetapi haruslah terutama hal
kerohanian. Kalau tahun lalu kita malas dan ogah-ogahan melayani Tuhan, di tahun baru ini
mari bertekad untuk bersungguh-sungguh lagi melayani-Nya. “Janganlah hendaknya
kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan.” (Roma 12:11), sebab
“…dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.” (1 Korintus 15:58). Kalau di
waktu lalu kita sayang dan selalu hitung-hitungan bila hendak menabur untuk pekerjaan Tuhan,
di tahun ini kita berkomitmen memberi yang terbaik. “Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan
dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu, maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh
sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah
anggurnya.” (Amsal 3:9-10).
Hidup adalah perubahan! Kalau dahulu kita melakukan banyak kesalahan, seharusnya di
tahun ini kita belajar untuk tidak mengulangi kesalahan tersebut; kalau dahulu mudah sekali
melihat kekurangan orang lain dan suka menghakimi, kini belajar untuk selalu mengoreksi diri.
“Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri; maka ia boleh bermegah melihat
keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain.” (Galatia 6:4). Adalah mustahil kita
berubah jika tidak ada kemauan untuk berubah dan tidak mau membayar harga. Hidup kita
akan berubah bila kita mau diajar, dibentuk dan dipimpin oleh Roh Kudus. Saat kita dipimpin-
Nya kita akan dimampukan untuk tidak lagi hidup dalam kedagingan. “Dan janganlah kamu
mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah kamu penuh
dengan Roh,” (Efesus 5:18).

Hidup kita akan jauh lebih baik bila kita mau dipimpin oleh Roh Kudus setiap hari!
PILIHAN KONYOL
12345 Rating 4.25 (12 Votes)

Diterbitkan hari Selasa, 27 September 2016 00:00


Ditulis oleh Daniel K. Listijabudi
Dibaca: 3620 kali

✕Powered By vbatesBaca: 1 Raja-Raja 3:1-15

Maka berikanlah kepada hamba-Mu ini hati yang faham menimbang perkara untuk menghakimi umat-Mu

dengan dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat, sebab siapakah yang sanggup menghakimi

umat-Mu yang sangat besar ini? (1 Raja-raja 3:9)

Bacaan Alkitab Setahun:

Zefanya 1-Hagai 2

Powered By vbates

✕Powered By vbates

Ingat dongeng lampu wasiat? Sesosok makhluk besar muncul dari lampu dan tertawa terbahak-bahak,

“Mintalah tiga permintaan, akan kukabulkan.” Sang penemu lampu mengajukan permintaan pertama:

kekayaan. Permintaannya dikabulkan, seketika ia memiliki harta benda mewah dan berlimpah. Permintaan

kedua: Beberapa perempuan cantik sebagi istri. Dikabulkan. Permintaan ketiga: panjang umur. Dikabulkan

juga. Lengkaplah kebahagiaan si penemu lampu. Sampai... sampai ia terus menua dan tak kunjung mati. Istri-

istrinya juga menua. Kekayaannya masih berlimpah, namun ia tidak bisa menikmatinya lagi. Ah, sadarlah ia,

seharusnya dulu ia meminta awet muda!

Dongeng konyol itu kiranya membantu kita untuk mengerti betapa pentingnya memilih. Dalam hal ini, Raja
Salomo nampak sedemikian bijak karena di tengah kemudaan dan keterbatasan pengalaman serta kuatnya

ancaman politik dari dalam dan luar negeri, ia meminta, ia memilih sesuatu yang tepat. Bukan kekayaan,

bukan keamanan. Yang ia minta adalah hikmat untuk menimbang perkara. Agaknya Salomo yang masih muda

itu mengerti apa yang utama dan apa yang sampingan. Hidup memang penuh pilihan. Untuk itu, diperlukan

kedalaman hidup, supaya pilihan-pilihan sungguh-sungguh mendalam, bernilai, dan tepat benar.

Bagaimana dengan pilihan-pilihan kita dalam bekerja, belajar, berkeluarga, berpelayanan?

Adakah pilihan kitaadalah pilihan yang mendalam? Ataukah dangkal? Yang pasti, dari pilihan Anda akan jelas

terlihat siapa Anda.—DKL

AJAR AKU YA TUHAN, MEMILIH DALAM HIKMAT-MU,

BUKAN MENURUT KEINGINANKU

MAKANAN YANG MENGODA


12345 Rating 4.88 (17 Votes)

Diterbitkan hari Senin, 26 September 2016 00:00


Ditulis oleh Richard Tri Gunadi
Dibaca: 5518 kali

Baca: Mazmur 81:1–17

Tetapi umat-Ku akan Kuberi makan gandum yang terbaik dan dengan madu dari gunung batu Aku akan

mengenyangkannya. (Mazmur 81:17)

Bacaan Alkitab Setahun:

Nahum 1-Habakuk 3

✕Powered By vbates

Hari itu saya menyelesaikan urusan di luar kota dengan mengendarai sepeda motor. Setelah segala urusan

beres, saya pulang dengan badan lelah dan perut lapar. Sepanjang perjalanan, saya beberapa kali tergoda
untuk berhenti di warung makan. Saat lihat warung soto, saya ingin makan soto. Saat lihat warung nasi goreng,

saya ingin makan. Semua makanan yang saya lihat sepertinya enak karena lapar. Namun saya menahan diri

dan terus melanjutkan perjalanan sampai rumah karena tahu Ibu sudah menyiapkan makan malam.

Orang lapar akan berusaha menghilangkan kelaparannya dengan makan, hal ini pun berlaku untuk rohani.

Banyak orang saat ini fisiknya kenyang, namun rohaninya kelaparan. Mereka berusaha mengenyangkannya

dengan mencari harta sebanyak mungkin, mengejar pangkat setinggi mungkin, melakukan seks bebas atau

mengkonsumsi narkoba, dan banyak lagi. Namun semuanya itu percuma, karena hanya Firman

Tuhan yang mampu mengenyangkan dan menguatkan. Kita harus sangat bersyukur sebagai umat Tuhan,

karena Tuhan sudah memberikan kita makananrohani yang terbaik. Tuhan memberikan Firman

Tuhan yang mengenyangkan rohani kita. Bangsa Israel merasakan langsung bagaimana Tuhan memelihara

hidup mereka, saat mereka taat. Tuhan memberikan perlindungan, kehormatan, dan makanan yang terbaik.

Namun saat mereka tidak mendengarkan suara-Nya, Tuhan membiarkan mereka dalam kedegilan hatinya.

Dengarkanlah Tuhan, dengan kita suka merenungkan Firman-Nya dan mempraktikkan Firman itu. Jaga

kesehatan rohani dengan selalu memberinya makanan, yaitu Firman Tuhan. Kita hidup seturut jalan-

jalan yang sudah Tuhan tetapkan.—RTG

ROHANI KITA KENYANG DAN KUAT SAAT SENANTIASA

DIISI DENGAN KEBENARAN FIRMAN TUHAN

GARAM ITU TERSEMBUNYI


12345 Rating 3.70 (43 Votes)

Diterbitkan hari Senin, 04 Januari 2016 00:00


Ditulis oleh Agus Santosa
Dibaca: 8009 kali

Baca: Matius 5:13-16

Kamu adalah garam dunia. (Matius 5:13)


Bacaan Alkitab Setahun:

Kejadian 10-12

✕Powered By vbates

Selain melezatkan makanan, garam lazim digunakan untuk mengawetkan makanan, mencegah

pembusukan. Garamadalah alternatif terbaik untuk menghalau kuman dan mencegah infeksi karena gigitan

serangga. Garam bisa digunakan untuk memadamkan api, juga mencairkan salju yang membeku.

Melalui Google, kita masih bisa menemukan 14.000 lebih manfaat garam bagi kehidupan manusia.

Tuhan Yesus menyamakan kita dengan garam, “Kamuadalah garam dunia.” Seperti garam yang memberi

banyak manfaat, Tuhan ingin kita memberkati kehidupan banyak orang. Namun, hakikat garam itu bersifat

laten atau tersembunyi. Tersamar, tak kentara, dan secukupnya saja. Tidakkah garam itu melezatkan makanan

tanpa pernah menjadi makanan itu sendiri? Itu artinya menjadi garam dunia menuntut kita dalam memberkati

tidak menonjolkan diri, memberi manfaat tanpa pamer diri. Tidak tampak superior, tidak populer, bahkan tanpa

pamrih. Anda bukansuperstar, tetapi dipilih Tuhan untuk membuka jalan bagi seorang bintang. Anda tetap

tersembunyi meskipun sumbangsih Anda menyemarakkan dunia. Anda mewarnai keberhasilan orang lain

tanpa menerima piala atau medali. Anda adalah pahlawan tak dikenal yang memerdekakan kehidupan orang

lain.

Tahukah Anda di balik sebutir garam itu tersembunyi kerendahan hati? Menjadi garam dunia itu bekerja

dengan baik dan benar, tetap tulus dan jujur meski kelicikan dan kepicikan meruyak di negeri ini. Siapkah

menggarami orang-orang di sekitar Anda, termasuk mereka yang menolak Anda?—ASA

MENJADI GARAM DUNIA BERARTI

MEMBERKATI SESAMA DALAM KERENDAHAN HATI

TUJUAN IBADAH KITA


12345 Rating 4.07 (29 Votes)

Diterbitkan hari Kamis, 07 Januari 2016 00:00


Ditulis oleh Samuel Yudi Susanto
Dibaca: 6551 kali
Baca: Kisah Pr. Rasul 19:23-40

Dengan demikian bukan saja usaha kita akan dihina orang, tetapi juga kuil Artemis, dewi besar itu, akan

kehilangan artinya... (Kisah Pr. Rasul 19:27)

Bacaan Alkitab Setahun:

Kejadian 19-21

✕Powered By vbates

Kekuatan sebuah negara ditentukan oleh kondisi ekonominya. Jika ekonomi memburuk, kekuatan negara akan

melemah. Berapa banyak negara di dunia ini yang terancam bangkrut karena krisis ekonomi? Jika ekonomi

hancur, para politisi pun akan jatuh. Jika seseorang kehilangan mata pencahariannya, hidupnya pun bisa

goyah.

Itulah yang terjadi di Efesus. Warga kota ini menjadikan Dewi Artemis sebagai sesembahan mereka. Kondisi ini

menguntungkan para pengrajin perak yang membuat dan menjual patung-patung dewi Artemis. Keadaan itu

mulai berubah ketika Paulus berhasil menyadarkan sebagianorang Efesus bahwa hanya ada satu Allah yang

sejati, dan banyak dari mereka yang berhenti menyembah Artemis itu. Salah satu dampaknya, bisnis para

pengrajin itu ikut terancam. Inilah yang memicu kerusuhan dan kekacauan di kota itu.

Apa yang terjadi dan dialami para pengrajin perak itu memberi pelajaran berharga bagi kita. Apa

sebenarnya tujuan ibadah dan penyembahan kita kepada Allah? Para pengrajin perak Efesus berusaha mati-

matian mempertahankan kegiatan ibadah penyembahan kepada Artemis untuk melindungi sumber

penghasilan mereka. Bagaimana dengan kita? Apakah motivasi penyembahan kita kepada Allah adalah untuk

mendapatkan mata pencaharian dan jalan memperoleh keuntungan? Semoga motivasi ibadah kita bukan

seperti itu! Beribadahlah kepada Allah dengan motivasi yang benar, yaitu karena kita rindu untuk mengenal

pribadi-Nya, bukan karena mengejar berkat-Nya.—SYS



Powered By vbates

AKANKAH KITA MARAH JIKA TERNYATA KITA TIDAK MENERIMA

APA YANG KITA HARAPKAN DARI PENYEMBAHAN KITA KEPADA ALLAH?


BERBAHAGIA DALAM PENDERITAAN
12345 Rating 3.86 (22 Votes)

Diterbitkan hari Jum'at, 08 Januari 2016 00:00


Ditulis oleh Piter Randan Bua
Dibaca: 6605 kali

Baca: 1 Petrus 4:12-19

Bersukacitalah, sesuai dengan bagian yang kamu dapat dalam penderitaan Kristus, supaya kamu jugaBOLEH

bergembira dan bersukacita pada waktu Ia menyatakan kemuliaan-Nya. (1 Petrus 4:13)

Bacaan Alkitab Setahun:

Kejadian 22-24

Richard Wurmbrand adalah gembala dari Rumania. Ia menghabiskan empat belas tahun di penjara akibat

melayani di gereja bawah tanah. Walaupun berkali-kali disesah, dipukuli setiap hari, dan berbulan-bulan tak

melihat matahari, semangatnya tak mengendur untuk memberitakan Injil. Ungkapannya yang indah berbunyi,

“Penjara bukanlah rintangan bagi kehidupan seorang Kristen yang berguna.” Kini, penjara tempat ia disiksa

telah menjadi tempat ibadah. Richard membuktikan bahwa dalam penderitaannya kebenaran Tuhan

menyertainya. Entah apa yang akan terjadi seandai Richard menyangkal imannya saat masa-masa sulit itu.

Kini ia bisa tersenyum karena kesetiaannya tak sia-sia.

Jauh sebelum Richard, orang percaya telah mengalami berbagai penganiayaan. Ya, orang percaya tidak perlu

merasa heran jika mereka ditentang karena iman mereka. Petrus mengingatkan, “Janganlah kamu heran akan

nyala api siksaan yang datang kepadamu sebagai ujian.” Ia melanjutkan, “Karena itu tetaplah bersukacita

dan berbahagia dalam penderitaan karena nama Kristus.”


Kenyataannya tak semua orang percaya memahami perkataan ini dan bisa melakoninya. Mengapa? Hanya

mereka yang sungguh-sungguh mengenal Allah dengan baik yang akan dimampukan menjalaninya. Mereka

akan bersukacita dan berbahagia dalam penganiayaan sekalipun. Mereka tahu dan percaya bahwa dalam

segala hal Allah turut bekerja untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka. Dalam penderitaan pun mereka

tetap memuliakan Allah. Bagaimana dengan kita?—PRB


PENDERITAAN KARENA KEBENARAN YANG KITA ALAMI

ADALAH ANUGERAH YANG JUSTRU PATUT KITA SYUKURI

TINDAKAN DAN RISIKO


12345 Rating 4.35 (20 Votes)

Diterbitkan hari Kamis, 14 Januari 2016 00:00

Ditulis oleh Lenny C. Manurung

Dibaca: 6334 kali

Baca: Ester 4:1-17

Kalau terpaksa aku mati, biarlah aku mati. (Ester 4:16b)

Bacaan Alkitab Setahun:

Kejadian 40-42

Nelson Mandela di Afrika Selatan, William Wilberforce di Inggris, Martin Luther King Jr. di Amerika Serikat—

merekaadalah contoh tokoh yang berani bertindak dan mengambilrisiko dalam mengubah dunia. Di sisi lain,

tidak sedikit orang yang tidak berbuat apa-apa karena takut dengan risiko yang akan dihadapi.
Ester menghadapi situasi yang pelik. Ia bisa dijatuhi hukuman mati karena langsung menghadap Raja tanpa

dipanggil. Namun, Ester bersedia untuk mengambil tindakan penting ini, dan berkata, “Kalau terpaksa aku

mati, biarlah aku mati!” (ay. 16b). Ester berfokus pada tantangan dari Mordekhai untuk melindungi bangsa

mereka dan mengupayakan keadilan. Kedua orang ini memiliki kepercayaan dan iman yang teguh kepada

Allah saat menghadapi tantangan. Tindakan mereka pun berdampak luas. Sepanjang kisah Ester tersirat

keberadaan dan kedaulatan Allah serta penyertaan-Nya yang nyata melalui tindakan yang diungkapkan oleh

Ester dan Mordekhai.

Bagaimana dengan kita? Dalam pekerjaan kita, pelayanan kita, hidup kita, hal ini sangat relevan. Saat ini pun

kita diundang untuk mengambil tindakan dalam rencana Tuhan yang lebih luas. Meskipun bisa jadi kita mesti

menanggung risiko yang fatal atas tindakan tersebut, beranikah kita tetap melangkah, dan berkata, “Kalau

terpaksa aku mati, biarlah aku mati”? Apakah kita yakin bahwa Tuhan akan memberikan kita hikmat dan

keberanian ketika kita bersandar kepada-Nya?—LCM


Powered By vbates

TANTANGAN MENJADI SEBUAH KESEMPATAN ISTIMEWA

UNTUK MENDEMONSTRASIKAN KEHADIRAN ALLAH

KEBANGGAAN PALSU
12345 Rating 4.27 (33 Votes)

Diterbitkan hari Senin, 18 Januari 2016 00:00

Ditulis oleh Samuel Yudi Susanto

Dibaca: 6654 kali

Baca: Obaja 1:1-16

Keangkuhan hatimu telah memperdayakan engkau, ya engkau yang tinggal di liang-liang batu, di tempat

kediamanmu yang tinggi; engkau yang berkata dalam hatimu: "Siapakah yang sanggup menurunkan aku ke
bumi?" (Obaja 1:3)

Bacaan Alkitab Setahun:

Keluaran 1-4
✕Powered By vbates

Ada banyak alasan mengapa kita berbangga diri. Karena anak-anak berhasil dalam studi; karena suami atau

istri yang sukses dalam pekerjaan; karena kita menerima penghargaan. Kebanggaan yang wajar. Tetapi akan

menjadi hal yang salah ketika kebanggaan itu membuat kita sombong dan mulai merendahkan orang lain.

Bangsa Edom membanggakan diri dengan beberapa hal, antara lain merasa diri bijaksana (ay. 8) dan kuat bak

pahlawan (ay. 9). Mereka juga menganggap diri mereka sebagai bangsa yang kuat dan tidak dapat dikalahkan

karena mereka tinggal di dataran tinggi atau daerah pegunungan (ay. 3-4). Bangsa Edom menyombongkan diri

mereka di hadapan Yehuda (sisa bangsa Israel yang masih berada di tanah milik pusaka mereka) saat Yehuda

sedang mengalami kehancuran, bukan ketika Yehuda masih dalam keadaan yang aman (ay. 12-

13). Kebanggaan semacam ini nyatanya mendatangkan kehancuran bagi bangsa tersebut. Bukannya

ditinggikan, mereka malah direndahkan!

Sumber kebanggaan diri kita hanyalah pemberian Tuhan semata. Namun kita harus tetap menjaga hati untuk

tidak sombong akibat hal-hal yang membanggakan tersebut. Ketika kita melihat ke sekeliling kita, orang-orang

yang mungkin tidak seberuntung kita, apakah kita lalu merasa lebih baik dari mereka? Kiranya kita dijauhkan

dari sikap semacam itu. Sebaliknya, biarlah kita belajar untuk tetap rendah hati dan menyalurkan karunia

Tuhan tersebut untuk menolong orang-orang di sekitar kita.—SYS

KEBANGGAAN DIRI TANPA DISERTAI KERENDAHHATIAN

AKAN MENDATANGKAN KECELAKAAN, BUKAN KESEJAHTERAAN

IMAN YANG BENAR


12345 Rating 4.31 (29 Votes)
Diterbitkan hari Rabu, 20 Januari 2016 00:00

Ditulis oleh Sony Christian

Dibaca: 7520 kali

Baca: Yudas 1:17-23

Akan tetapi kamu, Saudara-saudaraku yang terkasih, bangunlah dirimu sendiri di atas dasar

imanmu yang paling suci dan berdoalah dalam Roh Kudus. (Yudas 1:20)

Bacaan Alkitab Setahun:

Keluaran 8-10


Powered By vbates

Ketika kita melihat gunung, dari kejauhan gunung itu tampak berwarna biru. Tetapi, setelah dekat,
ternyata keadaannya tidak demikian. Ada gerombolan pepohonan besar, ada permukaan
tanah yang cokelat, dan sebagainya.

Seperti penampakan gunung, tidak sedikit orang yangmengaku dirinya Kristen, hidupnya kelihatan
rohani, tetapi sebenarnya ia tidak memiliki iman. Bisa jadi ia kelihatan baik, tetapi ternyata menipu
sesamanya. Ada juga yang menduakan Tuhan dengan masih pergi ke dukun atau paranormal untuk
meminta petunjuk.

Yudas mengingatkan seharusnya kita membangun diri sendiri di atas dasar iman yang paling suci. Orang
yang membangun rumah tidak hanya membuat fondasi, namun menyelesaikannya sampai rumah
berdiri. Kita pun tidak tinggal dalam keadaan yang tetap sama seperti ketika baru bertobat, tetapi terus
bertumbuh.

Sedangkan dasar iman yang paling suci itu adalah Yesus Kristus, bukan yang lain. Juga dikatakan,
berdoalah dalam Roh Kudus. Maksudnya, bila kita berdoa dengan penuh kepercayaan kepada Yesus,
kuasa Roh Kudus akan dinyatakan atas hidup kita. Bukan pula berdoa menuruti hawa nafsu, melainkan
berdoa selaras dengan kehendak Tuhan.

Orang yang hidup dalam dasar iman yang benar tidak akan diombang-ambingkan oleh angin pengajaran
sehingga ia tidak menyimpang dari kebenaran. Sebaliknya, ia akan terus bertumbuh dalam pengenalan
akan Allah dan menjadi semakin serupa dengan gambaran Anak-Nya. Kiranya kehidupan kita pun
demikian.—SCN

IMAN YANG SEJATI MEMAMPUKAN KITA TERUS BERTUMBUH

SELARAS DENGAN KEBENARAN ALLAH

TUJUAN MELAYANI
12345 Rating 4.52 (21 Votes)

Diterbitkan hari Jum'at, 22 Januari 2016 00:00

Ditulis oleh Selly Miarani

Dibaca: 6713 kali

Baca: Ibrani 12:1-3

Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman dan

membawa iman kita itu kepada kesempurnaan. (Ibrani 12:2)

Bacaan Alkitab Setahun:

Keluaran 14-16

Pernahkah Anda merasa pelayanan Anda di gereja semakin menurun atau merosot? Biasanya Anda ikut

terlibat dalam sebuah pelayanan setiap minggu, namun sudah beberapa bulan Anda bahkan tidak pernah

dijadwalkan dalam pelayanan apa pun. Namun demikian, Anda hanya berdiam diri dan malah merasa

beruntung nama Anda tidak tertera sebagai petugas pelayanan ibadah di gereja.

Mungkin Anda merasa majelis penatalayanan menganggap Anda tidak layak untuk ikut terlibat dalam
pelayanan tertentu? Atau, Anda mengeluh karena nama Anda hanya tercantum sebagai petugas

penyambutan?

Saya pernah merasakan salah satunya. Tetapi, ketika membaca kembali sebuah catatan khotbah yang pernah

saya tuliskan beberapa tahun silam, saya merasa ditegur. Di situ tertera: Bagaimana caranya agar pelayanan

kita jangan sampai merosot?

Paling tidak ada dua langkah. Pertama, untuk siapa kita melayani (ay. 2)? Tidak ada pelayanan yang kecil atau

besar di hadapan Tuhan. Segala sesuatu yang kita lakukan untuk Tuhan, berharga di mata-Nya. Kedua,

buanglah pandangan yang salah terhadap saudara seiman dan arahkanlah pandangan kita hanya kepada

Tuhan Yesus. Ayat 3 menekankan bahwa kita seyogyanya mengingat pengurbanan Yesus, agar kita tidak

menjadi lemah dan putus asa.

Saya pun kembali merenungkan. Apa tujuan saya melayani? Saya melayani untuk diri sendiri, jemaat, atau

untuk Tuhan? Hal itu menolong saya untuk menyikapi pelayanan dengan sepatutnya.—MIA
✕Powered By vbates

PELAYANAN APA PUN YANG DIPERCAYAKAN KEPADA KITA,

LAKUKANLAH UNTUK TUHAN DENGAN SEGENAP HATI KITA

PUJIAN DAN UJIAN


12345 Rating 4.50 (18 Votes)

Diterbitkan hari Minggu, 24 Januari 2016 00:00

Ditulis oleh Lim Ivenina Natasya

Dibaca: 4942 kali

Baca: Ayub 23:1-17

Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas. (Ayub 23:10)
Bacaan Alkitab Setahun:

Keluaran 20-22

Ayub menerima pujian dari Tuhan sebagai orang yang saleh dan jujur, takut akan Allah dan menjauhi

kejahatan, tiada seorang pun di bumi seperti dia. Sesudahnya, ia mengalami ujian yang hebat. Segala

kepunyaannya—lembu, keledai, kambing, domba, unta, termasuk para penjaganya—habis lenyap. Kesepuluh

anaknya pun meninggal pada hari yang sama. Mendengar hal itu, Ayub sujud dan menyembah Tuhan. Dalam

semuanya itu, ia tidak berbuat dosadan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut (1:20-22).

Setelah ujian, Ayub menerima pujian kedua dari Tuhan, sebagai orang yang tetap tekun dalam kesalehannya,

meskipun iblis telah membujuk Tuhan melawan dia untuk mencelakakannya tanpa alasan (2:3). Kemudian

Ayub menerima ujian lagi, ditimpa barah yang busuk dari telapak kaki sampai ke batu kepalanya (2:7), bahkan

istrinya menyuruhnya mengutuki Allah dan mati (2:9). Dalam semuanya itu, Ayub tidak berbuat dosa dengan

bibirnya (2:10). Akhirnya Tuhan memulihkan keadaan Ayub, memberikan kepadanya dua kali lipat dari segala

kepunyaannya dahulu dan memberkati Ayub dalam hidupnya selanjutnya lebih daripada hidupnya yang dahulu

(42:10,12).

Ada kalanya kita menerima pujian dan ada kalanya kita menerima ujian. Dalam siklus ini, di balik pujian pasti

adaujian, dan di balik ujian pasti ada pujian. Apa yang sedang kita terima saat ini? Ketika kita dipuji, tetaplah

rendah hati. Ketika kita diuji, tetaplah bertahan dalam iman.—IN

PUJIAN MEMBESARKAN HATI;

UJIAN MEMURNIKAN IMAN

BERPURA-PURA
12345 Rating 4.29 (21 Votes)

Diterbitkan hari Sabtu, 30 Januari 2016 00:00

Ditulis oleh Nike Nilawatikresna

Dibaca: 4489 kali


✕Powered By vbatesBaca: Kejadian 27:1-40

Lalu datanglah Yakub dekat-dekat dan diciumnyalah ayahnya. Ketika Ishak mencium bau pakaian Yakub,

diberkatinyalah dia, katanya: “Sesungguhnya bau anakku adalah sebagai bau padang yang diberkati TUHAN.”

(Kejadian 27:27)

Bacaan Alkitab Setahun:

Keluaran 38-39

Seorang wanita memesan tiket pesawat untuk dirinya dan anaknya. Petugas penjual tiket, yang mengenal baik

wanita ini, menganjurkannya membeli satu tiket saja. Menurutnya, si anak berbadan mungil sehingga tidak

akan ketahuan jika umurnya di atas 3 tahun. Sesaat wanita itu mempertimbangkan anjuran ini sambil

membayangkan uang yang bisa dihemat. Akhirnya, ia memutuskan untuk tetap membeli dua tiket sesuai

dengan peraturan penerbangan.

Peristiwa tersebut mengingatkan saya pada Ribka, yang menyuruh Yakub berpura-pura menjadi Esau demi

mendapatkan berkat anak sulung. Dan, Yakub menuruti perintah ibunya. Ia mengambil kambing untuk diolah

ibunya menjadi makanan yang enak (ay. 14). Ia memakai pakaian kepunyaan Esau (ay. 15). Ia berpura-

pura menjadi Esau dan menyediakan makanan dan minuman untuk ayahnya (ay. 25). Tepat seperti yang

direncanakan, Ishak yang sudah tidak bisa melihat itu tertipu lalu memberikan berkat anak sulung kepada

Yakub (ay. 28 dan 29). Namun, Yakub nantinya harus membayar mahal perbuatannya itu dengan menjadi

pelarian selama bertahun-tahun.

Berpura-pura dan bersikap tidak jujur memang bisa mendatangkan keuntungan—uang, kedudukan, atau

ketenaran. Mungkin orang lain juga tidak akan mengetahui ketidakjujuran itu. Tetapi, Dia yang Maha Melihat itu

mengetahuinya dengan jelas. Apakah hati nurani kita bisa tenang? Sanggupkah kita hidup dengan dikejar-kejar

perasaan bersalah?—NNK
✕Powered By vbates
KATAKAN YA, JIKA YA. KATAKAN TIDAK, JIKA TIDAK.

TIDAK PERLU BERPURA-PURA.

SELAMAT TINGGAL MASA LALU


12345 Rating 4.43 (23 Votes)

Diterbitkan hari Minggu, 31 Januari 2016 00:00

Ditulis oleh Vonny Thay

Dibaca: 4764 kali

✕Powered By vbates✕
Powered By vbatesBaca: Filipi 3:1-14

Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap bahwa aku telah menangkapnya, tetapi inilah yang
kulakukan: Aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di
hadapanku. (Filipi 3:13)

Bacaan Alkitab Setahun:


Keluaran 40

✕Powered By vbates

Susan telantar karena orangtuanya bercerai. Sejak kecil ia sering dicabuli tukang kebun neneknya. Ia tidak

ingat kapan kehilangan keperawanannya. Sejak SMP ia sudah menjalani pergaulan bebas dan memakai

narkoba. Sudah tiga kali ia mencoba untuk bunuh diri. Sampai seorang dokter mengingatkannya pada Yesus

yang pernah didengarnya saat kecil. Susan bertobat dan kembali pada Kristus. Tidak peduli seberapa

kelam masa lalunya, Susan belajar hidup kudus bagi Kristus dan melayani-Nya. Tuhan mengarunianya suami

dan dua anak yang baik.

Rasul Paulus juga memiliki masa lalu yang kelam. Ia bangga sebagai penganiaya jemaat, bahkan Ia adalah

dalang di balik kematian Stefanus. Pengenalannya akan Kristus mengubah segalanya. Apa yang dulu ia

banggakan, kini ia anggap sampah karena Kristus. Paulus telah meninggalkan masalalunya dan hidup dalam
panggilan Tuhan untuk menjadi rasul bagi orang bukan Yahudi.

Melupakan masa lalu bukan berarti hilang ingatan, namun kita tidak menjadikan masa lalu sebuah batu

sandungan dalam hidup kita.Tidak peduli betapa kelamnya masa lalukita, selama kita mau bertobat dan hidup

bagi Kristus, kita akan memiliki hidup yang berarti. Yang paling penting adalah, apakah kita mau meninggalkan

dosa masa lalu dan memulai lembaran baru bersama dengan Kristus? Tuhan tidak menginginkan kita merasa

bersalah berkepanjangan karena Dia telah mengampuni kita. Tuhan menghendaki agar kita hidup bagi-Nya

dan melakukan kehendak-Nya setiap hari. Mulailah dari saat ini.—VT


✕Powered By vbates

SEBERAPA PUN KELAM MASA LALU KITA,

TUHAN MEMBERIKAN LEMBARAN BARU UNTUK HIDUP BAGI-NYA

YA, TUNGGU, TIDAK


12345 Rating 4.13 (23 Votes)

Diterbitkan hari Minggu, 04 Januari 2015 00:00

Ditulis oleh Silvia Wiguno Setiawan

Dibaca: 5781 kali

Baca: Lukas 1:5-25

Jangan takut, hai Zakharia, sebab doamu telah dikabulkan. Elisabet, istrimu, akan melahirkan seorang anak

laki-laki bagimu dan haruslah engkau menamai dia Yohanes. (Lukas 1:13)

Bacaan Alkitab Setahun:

Kejadian 10-12


Powered By vbates

Sangatlah tidak menyenangkan berada di tengah kekacauan lalu lintas pada sore yang gelap dan hujan
lebat! Lampu pengatur lalu lintas tidak berfungsi. Entah kerusakan apa yang terjadi sehingga hanya
lampu hijau yang menyala. Kemacetan tak terhindarkan. Suara klakson dan teriakan semakin keras
terdengar. Para pengendara tidak sabar dan mengabaikan polisi yang berusaha mengatur lalu lintas.

Lampu pengatur lalu lintas mengingatkan saya akan jawaban doa dari Tuhan. Sebagai orang yang hidup
benar dan hidup menurut segala perintah dan ketetapan Tuhan (ay. 6), sangatlah wajar jika Zakharia dan
Elisabet berharap agar Tuhan memberikan anak sebagai jawaban doa mereka. Walaupun rasanya
mustahil, justru pada masa tua mereka, Zakharia dan Elisabet menerima jawaban doa mereka: seorang
anak (ay. 13)! Tuhan memberikan anak itu bagi Zakharia dan Elisabet bukan semata-mata agar mereka
bersukacita. Tuhan nyatanya memiliki rencana yang jauh lebih besar dari impian mereka. Anak dalam
kandungan Elisabet akan dipakai-Nya untuk mempersiapkan kedatangan Yesus, Sang Mesias (ay. 16-17).

Jawaban doa tidak tergantung pada seberapa kita layak karena kita tidak pernah cukup layak di hadapan
Tuhan. Jawaban doa bukan karena kita berhak menerima imbalan atas jasa kita kepada Tuhan. Tuhan
tahu yang terbaik bagi hidup anak-anak-Nya. Ada saatnya Dia menyalakan lampu hijau dan menjawab ya;
dapat juga lampu merah dinyalakan dan Dia menjawab tidak; atau lampu kuning saat Dia
menjawab tunggu.—SWS

TUHAN MENJAWAB DOA KITA BUKAN MENURUT KELAYAKAN KITA,

MELAINKAN MENURUT KEMURAHAN HATI DAN KEBIJAKSANAAN-NYA

TERGODA DOSA
12345 Rating 4.33 (27 Votes)

Diterbitkan hari Jum'at, 16 Januari 2015 00:00

Ditulis oleh Jap Sutedja

Dibaca: 6116 kali

Baca: Kejadian 4:1-16

Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat

baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa

atasnya. (Kejadian 4:7)


Bacaan Alkitab Setahun:

Kejadian 46-48

Setiap orang tentu pernah mengalami pencobaan atau godaan untuk berbuat dosa. Pencobaan itu berasal dari

luar, dari segala sesuatu yang dijumpai, menggoda hati dengan memancing hawa nafsu. Akibatnya dapat

terpancar luapan emosi, seperti cemburu, iri, tersinggung, dan amarah. Dalam keadaan seperti itu, suasana

hati tidak lagi nyaman dan pikiran pun kerap menjadi gelap.

Kain merasakan iri hati terhadap Habel, adiknya. Tuhan mengindahkan kurban persembahan Habel, namun

mengabaikan persembahannya. Alkitab tidak menjelaskan alasan Tuhan. Kain tampaknya tidak dapat

menerima keputusan Tuhan itu; bisa jadi ia merasa kehilangan harga diri sebagai kakak. Si jahat

memanfaatkan kesempatan atas sikapnya itu.

Kegalauan hati Kain terpancar dari wajahnya yang muram. Ia tergoda dan terpancing emosinya sehingga tega

membunuh Habel. Ia tidak lagi berpikir secara jernih karena dosa sudah menutupi pintu hatinya sehingga ia

tidak mampu mengendalikan diri. Kain melampiaskan amarahnya pada Habel yang sesungguhnya tidak

bersalah. Rasa iri membangkitkan amarahnya dan kemudian mendorongnya melakukan tindakan keji.

Tidak semestinya Kain jatuh ke dalam dosa jika saja ia mau belajar memahami apa yang menyenangkan hati

Allah. Tetapi dia tidak melakukan introspeksi, malah mencari kambing hitam. Sering kali kita juga terjebak

emosi seperti Kain, ketenangan hati kita terusik dan menjadi galau, sehingga kita tergoda oleh dosa.

Waspadalah!—JAP

SUASANA HATI YANG GALAU MEMBUTAKAN PIKIRAN.

KETENANGAN HATI ADALAH KUNCI PENGUASAAN DIRI.

DILAYAKKAN
12345 Rating 3.91 (33 Votes)

Diterbitkan hari Sabtu, 17 Januari 2015 00:00

Ditulis oleh Hembang Tambun


Dibaca: 5096 kali

Baca: Roma 3:21-31

Karena semua orang telah berbuat dosa dan kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh anugerah-Nya telah

dibenarkan dengan cuma-cuma melalui penebusan dalam Kristus Yesus. (Roma 3:23-24).

Bacaan Alkitab Setahun:

Kejadian 49-50

✕Powered By vbates

Agar dapat ditahbiskan menjadi pendeta di gereja kami, para sarjana teologi harus melalui serangkaian proses

seleksi selama beberapa tahun. Setelah itu, seluruh calon dikumpulkan, dan ketua panitia menyampaikan

keputusan mereka. “Setelah melakukan proses seleksi yang ketat, kami menyimpulkan, tidak ada satu orang

calon pun yang layak melayani Tuhan dan ditahbiskan menjadi pendeta!” katanya. Perubahan mimik di wajah

para calon pendeta terlihat jelas. Lalu ketua panitia melanjutkan, “Kita semua memang tidak layak melayani

Tuhan. Tetapi, syukurlah, Tuhan Yesus melayakkan kita karena Dia sudah mengampuni dan menyelamatkan

kita!”

Semua manusia telah berdosa—sebuah kebenaran yang tak dapat disangkal. Namun, ketika manusia

membandingkan dirinya dengan pendosa lain, sering kali mereka merasa lebih suci dan lebih layak di hadapan

Tuhan. Padahal, jika dibandingkan dengan kekudusan Tuhan, kesalehan kita tak lebih dari kain kotor belaka

(bd. Yes. 64:6).

Dosa tidak melulu soal seberapa banyak pelanggaran yang kita lakukan. Dosa bukan hanya berupa tindakan;

dosaadalah tabiat kita. Kita dilahirkan dalam dosa, dan kita bertumbuh dengan kecenderungan berdosa. Tetapi

dalam anugerah-Nya, Allah bertindak untuk mengatasi dosa. Kristus yang tanpa dosa dibuat-Nya menanggung

seluruh dosa kita agar kebenaran-Nya dapat dikenakan kepada kita. Dengan menyambut anugerah-Nya, kita

dibaharui: menjadi manusia baru dengan status baru, yaitu anak Allah. Kita pun dilayakkan untuk melayani Dia.

—HT
KELAYAKAN KITA TIDAK BERSUMBER DARI DIRI SENDIRI,

MELAINKAN DARI KEBENARAN KRISTUS YANG DIPAKAIKAN KEPADA KITA

MENYALAHGUNAKAN HIDUP
12345 Rating 4.55 (31 Votes)

Diterbitkan hari Selasa, 20 Januari 2015 00:00

Ditulis oleh Jap Sutedja

Dibaca: 7055 kali

Baca: Matius 25:14-30

Sedangkan hamba yang tidak berguna itu, campakkanlah dia ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di

sanalah akan terdapat ratapan dan kertak gigi. (Matius 25:30)

Bacaan Alkitab Setahun:

Keluaran 8-10

Tidak ada seorang pun yang hidupnya di dunia ini tidak berdampak. Setiap orang mempunyai arti hidup dan

bisa berguna bagi sesama, terutama orang-orang di sekelilingnya. Sayangnya, ada orang yang menyia-

nyiakan hidupnya, tidak mengupayakan potensi yang ada dalam dirinya secara maksimal sehingga hidupnya

malah menjadi beban bagi orang lain.

Tuhan Yesus menceritakan tiga orang hamba yang menerima talenta berbeda-beda. Penerima lima talenta dan

dua talenta memanfaatkan karunia itu sehingga membuahkan hasil berlipat ganda. Hamba yang menerima

satu talenta berprasangka buruk terhadap tuannya sehingga ia tidak mempergunakan talenta itu dan

memendamnya. Ia tidak menghargai talenta yang dipercayakan tuannya, tidak melaksanakan tanggung jawab

untuk mengelola talenta. Ia menyia-nyiakan hidup selama kepergian tuannya itu.


Perumpamaan ini berkaitan dengan Kerajaan Allah. Kita tahu, setiap anak Allah diperlengkapi dengan karunia

yang berbeda-beda. Ada karunia untuk bernubuat, untuk melayani, untuk mengajar, untuk menasihati (lihat

Rm. 12:6-8), dan sebagainya. Tujuannya untuk memasyhurkan Kerajaan Allah di bumi. Dengan talenta yang

ada, setiap anak Allah dapat menjadi berkat bagi sesama dan mendatangkan kemuliaan bagi Allah. Ya, Allah

memberikan karunia itu bukan untuk kepentingan kita sendiri, melainkan untuk Kerajaan-Nya.

Jangan menyalahgunakan hidup, berhikmatlah sebagai anak Allah yang hidup bukan hanya untuk diri sendiri,

melainkan untuk Tuhan.—JAP


✕Powered By vbates

HIDUP MENJADI SIA-SIA DAN SALAH GUNA

JIKA HANYA DIMANFAATKAN UNTUK DIRI SENDIRI

Tips Mengalami Pertumbuhan Rohani


✕Powered By vbatesBanyak dari kita memiliki keyakinan semu bahwa kita telah mengenal Yesus sebagai Tuhan.
Ciri bahwa kita mengenal Dia yaitu kita memiliki pertumbuhan rohani yang sehat ditandai dengan
kehausan rohani, semakin memiliki hati yang mengasihi dan senantiasa berdukacita karena dosa.
Bagaimanakah caranya agar kita memiliki semuanya itu?
1.Renungkanlah Firman Tuhan

✕Powered By vbatesPerhatikan kata merenungkan yang berarti bukan sekedar membaca. George Muller
berkata, “pembacaan firman Tuhan tanpa merenungkan sama seperti air yang melewati pipa, ia akan menjadi
informasi yang hanya lewat di pikiran kita.” Gunakan 25-50% waktu anda membaca Alkitab untuk
merenungkan beberapa ayat, frasa atau kata dari bacaan anda. Lontarkan pertanyaan dari bagian yang anda
baca. Berdoalah. Ambil pena dan buatlah catatan tentang hal itu. Pikirkan paling sedikit satu cara untuk
menerapkan atau melakukan firman yang anda baca hari itu. Perlahan-lahan benamkan diri anda didalam
firman dan anda akan menyadari hal itu tidak hanya menyegarkan tetapi juga memuaskan dahaga anda.

2.Naikan doa dari Firman Tuhan

Ketika anda selesai membaca satu bagian Alkitab, gunakan bagian bacaan yang sama untuk berdoa. Pilihlah
satu bagian bacaan, ayat demi ayat, biarkan firman Tuhan itu menjadi perkataan anda kepadaNya.
Disarankan untuk menggunakan juga kitab Mazmur, kitab pujian bangsa Israel yang diinspirasikan oleh Tuhan.
Sebagai contoh, anda berdoa berdasarkan mazmur 63. Ayat pertama berbunyi, “Ya Allah, Engkaulah Allahku,
aku mencari Engkau, jiwaku haus kepadaMu, tubuhku rindu kepadaMu, seperti tanah yang kering dan tandus,
tiada berair.” Anda dapat mulai berdoa dengan mengakui bahwa Tuhan adalah Allah anda, dengan sungguh-
sungguh mengucap syukur kepadaNya atas hal itu, kemudian meninggikanNya sebagai Tuhan. Selanjutnya
anda dapat memohon kepada Tuhan supaya menanamkan rasa haus akan Tuhan didalam diri anak-anak anda
atau pada diri seseorang yang telah anda injili. Anda dapat terus bermazmur, berdoa tentang apapun yang
dikatakan dalam bacaan tersebut dan apapun yang anda alami pada saat membacanya. Jika tidak ada
sesuatu yang terlintas dibenak anda ketika membaca ayat atau pasal tersebut, teruslah membaca.
3.Bertumbuh dalam kasih

Ambillah waktu untuk merenungkan tentang kasih sebagai tanda paling penting dari seorang pengikut Kristus.
Biarkan hati anda sering-sering dihangatkan oleh nyala kasih Tuhan. Jadikan Kristus sebagai teladan anda.
Kenalilah dalam hubungan-hubungan mana saja anda perlu bertumbuh dalam kasih. Kemudian berinisiatiflah
untuk menyatakan kasih terutama ketika kecil kemungkinannya kasih anda mendapatkan balasan.

4.Berdukacita karena dosa

✕Powered By vbatesBanyak orang yang mengaku sebagai pengikut Kristus tidak lagi menunjukkan dukacita
dalam pengakuan dosa mereka kepada Tuhan, tak ubahnya seperti seorang anak yang dipasa bilang “aku
minta maaf” kepada adiknya. Dukacita menurut kehendak Allah akan menghasilkan pertobatan yakni
perubahan cara berpikir mengenai dosa yang membawa kita pada perubahan perilaku.
Untuk mengalami dukacita menurut kehendak Allah: mintalah supaya Tuhan menunjukkan kondisi
keberdosaan anda, kabarkan injil pada diri anda sendiri setiap hari dengan jalan merenungkan fakta bahwa
dosa andalah yang memakukan Dia yang kudus dan tak berdosa pada kayu salib. (/cc)

6 tips penting untuk single Kristen.


Nikmatilah masa single anda
Status single bukanlah sebuah masalah yang harus dipecahkan. Dengan terus menerus fokus pada 'masalah' ini,
anda memberikan tekanan yang besar pada diri sendiri.
Tentu saja mempunyai sebuah hubungan adalah hal yang sangat indah, namun kehidupan single juga memiliki
kelebihan tertentu yang akan hilang selamanya apabila anda menikah.
Misalnya, anda punya lebih banyak waktu untuk belajar dan untuk teman-teman, anda juga dapat keluar malam
tanpa harus memberikan penjelasan ke pasangan anda.
Untuk itu, fokuslah pada keuntungan-keuntungan ini dan nikmatilah (dengan bijaksana) selama anda masih
memilikinya.
Jangan terlalu cepat
Tunggulah, sembari mempersiapkan diri, hingga anda benar-benar siap untuk sebuah hubungan.
Mungkin saat ini anda masih mengalami rasa sakit dari hubungan sebelumnya. Berikan waktu bagi diri anda sendiri
agar terlebih dahulu pulih dan memaafkan, untuk mencegah kegagalan hubungan baru karena trauma dari hubungan
sebelumnya.
Mungkin juga anda masih sulit melayani atau terbuka secara emosional. Bereskanlah hal-hal ini terlebih dahulu.
Calon pasangan hidup anda berhak untuk mendapatkan yang terbaik dari diri anda, kan?
Tetaplah setia pada norma dan hukum Tuhan
Godaan bagi para single bisa sangat kuat, dan anda tidak perlu malu untuk mengakuinya. Namun siapa yang setia
dengan norma dan hukum Tuhan akan mendapatkan pahala.
Perintah Tuhan dimaksudkan untuk melindungi dan membuat kita bahagia. Oleh karena itu, jagalah tubuh anda untuk
seseorang yang Tuhan sudah sediakan khusus bagi anda.
Dan janganlah mencari pasangan yang tidak seimbang, seseorang yang bukan Kristen, tapi tunggulah dengan sabar
waktu Tuhan.
Perhatikan tanda-tanda peringatan
Jatuh cinta adalah hal yang menakjubkan! Namun, jangan buta terhadap tanda-tanda peringatan dalam suatu
hubungan - seperti: kebohongan, kurangnya penguasaan diri, ketidakdewasaan (emosional), atau perilaku
manipulatif.
Perhatikan juga bagaimana kekasih anda berinteraksi dengan orang lain, misalnya dengan teman-temannya sendiri
dan keluarganya: apakah hubungan tersebut sehat, atau ada sesuatu yang aneh?
Apakah anda mendeteksi tanda-tanda peringatan tersebut? Sadarilah bahwa anda tidak akan dapat mengubah
kekasih anda.
Kelilingilah diri anda dengan teman-teman yang baik
Persahabatan yang baik merupakan hal penting jika anda ingin bertumbuh sebagai pribadi. Teman-teman
memberikan nasihat yang berharga dan penghiburan. Mereka membantu anda bertumbuh dalam hubungan anda
dengan Tuhan dan sesama. Dan dengan memiliki teman-teman yang baik, anda bisa lebih menikmati masa single
anda.
Karena itu, kelilingilah diri anda dengan teman-teman yang bijaksana, yang hidupnya berpedoman kepada Yesus.
Pergilah ke tempat-tempat di mana anda dapat bertemu dengan orang-orang seperti itu, misalnya di gereja dan
kegiatan retreat. Group-group Kristen di Facebook atau situs Kencan Kristen bisa merupakan tempat yang baik.
Berdoa dan berusahalah
Alkitab mengatakan, "berdoa dan bekerja", hal ini juga berlaku untuk kerinduan anda mengenai jodoh.
Percayalah kepada Tuhan yang memiliki rencana bagi anda dan tahu apa yang terbaik untuk anda. Karena itu
berdoalah, "bukan kehendak ku, tapi kehendak-Mu yang terjadi."
Namun jangan menunggu sampai jodoh anda jatuh dari langit!
Temuilah orang-orang Kristen lainnya, misalnya melalui retreat atau situs kencan Kristen yang terpercaya. Ambil
inisiatif, berkenalan dengan orang lain, dan tunjukkanlah minat anda.
Tuhan bisa menggunakan berbagai pertemuan dan situs untuk mempertemukan anda dengan pasangan hidup anda.
Jangan berkecil hati, namun tetaplah percayai Tuhan, terus berdoa dan tetap berusaha.

Home » c3i

Tips: Menjaga Kesehatan Mental


Submitted by admin on Sun, 15/09/2002 - 00:00Tags

Edisi C3I: e-Konsel 024 - Penyebab Masalah Kejiwaan


Seandainya manusia memiliki mental yang sehat, seorang Kristen mampu menjaga kesehatan mentalnya dan

menghindar dari masalah-masalah kejiwaan, misalnya saja dengan menjalankan beberapa prinsip-prinsip berikut

ini:

1. Orang harus menerima fakta bahwa hidup itu tidak indah. Dalam hidup ini pasti ada kesulitan-kesulitan

dan kekecewaan-kekecewaan yang mengharuskan orang untuk selalu mempersiapkan diri dan menyesuaikan

diri. Sikap dan kemampuan menerima ini akan lebih mudah untuk dijalankan apabila ia percaya akan kasih

karunia Allah yang Maha Pengasih.

2. Ia harus mau memberikan tanggapan yang rendah hati dan penuh kasih, tidak egois dan mau memaafkan

dalam setiap hubungannya dengan orang-orang lain.


3. Ia harus mengembangkan dalam dirinya suatu tempat dimana ia merasa aman dan dapat berfungsi

dengan baik sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Adalah hal yang penting bila dia juga mempunyai

tujuan yang layak dicapai dan bila tujuan tersebut telah tercapai sesuai dengan keinginannya, harus ada tujuan

lain yang segera ditetapkannya.

4. Harus ada hal lain yang dicari. Menghabiskan waktu untuk bekerja dan tidak memberi kesempatan diri

sendiri untuk bermain-main justru membuat seseorang tumbuh sebagai pribadi yang membosankan. Orang-

orang Kristen banyak yang gagal untuk hal yang satu ini. Kebanyakan dari mereka beranggapan adalah hal

yang dosa membiarkan diri bersenang-senang. Mereka melupakan seruan Paulus kepada Timotius yang

mengatakan bahwa kita seharusnya percaya kepada Tuhan "yang dalam kekayaan-Nya memberikan kepada kita

segala sesuatu untuk dinikmati" (1 Timotius 6:17). Ada ribuan cara yang dapat dilakukan oleh orang Kristen,

baik tua maupun muda, dimana mereka dapat menemukan kesenangan dan kebahagiaan dalam hidup tanpa

merasa takut bahwa apa yang mereka lakukan akan mengundang kemarahan Tuhan.

5. Akhirnya, tak perlu diragukan lagi bahwa iman yang teguh, -- meliputi keyakinan yang mendalam dan

kepercayaan akan Allah, dan kemauan untuk menerima bimbingan dari Roh Kudus dalam kegiatan positif --

dapat memberikan sumbangan yang cukup penting bagi orang Kristen dalam usahanya untuk menerima dan

menyesuaikan diri menghadapi tekanan kehidupan yang bisa mengancam kestabilan emosinya dan kesehatan

mentalnya. Kepenuhan iman yang meliputi keyakinan dan kepercayaan dapat menuntun orang untuk melakukan

tindakan nyata.

3 Tanda Apakah Dia Benar-Benar Jodoh dari Tuhan


BAGAS KARYADI THURSDAY, JULY 30, 2015 HIDUP, JODOH
KRISTEN, MANUSIA, MASALAH, RENUNGAN HARIAN KRISTEN

Ketika saya menulis tulisan-tulisan sebelumnya


tentang tema ini, banyak sekali komentar yang
menyebutkan: “Jodoh di tangan Tuhan!”.

Malahan, ada yang berkomentar: “Sekalipun


agamanya berbeda, jika dia adalah jodoh kita, kita
bisa apa?” Ups! Tunggu dulu! Tahu dari mana dia
adalah jodoh kita? Apakah dia jodoh yang memang
kita tetapkan sendiri atau dia benar-benar jodoh
yang Tuhan persiapkan untuk kita?

Oleh karena itu, Renungan Harian Kristen yang saya tulis kali
ini akan membahas mengenai tanda-tanda apakah
seseorang merupakan jodoh dari Tuhan untuk kita
atau bukan.

Hal terpenting yang saya tegaskan pertama kali


adalah kita tidakBOLEH menetapkan kriteria
tersendiri mengenai jodoh. Mungkin, ada yang
berpikiran, “Tanda seseorang jodoh kita adalah kita
cocok dengannya.” Menurut saya, bisa jadi “iya”,
bisa jadi “tidak”. Tergantung, cocok dalam hal apa
dulu? Jika sama-sama cocok dalam hal yang buruk,
bagaimana?
Misalnya, sama-sama senang mencuri, sama-sama
senang belanja berlebihan, dan lain sebagainya.
Apakah itu yang dinamakan jodoh? Dengan
demikian, pengertian jodoh yang saya maksud di
sini adalah jodoh dari Tuhan, bukan jodoh yang kita
tetapkan sendiri.

Renungan yang saya tulis ini adalah hasil


pembelajaran mendalam dari banyak ayat Alkitab,
antara lain: 2 Korintus 6:14; Markus 10:1-9; Kolose
3:14-15; dan Efesus 5:22-23. Baik langsung saja,
kita simak!

TANDA PERTAMA. Seseorang


benar-benar jodoh dari Tuhan
untuk kita jika ia memiliki iman
yang sejati kepada Tuhan Yesus
Kristus.
Ini adalah hal yang paling mutlak. Jika ia tidak
mempercayai Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru
Selamat, jelas ia bukan jodoh dari Tuhan.

TANDA KEDUA. Seseorang benar-


benar jodoh dari Tuhan untuk kita
jika Tuhan sendiri yang
mendominasi proses pertemuan
antara kita dengannya.
Maksud saya begini, ada orang yang sudah ngebet
mau nikah, lalu ia mengusahakan segala cara
untuk menemukan jodohnya. Artinya, ia
menjadikan aktivitas untuk menemukan jodoh
sebagai aktivitas utama dalam hidupnya. Ia
melakukan pendekatan yang sangat agresif kepada
setiap lawan jenis yang ditemuinya.

Lalu, ia mengajak lawan jenis yang tertarik


padanya untuk segera menikah. Sampai-sampai,
jika ia menemukan ada hal kurang baik pada lawan
jenis yang ditemuinya, ia mengabaikannya.
Mungkin, ia berkata “Ya, gak papalah, yang penting
dia baik.” Akhirnya, ia tetap memaksakan diri
untuk menjadikan orang itu sebagai pasangan
hidupnya.

Namun, ada seseorang lainnya yang sangat sibuk


terhadap pekerjaan atau pelayanannya sehingga ia
tidak sempat mencari-cari jodohnya. Namun, suatu
hari ia bertemu dengan orang yang sangat menarik
dan cocok dengannya. Seiring berjalannya waktu,
ia memutuskan menikah dengan orang itu.

Nah berdasarkan kedua ilustrasi tersebut, kita


dapat mengambil kesimpulan: jika kita sengaja
berusaha mencari-cari siapa jodoh kita, kita malah
mendapatkan pasangan yang sebenarnya tidak
Tuhan kehendaki.
Namun, jika kita menjalani hidup yang normal
seperti biasanya, tidak berusaha mencari-cari
jodoh, lalu tiba-tiba kita dipertemukan dengan
seseorang yang menarik dan cocok dengan kita,
nah kemungkinan besar itu jodoh dari Tuhan untuk
kita.

TANDA KETIGA. Seseorang benar-


benar jodoh dari Tuhan untuk kita
jika ia benar-benar mencintai kita
apa adanya.
Ia mau menerima semua kekurangan kita. Ia
memiliki pengertian yang dalam tentang apapun
kondisi kita. Ia setia mendampingi kita apapun
yang terjadi. Ia tidak pernah membiarkan kita
menangis dan tersakiti. Selain itu, ia tidak sekedar
membutuhkan kita, tetapi juga ia merasa kita
membutuhkannya sehingga ia bersedia melakukan
apapun untuk kepentingan kita.

Renungkanlah baik-baik ketiga tanda ini! Saya


tidak memaksa Saudara untuk menghentikan
hubungan Saudara dengan seseorang jika orang itu
tidak memenuhi salah satu dari ketiga tanda itu.
Saya hanya menyarankan sebelum pernikahan
terjadi, Saudara bekesempatan berpikir ribuan kali
untuk mengambil keputusan setepat mungkin
sesuai dengan kehendak Tuhan.
Mari doakan calon pasanganmu dan libatkan Tuhan
dalam hubunganmu! Jika Saudara sudah terlanjur
menikah dengan seseorang yang Saudara rasa
bukan jodoh Saudara, saya sarankan bertahanlah
dan jadikan pasanganmu sebagai sparring partner
dalam menjalani hidup.

Kumpulan Kata-Kata Rohani Terbaik

“Manusia bisa bahagia bisa tidak adalah tergantung pilihannya sendiri” (AbrahamLincoln).

“Akulah sumber pendorong diriku sendiri. Akulah kapten hidupku. Aku bisa memilih sikap yang
bertanggung jawab atas kebahagiaan atau ketidakbahagiaanku sendiri. Akulah yang duduk di
kursi pengemudi menuju takdirku, bukannya penumpang.”

“Yang penting bukanlah apa yang terjadi padamu dalam hidup ini, melainkan bagaimana
responmu terhadap kejadian itu.” (W. Mitahell)
“Lakukanlah atau tidak. Tak ada sifatnya yang coba-coba.” (Yoda)

“Kebimbangan kita adalah pengkhianat kita, yang sering kali membuat kita kehilangan peluang
menang karena takut mencobanya.” (William Shakespeare)

“Pertanyaan paling mendesak dalam hidup ini: Apakah yang kamu perbuat bagi orang lain.”
(Martin Luther King)

“Sebuah kata yang baik bisa menghangatkan tiga bulan musim dingin.” (Pepatah Jepang)

“Niat-niat baik yang tidak diungkapkan tidak ada artinya.” (Ken Blanchar)

“Sumur diri kita dari mana tawa ria kita keluar, sering kali penuh dengan air mata kita. Semakin
dalam dukacita kita semakin besar sukacita yang ditampungnya.” (Kahlil Gibran).

“Kita adalah kita yang terbaik bila menjadi diri kita sendiri.” (Kimberly Kirberger)

“Ketika satu pintu tertutup, ada pintu lain yang tebuka. Namun kita sering hanya menyesal yang
tertutup sehingga tidak menyadari yang terbuka buat kita.” (Alexander Graham Bell)

“Kecantikan sejati ada dalam sanubari, namun kecerdasan sejati adalah bagaimana
menyadarinya.” (Jenna Butrenchuk)

“Ketika semua orang meninggalkanmu, tinggalkan saja mereka dan berjalanlah sendiri.” (Dan
“Rudy”Mulhausen)

“Satu-satunya jalan untuk bangkit dari kesedihan adalah menerimanya sebagi suatu kenyataan
dan bersedia memulai sesuatu untuk menyembuhkan dan mengubahnya.” (Colin Mortensen)

“Seandainya kita bisa bersikap jujur mengakui kesalahan kita dan bukannya membela diri, kita
akan mendapatkan kesempatan yang lebih besar untuk dimaafkan.” (KK)

“Waktu dan jarak tidak berarti. Kedekatan adalah urusan hati.” (Flavia)

“Persahabatan adalan pertalian yang hadir unuk membantumu mengatasi saat sulit dalam
kehidupanmu. Para sahabat adalah sosok yang membuatmu bersedia melakukan apa saja
untuk mereka dan yang bersedia melakukan apa saja bagi dirimu. Seorang sahabat adalah
seseorang yang kau tak tahan untuk tidak mengenal pribadinya. Persahabatan terjalin terserah
dengan cara apapun yang kau jalani.” (Britany Kusserow)

“Seandainya kau dicampakkan oleh sahabatmu, ketahuilah bahwa teman sejati kelak akan
mengisi tempat yang kosong dalam dirimu.” (KK)

“Cinta bukan cinta sampai kita menyerahkannya.”


“Persahabatan sejati mirip dengan kesehatan tubuh kita nilainya jarang disadari sebelum kita
akhirnya kehilangan.”

“Jangan berjalan di depanku, aku tidak akan mengikutimu. Jangan berjalan dibelakangku, aku
takkan menunjukkan jalanmu. Berjalanlah disisiku dan jadilah sahabatku.” (Albert Camus)

“Jenius itu adalah 1% inspirasi dan 99% cucuran keringat.” (Thomas Alfa Edison)

“Ubahlah batu-batu sandungan anda menjadi batu loncatan.”

“Kita tidak tahu bagaimana hari esok, yang bisa kita lakukan adalah berbuat sebaik-baiknya dan
berbahagia hari ini.” (Samuel Taylor Coleridge)

“Selalu tanamkan dalam pikiran bahwa ketetapan hati anda untuk berhasil lebih penting
daripada hal apapun.” (Abraham Lincoln)

“ Kegagalan hanyalah kesempatan untuk memulai lagi dengan yang lebih pandai.” (Henry Ford)

“Kebesaran seseorang terletak dalam kekuatan berpikirnya.” (Blaise Pascal)

“Penghargaan tertinggi bagi kerja keras seseorang bukanlah apa yang ia peroleh dari usahanya
tetapi apa jadinya ia oleh usahanya.” (John Ruskin)

“Orang tidak perduli berapa banyak yang anda tahu sampai mereka tahu seberapa banyak
anda perduli.” (John Maxwell)

“99% kegagalan berasal dari orang yang mempunyai kebiasaan membuat alasan.” (George)

“Cara-cara menjadi bijaksana adalah tahu apa yang harus dimaafkan.” (William James)

“Untuk menikmati kebebasan, kita harus mengendalikan diri sendiri.” (Virginia Woolf)

“Hanya Tuhan yangBOLEH mengambil hidup seseorang karena ia yang memberikan.”


(Mohandas K Gandhi)

“Kejujuran adalah kebijakan yang paling baik.”

“Jangan sia-siakan waktu anda untuk ragu-ragu dan takut. Laksanakanlah pekerjaan yang ada
di depan mata, sebab tugas saat ini yang dilaksanakan dengan sebik-baiknya akan menjadi
persiapan terbaik untuk masa-masa yang akan datang.”

“Gapailah langit karena jika melesatpun, kau akan tetap berada di antara bintang-bintang.”
“Orang-orang yang berhasil di dunia ini adalah orang yang bangkit dan mencari keadaan yang
mereka inginkan dan jika tidak menemukannya, mereka akan membuatnya sendiri.” (George
Bernard Shaw)

“Jika impianmu cukup besar, halangnya tidak akan berarti.”

“Perbedan antara yang mustahil dan yang tidak mustahil terletak pada tekad seseorang.”
(Tommy Lasorda)

“Bukan kecerdasan saja yang membawa sukses, tetapi juga hasrat untuk sukses, komitmen
untuk bekerja keras dan keberanian untuk percaya akan dirimu sendiri.”

Kumpulan Kata-Kata Rohani Terbaik

“Dengan tetap mematuhi hal-hal yang tidak ditakdirkan untuk kulakukan, aku kini mengerti
bahwa kekuatanku adalah hasil kelemahanku, kesukseanku adalah akibat kegagalanku dan
gayaku langsung berkaitan denagn kertebatasanku.” (Billy Joel)

“Jika A = sukses dalam hidup, maka A= X+Y+Z. X =kerja Y =bermain Z = tutup mulut.”

“Seorang ahli kimia yang dapat mengeluarkan dari unsure hatinya, walas asih, rasa hormat
kerinduan, kesabarn, penyesalan, keterkejutan, dan rasa maaf, lalu memadukannya menjadi
suatu senyawa, akan mampu menciptakan atom yang disebut cinta.” (Kahlil Gibran)

“Jangan mengharapkan menjadi apa-apa selain menjadi dirimu sendiri dan cobalah menjadi
dirimu sendiri yang sempurna.” (Santo Francis De Salas)

“Lawanya cinta bukanlah benci melainkan tidak perduli.” (Elie Wiesel)

Kumpulan Kata-Kata Rohani Terbaik

Believing everybody is dangerous; Believing nobody is very dangerous. (Abraham Lincoln)

Percaya kepada semua orang adalah berbahaya, tidak percaya kepada semua orang adalah
sangat berbahaya. (Abraham Lincoln)

Begitu banyak sahabat yang begitu mencintai, tapi karena terlalu memilih, menilai dan
menghakimi sendiri, justru sahabat sejati menjadi semakin jauh. Terlalu memilih sahabat
membuat manusia tak dapat menyadari di depan mata ada sahabat sejati yang dibutuhkannya.
(Anonim)

Dalam hidup, Tuhan selalu berikan yg terbaik untukmu, mungkin bukan terbaik yg kamu mau,
tapi pasti terbaik yg kamu butuh. (Anonim)
Doaku hari ini: Tuhan, beri aku kesabaran dan kekuatan dalam menjalani kehidupan, agar
selalu bisa melewati setiap ujian dariMu. (Anonim)

Doaku hari ini: Tuhan, terima kasih karena aku masih bisa melihat indahnya pagi. Beri aku
kekuatan untuk bisa menjalani hari ini. (Anonim)

Jangan menyalahkan apapun atas keinginan kamu yg tak terwujud. Daripada menunggu, lebih
baik kamu berusaha mewujudkannya. (Anonim)

Jika engkau Menyerahkan segala keraguanmu Pada Tuhan , maka Tuhan akan memberikanmu
Kedamaian (Anonim)

KEBAHAGIAAN bersumber dari dalam diri sendiri, jangan berharap dari diri orang lain, karena
orang lain dapat mengkhianati. Kebahagiaan ada bila bisa menerima diri apa adanya, mencintai
dan menghargai diri sendiri, mau mencintai dan menerima orang lain. (Anonim)

KEBAHAGIAAN manusia ada bila ia bisa membuka mata hatinya, dan menyadari bahwa ia
memiliki banyak hal yang berarti dan menyadari betapa ia dicintai. Manusia bisa bahagia, bila ia
mau membuka diri agar orang lain bisa mencintainya dengan tulus. (Anonim)

KEBAHAGIAAN manusia tidak dapat hadir karena tidak mau membuka hati, dan berusaha
meraih apa yang tidak dapat diraih, terlalu memaksa untuk mendapatkan segala yang
diinginkan, tidak mau menerima dan mensyukuri apa yang ia miliki. (Anonim)

Keegoisan manusia yang menyebabkannya menjadi buta, keegoisan dan hanya memikirkan diri
sendiri yang menyebabkan manusia tidak sadar bahwa ia begitu dicintai, tidak sadar bahwa
saat ini apa yang ada adalah baik untuknya. (Anonim)

Ketika hidup tampak menjatuhkan, percayalah Tuhan tlah menyiapkan sesuatu yang baik yang
tak pernah kamu tahu sesudahnya (Anonim)

Percaya kepada Tuhan, bersyukur bahwa manusia selalu diberikan yang terbaik sesuai yang
diperbuat manusia itu sendiri. Tak perlu berkeras hati, Ia akan memberi di saat yang tepat apa
yang manusia butuhkan. Tidak harus saat ini, masih ada esok hari. Seperti yang sedang
teralami, mendapat suatu cobaan dan kesusahan adalah jalan untuk dapat melihat
kebahagiaan “menikmati kebahagiaan dalam kesusahaan hati”. (Anonim)

Sebagian besar orang tak tahu bagaimana BERBAGI karena mereka tak pernah mengerti
mengapa orang MEMBERI. (Anonim)

Syukurilah apa yg ada, bukan apa yg akan ada, carilah apa yg buatmu bahagia, bukan yg
mungkin buatmu bahagia. (Anonim)

Tiap-tiap manusia memiliki arti dan peranan masing-masing, semua berbeda. Tidak ada yang
memiliki arti yang sama persis. Punya peranan dan kelebihan disatu hal, tidak harus memiliki
peranan dan arti dalam hal lain. Dicintai oleh satu orang belum tentu disayang oleh orang lain.
(Anonim)

Tidak peduli seberapa baik kita, kita tidak bisa bergantung pada diri sendiri. Kita selalu
membutuhkan Tuhan, itu saja. (Anonim)

Untuk meraih sukses, kita perlu motivasi kuat! Namun untuk bahagia, kita bisa menikmatinya
justru saat istirahat & bersyukur (Anonim)

Anda tidak dapat mengontrol apa yang terjadi, tetapi Anda dapat mengontrol sikap terhadap
apa yang terjadi dan dengan itu, Anda akan menjadi tuan atas perubahan dan bukan
sebaliknya, perubahan yang menjadi tuan atas diri Anda. (Brian Tracy)

Hadiah terbesar yang dapat Anda berikan kepada sesama adalah cinta dan penerimaan diri
seseorang tanpa syarat. (Brian Tracy)

Kembangkan kebiasan untuk bersyukur dan berterima kasih akan apa yang terjadi dalam hidup
Anda, ketahuilah bahwa setiap langkah yang Anda ambil, adalah langkah untuk mencapai
sesuatu yang lebih besar dan lebih baik dari situasi yang Anda hadapi saat ini. (Brian Tracy)

Orang yang sukses selalu mencari kesempatan untuk menolong sesama, sedangkan orang
yang gagal selalu bertanya, "Apa yang aku dapat dari kesempatan itu." (Brian Tracy)

Semakin banyak yang Anda berikan, semakin banyak pula yang Anda akan dapatkan. Semakin
banyak Anda membantu orang lain, semakin besar keinginan mereka untuk membantu Anda.
(Brian Tracy)

Jangan pernah ingkar 4 hal di dalam hidupmu – kepercayaan, janji, hubungan dan hati karena
waktu kamu melakukannya, tidak bersuara tapi sangat menyakitkan. (Charles)

Never break four things in your life – Trust, Promise, Relation & Heart because when they break
they don’t make noise but pains a lot. (Charles)

Reflect on your present blessings, of which every man has many, not on your past misfortunes,
of which all men have some. (Charles Dickens)

Renungkan berkat-berkat Anda sekarang, yang setiap orang banyak miliki, bukan pada
kemalangan masa lalu Anda, dimana semua manusia memiliki beberapa. (Charles Dickens)

Saya sudah membuat satu orang lebih bijak, atau lebih berbahagia hari ini. (Charles Kingsley)

Setiap bangun pagi, berterima kasihlah pada Tuhan karena anda memiliki sesuatu yang harus
di kerjakan, entah pekerjaan itu Anda sukai maupun tidak. Terpaksa bek
HIDUP SEHAT MENURUT ALKITAB

HidupSehat
Semua orang ingin hidup sehat. Keinginan untuk hidup sehat ini
begitu tinggi. Tingginya keinginan untuk hidup sehat ini
disebabkan oleh tingginya biaya perawatan. Selain itu,
munculnya berbagai penyakit mendorong manusia
untuk hidup sehat. Ditambah lagi dengan adanya beragam jenis
makanan yang tidak lagi memenuhi standar kesehatan. Semua
kenyataan tersebut memotivasi kita untuk
memiliki hidup sehat. Alkitab yang adalah firman Allah juga mengajarkan
kepada kita tentang hidup sehat. Itu sebabnya setiap hari kita berdoa dan harap supaya
hidup kita sehat dan diberi Tuhan kesehatan. Apalagi kita sebagai pekerja, karyawan,
pedagang, pelayan, apapun profesinya, sakit berarti kehilangan penghasilan,
kehilangan kesempatan dan biaya kesehatan yang tinggi akan kita keluarkan.
Kesehatan yang sempurna hanya berasal dari Allah. Akan tetapi, sebagai orang
percaya kita memiliki tugas dan tanggungjawab untuk menjaga hidup kita tetap sehat.
Sebab kesehatan kita seringkali terganggu karena kesalahan dari diri kita sendiri.
Dalam suratnya kepada jemaat di kota Korintus, rasul Paulus menulis tentang hidup
sehat menurut Alkitab. 1 Korintus 6:19-20. Bagaimana hidup sehat menurut Alkitab itu?
Berikut beberapa hal yang ditegaskan Alkitab kepada kita.

1. Hidu dalam keseimbangan


Manusia terdiri dari tubuh, jiwa dan roh. Ketiga bagian iniadalah merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan harus sama-sama diperhatikan dengan baik.
Seorang yang tubuhnya sehat namun jiwanya sakit akan disebut orang gila, dan
sebaliknya bila jiwa sehat namun tubuh sakit maka hidupnya akan terbaring di tempat
tidur tanpa bisa melakukan apa-apa. Sedangkan bila rohaninya yang sakit maka ia
akan mengalami kerasukan, kehilangan arah hidup/tujuan hidup, dan hidup dalam
dosa. Bila demikian pentingnya menjaga keseimbangan hidup, sudahkah Anda
menjaganya dengan baik? Bagaimanakah Anda menjaganya agar tetap seimbang?

2. Hidup dalam pengendalian


Setiap manusia memiliki keinginan, hasrat, yang ingin dipenuhi. Perhatikanlah bahwa,
ada orang yang ingin memuaskan keinginan/hasrat jasmaninya secara berlebih seperti
dalam hal makan, tidur, bekerja, belajar. Sedangkan dalam hal jiwani, berfoya-foya,
pesta ria, haus pujian, penghargaan, kasih sayang sedangkan dalam hal rohani
melakukan kegiatan rohani apakah doa, puasa, pelayanan sehingga mengabaikan istri,
anak, pekerjaan. Perhatikan Yesus, sekalipun melayani adalah tujuan hidupnya, tapi
Yesus tidak melayani 24 jam bukan? Waktu istirahat, bersama murid, doa pribadi diatur
sedemikian rupa agar dapat berjalan sebagaimana mestinya. Bagaimana kiat-kiat Anda
mengendalikan hidup Anda?

3. Hidup dalam sukacita


Hati yang gembira adalah obat. Tips ini sudah terbukti sejak dahulu kala bahkan sampai
saat sekarang ini pun, dokter, psikolog, terapis selalu menganjurkan pasiennya untuk
bersukacita. Hal apakah membuat kita orang percaya dapat bersukacita? Ingat,
kebaikan, kesetiaan, perlindungan, pertolongan, berkat dari Tuhan, maka ucapan
syukur serta sukacita illahi akan melingkupi diri kita. Bagaimanakah menjaga agar
sukacita tetap dan terus menggali dalam hati kita? Pola hidup seperti apakah yang akan
Anda lakukan agar kesehatan illahi menjadi bagian dari hidup Anda?

Bertobat Dengan Sungguh


- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 September 2009 -

Baca: Yehezkiel 33:1-20

"Sebaliknya, kalau orang fasik bertobat dari kefasikannya dan ia melakukan keadilan dan kebenaran, ia
pasti hidup karena itu." Yehezkiel 33:19

Sejak manusia pertama jatuh ke dalam dosa, dosa dan tabiat dosa mengikuti dan menjadi bagian dalam
diri manusia sehingga kita dilahirkan ke dalam dunia dengan segala kecenderungan hati untuk selalu
melakukan kejahatan (baca Kejadian 6:5). Daud menyadari hal itu dan berkata, "Sesungguhnya, dalam
kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku." (Mazmur 51:7). Jadi, sesungguhnya kita
ini adalah manusia berdosa yang pantas untuk menerima hukuman.
Namun kita patut bersyukur kepada Allah, Bapa kita, yang oleh karena kasihNya menganugerahkan
PuteraNya, Yesus Kristus, untuk mati di salib. Darah Kristus mendamaikan kita dengan Allah, kita tidak
lagi menjadi seteru Allah. Kristus "...telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya
kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran." (1 Petrus 2:24). Setelah menerima
anugerah keselamatan kita harus dengan sungguh-sungguh hidup dalam pertobatan. Kita harus bertobat
dari dosa! Kita tidak dapat menerima anuegerah Tuhan lalu tetap tinggal dalam dosa, karena Tuhan telah
mencurahkan anugerahNya sewaktu kita masih berdosa dan kini dosa kita telah diampuni dan kita
disucikan. Hidup dalam pertobatan itu suatu perintah, bukan sekedar himbauan! Kita harus dengan
sadar meninggalkan dan menolak segala perbuatan dosa. Karena itu mari mencermati hidup kita, hal-hal
apa yang sekiranya akan menyeret kita lebih jatuh ke dalam dosa: apakah lingkungan, tontonan atau
bacaan yang negatif, serta pergaulan kita, sebab "Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang
baik." (1 Korintus 15:33) dan "Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman
dengan orang bebal menjadi malang." (Amsal 13:20). Semua perbuatan daging (baca Galatia 5:19-21)
harus ditinggalkan.
Kita harus berhenti berbuat dosa dan menghindarkan diri dari jebakan dosa itu. Kita memang masih
hidup di dunia yang penuh dosa, namun kita harus memilih untuk hidup sesuai kehedank Tuhan setiap
hari, karena pertobatan tidak dapat dilakukan hanya sekali seumur hidup, melainkan suatu proses terus-
menerus dalam hidup kita.

Jika tidak sungguh-sungguh bertobat, kita akan binasa

Petrus dan Integritas


- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 September 2009 -

Baca: Yohanes 21:15-19

"Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini? (murid-murid Yesus
yang lain - red.)" Yohanes 21:15

Petrus (Simon Petrus) adalah satu dari tiga murid Yesus yang sering bersama-sama dengan Gurunya. Di
mana pun Yesus melayani, ketiga orang itu selalu turut serta. Selain Petrus ada Yakobus dan Yohanes
yang dikenal begitu dekat dengan Sang Guru. Contohnya saat Yesus membangkitkan anak Yairus mereka
ada bersamaNya; juga ketika Yesus dimuliakan di atas bukit, ketiga orang itu juga turut menyaksikan
momen tersebut. Meskipun demikian Petrus pernah mengkhianati Yesus. Walaupun ia berkata,
"Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, akan takkan menyangkal Engkau." (Matius 26:35a),
tetapi apa yang diperbuat Petrus berbeda dengan apa yang pernah dia ucapkan. Pada waktu ayam
berkokok Petrus telah menyangkal Yesus tiga kali. Dan ketika Yesus harus disalibkan, ketiga orang itu
(Petrus, Yakobus dan Yohanes) kembali kepada kehidupan lamanya sebelum dipanggil menjadi murid
Yesus yaitu sebagai nelayan.
Memang tidak mudah memiliki integritas, karena integritas berbicara tentang kesetiaan, komitmen dan
totalitas secara keseluruhan. Apa yang kita ucapkan itulah yang harus kita lakukan! Sebagai anak-anak
Tuhan kita dituntut menjadi orang-orang yang berintegritas. Bila kita berkata aku mengasihi Tuhan, atau
Tuhan adalah yang utama dalam hidupku, maka kita harus membuktikannya dengan tindakan. Sejauh
mana kita mengasihi Dia dan benarkah Ia prioritas utama dalam hidup kita? Apakah buktinya?
Kepada Petrus, meskipun sempat gagal dan tidak punya integrtias, Tuhan tetap menujukkan kasih dan
kesabaranNya sekalipun dia sudah berkhianat dan menyakiti hatiNya. Ketika bertemu kembali dengan
petrus Yesus masih memberinya kesempatan untuk kembali melayani. Ditanyakan apakah Petrus benar-
benar mengasihi Tuhan, bahkan pertanyaan itu Tuhan ulang sebanyak 3 kali. Akhirnya Petrus tidak
menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan, dia merespon panggilan Tuhan yaitu menjadi penjala jiwa-
jiwa. Bila kita pelajari dalam Alkitab, Petrus menjadi orang yang luar biasa bagi Tuhan, bahkwa rela mati
sebagai martir demi Injil Kristus.

Jadilah orang-orang Kristen yang berintegritas, bukan yang munafik

Sekali Lagi Tentang Hidup


- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 September 2009 -

Baca: 2 Korintus 5:1-10

"Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa
yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat." 2
Korintus 5:10

Sudah beberapa tahun ini bencana atau musibah sering terjadi di negara kita: berita jatuhnya pesawat
yang tidak lagi mengejutkan karena terlalu sering dan tak terhitung lagi jumlah korbannya; tanah longsor
di daerah pertambangan; flu babi yang mulai menyerang; dan yang masih memiriskan hati kita adalah
bom bunuh diri di hotel berbintang di Jakarta beberapa bulan lalu. Dan masih banyak lagi perkara-
perkara yang setiap saat dapat merenggut nyawa manusia.
Kemarin diingatkan agar kita benar-benar memperhatikan bagaimana kita hidup. Yang diperhatikan
Tuhan bukan bagaimana cara kita mati melainkan bagaimana cara kita hidup. Tuhan sendiri mengalami
kematian dengan cara tidak terhormat, yaitu harus tergantung di atas kayu salib, dan ada tertulis:
"Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!" (Galatia 3:13). Namun ada rencana indah di balik
peristiwa itu. Sesungguhnya hidup di dunia ini hanyalah sementara, diperibahasakan seperti seserorang
yang singgah untuk sekedar minum. Kita ini hanyalah pendatang dan perantau (baca 1 Petrus 2:11).
Maka dari itu "...erhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal,
tetapi seperti orang arif," (Efesus 5:15), karena setiap orang akan menghadap takhta pengadilan dan
mempertanggungjawabkan apa yang sudah diperbuat selama hidupnya.
Jadi waktu yang sangat singkat ini mari kita gunakan sebaik mungkin. Alkitab menyatakan bahwa hidup
ini ibarat orang yang sedang berkemah, suatu saat nanti kemah itu akan dibongkar; namun bagi orang
percaya, Tuhan "...telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman
yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia." (2 Korintus 5:1). Bukan waktunya lagi untuk
bermalas-malasan atau ogah-ogahan melayani Tuhan, justru kita harus semakin giat menabur dalam Roh
sehingga pada saatNya kita akan menuai hidup kekal dari Roh itu.

Milikilah hidup yang berkenan kepada Tuhan sebelum waktu itu datang menjemput kita!

Posted by Air Hidup Blog at 1:51 AM No comments: Links to this post

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Sunday, September 27, 2009


Selagi Masih Hidup
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 September 2009 -

Baca: Wahyu 20:11-15

"Dan aku melihat orang-orang mati, besar dan kecil, berdiri di depan takhta itu. Lalu dibuka semua
kitab. Dan dibuka juga sebuah kitab lain, yaitu kitab kehidupan. Dan orang-orang mati dihakimi menurut
perbuatan mereka, berdasarkan apa yang ada tertulis di dalam kitab-kitab itu." Wahyu 20:12

Ada peribahasa mengatakan: "Gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan nama baik".
Ketika orang dipanggil Tuhan (mati) pasti meninggalkan kesan bagi orang-orang yang ditinggalkan:
keluarga/kerabat, teman atau orang sekitarnya. Ada yang sangat mengesankan karena semasa hidupnya
banyak berbuat baik, memperhatikan dan menolong orang lain, setia melayani tuhan, atau mungkin
spektakuler prestasinya seperti Michael Jackson misalnya, yang meninggal beberapa bulan lalu, yang
sampai-sampai dijuluki "The King of Pop". Tapi ada juga yang justru meninggalkan kesan negatif: jahat,
kikir, cerewet, sering bolos ibadah, tidak jujur.
Ada pun penentuan akhir perjalanan hidup manusia adalah penghakiman di hadapan Tuhan kelak. Di
hari penghakiman nanti penilaian Tuhan bukan ditentukan karena orang itu kaya, miskin, terkenal,
tampan atau cantik; bukan karena prestasinya tinggi dalam bidang olahraga, pernah menjadi presiden
atau raja, pernah menjadi artis top, tercatat di MURI, Guinness Book of Records atau Hall of Fame. Maaf,
Tuhan tidak punya buku untuk mencatat hal-hal demikian. Yang tercatat dalam buku Tuhan adalah
perbuatan-perbuatan kita selama hidup. "...Dia yang tanpa memandang muka menghakimi semua
orang menurut perbuatannya," (1 Petrus 1:17), karena "...tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi
di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita
harus memberikan pertanggungan jawab." (Ibrani 4:13). Dan buku itu disebut kitab kehidupan.
Apakah kita yakin nama kita akan tercanum di kitab kehidupanNya? Di hari penghakiman nanti munkin
kita akan dibuat terkejut melihat orang-orang hebat dipermalukan, sementara orang yang 'kecil' yang tak
ternama dan dipandang remeh, namun selama hidupnya mengasihi Tuhan dan setia sampai akhir,
diangkat dan dimuliakan Tuhan di sorga!

Mumpung masih ada kesempatan mari kita perhatikan bagaimana kita hidup!

Posted by Air Hidup Blog at 1:36 AM No comments: Links to this post

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Saturday, September 26, 2009


Ketika Keadaan Baik-Baik Saja
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 September 2009 -

Baca: Yeremia 22:20-30

"Aku telah berbicara kepadamu selagi engkau sentosa, tetapi engkau berkata: 'Aku tidak mau
mendengarkan!' Itulah tingkah langkahmu dari sejak masa mudamu, sebab engkau tidak mau
mendengarkan suara-Ku!" Yeremia 22:21

Sudah menjadi sifat manusia ketika hidupnya dalam keadaan sentosa, artinya baik-baik saja, aman,
sehat, makmur dan berkecukupan, ia cenderung melupakan Tuhan dan sepertinya tidak lagi
membutuhkan kehadiranNya. Saat keluarga baik-baik, anak-anak berhasil dalam studi, pekerjaan sudah
mapan dengan gaji cukup tinggi, apa lagi yang perlu kita kuatirkan dan takutkan dalam hidup ini? Jadi
kita tidak perlu ngoyo-ngoyo (berusaha keras - istilah Jawa, red.): ibadah ke gereja seminggu sekali saja;
berdoa saat mau makan, hendak tidur pada malam hari dan setelah bangun pagi saja. That's enough!
Sudah cukup! Ini sering kita lakukan. Sebaliknya kita baru mau mencari Tuhan sungguh-sungguh apabila
bisnis sedang hancur, toko hampir bangkrut, studi gagal total, belum memiliki anak meski sekian tahun
berumahtangga atau hal-hal buruk lain sedang menimpa kita.
Tidak salah bila kita datang mencari Tuhan ketika dalam masalah. Namun, apakah kita harus menunggu
sampai musibah menimpa kita dahulu baru kita sungguh-sungguh di dalam Tuhan dan melayani Dia?
Mengapa ketika masih muda, kuat, sehat dan berkellimpahan kita 'hitung-hitungan' dan tidak mau
melakukan yang terbaik bagiNya?
Dalam Matius 19:16-22 ada anak mudah yang hidupnya makmud dan segalanya baik-baik saja. Bahkan
dalam hal kerohanian sepertinya dia tidak bercacat, semua hukum Taurat dia lakukan dengan baik.
Namun ada satu hal yang kurang, seperti kata Yesus, "Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah
segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di
sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku." (Matius 19:21). Dan ternyata anak muda ini lebih
memilih mencintai hartanya daripada harus mengikut Tuhan. Harta/kemewahan/uang menjadi prioritas
utama dalam hidupnya melebihi kasihnya kepada Tuhan. Oleh sebab itu dia memilih meninggalkan
Tuhan daripada harus kehilangan hartanya.

Bersungguh-sungguhlah di dalam Tuhans elai keadaan kita baik, jangan tunggu sampai Dia menegur
kita!

Posted by Air Hidup Blog at 6:47 AM No comments: Links to this post

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Friday, September 25, 2009


Menuntun Orang Kepada Kebenaran
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 September 2009 -

Baca: Daniel 12:1-13

"Dan orang-orang bijaksana akan bercahaya seperti cahaya cakrawala, dan yang telah menuntun
banyak orang kepada kebenaran seperti bintang-bintang, tetap untuk selama-lamanya." Daniel 12:3

Berbicara tentang Daniel erat hubungannya dengan kesetiaan, ketekunan dan integritas. Di tengah
situasi sulit Daniel muncul sebagai orang mudah yang bercahaya seperti bintang yang memancarkan
sinarnya di tengah kegelapan malam. Itulah sebabnya kitab Daniel ditutup dengan begitu indahnya, di
mana pada saat yang tepat orang-orang benar akan beroleh kemenangan.
Proses mencapai kemenangan tidak mudah, harus melewati ujian yang begitu berat sebagaimana halnya
Daniel yang tidak serta-merta menjadi orang istimewa ('bercahaya') di antara orang-orang sezamannya.
"...pada orang itu terdapat roh yang luar biasa dan pengetahuan dan akal budi, sehingga dapat
menerangkan mimpi, menyingkapkan hal-hal yang tersembunyi dan menguraikan kekusutan, yakni pada
Daniel yang dinamai Beltsazar oleh raja." (Daniel 5:12a). Tapi ada harga yang yang harus dibayar! Daniel
telah melewati ujian demi ujian sehingga pada akhirnya Daniel dapat berkata bahwa orang-orang
bijaksana akan bercahaya seperti cakrawala!
Orang yang bijaksana atau berhikmat dalam Perjanjian Lama dikaitkan dengan hati yang takut akan
Tuhan, karena "Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal Yang Mahakudus adalah
pengertian." (Amsal 9:10). Jadi orang bijaksana adalah orang yang takut akan Tuhan, tidak hanya di
dalam pikiran tapi juga di dalam hati dan perbuatannya. Orang-orang benar inilah yangg dapat menjadi
saksi dan menuntun orang lain kepada kebenaran. Tugas dan tanggung jawab ini ada di pundak kita,
sebagaimana yang Yesus perintahkan sebelum Ia terangkat ke sorga, "...pergilah, jadikanlah semua
bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka
melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu." (Matius 28:19-20a). Sudahkan kita
memenuhi kriteria sebagai orang-orang bijaksana yang layak menuntun orang lain kepada kebenaran?

Dapatkah orang buta menuntun orang buta? Lukas 6:39

Posted by Air Hidup Blog at 1:28 AM No comments: Links to this post

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Thursday, September 24, 2009


Bagaimana Respon Kita?
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 September 2009 -

Baca: Yeremia 1:4-19

"Janganlah katakan: Aku ini masih muda, tetapi kepada siapapun engkau Kuutus, haruslah engkau pergi,
dan apapun yang Kuperintahkan kepadamu, haruslah kausampaikan." Yeremia 1:7

Adalah biasa bila manusia kurang responsif terhadap panggilan Allah dalam hidupnya, karena manusia
lebih suka memilih jalannya sendiri daripada harus tunduk kepada tuntunan Allah, walaupun Dia tidak
pernah merancangkan kejahatan bagi kehidupan manusia, melainkan, "...rancangan damai sejahtera
dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan."
(Yeremia 29:11). Jadi "...Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti
emas." (Ayub 23:10), kata Ayub.
Ada beberapa contoh orang yang awalnya kurang bersemangat dan banyak alasan mendhindari
panggilan Allah. Ketika Musa diutus Alah membawa bangsa Israel keluar dari Mesir ia tidak
menyambutnya dengan antusias, justru ia merasa dirinya tidak mampu dan tidak pandai biccara. Musa
berkata, "Siapakah aku ini, maka aku yang akan menghadap Firaun dan membawa orang Israel keluar
dari Mesir?" (Keluaran 3:11), apalagi, "...aku ini tidak pandai bicara, dahulupun tidak dan sejak Engkau
berfirman kepada hamba-Mupun tidak, sebab aku berat mulut dan berat lidah."" (Keluaran 4:10).
Begitu pula ketika Allah memanggil dan menetapkan Yeremia untuk menjadi nabi bagi bangsa-bangsa,
Yeremia berdalih seperti Musa, "Ah, Tuhan ALLAH! Sesungguhnya aku tidak pandai berbicara, sebab aku
ini masih muda." (Yeremia 1:6), walaupun Allah sudah memanggil dia sejak masih dalam kandungan
ibunya, bahkan sebelum Allah membentuknya dalam kandungan Aia telah mengenalnya (Yeremia 1:5).
Tidak semua orang dipanggil menjadi nabis seperti Yeremia atau sebagai pemimpin besar seperti Musa.
Apa panggilan Allah bagi kita saat ini? Ialah "...supaya kamu hidup sesuai dengan kehendak Allah, yang
memanggil kamu ke dalam Kerajaan dan kemuliaan-Nya." (1 Tesalonika 2:12). Jadi hidup sesuai
panggilan Allah adalah hidup dalam kekudusan (pertobatan) karena Dia tidak menghendaki kita binasa
kekal.
Bila kita lari dari panggilan Allah dan lebih menuruti keinginan diri sendiri berarti kita sudah siap
menanggung resikonya!

Posted by Air Hidup Blog at 1:31 AM No comments: Links to this post

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Wednesday, September 23, 2009


Berduka Tapi Berbahagia
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 September 2009 -

Baca: Matius 5:1-12

"Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur." Matius 5:4

Yang namanya berdukacita pasti sangat berbeda dengan berbahagia. Dukacita adalah lawan kata dari
kebahagiaan. Lalu, apakah firman yang ditulis itu tidak salah? Dukacita atau kesedihan menyelimuti hati
seseorang ketika ia ditinggalkan orang yang dikasihi, entah itu orangtua, sahabat, pacar, suami atau istri
dan sebagainya. Dukacita yang kita rasakan seolah-olah tak terobati meskipun terus dihibur oleh banyak
orang. Lalu dukacita bagaimana yang dimaksud ayat di atas?
Ada dukacita yang merupakan dosa dan ada dukacita yang justru mendatangkan pengampunan. Dukacita
yang merupakan dosa adalah kemurungan berlarut-larut karena putus asa, kecewa atau kesedihan yang
mendalam terhadap perkara yang sia-sia, "...dukacita yang dari dunia ini menghasilkan kematian," (2
Korintus 7:10).
Ada pun dukacita yang mendatangkan pengampunan adalah dukacita karena dosa, baik itu dilakukan diri
sendiri ataupun perbuatan orang lain. Inilah dukacita yang Tuhan maksudkan! Menyadari ketidaklayakan
di hadapan Tuhan akibat dosa-dosa yang ia perbuat akan menimbulkan rasa dukacita yang mendalam
dalam diri seseorang. Orang berdosa yang yang telah dijamah oleh kuasa Roh Kudus tidak akan
bersukacita karena dosa-dosanya. Sebaliknya ia akan meratap dan berduka karena sadar bahwa jalan-
jalannya sudah jauh dari kebenaran dan telah melukai hati Tuhan, karena hidupnya sudah tidak kudus
lagi. Dukacita semacam ini akan beroleh penghiburan dari Tuhan yaitu berupa pengampunan dan
kehidupan kekal. Tuhan akan mengubah ratapan itu menjadi tari-tarian karena tuhan Yesus sudah
menanggung segala dosa-dosa kita di atas kayu salib. Rasa dukacita itu seharusnya ada di dalam hati kita
setiap kali kita berbuat dosa dan menyadarinya. Dukacita ini timbul bukan karena kekuatan kita sendiri,
melainkan pekerjaan Roh Kudus. Bila masih ada orang Kristen yang telah bersukacita dan kelihatan
santai-santai saja ketika melakukan dosa berarti masih perlu dipertanyakan kelayakannya sebagai orang
percaya, berarti ia belum hidup dalam pertobatan. Ingat, tanpa pertobatan kita tidak beroleh bagian di
dalam Kerajaan Sorga. Alkitab mencatat hal ini: "...tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat
Tuhan." (Ibrani 12:15).
Dukacita karena dosa menunjukkan seseorang peka dan benci terhadap dosa!

Posted by Air Hidup Blog at 1:20 AM No comments: Links to this post

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Tuesday, September 22, 2009


Masalah dan Jalan Keluarnya (2)
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 September 2009 -

Baca: Mazmur 20:1-10

"Sekarang aku tahu, bahwa TUHAN memberi kemenangan kepada orang yang diurapi-Nya dan
menjawabnya dari sorga-Nya yang kudus dengan kemenangan yang gilang-gemilang oleh tangan
kanan-Nya." Mazmur 20:7

Tuhan mengijinkan kita berada dalam 'masa-masa genting' untuk melatih 'otot' iman kita. Biasanya bila
sudah terjepit dan babak belur kita baru mau berserah dan percaya kepada Tuhan. Bila kita menyadari
Yesus ada di dekat kita, kita akan menjalani hidup dengan tenang. Memang secara kasat mata Yesus tidak
keihatan, tetapi Roh Kudus ada di dalam kita. Sebesar apa pun badai menyerang, kita tetap mampu
melewatinya karena Roh yang ada di dalam kita lebih besar dari segalanay.
Langkah apa yang harus kita lakukan supaya kemenangan yang dijanjikan Tuhan tergenapi dalam hdiup
kita? 1. Setia dan tekaun membaca firman Tuhan. Jangan anggap ringan perihal membaca Alkitab.
Mungkin kita berkata: pasti bisa kulakukan! Namun, seberapa lama kita konsekuen dan konstan
melakukannya? Berapa lam kita baca Alkitab setiap hari? Alkitab adalah firman dan firman itu Yesus;
ketika kita membaca firmanNya dan memasukkannya dalam hati dan pikiran, Yesus pun masuk ke dalam
hati dan pikiran kita. 2. Berdoa dengan sungguh-sungguh. Sudahkah kita berdoa? Serempak kita akan
menjawab: sudah! Doa yang bagaimana? Alkitab berkata, "Doa orang yan benar, bila dengan yakin
didoakan, sangat besar kuasanya." (Yakobus 5:16b). Doa orang yang hidupnya benarlah yang
diperhatikan dan didengar Tuhan. Jika Tuhan sepertinya tidak memperhatikan dan tidak segera
menjawab doa kita, bisa jadi itu karena dosa kita, karena "Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang
panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar; tetapi
yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia
menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu." (Yesaya 59:1-
2). 3. Hidup dalam pertobatan selalu. Bertobat berarti menanggalkan manusia lama, mengenakan
'manusia baru' setiap hari. Pertobatan adalah kehendak Tuhan yang utama; tanpa itu kita tidak akan
menikmati janji-janji Tuhan.

Tidak ada masalah terlalu sulit bagi orang percaya asal tiga hal di atas menjadi bagian dalam
hidupnya!
Posted by Air Hidup Blog at 1:34 AM No comments: Links to this post

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Monday, September 21, 2009


Masalah dan Jalan Keluarnya (1)
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 September 2009 -

Baca: Matius 8:23-27

" 'Mengapa kamu takut, kamu yang kurang percaya?' Lalu bangunlah Yesus menghardik angin dan
danau itu, maka danau itu menjadi teduh sekali." Matius 8:26

Hidup dalam Tuhan bukan berarti bebas masalah. Saat berjalan dengan Tuhan sekalipun terkadang
'angin ribut' secara mendadak datang menyerang kita. Hal ini juga dialami oleh murid-murid Yesus saat
mereka berada di dalam perahu. "Sekonyong-konyong mengamuklah angin ribut di danau itu, sehingga
perahu itu ditimbus gelombang, tetapi Yesus tidur." (ayat 24). Karena angin ribut, mereka menjadi sangat
panik dan ketakutan, padahal Yesus berada dalam satu perahu. Lalu mereka berseru, "Tuhan, tolonglah,
kita binasa." (ayat 25b). Hal ini sering kita alami juga, bukan?
Ketika mengalami permasalahan yang berat kita cenderung panik dan menjadi takut, padahal Yesus
bersama kita dan ada di dekat kita, bukannya membiarkan dan meninggalkan kita. Sebaliknya justu kita
yang seringkali melupakan dan tidak mempercayaiNya. Kita masih terpengaruh dengan apa yang kita
lihat dan dengar, terpaku dengan apa yang kelihatannya di sekitar kita, yang berarti kita tidak berjalan
dengan iman. Akibatnya kita mudah stres, murung, putus asa; jangankan bersukacita, membuka mulut
untuk memuji Tuhan saja kita enggan melakukannya. Ini menunjukkan bahwa kita adalah pecundang dan
Iblis akan 'membusungkan' dada bila melihat orang Kristen seperti itu, padahal firmanNya jelas
mengatakan, "Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang
telah mengasihi kita." (Roma 8:37).
Hidup dalam iman adalah hidup bukan berdasarkan pada suatu yang kelihatan, tetapi apa yang tidak
kelihatan, serta memandang dan menyikap segala sesuatu dengan 'mata rohani'. Itulah yang dilakukan
Paulus. Meski menghadapi tantangan hidup sangat berat dia tidak pernah menjadi lemah apalagi sampai
frustrasi, karena "...hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat-" (2 Korintus 5:7),
kata Paulus. Kita harus percaya meski tidak melihat. Jika dalam menjalani hidup ini kita banyak
merasakan ketakutan dan kekuatiran berarti kita belum sepenuhnya percaya kepada Tuhan. Dam selama
kita masih menggunakan akal dan kekuatan sendiri, maka masalah yang kita alami tidak akan pernah
terselesaikan. Kita harus bisa melepaskan segala ikatan yang masih membelenggu perasaan kita!
(Berlanjut)

Posted by Air Hidup Blog at 1:23 AM No comments: Links to this post

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest


Sunday, September 20, 2009
Gereja Sebagai Tubuh Kristus
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 September 2009 -

Baca: 1 Korintus 12:12-31

"Karena tubuh juga tidak terdiri dari satu anggota, tetapi atas banyak anggota." 1 Korintus 12:14

Tubuh kita terdiri atas berbagai anggota (bagian) tubuh: ada kepala, telinga, mata, hidung, mulut,
tangan, kaki dan sebagainya, namun menjadi satu kesatuan utuh dan tak terpisahkan. Begitu pula gereja
sebagai tubuh Kristus terdiri dari anggota-anggota yang menjadi satu kesatuan. Tidak akan ata tubuh jika
hanya ada satu anggota. "Andaikata semuanya adalah satu anggota, di manakah tubuh? Memang ada
banyak anggota, tetapi hanya satu tubuh." (ayat 19-20). Maka antar anggota tubuh ada ketergantungan.
Semua anggota tubuh penting adanya, termasuk anggota yang paling lemah sekalipun. Seringkali kita
menilai sesama anggota jemaat Tuhan dengan mata jasmani. akibatnya kita sering terfokus kepada
mereka yang kelihatannya lebih menonjol dan berpotensi, sementara jemaat yang penampilan luarnya
kurang meyakinkan, hina dan sepertinya kurang bisa berkontribusi kita abaikan. Namun Alkitab
menyatakan; "Malahan justru anggota-anggota tubuh yang nampaknya paling lemah, yang paling
dibutuhkan Dan kepada anggota-anggota tubuh yang menurut pemandangan kita kurang terhormat,
kita berikan penghormatan khusus. Dan terhadap anggota-anggota kita yang tidak elok, kita berikan
perhatian khusus." (ayat 22-23). Oleh karena itu anggota jemaat yang lebih lemahlah yang harus kita
perhatikan supaya tidak terjadi gap atau perpecahan di antara sesama anggota jemaat. Coba bayangkan
seseorang yang kehilangan kaki atau tangan karena musibah, apakah tubuhnya dapat berfungsi dengan
sempurna? Dalam hal ini rasul Paulus berkata, "...jika satu anggota menderita, semua anggota turut
menderita; jika satu anggota dihormati, semua anggota turut bersukacita." (ayat 26), sehingga terjalin
keselarasan dan tubuh itu benar-benar utuh. Inilah rencana Tuhan bagi gerejaNya!
Bagaimana supaya gereja Tuhan (tubuhNya) tetap utuh dan sempurna? Dasarnya adalah kasih. Kasih
Kristuslah yang menjadikan gereja utuh. Jika Kristus begitu mengasihi kita sehingga Dia memberikan
segala-galanya kepada kita, maka sudah sepatutnya kita mengasihi sesama anggota tubuhNya.

Kita sesama anggota tubuh Kristus harus saling mengasihi dan memperhatikan!

Posted by Air Hidup Blog at 1:44 AM No comments: Links to this post

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Saturday, September 19, 2009


Berdoa Secara Teratur
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 September 2009 -

Baca: Lukas 22:39-46

"Lalu pergilah Yesus ke luar kota dan sebagaimana biasa Ia menuju Bukit Zaitun. Murid-murid-Nya juga
mengikuti Dia." Lukas 22:39

Beberapa waktu yang lalu telah ditulis bagaimana Yesus telah memberikan satu teladan kepada kita
tentang kehidupan doaNya, di mana Dia senantiasa menyediakan waktu untuk bercakap-cakap dengan
Bapa saat pagi masih gelap. BagiNya Bapa adalah segalanya. Keintiman dengan Bapa inilah yang menjadi
kekuatan dalam pelayanan Yesus. Alkitab tidak pernah mencatat Yesus merasa bosan atau jemu berdoa.
Justru Dia begitu teguh menjalankan waktu-waktu tetapNya berdua dengan Bapa dalam doa.
Berbicara kepada Bapa melalui doa bukalah sekedar runinias atau kebiasaan bagi Yesus, melainkan suatu
kerinduan yang dalam untuk bertemeu, memandang wajahNya dan memahami kehendakNya karena,
"...Aku hidup oleh Bapa," kata Yesus (Yohanes 6:57). Saat berada di Yerusalem Tuhan Yesus biasa berdoa
di taman Getsemani di bukit Zaitun. Kata biasa menunjukkan keteraturan (rutininasNya) berdoa di situ.
Di tempat itu pula Dia sering berkumpul dengan murid-muridNya. Tuhan Yesus sangat disiplin dalam hal
waktu; Ia berdoa secara teratur di pagi hari guna mempersiapkan hati dan mempertajam kepekaanNya
terhadap kehendak Bapa.
Hal ini juga dilakukan Daud, seperti katanya, "Bangunlah, hai jiwaku, bangunlah, hai gambus dan kecapi,
aku mau membangunkan fajar!" (Mazmur 57:9). Daud mencari hadirat Tuhan terlebih dahulu sebelum
memulai segala sesuatu. Daniel pun memiliki tempat dan waktu khusus di mana ia secara teratur
berdoa. "Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia
berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya." (Daniel 6:11b). Inilah kekuatan
Daniel sehingga ia tetap berkemenangan meski berada dalam situasi-situasi gawat, contohnya di saat
raja Darius melarang seluruh rakyatnya menyembah apa paun selain kepadanya. Siapa pun yang
melanggar titah raja akan menanggung akibatnya! Namun Daniel memiliki keberanian berkata tidak!
Kehidupan Daniel menjadi kesaksian karena dia sangat dekat dengan Allah melalui jam-jam doanya.
Bagaimana dengan kita?

Berdoa teratur dan disiplin adalah kunci memiliki hidup berkemenangan!

Posted by Air Hidup Blog at 1:23 AM No comments: Links to this post

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Friday, September 18, 2009


Bersekutu Dengan Roh Kudus
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 September 2009 -

Baca: Kisah Para Rasul 5:26-42

"Dan kami (rasul-rasul) adalah saksi dari segala sesuatu itu, kami dan Roh Kudus, yang dikaruniakan
Allah kepada semua orang yang mentaati Dia." Kisah 5:32

Kehidupan rohani orang Kristen yang benar pasti mengalami pertumbuhan (tidak stagnan), makin hari
makin bertumbuh dewasa. Itulah yang dikehendaki Tuhan. Untuk mencapai kedewasaan rohani tidak
dapat kita upayakan dengan kekuatan sendiri, mau tidak mau kita harus melibatkan Roh Kudus dalam
seluruh aspek kehidupan kita.
Alkitab banyak sekali menceritakan tokoh-tokoh yang mengalami dan melakukan perkara-perkara yang
luar biasa oleh karena penyertaan Roh Kudus. Saat ini Allah memberikan Roh Kudus kepada kita sebagai
Pribadi yang senantiasa menyertai dan menolong kehidupan orang percaya. Tuhan juga hendak memakai
setiap kita dengan luar biasa sesuai dengan rencanaNya, asalkan kita mau membuka hati dan bersekutu
dengan Roh Kudus. Namun masih banyak anak Tuhan yang tidak menyadari kehadiran Roh Kudus,
bahkan tidak mengijinkan Roh Kudus masuk dalam kehidupannya. Jangankan bersekutu dengan Roh
Kudus, kesadaran untuk bersekutu dengan Tuhan pun sudah tidak ada lagi. Maka tidaklah mengherankan
bila mereka tidak pernah mengalami terobosan baru, hidupnya biasa-biasa saja, monoton, jatuh bangun
dalam dosa dan tidak punya 'nilai lebih'. Apabila kita ingin mendapatkan kasih karunia Allah dan
berkemangan dalam hidup, firman Tuhan mengajarkan agar kita membangun persekutuan dengan Roh
Kudus. Tuhan ingin agar kita bersahabat dengan Roh Kudus. Menjadi sahabat berarti selalu berjalan
bersama-sama dalam segala hal di setiap waktu, bukan hanya dalam hal-hal tertentu atau saat-saat
tertentu saja.
Selain itu kita harus menjadikan Roh Kudus rekan sekerja; artinya kita melibatkan Roh Kudus dalam
segala hal agar Ia menuntun dan menolong kita dalam mengamil setaip keputusan, baik bagi diri kita
sendiri maupun di dalam pekerjaan dan pelayanan kita. Petrus dalam pelayanannya senantiasa
melibatkan Roh Kudus dan mengakui bahwa Roh Kudus adalah rekan sekerjanya. Tanpa penyertaan Roh
Kudus dia tidak akan memiliki keberanian saat dihadapkan pada Mahkamah Agama.

Karena 'kedekatannya' dengan Roh Kudus, hidup Petrus menjadi kesaksian bagi dunia.

Posted by Air Hidup Blog at 1:46 AM No comments: Links to this post

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Thursday, September 17, 2009


Tuhan Kita Berkuasa
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 September 2009 -

Baca: Mazmur 103:1-22

"TUHAN sudah menegakkan takhta-Nya di sorga dan kerajaan-Nya berkuasa atas segala sesuatu."
Mazmur 103:19

Kita patut berbangga karena kita memiliki Tuhan yang hidup dan berkuasa. Perihal kemahakuasaanNya
dapat kita pelajari dalam Alkitab. Maka kita harus senantiasa menyukai firmanNya dan merenungkan itu
siang dmalam sehingga kita makin mengerti bahwa tidak ada satu hal pun di dunia ini yang terjadi di luar
pengetahuan dan kontrol Tuhan, bahkan "...tidak sehelaipun dari rambut kepalamu akan hilang." (Lukas
21:18).
Tidak ada alasan bagi kita untuk takut, kuatir dan putus asa menghadapi hari esok. Alkitab juga menulis:
"Bukankah burung pipit dijual lima ekor dua duit? Sungguhpun demikian tidak seekorpun dari padanya
yang dilupakan Allah, bahkan rambut kepalamupun terhitung semuanya. Karena itu jangan takut,
karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit." (Lukas 12:6-7). Seringkali kita berpikir
bahwa hal buruk yang terjadi dalam hidup kita tidak dapat dikendalikan dan dihentikan sehingga
kekuatiran dan kecemasan selalu menguasai hati dan pikiran kita hari lepas hari.
Ada beberapa kebenaran tentang Tuhan kita yang berkuasa: 1. Tuhan itu Mahahadir. Daud berkata, "Ke
mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu?" (Mazmur 139:7).
Tidak ada tempat di mana Tuhan tidak dapat hadir. Di saat kita merasa sendirian dan orang lain tidak ada
yang menghiraukan kita, Dia hadir dan sesungguhnya berada di dekat kita. 2. Tuhan mengetahui segala
sesuatu, seperti tertulis "TUHAN memandang dari sorga, Ia melihat semua anak manusia; dari tempat
kediaman-Nya Ia menilik semua penduduk bumi." (Mazmur 33:13-14). Dia sangat mengetahui keadaan
kita, seburuk apa pun itu: saat dalam kesusahan, sakit-penyakit atau beban yang berat. Itulah sebabnya
jangan sekali-kali menganggap Tuhan tidak pernah peduli terhadap kita, apalagi sampai menyalahkan
Tuhan. Bukankah ini sering kita lakukan? Mengapa kita harus kuatir? Kita tidak tahu apa yang akan
terjadi, tetapi Dia yang memegang masa depan; Dia mengetahui apa yang akan terjadi; Dia tahu segala
kebutuhan hidup kita. Adakah sesuatu yang mustahil bagiNya?

"Bagi manusia hal ini tidak mungkin, tetapi bagi Allah segala seuatu mungkin." Matius 19:26

Posted by Air Hidup Blog at 1:02 AM No comments: Links to this post

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Wednesday, September 16, 2009


Gereja Yang Mempersatukan
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 September 2009 -

Baca: Efesus 4:1-16

"Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera: satu tubuh, dan satu Roh,
sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu,"
Efesus 4:3-4

Bila kita renungkan keberadaan gereja kita, di mana kita biasa bersekutu dan beribadah bersama,
sangatlah mengherankan karena ternyata masing-masing kita memiliki latar belakang yang begitu
berbeda: keluarga kita berbeda, warna kulit, asal-usul (suku), profesi, pendidikan dan juga hobi atau
kesenangan kita, namun kita bisa berkumpul dan dipersatukan dalam satu ikatan keluarga Kerajaan
Allah.
Ternyata oleh karena darah Kristus dan Injil kita menjadi satu kesatuan: satu tubuh, satu Roh, satu
pengharapan, satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, dan satu Allah dan Bapa (ayat 4-6), sehingga kita
"...bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan
anggota-anggota keluarga Allah," (Efesus 2:19). Kini tugas kita adalah mempertahankan persatuan dan
kesatuan di antara jemaat agar gereja tetap menjadi tempat yang hangat. Hal intu akan terwujud apabila
tiap jemaat memiliki kesadaran akan dirinya. Tidak perlu ada bujukan dan paksaan karena semua orang
akan senang dan bersedia memainkan peranan aktif dalam kehidupan bergeraja.
Ketika jemaat menyadari bahwa mereka bukanlah tamu atau orang asing, melainkan kawan sewarga
dalam keluarga Allah, tidak perlu adanya rayuan untuk mengajak terlibat dan aktivitas gereja. Ini
merupakan 'bahan baku' terbentuknya gereja yang hangat. Adalah perlu belajar dari kehidupan jemaat
gereja mula-mula: "Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait
Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama
dengan gembira dan dengan tulus hati, sambil memuji Allah" (Kisah 2:46-47a). Lebih-lebih para
pemimpin Gereja harus memberikan teladan dan contoh yang baik, karena "perbuatan berbicara lebih
keras daripada perkataan", apalagi kondisi tiap-tiap jemaat berbeda: ada yang kaya atau miskin. Ini
adalah kesempatan untuk menunjukkan kasih tanpa pandang bulu bukan dalam ucapan saja, tetapi
dalam perbuatan nyata.

Akhirnya, gereja bisa menjadi kesaksian dan juga sarana yang efektif untuk menjangkau jiwa-jiwa!

Posted by Air Hidup Blog at 1:52 AM No comments: Links to this post

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Tuesday, September 15, 2009


Pemberontakan dan Akibatnya
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 September 2009 -

Baca: Yesaya 1:10-20

"Tetapi jika kamu melawan dan memberontak, maka kamu akan dimakan oleh pedang.'Sungguh, TUHAN
yang mengucapkannya.'" Yesaya 1:20

Pada zaman dahulu sebelum negara kita merdeka bahkan sesudah merdeka seringkali terjadi
pemberontakan yang dilakukan oleh sekelompok orang atau golongan, dengan tujuan ingin memisahkan
diri dari Negara Kesatuan RI. Sampai saat ini pun televisi dan surat kabar sering menayangkan berita-
berita pemberontakkan yang terjadi di mana-mana. Memberontak berarti tidak taat! Bukankah hal ini
juga sering dilakukan oleh banyak anak Tuhan? Kita cenderung memberontak kepada Tuhan saat
masalah dan kesulitan terjadi dalam kehidupan kita. Kita tidak memiliki sikap hati yang benar dalam
menanggapi permasalahan yang ada.
Banyak contoh dalam Alkitab tentang orang-orang yang memberontak kepada Tuhan yang akhirnya
harus menanggung akibatnya pula. Salah satunya adalah Saul. Ketika menjadi raja atas Israel Saul hidup
dalam ketidaktaatan, sering memberontak kepada Tuhan. Saul memberi kesempatan bagi Iblis sehingga
roh pemberontakan itu tumbuh dalam kehidupannya, sehingga ia memilih untuk tidak tunduk kepada
perintah Tuhan. Samuel menegurnya dengan keras, "Perbuatanmu itu bodoh. Engkau tidak mengikuti
perintah Tuhan, Allahmu, yang diperintahkanNya kepadamu; sebab sedianya Tuhan mengokohkan
kerajaanmu atas orang Israel untuk selama-lamanya. Tetapi sekarang kerajaanmu tidak akan tetap." (1
Samuel 13:13-14a). Akibat memberontak kepada Tuhan kehidupan Saul berakhir dengan kehancuran.
Seberat apa pun kehidupan kita saat ini jangan pernah memberontak kepada Tuhan. Pemberontakan
bukan karakter orang Kristen. Prinsip kehidupan orang Kristen adalah taat. Ketaatan bukan untuk
dihindari! Tuhan akan memberikan imbalan apabila kita taat. "Jika kamu menurut dan mendengar, maka
kamu akan memakn hasil baik dari negeri itu." (Yesaya 1:19). Hari ini Tuhan menghadapkan kita pada
suatu pilihan: memberontak atau taat, kebahagian (berkat) atau kehancuran (malapetaka). Mari kita
belajar dari kehidupan Tuhan Yesus yang tidak pernah memberontak kepada Bapa meskipun harus
mengalami penderitaan, bahkan sampai mati di kayu salib.

Jadilah seorang Kristen yang taat dan jangan pernah memberontak!

Posted by Air Hidup Blog at 1:34 AM No comments: Links to this post

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Monday, September 14, 2009


Akibat Keangkuhan
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 September 2009 -

Baca: Obaja 1-7

"Sekalipun engkau terbang tinggi seperti burung rajawali, bahkan, sekalipun sarangmu ditempatkan di
antara bintang-bintang, dari sanapun Aku akan menurunkan engkau, --demikianlah firman TUHAN."
Obaja 4

Nama Obaja berarti pelayan Allah. Ia mendapatkan penglihatan dari Tuhan tentang keberadaan bangsa
Edom. Obaja mendengar kabar dari Tuhan bahwa Dia telah mengirim seorang utusan untuk datang ke
tengah-tengah bangsa tersebut dengan tujuan untuk memeranginya. Mengapa demikian? Edom secara
geografis merupakan negeri yang sangat strategis, kuat, terlindung, sehingga bangsa lain tidak mudah
menyerangnya. Karena merasa 'di atas angin' inilah bangsa Edom menjadi angkuh. Orang-rang Edom
sangat membanggakan dirinya dan berpikir tak kan ada bangsa lain yang mampu menandingi dan
mengalahkannya, seperti tertulis, "Keangkuhan hatimu telah memperdayakan engkau, ya engkau yang
tinggal di liang-liang batu, di tempat kediamanmu yang tinggi; engkau yang berkata dalam hatimu:
'Siapakah yang sanggup menurunkan aku ke bumi?'" (ayat 3). Mereka lupa satu hal: "Allah menentang
orang yang congkak,..." (Yakobus 4:6b).
Suatu bangsa bisa menjadi besar, kuat dan juga berlimpah dengan kekayaan alam (makmur) adalah
karena campur tangan Tuhan. Bila mengandalkan kekuatan sendiri mustahil hal itu terwujud. Jadi yang
berkuasa meninggikan atau mengangkat suat bansa adalah Tuhan saja. Pemazmur berkata, "tangan
kanan TUHAN berkuasa meninggikan, tangan kanan TUHAN melakukan keperkasaan!" (Mazmur 118:16),
dan "...direndahkanNya yang satu dan ditinggikanNya yang lain." (Mazmur 75:8b).
Begitu juga kehidupan kita. Keberhasilan, karir yang menanjak, studi yang berhasil datau harta kekayaan
kita adalah anugerah Tuhan saja. Tidak seharusnya kita membanggakan diri dan menjadi angkuh. Ingat!
"Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan." (Amsal 16:18). Jika
bukan Tuhan tak mungkin kita dapat mempertahankan keadaan kita. Yang kita miliki hari ini belum tentu
esok masih ada. Tanpa Tuhan kekayaan dan kejayaan dengan sekejap dapat lenyap.

"Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya
pada waktunya." 1 Petrus 5:6

Posted by Air Hidup Blog at 1:24 AM No comments: Links to this post

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Sunday, September 13, 2009


Kisah Seorang Perwira: Sikap Hati Yang Benar
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 September 2009 -

Baca: Matius 8:5-13

"Lalu Yesus berkata kepada perwira itu: 'Pulanglah dan jadilah kepadamu seperti yang engkau percaya."
Maka pada saat itu juga sembuhlah hambanya.' " Matius 8:13

Permasalah selalu datang dan menimpa siapa pu nyang ada di dunia ini tanpa memandang bulu: entah
itu orang kaya, miskin, berpendidikan tinggi atau rendah, tinggal di kota, desa atau pun yang bermukim
di daerah pegunungan (terpencil). Berbagai upaya telah diusahakan oleh setiap orang untuk mencegah
dan menanggulanginya, namun faktanya manusia sama sekali tak mampu mengelak dari masalah yang
ada. Karena itulah manusia sangat membutuhkan pertolongan dan jalan keluar yang terbaik dari
permasalahan yang menderanya. Harus diakui bahwa kita tidak mampu mengatasi setiap permasalahan
itu dengan kekuatan sendiri, apalagi berharap dan bersandar kepada sesama kita. Alkitab menyatakan,
"Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang
hatinya menjauh dari pada TUHAN!" (Yeremia 17:5). Masih ada satu jalan keluar dan sumber
pertolongan, asal kita mau datang kepada Juruselamat yaitu Yesus Kristus.
Ada kisah seorang perwira sedang mengalami persoalan yaitu hambanya sedang terbaring di rumah
karena sakit lumpuh. Perwira itu membuat keputusan untuk datang dan meminta pertolongan kepada
Yesus. Yesus pun tergerak hatiNya untuk menolong, padahal Dia tidak mengenai perwira itu
sebelumnya. Akhirnya hamba perwira itu mengalami kesembuhan. Ada 3 faktor penting yang dimiliki
perwira itu sehingga Yesus memperhatikan dan menjawab permohonannya: 1. Ia memiliki kasih dan
tanggung jawab terhadap hambanya yang sakit itu. 2. Ia memiliki kerendahan hati. Terbuki ketika Yesus
hendak datang ke rumahnya untuk menyembuhkan hambahnya dia berkata, "Tuan, aku tidak layak
menerima Tuan di dalam rumahku," (Matius 8:8a). Tuhan sangat mengasihi orang yang rendah hati,
tetapi membenci orang yang congkak. 3. Ia memiliki iman yang besar. Perwira itu mengatakan bahwa
Tuhan Yesus tidak perlu datang ke rumahnya, tetap cukup sepatah kata saja yang diucapkan Tuhan akan
sanggup menyembuhkan hambanya (Matius 8:8b).

Selama sikap hati kita tidak benar dan belum memiliki iman yang cukup kepada Tuhan, doa kita akan
sulit beroleh jawaban!

Posted by Air Hidup Blog at 1:53 AM No comments: Links to this post

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Saturday, September 12, 2009


"Nasi Sudah Menjadi Bubur"
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 September 2009 -

Baca: Ibrani 12:12-17

"...sebab ia tidak beroleh kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya, sekalipun ia mencarinya


dengan mencucurkan air mata." Ibrani 12:17

Kita pasti pernah mendengar orang berkata, "Seandainya aku dulu rajin olah raga dan memiliki pola
makan yang benar aku pasti tidak akan mengalami sakit seperti ini."; "Seandainya aku dulu rajin belajar
dan tidak banyak bermain aku pasti lulus dengan nilai yang bagus."; "Seandainya aku dulu rajin
menabung pasti bisa membayar sewar rumah dan tidak berkekurangan seperti ini."; "Seandainya waktu
dapat diputar kembali aku tidak akan membuat kesalahan yang sama." dan semacamnya. Kata seadainya
di sini jelas mengandung unsur penyesalan dalam diri seseorang. Kita boleh menyesali apa yang telah
berlalu, namun kenyataannya waktu terus berjalan maju, tidak mundur. Walaupun kita berusaha dengan
mencucurkan air mata, bahkan air mata darah sekalipun, kita tidak akan pernah mampu memaksa waktu
diputar kembali. Kini yang ada hanyalah rasa penyesalan. "Nasi sudah menjadi bubur"!
Rasa penyesalan yang dalam ini juga dialami Esau. Ia telah menjual hak kesulungannya kepada Yakub
hanya demi semangkuk sup merah. Akibatnya Esau harus kehilangan berkat yang seharusnya menjadi
miliknya; ia tidak hanya kehilangan kesempatan/peluang, tapi juga tidak lagi beroleh kesempatan
memperbaiki kesalahannya. Jangankan menarik kembali hak kesulungannya, untuk mendapat berkat
yang tersisa saja tidak ada lagi kesempatan! Dalam hati Esau pasti terbersit pikiran ini: "Seandainya dulu
aku bisa menahan laparku dan tidak pernah menjual hak kesulunganku kepada Yakub, maka tidak akan
seperti ini." Esau telah kehilangan hak kesulungannya karena ia memandang rendah hak kesulungan itu
demi memuaskan keinginan dagingnya.
Sebagai anak-anakNya kita berhak mewarisi janji-janji Tuhan (berkatNya), namun untuk melangkah
menuju berkat itu ada harga yang harus kita bayar; kita harus menjaga hidup agar tetap berjalan dalam
kehendak Tuhan. Tanpa penyangkalan diri dan pikul salib kita akan kehilangan hak kesulungan kita yaitu
berkat-berkat Tuhan. Oleh sebab itu mari kita gunakan kesempatan yang ada sebaik mungkin yaitu hidup
dalam pimpinan Roh Kudus, bukan memuaskan keinginan daging.

Jangan tunda-tudan lagi sebelum semuanya terlambat. Penyesalan tiada guna!

Posted by Air Hidup Blog at 1:40 AM No comments: Links to this post

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Friday, September 11, 2009


Dicari: Orang Yang Setia
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 September 2009 -

Baca: Rut 1:1-22

"Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana
engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam:
bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku;" Rut 1:16

Seringkali mertua perempuan tidak cocok dengan menantu perempuannya, begitu juga sebaliknya.
Namun ayat firman Tuhan yang kita baca hari ini memberikan satu contoh tentang seorang menantu
(Rut) yang begitu setia, mengasihi mertuanya (Naomi) dengan segenap hati, padahal suaminya sudah
meninggal. Bukankah ini jarang terjadi? Tidak mudah mendapatkan kesetiaan dalam diri seseorang, hal
yang juga dikeluhkan oleh Salomo, "Banyak orang menyebut diri baik hati, tetapi orang yang setia,
siapakah menemukannya?" (Amsal 20:6). Tuhan sedang mencari 'Rut-Rut' akhir zaman. Banyak orang
baik hati, tetapi Tuhan mencari lebih dari itu yaitu orang-orang yang setia.
Kesetiaan sesorang akan teruji kualitasnya setelah melewati proses waktu. Banyak orang Kristen gagal
dalam ujian kesetiaan, misal: karena doanya belum juga beroleh jawaban, orang tidak lagi sungguh-
sungguh berdoa; karena sakitnya tak kunjung sembuh, belum juga memperoleh pekerjaan, gagal dalam
studi dan sebagainya kita tidak lagi setia melayani Tuhan. Kita begitu mudahnya berubah padahal Tuhan
Yesus begitu setia mengasihi kita, bahkan sampai mati di kayu salib. Sungguh, kesetiaan seperti barang
yang sangat langka dan mahal didapat. Kini, rasa-rasanya, "...telah lenyap orang-orang yang setia dari
antara anak-anak manusia" (Mazmur 12:2). Tuhan menuntut kita menjadi anak-anakNya yang setia.
Tapi, kita harus setia dalam hal apa? Setia dalam hal ibadah dan memberikan penyembahan kepada
Tuhan. "...beribadah kepada TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu,"
(Ulangan 10:12b).
Kita pun harus setia dalam hal pelayanan. Tuhan telah memperlengkapi kita dengan karunia dan talenta
yang harus kita maksimalkan untuk melayani pekerjaan Tuhan sehingga kehidupan kita berbuah. Mari
bekerja, "...selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat
bekerja." (Yohanes 9:4).

"Terhadap orang yang setia Engkau berlaku setia" (Mazmur 18:26A)

Posted by Air Hidup Blog at 1:47 AM No comments: Links to this post

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Thursday, September 10, 2009


Membangun Mezbah Bagi Tuhan
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 September 2009 -

Baca: Galatia 3:15-29

"Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak
menerima janji Allah." Galatia 3:29

Kita patut bersyukur kepada Tuhan, oleh karena iman dan percaya kepada Tuhan Yesus akhirnya kita juga
berhak menikmati janjiNya yang diberikan kepada Abraham, yang tertulis di Galatia 3:14, "Yesus Kristus
telah membuat ini, supaya di dalam Dia berkat Abraham sampai kepada bangsa-bangsa lain, sehingga
oleh iman kita menerima Roh yang telah dijanjikan itu."
Ada hal-hal yang harus kita perhatikan dari kehidupan Abraham, apa saja yang dia lakukan sehingga
begitu dikasihi oleh Allah dan beroleh berkat-berkatNya yang melimpah. Ternyata Abraham adalah orang
yang taat, "...ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik
pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui." (Ibrani 11:8). Tercatat juga
di Alkitab bahwa di mana pun berada Abraham senantiasa membangun mezbah bagi Tuhan. Mezbah di
sini berbicara tentang ibahdah dan di atas mezbah selalu ada korban.
Beberapa mezbah yang dibangun Abraham adalah dekat Sikhem (Kejadian 12:4-7). Kata Sikhem berarti
bahu. Artinya ia mempercayakan segenap hidupnya di atas bahu Tuhan, bergantung penuh kepada
tuntunanNya, tidak lagi mengandalkan kepintaran dan kekuatan sendiri. Penulis Amsal mengingatkan,
"Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu
sendiri." (Amsal 3:5). Bila kita 'mengangkat tangan' berserah kepada Tuhan, Dia akan 'turun tangan'
menolong kita. Abraham juga mendirikan mezbah dekat Betel. "Ia memasang kemahnya dengan Betel di
sebelah barat dan Ai di sebelah timur, lalu ia mendirikan di situ mezbah bagi TUHAN dan memanggil
nama TUHAN." (Kejadian 12:8). Betel berbicara tentang kediaman Tuhan, tempat ia bertahta. Ini
menunjukkan Abraham sangat menghormati Tuhan.
Berkat senantiasa tersedia bagi umat yang menghormati dan menempatkan Tuhan sebagai yang utama
dalam hidupnya. Ini terjadi pada Obed Edom. Ketika ia menerima Tabut Allah di rumahnya, Tuhan
memulihkan dan memberkati keluarganya secara luar biasa dalam waktu tiga bulan saja (2 Samuel 6:11-
12).

Hormati dan utamakan Dia, berkat-berkat Abraham pun akan jadi bagian kita!

Posted by Air Hidup Blog at 1:33 AM No comments: Links to this post

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Wednesday, September 9, 2009


Buktikan Kasihmu Kepada Tuhan!
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 September 2009 -

Baca: 1 Yohanes 2:1-6

"Tetapi barangsiapa menuruti firman-Nya, di dalam orang itu sungguh sudah sempurna kasih Allah;
dengan itulah kita ketahui, bahwa kita ada di dalam Dia." 1 Yohanes 2:5

Apakah saudara mengasihi Tuhan? Apakah saudara mencintai Tuhan lebih dari apa pun? Saudaraku,
kasih dan cinta kepada Tuhan tidaklah cukup dengan berkata, "Aku mengasihi Tuhan" atau berseru
dengan suara lantang, "Tuhan! Tuhan!". Mengasihi Tuhan membutuhkan bukti nyata. Firman Tuhan
dengan jelas berkata, "Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam
Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga." (Matius 7:21).
Bukti nyata seseorang mengasihi Tuhan adalah apabila ia melakukan kehendakNya dan hidup dalam
ketaatan. Tidak sedikitpun orang Kristen 'alergi' dengan kata taat ini; tidak banyak orang mau hidup taat.
Contoh: orang-orang di zaman Nuh. Hanya Nuh dan keluarganya (8 orang) yang mau hidup menurut
kehendak Tuhan, sedangkan yang lain memilih hidup dalam kejahatan. Akhirnya 8 orang inilah yang
selamat.
Sesungguhnya, ketaatan kita kepada Tuhan adalah untuk kepentingan kita juga. Namun banyak orang
lebih memilih hidup menurut keinginan hawa nafsunya darpada harus tunduk kepada pimpinan Roh
Tuhan. Sungguh benar apa yang dikatakan Alkitab: "...karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang
menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan
sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya." (Matius 7:13-
14). Ada pun bukti lain bahwa kita mengasihi Tuhan adalah dengan mengasihi sesama kita. Bila kita
membenci sesseorang kita tidak mungkin bisa mengasihi Tuhan, karena, "Aku mengasihi Allah," dan ia
membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang
dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya." (1 Yohanes 4:20).
Mari berhenti membenci, mendendam dan juga menjelek-jelekkan orang lain kiarena kita semua pernah
'cacat', maka dari itu ayo saling mengasihi dan mengampuni sesama. Alkitab menulis, orang yang
membenci saudaranya sama seperti pembunuh dan tidak ada pembunuh dapat beroleh hidup kekal
(baca 1 Yohanes 3:15).

"Tetapi orang yang mengasihi All, ia dikenal oleh Allah." 1 Korintus 8:3

Posted by Air Hidup Blog at 1:11 AM No comments: Links to this post

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Tuesday, September 8, 2009


Suap: Memutarbalikkan Kebenaran
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 September 2009 -

Baca: Keluaran 23:1-13

"Suap janganlah kauterima, sebab suap membuat buta mata orang-orang yang melihat dan
memutarbalikkan perkara orang-orang yang benar." Keluaran 23:8

Berbicara tentang suap bukanlah hal yang tabu, baru atau mengejutkan lagi di negeri ini, bahkan bisa
dikatakan bahwa praktek suap-menyuap sudah membudaya di berbagai aspek kehidupan dan sukar
diberantas. Hari ini firman Tuhan dengan keras memperingatkan kita agar tidak terlibat dalam hal suap-
menyuap ini. Apa pun alasanya praktek suap itu tidak berkenan dan sangat dibenci oleh Tuhan.
Banyak orang melakukan suap demi memperlancar suatu urusan. Tanpa ada 'uang pelicin' rasa-rasanya
segala urusan tidak dapat berjalan dengan baik. Di zaman sekarang ini segala sesuatunya dapat dibeli
dengan uang. Bahkan di bidang hukum (peradilan) pun uang yang berbicara. Yang benar bila disalahkan,
sebaliknya yang salah menjadi benar. Itulah dunia! Dengan memiliki uang banyak siapa pun bisa
melakukan apa saja yang diinginkan. Di manakah ada kebenaran dan keadilan sejati? Pengkhobah
menyatakan, "Ada lagi yang kulihat di bawah matahari: di tempat pengadilan, di situpun terdapat
ketidakadilan, dan di tempat keadilan, di situpun terdapat ketidakadilan." (Pengkhotbah 3:16). Dengan
suap, kebenaran bisa diputarbalikkan!
Ternyata, praktek suap ini tidak hanya terjadi zaman ini. Kisah Para Rasul 8:4-25 mencatat ketika Petrus
dan Yohanes melakukan pelayanan di Samari banyak orang dijamah dan menerima Roh Kudus. Ada
penyihir terkenal di kota itu yaitu Simon berkeinginan memperoleh kuasa Roh Kudus itu juga, lalu, "...ia
menawarkan uang kepada mereka (Petrus dan Yohanes), serta berkata: 'Berikanlah juga kepadaku kuasa
itu, supaya jika aku menumpangkan tanganku di atas seseorang, ia boleh menerima Roh Kudus.'" (Kisah
8:18-19). Namun dengan tegas kedua rasul itu menolak. Petrus berkata kepadanya, "Binasalah kiranya
uangmu itu bersama dengan engkau, karena engkau menyangka, bahwa engkau dapat membeli karunia
Allah dengan uang." (Kisah 8:20). Tapi sekarang ini jauh berbeda, banyak orang dengan mudahnya
berkompromi, apalagi bila ada segepok uang di depan mata, masalah dosa menjadi nomor dua! Suap itu
memang enak, tetapi hati nurani akan terus mendakwa kita!

Hentikan menyuap dan menerima suap karena itu adalah kebencian Tuhan!

Posted by Air Hidup Blog at 1:18 AM No comments: Links to this post

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Monday, September 7, 2009


Kaleb: Roh Yang Berbeda
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 September 2009 -

Baca: Bilangan 13:1-33

"Kemudian Kaleb mencoba menenteramkan hati bangsa itu di hadapan Musa, katanya: 'Tidak! Kita akan
maju dan menduduki negeri itu, sebab kita pasti akan mengalahkannya!' " Bilangan 13:30

Tanah Kanaan adalah negeri yang dijanjikan Tuhan kepada bangsa Israel, negeri yang penuh susu dan
madu. Sebelum mencapai Tanah Perjanjian itu Tuhan memerintahkan Musa memilih 12 orang sebagaai
wakil tiap-tiap suku yang ada (12 suku) dan melaksanakan misi pengintaian. "...sesudah lewat empat
puluh hari pulanglah mereka dari pengintaian negeri itu, dan langsung datang kepada Musa, Harun dan
segenap umat Israel di Kadesh, di padang gurun Paran" (ayat 25-26a). 10 orang responnya negatif;
mereka diliputi rasa pesemis, takut dan ketidakmampuan. Namun 2 orang lain (Kaleb dan Yosua)
memberikan laporan berbeda: dengan penuh iman mereka menyatakan akan mampu memasuki Kanaan
dan mengalahkan musuh karena Tuhan menyertainya.
Untuk menikmati janji Tuhan digenapai dalam kehidupan kita dibutuhkan sikap hati (respon) yang benar.
Bagaimana kita bisa menikmati berkat-berkatNya bila kita tidak pernah berhenti bersungut-sungut,
mengeluh, pesimis, kuatir dan pikiran-pikiran negatif lain terus menerus menguasai kita? Itu hanya akan
mempersulit kita sendiri untuk mengalami penggenapan janji Tuhan. Bilangan 14:24 berkata, "Tetapi
hamba-Ku Kaleb, karena lain jiwa yang ada padanya dan ia mengikut Aku dengan sepenuhnya, akan
Kubawa masuk ke negeri yang telah dimasukinya itu, dan keturunannya akan memilikinya." Kaleb
memiliki Roh yang berbeda dari orang lain, ia mengikut Tuhan sepenuh hati. Janji Tuhan tersimpan
dalam hatinya! Itulah yang membuat mampu memandang segala sesuati dengan mata rohani. Raksasa-
raksasa yang mereka lihat pasti membuatnya takut, tapi Kaleb dan Yosua menaruh percayanya kepada
Tuhan.
Pernyataan Kaleb adalah pernyataan iman! Mereka yakin tidak ada perkara sukar bagi Tuhan. Itulah
sebabnya mereka sama sekali tidak terpengaruh keadaan atau situsasi buruk sekali pun. Karena
ketekunannya Kabel dan Yosua dapat masuk ke Kanaan.

Buang hal-hal negatif dan tetaplah setia mengiri Dia, maka janjiNya pasti akan digenapi dalam hidup
kita!

Posted by Air Hidup Blog at 6:17 AM No comments: Links to this post

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Sunday, September 6, 2009


Beroleh Kasih Karunia Tuhan Lebih Lagi (2)
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 September 2009 -

Baca: Titus 2:11-15

"Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata." Titus 2:11

Kasih karunia Tuhan akan dinyatakan semakin melimpah dalam hidup kita ketika kita mampu menjaga
perasaan Roh Tuhan. 2. Kita harus memiliki penundukan diri kepada Tuhan. Tunduk kepada Tuhan adalah
bukti bahwa seseorang memiliki kerendahan hati. FirmanNya dengan tegas menyatakan, "Allah
menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati" (Yakobus 4:6b). Kita harus
menyadari keterbatasan dan ketidakberdayaan kita. Tanpa Tuhan kita tidak mampu berbuat apa-apa.
Namun tidak sedikit anak Tuhan yang lebih membanggakan diri sendiri, mengandalkan kekuatan dan
kepintaran dalam menghadapi setiap permasalahan hidup, serta menganggap bahwa semua
keberhasilan dan kekayaan yang diraihnya adalah hasil usaha sendiri, bukan karena Tuhan.
Apakah yang menjadi bukti bahwa kita tunduk kepada Tuhan? Ialah bila kita hidup seturut kehendakNya.
Bagaimana kita tahu kehendak Tuhan? KehendakNya dinyatakan melalui banyak cara, di antaranya:
kotbah yang disampaikan para hamba Tuhan, firman yang kita baca melalui renungan, mimpi, peristiwa
atau kejadian yang terjadi, atau pun Tuhan berbicara secara langsung. Maka dari itu "...tunduklah kepada
Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu!" (Yakobus 4:7). Ingat! Di dalam nama Yesus kita
diberi kuasa untuk melawan dan mengalahkan Iblis dengan segala tipu dayanya. Namun apabila kita
hidup seenaknya tanpa mengindahkan firmanNya berarti kita sedang melangkah ke luar dan semakin
menjauh dari kasih karunia Tuhan, sehingga kita akan menjadi sasaran empuk si Iblis. Sebaliknya bila kita
hidup dalam ketaatan, kasih karunia Tuhan akan semakin ditambahkan dalam kehidupan kita.
Jadi kita harus memiliki kehidupan yang berbeda dengan orang-orang di luar Tuhan bila kita
menginginkan kasih karuniaNya lebih lagi dinyatakan atas kita, sebab "...mata TUHAN tertuju kepada
mereka yang takut akan Dia, kepada mereka yang berharap akan kasih setia-Nya," (Mazmur 33:18).

"Aku akan memberi kasih karunia kepada siapa yang Kuberi kasih karunia dan mengasihani siapa yang
Kukasihani." Keluaran 33:19b

Posted by Air Hidup Blog at 1:26 AM No comments: Links to this post

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Saturday, September 5, 2009


Beroleh Kasih Karunia Tuhan Lebih Lagi (1)
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 September 2009 -

Baca: Yakobus 4:1-10


"Tetapi kasih karunia, yang dianugerahkan-Nya kepada kita, lebih besar dari pada itu" Yakobus 4:6a

Rancangan Tuhan atas hidup kita adalah rancangan yang terbaik seperti tertulis: "Sebab Aku ini
mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN,
yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari
depan yang penuh harapan." (Yeremia 29:11). Dia berjanji akan membawa kita semakin hari semakin
baik, semakin hari semakin naik, semakin hari semakin tinggi.
Supaya jantji Tuhan itu digenapi ktia sangat membutuhkan kasih karunia Tuhan lebih lagi, apalagi di
masa-masa sukar sekarang ini. Hari esok sepertinya tambah suram dan gelap; bencana alam, wabah
penyakit, kecelakaan dan terorisme terjadi di mana-mana, tidak disangka-sangka datangnya. Adakah
tempat aman untuk berlindung? Uang (harta) dan pangkat, dapatkan menyelamatkan dan melindungi
kita dari marabahaya?
Perlindungan dan rasa aman hanya akan kita dapatkan di bawah naungan sayap Tuhan. Dialah gunung
batu keselamatan kita, kota perlindungan dan perisan bagi kita. Oleh karena itu kita harus datang kepada
Tuhan. Betapa kita sangat memerlukan kasih karunia dari Tuhan lebih lagi! Supaya kasih karunia Tuhan
ditambahkan lebih besar dalam hidup kita ada hal-hal yang harus kita perhatikan: 1. Jangan membuat
Roh Kudus cemburu. Yakobus 4:5 mengatakan, "Janganlah kamu menyangka, bahwa Kitab Suci tanpa
alasan berkata: 'Roh yang ditempatkan Allah di dalam diri kita, diingini-Nya dengan cemburu!' ". Ketika
kita mulai bercabang hati, ketika ada ilah lain dalam hidup kita dan kita tidak lagi mengutamakan Tuhan,
pada saat itu pula lah Roh Kudus cemburu. Kita harus menjaga perasaan RohNya; jika tidak, Roh Kudus
akan meninggalkan kita. Hal ini pernah dialami oleh bangsa Israel. Saat Musa naik ke gunung Sinai
mereka (orang-orang Israel) tidak sabar menantikan Musa turun. Kemudian mereka memaksa Harun
untuk membuat patung anak lembu emas (baca Keluaran 32:1). Apa yang bangsa Israel lakukan telah
menimbulkan kecemburuan dalam hati Tuhan. Akibatnya malapetaka dan penderitaan datang silih
berganti menimpa bangsa Israel oleh karena pelanggaran mereka sendiri.

Posted by Air Hidup Blog at 7:24 AM No comments: Links to this post

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Friday, September 4, 2009


Sikap Orang Yang Bijak
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 September 2009 -

Baca: Amsal 22:1-16

"Kalau orang bijak melihat malapetaka, bersembunyilah ia, tetapi orang yang tak berpengalaman
berjalan terus, lalu kena celaka." Amsal 22:3

Orang bijak atau berhikmat dalam Perjanjian Lama erat kaitannya dengan orang yang takut akan Tuhan.
Ada tertulis "Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal Yang Mahakudus adalah
pengertian." (Amsal 9:10). Jadi orang yang bijak adalah orang yang takut akan Tuhan, memiliki kepekaan
terhadap firmanNya dan bisa membedakan mana yang menjadi kehendak Tuhan dan yang berkenan
kepadaNya, sehingga ia menaruh sikap hormat akan Tuhan tidak hanya dalam pikiran, namun juga di
dalam hati dan perbuatannya. Banyak orang kurang waspada melihat hal-hal yang tidak baik atau jahat
sehingga mereka tetap saja berada dalam kejahatan dan tidak mau kelar dari perkara-perkara tersebut,
padahal Alkitab jelas meminta: "Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari
mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu." (2
Korintus 6:17).
Ketidakmampuan untuk melihat hal-hal yang jahat atau perkata-perkara dosa adalah buta. Kebutaan
mata rohani dalam diri seseorang disebabkan karena tidak berpean pada firman Tuhan. Apabila firman
tidak terdapat dalam hati seseorang maka ia akan berjalan di dalam kegelapan sehingga mudah terjadh
dan tak mampu membedakan yang jahat dan yang baik. Itulah sebabnya kita sangat membutuhkan
firman Tuhan! Pemazmur berkatam "FirmanMu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku." (Mazmur
119:105). Bila kita tinggal di dalam firmanNya, firman itu akan menerangi langkah hidup kita sehingga
apabila ada hal-hal yang tak berkenan bagi Tuhan dapat segera kita lihat dan lari meninggalkannya.
Contoh: jika di dalam lingkungan pergaulan kita melihat adanya kejahatan dan kebiasaan-kebiasaan
buruk yang menuju kepada dosa, kita harus mengambil langkah untuk menjauh dan keluar dari
pergaulan itu, karena apabila kita tetap bertahan di tempat itu kita akan mudah terjerat atau
terperangkap untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang sama.
FirmanNya tegas memperingatkan kita, "Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan
kebiasaan yang baik." (1 Korintus 15:33).

Renungkan firmanNya senantiasa supaya kita menjadi orang bijak!

Posted by Air Hidup Blog at 6:23 AM No comments: Links to this post

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Thursday, September 3, 2009


Memiliki Dasar Yang Kuat
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 September 2009 -

Baca: Lukas 6:46-49

"Ketika datang air bah dan banjir melanda rumah itu, rumah itu tidak dapat digoyahkan, karena rumah
itu kokoh dibangun." Lukas 6:48b

Orang saleh adalah orang yang senantiasa taat kepada Tuhan dan memperhatikan titah-titahNya; umat
seperti inilahyang menjadi kesayanganNya. an selalu ada kebahagiaan bagi orang-orang yang hidupnya
saleh (baca Mazmur 16:11). Sebaliknya Tuhan sangat kecewa apabila anak-anakNya tidak mamu
melakukan perintahNya, hanya berteori saja. Dalam hal ini, Tuhan Yesus berkata, "Mengapa kamu
berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, padahal kamu tidak melakukan apa yang Aku katakan?" (ayat 46).
Kekristenan bukanlah sekedar berseru-seru, "Tuhan, Tuhan!", bukan pula sekedar menjadi pendengar
pasif. Lebih dari itu kita harus menjadi pelaku firman yaitu melakukan perkataan yesus. Alkitab
mengatakan, "...hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika
tidak demikian kamu menipu diri sendiri." (Yakobus 1:22). Setiap orang yang melakukan firman Tuhan
"...sama dengan seorang yang mendirikan rumah: Orang itu menggali dalam-dalam dan meletakkan
dasarnya di atas batu." (Lukas 6:48a), namun "...barangsiapa mendengar perkataan-Ku, tetapi tidak
melakukannya, ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah di atas tanah tanpa dasar." (Lukas
6:49a). Jadi ada dua jenis bangunan yang secara fisik tampak sama. Namun perbedaan dan kualitas
bangunan itu baru terlihat apabila terjadi guncangan dari luar. Bangunan yang dasarnya kuat tidak akan
goyah walaupun air bah dan banjir melandanya. Berbeda dengna bangunan yang didirikan di atas tanah
tanpa pondasi yang kuat; secepat badai, taufan dan juga air bah datang, secepat itu pula bangunan itu
akan roboh dan tinggal puing-puing.
Saat-saat ini kita harus membangun 'rumah rohani' kita: membangun iman, ketaatan, ketekunan,
kesetiaan dan sebagainya, yang kesemuanya harus berlandaskan firman Tuhan yang didirikan di atas
dasar batu karang yaitu Tuhan Yesus sendiri. Perbedaan kualitas 'bangunan rohani' masing-masing orang
akan terlihat nyata saat badai persoalan itu datang dan menyerang kita.

Sudahkan kita membangun 'rumah rohani' kita dengan benar? Jika belum, segeralah berbenah
sebelum terlambat!

Posted by Air Hidup Blog at 6:32 AM No comments: Links to this post

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Wednesday, September 2, 2009


Teladan Yesus: Hal Berdoa
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 September 2009 -

Baca: Yohanes 13:1-20

"sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti
yang telah Kuperbuat kepadamu." Yohanes 13:15

Ketaatan secara mutlak kepada kehendak Bapa di sorga adalah prinsip yang menguasai seluruh
kehidupan Yesus saat menjalankan tugas pelayananNya di bumi. Tak sekalipun Ia menentang apa yang
menjadi kehendak Bapa, seperti katanya: "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus
Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya." (Yohanes 4:34). Oleh karena itu Tuhan Yesus menghendaki
supaya kita (umatNya) senantiasa meneladani dan mau belajar tentang cara hidupNya.
Semasa berada di bumi Yesus tidak pernah berhenti bekerja: melayani Bapa, juga manusia. Salah satu
keteladanan yang Ia tunjukkan adalah dalam hal berdoa. Doa adalah kekuatan dan bagian terpenting
dalam pelayanan Yesus. Itulah rahasia kehidupanNya. Dia senantiasa menyediakan waktu untuk
bercakap-cakap dan membangun persekutuan dengan Bapa. " Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap,
Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana." (Markus 1:35).
Disebutkan juga bahwa sebelum Yesus memanggil kedua belas muridNya, "...pergilah Yesus ke buki
untuk berdoa dan semalam-malanan Ia berdoa kepada Allah." (Lukas 6:12). Bukanlah suatu kebetulan
pula jika Yesus sering melibatkan dan memberi kesempatan kepada murid-muridNya untuk menyaksikan
bagaimana Ia berdoa kepada Bapa seperti saat di taman Getsemani. "Duduklah di sini, sementara Aku
pergi ke sana untuk berdoa." (Matius 26:36). Murid-muridNya dapat melihat dengan mata kepada
sendiri bahwa Yesus begitu intim dengan BapaNya. Meskipun demikian Dia tidak pernah memaksa
murid-muridNya; Dia tetap terus berdoa sampai mereka sendiri tergerak minta diajar olehNya
bagaimana harus berdoa. Lalu pada saat yang tepat Tuhan Yesus meulai mengajar kepada mereka
tentang prinsip-prinsip dasar doa (baca Lukas 11:1-13).
Jika Tuhan Yes saja sangat memperhatikan jam-jam doaNya dan senantiasa menyediakan waktu khusu
'bertemu dan bercakap-cakap' dengan Bapa, apalagi kita. Bukankah seharusnya kita juga demikian?
Namun biasanya kita berdoa dengan all out ketika kita punya masalah saja.

Doa adalah nafas hidup kita, maka marilah, "Bertekunlah dalam doa." Kolose 4:2

Posted by Air Hidup Blog at 6:36 AM No comments: Links to this post

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Tuesday, September 1, 2009


Berkat Saat Merenungkan Firman
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 September 2009 -

Baca: Mazmur 119:97-104

"Betapa kucintai Taurat-Mu! Aku merenungkannya sepanjang hari." Mazmur 119:97

Firman Tuhan sangat penting bagi kehidupan orang percaya. Tanpa firmanNya langkah kaki kita akan
tersesat. Hal itu disadari oleh Daud sehingga ia berkata, "Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang
bagi jalanku." (Mazmur 119:105). Adalah mutlak bagi kita untuk senantiasa membaca, meneliti dan
merenungkan firmanNya setiap hati.
Cukupkan waktu yang kita sediakan untuk merenungkan firman Tuhan? Ataukah kita membaca
firmanNya hanya saat berada di gereja atau perseketuan, sedangkan di luar itu kita sama sekali tidak
pernah menyentuh Alkitab kita? Sesungguhnya, daripada berhari-hari yang disediakan Tuhan kita
habiskan untuk perkara sia-sia seperti chatting di internet berjam-jam atau clubbing dengan obrolan
yang tidak ada faedahnya, alangkah bijaknya bila kita menyediakana waktu untuk membaca serta
merenungkan firmanNya senantiasa, "...karena hari-hari ini adalah jahat." (Efesus 5:16b)
Mengapa kit harus menyukai firman Tuhan? Karena saat kita membaca serta merenungkan firmanNya
kita akan mendapatkan hal-hal baru atau nilai-nilai moral yang tidak kita peroleh saat kita membaca
buku-buku pengetahuan lainnya. Di dalam Alkitab tertulis banyak janji Tuhan, di mana janjinya adalah
"...janji yang murni, bagaikan perak yang teruji, tujuh kali dimurnikan dalam dapur peleburan di tanah."
(Mazmur 12:7), Setiap anak Tuhan yang hidupnya berkenan kepadaNya pasti akan menikmati janji-janji
itu seperti tertulis "...yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang
dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada
musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil." (Mazmur 1:2-3).
Dengan merenungkan firmanNya kita semakin mengerti apa yang menjadi kehendak Tuhan, kita tahu
tentang hal-hal apa yang harus kita tinggalkan, karena segala perbuatan yang bertentangan atau
melanggar firmanNya adalah dosa, dan "...upah dosa ialah maut," (Roma 6:23a). Oleh karena itu kita
harus tunduk dan mau dipimpin oleh Roh, bukan hidup menurut kehidupan daging dan berkompromi
dengan dosa. Manusia lama harus kita tinggalkan!

Jangan tunda-tunda waktu lagi untuk membaca dan merenungkan firman Tuhan!

Posted by Air Hidup Blog at 7:17 PM No comments: Links to this post

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Monday, August 31, 2009


Berpusat Pada Firman Tuhan
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 31 Agustus 2009 -

Baca: Amsal 4:20-27

"Hai anakku, perhatikanlah perkataanku, arahkanlah telingamu kepada ucapanku;" Amsal 4:20

Agar pikiran kita sejalan dan selaras dengan pikiran Kristus kita harus mengarahkan hati dan pikiran kita
kepada firmanNya atau berpusat pada firman. Cara supaya kita berkelimpahan dengan pikiran Kristus
adalah dengan merenungkan firman Tuhan secara teratur setiap hari. Yosua berpesan demikian,
"Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam,
supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan
demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung." (Yosua 1:8).
Ketika kita merenungkan firman Tuhan siang dan malan, serta menaruhnya di dalam mulut kita, maka
perjalanan kita akan berlimpah berkat dan kita memiliki kemampuan menghadapi setiap permasalahan
dengan bijaksana karena firmanNya merupakan pikiran-pikiranNya sendiri yang tertulis di atas kertas
untuk kita pelajari dan renungkan. Jadi firmanNya merupakan cara Dia berpikir tentang setiap situasi dan
tentang setiap pokok permasalahan. Maka dari itu kita harus senantiasa memperhatikan firmanNya dan
mempercayai setiap isi di dalamnya sebagai berita yang hidup di dalam hati kita. Bukan itu saja. Ketika
tindakan merenungkan firmanNya itu sudah menjadi pola hidup kita, hal itu akan mempengaruhi tubuh
jasmani kita dengan cara yang positif. Kita akan seperti pohon yang terus bertumbuh dan semakin
berakar kuat, yang secara teratur akan menghasilkan buah serta tetap tahan terhadap situasi-situasi sulit
sekalipun.
Merenungkan firman Tuhan, mempelajarinya, menghayatinya, mempraktekkannya serta
memasukkannya dalam pikiran akan memberi kehidupan bagi kita yang akhirnya akan berdampak pula
kepada orang-orang di sekitar kita. Dan, "Janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri," (ayat 27a dari
Amsal 4). Marilah kita mengembangkan dan menggunakan pikiran seperti yang terkandung di dalam
pikiran Kristus. Akhirnya, "...semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci,
semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji,
pikirkanlah semuanya itu." (Filipi 4:8).

Sudahkah kita merenungkan firmanNya setiap hari?

Posted by Air Hidup Blog at 1:27 AM No comments: Links to this post

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Sunday, August 30, 2009


Pikiran Yang Selaras Dengan Kristus
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 Agustus 2009 -

Baca: Filipi 2:1-11

"Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam
Kristus Yesus," Filipi 2:5

Acapkali pikiran kita dipenuhi hal-hal yang membuat diri kita lemah dan tidak berdaya. Ketakutan,
kekuatiran, keragu-raguan, sakit hati serta hal-hatl negatif lain sealu memenuhi pikiran kita. Akibatnya
kita sering jatuh bangun di dalam dosa. Tapi ada orang yang memiliki kehidupan selalu berkemenangan
dan menjadi sumber inspirasi kita meski berada dalam situasi-situasi sulit. Bagaimana supaya kita
memiliki pikiran yang berisi hal-hal positif dan berkenan kepada Tuhan? Bagaimana supaya kita dapat
berpikir sebagaimana Tuhan berpikir? Mungkinkah? Sesungguhnya, kita dapat melakukannya!
Alkitab mengatakan bahwa melalui Perjanjian Baru di dalam Kristus, Allah telah memberikan kepada kita
hati yang baru dan roh yang baru. Roh yang diberikanNya itu adlah RohNya sendiri. "Kamu akan
Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu
hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat. Roh-Ku akan Kuberikan diam di dalam batinmu
dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada
peraturan-peraturan-Ku dan melakukannya." (Yehezkiel 36:26-26). Jadi kita bisa memiliki pikiran seperti
Kristus seperti kata Rasul Paulus, "...kami memiliki pikiran Kristus." (1 Korintus 2:16b). Tuhan Yesus telah
membuat rancangan bagi kita agar kita memiliki hidup yang berkemenangan dengan cara menaruh
pikiranNya sendiri di dalam diri kita. Tuhan adalah Pribadi yang positif, maka bila kita berpikir sesuai
dengan pemikiran Kristus, semua yang kita pikirkan adalah hal-hal yang positif, bukan negatif.
Selama pelayananNya di bumi Tuhan Yesus selalu memperlihatkan sikap dan penampilan yang positif
sekalipun Dia menanggung banyak penderitaan, difitnah, diolok-olok dan ditinggalkan murid-muridNya
di saat Ia justru sangat membutuhkan mereka. Namun di tengah-tengah semua hal yang negatif itu Ia
tetap bersikap positif. Kata-kata yang keluar dari mulutNya selalu positif, bahkan kepada penyamun yang
tergantung di atas kayu salib di sebelahNya pun.

Kapan pun kita berpikiran negatif, itu berarti pikiran kita sedang tidak selaras dengan pikiran Kristus.

Posted by Air Hidup Blog at 1:32 AM No comments: Links to this post

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Labels: Filipi, Korintus, Paulus, rancangan, Yehezkiel

Saturday, August 29, 2009


Biji Mata Tuhan
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 Agustus 2009 -

Baca: Mazmur 17:1-15

"Peliharalah aku seperti biji mata, sembunyikanlah aku dalam naungan sayap-Mu" Mazmur 17:8

Mata adalah bagian tubuh manusia yang sangat vital dan berharga. Alkitab menulis, "Mata adalah pelita
tubuh." (Matius 6:22a). Berbagai upaya dilakukan untuk menjaga dan melindungi mata dari segala
macam gangguan: debu atau tangan jahil orang; tak satu pun orang kita ijinkan menyentuh mata kita.
Jadi tak terbayangkan bila kita disebut 'biji mata' Tuhan, pastilah kita ini orang yang sangat istimewa
bagiNya dan diperlakukan secara khusus olehNya seperti tertulis, "...siapa yang menjamah kamu, berarti
menjamah biji mataNya-:" (Zakharia 2:8).
Tidak sembarang orang berani berkata kepada Tuhan agar memeliharanya seperti biji mataNya apabila ia
tidak memiliki hubungan karib dengan Dia. Daud berani berkata demikian karena ia memiliki kedekatan
dengan Tuhan sehingga Daud senantiasa mempersilahkan Tuhan menyelidiki dan mengoreksi hatinya;
tidak ada sesuatu pun yang ia sembunyikan. Daud menyadari bahwa setiap organ tubuhnya tidak yang
tersembunyi bagi Tuhan, termasuk hatinya. Ia berkata, "Untuk pemimpin biduan. Mazmur Daud. TUHAN,
Engkau menyelidiki dan mengenal aku; Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun
aku dalam kandungan ibuku. mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya
tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satupun dari padanya." (Mazmur 139:1,13,16). Daud
tidak takut bila hatinya terus dikoreksi dan diselidiki Tuhan sehingga dia sendiri mengundang Tuhan
untuk melakukannya, "Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-
pikiranku;" (Mazmur 139:23).
Kita harus menyadari bahwa mata Tuhan tak dapat dikelabui. Dia dapat melihat keberadaan hidup kita
sampai ke relung-relung hati yang terdalam. Jadi jangan menyembunyikan sesuatu dari Tuhan. Bila ada
sesuatu yang tidak benar, berkatalah jujur pada Roh Kudus, maka Dia akan memimpin kita ke jalan yang
benar. Bila Roh Kudus memerintahkan kita untuk melakukan sesuatu, kita harus taat. Namun untuk
menjadi biji mata Tuhan kita harus memiliki kehidupan yang berkenan dan senantiasa menyenangkan
hatiNya.

Taat melakukan kehendak Tuhan adalah langkah untuk menjadi biji mataNya!

Posted by Air Hidup Blog at 1:22 AM No comments: Links to this post

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Labels: Matius, Mazmur, Zakharia

Friday, August 28, 2009


Mengakui Yesus Sebagai Tuhan
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Agustus 2009 -

Baca: Roma 10:4-13

"Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu,
bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan." Roma
10:9

Yohanes 3:16 berkata, "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan
Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh
hidup yang kekal.". Ayat ini menunjukkan betapa Allah mengasihi manusia; Dia tidak menghendaki
manusia mengalami kebinasaan kekal. Untuk itulah Ia membuka jalan keselamatan bagi manusia melalui
Yesus Kristus. Allah menawarkan keselamatan dengan jalan yang mudah, sangat sederhana: mengakui
dengan mulut bahwa Yesus adalah Tuhan dan percaya bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara
orang mati. "Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan
diselamatkan." (ayat 10 dari Roma 10).
Namun sayang, oleh karena gengsi dan keangkuhannya banyak manusia menolak keselamatan itu.
Mereka tidak mau menerima dan mengakui Yesus sebagai Tuhan. Keselamatan yang diberikan Allah
dengan cuma-cuma ditolak mentah-mentah. Lalu manusia berusaha mereka-reka jalan sendiri untuk
mendapatkan keselamatan itu, padahal helas dikatakan bahwa "...keselamatan tidak ada di dalam
siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan
kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan." (Kisah 4:12).
Injil keselamatan telah diberitakan dengan berbagai cara ke seluruh penjuru dunia, namun orang masih
mengeraskan hati dan segaja tidak mau mendengar! Mereka berpikir setelah mati semuanya berakhir,
neraka dan sorga dianggapnya isapan jempol semata. Salah besar! Sorga neraka adalah realita yang
harus dihadapi setiap orang setelah kematian. Pikirkan baik-baik sebelum terlambat! Keputusan saat ini
menentukan 'tempat-tinggal' kita kelak. Jangan sampai pola pikir kita dibutakan ilah zaman ini!

"Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku
yang di sorga. Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di
depan Bapa-Ku yang di sorga." Matius 10:32-33

Posted by Air Hidup Blog at 1:57 AM No comments: Links to this post

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Labels: kisah para rasul, Matius, Roma, selamat, Yohanes

Thursday, August 27, 2009


Iman Wanita Kanaan
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Agustus 2009 -

Baca: Matius 15:21-28

"Maka Yesus menjawab dan berkata kepadanya: 'Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti
yang kaukehendaki.' Dan seketika itu juga anaknya sembuh." Matius 15:28

Menjalani hidup sebagai orang percaya bukanlah pekerjaan ringan, butuh ketekunan dan iman yang
harus berakar kuat di dalam Tuhan. Jika tidak, kita akan mudah mengalami kekecewaan dan kepahitan
saat menghadapi tantangan dan ujian. Tentunya kita pun tahu bahwa selma hidup di dunia ini kita tidak
pernah luput dari apa yang dianamakan masalah.
Tokoh-tokoh besar dalam Alkitab juga mengalami banyak tantangan (ujian) dalam kehidupannya.
Contohnya Yusuf dan Yosua. Sebelum janji Tuhan benar-benar terealisasi dalam hidupnya, Yusuf harus
melewati tantangan demi tantangan. Yosua, sebelum berhasil membawa bangsa Israel masuk ke Tanah
Perjanjian, suatu negeri yang berlimpah susu dan madu, dia harus melewati rintangan dari bangsa-
bangsa lain yang berusaha untuk menghadangnya.
Hari ini kita perlu belajar dari seorang wanita Kanaan yang anaknya sedang kerasukan setan. Ibu ini
berhasil 'mengetuk pintu' hati Yesus dan beroleh belas kasihan dariNya sehingga anaknya diselamtkan.
Untuk mengjangkau Yesus ibu ini harus menghadapi tantangan yang sangat berat, namun tidak
membuatnya putus asa dan menyerah begitu saja. Dia terus berseru-seru kepada Yesus,"Kasihanilah
aku, ya Tuhan, Anak Daud, karena anakku perempuan kerasukan setan dan sangat menderita." (ayat 22).
Murid-murid Yesus mereas terganggu dengan teriakan wanita itu dan berniat mengusirnya. Sebenarnya
wanita Kanaan ini punya alasan untuk kecewa dan undur, apalagi mendengar perkataan kasar Yesus
kepadanya "Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada
anjing." (ayat 26). Tapi dia tidak peduli, imannya tidak menjadi lemah dan sama sekali tidak terpengaruh
keadaan dan situasi yang ada; dia percaya dengan iman bahwa Yesus berkuasa melakukan segala
sesuatu. Dan karena ketekunannya ia beroleh jawaban " '...maka jadilah kepadamu seperti yang
kaukehendaki.' Dan seketika itu juga anaknya sembuh." (ayat 28).

Jangan pernah menyerah! Pandang saja Yesus karena Dia mahasanggup!

Posted by Air Hidup Blog at 1:47 AM No comments: Links to this post

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Labels: iman, Kanaan, Matius, Yosua, yusuf

Wednesday, August 26, 2009


Tanpa Ketaatan Kita Akan Binasa
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Agustus 2009 -

Baca: Matius 24:37-44

"Sebab sebagaimana halnya pada zaman Nuh, demikian pula halnya kelak pada kedatangan Anak
Manusia." Matius 24:37

Seperti apakah orang-orang di zaman Nuh dulu? Ternyata kehidupan mereka pada waktu itu penuh
dengan segala jenis kejahatan. Mereka sama sekali tidak mengindahkan hukum-hukum Allah, lebih
senang melakukan dosa daripada kebenaran. Moral manusia benar-benar telah rusak. "...dilihat TUHAN,
bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan
kejahatan semata-mata," (Kejadian 6:5).

Di masa sekarang ini menjelang kedatangan Yesus yang kedua, keadaan manusia tidak jauh berbeda
dengan orang-orang zaman Nuh dulu, dimana segala jenis kejahatan merajalela di mana-mana
(pembunuhan, kekerasan, tipu-muslihat, kedurhakaan dan sebagainya). Namun bukanlah berarti
kehidupan orang-orang Kristen boleh tenggelam dan terlibat di dalamnya. Jika kita tidak berbeda
dengan orang dunia maka kita juga akan mengalami hal yang sama seperti nenek moyang kita yaitu
binasa. Tuhan menghendaki kita memiliki kehidupan seperti Nuh, "...seorang yang benar dan tidak
bercela di antara orang-orang sezamannya; ...Nuh itu hidup bergaul dengan Allah." (Kejadian 6:9).
Karena ketaatannya, Nuh dan seisi keluarga selamat dari air bah. Tuhan mencari orang-orang yang taat
dan hidup tidak bercela. Inilah yang paling dicari Tuhan di akhir zaman ini! Bukan orang-orang yang hidup
dalam kefasikan dan kesuaman. Terhadap orang yang suam-suam kuku, Tuhan dengan sangat keras
berkata, "...Aku akan memuntahkan engkau dari mulutKu." (Wahyu 3:16).
Ketaatan menuntut kita menyangkali diri setiap hari, menyalibkan hawa nafsu kedagingan dan memiliki
penyerahan diri total kepada Tuhan. Banyak yang berkata, "Mengapa harus capek-capek melayani
Tuhan? Mendingan waktu kita digunakan untuk hal lain yang bisa menghasilkan uang. Jadi orang Kristen
jangan rohani-rohani amat deh, gak ada untungnya". Namun bila kita menyia-nyiakan kesempatan, kelak
kita akan menyesal karena setiap ketaatan selalu mendatangkan upah yaitu kehidupan kekal.

"...apabila Gembala Agung datang, kamu akan menerima mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu."
1 Petrus 5:4

Posted by Air Hidup Blog at 1:31 AM No comments: Links to this post

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Labels: kejadian, Matius, Nuh, Petrus, Wahyu

Tuesday, August 25, 2009


Haus dan Lapar Akan Tuhan
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Agustus 2009 -

Baca: Lukas 6:20-26

"Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini lapar, karena kamu akan dipuaskan. Berbahagialah, hai
kamu yang sekarang ini menangis, karena kamu akan tertawa." Lukas 6:21

Menjadi Kristen bertahun-tahun bukanlah jaminan seseorang mengalami pertumbuhan iman atau
menjadi dewasa rohani. Untuk mengalami perubahan dan pembaharuan dari waktu ke waktu seseorang
harus memiliki rasa haus dan lapar secara rohani. Mungkin kita dapat 'berpura-pura rohani' dengan rajin
ke gereja, namun kita tidak dapat membohongi Tuhan karena Dia tahu benar motivasi hati kita: apakah
kita benar-benar punya kerinduan bertemu Tuhan dengan penuh rasa haus dan lapar, atau kita datang
beribadah sekedar menjalankan kewajiban dan rutinitas belaka?
Rasa haus dan lapar itulah yang membedakan kualitas masing-masing orang. Yesus berkata,
"Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan." (Matius
5:6). Rasa haus dan lapar itu mendorong orang mendapatkan lebih banyak lagi dari Tuhan. Ia akan
memiliki kerinduan yang begitu dalam kepada Tuhan, bukan sekedarnya; ia pun menyediakan waktu
bersekutu, menyukai firmanNya dan sangat antusias terhadap perkara-perkara rohani. Daud merasakan
demikian, "aku suka melakukan kehendakMu, ya Allahku; TauratMu ada dalam dadaku." (Mazmur 40:9).
Rasa haus dan lapar itulah awal segala sesuatu. Lapar menyebabkan orang menjangkau sasaran yang
lebih tinggi, menjadi agresif secara rohani, melangkah dengan segala upaya dan segenap keberadaan kita
untuk menangkap setiap kesempatan yang dari Tuhan. Layaknya tentara militan yang sedang berperang,
ia rela berkorban apa pun, tidak takut musuh demi satu tujuan: meraih kemenangan.
Sampai kapan kita harus meras haus dan lapar akan Tuhan? Sampai rasa haus dan lapar itu terpenuhi
dan terpuaskan olehNya. Bagaimana mengembakan rasa haus dan lapar? Melalui latihan rohani sehingga
roh (manusia batiniah) kita berkembang. Otot tubuh jasmani kita saja semakin kuat dan berkembang
ketika kita rajin melatihnya, begitu juga tubuh rohani kita. Dan hal itu membutuhkan kedisiplinan yang
begitu tingging.
Untuk mendapatkan hal yang lebih dari Tuhan kita harus memiliki rasa haus dan lapar akan Dia!

Posted by Air Hidup Blog at 1:18 AM No comments: Links to this post

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Labels: Lukas, Matius, Mazmur, Motivasi

Monday, August 24, 2009


Tinggalkanlah Semua Kejahatan
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Agustus 2009 -

Baca: Roma 2:1-8

"tetapi murka dan geram kepada mereka yang mencari kepentingan sendiri, yang tidak taat kepada
kebenaran, melainkan taat kepada kelaliman." Roma 2:8

Sering kita lihat di televisi dan juga berita di surat kabar banyaknya demonstrasi di negara kita: tawuran
antarsiswa, perselisihan antargolongan yang disertai baku hantam dan lainnya. Akhir-akhir ini sedikit
masalah saja akan mudah menyulut emosi seseorang dan mengakibatkan permusuhan serta
pemberontakan. Orang-orang tidak lagi tunduk dan menghormati otoritas, lebih suka melakukan apa
saja yang ingin mereka lakukan meskipun hal itu bertentangan dengan hukum. Ternyata ini tidaklah
mengejutkan karena Alkitab sudah menyatakan bahwa kebanyakan orang "Mereka akan membual dan
menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan
tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama, tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai,
suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik," (2 Timotius 3:2b-3).
Paulus mengatakan banyak orang tidak tahu berterima kasih. Meski sudah menerima banyak bantuan
dan pertolongan mereka tidak mau mengungkapkan rasa terima kasih, sebaliknya malah mengharapkan
lebih banyak lagi.
Kuatnya pengaruh dunia yang serba gemerlap ini membuat kekudusan menjadi suatu hal yang sangat
langka dan sulit ditemukan dalam diri seseorang. Tetapi bagi kita yang menyebut Yesus sebagai Tuhan
dan Juruselamat haruslah meninggalkan semua dosa dan membuangnya jauh-jauh! Bila kita menyebut
diri pengikut Kristus tetapi masih dengan sengaj berbuat dosa berarti kita adalah orang-orang yang
munafik! Dengan keras firmanNya berkata, "barangsiapa yang tetap berbuat dosa, berasal dari Iblis,
sebab Iblis berbuat dosa dari mulanya." (1 Yohanes 3:8a). Seseorang yang telah menundukkan dirinya
sendiri kepada nafsu kedagingan dan tidak ingin keluar dari kondisi itulah yang disebut Tuhan berasal
dari Iblis.
Ketika kita bermain-main dengan dosa, tinggal menunggu waktu saja sampai dosa itu menghanguskan
kita sendiri. Dosa memang memberi kenikmatan tetapi hanya untuk sesaat. Dan bila kita membuka
sedikit saja celah, dosa akan menghancurkan hidup kita. Itulah yang dikehendaki Iblis!
"Penderitaan dan kesesakan akan menimpa setiap orang yang hidup yang berbuat jahat, pertama-
tama orang Yahudi dan juga orang Yunani," Roma 2:9

Posted by Air Hidup Blog at 1:41 AM No comments: Links to this post

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Labels: dosa, emosi, Musuh, otoritas, Paulus, Roma, Timotius, Yohanes

Sunday, August 23, 2009


Kecantikan Batiniah
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 Agustus 2009 -

Baca: 1 Petrus 3:1-7

"...perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang
berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah." 1 Petrus 3:4

Alkitab jelas menyatakan bahwa yang menjadi perhiasan bagi wanita bukanlah 'penampilan luarnya'
semisal tata rias wajah, lembut, pakaian indah atau pun perhiasan yang ia kenakan (emas, berlian,
permata) yang mengundang decak kagum siapa saja yang memandangnya, tetapi perhiasan seorang
wanita adalah manusia batiniah atau kecantikan batiniahnya (inner beauty)! Penulis amsal berkata,
"Seperti anting-anting emas di jungur babi, demikianlah perempuan cantik yang tidak susila." (Amsal
11:22). Kecantikan fisik (lahiriah) wanita tak akan berarti apa-apa. "Kemolekan adalah bohon dan
kecantikan adalah sia-sia," (Amsal 31:30a) bila tidak diimbangi dengan moral yang baik. Wanita yang
berbudi harus memiliki roh yang lemah lembut dan penguasan diri dalam segala hal sehingga
keberadaannya senantiasa menjadi berkat, karena "Ia membuka mulutnya dengan hikmat, pengajaran
yang lemah lembut ada di lidahnya." (Amsal 31:26).
Banyak contoh wanita-wanita dalam Alkitab yang hidupnya menjadi teladan karena cantik batinnya. Ester
adalah perempuan Yahudi yang berani mempertaruhkan reputasi dan juga nyawanya demi keselamatan
bangsanya dari rencan jahat Haman; ia berjuang menegakkan kebeneran dan dengan tegas melawan
ketidakadilan. Debora dipilih Tuhan untuk membebaskan bangsanya dari tangan Yabin, raja Kanaan. Ia
pun mendukung dan memberi semangan kepada Barak menghadapi panglima perang raja Yabin yaitu
Sisera. Kata Debora, "Baik, aku turut! Hanya engkau yang tidak akan mendapat kehormatan dalam
perjalanan yang engkau lakukan ini, sebab Tuhan akan menyerahkan Sisera ke dalam tangan seorang
perempuan"(Hakim-Hakim 4:9).
Seorang wanita tidak hanya pandai berbicara, tetapi ia juga akan memberi semangat, berdoa dan turut
merasakan pergumulan yang dialami suami atau keluarga, serta mau membuka telinga terhadap keluh-
kesah orang lain dan memiliki hati yang penuh dengan belas kasih dan pengampunan.
Jangan bangga karena kecantikan fisik, berbanggalah bila hidup kita bisa menjadi berkat dan teladan
bagi orang lain!

Posted by Air Hidup Blog at 1:27 AM No comments: Links to this post

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Labels: Amsal, Barak, Debora, Ester, Haman, Kanaan, Petrus, Sisera, wanita, Yabin

Saturday, August 22, 2009


Lidah: Hati-Hati Menggunakannya
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 Agustus 2009 -

Baca: Yakobus 3:1-12

"Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan
menurut rupa Allah," Yakobus 3:9

Pentingnya penguasaan lidah bagi kehidupan orang percaya telah sering dibahas dalam renungan ini.
Yakobus mengatakan bahwa lidah itu seperti api, "...ia dapat membakar hutan yang besar." (ayat 5b). Api
memiliki kuasa yang sangat dahsyat! Hanya dengan sedikit percikan saja sebuah hutan yang luasnya
beratus-ratus hektar dengan aneka ragam pepohonan dapat ludes terbakar dalam sekejap! Begitu juga
lidah manusia, satu organ tubuh yang kecil, namun melalui lidah seluruh tubuh dapat merasakan apakah
makan ayang masuk ke dalam mulut itu berasa enak atau pun hambar. Melalui lidah orang pula kita
dapat merasakan perkataan-perkataan yang bersifat membangun, menyentuh hati, pujian atau yang
menyakitkan dan membuat pedih hati kita, bahkan dengan lidah pula keluar umpatan, caci maki, atau
suatu kutukan sekalipun.
Ada ungkapan yang mengatkan bahwa 'lidah itu tak bertulang'. Itu dikarenakan seringnya kita kurang
bertanggung jawab terhadap apa saja yang kita ucapkan, dan tidak berpikir panjang tentang dampak
perkataan tersebut. Memang "...tidak seorangpun yang berkuasa menjinakkan lidah; ia adalah sesuatu
yang buas, yang tak terkuasai, dan penuh racun yang mematikan." (ayat 8). Acap kali perpecahan terjadi
di antara jemaat Tuhan sebagai akibat dari 'lidah yang tak bertulang' ini, misalnya seorang jemaat
mundur dan tidak lagi datang beribadah karena mendengar perkataan yang pedas atau sindiran dari
saudara seiman lainnya. Perhatikan! Kita harus bisa menjaga lidah kita. Bagaimana? Dengan cara
menaklukannya di bawah pimpinan Roh Kudus, sehingga lidah kita tetap terjada dan tidak
membahayakan diri sendiri maupun orang lain. Maka dari itu kita harus berani berkata, "Aku hendak
menjaga diri, supaya jangan aku berdosa dengan lidahku; aku hendak menahan mulutku dengan
kekang..." (Mazmur 39:2).
Biarlah kita menggunakan lidah kita untuk memuji nama Tuhan, bersaksi tentang pekerjaan-
pekerjaanNya yang besar dan memberitakan kabar keselamatan kepada siapa pun yang kita temui.
"Siapa yang mau mencintai hidup dan mau melihat haro-hari baik, ia harus menjaga lidahnya terhadap
yang jahat..." 1 Petrus 3:10

Posted by Air Hidup Blog at 1:35 AM No comments: Links to this post

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Labels: Amsal, lidah, Mazmur, Yakobus

Newer Posts Older Posts Home

Subscribe to: Posts (Atom)

Follow Me
Cari Renungan

Follow by Email

Share God's Words

Google+ Followers
Links
 Saat Teduh - Sesaat Bersama Tuhan
 Alkitab Online

 Powerbuilder World

 Pariwisata Turki

Saat Teduh
 Menjadi Berkat di Tengah Ketidakpastian - 1/15/2017 - saatteduh
 Nyanyian Syukur - 1/15/2017 - saatteduh
 Menghadapi Perasaan Takut - 1/14/2017 - saatteduh

Blog Archive
 ▼ 2017 (16)
o January (16)

 ► 2016 (366)

 ► 2015 (365)

 ► 2014 (365)

 ► 2013 (366)

 ► 2012 (367)

 ► 2011 (365)

 ► 2010 (275)

 ► 2009 (92)

Martin Luther Quotes


Pribadi Yang Rendah Hati
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Agustus 2009 -

Baca: Filipi 2:1-11

"melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi
sama dengan manusia." Filipi 2:7

Sebagai manusia kita cenderung suka sekali beroleh pujian, sanjungan dan acungan hempol dari orang
lain atas segala jerih payah dan prestasi yang telah kita torehkan. Kerap kita 'membusungkan dada' ketika
menyadari bahwa pelayanan kita lebih berhasil, gereja kita lebih 'besar' dibanding gereja lain,
perusahaan kita paling bonafide atau segala sesuatu yang ada pada diri kita memiiliki nilai lebih
dibandingkan dengan orang lain di sekitar kita. Firman Tuhan mengingatkan, "Sebab bukan orang yang
memuji diri yang tahan uji, melainkan orang yang dipuji Tuhan." (2 Korintus 10:18). Adalah sia-sia belaka
bila kita meninggikan diri sendiri dan beroleh pujian manusia apabila hidup kita tidak berkenan di
hadapan Tuhan!
Perlu kiranya kita bercermin kepada pribadi Yesus yang datang ke dunia bukan dalam rangka mencari
pujian atau penghormatan dari manusia, melainkan karena mengasihi jiwa-jiwa yang terhilang dan
terbelenggu dosa supaya beroleh kelepasan dan kemenangan. Dia datang ke dunia guna membuka jalan
supaya setiap orang yang percaya kepadaNya beroleh keselamatan dan kehidupan kekal. Selama berada
di bumi Yesus memang melakukan banyak mujizat, tetapi Dia melakukan semua itu bukan untuk
mempromosikan diri atau unjuk kebolehan agar namaNya makin dikenal banyak orang dan beroleh
pujian, melainkan untuk menggenapi rencana Allah. Dia datang bukan untuk dilayani melainkan untuk
melayani.
Sekalupun Yesus adalah Allah yang menjadi manusia, Ia "...tidak menganggap kesetaraan dengan Allah
itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan
mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia." (ayat 6-7 dari Filipi 2). Dia tak
haus pujian dan penghormatan, bahkan rela merendahkan diriNya dan menderita di atas kayu salib.
Walau diperlakukan tidak adil dan dianggap sama seperti penjahat sekali pun, Tesus tidak pernah
membalas. Direndahkan begitu rupa pun Yesus tetap taat kepada Bapa.

"Tinggi hati mendahului kehancuran, tetapi kerendahan hati mendahului kehormatan." Amsal 18:12

Posted by Air Hidup Blog at 1:24 AM No comments: Links to this post

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Labels: Filipi, mujizat, sanjungan

Thursday, August 20, 2009


Tentang Hamba Tuhan
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Agustus 2009 -

Baca: 1 Korintus 4:1-5

"Demikianlah hendaknya orang memandang kami: sebagai hamba-hamba Kristus, yang kepadanya
dipercayakan rahasia Allah." 1 Korintus 4:1

Istilah hamba Tuhan kian marak dalam pelayanan kekristenan masa kini di mana banyak orang bangga
bila gelar hamba Tuhan tersebut melekat kepadanya, tanpa memahami makna sesungguhnya kata
hamba tersebut.
Seiiring berjalannya waktu, pengertian kata hamba Tuhan secara perlahan mengalami pergeseran. Sering
ada anggapan bahwa menjadi hamba Tuhan bearti harus mendapatkan perlakuan khusus atau service
plus, beroleh penghormatan di mana pun melayani dengan segala fasilitas yang memadai. Hal ini tidak
seratu persen keliru! Itu adalah bonus atau berkat yang mengikuti pelayanan hamba Tuhan. Namun
jangan sampai hal ini mengalihkan motiviasi kita sehingga tidak lagi mencerminkan jiwa pengabdian,
melainkan hanya tuntutan profesi yang menyebabkan kita ke luar dari jalur Tuhan.
Di awal suratnya yang ia tulis kepada jemaat di Roma, rasul Paulus menybut dirinya hamba Yesus Kristus:
"Dari Paulus, hamba Kristus Yesus, yang dipanggil menjadi rasul dan dikuduskan untuk memberitakan
Injil Allah." (Roma 1:1), begitu juga di hadapan jemaat Korintus. Paulus menyadari benar makna kata
hamba yang melekat ada dirinya, yaitu tidak lebih dari seorang budak. Sebagai budak ia harus
mengabdikan diri dengan segenap jiwa dan raga untuk Tuannya. Jadi hamba Tuhan juga bisa diartikan
orang-orang yang membaktikan setiap nafas hidupnya untuk Tuhan, melepaskan segala kenyamanan
duniawi, tunduk kepada pemerintahan sorgawi dan tidak punya hak untuk menuntut, serta bukan
seorang bos. Paulus mengakui dirinya adalah hamba Yesus Kristus. Ada pun jawaban sebagai rasul
diberikan oleh Kristus kepadanya, bukan ia sendiri yang mengangkat dirinya sebagai rasul. Tetapi Paulus
tetap mengedepankan status dirinya yang tidak lebih dari seorang hamba. Dalam perjalanannya sebagai
seorang hamba Tuhan Paulus melayani dengan tulis, tidak bersikap menuntu, tidak mencari keuntungan
diri sendiri di balik pelayanan, melainkan mengabdi dengan sungguh-sungguh demi kemajuan Injil di
muka bumi.

Mari kita melayani Tuhan dengan penuh pengabdian, "sama seperti Anak Manusia datang bukan
untuk dilayani..." (Matius 20:28)

Posted by Air Hidup Blog at 1:51 AM No comments: Links to this post

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Labels: hamba, Korintus, Matius, Paulus, Roma

Wednesday, August 19, 2009


Tuhan Senantiasa Bersama Kita
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Agustus 2009 -

Baca: Mazmur 139:1-12

"maka kegelapanpun tidak menggelapkan bagi-Mu, dan malam menjadi terang seperti siang; kegelapan
sama seperti terang." Mazmur 139:12

Bukan dari kata orang Daud mengenai kebesaran dan keperkasaan Allah Israel, tetapi dia mengalaminya
sendiri. Pembelaan dan penyertaanNya begitu nyata di sepanjang perjalanan hidup Daud. Melewati
masa-masa sukar, jalan-jalan yang gelap, bahkan di lembah kekelaman sekali pun Dia tak pernah
melepaskan genggaman tanganNya untuk menuntun dan menopang Daud sehingga ia berkata, "Terlalu
ajaib bagiku pengetahuan itu, terlalu tinggi, tidak sanggup aku mencapainya." (ayat 6). Sungguh tak
terukur betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Allah kepada Daud.
Di Perjanjian Baru Allah menghamparkan jalan di depan kita agar kita dapat masuk dalam rencanaNya
bersama Kristus. Namun untuk mencapai tujuan kita bersama Kristus kita harus tunduk dan
mempercayakan hidup kita sepenuhnya kepada tuntunanNya langkah demi langkah setiap hari. Dalam
mengikuti pimpinan Tuhan masa depan tak selalu tampak cerah, terkadang mendung menyelimuti
perjalanan kita dan rencanaNya bagi kita tak akan membuat malam itu terang. Upah dari Kerjaan Allah
tidak selalu diberikan keesokan hari, tetapi upah itu pasti datang! "Sebab penglihatan itu masih menanti
saatnya, tetapi ia bersegera menuju kesudahannya dengan tidak menipu; apabila berlambat-lambat,
nantikanlah itu, sebab itu sungguh-sungguh akan datang dan tidak akan bertangguh." (Habakuk 2:3).
Ketaatan kepada Tuhan dan firmanNya selalu akan mendatangkan upah. Namun taat berjalan dengan
Tuhan sering kita harus melalui lorong-long yang belum kita kenal dan sangat asing bagi kita, eteapi tidak
bagi Tuhan, sebab "Ia tahu jalan hidupku;", kata Ayub (Ayub 23:10a), dan kegelapan sepekat apa pun
tidak menggelapkan Tuhan!
Kita tidak tahu apa yang akan terjadi hari esok, tapi Dia tahu benar! Dia mempunyai suatu rencana yang
indah bagi kita sehingga Dia tahu bagaimanan mengatur langkah dan memimpin langkah kita agar
rencanaNya terpenuhi. Jadi kita tidak menghadapi masa depan itu sendirian, melainkan bersama Yesus,
Gembala yang baik, yang ada di sisi kita dan selalu menuntun kita.

Jangan takut dan tawar hari hadapi esok karena Tuhan ada di pihak kita!

Posted by Air Hidup Blog at 5:16 AM No comments: Links to this post

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Labels: Ayub, Daud, Habakuk, Kasih, Mazmur

Tuesday, August 18, 2009


Menguji Diri Sendiri Lebih Dahulu
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Agustus 2009 -

Baca: 1 Petrus 2:18-25

"Sebab adalah kasih karunia, jika seorang karena sadar akan kehendak Allah menanggung penderitaan
yang tidak harus ia tanggung." 1 Petrus 2:19

Segala sesuatu jika tidak diuji dalam suatu proses tertentu tidak dapat dibuktikan kualitasnya. Contoh:
seseorang dapat saja berkata bahwa ia sabar atau rendah hati. Mungkin ia dapat bersikap sabar atau
rendah hati selam semua berjalan dengan wajar atau normal-normal saja. Tetapi apabila tiba-tiba ia
mendapat serangan berupa umpatan, fitnahan, caci maki atau cemoohan dari orang lain, padahal ia
tidak bersalah, apakah ia tetap dapat mempertahankan kesabaran dan kerendahan hatinya? Hal-hal yang
tidak menyenangkan atau kritikan-kritikan yang dapat menyinggung harga diri kita itulah alat ukur untuk
melihat keberadaan kita sesungguhnya, apakah kita sudah dapat berlaku sabar dan bersikap rendah hati
sebagaimana kita mempromosikan diri kepada orang lain?
Bagaimana reaksi kita terhadap sikap kasar atau hujatan yang ditimpakan kepada kita? Dapatkah kita
bersikap seperti Kristus, Raja di atas segala raja dan Anak Allah yang Mahatinggi, ketika dicaci maki dan
dihina begitu rupa pada waktu penyaliban? "Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci
maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang
menghakimi dengan adil." (ayat 23). Pada umumnya orang yang tersinggung akan segera bertindak
seperti Petrus. Ketika mengetahui Yesus hendak ditangkap, Peterus secepat kilat menghunus pedangnya
dan menabas telinga hamba Imam Besar (baca Yohanes 18:10). Bukankah seringkali mulut kita juga
menghamburkan perkataan-perkataan tajam kepada orang lain seperti mata pedang ketika kita
tersinggung?
Perhatikan! "Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa?
(Artinya sudah selayaknya kita dipukul, dimaki atau diolok karena kita telah berbuat dosa/salah - red)
Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada
Allah." (ayat 20). Di sinilah kita dapat menilai karakter atau kepribadian kita yang asli, yang setelah diuji
barulah kita mengerti apakah kita lulus atau tidak.

"Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri; maka ia boleh bermegah melihat keadaannya
sendiri..." Galatia 6:4

Posted by Air Hidup Blog at 6:16 AM No comments: Links to this post

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Labels: Kualitas, Petrus, Ujian

Monday, August 17, 2009


Kemerdekaan Sejati
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Agustus 2009 -

Baca: Yohanes 8:30-36

"Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka." Yohanes 8:36

Merdeka! Merdeka! Merdeka! Pekik kemerdekaan bergema di seluruh persada negeri tercinta Indonesia.
Hari in kita memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan negera kita yang ke 65. Merdeka berarti bebas;
bebas menentukan nasib bangsa sendiri tanpa adanya tekanan dari pihak lain, terlepas dari penjajahan
bangsa asing. Hal pertama yang harus kita lakukan adalah mengucap syukur kepada Tuhan, akrena tanpa
pertolongan dan campur tanganNya mustahil kita bisa meraih dan menikmati kemerdekaan.
Pertanyaannya sekarang: sudahkah kita benar-benar menikmati kemerdekaan sejati? Secara lahiriah kita
memang telah terbebas dari perbudakan dan penjajahan bangsa lain. namun dalam hal rohani, apakah
kita sudah benar-benar merdeka atau masih berada dalam 'kolonialisme' yang lain?
Sebagai orang percaya kita patut bersyukur, oleh pengorbanan Kristus di atas kayu salib kita beroleh
pengampunan dosa dan "...dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran." (Roma 6:18); kita
tidak lagi menjadi hamba (budak) dosa, melainkan menjadi hamba kebenaran. Jadi "...Kristus telah
memerdekakan kita." (Galatia 5:1). Pengampunan dari Kristus ini merupakan kuasa yang memerdekakan
kita secara menyeluruh, yang memungkinkan kita memiliki hidup berkemenangan dalam semua aspek
hidup ini. Sayang, masih banyak orang Kristen terbelenggu dan diperbudak kuasa-kuasa lain, masih
berada di bawah tipu daya iblis dan dunia ini: dikuasai roh dendam, sakit hati, kebencian, tamak akan
uang, tradisi, okultisme dan lain-lain. Kita hidup tidak sebagaimana seharusnya dikehendaki Tuhan. Kita
yang telah dimerdekakan Kristus dari kuasa dosa dimaksudkan agar mengisi kemerdekaan itu dengan
kehidupan yang benar dan berkenan kepada tuhan, yang menghasilkan buah bagi kemuliaan namaNya.
Namun kemerdekaan itu justru kita salah gunakan sebagai kesempatan melakukan dosa.
Ingatlah satu hal ini: kemerdekaan dari Kristus bukan sekedar melepaskan kita dari dosa, tetapi untuk
memulihkan tujuan semua Allah menciptakan kita yaitu supaya kita hidup dalam kebenaran sehingga
menjadi serupa dan segambar dengan Dia.

Tinggal dalam kebenaranNya itulah yang memerdekakan kita dari segala belenggu!

Posted by Air Hidup Blog at 1:51 AM No comments: Links to this post

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Labels: 17 Agustus, Merdeka, okultisme, Roma, Yohanes

Sunday, August 16, 2009


Memperhatikan Yang Tidak Kelihatan
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 Agustus 2009 -

Baca: 2 Korintus 4:16-18

"Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan
adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal." 2 Korintus 4:18

Banyak di antara kita mudah putus asa, stres dan tidak pernah mengalami terobosan baru dalam hidup.
Mengapa? Karena waktu menghadapi masalah dan ujian kita cenderung melihat itu secara kasat mata
sehingga kita mudah terpengaruh keadaan dan terpedaya hasutan-hasutan yang negatif yang
melemahkan; akibatnya kita makin terpuruk dan kalah.
Sesungguhnya setiap masalah adalah suatu kesempatan bagi ktia untuk dtang kepada Tuhan dan melihat
pekerjaanNya yang ajaib dinyatakan atas hidup kita. Masalah dan ujian adalah latihan bagi mata rohani
kita untuk melihat alam roh yang tidak kelihatan. Maka rasul Paulus pun tidak memperhatikan yang
kelihatan karena yang kelihatan adalah sementara, sehingga masalah, penderitaan dan aniaya tidak
sedikitpun menggoyahkan imannya; dia tetap setia mengerjakan panggilan hidupnya. "Dalam segala hal
kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak
ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa." (2 Korintus 4:8)
Mengapa rasul Paulus kuat menghadapi itu semua? Itu karena dia selalu mengingat kematian Yesus! Bila
kita menyadari betapa besar pengorbanan Yesus sehingga Dia rela mati bagi kita, kita tidak akan begitu
mudahnya kecewa, menggerutu dan mengeluh bila berada dalam persoalan. Yosua dan Kaleb dapat
memasuki Tanah Kanaan karena mereka melihat masalah dengan mata rohani, bahwa kuasa Allah yang
menyertai lebih besar dari apa pun juga. Sebaliknya kesepuluh pengintai gagal karen mereka melihat
musuh dan tantangan yang ada seperti 'raksasa' yang tidak mungkin bisa ditaklukkan (baca Bilangan
13:32-22). Begitu juga dengan pelayan Elisa yang mengalami ketakutan karena melihat kotanya telah
dikepung oleh musuh (baca 2 Raja-Raja 6:14-15). Sebab itu Elisa berdoa supaya Tuhan mencelikkan mata
rohani pelayanannya sehingga ia dapat melihat apa yang tidak kelihatan (dalam alam roh).

Bila fokus kita adalah hal yang kelihatan kita akan menjadi orang-orang yang kalah. Maka, mari
mengaktifkan iman kita!

Posted by Air Hidup Blog at 1:45 AM No comments: Links to this post

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Labels: Elisa, Kaleb, Kanaan, Korintus, Paulus, putus asa, stres, Yosua

Saturday, August 15, 2009


Berita Tentang Salib Kristus
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 Agustus 2009 -

Baca: 1 Korintus 1:18-31

"Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi
bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah." 1 Korintus 1:18

Seringkali salib menjadi bahan olokan dan disepelekan orang-orang dunia. Bagi mereka salib tidak lebih
dari lambang hukuman atau kutuk yang harus diderita oleh pelaku kejahatan. Siapa pun yang mati
tergantu di kayu salib dicap sebagai orang hina dan tak berharga, sebab tertulis: "Terkutuklah orang yang
digantung pada kayu salib!" (Galatia 3:13), sehingga berita salib merupakan kebodohan bagi orang-
orang yang tidak percaya dan yang akan binasa, karena mereka tidak memahami rencana Allah bagi
dunia ini.
Orang dunia berprinsip bahwa pelanggaran atau dosa dapat ditebus dan dibayar dengan perbuatan baik
atau amal sebanyak-banyaknya selama hidup dibumi. Lalu, berapa kali kita harus berbuat baik (beramal)
supaya dosa yang kita lakukan setiap saat itu dapat tertebus dan akhirnya kita bisa selamat? Alkitab
menyatakan, "Dialah yang menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan
berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan maksud dan kasih karunia-Nya sendiri, yang telah
dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus..." (2 Timotius 1:9). Jadi perbuatan baik atau amal tidak
akan bisa menebus kita dari dosa sebab dosa adalah pelanggaran terhadap firman Tuhan dan "Dia yang
tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh
Allah." (2 Korintus 5:21).
Bagaimana kita orang percaya menyikapi berita salib? Salib adalah bukti kemenangan Kristus; Dia
menang atas kutuk dosa. Kebinasaan dan hukuman yang seharusnya kita tanggung telah ditimpakan
kepadaNya. Ia rela dihukum dan digantung pada salib supaya kutuk dosa yang membelenggu manusia
ditanggungkan dalam kematianNya. Kita patus bersyukur, oleh anuegerahNya semata kita (orang-orang
berdosa) dibenarkan dan diselamatkan dari penghukuman kekal. "Sebab upah dosa ialah maut; tetapi
karnia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita." (Roma 6:23).

Jadikan SALIB KRISTUS sebagai sasaran dan fokus hidup kita, karena di dalamNya adal pengharapan
yang pasti!

Posted by Air Hidup Blog at 1:28 AM 1 comment: Links to this post

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Labels: anugerah, dosa, galatia, Korintus, Roma, salib

Friday, August 14, 2009


Bisakah Kita Menguasai Diri?
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 Agustus 2009 -

Baca: Amsal 25:1-28

"Orang yang tak dapat mengendalikan diri adalah seperti kota yang roboh temboknya." Amsal 25:28

Dahulu kala kota-kota selalu dikelilingi oleh tembok yang tinggi. Tembok tersebut berfungsi sebagai
benteng perlindungan yang kuat terhadap serangan musuh. Apabila tembok tersebut runtuh musuh
dapat dengan mudahnya memasuki kota itu dan mendudukinya. Begitu juga orang yang kehilangan
penguasaan diri akan menjadi sasaran empuk Iblis. Kehidupannya akan mudah tergoncang dan tidak
pernah merasa aman, karena ia telah ditawan dan diperdaya oleh Iblis, sebab "...si Iblis, berjalan keliling
sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya." (1 Petrus 5:8b).
Penguasaan diri dalam segala hal sangat penting bagi anak-anak Tuhan. Orang yang memiliki penguasaan
diri mampu mengendalikan diri, menjauhkan diri dari segala jenis kejahatan dan dapat mendisiplinkan
diri sendiri. Banyak contoh dalam Alkitab tentang orang-orang yang memiliki penguasaan diri. Daud
dapat menguasai diri sehingga engga membunuh Saul meskipun ia memiliki kesempatan balas dengan
terhadap kejahatan yang dilakukan Sauld terhadapnya. Saat melihat Saul berada di dalam gua,
"...berdebar-debarlah hati Daud, karena ia telah memotong punca Saul; lalu berkatalah ia kepada orang-
orangnya: 'Dijauhkan Tuhanlah kiranya dari padaku untuk melakukan hal yang demikian kepada tuanku,
kepada orang yang diurapi TUHAN, yakni menjamah dia, sebab dialah orang yang diurapi TUHAN.' " (1
Samuel 24:6-7). Yusuf, pemuda yang takut akan Tuhan, digoda dan dibujuk oleh istri Potifar, "Marilah
tidur dengan aku." Tetapi Yusuf meninggalkan bajunya di tangan perempuan itu dan lari ke luar."
(Kejadian 39:12). Yusuf dapat menguasai dirinya dari perangkap istri tuannya itu dan menjaga kekudusan
dengan tidak mencemarkan diri. Itulah sebabnya kehidupan Yusuf semakin berkenan di hadapan Tuhan.
Penguasaan diri tidak datang dengan sendirinya namun melalui suatu proses yaitu tunduk pada
pimpinan Roh Kudus; tanpaNya mustahil kita dapat menguasai diri terhadap musuh.

Tinggal dalam fimanNya dan mengijinkan Roh Kudus bekerja adalah kunci untuk memiliki penguasaan
diri!

Posted by Air Hidup Blog at 1:18 AM No comments: Links to this post

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Labels: Amsal, Daud, kejadian, Penguasaan diri, Petrus, potifar, Samuel, Saul, yusuf

Wednesday, August 12, 2009


Pahit Menjadi Manis
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Agustus 2009 -
Baca: Keluaran 15:22-27

"Sesudah itu sampailah mereka di Elim; di sana ada dua belas mata air dan tujuh puluh pohon korma,
lalu berkemahlah mereka di sana di tepi air itu." Keluaran 15:27

Banyak hal yang tidak kita mengerti tentang pekerjaan Tuhan dalam kehidupan kita, di mana adakalanya
Dia ijinkan kita melewati masa-masa yang sukar dengan berbagai ujian agar kita belajar bergantung
sepenuhnya kepadaNya. Namun acapkali respon kita negatif terhadap Tuhan dengan berpikir Ia sudah
tidak peduli kepada kita. Kita pun kecewa, menyalahkan Tuhan dan secepat kilat meninggalkan Dia.
Sesungguhnya, rancangan Tuhan bagi umat yang dikasihinya adalah "...rancangan damai sejahtera dan
bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan." (Yeremia
29:11) sebagaimana Ia membawa bangsa Israel keluar dari tanah perbudakan Mesir menuju ke negeri
yang dijanjikanNya yaitu Kanaan, yang berlimpah susu dan madu. Sekalipun sepanjang perjalanan
bangsa Israel harus mengalami didikan Tuhan dan melewati pengalaman-pengalaman buruk di padang
gurun, tidaklah berarti Tuhan gagal dan lalai akan rencangan dan janjiNya terhadap mereka. Namun
mengapa Tuhan tidak langsung membawa uat pilihanNya ini ke suatu tempat yang nyaman setelah
keluar dari Mesir, sebelum mereka melanjutkan perjalanan panjang ke negeri perjanjian itu? Mengapa
Dia malah membawa mereka ke Mara, suatu tempat di mana airnya terasa pahit sehingga mereka tidak
dapat minum?
Mungkin saat ini kita mengalami hal yang sama seperti dialami bangsa Israel, hal-hal yang begitu pahit
dan buruk menimpa kita. Kita mengalami itu bukanlah tanpa alasan. Tuhan ijinkan hal-hal yang pahit itu
terjadi dan kita rasakan karena ada rencanaNya yang indah yaitu membawa kita masuk ke suatu tempat
yang penuh dengan sukatcita; ada berkat di balik masalah yang ada. Ada kemanisan di balik kepahitan
itu, dan tempat itu adalah Elim. "Sesudah itu sampailah mereka di Elim; di sana ada dua belas mata air
dan tujuh puluh pohon korma, lalu berkemahlah mereka di sana di tepi air itu." (ayat 27 dari Keluaran
15). Seberat apa pun masalah yang kini sedang kita alami, tetaplah bertekeun dan nantikanlah Tuhan
dengan sabar.

Tidak terlalu sukar bagi Tuhan untuk mengubah hal yang pahit menjadi manis bagi kita!

Posted by Air Hidup Blog at 7:24 AM No comments: Links to this post

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Labels: didikan, keluaran, Mara, rencana, Yeremia

Tuesday, August 11, 2009


Sombong Dan Pemfitnah
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Agustus 2009 -

Baca: Yesaya 2:6-22


"Manusia yang sombong akan direndahkan, dan orang yang angkuh akan ditundukkan; dan hanya
TUHAN sajalah yang maha tinggi pada hari itu." Yesaya 2:11

Keberhasilan, kekayaan, jabatan sering membuat orang lupa diri dan sombong. Paulus mengatakan
bahwa pada hari-hari akhir sebelum Yesus datang "Mereka akan membual dan menyombongkan diri,
mereka akan menjadi pemfitnah,..." (2 Timotius 3:2b).
Perihal kesombongan Salomo menulis demikian: "Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati
mendahului kejatuhan." (Amsal 16:18). Bila saat ini kita sedang berada 'di atas angin', berhati-hatilah dan
waspadalah, jangan kita jatuh. Sebagai raja, Herodes memiliki segala-galanya dan bisa melakukan apa
saja termasuk menganiaya dan membunuh jemaat Tuhan. "Ia menyuruh membunuh Yakobus, saudara
Yohanes, dengan pedang. Ketika ia melihat, bahwa hal itu menyenangkan hati orang Yahudi, ia
melanjutkan perbuatannya itu dan menyuruh menahan Petrus." (Kisah 12:2-3a). Raja Herodes menyukai
pujian manusia. Ia suka membual, sombong dan meninggikan diri sendiri. Pembual adalah orang yang
meninggikan diri sendiri dan meremehkan Tuhan. Ketika rakyat mengelu-ngelukan dia dengan berkata,
"Ini suara allah dan bukan suara manusia!" (Kisah 12:22). Herodes semakin tersanjung. Akhirnya ia harus
menanggung akibatnya: "Dan seketika itu juga ia ditampar malaikat Tuhan karena ia tidak memberi
hormat kepada Allah; ia mati dimakan cacing-cacing." (Kisah 12:23).
Selain pembual (sombong), di zaman sekarang ini banyak orang yang suka memfitnah orang lain
sehingga menimbulkan pertikaian atau permusuhan, baik di lingkungan masyarakat, gereja atau
pekerjaan. Pemfitnah adalah orang yang mencemarkan, menista, merugikan atau menjelekkan orang
lain. Seperti yang disampaikan Petrus dalam suratnya, kini umat Tuhan juga dihadapkan pada pemfitnah-
pemfitnah yang dengan sengaja mengejek iman percayanya, "...bahwa pada hari-hari zaman akhir akan
tampil pengejek-pengejek dengan ejekan-ejekannya, yaitu orang-orang yang hidup menuruti hawa
nafsunya." (2 Petrus 3:3)

Itulah sebabnya kita harus senantiasa melekat kepada Tuhan dan mohon pimpinan Roh Kudus supaya
kita mampu bertahan dan tidak goyah!

Posted by Air Hidup Blog at 12:42 PM No comments: Links to this post

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Labels: Amsal, bual, fitnah, Herodes, kisah para rasul, Petrus, sombong, Timotius, yesaya

Monday, August 10, 2009


Egois dan Cinta Uang
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 Agustus 2009 -

Baca: 2 Timotius 3:1-9


"Ketahulah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar." 2 Timotius 3:1

Untuk kesekian kalinya kita diingatkan bahwa hari-hari ini telah berada di penghujung zaman. Jadi
haruslah kita perhatikan dengan seksama bagaimana kita hidup, "...janganlah seperti orang bebal, tetapi
seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. Sebab itu
janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan." (Efesus 5:15-17).
Sangatlah jelas digambarkan Paulus bahaya-bahaya akhir zaman agar kita dapat bersikap waspada
sehingga tidak memberi peluang kepada bahaya-bahaya tersebut.
Salah satu sifat yang sangat berbahaya adalah: egois dan cinta uang. Paulus berkata, "Manusia akan
mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang." (ayat 2a dari 2 Timotius 3). Saat ini banyak orang
lebih fokus pada dirinya sendiri. Segala sesuatu dilakukan demi keuntungan diri sendiri. Segala sesuatu
dilakukan demi keuntungan diri sendiri dan tidak lagi peduli terhadap orang lain yang dalam bahasa
prokem Jakarta loe loe, gue gue (kamu urusanmu, aku urusanku). Akhirnya hal ini mengarah kepada sifat
tamak. Sifat tamak ini terjadi ketika seseorang cinta uang. Ketamakan dalam bahasa Yunani (epithumeo)
berarti keinginan yang begitu kuat dan menggebu-gebu terhadap sesuatu, baik atau buruk, yang dengan
gigih diupayakan diraih berapa pun harganya meski cara yang ditempuh salah dan merugikan orang lain.
Ada contoh dalam Alkitab tentang sesorang yang tamak dan mencintai uang yaitu Ananias dan Safira
(baca Kisah 5:1-11). Sifat mementingkan diri sendiri dan ketamakan terhadap uang mendorong mereka
mendustai Roh Kudus dengan menahan sebagian hasil penjualan sebidang tanah. Hati Ananias dan Safira
dikuasai roh cinta uang sehingga mereka mulai berkompromi dan keluar dari jalur kebenaran firman
Tuhan.
Bukankah kini banyak orang rela melakukan apa saja demi mendapatkan uang sebanyak-banyaknya?
Mereka tidak lagi mengindahkan hukum. Anak-anak Tuhan pun rela 'menjual' imannya demi kekayaan
dan popularitas yang fana. "Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang...oleh memburu uanglah
beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka." (1
Timotius 6:10).

Sikap egois dan tamak akan uang membawa seseorang kepada kehancuran!

Posted by Air Hidup Blog at 6:31 AM No comments: Links to this post

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Labels: Ananias, efesus, egois, kisah para rasul, Paulus, Safira, tamak, Timotius, uang

Si Penghalang Berkat: Iblis


- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Agustus 2009 -

Baca: 2 Korintus 4:1-6

"...orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga
mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah." 2 Korintus
4:4
Banyak anak Tuhan mengalami kegagalan di setiap pergumulan hidupnya. Hidupnya diwarnai frustrasi
yang berkepanjangan dan kekecewaan yang mendalam sehingga mereka menyerah begitu saja di tengah
perjalanan imannya. Mengapa mereka selalu gagal? Itu karena mereka memiliki cara berpikir yang salah
sehingga iman mereka tidak teguh dan mudah goyah ketika sakit yang dideritanya tidak kunjung sembuh,
atau apa yang ia doakan sekian lama ternyata belum juga beroleh jawaban dari Tuhan. Mereka berpikir
Tuhanlah penyebab semua itu. Mereka beranggapan janjiNya teori saja, terbukti Ia tidak peduli dan
membiarkan anak-anakNya dalam perderitaan dan masalah.
Alkitab jelas mencatat: "Janji TUHAN adalah janji yang murni, bagaikan perak yang teruji, tujuh kali
dimurnikan dalam dapur peleburan di tanah. Engkau, TUHAN, yang akan menepatinya,..." (Mazmur
12:7-8). Tuhan tidak pernah mempermalukan orang yang bersandar kepadaNya. Apabila kita berdiri di
atas firman, firmanNya itu akan bekerja. Tuhan sendiri berkata, "...firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku:
ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki,
dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya." (Yesaya 55:11). Tuhanlah yang menjanjikan
kita pertolongan. Sayang, kita seringkali menjadi korban tipuan/Iblis yang berkata bahwa percaya dan
mengimani firman Tuhan itu tidak akan pernah menyelesaikan persoalan.
Saat ini banyak orang yang pikirannya dibutakan oleh ilah zaman ini sehingga tidak dapat melihat
kemuliaan cahaya Injil. Akibatnya mereka lebih percaya kepada bujuk rayu Iblis yang menawarkan
penyelesaian dan jalan keluar secara instan tanpa perlu melewati proses yang panjang. Bukankah ini
yang dicari banyak orang? Kita lupa kepada kemenangan Yesus di atas kayu salib! Kita bukanlah orang-
orang yang kalah! Perasaan takut, kuatir dan semua hal negatif datangnya dari Iblis dan dilakukannya
supaya berkat dan pertolonga yang disediakan Tuhan bagi kita terhalang!

"Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?" Roma 8:31b

Posted by Air Hidup Blog at 6:07 AM No comments: Links to this post

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Labels: frustrasi, Iblis, Korintus, Mazmur, pergumulan, Roma, yesaya

Thursday, August 6, 2009


Sikap Dalam Menyembah
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Agustus 2009 -

Baca: Imamat 26:1-13

"Janganlah kamu membuat berhala bagimu, dan patung atau tugu berhala janganlah kamu dirikan
bagimu; juga batu berukir janganlah kamu tempatkan di negerimu untuk sujud menyembah kepadanya,
sebab Akulah TUHAN, Allahmu." Imamat 26:1
Alkitab menegaskan bahwa yang harus menjadi sasaran penyembahan kita adalah Allah yang hidup,
bukan berhala yang berupa patung, tugu atau batu berukir! Ironisnya sampai sat ini masih ada saja anak
Tuhan yang menyembah patung atau batu, padahal patung dan batu itu adalah benda mati yang tidak
punya nafas hidup.
Di zaman Perjanjian Lama, banyak disebutkan penyembahan-penyembahan yang tidak benar, yaitu
penyembahan kepada berhala yang begitu merajalela di antara bangsa-bangsa. Yang dimaksud
penyembahan berhala adalah penyembahan kepada apa pun dan siap pun kecuali kepada Allah yang
benar. Dan penyembahan terhadap ilah-ilah lain adalah kekejian bagi Tuhan! "Karena itu, saudara-
saudaraku yang kekasih, jauhilah penyembahan berhala!" (1 Korintus 10:14). Kita sebagai orang percaya
yang penyembah Allah yang benar dan hidup di dalam nama Tuhan Yesus Kristus tidak seharusnya
menyembah Dia dengan asal-asalan; jangan sampai penyembahan kepadaNya sebatas ritual atau
rutinitas mingguan saja.
Sebagai penyembah kita harus memiliki sikap hati yang benar di hadapan Tuhan agar penyembahan kita
diterima dan berkenan kepadaNya, bukan sebaliknya menjadi kejijikan bagi Dia. "Jangan lagi membawa
persembahanmu yang tidak sungguh, sebab baunya adalah kejijikan bagi-Ku." (Yesaya 1:13a). Jadi
penyembahan tanpa hidup taat kepada firman Tuhan adalah sia-sia, Kehidupan yang kudus (sales) adalah
syarat mutlak setiap penyembahan karena penyembahan melibatkan hubungan dengan Tuhan sebagai
Pribadi yang menjadi pusat penyembahan kita, yang di dalamnya terkandung unsur penundukan diri,
penghormatan dan pelayanan yang bukan sekedar tindakan, tapi berbicara tentang sikap hati. Oleh
karena itu penyembahan kepada Tuhan harus kita lakukan dengan sepenuh hati melalui hidup yang
dipersembahkan kepadaNya dan taat kepada kehendakNya.

Tanpa ketaatan (kesalehan) hidup, penyembahan yang kita berikan kepada Tuhan adalah sia-sia!

Posted by Air Hidup Blog at 6:53 AM No comments: Links to this post

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Labels: berhala, Imamat, Korintus, patung, penyembahan, ritual, sembah, tugu

Tidak Mau Bayar Harga


- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Agustus 2009 -

Baca: Matius 8:18-22

"Yesus berkata kepadanya: 'Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak
Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya.' " Matius 18:20

Bila berbicara tentang upah dan berkat, setiap anak Tuhan pasti akan merespon dengan semangat dan
antusias yang tinggi. Namun bila ada pertanyaan siapa yang mau menderita untuk Kristus, jawabnya
pasti pikir-pikir dulu, kalau bisa lari dan menghindar saja dari penderitaan. namun inilah syarat utama
untuk mengikut Yesus!
Harga untuk menjadi muridNya mengacu kepada harga yang harus kita bayar untuk melayani Tuhan.
Seringkali hari-hari kita dipenuhi keluh kesah, sungut dan ketidakpuasan mengikut Tuhan. Menghadapi
masalah atau ujian sedikit saja kita langsung ogah-ogahan dan beribadah asal saja, padahal upah
melayani Tuhan jauh melebihi harganya yang kita bayar. "...penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat
dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita." (Roma 8:18). Dia memberkati kita
dengan kebenaran, damai sejahtera, sukacita, kemenangan dan kehidupan kekal. Namun jalan terbaik
memiliki hidup yang diberkati adalah dengan melakukan apa yang Yesus katakan, berapa pun harganya,
karena Dia datang untuk memberi kita hidup yang berkelimpahan (baca Yohanes 10:10). Sayang, banyak
di antara kita belum memiliki penyerahan hidup secara total kepada Tuhan. Kita hanya mengingini
berkatNya saja tetapi tidak mau membayar harga karena kita lebih mencintai dunia ini dan tidak mau
melepaskannya. Tuhan tidak ingin kita sekedar pengikutNya saja atau sekedar menjadi pendengar
firman.
Bila kita memutuskan menjadi muridNya, kita juga harus memiliki komitmen untuk mentaati perintah-
perintah Yesus setiap hari. "Jika kamu tetapi dalam firmanKu, kamu benar-benar adalah muridKu"
(Yohanes 8:31). Sesungguhnya melakukan perintah Tuhan bukanlah suatu beban yang berat. "Sebab Kuk
yang Kupasang itu enak dan bebanKupun ringan." (Matius 11:30). Namun banyak orang menolak kuk itu,
bahkan kehadiran Tuhan Yesus pun tidak diinginkannya.

Jika meninggalkan Tuhan demi mempertahankan sesuatu, kita akan kehilangan segala sesuatunya;
keputusan ada pada kita. Maukah kita kehilangan segalanya?

Posted by Air Hidup Blog at 6:22 AM No comments: Links to this post

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Labels: berkat, damai, Matius, Roma, saksi, sukacita, upah, Yohanes

Wednesday, August 5, 2009


Sudahkan Kita Bersaksi?
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 Agustus 2009 -

Baca: Yesaya 52:7-12

"Betapa indahnya kelihatan dari puncak bukit-bukit kedatangan pembawa berita, yang mengabarkan
berita damai dan memberitakan kabar baik, yang mengabarkan berita selamat dan berkata kepada
Sion: 'Allahmu itu Raja!' " Yesaya 52:7

Banyak anak Tuhan mengaku enggan dan malu bila diminta bersaksi di hadapan jemaat, bahkan ada yang
berkata, "Bersaksi tentang apa? Hidupku biasa-biasa saja kok, tidak ada yang perlu disaksikan." Sungguh
menyedihkan bila ada orang Kristen yang tidak mempunyai kesaksian hidup. Ini berarti ada yang salah
dalam kehidupan kerohaniannya karena Tuhan memanggil kita untuk menjadi kesaksian yaitu sebagai
garam dan terang bagi dunia ini, "...supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan
Bapamu yang di sorga." (Matius 5:16).
Yesus telah memberikan Amanat Agung kepada kita supaya pergi bersaksi dan memberitakan kabar
keselamatan. Namun kita menganggap perintah itu tidak penting dan merupakan tugas para pendeta,
fulltimer atau siswa-siswa teologia saja, bukan bagian kita sebagai orang awam atau jemaat biasa. Lalu
kita memilih duduk-duduk santai di rumah, menghabiskan waktu di depan televisi daripada harus
bersusah-payah terlibat pelayanan dan sama sekali tidak terbeban memperkenalkan Yesus kepada orang
lain. Di dunia kerja sekuler seperti MLM (multi level marketing) saja orang-orang berjuang begitu rupa,
kerja siang malam demi mendapatkan anggota baru sebanyak-banyaknya supaya mereka beroleh bonus
besar. Terhadap perkara fana saja orang mau melakukan segala hal, padahal dunia dan segala yang ada
adalah sementara. Sedangkan untuk menjangkau jiwa-jiwa bagi Kerajaan Allah, di mana Tuhan telah
menyediakan upah yang besar yaitu mahkota kehidupan kekal, kita malah enggan melakukannya, tidak
mau meluangkan waktu sedikitpun dan 'hitung-hitungan' dengan Tuhan.
Jadi bersakti adalah tugas penting bagi kita. Sayang, banyak orang Kristen memiliki kehidupan yang 'sama
saja' dengan orang-orang dunia sehingga sulit untuk membedakan mana orang percaya dan yang bukan.

"Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah,
dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah. Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang
ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam
api lalu dibakar." (Yohanes 15:2,6)

Posted by Air Hidup Blog at 6:31 AM No comments: Links to this post

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Labels: bersaksi, garam, Matius, terang, yesaya

Mefiboset: Yang Dipulihkan


- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 Agustus 2009 -

Baca: 2 Samuel 9:1-13

"Janganlah takut, sebab aku pasti akan menunjukkan kasihku kepadamu oleh karena Yonatan, ayahmu;
aku akan mengembalikan kepadamu segala ladang Saul, nenekmu, dan engkau akan tetap makan
sehidangan dengan aku." 2 Samuel 9:7

Ketika Daud menjadi raja Israel menggantikan Saul, ia teringat keluarga Yonatan, sahabatnya, dan juga
perjanjian dengannya semasa ia masih hidup seperti dikatakan Yonatan kala itu, "Jika aku masih hidup,
bukankah engkau akan menunjukkan kepadaku kasih setia TUHAN? Tetapi jika aku sudah mati,
janganlah engkau memutuskan kasih setiamu terhadap keturunanku sampai selamanya." (1 Samuel
20:14-15a). Itulah sebabnya ketika orang mengabarkan bahwa Mefiboset, salah satu keluarga Saul, masih
hidup segera Daud mengundangnya ke istana. Setelah bertemu Daud "...sujudlah Mefiboset dan
berkata: 'Apakah hambamu ini, sehingga engkau menghiraukan anjing mati seperti aku?' " (ayat 8 dari 2
Samuel 9). Mefiboset merasa tidak layak datang kepada Daud, bahkan ia manyamakan dirinya seperti
anjing mati yang tidak berguna; ia sudah kehilangan jati dirinya karena sekian lama telah terbuang.
Apa yang dilakukan Daud terhadapnya seperti mimpi yang menjadi kenyataan, laksana hujan yang
menghapus kegersangan hati. Citra diri Mefiboset yang negatif berubah karena uluran tangan kasih
Daud. Perhatian Daud memberikan pengharapan baru, semangat hidupnya kembali timbul karena
merasa dihargai; Daud telah membuatnya merasa diterima dan memberinya rasa aman yang lama ia
rindukan. Daud berkata, "Aku hendak menunjukkan kepadanya kasih yang dari Allah." (ayat 3 dari 2
Samuel 9). Namun Daud menegaskan semuanya itu bukan karena kehebatan dan kebaikannya sendiri,
melainkan karena tuntunan Tuhan semata. Ia telah terlebih dahulu mengalami pertolongan dan kebaikan
Tuhan yang begitu melimpah supaya ia pun dapat menyalurkan kasih itu kepada Mefiboset.
Bila saat ini situasi kita sulit seperti Mefiboset, jangan pernah merasa hidup kita tidak berharga. Ingat,
ada satu Pribadi yang sangat memperhatikan dan mengasihi kita. Di tanganNya ada pemulihan, masa
depan, pengharapan pasti: Ia adalah Yesus!

PengorbananNya di kayu salib menjadi bukti Ia sangat mengasihi kita; Ialah yang sanggup
menyembuhkan luka-luka batin kita.

Posted by Air Hidup Blog at 6:15 AM No comments: Links to this post

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Labels: Daud, Kasih, Mefiboset, pulih, Samuel, Saul, Yonatan

Tuesday, August 4, 2009


Mefiboset: Yang Terluka
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 Agustus 2009 -

Baca: 2 Samuel 9:1-13

"Lalu sujudlah Mefiboset dan berkata: 'Apakah hambamu ini, sehingga engkau menghiraukan anjing
mati seperti aku?' " 2 Samuel 9:8

Siapakah Mefiboset? Dia adalah cucu raja Saul, putra Yonatan sahabat Daud. Masa kecil Mefiboset
dihabiskan di dalam lingkungan istana: kemewahan, kemegahan dan kemakuran sudah menjadi
pemandangan sehari-hari baginya. Secara materi Mefiboset tidak kekurangan suatu apa pun, bahkan
lebih dan berlimpah, sehingga bisa dikatakan bahwa ia seorang anak yang beruntung dan bermasa
depan cerah.
Namun suatu peristiwa telah membuyarkan semua masa depannya. Segala kemegahan dan kemuliaan
yang biasa dinikmatinya sebagai keluar istana dalam waktu sekejap lenyap. Mefiboset telah kehilangan
orang-orang yang dicintainya: ayahnya (Yonatan), kakeknya (raja Saul) dan saudara-saudaranya yang lain.
Mereka tewas di medan peperangan saat melawan orang Filistin. Ketika itu "Orang Filistin terus
mengejar Saul dan anak-anaknya dan menewaskan Yonatan, Abinadab dan Malkisua, anak-anak Saul.
Jadi Saul, ketiga anaknya dan pembawa senjatanya, dan seluruh tentaranya sama-sama mati pada hari
itu." (2 Samuel 31:2,6).
Saat berita kematian rombongan Saul itu sampai ke istana, kekecauan dan kepanikan melanda seluruh
orang di istana. Mefiboset yang pada waktu itu masih berumur lima tahun sampai-sampai terjaduh dari
gendongan inang pengasuhnya. Akibatnya ia mengalami cacat permanen, kedua kakinya menjadi
timpang. Ia tidak dapat lagi menikmati masa kecil dan remaja sebagaimana layaknya anak-anak normal
lainnya. Mefiboset tumbuh sebagai orang yang cacat dan terluka batinnya, apalagi ia harus keluar dari
istana dalam situasi pelarian. Tidak ada lagi figur seorang ayag yang bisa dibanggakan dan memberinya
perlindangan. Kegagahan dan kepahlawanan Yonatan (ayahnya) kini hanyalah kenangan indah belaka.
Begitu juga berita tentang kakeknya (raja Saul) yang tidak lebih dari seorang raja Israel yang gagal dan
tidak berkenan kepada Tuhan. Serang lengkap sudah penderitaan batin yang harus dialami Metaboset.
Perasaan malu dan tidak berharga terus menghantui pikirannya. Masa lalu yang kelam kini menghalangi
langkahnya untuk menatap hari esok. Sepertinya masa depan dan harapannya pun sudah sirna
(Berlanjut)

Posted by Air Hidup Blog at 6:36 AM No comments: Links to this post

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Labels: Daud, Filistin, Mefiboset, Samuel, Saul, Yonatan

Menikmati Kesetiaan Tuhan


- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Agustus 2009 -

Baca: 2 Timotius 2:8-13

"Jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diriNya"2 Timotius 2:13

Ayat di atas seringkali disalahartikan oleh banyak orang Kristen: "Enak ya menjadi orang Kristen. Kita bisa
hidup seenaknya: berbuat dosa apa pun, malas baca firman, jarang ibadah dan tidak usah repot-repot
terlibat dalam pelayan, toh jika kita tidak setia, Tuhan tetap setia." Ini namanya ngawur! Pernyataan
tidak setia ini menunjuk kepada keberadaan kita sebagai manusia yang begitu mudah terpengaruh dan
terguncang oleh situasi/keadaan, tidak stabil, mudah kecewa dan sebagainya sehingga kita cenderung
gampang berubah menjadi tidak setia kepada Tuhan. Berbeda dengan Tuhan yang adalah setia sebab
kesetiaannya adalah sifat Tuhan sendiri. Pemazmur berkata, i (Mazmur 89:9) sehingga "...segala sesuatu
dikerjakanNya dengan kesetiaan." (Mazmur 33:4b).
Bagaimana agar kita senantiasa menikmati dan merasakan kesetiaan Tuhan?
1. Fokus kepada Yesus. Kepada Timotius, rasul Paulus berpesan agar ia senantiasa mengingat-ingat Yesus
(ayat 8 dari 2 Timotius 2). Pribadi Yesus harus menjadi fokus kehidupan kita. Namun sering kita
membesar-besarkan maslah, mengingat-ingat kejelekan orang lain atau kekecewaaan terhadap
seseorang, bukannya mengingat-ingat Pribadi Yesus dengan segala kebesaran, kuasa, karya-karyaNya dan
juga pengorbananNya. Akibatnya bertemu dengan sedikit ujian/tantangan saja kita langsung lemah,
mengeluh, bersungut-sungut dan berubah tidak setia.
2. Mau menderita untuk Injil. Di sini bukan berarti orang Kristen hidupnya susah, serba kekurangan atau
tertekan. Yang dimaksud adalah penderitaan karena melakukan kebenaran (ayat 9 dari 2 Timotius 2):
menyalibkan daging dan harus tunduk kepada kehendak Tuhan. Ada harga yang harus kita bayar, tidak
lagi bisa seenaknya hidup. Bisakah? Tidak ada istilah tidak bisa. Hanya dua pilihan: taat atau tidak. Roh
Kudus pasti menolong dan memberi kekuatan bila kita senantiasa intim dengan Tuhan.

"Terhadap orang yang setia Engkau berlaku setia, terhadap orang yang tidak bercela Engkau berlaku
tidak tercela." Mazmur 18:26

Posted by Air Hidup Blog at 6:03 AM No comments: Links to this post

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Labels: kecewa, Paulus, setia, Timotius

Monday, August 3, 2009


Ketaatan Yesus
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 Agustus 2009 -

Baca: Yohanes 5:24-40

"sebab Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku." Yohanes
5:30

Sebagaimana dibahas dalam renungan beberapa waktu yang lalu, ketaatan kepada Kritus adalah satu-
satunya jalan bagi murid-muridNya untuk belajar lebih banyak tentang kebenaran. Yesus tidak
menghendaki muridNya mengikuti apa yang mereka anggap tidak benar, karena tidak seorang pun mau
mengikut Kristus bila mereka sendiri tidak yakin akan kebenaranNya. Yesus berkata, "Ajaran-Ku tidak
berasal dari diri-Ku sendiri, tetapi dari Dia yang telah mengutus Aku. Barangsiapa mau melakukan
kehendak-Nya, ia akan tahu entah ajaran-Ku ini berasal dari Allah, entah Aku berkata-kata dari diri-Ku
sendiri. Barangsiapa berkata-kata dari dirinya sendiri, ia mencari hormat bagi dirinya sendiri, tetapi
barangsiapa mencari hormat bagi Dia yang mengutusnya, ia benar dan tidak ada ketidakbenaran
padanya." (Yohanes 7:16-18).
Untuk membuktikan bahwa seseorang mengasihi Tuhan adalah melalui ketaatannya. Ajaran inilah yang
ditekankan Yesus kepada murid-muridNya pada malam menjelang kematianNya saat mereka berkumpul
bersamaNya. Yesus berkata, "Jikalau kami mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintahKu."
(Yohanes 14:15). Perihal ketaatan ini Yesus tidak hanya bicara tetapi telah meninggalkan satu teladan
hidup. Ketaatan yang mutlak kepada kehendak Bapa adalah prinsip yang menguasai seluruh kehidupan
Yesus. Dalam sifat kemanusiaanNya Yesus tidak pernah menentang kehendak Bapa sehingga hidupNya
dipakai Bapa sepenuhnya untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan Bapa. Salib merupakan puncak
kemenangan dari ketaatan Yesus melakukan kehendak Bapa; ketaatan total tanpa kompromi, bahkan
sampai pada kematianNya.
Sebagaimana Yesus dengan segenap hidupNya melakukan kehendak Bapa, demikian pula seharusnya
kita hidup taat kepadaNya. Inilah syarat yang tidak bisa ditawar sedikit pun untuk menjadi muridNya,
sekalipun ini berarti kita harus meninggalkan segala sesuatu yang kita cintai, karena tanpa ketaatan
hidup kita tidak dikenan Tuhan.

"MakananKu ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaanNya."
Yohanes 4:34

Posted by Air Hidup Blog at 6:10 AM No comments: Links to this post

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Labels: Kasih, prinsip, taat, teladan, Yohanes

Sunday, August 2, 2009


Jemaat Yang Berkemenangan
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 Agustus 2009 -

Baca: Yoel 3:9-21

"Maklumkanlah hal ini di antara bangsa-bangsa: bersiaplah untuk peperangan, gerakkanlah para
pahlawan; suruhlah semua prajurit tampil dan maju!" Yoel 3:9

Waktu kini terus bergulir sangat cepat. Ketahuilah saat ini kita sedang berada dalam hitungan mundur
menuju akhir zaman. Layaknya seorang pelari di lintasan lomba, kita ini sudah berada di putaran terakhir
perlombaan, tinggal selangkah lagi mencapai garis finis, akhir dari akhir zaman ini. Inilah saatnya untuk
menanggalkan segala sesuatu yang akan merintangi kecepatan lari kita dan meneruskan perlobaan
"...yang diwajibkan bagi kita." (baca Ibrani 12:1) dan "...dan berlari-lari kepada tujuan untuk
memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus." (Filipi 3:14).
Apa yang selama ini merintangi sehingga kita tidak melakukan apa yang menjadi kehendak Tuhan? Apa
yang merintangi sehingga kita tidak mampu menjangkau orang-orang yang Tuhan perintahkan untuk kita
jangkau? Seringkali karena beban, penderitaan, berbagai alasan, kita menunda-nunda dan
menangguhkan panggilan Tuhan dalam hidup kita, padahal Tuhan telah memberikan kepada kita waktu
atau kesempatan dan juga kemampuan. Bukan saatnya berhenti dari perlombaan, atau selalu menuding
orang lain serta mencari-cari kesalahannya guna menghindari panggilan Tuhan. Di akhir zaman ini Tuhan
menghendaki gerejaNya dipenuhi orang-orang yang berkemenangan dan bermental pahlawan, bukan
orang-orang yan kalah, lemah dan mudah tergoncang karena keadaan dunia ini. Sebuah jemaat yang
melayani dengan penuh belas kasih dan rela memberikan hidupnya bagi semua bangsa, suku, bahasa
dan kaum (Wahyu 14:6), memiliki belas kasih Kristus untuk menarik orang-orang yang masih berada di
dalam kegelapan dan membawa mereka masuk ke dalam Kerajaan Terang.
Mari terus belajar dan memperbaharui pikiran kita dengan mengkonsumsi makanan keras dari firman
Tuhan sehingga kita mencapai kedewasaan rohani, siap menjadi penghajar, bukan menjadi bayi atau
kanak-kanak terus; suatu jemaat yang memiliki 'hati Timotius':" taat, tekun, dan berkomitmen kepada
Tuhan Yesus, suatu jemaat yang dipimpin oleh Rok Kudus, bukan oleh kebiasaan dan traidi manusia.

Kedatangan Tuhan sudah di ambang pintu! Apakah kita mau menjadi orang-orang yang tertinggal?

Posted by Air Hidup Blog at 1:50 AM No comments: Links to this post

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Labels: akhir zaman, Filipi, Ibrani, Timotius, Yoel

Saturday, August 1, 2009


Pikiran Yang Selalu Diperbaharui
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 Agustus 2009 -

Baca: Yakobus 1:12-15

"Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya." Yakobus
1:14

Ada pepatah berkata, "Kualitas seseorang ditentukan oleh apa yang dipikirkan orang tersebut." Pikiran
akan menentukan sikap dan perbuatan seseorang; sikap dan perbuatan akan menentukan karakter orang
itu; karakter akan menentukan masa depannya. Maka perhatikan dengan sungguh-sungguh apa yang ada
di pikiran kira sebagaimana disampaikan Paulus kepada jemaat di Efesus, di mana sebagai orang percaya
mereka diingatkan untuk tidak lagi hidup sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah, "Sebab
itu kukatakan dan kutegaskan ini kepadamu di dalam Tuhan: Jangan hidup lagi sama seperti orang-
orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang sia-sia" (Efesus 4:17).
Dalam Kristus kita adalah ciptaan baru, "...yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah
datang." (2 Korintus 5:17). Tetapi seringkali gambar 'manusia lama' masih ada dalam pikiran kira. Pikiran
lama haruslah terus-menerus dihapus dan digantikan dengan pikiran-pikiran baru supaya kita tidak jatuh
bangun dalam dosa, sebab semua dosa percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat, keserakahan
dimulai dari mati (baca Matius 15:19). Tidak ada orang yang mendadak jatuh dalam dosa tanpa suatu
proses. Dosa masuk dalam diri kita dengan proses yang seringkali tidak kita sadari. Kira sering
menyalahkan Tuhan dan menganggap Dia sebagai penyebabnya.
Siapakan penyebabnya? Iblis adalah pemicu yang penggoda kita, sedangkan penyebab dari dosa adalah
keinginan-keinginan kita sendiri. Iblis menggunakan ribuan cara untuk menggoda kita melalui situasi
sekitar, orang dan materi untuk merobohkan pertahanan kita. Pada saat godaan itu datang kita sedang
dihadapkan pada dua pilihan: merenungkan hal-hal yang ditawarkan oleh Iblis, atau tunduk kepada suara
Roh Kudus. Bila kita terus-menerus merenungkan tawaran Iblis, maka keinginan kita itu menjadi begitu
kuat sehingga ia memika dan menyeret kita untuk jatuh ke dalam dosa. Akhirnya keinginan-keinginan
tersebut pasti menghasilkan buah dosa, dan dosa yang matang akan mengakibatkan kematian.

Maka "Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi."Kolose 3:2

Posted by Air Hidup Blog at 1:36 AM No comments: Links to this post

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Labels: efesus, Iblis, Kolose, Korintus, Paulus, Yakobus

Friday, July 31, 2009


Doa Berkuasa Melepaskan
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 31 Juli 2009 -

Baca: Kisah Para Rasul 12:1-19

"Pada keesokan harinya gemparlah prajurit-prajurit itu. Mereka bertanya-tanya apakah yang telah
terjadi dengan Petrus." Kisah 12:18

Raja Herodes sangat dikenal sebagai raja yang lalim. Dengan kekuasaan yang dimiliki ia bertindak
semena-mena terhadap rakyatnya, bahkan melakukan penganiayaan dan pembunuhan secara kejam
terhadap orang-orang percaya. Tercatalah demikian "Ia menyuruh membunuh Yakobus, saudara
Yohanes, dengan pedang." (ayat 2).
Petrus tidak luput dari penahanan dan dipenjarakan. Sudah bisa dipastikan nasibnya juga tidak akan jauh
berbeda dari Yakobus. Saat berada di penjara, Petrus "...di bawah penjagaan empat regu, masing-
masing terdiri dari empat prajurit." (ayat 4a) Habislah sudah harapan Petrus untuk melihat 'dunia luar'
sebab ia dijaga ketat oleh prajurit-prajurit Herodes, lagi pula kaki tangannya dibelenggu dengan rantai
yang sangat kuat. Petrus tahu bahwa hidupnya tidak akan lama lagi. Ia hanya bisa pasrah sepenuhnya
kepada kehendak Tuhan. Dalam kondisi letih dan tak berdaya, Petrus tertidur pulas di antara para
prajurit yang menjaganya. Tapi "Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan dekat Petrus dan cahaya
bersinar dalam ruang itu. Malaikat itu menepuk Petrus untuk membangunkannya, katanya: "Bangunlah
segera!" Maka gugurlah rantai itu dari tangan Petrus." (ayat 7). Dengan caraNya yang ajaib Tuhan
sanggup melepaskan Petrus dari penjara. "Pintu itu terbuka dengan sendirinya bagi mereka (Petrus dan
malaikat). Sesudah tiba di luar, mereka berjalan sampai ke ujung jalan, dan tiba-tiba malaikat itu
meninggalkan dia." (ayat 10b). Bagaimana Petrus dapat terlepas dari penjara? Oleh karena kekuatan
doa! "Tetapi jemaat dengan tekun mendoakannya kepada Allah." (ayat 5b). Bukan sembarang doa, tetapi
doa yang dilakukan dengan tekun. Karena doa tekun itu tergeraklah sorga dan kuasa Tuhan bekerja
sehingga Ia menurunkan malaikatNya untuk melepaskan semua rantai yang membelenggu Petrus hingga
ia luput dari kematian.
Mungkin saat ini kita sedang terbelenggu oleh permasalahan hidup yang ada dan sepertinya kita sudah
tidak punya harapan lagi, semua pintu serasa sudah tertutup. Jangan menyerah dan putus asa, datanglah
kepada Tuhan dan berseru-serulah kepadaNya dengan sungguh!

Kalau Tuhan turun tangan, tidak ada perkara yang sukar bagi Dia!

Posted by Air Hidup Blog at 1:30 AM No comments: Links to this post

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Labels: Doa, harapan, Herodes, kisah para rasul, menyerah, mustahil, Petrus, putus asa, sukar, Yakobus

Thursday, July 30, 2009


Masalah Hati
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 Juli 2009 -

Baca: Amsal 27:1-20

"Seperti air mencerminkan wajah, demikianlah hati manusia mencerminkan manusia itu." Amsal 27:19

Adalah tidak mudah ketika seseorang ingin mengevaluasi diri sendiri karena menyangkut kejujuran, yang
merupakan unsur utama dalam melakukan evaluasi. Kendala terbesar yang menjadi penghalang ketika
seseorang melakukan evaluasi diri adalah adanya keakuan yang besar, kesombongan diri, kemunafikan
atau keengganan untuk berubah. Tidak banyak orang yang mau mengevaluasi diri tentang kondisi
hatinya, karena hal ini membutuhkan kerendahan hatinya. Seringkali kita berpura-pura dan berusaha
menutup-nutupi hati kita dengan berbagai upaya agar orang ain tidak tahu yang sebenarnya. Ingat!
"Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mati, tapi Tuhan
melihat hati." (1 Samuel 16:7b). Mari kita belajar dari hidup Daud yang tidak pernah berhenti memohon
kepada Tuhan agar Ia senantiasa menyelidiki hatinya. Seru Daud, "Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah
hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku;" (Mazmur 139:23).
Hati dapat menimbulkan berbagai masalah dalam kehidupan karena segala tindakan kita berasal dari
pikiran, termasuk di dalamnya perbuatan dosa. Apakah kita telah menggunakan pikiran kita secara
efektif dan benar? Apakah kita sedang memikirkan kejelekan orang lain? Ataukah kita sedang merancang
kejahatan di dalam hati kita? Sudahkah kita melakukan nasihat Paulus: "Pikirkanlah perkara yang di atas,
bukan yang di bumi." (Kolose 3:2)? Hati kita ibarat sehelai kanvas yang akan terbentuk coraknya sesuai
cat yang disapukan ke atasnya. Impian dan keinginan hati manusia ibarat catnya dan apabila kita
menyapukan kuas iman dan mulai mengecat di atas kanvas hati kita, terwujudlah apa yang Tuhan
nyatakan bagi kita melalui iman dan tindakan kita.
Apa yang seharusnya ada dalam pikiran kita? Baca Filipi 4:8. Bila hati kita masih dipenuhi dengan segala
jenis kejahatan (baca Matius 15:19), ketakutan, kekuatiran dan juga kedegilan, datanglah segera kepada
Tuhan, akuilah dengan jujur dan mohonlah agar Tuhan menyelidiki hati kita, maka Dia pasti sanggup
memulihkan!
"Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan." Amsal 4:23

Posted by Air Hidup Blog at 1:29 AM No comments: Links to this post

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Labels: Amsal, Daud, evaluasi, Filipi, hati, iman, Matius, Mazmur, Samuel

Wednesday, July 29, 2009


Tuhan Itu Penolong Dan Perisai Kita
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 Juli 2009 -

Baca: Mazmur 33:16-22

"Seorang raja tidak akan selamat oleh besarnya kuasa; seorang pahlawan tidak akan tertolong oleh
besarnya kekuatan." Mazmur 33:16

Menjadi seorang pemimpin berarti memiliki kekuasaan. Seorang presiden memegang kekuasaan atas
negara yang dipimpinnya; seorang raja berkuasa penuh atas rakyat dan kerajaannya. Namun harus kita
akui bahwa besarnya kuasa seseorang tidak bisa menjamin bahwa ia akan aman seratus persen. Oleh
sebab itu berbagai upaya dilakukan untuk menjaga dan melindungi seorang pemimpin, contoh: ada
pasukan pengawal yang bersenjata lengkap atau bodyguard yang selalu menyertai ke mana pun ia pergi,
dengan tujuan agar pemimpin itu tetap terlindungi dari bahaya yang sewaktu-waktu mengancam.
Meskipun demikian, masih banyak terjadi seorang presiden, raja, bos perusahaan atau juga seorang
panglima perang yang tewas terbunuh oleh musuh.
Ini juga suatu peringatan bagi orang-orang kaya yang dalam hidupnya selalu bergantung dan
mengandalkan uang atau kekayaannya: rumah mewah dilengkapi dengan sistem penjagaan yang ketat,
pagar tinggi, satpam dan juga anjing yang berkeliaran menjaga rumahnya. Tetapi jika maut akan
merengut nyawanya, tak kurang jalan. Dapat disimpulkan bahwa kekuatan, kekayaan, kekuasaan dan
keperkasaan seseorang tidak dapat menjamin keselamatan jiwanya, seperti dikatakan "Kuda adalah
harapan sia-sia untuk mencapai kemenangan, yang sekalipun besar ketangkasannya tidak dapat
memberi keluputan." (ayat 17). Tenaga sekuat apa pun dan senjata secanggih apa pun yang kita miliki,
jika kita tidak mempunyai hati yang takut akan Tuhan, semuanya sia-sia.
Jadi, takut akan Tuhan adalah syarat mutlak untuk memperoleh keselamatan, terutama keselamatan jiwa
dan kehidupan kekal, karena "Sesungguhnya, mata TUHAN tertuju kepada mereka yang takut akan Dia,
kepada mereka yang berharap akan kasih setia-Nya, untuk melepaskan jiwa mereka dari pada maut dan
memelihara hidup mereka pada masa kelaparan." (ayat 18-19). Tuhanlah yang senantiasa menjadi
penolong dan perisai bagi orang-orang yang takut kepadaNya; Dia selalu punya cara yang ajaib dan tak
masuk akal, itulah yang disediakanNya (baca 1 Korintus 2:9).
"Apabila orang-orang benar itu berseru-seru, maka TUHAN mendengar, dan melepaskan mereka dari
segala kesesakannya." Mazmur 34:18

Posted by Air Hidup Blog at 1:09 AM No comments: Links to this post

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Labels: Korintus, Mazmur, pemimpin, penolong, perisai, presiden, raja, takut

Tuesday, July 28, 2009


Arti Sahabat (2)
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Juli 2009 -

Baca: Amsal 18:1-24

"Ada teman yang mendatangkan kecelakaan, tetapi ada juga sahabat yang lebih karib dari pada
seorang saudara." Amsal 18:24

Di zaman sekarang ini tidak mudah menemukan seorang sahabat yang "...menaruh kasih setiap waktu,
dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran." (Amsal 17:17). Sahabat yang menjadi saudara adalah
orang yang mau berkorban untuk sahabatnya, bukan mengorbankan sahabatnya. Sahabat yang mau
berkorban itu tidak mencari keuntungan sendiri (dalam istilah Jawa disebut 'tambal butuh'). Ketika
sahabatnya terjebak dalam kesukaran hebat, ia mau menerobos kesukaran itu guna menolong
sahabatnya.
Salomo dalam amsalnya berkata, "...ada juga sahabat yang lebih karib dari pada seorang saudara." Kata
saudara berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti satu perut. Jadi, saudara itu pada hakikatnya adalah
yang lahir dari perut atau kandungan yang sama, sehingga jalinan kekeluargaan tercermin dalam makna
persaudaraan karena kelahiran. Dan sungguh tak bisa kita bayangkan betapa eratnya hubungan seorang
persahabatan yang lebih karib dari pada seorang saudara itu.
Tuhan Yesus telah memberikan teladan bahwa diriNya adalah figur seorang sahabat yang sejati. "Tidak
ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-
sahabatnya." (Yohanes 15:13) dan ini telah dibuktikan melalui kematianNya di atas kayu salib.
Persahabatan yang didasari oleh kasih Kristus itu akan melebihi tali persaudaraan atau kekerabatan,
karena hubungan yang dibangun bukan atas kepentingan untung-rugi, melainkan karena mengasihi
sebagai diri sendiri. Namun ada juga persahabatan yang terjalin hanya karena keuntungan dan
kepentingan diri sendiri. Persahabatan yang demikian tidak akan langgeng, akan putus apabila tidak
menguntungkan. Seorang sahabat jenis ini akan begitu ramah dan baik kepada kita saat ia memerlukan
sesuatu dari kita. Sebaliknya, bila kita tidak lagi mampu mendatangkan sesuatu yang menguntungkan
bagi dirinya, ia akan secepat kilat meninggalkan kita seperti tertulis: "Kekayaan menambah banyak
sahabat, tetapi orang miskin ditinggalkan sahabatnya." (Amsal 19:4). Hal ini juga dialami oleh Ayub,
sahabat-sahabatnya beranjak menjauh dan mencemoohnya saat dia sedang terpuruk.
Jadikan Tuhan Yesus sebagai teladan dalam membangun sebuah persahabatan!

Posted by Air Hidup Blog at 1:32 AM No comments: Links to this post

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Labels: Amsal, Ayub, Sahabat, saudara, Yohanes

Monday, July 27, 2009


Arti Sahabat (1)
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Juli 2009 -

Baca: 2 Tawarikh 19:1-3

"Sewajarnyakah engkau menolong orang fasik dan bersahabat dengan mereka yang membenci TUHAN?
Karena hal itu TUHAN murka terhadap engkau." 2 Tawarikh 19:2

Sebagai makhluk sosial kita membutuhkan orang lain karena kita tidak dapat hidup tanpa membangun
suatu hubungan atau kerjasama dengan orang lain. Hubungan baik dibina karena adanya kepentingan
bersama; yang seseorang memerlukan orang lain, dan berdasarkan itu terjalinlah sebuah persahabatan.
Sulit bagi seorang individu hidup seorang diri tanpa berhubungan dengan orang lain. Dan apa pun
istilahnya, sebuah persahabatan selalu berkaitan dengan kepentingan. Namun, sebagai seorang Kristen,
kita harus menempatkan Kristus sebagai telada dan dasar utama dalam membangun hubungan dalam
suatu persahabatan.
Pentingkah arti sahabat? Persahabatan yang bagaimana agar kedamaian, ketenangan, kebahagiaan dan
keteduhan batin bermukim di dalam hati kita? Kita memerlukan seorang sahabat yang dengan jujur
menegur dan membangun iman kita. Dari ayat firman Tuhan yang kita baca jelas menunjukkan
bagaimana Yehu menegur raja Yosafat karena dia telah menjalin hubungan dengan orang-orang fasik,
yaitu orang-orang yang tidak mengindahkan perintah Tuhan, suka melakukan kejahatan dan berhati
busuk. Oleh sebab itu Yehu memperingatkan Yosafat agar segera mengakhiri hubungan yang terlarang
itu, karena bila dibiarkan berlarut-larut akan berakibat fatal bagi dirinya dan kerajaannya. Alkitab
menyatakan "Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang
bebal menjadi malang." (Amsal 13:20), karena "Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang
baik." (1 Korintus 15:33).
Seorang sahabat yang baik akan menegur dengan jujur ketika ia mengetahui kesalahan yang dilakukan
sahabatnya. Ia tidak peduli bagaimana reaksi sahabatnya itu, yang penting ia tidak mau melihat
sahabatnya terjerumus ke dalam pergaulan yang tidak benar di pemandangan Tuhan. Seorang sahabat
sejati bila melihat sahabatnya dalam kesusahan tidka menghindar atau menjauh, tetapi segera
memberikan pertolongan; bila tidak mampu menolong secara materi, ia memberikan jalan keluar
dengan nasihatnya yang bijak. Ia bisa menjadi saudara ketika sahabatnya berada dalam kesukaran,
bukannya malah memutuskan persahabatan itu (Bersambung)

Posted by Air Hidup Blog at 1:55 AM No comments: Links to this post

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Labels: Amsal, fasik, Korintus, Sahabat, sosial, Tawarikh, Yehu, Yosafat

Sunday, July 26, 2009


Menghitung Hari Dengan Bijak
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Juli 2009 -

Baca: Mazmur 90:1-17

"Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana."
Mazmur 90:12

Setiap hari adalah hari baru dan satu hari hanya dapat kita jalani satu kali saja. Kemudian hari tersebut
berganti dengan hari berikutnya yng sama lamanya namun berbeda keadaannya. Hari yang telah kita
lalui itu sudah menjadi masa lalu dan tinggal kenangan; hari ini merupakan kesempatan, sedangkan hari-
hari yang akan datang menjadi suatu pengharapan bagi kita. Karena begitu berharganya waktu, Daud
berdoa kepada Tuhan agar ia diberi hati yang bijaksana sehingga dapat memperhatikan hari demi hari
dengan sungguh-sungguh, supaya tidak ada satu hari pun yang terlewatkan dengan percuma.
Begitu juga kita yang telah dikaruniai Tuhan dengan banyak talenta, pastilah kita tidak akan merelakan
waktu berlalu begitu saja sebab kita tidak tahu apakah esok kita masih punya kesempatan menyambut
matahari menyingsing. Dan bagi orang Kristen, waktu adalah untuk berjaga-jaga, sebab waktu Tuhan itu
adalah ketika Ia datang laksana seorang pencuri (baca Wahyu 3:3). Biasanya pencuri mengintai
kelengahan seseorang, mungkin saat ia sedang tertidur pulas atau bepergian. Perihal berjaga-jaga ini
juga disampaikan rasul Paulus kepada jemaat di Efesus, "Karena itu, perhatikanlah dengan saksama,
bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah
waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah
supaya kamu mengerti kehendak Tuhan." (Efesus 5:15-17).
Jadi, kita harus selalu waspada dan tidak lengah sedetik pun! Kita harus bertanggung jawab menjalani
hidup sepanjang waktu yang diberikan Tuhan, sebab waktu yang kita jalani ini sedang bergerak menuju
kekekalan, dan hidup yang kita jalani sekarang ini memiliki dampak ke kekekalan. Pertanyaannya: apakah
hari-hari yang kita jalani sekarang ini sejalan dengan kehendak Tuhan? Karena apa pun yang kita lakukan
sekarang sangat menentukan status kita di hadapan Tuhan kelak. Maka dari itu "...waktu yang sisa
jangan kamu pergunakan menurut keinginan manusia, tetapi menurut kehendak Allah" (1 Petrus 4:2).

Saat ini adalah waktu yang tepat hidup kudus dan melakukan kehendak Tuhan!
Posted by Air Hidup Blog at 1:19 AM No comments: Links to this post

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Labels: Daud, efesus, lengah, Mazmur, Paulus, Petrus, talenta, Wahyu, waktu, waspada

Saturday, July 25, 2009


Hidup Kita Dibatasi Waktu
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Juli 2009 -

Baca: Pengkhotbah 3:1-15

"Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya." Pengkhotbah 3:1

Sehebat atau sepintar apa pun manusia tidak dapat melawan atau menahan lajunya waktu. Apa pun
yang terjadi, waktu akan terus berjalan tanpa mempedulikan sikap kita terhadapnya. Semua yang ada di
dunia ini dan lamanya kita berada di dunia ini juga dibatasi oleh waktu. Jadi, "Untuk segala sesuatu ada
masanya,". Dan selama kita masih hidup di dunia ini kita akan terus berpacu dengan waktu.
Semakin seseorang sadar pentingnya waktu akan semakin cermat pula ia merencanakan hidupnya.
Dengan kata lain, kesadaran seseorang terhadap waktu akan mempengaruhi tingkat produktivitasnya
dan kesungguhannya dalam memanfaatkan waktu. Itulah sebabnya ada nasihat mengatakan: bekerjalah
begitu rupa seolah-olah engkau akan hidup seribu tahu lagi dan beribadahlah dengan sungguh-sungguh
seolah-olah engkau akan meninggal esok hari. Artinya waktu sangat berharga, jangan menyia-
nyiakannya, tetapi gunakanlah sebaik mungkin dengan seimbang yaitu bekerja dan beribadah.
Begitu jatah waktu yang diberikan Tuhan kepada kita habis, usai sudah waktu kita bekerja dan berjerih
lelah di dunia ini. Bukan berarti semuanya tamat, justu itulah babak baru dimulai, di mana tiap-tiap
pekerjaan yang kita lakukan di dunia akan diuji Tuhan dengan api. Alkitab menulis, "Entahkah orang
membangun di atas dasar ini dengan emas, perak, batu permata, kayu, rumput kering atau jerami,
sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak. Karena hari Tuhan akan menyatakannya,
sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api
itu. ika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah. Jika pekerjaannya
terbakar, ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api."
(1 Korintus 3:12-15). Artinya jika selama di dunia kita mengisi waktu dengan perkara sia-sia, ibarat
membangun rumah dari rumput kering atau jerami, maka dalam sekejap semuanya akan habis terbakar.
Sebelum segala sesuatunya terlmbat, segeralah membuat pilihan hidup yang benar.

Ingat! 'Waktu' terus berputan dan kita tidak dapat menghentikannya, apalagi memutarnya kembali.
Itulah keterbatasan kita!

Posted by Air Hidup Blog at 1:08 AM No comments: Links to this post

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest


Labels: Korintus, pengkhotbah, waktu

Friday, July 24, 2009


Doa Orang Benar Menghasilkan Mujizat
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Juli 2009 -

Baca: Yakobus 5:17-18

"Lalu ia berdoa pula dan langit menurunkan hujan dan bumipun mengeluarkan buahnya." Yakobus 5:18

Alkitab jelas menyatakan bahwa "Elia adalah manusia biasa sama seperti kita," (ayat 17), namun
mengapa doanya sangat manjur dan begitu mudahnya dijawab Tuhan? Ketika ia berdoa supaya hujan
tidak turun sebagaimana dikatakannya kepada Ahab: "Demi Tuhan yang hidup, Allah Israel, yang
kulayani, sesungguhnya tidak akan ada embun atau hujan pada tahun-tahun ini, kecuali kalau
kukatakan." (1 Raja-Raja 17:1), maka hujan pun tidak turun di bumi selama tiga setengah tahun (3 tahun
6 bulan).
Demikian pula saat Elia berkata kepada Ahab bahwa akan turun hujan dengan berkata, "Pergilah,
makanlah dan minumlah, sebab bunyi derau hujan sudah kedengaran." (1 Raja-Raja 18:41). Meskipun
dia sendiri belum melihat tanda-tanda akan turun hujan, Elia tetap yakin bahwa hal itu akan terjadi. Oleh
karena itu Elia berdoa dengan sungguh dan keyakinannya pada Tuhan semakin kuat, "...lalu ia
membungkuk ke tanah, dengan mukanya di antara kedua lututnya." (1 Raja-Raja 18:42). Elia tidak
pernah menyerah pada keadaan dan terus berdoa, dan setelah tujuh kali berdoa barulah tampak ada
tanda kecil yaitu "...awal kecil sebesar telapan tangan timbul dari laut." (1 Raja-Raja 18:44). Melihat
awan sekecil itu hati Elia semakin bertumbuh dalam iman dan pengharapan. Secara logika tak mungkin
awan sekecil telapak tangan dapat menurunkan hujan. Memang bagi manusia itu mustahil, namun tidak
ada perkara yang sukar bagi Tuhan. "Maka dalam sekejap mata langit menjadi kelam oleh awan badai,
lalu turunlah hujan yang lebat." (1 Raja-Raja 18:45a).
Bila saat ini kita sedang menghadapi pergumulan hidup yang berat seolah-olah tidak sanggup
menanggungnya, putus asa dan menganggap doa sudah tidak ada gunanya, ingat, Elia adalah manusia
biasa seperti kita, tetapi doanya selalu dudengar Tuhan karena dia berdoa dengan penuh iman, tidak
ragu dan tidak menyerah sampai ia beroleh jawaban. Apalagi Elia hidup dalam ketaatan. Bagaimana
hidup kita? Sudah benarkah kita dihadapan Tuhan? Sebab dosa adalah penghalang utama memperoleh
jawaban Tuhan.

"Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya." Yakobus 5:16b

Posted by Air Hidup Blog at 1:32 AM No comments: Links to this post

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Labels: Doa, dosa, Elia, jawaban, pergumulan, Yakobus


Thursday, July 23, 2009
Jangan Pernah Ragu
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 Juli 2009 -

Baca: Yosua 1:1-18

"Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan
tawar hati, sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, ke manapun engkau pergi." Yosua 1:9

Saat permasalahan, sakit-penyakit, krisis keuangan dan sebagainya datang menghantui hidup kita, rasa
takut dan kuatir seringkali timbul mencemari pikiran kita sehingga iman kita menjadi lemah. Kita mulai
berpikir masalah yang kita alami terlalu berat dan tidak ada harapan lagi, padahal Tuhan berjanji bahwa
"...masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang." (Amsal 23:18). Setiap manusia selalu
berharap hidupnya baik-baik saja, mulus tanpa hambatan atau rintangan sedikit pun, padahal untuk
mendapatkan janji Tuhan perlu proses, seperti dialami Yosua saat membawa bangsa Israel keluar Mesir
menggantikan Musa. Itu tidak mudah, tantangan sangat berat karena bangsa Israel adalah bangsa yang
tegar tengkuk.
Itulah sebabnya Tuhan berpesan kepada Yosua: kuatkan dan teguhkanlah hatimu! Pesan ini disampaikai
sampai 4 kali, artinya untuk bisa meraih janji Tuhan kita perlu memperhatikan pesan atau perintahNya
karena suatu saat nanti kita akan menghadapi musuh. Musuh berbicara tentang sakit-penyakit, kritis
keuangan atau masalah lain, tapi Tuhan berjanji, "Aku tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan
meninggalkan engkau." (auyat 5c dari Yosua 1). Ia akan selalu menyertai dan menolong kita saat kita
membutuhkan, seperti pengakuan Daud, "Pertolonganku ialah dari Tuhan, yang menjadikan langit dan
bumi." (Mazmur 121:2). Mengapa janji Tuhan belum terealisasi dalam hidup kita? Masalahnya adalah
kita mulai lemah dan tidak sabar menanti janjiNya digenapi, padahal Tuhan punya waktu tersendiri
untuk menggenapi janjiNya.
Dia tidak pernah terlambat untuk menolong kita, tapi kita sendirilah yang selalu membuat pertolongan
itu tertunda oleh karena sungutan dan keluh kesah kita, sama halnya bangsa Israel yang tidak pernah
berhenti mengeluh dan mengomel, padahal merka senantiasa mengalami pertolonganNya yang ajaib. Itu
belum cukup bagi mereka untuk bisa mengucap syukur, yang ada malah selalu menyalahkan Tuhan.

Kunci utama hidup berkemenangan adalah selalu perkatakan firmanNya, renungkan siang dan malam
agar iman kita tetap kuat dan berhenti mengeluh!

Posted by Air Hidup Blog at 1:37 AM No comments: Links to this post

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Labels: Amsal, Israel, kuatir, Mazmur, mengeluh, musa, syukur, takut, Yosua

Wednesday, July 22, 2009


Perihal Puasa
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 Juli 2009 -

Baca: Yesaya 58:1-12

"Mengapa kami berpuasa dan Engkau tidak memperhatikannya juga? Mengapa kami merendahkan diri
dan Engkau tidak mengindahkannya juga?" Yesaya 58:3a

Banyak orang berpuasa karena suatu tujuan tertentu. Namun ada yang berpuasa hanya karena terpaksa
atau karena kewajiban yang harus dijalankan. Tapi pada intinya orang berpuasa selalu mempunyai tujuan
agar mendapatkan sesuatu yang dia doakan karena merasa tidak cukup bila berdoa saja; mungkin juga
karena terlalu beratnya pergumulan yang dihadapi sehingga perlu disertai puasa. Puasa adalah sesuatu
yang kita lakukan sebagai bentuk merendahkan diri di hadapan Tuhan, memohon pertolonganNya. Puasa
bukan sekedar menahan lapar dan dahaga saja tapi juga nafsu kedagingan kita.
Seringkali kita tidak mengerti arti berpuasa yang sebenarnya, sehingga tidak jarang puasa yang kita
lakukan itu menjadi sia-sia. Kita menjalankan puasa agar beroleh pujian dari orang lain, supaya kelihatan
kita ini rohani. Dalam Matius 6:16 dikatakan, "Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu
seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang
berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya." Hal lain yang
membuat puasa kita menjadi percuma adalah apabila dalam hidup kita belum ada pemberesan dengan
Tuhan, yaitu kita masih menyembunyikan dosa. Inilah yang menjadi penghalan hubungan kita dengan
Tuhan sehingga puasa kita 'tidak sampai' kepadaNya. Ada tertulis "...yang merupakan pemisah antara
kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap
kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu." (Yesaya 59:2).
Selain itu, selama berpuasa hati kita masih dipenuhi kekuatiran, sehingga kita sendiri tidak yakin akan
pertolongan Tuhan setelah puasa yang kita lakukan sekian lama seolah-olah tidak memberi hasil yang
diharapkan. Akhirnya kita mereka-reka jalan sendiri dan mencari jalan pintas! Kita sendiri yang
membatasi kuasaNya bekerja hingga puasa kita pun percuma, padahal "Seperti tingginya langit dari
bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu." (Yesaya 55:9).

Tanpa pertobatan dan penyerahan penuh kepada Tuhan, puasa kita tidak akan membawa hasil!

Posted by Air Hidup Blog at 6:19 AM No comments: Links to this post

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Labels: dosa, Matius, pergumulan, puasa, yesaya

Tuesday, July 21, 2009


Berseru-Seru Tak Kenal Lelah
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Juli 2009 -

Baca: Mazmur 13:1-6

"Berapa lama lagi, TUHAN, Kaulupakan aku terus-menerus? Berapa lama lagi Kausembunyikan wajah-
Mu terhadap aku?" Mazmur 13:2

Keputusasaan sempat dialami Daud, terlihat dari tulisannya dalam Mazmur 13. Ia serasa kehilangan
semangat dan menyerah pada keadaan. Saat dalam kesulitan besar, Tuhan seolah-oleh membiarkan,
berdiam seorang diri dan tidak bersedia memberikan pertolongan. Sepertinya doa yang diserukan siang
malam sia-sia karena tidak ada jawaban.
Bukankah kita juga pernah mengalami hal seperti yang dirasakan pemamzmur ini? Kita sudah tidak
punya daya lagi untuk berdoa, sementara pergumulan yang kita alami begitu berat. Kita meratap dan
mengerang menahan sakit, tapi pertolongan Tuhan tidak kunjung tiba. Lalu kita berkata, "Berapa lama
lagi aku harus menaruh kekuatiran dalam diriku, dan bersedih hati sepanjang hari? Berapa lama lagi
musuhku meninggikan diri atasku?" (ayat 3). Jangan pernah berhenti untuk berdoa dan berharap kepada
Tuhan. Ada kata bijak yang menyatakan: 'Usaha keras selalu membuahkan hasil yang memuaskan.'
Kondisi ini juga dialami seorang janda dalam perumpamaan tentang hakim yang tidak benar (baca Lukas
18:1-8). Janda itu tidak pernah putus asa meskipun sang hakim seringkali menolak perkaranya, bahkan
disebutkan bahwa ia adalah "...seorang hakim yang tidak takut akan Allah dan tidak menghormati
seorangpun." (Lukas 18:2), tapi hal itu tidak mematahkan harapan janda ini untuk "...selalu datang
kepada hakim itu dan berkata: Belalah hakku terhadap lawanku." (ayat 3 dari Lukas 18).
Semangat itulah yang seharusnya kita miliki juga, terus berseru-seru kepada Tuhan. Mungkin sampai saat
ini belum ada jawaban atas pergumulan kita; mungkin sepertinya terlalu besar masalah yang kita
hadapai bahkan serasa tiada harapan lagi, tapi kita tidak perlu mengukur beban itu dengan kekuatan
kita; yang harus kita lakukan adalah membuka mata rohani untuk melihat kebesaran Tuhan yang jauh
melebihi apapun juga. "Apabila orang-orang benar itu berseru-seru, maka TUHAN mendengar, dan
melepaskan mereka dari segala kesesakannya." (Mazmur 34:18). Waktu kita bukanlah waktu Tuhan;
Dia lebih tahu mana yang terbaik buat kita, karena itu jangan menjadi lemah.

"Ya, semua orang yang menantikan Engkau takkan mendapat malu;" Mazmur 25:3

Posted by Air Hidup Blog at 6:21 AM No comments: Links to this post

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Labels: Daud, jawaban, Lukas, Mazmur, seru, waktu

Monday, July 20, 2009


Di Mana Damai Sejahtera Itu?
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Juli 2009 -

Baca: Yesaya 48:12-22

"Sekiranya engkau memperhatikan perintah-perintah-Ku, maka damai sejahteramu akan seperti sungai
yang tidak pernah kering, dan kebahagiaanmu akan terus berlimpah seperti gelombang-gelombang laut
yang tidak pernah berhenti," Yesaya 48:18

Banyak orang berpikir damai sejahtera dapat diperoleh ketika ia memiliki harta melimpah,
jabatan/kedudukan yang tinggi atau meraih kesuksesan tertentu dalam hidup ini, sehingga mereka
berusaha sedemikian rupa agar harapan untuk merasakan damai sejahtera itu benar-benar terwujud.
Mereka berpikir asal punya uang yang cukup, apa saja yang diinginkan pasti akan terlaksana, lalu mereka
pergi menghibur diri ke tempat-tempat hiburan malam, hang out sampai pagi. Keinginannya hanya satu
yaitu supaya hati terhibur dan stres hilang. Mungkin saja di tempat itu mereka bisa tertawa lepas
sepanjang malam, tapi bukan berarti mendapatkan damai sejahtera sejati. Itulah damai sejahtera sesaat
yang ditawarkan dunia, di mana banyak orang Kristen terjerat di dalamnya.
Di manakah kita menemukan damai sejahtera sejati itu? Tidak ada yang lain selain hanya dalam Yesus
Kristus. Dunia boleh menjanjikan apa pun, tapi kesemuanya itu hanya sesaat dan berujung kepada
kebinasaan kekal. Bila saat itu kita sudah mulai kehilangan damai sejahtera dan merasakan kehampaan
hidup, itu tandanya kita sedang jauh dari Sang Sumber damai itu. Kunci utama agar kita menikmati
damai sejahera adalah selalu tinggal dalam hadirat Tuhan dan hidup dalam ketaatan. Ketika kita
membangun keintiman dengan Tuhan serta menyediakan waktu untuk merenungkan firmanNya siang
dan malam, maka kasihNya akan selalu mengalir memenuhi hati kita. Firman Tuhan sarat dengan
perintah, namun juga janji, dan janji Tuhan itu ya dan amin. Setiap perintah dari Tuhan bukanlah suatu
beban yang mengekang hidup kita.
Pilihan tetap ada pada kita. Dia memberikan kehendak bebas (free will) kepada kita untuk memilih.
Memang bukanlah pekerjaan yang mudah untuk menjadi seorang yang taat karena daging kita akan
terasa sakit "...roh memang penurut, tetapi daging lemah." (Matius 26:41). Namun damai sejahteraNya
tersedia bagi orang-orang yang setia dan taat kepadaNya.

FirmanNya dengan tegas mengatakan bahwa "Tidak ada damai sejahtera bagi orang-orang fasik!"
Yesaya 48:22

Posted by Air Hidup Blog at 8:46 AM No comments: Links to this post

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Labels: damai, sejahtera, yesaya

Sunday, July 19, 2009


Tuhan Yang Memampukan Kita (2)
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Juli 2009 -

Baca: Keluaran 4:1-17

“Lalu kata Musa kepada Tuhan, ‘Ah, Tuhan, aku ini tidak pandai bicara, dahulupun tidak dan sejak
Engkau beirman kepada hambaMupun tidak, sebab aku berat mulut dan berat lidah.’ “ Keluaran 4:10

Ketika Tuhan memilih dan mengutus seseorang. Dia juga yang akan menyertai dan memperlengkapi
supaya ia mampu melakukan kehendakNya tersebut (baca Ibrani 13:21). Untuk itulah Tuhan kembali
meyakinkan Musa dan memberikan pegertian siapa diriNya, yaitu Allah yang tidak pernah berubah: “Aku
adalah Aku.” (Keluaran 3:14), Allah yang tidak berubah terhadap janji dan rencanaNya. Tidak cukup
disitu, Tuhan juga memberikan petunjuk dan langkah-langkah yang harus dilakukan Musa, “Beginilah
kaukatan kepada orang Israel: Tuhan, Allah nenek moyangmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah
Yakub, telah mengutus aku kepadamu: itulah namaKu untuk selama-lamanya dan itulah sebutanKu
turun-temurun. Pergilah, kumpulkanlah para tua-tua Israel...” (Keluaran 3:15-16).
Tuhan juga mendemonstrasikan kuasaNya langsung di depan Musa agar ia benar-benar percaya akan
penyertaanNya: Musa diperintahkan melempar tongkatnya ke tanah yang akhirnya menjadi ular; juga
saat Tuhan memerintahkan Musa memasukkan tangannya ke dalam baju, maka tangan Musa terkena
kusta. Apa lagi yang kurang?
3. Musa kurang fasih bicara (ayat 10 dari keluaran 4). Musa kembali berdalih tidak pandai biara di depan
orang banyak untuk menyatakan ketidaksiapannya terhadap panggilan Tuhan itu. Bukankah kita juga
sering mengelak seperti itu ketika diminta melayani Tuhan? Mungkin disuruh bersaksi di depan mimbar
saja rasanya kaki sudah gemetaran. Tapi Tuhan berkata, “Siapakah yang membuat lidah manusia,
siapakah yang membuat orang bisu atau tuli, membuat orang melihat atau buta; bukankah Aku, yakni
Tuhan?” (Keluaran 4:11). Tuhan semakin geram terhadap Musa saat ia berkata, “Ah, Tuhan, utuslah
kiranya siapa saja yang patut Kauutus.” (Keluaran 4:13), walau pada akhirnya Musa sadar atas panggilan
itu dan taat. Dalam hidup ini kita menghadapi dua pilihan: taat kepada Tuhan atau tidak taat! Itu saja.
Tidak ada alternatif lain!

Jangan pernah merasa tidak mampu, lalu kita menolak panggilan Tuhan. Dia yang akan menyertai dan
menuntun kita!

Posted by Air Hidup Blog at 9:12 AM No comments: Links to this post

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Labels: Ibrani, keluaran, taat

Saturday, July 18, 2009


Tuhan Yang Memampukan Kita (1)
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Juli 2009 -

Baca: Keluaran 3:1-22

"Tetapi Musa berkata kepada Allah: 'Siapakah aku ini, maka aku yang akan menghadap Firaun dan
membawa orang Israel keluar dari Mesir?' " Keluaran 3:11

Musa adalah manusia biasa seperti kita, punya keterbatasan dan ketidakmampuan. Hal ini terlihat dari
reaksi Musa saat ia dipilih Tuhan menjadi pemimpin bangsa Israel. Saat dipanggil Tuhan, awalnya Musa
tidak antusias maupun mengiyakan karena dia tahu 'siapa dirinya dan latar belakangnya'. "Adapun
Musa, ia biasa menggembalakan kambing domba Yitro, mertuanya, imam di Midian." (ayat 1a). Selama
bertahun-tahun Musa menghabiskan waktu di padang belantara bersama domba-domba mertuanya.
Alasan Musa sempat menolak panggilan Tuhan adalah:
1. Musa merasa kurang mampu. Adalah hal yang masuk akal bila Musa menyatakan
ketidakmampuannya, apalagi secara biologis, fisiknya kurang mendukung; usianya sudah 80 tahun
tatkala Tuhan memanggil sehingga dia merasa sudah tua dan rapuh dan berdaya. Pernyataan yang
disampaikan Musa merupakan satu ungkapan yang logis dari sudut pandang manusia. Namun Tuhan
menjawab "Bukankah Aku akan menyertai engkau? Inilah tanda bagimu, bahwa Aku yang mengutus
engkau:..." (ayat 12). Ini menunjukkan bahwa Tuhan memberikan jaminan penyerataan kepada Musa
dan akan berkarya melalui hidup Musa. Bukankah kita sering berkata seperti Musa? Berbagai dalih dan
alasan kita kemukakan untuk menolak panggilan Tuhan dalam hidup kita karena merasa tidak mampu,
tidak punya bakat, sok sibuk dan sebagainya. Adalah manusiawi bagi Musa menjadi gentar karena dari
seorang gembala domba dipanggil untuk menjadi pemimpin suatu bangsa yang besar. Itu tidak mudah!
2. Musa merasa tidak punya kredibilitas. Selain kurang mampu, Musa juga merasa bahwa pilihan Tuhan
terhadap dirinya itu salah karena dia sama sekali tidak memenuhi kriteria sebagai pemimpin. Musa
memikirkan apa yang harus dikatakannya kalau suatu saat ia bertemu dengan banyak orang: "...apabila
aku mendapatkan orang Israel dan berkata kepada mereka: Allah nenek moyangmu telah mengutus aku
kepadamu, dan mereka bertanya kepadaku: bagaimana tentang nama-Nya? --apakah yang harus
kujawab kepada mereka?" (ayat 13). Pengakuan jujur disampaikan Musa kepada Tuhan (bersambung)

Posted by Air Hidup Blog at 7:07 AM No comments: Links to this post

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Labels: keluaran, musa

Friday, July 17, 2009


Mengundurkan Diri
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Juli 2009 -
Baca: Yohanes 6:60-71

"Mulai dari waktu itu banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia." Yohanes
6:66

Untuk menjadi murid-murid Yesus tidak diperlukan orang yang cerdas, berpendidikan tinggi atau pun
kaya, asal ia setia. Inilah sifat yang menjadi tanda pengenal bagi murid Yesus yaitu kesetiaan. Awalnya
para murid hanya diminta mengikutiNya dan tampaknya hal itu sangat mudah. Namun seiring waktu,
ternyata hidup sebagai murid Yesus itu bukan berarti hanya menerima janji Kristus, melainkan dituntut
penyerahan diri secara total, tanpa syarat dan tanpa kompromi. "Seorang hamba tidak dapat mengabdi
kepada dua tuan. Karena jika demikian ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau
ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi
kepada Allah dan kepada Mamon." (Lukas 16:13).
Bila kita telah berkomitmen untuk menjadi murid Yesus, maka dosa harus ditinggalkan seluruhnya.
Semua pemikiran dan kebiasan hidup lama harus dibuang dan diselaraskan dengan kehendak Tuhan.
Tidak seorang pun dapat begitu saja mengikut Yesus tanpa melepaskan ikatan duniawi. Tuntuan ini
sungguh cukup berat, sehingga tidak banyak orang yang mengikut Dia dapat melakukannya. Mereka mau
mengikut Yesus dengan syarat: Dia memberi roti dan ikat, berkat dan kesembuhan. Ada juga yang mau
mengikut Yesus seenaknya sendiri yaitu minta ijin menguburkan ayahnya dulu (baca Matius 8:21). Akan
tetapi saat Yesus berbicara tentang penyangkalan diri dan memikul salib, banyak orang yang akhirnya
mengundurkan diri, tidak mau lagi mengikut Yesus seperti yang dikatakan murid-muridnya, "Perkataan
ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya?" (Ayat 60 dari Yohanes 6).
Oleh karena itu seorang calon murid Yesus harus membuat perhitungan masak-masak, karena ia akan
dihdapkan pada banyak ujian, tantangan dan ada harga yang harus di bayar. Tidaklah mengherankan bila
orang-orang yang mengikut Yesus semakin hari semakin berkurang, lalu Tuhan Yesus berpaling kepada
keduabelas muridNya dan bertanya, "Apakah kamu tidak mau pergi juga?" (ayat 67 dari Yohanes 6).

"Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya,
tidak dapat menjadi murid-Ku." Lukas 14:33

Posted by Air Hidup Blog at 5:43 AM No comments: Links to this post

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Labels: Komitmen, kompromi, Lukas, Matius, setia, Ujian, Yohanes

Thursday, July 16, 2009


Janji Tuhan Digenapi
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 Juli 2009 -

Baca: Kejadian 41:37-57


"Engkaulah menjadi kuasa atas istanaku, dan kepada perintahmu seluruh rakyatku akan taat; hanya
takhta inilah kelebihanku dari padamu." Kejadian 41:40

Ketika masih berusia 17 tahun Yusuf telah menerima visi dari Tuhan tetnang masa depannya melalui
mimpi. Visi itu berbicara tentang kepemimpinan, kekuasaan dan kedudukan yang tinggi (baca Kejadian
37:5-11). Yusuf sangat yakin bahwa Tuhan pasti menggenapi hal itu baginya. Namun visi itu justru
membawanya ke masalah dan penderitaan yang seolah-olah tidak kunjung usah: dibuang ke sumur,
dijual sebagai budak dan kemudian dibawa ke rumah Potifar dengan tangan dan kaki terikat rantai.
Secara manusia Yusuf terhina, kehilangan reputasi, menanggung malu dan derita. Bertahun-tahun Tuhan
benar-benar menguji ketekunan, kesetiaan dan keteguhan imannya. Dalam dalam masa-masa yang
gelap, ketika tampaknya ia gagal total dan hidupnya tak berarti lagi, Yurus tidak pernah kehilangan visi
yang Tuhan berikan itu. Yusuf tetap memegang janji firmanNya dengan sungguh dan percaya bahwa
pertolongan Tuhan tidak pernah terlambat dan selalu tepat waktu.
Tuhan mempunyai berjuta-juta cara untuk mewujudkan rencanaNya. "Apa yang tidak pernah dilihat oleh
mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia:
semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia." (1 Korintus 2:9). Pada saat Yusuf
berserah penuh kepada Tuhan dan telah genap waktuNya, Tuhan memunculkan "Kemudian dengan
sekonyong-konyong Aku melaksanakannya juga dan semuanya itu sudah menjadi kenyataan." (Yesaya
48:3b). Kini, Tuhan telah mendapatkan Yusuf sebagai 'bejanaNya' yang siap dipakai. Ketika terjadi 7
tahun kelaparan di Mesir Yusuf diberi hikmat oleh Tuhan mengatur Mesir dengan menimbun banyak
sekali bahan makanan di waktu musim baik, sehingga saat kelaparan terjadi Mesir tetap berlimpah
makanan, sehingga bangsa-bangsa lain datang meminta pertolongan. Firaun berkata kepada Yusuf "Oleh
karena Allah telah memberitahukan semuanya ini kepadamu, tidaklah ada orang yang demikian berakal
budi dan bijaksana seperti engkau." (Ayat 39 dari Kejarian 41).

Akhirnya Yusuf dibebaskan dari penjara dan diangkat sebagai penguasa Mesir. Sungguh, tidak ada
rencanaNya yang gagal!

Posted by Air Hidup Blog at 5:35 AM No comments: Links to this post

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Labels: kejadian, Korintus, potifar, rencana, yesaya, yusuf

Newer Posts Older Posts Home

Subscribe to: Posts (Atom)

Follow Me
Cari Renungan
Follow by Email

Share God's Words

Google+ Followers
Links
 Saat Teduh - Sesaat Bersama Tuhan
 Alkitab Online

 Powerbuilder World

 Pariwisata Turki

Saat Teduh
 Menjadi Berkat di Tengah Ketidakpastian - 1/15/2017 - saatteduh
 Nyanyian Syukur - 1/15/2017 - saatteduh

 Menghadapi Perasaan Takut - 1/14/2017 - saatteduh

Blog Archive
 ▼ 2017 (16)
o January (16)

 ► 2016 (366)

 ► 2015 (365)

 ► 2014 (365)

 ► 2013 (366)
 ► 2012 (367)

 ► 2011 (365)

 ► 2010 (275)

 ► 2009 (92)

Martin Luther Quotes

Picture Window template. T

Anda mungkin juga menyukai