Anda di halaman 1dari 3

IBADAH PEMUDA 21 NOVEMBER 2022

MARKUS 4: 30-32
Teman-teman pemuda yang diberkati oleh Tuhan kita Yesus Kristus, di sini ada
yang pernah melihat pohon sesawi? Saya pribadi belum pernah melihat pohon ini
secara langsung. Tapi kalau saya coba cari di google pohon sesawi itu kira-kira begini.
Teman-teman pohon sesawi bisa tumbuh mencapai tinggi 4,5 m, dia punya daun yang
cukup rindang, dan batang sangat tebal dan kokoh sehingga bisa dipakai bagi burung-
burung untuk bertengger. Nah, teman-teman ketika melihat pohon yang luar biasa
besar ini, pernahkah anda membayangkan bahwa dia bertumbuh dari sebuah biji kecil,
yang disebut biji sesawi? Kira-kira ini gambar dari sebuah biji sesawi (LCD). Sebuah
jenis biji yang bahkan disebut paling kecil dari antara jenis biji-bijian yang ada di bumi.
Tetapi luar biasa sebab biji yang paling kecil dapat tumbuh dengan begitu hebat, dia
bisa diolah menjadi minyak, bisa juga digunakan sebagai bahan makanan dan obat, dan
tadi dalam bacaan kita dikatakan pohonnya dipakai bagi burung-burung untuk
bertengger. Sebuah biji yang kecil namun memberi banyak dampak bagi makhluk lain.
Teman-teman terkasih biji sesawi bukan hanya istimewa karena dia paling kecil,
tetapi juga jenis biji ini istimewa karena sangat sering dipakai oleh Yesus dalam
berbagai perumpamaan yang disampaikan kepada para murid. Secara hiperbola Yesus
pernah mengatakan bahwa jika kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi yang sangat
kecil itu, maka kamu dapat memindahkan gunung bahkan tidak ada hal yang mustahil
bagimu. Selain itu juga Yesus sering menggunakan biji sesawi sebagai perumpamaan
untuk menggambarkan kerajaan Allah, dan perumpamaan itulah yang kita baca hari ini.
Teman-teman, dalam perumpamaan yang kita baca, Yesus menggunakan biji
sesawi sebagai perumpamaan untuk menggambarkan kerajaan Allah. Kalau kita analisis
perumpamaan ini maka ada hal ganjil yang kita temukan. Biasa kalau kita dengar
seorang pemimpin negara, atau seorang raja menggambarkan kerajaannya, maka yang
akan dipakai adalah gambaran dari hal-hal besar. Misalnya, AS disebut sebagai negara
adikuasa, yang berarti AS memiliki posisi dominan dan memberikan pengaruh yang luar
biasa bagi negara-negara lain. Atau Negara Arab yang menyebut diri negara minyak
karena memiliki kekayaan minyak yang luar biasa, atau Filipina yang mendapat julukan
Lumbung padi karena terkenal dengan pertanian padinya yang luar biasa. Singkatnya,
teman-teman biasanya hal-hal yang dipakai untuk menggambarkan negara/kerajaan
adalah hal hal luar biasa agar menunjukkan power atau kekuatan negara itu. Dengan
gambaran ini maka perumpamaan biji sesawi untuk menggambarkan kerajaan Allah itu
sangat ganjil. Mengapa biji sesawi yang kecil, mengapa sesuatu yang lebih punya power,
dst? Apakah artinya bagi Yesus kerajaan Allah tidak punya power?
Teman-teman terkasih yang diberkati oleh Tuhan Yesus. Memang kalau
dibandingkan dengan julukan negara-negara tadi, biji sesawi ini mungkin yang paling
receh, tidak diperhitungkan dan dianggap remeh. Tetapi di situlah maksud
perumpamaan ini, bahwa “receh” bagi dunia itulah yang diperhitungkan Allah. Bahwa
yang tidak diperhitungkan dunia itulah yang dipakai Allah untuk menggambarkan
pekerjaanNya. Dengan mengumpamakan seperti biji sesawi yang kecil namun sangat
berguna itu, Yesus ingin para murid memahami bahwa kerajaan Allah itu bukan soal
kuasa, kerajaan itu bukan soal dipandang hebat oleh pihak lain, kerajaan Allah itu bukan
soal kejayaan, bukan pula soal sebuah bangunan megah yang tinggi menjulang, tetapi
kerajaan Allah itu soal bagaimana memberi dampak bagi orang lain; kerajaan Allah
adalah bagaimana kita bermanfaat bagi sesama.
Teman-teman terkasih, ada beberapa poin yang saya catat dapat menjadi bahan
renungan kita bersama hari ini:
1. Perumpamaan ini disampaikan Yesus, bukan hanya agar murid-murid punya
pemahaman yang benar tentang kerajaan Allah, tetapi sebuah panggilan bagi
para murid untuk turut bekerja menghadirkan kerajaan Allah, karena itu para
murid dan kita semua orang Kristen disebut rekan sekerja Allah. Dari hal ini satu
hal yang dapat kita tarik ada kehadiran gereja, kehadiran orang Kristen bukan
hanya untuk memenuhi bumi, bukan sekadar datang ke gereja tiap minggu,
bukan pula sekadar duduk diam menanti Tuhan datang, tetapi menjadi orang
Kristen artinya bekerja bersama Allah untuk mendatangkan damai sejahtera bagi
semua makhluk. Jadi pertama-tama bukan soal buat semua orang di dunia jadi
orang Kristen, bukan soal buat agama Kristen jadi agama nomer 1 di dunia,
tetapi pertama-tama adalah buat banyak orang merasakan damai sejahtera.
2. Banyak orang Kristen berpikir bahwa mendengar firman, khotbah, renungan itu
yang paling penting dalam kehidupan keimanan kita. Hari saya mau bilang
bahwa dengar firman saja tidak cukup, kalau firman itu tidak kita lakukan, kalau
firman itu tidak membuat kita menjadi berkat bagi sesama. Kalau kita perhatikan
perumpamaan biji sesawi ini ditempatkan beriringan dengan perumpamaan
tentang penabur, perumpamaan tentang pelita dan ukuran dan perumpamaan
tentang benih yang tumbuh. Yang mana ketiganya berbicara tentang bagaimana
benih firman Tuhan yang kita dengar itu dapat berbuah dalam perilaku hidup
kita. Berbuah bukan dalam gereja, tetapi justru di luar gereja. …… perumpamaan
tentang pelita. Karena itu teman-teman, berbicara tentang menjadi rekan sekerja
Allah dalam menghadirkan kerajaan Allah adalah berbicara tentang apakah
firman Tuhan yang saya dengar itu berbuah atau tidak. Contoh.
3. Perumpamaan ini juga mengingatkan kita, jangan tunggu jadi “besar” baru mau
bertindak. Jangan tunggu jadi hebat atau kaya baru mau tolong orang, jangan
tunggu jadi MJ baru mau melayani, jangan tunggu jadi orang hebat baru mau
menjadi berkat bagi orang lain. Kita lihat bagaimana Yesus memakai sebuah biji
kecil yang tidak dianggap. Yang kecil sekalipun bisa jadi besar ditangan Tuhan.
Sebagai pemuda, tentu kita melayani dengan banyak tantangan, mungkin sering
dianggap tidak becus, tidak layak, dll. Tetapi kita percaya bahwa selama saya
bekerja untuk Tuhan, selama saya telah melayani sesuai dengan apa yang Tuhan
kehendaki, maka tidak ada yang perlu saya risaukan.
Teman-teman pemuda yang diberkati, satu kesalahan yang paling sering dilakukan
orang Kristen adalah beranggapan bahwa kerajaan Allah sebuah tempat nan megah
yang ada jauh di atas langit sana. Dari perumpamaan hari ini kita belajar bahwa
kerajaan Allah adalah justru sebuah situasi dan kondisi yang ketika kita bisa berguna
dan menjadi berkat bagi sesama dan semua ciptaan. Tuhan Yesus mengumpamakan
Kerajaan Allah seperti kebaikan-kebaikan kecil yang ditaburkan kepada sesama.
Layaknya sebuah “virus positif” yang ketika terus menerus ditaburkan akan tumbuh,
berkembang, menjadi besar membawa pemulihan dan damai sejahtera bagi kehidupan.
Tidak melulu soal hal-hal besar, tetapi mulailah dari hal-hal kecil. Ketika hal-hal kecil
dilakukan dengan hati yang besar, maka akan memberi dampak yang besar. Meski
kebaikan itu tampak kecil dan tidak berarti, namun di mata Tuhan semuanya bermakna.
Kebaikan yang ditabur, sekecil apa pun, tidak akan hilang sia-sia. Bahkan kebaikan
tersebut akan menjadi berkat bagi banyak orang.
Mari menaburkan biji sesawi itu sebanyak mungkin, mari berpartisipasi aktif
menghadirkan kerajaan Allah, sehingga pelayanan kita punya “isinya”. Amin.

Anda mungkin juga menyukai