Anda di halaman 1dari 64

Lampiran Surat Nomor : 1294/GMIT/I/F/Sep/2022, 26 September 2022

Suara Gembala Majelis Sinode GMIT


dalam rangka
Bulan Keluarga, HUT ke-75 GMIT dan HUT Ke-505 Reformasi
Tema: “Roh Kudus Membarui GMIT sebagai Keluarga Allah”

Salam Sejahtera.
Kami menyapa dengan penuh kasih segenap anggota GMIT di mana pun. Kiranya kita
semua selalu bersukacita dan tetap bersemangat dalam bersekutu, bersaksi, melayani, beribadah
dan menatalayani sebagai keluarga Allah.
Sudah menjadi tradisi di GMIT bahwa bulan Oktober dirayakan sebagai bulan keluarga.
Perayaan ini berlangsung selama satu bulan penuh, diakhiri dengan perayaan HUT GMIT dan
HUT Gerakan Reformasi. Pada 31 Oktober 2022, usia GMIT mencapai 75 tahun (usia berlian)
dan gerakan Reformasi mencapai usia 505 tahun. Semua perayaan tersebut berlangsung di bawah
tema “Roh Kudus Membarui GMIT sebagai Keluarga Allah”. Tema ini menegaskan komitmen
iman untuk menjadikan perayaan-perayaan kita sebagai sarana kesaksian tentang karya Roh
Kudus membarui persaudaraan dalam GMIT sebagai keluarga Allah. Berkaitan dengan situasi
terdampak bencana berlapis, pandemi Covid-19, siklon tropis Seroja dan perang Rusia dan
Ukraina, semangat persaudaraan memungkinkan kita saling terhubung dalam kasih, kepedulian
dan kerjasama sehingga mampu menghadapi kompleksitas dampak bencana tersebut.
GMIT memahami dirinya sebagai keluarga Allah (familia Dei). Berdasarkan pemahaman
ini, semua orang dari latar belakang apa pun, pada hakekatnya adalah anak-anak Allah. Semua
orang diciptakan dan dipelihara oleh Allah sebagai Bapa. Jadi, Gereja bukanlah gedung,
melainkan persekutuan orang-orang yang percaya kepada Kristus. Dalam konteks di mana
kehidupan dan kemanusiaan sedang terancam oleh berbagai macam sebab, jalinan kasih
persaudaraan memberi naungan, topangan, dan kemampuan berbagi kehidupan dengan sesama
dan semesta. Kita belajar dari pengalaman menghadapi bencana bahwa persekutuan yang baik
menjadi sarana untuk bertahan terhadap resiko dan dampak bencana. Karena itu gereja terpanggil
untuk merawat persekutuan dengan menghidupkan relasi persaudaraan dan cinta kasih dalam
keluarga hingga menjangkau gereja, masyarakat dan semesta. Roh Kudus membarui relasi
persaudaraan anak-anak Allah. Dengan kesadaran itu maka kami mengajak semua jemaat GMIT
agar, dalam perayaan bulan keluarga kali ini, memberi perhatian kepada pemulihan relasi
persaudaraan dan cinta kasih dalam keluarga. Kiranya tiap keluarga berkesempatan memperbaiki
hubungan yang renggang dan menyelesaikan konflik dalam keluarga dan antarkeluarga sebagai
kesaksian tentang hidup yang dituntun oleh Roh Kudus.
Harus kita akui bahwa keluarga, gereja, dan masyarakat terus bergumul dengan
kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak, serta
masalah-masalah kemanusiaan lainnya. Banyak kasus yang terjadi akhir-akhir ini menunjukkan
bahwa kekerasan terjadi di mana pun, termasuk di lingkungan pelayanan, seperti peristiwa
kejahatan seksual yang dilakukan oleh seorang oknum vikaris terhadap beberapa anak
perempuan di salah satu jemaat GMIT. Kita sangat mengecam tindakan kekerasan tersebut dan
berkomitmen untuk memperbaiki sistem pelayanan demi mencegah dan mengantisipasi agar
kejahatan seperti itu tidak boleh terulang, baik dalam keluarga dan masyarakat, terutama di
lingkungan gereja. Dalam semangat “keluarga Allah”, kita bergumul bersama keluarga-keluarga
dari para korban kekerasan, berjuang bagi penegakkan hukum dan harkat kemanusiaan, serta
pemulihan korban. Kita terus membangun kerja sama dengan berbagai pihak untuk menjamin
keberlangsungan tumbuh kembang anak-anak dalam gereja, sebagai keluarga yang melindungi
anak-anak dari segala bentuk tindakan kejahatan.
Tahun ini GMIT genap berusia 75 tahun. Tingkat kematangan sering disejajarkan dengan
tingkat usia. Usia 75 tahun sering disebut sebagai usia berlian, sejenis batu mulia (permata) yang
dihasilkan dari proses alam yang ekstrim, dalam waktu yang sangat lama. Proses terbentuknya
berlian membutuhkan tekanan suhu yang sangat tinggi, seperti pada saat letusan gunung berapi,
dalam jangka waktu jutaan tahun. Usia 75 tahun adalah jangka waktu yang panjang bagi GMIT,
berproses melalui tempaan pengalaman suka dan duka, hingga mencapai tingkat kematangannya.
Kematangan GMIT tercermin dalam pemahaman diri dan keterlibatan anggota GMIT
melaksanakan misi Allah di dunia. Tahun ini kita merayakan usia 75 tahun GMIT di tengah
kemajuan dunia yang memungkinkan gerak bersama bagi kebaikan. Teknologi membantu kita
menyelenggarakan perayaan yang bermakna sebagai perayaan bersama keluarga Allah, dimana
relasi persaudaraan terpelihara melalui karya aktif di segala bidang kehidupan. Di samping
bersekutu secara ke dalam (internal) perayaan ini memungkinkan GMIT untuk mempertemukan
berbagai pihak dengan berbagai karunia supaya berkarya bersama manyaksikan kasih Allah,
Bapa bagi semua orang dan segala ciptaan.
Akhir-akhir ini kita semakin menyadari makna gerakan reformasi gereja, bukan sebagai
gerakan yang memisahkan satu bagian gereja dari bagian gereja yang lain, melainkan sebagai
upaya menggerakkan seluruh bagian gereja agar mengemban tanggung jawab sebagai pelaku
misi Allah di tengah dunia. Kemajuan teknologi komunikasi, pada satu pihak, telah memberi
kemudahan berkomunikasi. Pada pihak lain, kemajuan itu juga mempersulit komunikasi. Di era
dimana informasi mudah dibuat dan disebarkan, terjadi keruwetan hubungan antarmanusia akibat
kesimpangsiuran informasi. Dalam situasi ini kita perlu menjadi pewarta kasih Allah yang
menyejukkan, mendamaikan dan menyatukan umat sebagai keluarga Allah yang rukun dan aktif
melayani. Gerakan reformasi gereja menegaskan semangat bergereja yang selalu menguji
komitmen iman dan membarui diri (eklesia reformata semper reformanda) sehingga kehadiran
gereja tetap bermakna bagi kehidupan dan kemanusiaan. Kiranya perayaan HUT ke 505 gerakan
reformasi gereja mempertegas komitmen segenap anggota GMIT untuk terus membarui diri dan
persekutuannya guna menghadirkan damai sejahtera (shalom) di tengah situasi dunia yang
terdampak bencana.
Roh Kudus terus bekerja untuk membarui GMIT sebagai keluarga Allah, memberi daya
lenting di tengah krisis dan tantangan yang dihadapi. Sesuai tema perayaan, “Roh Kudus
Membarui GMIT sebagai Keluarga Allah”, Majelis Sinode menyiapkan beberapa bahan untuk
memandu pelayanan di jemaat-jemaat GMIT sepanjang bulan Oktober 2022. Bahan-bahan
tersebut terdiri dari tata ibadah dan khotbah untuk ibadah minggu, ibadah Pasangan Suami-Istri
pada tanggal 15 Oktober, dan ibadah HUT ke-75 GMIT dan dan HUT ke-505 Gerakan
Reformasi Gereja. Selain bahan untuk perayaan bersama dalam jemaat, ada juga bahan
renungan kategorial Pemuda, Kaum Ibu, Kaum Bapak, dan Lansia, serta pelayanan di tiap
keluarga, termasuk panduan sederhana untuk kegiatan “Mezbah Keluarga” dan “Gerakan 18-20”.
Tentu saja bahan-bahan tersebut perlu diolah sesuai keadaan di masing-masing lingkup
pelayanan.
Akhirnya kami mengucapkan selamat merayakan bulan keluarga, selamat merayakan
HUT ke 75 GMIT dan HUT ke 505 Reformasi. Kiranya Tuhan memberkati umat dan dunia
melalui perayaan-perayaan kita.
Lampiran 2 :

TATA IBADAH BULAN KELUARGA


Minggu, 2 Oktober 2022
2 Timotius 1:1-14
“Spiritualitas Bertumbuh dalam Keluarga”

PERSIAPAN (Saat Teduh)


Lagu-lagu bisa disesuaikan dengan lagu KJ, PKJ, NKB, DSL, Si Knino, dan lagu2 Baru lain yang sesuai
dengan teologi dan pengajaran GMIT.
Tetap mematuhi protokol kesehatan: mencuci tangan sebelum masuk ke rumah kebaktian, pemeriksaan
suhu tubuh sebelum kebaktian, memakai masker selama kebaktian berlangsung, duduk berjarak, petugas
kebaktian memakai masker.
Bahan ini masih bisa diolah dan disesuaikan dengan kondisi atau kebutuhan jemaat.
Semua pelayan tata ibadah (pemandu lagu, pemusik atau pelaku liturgi lainnya wajib melakukan latihan
minimal dimulai hari kamis, sabtu dan dan gladi pada hari Sabtu.
20 menit sebelum ibadah mulai, pemandu mengajarkan lagu-lagu yang baru dalam tata ibadah kepada
jemaat.
Cara membaca mazmur secara berbalasan: Pelayan membaca bagian tercetak keluar dan jemaat bagian
tercetak ke dalam.
Sesuai petunjuk dalam naskah teologi dan Peraturan Ibadah GMIT, maka pembacaan Alkitab dilakukan
sambil berdiri sebagai tanda menghormati Firman Tuhan.

PANGGILAN BERIBADAH
(instrument KJ. 2 mengiringi penyalaan lilin oleh Penatua)
P1 : Syalom dan selamat bertemu kembali dalam ibadah hari ini. Saat ini kita telah
memasuki bulan Oktober 2022 – bulan dimana kita akan merayakannya sebagai
bulan keluarga. Tema “Spiritualitas Bertumbuh dalam Keluarga“ menjadi
refleksi bagi kita di minggu pertama ini.
P2 : Keluarga haruslah menjadi tempat pertama di mana iman dan kekudusan hidup
ditumbuh kembangkan. Orang tua menjadi teladan yang patut dicontohi,
sehingga anak-anak dapat belajar untuk hidup beriman kepada Tuhan.
P3 : Ada banyak keluarga yang tidak memiliki anggota keluarga yang lengkap.
Dalam konteks seperti ini kita perlu belajar bahwa ada kekuatan yang luar biasa
di tiap keluarganya. Kita tidak perlu malu dan merasa minder dengan keadaan
keluarga masing-masing. Tugas kita adalah tetap berjuang dan jangan menyerah
dalam mendidik dan membesarkan anak-anak dalam pengenalan yang benar
tentang Allah.
 : (berdiri) KJ. 2 : 1,2 “ Suci, Suci, Suci”, do=d 4 ketuk
1. Suci, suci, suci Tuhan Maha kuasa!
Dikau kami puji di pagi yang teduh
Suci, suci, suci, murah dan perkasa,
Allah Tritunggal, agung namaMu!
2. Suci, suci, suci! Kaum kudus tersungkur
di depan takhtaMu memb'ri mahkotanya
Segenap malaikat sujud menyembahMu,
Tuhan, Yang Ada s'lama-lamanya

VOTUM DAN SALAM


Pelayan : Pertolongan kita ialah di dalam nama Tuhan yang menjadikan langit dan bumi,
yang memelihara kesetiaannya sampai selama-lamanya dan tidak meninggalkan
perbuatan tangannya. Tuhan menyertai saudara/i sekalian
Jemaat : Dan menyertaimu juga (duduk)

INTROITUS
Pelayan : Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya
pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu (Amsal 22 : 6)
 : PKJ. 288 : 1,2 “ Inilah Rumah Kami” do =d 4 Ketuk
PENGAKUAN DOSA
Pelayan : Allah menyatukan setiap anggota keluarga karena anugerah dan berkat-Nya. Ia
menginginkan agar setiap anggota keluarga saling mengasihi dan mampu
menyatakan kasihnya juga kepada sesama disekitarnya. Namun seringkali yang
terjadi justru kita saling menyakiti dan melukai. Untuk itu saat ini marilah
dengan penuh ketulusan mengakui segala kelemahan dan dosa-dosa kita, serta
mohon ampunan dari Tuhan …
……………………Saat teduh diiringi Intrumen lagu NKB 186 ………………………..
Pelayan : (berdoa)
 : NKB. 186 : 1,2, “Kucari Tuhan”

BERITA ANUGERAH
Pelayan : Anugerah pengampunan dari Tuhan telah disediakan bagi kita, sebagaimana
firman-Nya; Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi
Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai
pendamaian bagi dosa-dosa kita. Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau
Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi (1
Yohanis 4 : 10-12 )
 : PKJ. 289:1, “Keluarga Hidup Indah” do = a/bes 9 ketuk

PUJI-PUJIAN
Pelayan : Mari dalam keadaan berdiri kita menaikan puji-pujian kepada Tuhan dengan
berbalasan menurut Mazmur : 128
P : Nyanyian ziarah. Berbahagialah setiap orang yang takut akan TUHAN,
J : yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya!
P : Apabila engkau memakan hasil jerih payah tanganmu,
J : berbahagialah engkau dan baiklah keadaanmu!
P : Isterimu akan menjadi seperti pohon anggur yang subur
J : di dalam rumahmu;
P : anak-anakmu seperti tunas pohon zaitun
J : sekeliling mejamu!
P : Sesungguhnya demikianlah akan diberkati
J : orang laki-laki yang takut akan TUHAN.
P : Kiranya TUHAN memberkati engkau dari Sion,
J : supaya engkau melihat kebahagiaan Yerusalem seumur hidupmu,
P : dan melihat anak-anak dari anak-anakmu!
J : Damai sejahtera atas Israel!
 : NKB. 5:2, “Seluruh Dunia Hai Nyanyikanlah”

(Duduk)
PEMBERITAAN FIRMAN TUHAN
Pelayan : 1 3 . . | 1 5 5 3 3 2 1 2 | 5 . . 0 |
Tu-han, di-mu-li-a-kan-lah na-ma-Mu.
Jemaat : 5 1 1 1 1 3 3 2 | 1 . . 0 ||
Berfirmanlah kepada ka-mi.
Pelayan : Ya Tuhan, bukalah pikiran dan akal budi
kami, agar dalam terang sabda-Mu, kami dapat belajar untuk menjadi lebih bijak,
Amin! (jemaat berdiri)
Penatua : (membaca 2 Timotius 1:1-14, diakhiri dengan berkata:)
Demikianlah Firman TUHAN.
Pelayan : Diberkatilah setiap telinga yang mendengar dan hati yang terbuka bagi Firman
Allah.
Nyanyi : 1 7 1 7 5 . | 1 7 1 7 5 . | 4 3 4 3 1 | 1
Hale-lu-ya, Hale-lu-ya, Hale-lu-ya!
(jemaat duduk)
Pelayan : (berkhotbah) “Spiritualitas Bertumbuh dalam Keluarga”
---------------------- saat teduh ---------------------

PENGAKUAN IMAN
Pelayan : Bersama-sama dengan semua orang percaya di segala tempat dan segala waktu,
marilah kita menyatakan pengakuan kita berdasarkan Pengakuan Iman Rasuli,
baiklah masing-masing kita berkata:
Semua : Mengucapkan Pengakuan Iman Rasuli: “Aku Percaya kepada Allah, dst.”
 : KJ. 244, “Puji Allah Pencipta”
1. Puji Allah Pencipta, Haleluya, Mahatinggi di sorga,Haleluya!
Agung sungguh kuasaNya, Haleluya, dalam amat kasihNya, Haleluya!
2. Puji Kristus, Putera, Haleluya, Tuhan dan Manusia, Haleluya.
Nabi, Imam dan Raja, Haleluya, yang t'lah naik ke sorga, Haleluya!
3. Puji Roh Kudus mulia, Haleluya, Duta Kristus yang baka, Haleluya.
Pamong bagi umatNya, Haleluya, dan Penghibur di dunia, Haleluya

PERSEMBAHAN
Diaken : Anggota keluarga Allah yang diberkati Tuhan, saatnya kita untuk mensyukuri
segala berkat Tuhan dalam kehidupan kita. Dan teristimewa kita juga mau
mempersembahkan tubuh kita, sebagai persembahan yang hidup, yang kudus
dan yang berkenan kepada Allah. Sebab itu adalah ibadah kita yang sejati.
Marilah kita berdoa….
 : NKB. 133:1-2 “ Syukur Pada-Mu ya Allah” do=bes 3 ketuk
1. Syukur padaMu, ya Allah, atas s’gala rahmatMu;
Syukur atas kecukupan dari kasihMu penuh.
Syukur atas pekerjaan, walau tubuhpun lemban;
Syukur atas kasih sayang dari sanak dan teman.

2. Syukur atas bunga mawar, harum, indah tak terp’ri.


Syukur atas awan hitam dan mentari berseri.
Syukur atas suka-duka yang ‘Kau b’ri tiap saat;
Dan FimanMulah pelita agar kami tak sesat

3. Syukur atas keluarga penuh kasih yang mesra;


Syukur atas perhimpunan yang memb’ri sejahtera.
Syukur atas kekuatan kala duka dan kesah;
Syukur atas pengharapan kini dan selamaNya!

DOA SYAFAAT

PENGUTUSAN (berdiri)
Pelayan : Anggota keluarga Kristen, cara hidup yang benar, yang dibangun oleh setiap
keluarga akan menghasilkan pertobatan dan kesungguhan hati setiap anggota
keluarga untuk membangun gereja sebagai tubuh Kristus. Saling mendukunglah
sebagai keluarga, bahu-membahu untuk melayani kehendak Allah di dalam
keluarga, di dalam gereja, dan di dalam masyarakat. Tekunlah selalu dalam doa.
Andalkan Tuhan dalam segala perkara.
Pergilah dan lakukanlah apa yang telah kamu dengar dari firman-Nya.
 : “Berkati Keluagaku”
Tuhanku Oh Tuhanku Ku datang padaMu
Ku sembah padaMu. Karena KasihMu yang besar.. oohh..
Tuhanku Oh Tuhanku, berkati mamaku
Dan juga papaku, serta semua keluargaku

Di saat kami dapat cobaan di saat kami rasa bahagia


Di dalam doa mama, di dalam doa papa
Nama Yesus di agungkan

Hanya Kau Tuhan yang kami sembah


Hanya Kau Tuhan yang kami bangga
Tiada Allah lain, tiada Allah lain, selain Kau Yesus
BERKAT
Pelayan : Pulanglah dalm tugas dan pelayananmu dengan membawa berkat Tuhan:
“Tuhan memberkati engkau dan melindungi engkau. Tuhan
menyinari engkau dengan wajah- Nya, dan memberi engkau kasih
karunia. Tuhan menghadapkan wajah-Nya kepadamu, dan memberi
engkau damai sejahtera”.
 : KJ. 478c, Amin….amin…amin

SAAT TEDUH
(pelayan dan jemaat berdoa secara pribadi. Setelah itu pelayan turun dari mimbar,
mematikan lilin, kemudian menyerahkan Alkitab kepada anggota majelis jemaat
pendampingi).
TATA IBADAH BULAN KELUARGA
Minggu, 9 Oktober 2022
Lukas 17:11-19
“Keluarga yang Bersyukur”

PERSIAPAN (Saat Teduh)


Lagu-lagu bisa disesuaikan dengan lagu KJ, PKJ, NKB, DSL, Si Knino, dan lagu2 Baru lain yang sesuai
dengan teologi dan pengajaran GMIT.
Tetap mematuhi protokol kesehatan: mencuci tangan sebelum masuk ke rumah kebaktian, pemeriksaan
suhu tubuh sebelum kebaktian, memakai masker selama kebaktian berlangsung, duduk berjarak, petugas
kebaktian memakai masker.
Bahan ini masih bisa diolah dan disesuaikan dengan kondisi atau kebutuhan jemaat.
Semua pelayan tata ibadah (pemandu lagu, pemusik atau pelaku liturgi lainnya wajib melakukan latihan
minimal dimulai hari Kamis, dan gladi pada hari Sabtu.
20 menit sebelum ibadah mulai, pemandu mengajarkan lagu2 yang baru dalam tata Ibadah kepada
Jemaat
Cara membaca mazmur secara berbalasan: Pelayan membaca bagian tercetak keluar dan jemaat bagian
tercetak ke dalam.
Sesuai petunjuk dalam naskah teologi dan Peraturan Ibadah GMIT, maka pembacaan Alkitab dilakukan
sambil berdiri sebagai tanda menghormati Firman Tuhan.

PANGGILAN BERIBADAH
(instrument NKB. 133 mengiringi penyalaan lilin oleh Penatua)
Penatua : Keluarga yang dikasihi Tuhan, Datanglah kepada Tuhan dengan sukacita, kepada
Sang Sumber Damai Sejahtera dengan nyanyian syukur.
Jemaat : Sebagai pribadi dan bersama dengan keluarga, kami datang kepada Tuhan
dengan sukacita dan syukur.
Penatua : Dengan hati yang menyembah dan tertuju kepada Tuhan, marilah kita siap
berjumpa, disapa dan dibentuk oleh Tuhan.
Jemaat : Inilah kami, ya Tuhan. Kami memuji-muji kebaikan dan kasih-Mu setiap waktu.
 : PKJ. 23, “Marilah Memuji”

VOTUM DAN SALAM


Pelayan : Pertolongan kita ialah di dalam nama Tuhan yang menjadikan langit dan bumi,
yang memelihara kesetiaannya sampai selama-lamanya dan tidak meninggalkan
perbuatan tangannya, Tuhan menyertai saudara/i sekalian
Jemaat : Dan menyertaimu juga (duduk)

INTROITUS
Pelayan : (membaca) Lukas 17:16
 : “Keluarga Allah”
PENGAKUAN DOSA
Pelayan : Keluarga yang dikasihi Tuhan Yesus, dalam kerendahan hati, kita menyadari
bahwa sebagai keluarga, sering kita tidak hidup dalam kasih. Pertengkaran sering
terjadi hingga kita saling membenci satu dengan lain. Karena itu marilah
sungguh-sungguh mengaku dosa kepada Tuhan dalam doa.
...................saat Teduh (diiringi instrumen Piano KJ. 27).............................
Pelayan : (berdoa)
 : PKJ. 43:1, “Tuhan, Kami Berlumuran Dosa”

BERITA ANUGERAH
Pelayan : Keluarga yang dikasihi Tuhan, kepada semua orang yang menyatakan
penyesalannya atas jalan yang demikian dan yang mencari Yesus Kristus untuk
keselamatan mereka, sebagai hamba Tuhan, saya memberitakan bahwa
keampunan dosa ada di dalam Tuhan yang mengasihi kita yang sekaligus
memberi kita kesempatan untuk memperbarui diri. Oleh karena itu berita
anugerah Tuhan bagi kita dinyatakan seperti yang tertulis di dalam Kisah Para
Rasul 3:19-20 yang menyatakan demikian: “Karena itu sadarlah dan bertobatlah,
supaya dosamu dihapuskan, agar Tuhan mendatangkan waktu kelegaan, dan
mengutus Yesus, yang dari semula diuntukkan bagimu sebagai Kristus.”
Demikianlah Berita Anugerah dari Tuhan
Jemaat : Syukur kepada Allah.
Pelayan : Oleh karena Allah sudah memperdamaikan kita dengan diri-Nya, mari kita juga
saling berdamai sebagai keluarga, dengan orangtua, anak-anak, sahabat, dan
keluarga kita. (Saling memberi salam sukacita dengan meletakkan kedua
tangan di dada).
 : PKJ. 286: 1, “Keluarga Yang Damai”

PUJI-PUJIAN
Pelayan : (membaca Mazmur 111:1-11 secara berbalasan)
 : PKJ 120:1, “Allah Bapa, Kami Puji Engkau”
(Duduk)

PEMBERITAAN FIRMAN TUHAN


Pelayan : 1 3 . . | 1 5 5 3 3 2 1 2 | 5 . . 0 |
Tu-han, di-mu-li-a-kan-lah na-ma-Mu.
Jemaat : 5 1 1 1 1 3 3 2 | 1 . . 0 ||
Berfirmanlah kepada ka-mi.
Pelayan : Ya Tuhan, bukalah pikiran dan akal budi
kami, agar dalam terang sabda-Mu, kami dapat belajar untuk menjadi lebih bijak,
Amin! (jemaat berdiri)
Penatua : (membaca Lukas 17:11-19, diakhiri dengan berkata:)
Demikianlah Firman TUHAN.
Pelayan : Diberkatilah setiap telinga yang mendengar dan hati yang terbuka bagi Firman
Allah.
Nyanyi : 1 7 1 7 5 . | 1 7 1 7 5 . | 4 3 4 3 1 | 1
Hale-lu-ya, Hale-lu-ya, Hale-lu-ya!
(jemaat duduk)
Pelayan : (berkhotbah) “Keluarga yang Bersyukur”
---------------------- saat teduh ---------------------

PENGAKUAN IMAN
Pelayan : Bersama-sama dengan semua orang percaya di segala tempat dan segala waktu,
marilah kita menyatakan pengakuan kita berdasarkan Pengakuan Iman Rasuli,
baiklah masing-masing kita berkata:
Semua : “Aku Percaya kepada Allah, dst”
 : PKJ. 130:1, “Kita ‘Kan Menang”

PERSEMBAHAN
Diaken : Marilah kita membawa ungkapan syukur kita kepada Tuhan dengan mengingat
firman-Nya dalam Mazmur 54:8, “Dengan rela hati aku akan mempersembahkan
korban kepada-Mu, bersyukur sebab nama-Mu baik, ya Tuhan”.
 : PKJ. 145:1-4
DOA SYAFAAT
Dipimpin oleh pendeta, wakil anak (WA), wakil remaja pemuda (WRP), wakil dewasa (WD),
wakil lansia (WL).
Pelayan : Bapa surgawi, kami anak-anak-Mu hendak menaikkan doa-doa permohonan
kami. Kiranya Engkau mendengarkan permohonan kami.
WA : (berdoa untuk para orangtua dalam mencari nafkah untuk kecukupan keluarga)
WRP : (berdoa untuk para lansia dalam menjalani hari-hari dalam kondisi tubuh yang
semakin lemah)
WD : (Berdoa bagi anak-anak dalam menjalani masa studi)
WL : (Berdoa untuk gereja Tuhan di mana-mana tempat dalam mewartakan Injil
Tuhan)
Pelayan : (Berdoa bagi keluarga-keluarga yang terluka agar mengalami pemulihan) Doa ini
kami naikkan kepada-Mu ya Bapa, dalam nama Yesus Kristus Juruselamat kami
yang mengajar kami berdoa: Bapa kami yang ada di surga………… Amin

PENGUTUSAN (berdiri)
Pelayan : Allah turut bekerja dalam berbagai pergumulan hidup kita dan keluarga kita. Ia
memelihara kita, menolong kita, menyembuhkan, bahkan menyelamatkan kita
dari berbagai persoalan dan ancaman yang pernah kita hadapi. Maka kita harus
terus bersyukur atas kebaikan Tuhan, sang Pemberi Hidup.
 : NR. “Ku Cinta K’luarga Tuhan (2x) (berdiri)
Ku cinta k’luarga Tuhan, terjalin mesra sekali
Semua saling mengasihi
Betapa s’nang ku menjadi k’luarganya Tuhan
Ku kasihi kau dengan kasih Tuhan
Ku kasihi kau dengan kasih Tuhan
Ku lihat di wajahmu, kemuliaan Tuhan
Ku kasihi kau dengan kasih Tuhan
BERKAT
Pelayan : Pulanglah dalm tugas dan pelayananmu dengan membawa berkat Tuhan:
“Tuhan memberkati engkau dan melindungi engkau. Tuhan
menyinari engkau dengan wajah-Nya, dan memberi engkau kasih
karunia. Tuhan menghadapkan wajah- Nya kepadamu, dan memberi
engkau damai sejahtera”.
 : KJ. 478c, Amin….amin…amin

SAAT TEDUH
(pelayan dan jemaat berdoa secara pribadi. Setelah itu pelayan turun dari mimbar, mematikan
lilin, kemudian menyerahkan Alkitab kepada anggota majelis jemaat pendamping).
TATA IBADAH BULAN KELUARGA
Minggu, 16 Oktober 2022
Yeremia 31:27-34
“Janji Allah Bagi Setiap Keluarga”

PERSIAPAN (Saat Teduh)


Lagu-lagu bisa disesuaikan dengan lagu KJ, PKJ, NKB, DSL, Si Knino, dan lagu2 Baru lain yang sesuai
dengan teologi dan pengajaran GMIT.
Tetap mematuhi protokol kesehatan: mencuci tangan sebelum masuk ke rumah kebaktian, pemeriksaan
suhu tubuh sebelum kebaktian, memakai masker selama kebaktian berlangsung, duduk berjarak, petugas
kebaktian memakai masker.
Bahan ini masih bisa diolah dan disesuaikan dengan kondisi atau kebutuhan jemaat.
Semua pelayan tata ibadah (pemandu lagu, pemusik atau pelaku liturgi lainnya wajib melakukan latihan
minimal dimulai hari Kamis dan gladi pada hari Sabtu.
20 menit sebelum ibadah mulai, pemandu mengajarkan lagu2 yang baru dalam tata Ibadah kepada
Jemaat
Cara membaca mazmur secara berbalasan: Pelayan membaca bagian tercetak keluar dan jemaat bagian
tercetak ke dalam.
Sesuai petunjuk dalam naskah teologi dan Peraturan Ibadah GMIT, maka pembacaan Alkitab dilakukan
sambil berdiri sebagai tanda menghormati Firman Tuhan.

PANGGILAN BERIBADAH
(instrument PKJ. 121 mengiringi penyalaan lilin oleh Penatua)
Suara 1 : Dalam kehidupan ini tidak semua hal berjalan sesuai yang kita inginkan. Ada
saatnya di mana masalah hidup terasa sangat berat dan situasi menjadi begitu
buruk. Hidup menjadi terpuruk. Saat itu hidup terasa berada di titik terendah. Hari
demi hari serasa dirundung mendung. Makan tidak enak, tidur tidak nyenyak.
Muncul perasaan bingung, tidak tahu harus melakukan apa, kesepian tanpa
seorangpun mendukung, putus asa, kehilangan arah hidup, kehilangan semangat
dan motivasi hidup.
Suara 2 : Muncul pula berbagai pertanyaan, “Mengapa Tuhan tidak adil? Mengapa harus
saya? Mengapa harus ada di keluarga ini? Mengapa bukan orang lain saja?
Bukankah banyak yang lebih buruk dari saya? Apakah ini hukuman atas dosa-
dosa saya di masa lalu?”
Pnt : Merasa terpuruk itu manusiawi, namun tidak selamanya hidup itu terpuruk.
Babak hidup akan berganti dengan babak selanjutnya. Karena itu kita perlu
bangkit dari keterpurukan. Bangkit dan bersedia berjumpa dengan Allah yang
setia menyertai dan memelihara. Mari datanglah kepadaNya dalam ibadah dan
berserah diri untuk dirangkul oleh kasih Allah. Jemaat dijemput berdiri
 : PKJ. 121:1-4, “Andaikan kasih-Mu Tidak Merangkulku” (do=f, 3 ketuk)
VOTUM DAN SALAM
Pelayan : Pertolongan kita ialah di dalam nama Tuhan yang menjadikan langit dan bumi,
yang memelihara kesetiaannya sampai selama-lamanya dan tidak meninggalkan
perbuatan tangannya, Tuhan menyertai saudara/i sekalian.
Jemaat : Dan menyertaimu juga (duduk kembali)

INTROITUS
Pelayan : “Tetapi beginilah perjanjian yang Kuadakan dengan kaum Israel sesudah waktu
itu, demikianlah firman Tuhan; Aku akan menaruh TauratKu dalam batin
mereka dan menuliskannya dalam hati mereka; maka Aku akan menjadi Allah
mereka dan mereka akan menjadi umatKu” (Yeremia 31: 33). Demikianlah Nas
Pembimbing.
 : “Kau Berikan Kesempatan”
Kau berikan kesempatan untuk belajar dari kesalahanku
Di masa yang telah lalu
Kau berikanku iman untuk mencoba lagi
Sampai 'ku jadi sempurna seperti-Mu
Reff: Meskipun ku jatuh, berulang kali
Namun oleh kasih-Mu kubangkit kembali
Ku tak dapat sungguh
Menyia-nyiakan kepercayaan-Mu terhadapku, Tuhan

PENGAUKUAN DOSA
Pelayan : Setiap keluarga merupakan “satu daging” yang tidak terpisahkan satu dengan
yang lain, yang bisa merasakan bahagia jika yang lain juga bahagia, yang bisa
merasakan luka jika yang lain juga sedang terluka, yang bisa menunjukkan kasih
dan cinta dalam pengorbanan, semua ada di dalam keluarga. Mari kita berdoa
berdoa bersama atas setiap dosa dan kesalahan yang kita buat:
Semua : Ampuni kami apabila kami melukai keluarga kami. Ampuni kami apabila kami
cepat putus asa ketika beban hidup terasa berat mendindih. Ampuni kami yang
terus mengeluh dan bersungut-sungut. Mampukan kami untuk menebarkan cinta
dan kasih dalam keluarga. Mampukan kami sabar dalam menanti penggenapan
janji Tuhan atas hidup kami. Mampukan kami untuk terus berkomitmen setia
kepadaMu. Dalam Nama Tuhan, sumber cinta dan kasih, kami berdoa, Amin
 : NKB. 13:1, “Oh, Allahku, Jenguklah Diriku”
BERITA ANUGERAH
Pelayan : Tuhan bersabda, “Aku, Akulah Dia yang menghapus dosa pemberontakanmu
oleh karena Aku sendiri, dan Aku tidak mengingat-ingat dosamu” (Yesaya 43:25).
Demikianlah berita anugerah dari Tuhan
Jemaat : Puji dan syukur kepada Tuhan!
Pelayan : Selanjutnya perhatikanlah nasihat ini, “Sabarlah kamu seorang terhadap yang
lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh
dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu
perbuat jugalah demikian” (Kolose 3:13). Karena itu, marilah kita saling
memaafkan satu sama lain …
(Ambil waktu sejenak untuk saling meminta maaf dan memaafkan satu sama
lain, khususnya di antara anggota keluarga)
 : PKJ. 140:1, “Tuhanku Berjanji”
PUJI-PUJIAN
Pelayan : (membaca Mazmur 119:97-104 secara berbalasan)
 : PKJ 165:1, “Janji Yang Manis”
Janji yang manis : Kau tak Ku lupakan
Tak terombang-ambing lagi jiwaku
Walau lembah hidupku penuh awan
Nanti kan cerahlah langit di atasku
Reff. Kau tidak kan Aku lupakan
Aku memimpinmu, Aku membimbingmu
Kau tidak kan aku lupakan,
Aku Penolongmu, yakinlah teguh
(Duduk)

PEMBERITAAN FIRMAN TUHAN


Pelayan : 1 3 . . | 1 5 5 3 3 2 1 2 | 5 . . 0 |
Tu-han, di-mu-li-a-kan-lah na-ma-Mu.
Jemaat : 5 1 1 1 1 3 3 2 | 1 . . 0 ||
Berfirmanlah kepada ka-mi.
Pelayan : Ya Tuhan, bukalah pikiran dan akal budi
kami, agar dalam terang sabda-Mu, kami dapat belajar untuk menjadi lebih bijak,
Amin! (jemaat berdiri)
Penatua : (membaca Yeremia 31:27-34, diakhiri dengan berkata:)
Demikianlah Firman TUHAN.
Pelayan : Diberkatilah setiap telinga yang mendengar dan hati yang terbuka bagi Firman
Allah.
Nyanyi : 1 7 1 7 5 . | 1 7 1 7 5 . | 4 3 4 3 1 | 1
Hale-lu-ya, Hale-lu-ya, Hale-lu-ya!
(jemaat duduk)
Pelayan : (berkhotbah)
---------------------- saat teduh ---------------------
PENGAKUAN IMAN
Pelayan : Bersama-sama dengan semua orang percaya di segala tempat dan segala waktu,
marilah kita menyatakan pengakuan kita berdasarkan Pengakuan Iman Rasuli,
baiklah masing-masing kita berkata:
Semua : “Aku Percaya kepada Allah, dst.”
 : KJ. 451, “Bila Yesus Berada Di Tengah Keluarga”
1. Bila Yesus berada di tengah keluarga
Bahagialah kita, bahagialah kita
2. Bila Yesus berkuasa di tengah keluarga
Pasti kita Bahagia, pasti kita bahagia

PERSEMBAHAN
Diaken : Tuhan telah memberkati dan menyertai keluarga kita, Tuhan juga telah
melindungi dan menjaga keluarga kita.. Karena itu, mari kita memberikan
persembahkan yang terbaik bagi Tuhan, dengan didasari Firman Tuhan yang
demikian “...” (Roma 12:1). Mari kita berdoa:…………………..
 : “Keluargaku Adalah Sorgaku”
Aku dan seisi rumahku
akan selalu menyembah-Mu, Tuhan dan rajaku
Di dalam kasih karunia-Mu
Yang hidup saling melayani dan melayani-Mu
Reff. Bila Tuhan menjadi kepala rumah ini
Maka berkat kehidupan tercurah selalu
Datanglah K’rajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu
Ku alami setiap waktu
Keluargaku adalah sorgaku

DOA SYAFAAT

PENGUTUSAN (berdiri)
Pelayan : Berbahagialah setiap orang yang takut akan Tuhan, yang hidup menurut jalan
yang ditunjukkanNya!
Bapak2 : Apabila engkau memakan hasil jerih payah tanganmu, berbahagialah engkau dan
baiklah keadaanmu!
Ibu-Ibu : Istrimu akan menjadi seperti pohon anggur yang subur di dalam rumahmu, dan
anak-anakmu seperti tunas pohon zaitun sekelilig mejamu!
Anak-anak : Sesungguhnya demikianlah akan diberkati orang laki-laki yang takut akan Tuhan.
Pelayan : Kiranya Tuhan memberkati engkau dari Sion, supaya engkau melihat
kebahagiaan Yerusalem seumur hidupmu
Jemaat : Dan melihat anak-anak dari anak-anakmu! Damai sejahtera atas Israel!
Pelayan : Kini, marilah kita bersiap untuk mengalami Penggenapan Janji Allah bagi
keluarga kita
 : GB. 252:1-2, “Berpeganglah Pada Janji Tuhanmu”

BERKAT
Pelayan : Pulanglah dalm tugas dan pelayananmu dengan membawa berkat Tuhan:
“Tuhan memberkati engkau dan melindungi engkau. Tuhan
menyinari engkau dengan wajah- Nya, dan memberi engkau kasih
karunia. Tuhan menghadapkan wajah- Nya kepadamu, dan memberi
engkau damai sejahtera”.
 : KJ. 478c, Amin….amin…amin.

SAAT TEDUH
(pelayan dan jemaat berdoa secara pribadi. Setelah itu pelayan turun dari mimbar, mematikan
lilin, kemudian menyerahkan Alkitab kepada anggota majelis jemaat pendamping.)
TATA IBADAH HARI PASUTRI
Sabtu, 17 Oktober 2022

“ Pembaharuan Cinta Kasih”


PERSIAPAN
MJ atau UPP Liturgi Muger menyiapkan dekorasi yang indah dalam ruang ibadah,
mengatur tempat duduk yang baik agar suami dan istri duduk berpasangan dalam
suasana yang nyaman.
MJ atau UPP Liturgi Muger menyiapkan setangkai bunga yang akan diberikan suami
kepada istri. Jangan bunga plastik. Bunga bisa dibeli, atau diambil dari halaman
masing-masing atau bisa memakai bunga liar yang indah di sekitar lingkungan
kampung/jemaat.
Lagu-lagu bisa disesuaikan dengan lagu KJ, PKJ, NKB, DSL, Si Knino, dan lagu2 lain
yang sesuai dengan teologi dan pengajaran GMIT.
Tetap mematuhi protokol kesehatan: mencuci tangan sebelum masuk ke rumah
kebaktian, pemeriksaan suhu tubuh sebelum kebaktian, memakai masker selama
kebaktian berlangsung, duduk berjarak, petugas kebaktian memakai masker.
Majelis Jemaat bisa berkreasi sesuai dengan konteks masing-masing jemaat.
Semua petugas atau pelaku liturgi wajib melakukan latihan dan gladi agar gerak liturgi
dapat dilakonkan dengan baik.

...........................Saat Teduh..........................
Pelayan : “Taruhlah aku seperti meterai pada hatimu, seperti materai pada lenganmu
karena cinta kuat seperti maut, kegairahan gigih seperti dunia orang mati,
nyalanya adalah nyala api, seperti nyala api Tuhan. Air yang banyak tidak dapat
memadamkan cinta, sungai-sungai tak dapat menghanyutkannya”.
Hari ini kita ada di rumah Tuhan untuk merayakan cinta kasih kita sebagai suami
isteri. Mari bawa hidup pernikahan dan syukur kepada-Nya.
Litani ungkapan Kasih
Istri : Hari ini, aku bersyukur atas pemberian Tuhan yang terindah, yaitu
dirimu, aku mengasihimu, sayangku. Kita telah berjalan bersama
menempuh susah dan duka, saling mendukung dalam sehat dan sakit.
Suami : Sayangku, kita telah berjalan bersama mengayuh bahtera hidup rumah tangga.
Maafkan aku yang sering berkata kasar kepadamu. Aku mencintaimu dari lubuk
hatiku. Betapa ku bersyukur Tuhan memberimu untukku. Maafkan tingkahku
yang menyakitimu.
Istri : Juga dari lubuk hati, ku mohonkan maaf untuk semua laku yang
menyakitimu, kekasihku. Kita telah meniti hari bersama, melewati
suka dan duka. Tetaplah di sisiku, agar kita kuat melangkah bersama
mewujudkan semua mimpi kita.
Suami : Dirimu adalah hal terbaik yang dikaruniakan Tuhan untukku. Dalam kesulitan
dan tangan, jangan kita pernah menyerah karena Tuhan telah berjanji akan
berjalan bersama kita.
Istri : Jalan terjal yang kita lewati bukanlah sesuatu yang akan
memusnahkan cintaku padamu. Peganglah tanganku erat-erat dan
mari lanjutkan perjalanan hingga sampai akhir tujuan.
Suami : (Sambil menggenggam tangan isteri dan katakan) Mari, kita berjalan terus
bersama Tuhan, janganlah cemas dan kuatir, Tuhan selalu bersama kita.
Pujian Hati.
Menyanyikan pujian: “Kasih”

Kasih pasti lemah lembut Refr: Ajarilah kami ini saling mengasihi
Kasih pasti memaafkan Ajarilah kami ini saling mengampuni
Kasih pasti murah hati Ajarilah kami ini, kasihMu ya Tuhan
kasihMu, kasihMu, Tuhan KasihMu kudus tiada batasnya.(Kembali ke
Refr)

VOTUM & SALAM


Pelayan : Pertolongan kita ialah di dalam nama Tuhan yang menjadikan langit dan bumi,
yang memelihara keseiaannya sampai selama-lamanya, dan tidak meninggalkan
perbuatan tanganNya.
Pelayan : Tuhan menyertai saudara sekalian
Jemaat : dan meyertaimu juga
Nyanyian : “Bahasa Cinta”

Andaikan aku lakukan Refr Ajarilah kami bahasa cintaMu,


Yang luhur mulia Agar kami dekat padamu ya Tuhanku
Jika tanpa kasih cinta, Ajarilah kami bahasa kasihMu
Hampa tak berguna Agar kami dekat padaMu (kembali ke Refr)
PEMBERITAAN FIRMAN TUHAN ( disampaikan dalam bentuk refleksi, kesaksian, dan
sharing)
Doa, pembacaan Firman Tuhan
Berbagi pengalaman kasih (majelis jemaat sudah mempersiapkan sepasang suami dan
istri yang dipilih untuk berbagi kesaksian suka duka hidup rumah tangga dan
penyertaan Tuhan yang telah dialami. Selanjutnya dilakukan sharing bersama dan
penegasan oleh pemimpin kebaktian).
PEMBAHARUAN JANJI DAN KOMITMEN
Suami/Istri : Allah sumber cinta sejati, Engkau telah mempersatukan kami dalam ikatan
perkawinan yang suci. Kami bersyukur atas segala pengalaman yang kami alami
selama perjalanan perkawinan kami: atas segala suka dan duka, atas
kebahagiaan dan penderitaan, atas untung dan malang, terlebih atas rahmat
kesetiaan yang telah memungkinkan kami berdua berpegang teguh pada janji
suci pernikahan kami.
 Sejenak berdiam di dalam keheningan Allah, suami dan istri saling mendoakan, dan
kembali merenungkan awal mula membangun cinta kasih, menggenggam tangan
pasangan masing-masing, bertelut dan saling mendoakan.
PEMBERIAN TANDA CINTA KASIH
SUAMI : Istriku tersayang, saya memberikan bunga ini sebagai lambang cintaku yang
tulus dan murni kepadamu. (Memberikan setangkai bunga segar kepada istri.
Jangan bunga plastik. Bunga bisa dibeli, atau diambil dari halaman masing-
masing atau bunga liar yang indah di sekitar lingkungan kampung/jemaat).
Nyanyian : “Bahasa Cinta”

Cinta itu lemah lembut Refr Ajarilah kami bahasa cintaMu,


Sabar sederhana Agar kami dekat padamu ya Tuhanku
Cinta itu murah hati Ajarilah kami bahasa kasihMu
Rela menderita Agar kami dekat padaMu (kembali ke Refr)

PERSEMBAHAN SYUKUR (Maju ke depan dan memberi persembahan)


Menyanyikan : KJ 451:1-2, “Bila Yesus Berada di tengah Keluarga” do=d, 3 ketuk
1. Bila Yesus berada di tengah kelaurga 2. Bila Yesus berkuasa di tengah keluarga,
Bahagialah kita, bahagialah kita Pasti kita bahagia, pasti kita bahagia.

DOA SYAFAAT
PENGUTUSAN & BERKAT
Pelayan : Saudaraku, kenakanlah kasih Kristus sebagai pengikat dalam hidup
rumah tanggamu.
Semua : Ya Tuhan, tolonglah kami agar kami mampu mengasihi seperti Kristus
mengasihi kami.
Pelayan : Saudaraku, sebagai istri, ingatlah bahwa suamimu adalah
pemberian terindah Tuhan bagimu, karena itu hormatilah dia dan
jangan lukai hatinya.
Istri : Ya Tuhan, tolonglah agar kami mampu menjadi istri yang takut akan Engkau,
menjadi penyejuk dalam keluarga, sabar, murah hati, penuh kasih dan
penyayang.
Pelayan : Saudaraku, sebagai suami, ingatlah bahwa istrimu adalah
pemberian terindah Tuhan bagimu, hormatilah dia dan jangan
berlaku kasar pada dirinya.
Suami : Ya Tuhan, tolonglah agar kami mampu menjadi suami yang takut Tuhan,
mampu menjadi teladan dalam hidup rohani, bijaksana, penuh kasih, sabar, dan
penyayang.
Pelayan :   Saudaraku melangkahlah dalam tuntunan kasih Allah, maka damai sejahtera
yang melampaui segala akal itu, akan memelihara hati dan pikiranmu di dalam
Kristus Yesus Tuhan kita. Terimalah berkat Tuhan:
“Tuhan memberkati engkau dan melindungi engkau, Tuhan
menyinari engkau dengan wajahNya dan memberi engkau kasih
karunia, Tuhan menghadapkan wajahNya kepadamu dan memberi
engkau damai sejahtera. Amin.”
TATA IBADAH BULAN KELUARGA
Minggu, 23 Oktober 2022
Lukas 18:9-14
“Keluarga yang Dibenarkan Allah”

PERSIAPAN (Saat Teduh)


Lagu-lagu bisa disesuaikan dengan lagu KJ, PKJ, NKB, DSL, Si Knino, dan lagu2 Baru lain yang sesuai
dengan teologi dan pengajaran GMIT.
Tetap mematuhi protokol kesehatan: mencuci tangan sebelum masuk ke rumah kebaktian, pemeriksaan
suhu tubuh sebelum kebaktian, memakai masker selama kebaktian berlangsung, duduk berjarak, petugas
kebaktian memakai masker.
Bahan ini masih bisa diolah dan disesuaikan dengan kondisi atau kebutuhan jemaat.
Semua pelayan tata ibadah (pemandu lagu, pemusik atau pelaku liturgi lainnya wajib melakukan latihan
minimal dimulai hari Kamis, dan gladi pada hari Sabtu.
20 menit sebelum ibadah mulai, pemandu mengajarkan lagu2 yang baru dalam tata Ibadah kepada
Jemaat
Cara membaca mazmur secara berbalasan: Pelayan membaca bagian tercetak keluar dan jemaat bagian
tercetak ke dalam.
Sesuai petunjuk dalam naskah teologi dan Peraturan Ibadah GMIT, maka pembacaan Alkitab dilakukan
sambil berdiri sebagai tanda menghormati Firman Tuhan.

PANGGILAN BERIBADAH
Penatua : Syalom. Selamat bertemu lagi dalam ibadah bulan keluarga GMIT 23 Oktober
2022. “Kebenaran akan menemukan jalannya sendiri.” Demikian sebuah
pernyataan yang sering kita dengar. Tetapi mengapa kebenaran seperti hilang.
Selalu saja kebenaran diputarbalikkan. Kebenaran dipertentangkan. Tiap orang
dan kelompok dengan kebenarannya. Lalu manakah yang benar. Bagaimana
dengan keluarga? Kebenaran seperti apakah yang sementara kita jalani dalam
keluarga? Bagaimana kebenaran itu dijalankan? Apakah ada di antara anggota
keluarga yang merasa benar sendiri dan membuat kehidupan keluarga retak?
Bagaimana kebenaran Injil dinyatakan dalam keluarga? Bukankah Kristus berkata:
“Akulah jalan dan kebenaran dan hidup” sehingga tiap keluarga dipersatukan
dalam kebenaran Allah?
Jemaat : Kebenaran Tuhan ada pada kami yang telah dibenarkan Allah.
Penatua : Mari beribadah dalam bulan keluarga hari ini dalam teman: Keluarga Yang
Dibenarkan Allah. ” Kita berdiri dan menyanyikan…..
Jemaat : menyanyikan NKB 126:1, 2 “Tuhan Memanggilmu” do=bes 4 ketuk

VOTUM DAN SALAM


Pelayan : Pertolongan kita ialah di dalam nama Tuhan yang menjadikan langit dan bumi,
yang memelihara kesetiaannya sampai selama-lamanya dan tidak meninggalkan
perbuatan tangannya, Tuhan menyertai saudara/i sekalian.
J : Dan menyertaimu juga. (duduk)
INTROITUS
Pelayan : membaca Lukas 18:14
Jemaat : Menyanyikan PKJ no 89:1,2 “Keluarga Hidup Indah” do=a 9 ketuk

PENGAKUAN DOSA
Pelayan : Marilah dalam kerendahan hati kita mengaku dosa kepada Tuhan.
------------------saat teduh---------------------
Ya Tuhan, Tuhan kami. Betapa mulianya kebenaran-Mu di muka bumi.
Kebenaran-Mu dalam keluarga kami telah membuat kami menjalani kehidupan
dalam takut Tuhan. Tetapi kami menyadari Tuhan, kami lebih sering tidak
melakukan kebenaran-Mu. Kami meyakiti Engkau dan sesama bahkan kami
disakiti. Seringkali yang terjadi di antara kami bukanlah kebenaran dari-Mu, tetapi
kami sendiri yang membuat kami dipenuhi dosa. Karena itu kami mohon kasihani
kami, ya Tuhan. Ampunilah dosa kami. Pulihkan kami dan layak kami di hadapan-
MU. Amin.
Jemaat : menyanyikan PKJ 42:1 Ku Mohon Pengampunan” do=bes 4 ketuk

BERITA ANUGERAH
Pelayan : Dengarlah berita anugerah Allah: “Aku, Akulah Dia yang menghapus dosa
pemberontakanmu oleh karena Aku sendiri, dan Aku tidak mengingat-ingat
dosamu.” (Yesaya 43:25)
Jemaat : Terpujilah Tuhan, kini dan selamanya!
Jemaat : Menyanyikan PKJ 42:3 Ku Mohon Pengampunan” do=bes 4 ketuk
PUJI-PUJIAN (berdiri)
Pelayan : (Membaca Mazmur 113)
(Cara Membaca Mazmur secara berbalasan: Pelayan membaca bagian tercetak keluar dan jemaat
bagian tercetak ke dalam)
Jemaat : Menyanyikan PKJ no. 200 “’Ku Diubah-Nya” do=e 3 ketuk

(Duduk)
PEMBERITAAN FIRMAN TUHAN
Pelayan : 1 3 . . | 1 5 5 3 3 2 1 2 | 5 . . 0 |
Tu-han, di-mu-li-a-kan-lah na-ma-Mu.
Jemaat : 5 1 1 1 1 3 3 2 | 1 . . 0 ||
Berfirmanlah kepada ka-mi.
Pelayan : Ya Tuhan, bukalah pikiran dan akal budi
kami, agar dalam terang sabda-Mu, kami dapat belajar untuk menjadi lebih bijak,
Amin! (jemaat berdiri)
Penatua : (membaca Lukas 18:9-14, diakhiri dengan berkata:)
Demikianlah Firman TUHAN.
Pelayan : Diberkatilah setiap telinga yang mendengar dan hati yang terbuka bagi Firman
Allah.
Nyanyi : 1 7 1 7 5 . | 1 7 1 7 5 . | 4 3 4 3 1 | 1
Hale-lu-ya, Hale-lu-ya, Hale-lu-ya!
(jemaat duduk)
Pelayan : (berkhotbah) “Keluarga yang Dibenarkan Allah”
---------------------- saat teduh ---------------------
PENGAKUAN IMAN
Pelayan : Bersama-sama dengan semua orang percaya di segala tempat dan segala waktu,
marilah kita menyatakan pengakuan kita berdasarkan Pengakuan Iman Rasuli,
baiklah masing-masing kita berkata:......
Semua : “Aku Percaya kepada Allah dst”
Jemaat : Menyanyikan PKJ no 130:1, 2 “Kita ‘Kan Menang” do=c 4 ketuk

PERSEMBAHAN
Diaken : Berilah persembahanmu dengan penuh ungkapan syukur. “Sebab Aku akan
mencurahkan air ke atas tanah yang haus, dan hujan yang lebat ke atas tempat yang
kering. Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas keturunanmu, dan berkat-Ku ke atas
anak cucumu.” (Yesaya 44:3). Mari kita berdoa. . . .
Jemaat : Menyanyikan “PKJ 150 :1-5 “Ya Tuhan Hanya Inilah” do=C 6 ketuk
(setelah memberikan persembahan ibadah minggu, tiap keluarga dapat memberikan
persembahan khusus keluarga di tempat yang telah disediakan dan diakhiri
dengan menyalakan lilin keluarga di tempat yang telah disediakan. Tanda syukur
dibenarkan dan tanda siap menjadi terang kebenaran)

DOA SYAFAAT

PENGUTUSAN (berdiri)
Pelayan : Pergilah…..! Tuhan telah membenarkan dirimu dan keluargamu. Tuhan telah
membuat saudara-saudari menjadi saksi kebenaran yang hidup. Jalanilah dalam
keselamatan yang dianugerahkan Tuhan.
Jemaat : Kami siap menjadi saksi kebenaran Tuhan! Biarlah Tuhan memenuhi kami dengan
Roh-Nya yang Kudus.
Jemaat : Menyanyikan PKJ no 288:1,4 “Inilah Rumah Kami” do=d 4 ketuk
BERKAT
Pelayan : Pulanglah dalm tugas dan pelayananmu dengan membawa berkat Tuhan:
“Tuhan memberkati engkau dan melindungi engkau. Tuhan
menyinari engkau dengan wajah-Nya, dan memberi engkau kasih
karunia. Tuhan menghadapkan wajah-Nya kepadamu, dan memberi
engkau damai sejahtera”.
 : KJ. 478c, Amin….amin…amin.

SAAT TEDUH
(pelayan dan jemaat berdoa secara pribadi. Setelah itu pelayan turun dari mimbar, mematikan
lilin, kemudian menyerahkan Alkitab kepada majelis jemaat pendamping.)
TATA IBADAH BULAN KELUARGA
Minggu, 30 Oktober 2022
1 Timotius 5:1-8
“Saling Menegur sebagai Keluarga”

PERSIAPAN (Saat Teduh)


Lagu-lagu bisa disesuaikan dengan lagu KJ, PKJ, NKB, DSL, Si Knino, dan lagu2 Baru lain yang sesuai
dengan teologi dan pengajaran GMIT.
Tetap mematuhi protokol kesehatan: mencuci tangan sebelum masuk ke rumah kebaktian, pemeriksaan
suhu tubuh sebelum kebaktian, memakai masker selama kebaktian berlangsung, duduk berjarak, petugas
kebaktian memakai masker.
Bahan ini masih bisa diolah dan disesuaikan dengan kondisi atau kebutuhan jemaat.
Semua pelayan tata ibadah (pemandu lagu, pemusik atau pelaku liturgi lainnya wajib melakukan latihan
minimal dimulai hari Kamis, dan gladi pada hari Sabtu.
20 menit sebelum ibadah mulai, pemandu mengajarkan lagu2 yang baru dalam tata Ibadah kepada
Jemaat
Cara membaca mazmur secara berbalasan: Pelayan membaca bagian tercetak keluar dan jemaat bagian
tercetak ke dalam.
Sesuai petunjuk dalam naskah teologi dan Peraturan Ibadah GMIT, maka pembacaan Alkitab dilakukan
sambil berdiri sebagai tanda menghormati Firman Tuhan.

PANGGILAN BERIBADAH
(instrument PKJ. 19 mengiringi penyalaan lilin oleh Penatua)
Penatua : Jemaat Tuhan sekalian… Selamat berjumpa dalam ibadah ini… Di Minggu
Keempat ini, kita bersama merayakan Bulan Keluarga di bawah tema:
“Saling menegur sebagai Keluarga Allah”
Teguran adalah bagian dari ungkapan kasih. Teguran bukan hanya sekedar
peringatan tetapi juga nasihat untuk menjadi lebih baik. Teguran dibutuhkan
oleh setiap orang, sebab tidak ada pribadi sempurna yang luput dari kesalahan.
Jika kita ingin menjadi baik, terbukalah pada teguran.
Suara 1 : Benar sekali… saya adalah orang suka menegur saat melihat ada yang salah. Tapi
kenapa orang tidak menyukai saya? Padahal saya punya niat yang baik. Di
samping mengingatkan bahwa hal itu salah, tapi juga mencegah masalah.
Suara 2 : Kalau saya, justru sebaliknya… saya adalah orang yang sering ditegur. Yah..
karena saya memang salah… tapi sebenarnya… lebih banyak kesalahan yang
sengaja dibuat. Mengapa? Karena cara mereka menegur yang tidak tepat. Bukan
membangun tapi merendahkan; bukan memulihkan tapi menyakiti… memang
teguran yang nyata adalah baik dari pada kasih yang tersembunyi, tapi seni
menegur juga perlu diperhatikan. Siapa, bagaimana, di mana dan kapan waktu
yang tepat untuk menegur.
Penatua : Saudara-saudaraku… Jika kita ditegur, terimalah… sebab sebuah teguran yang
mendidik itu jalan kehidupan dan melindungi engkau dari apa yang jahat. Dan
sebaliknya, jika kita harus menegur, lakukanlah dengan tulus dan bijak.
Pandanglah mereka sebagai kawan dan bukan lawan.. Pandanglah mereka
sebagai keluarga dan bukan orang asing. Sebab siapa menegur orang akan
kemudian lebih disayangi dari pada orang yang menjilat.
Marilah kita beribadah kepada Allah dengan penuh syukur dan hormat, sambil
menyatakan:
Jemaat : Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu,
sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang
lain dan sambal menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani,
kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu
 : PKJ. 19:1-3, “Mari Sembah” (do=d, 4 ketuk)
VOTUM DAN SALAM
Pelayan : Pertolongan kita ialah di dalam nama Tuhan yang menjadikan langit dan bumi,
yang memelihara kesetiaannya sampai selama-lamanya dan tidak meninggalkan
perbuatan tangannya, Tuhan menyertai saudara/i sekalian.
Jemaat : Dan menyertaimu juga (duduk)

INTROITUS
Pelayan : Dengarkanlah sabda Tuhan yang membimbing kita dalam ibadah ini…
“Lebih baik teguran yang nyata-nyata dari pada kasih yang tersembunyi”
(Amsal 27:5)
 : PKJ. 277:1, “Sekalipun Diriku Dapat Berkata-kata”

PENGAKUAN DOSA
Pelayan : “Saudara-saudaraku, jika ada di antara kamu yang menyimpang dari kebenaran
dan ada seorang yang membuat dia berbalik, ketahuilah, bahwa barangsiapa
membuat orang berdosa berbalik dari jalannya yang sesat, ia akan
menyelamatkan jiwa orang itu dari maut dan menutupi banyak dosa.”
(Yakobus 5:19-20)
Bagian firman ini mengingatkan kita bahwa menegur sesama adalah sebuah
kewajiban dan bukan pilihan. Sebuah teguran dapat membawa dampak yang
besar dalam kehidupan seseorang yaitu keselamatan jiwanya. Namun, sadar atau
tidak, kita lebih banyak berdiam diri melihat kesalahan sesama kita, baik anggota
keluarga maupun orang lain di sekitar kita. Karena itu, marilah kita mengakui
kelemahan kita di hadapan Tuhan..
Pelayan : Ya Tuhan, kami mengakui diri kami yang lemah dan berdosa. Kami
terlena dalam dosa dan enggan meninggalkannya. Akibatnya kami pun tak
mampu mengingatkan sesama yang berdosa.
Jemaat : Ya Tuhan, ampunilah kami jika kami salah menegur. Bukan dengan kasih,
melainkan menghakimi. Bukan untuk membangun, tapi menghancurkan.
Pelayan : Ya Tuhan, ampuni kami, jika kami tidak menyukai teguran dan kami membenci
mereka yang menegur kami.
Jemaat : Penuhi kami dengan Roh-Mu, agar kami terbuka pada teguran-Mu dan kami
berani untuk menyatakan apa yang keliru terhadap sesama kami, Amin.
 : PKJ 151:1, “Pada-Mu, Tuhanku, Ku bawa Dosaku”
BERITA ANUGERAH
Pelayan : Sebagai pelayan Tuhan, perkenankan saya menyampaikan, bahwa bagi setiap
orang yang dengan rendah dan tulus hati mengakui dosanya, Allah yang penuh
kasih dan rahmat mengaruniakan pengampunan dosa, sebagaimana nyata dalam
firman-Nya:
"Berbahagialah orang yang diampuni pelanggaran-pelanggarannya, dan yang
ditutupi dosa-dosanya" (Roma 4:7).
 : DSL. 138, “Iringlah Tuhan dalam T’rang”
Iringlah Tuhan dalam t’rang , keluar dari g’lap
Dan ingat apa wajibmu, lakukanlah tetap
Reff. Berjalan di t’rang (3x)
Berjalan di dalam t’rang
PUJI-PUJIAN
Pemazmur : Marilah kita menaikkan pujian secara berbalasan berdasarkan Mazmur 112.
Jemaat disilahkan untuk berdiri :
Pemazmur :

Jemaat :

Pemazmur :

Jemaat : (menyanyikan Refrein)


Pemazmur :

Jemaat : (menyanyikan Refrein)


Pemazmur :

Jemaat : (menyanyikan Refrein)

Pemazmur :

Jemaat : (menyanyikan Refrein)

Pemazmur :

Jemaat : (menyanyikan Refrein)

(Duduk)

PEMBERITAAN FIRMAN TUHAN


Pelayan : 1 3 . . | 1 5 5 3 3 2 1 2 | 5 . . 0 |
Tu-han, di-mu-li-a-kan-lah na-ma-Mu.
Jemaat : 5 1 1 1 1 3 3 2 | 1 . . 0 ||
Berfirmanlah kepada ka-mi.
Pelayan : Ya Tuhan, bukalah pikiran dan akal budi
kami, agar dalam terang sabda-Mu, kami dapat belajar untuk menjadi lebih bijak,
Amin! (jemaat berdiri)
Penatua : (membaca 1 Timotius 5:1-8, diakhiri dengan berkata:) Demikianlah Firman
TUHAN.
Pelayan : Diberkatilah setiap telinga yang mendengar dan hati yang terbuka bagi Firman
Allah.
Nyanyi : 1 7 1 7 5 . | 1 7 1 7 5 . | 4 3 4 3 1 | 1
Hale-lu-ya, Hale-lu-ya, Hale-lu-ya!
(jemaat duduk)
Pelayan : (berkhotbah) “Saling Menegur sebagai Keluarga”
---------------------- saat teduh ---------------------
PENGAKUAN IMAN
Pelayan : Bersama-sama dengan semua orang percaya di segala tempat dan segala waktu,
marilah kita menyatakan pengakuan kita berdasarkan Pengakuan Iman Rasuli,
baiklah masing-masing kita berkata:
Semua : “Aku Percaya kepada Allah, dst.”
 : PKJ. 249, “Ya Tuhan Kuatkan Imanku”

PERSEMBAHAN
Diaken : Berilah dirimu, karena persembahan yang sesungguhnya di hadapan TUHAN
adalah diri kita sendiri. Mari kita berdoa:
Bapa Yang Mahabaik, berkatilah persembahan yang akan kami beri, sebagai
tanda kami memuliakan namaMu. Jadikan bilangan-bilangan yang sederhana ini
menjadi kesukaan TUHAN. Demi Kristus yang mengorbankan diri, kami berdoa,
Amin!
 : KJ. 393, “Tuhan, Betapa Banyaknya”
1. Tuhan, betapa banyaknya berkat yang Kau beri
Teristimewa rahmat-Mu dan hidup abadi
Reff. T’rima kasih, ya Tuhanku atas keselamatanku
Padaku telah Kau beri, hidup bahagia abadi
2. Sanak saudara dan teman Kau b’ri kepadaku
Berkat terindah ialah : ‘ku jadi anak-Mu. Reff.
3. Setiap hari rahmat-Mu tiada putusnya
Hendak ku puji nama-

DOA SYAFAAT

PENGUTUSAN (berdiri)
Pelayan : Keluarga Allah… Marilah kita terus saling mengingatkan satu sama lain dalam
keluarga. Apa yang salah di mata kita tidak boleh dibiarkan begitu saja. Apakah
kita sebagai orang tua, apakah kita sebagai anak atau sebagai saudara satu
terhadap yang lain, diajak untuk saling menegur. Tidak ada anggota keluarga
yang sempurna, namun yang teutama adalah mereka yang terbuka untuk
diingatkan dan mau memperbaiki diri.
Jemaat : Kami ingin menjadi keluarga yang saling menegur dan mengingatkan.
Pelayan : Demikian juga kita dipanggil untuk menegur sesama yang lain secara bijak dan
dengan semangat sebagai keluarga. Terhadap yang tua, kita menaruh rasa
hormat dan terhadap yang muda, janganlah memandang rendah. Menegur
sesama bukan hanya untuk kebaikan mereka melainkan menjadi cara agar kita
pun mawas diri.
Jemaat : Kami ingin menjadi pribadi yang mampu mengingatkan diri sendiri dan juga
sesama demi hidup yang memuliakan Tuhan.
 : GB. 69:1-2, “Kumulai Dari Diri Sendiri”
BERKAT
Pelayan : Pulanglah dalm tugas dan pelayananmu dengan membawa berkat Tuhan:
“Tuhan memberkati engkau dan melindungi engkau. Tuhan
menyinari engkau dengan wajah- Nya, dan memberi engkau kasih
karunia. Tuhan menghadapkan wajah-Nya kepadamu, dan memberi
engkau damai sejahtera”.
 : KJ. 478c, Amin….amin…amin.

SAAT TEDUH
(pelayan dan jemaat berdoa secara pribadi. Setelah itu pelayan turun dari mimbar, mematikan
lilin, kemudian menyerahkan Alkitab kepada majelis jemaat pendamping.)
TATA IBADAH SYUKUR
HUT Reformasi ke-505, HUT GMIT ke-75 &
Penutupan Bulan Keluarga
Senin, 31 Oktober 2022
1 Korintus 3:12-21
“Gereja yang Berdasar pada Kristus,
Hidup dan Melayani dalam Tuntunan Roh Kudus ”

PERSIAPAN (Saat Teduh)


Lagu-lagu bisa disesuaikan dengan lagu KJ, PKJ, NKB, DSL, Si Knino, dan lagu2 Baru lain yang sesuai
dengan teologi dan pengajaran GMIT.
Tetap mematuhi protokol kesehatan: mencuci tangan sebelum masuk ke rumah kebaktian, pemeriksaan
suhu tubuh sebelum kebaktian, memakai masker selama kebaktian berlangsung, duduk berjarak, petugas
kebaktian memakai masker.
Bahan ini masih bisa diolah dan disesuaikan dengan kondisi atau kebutuhan jemaat.
Semua pelayan tata ibadah (pemandu lagu, pemusik atau pelaku liturgi lainnya wajib melakukan latihan
minimal dimulai hari Kamis, dan gladi pada hari Sabtu.
20 menit sebelum ibadah mulai, pemandu mengajarkan lagu2 yang baru dalam tata Ibadah kepada
Jemaat.
Cara membaca mazmur secara berbalasan: Pelayan membaca bagian tercetak keluar dan jemaat bagian
tercetak ke dalam.
Sesuai petunjuk dalam naskah teologi dan Peraturan Ibadah GMIT, maka pembacaan Alkitab dilakukan
sambil berdiri sebagai tanda menghormati Firman Tuhan.

PANGGILAN BERIBADAH
(instrument PKJ. 2 mengiringi penyalaan lilin oleh Penatua)
Bapak : Saudara yang dikasihi Tuhan, hari ini kita memasuki akhir dari Bulan Keluarga
Tahun 2022. Kita bersyukur karena sepanjang Bulan Keluarga ini membawa kita
pada refleksi dan hidup bersama dalam hal “Spiritualitas, Bersyukur, Janji Allah,
Dibenarkan Allah, dan Saling Menegur Dalam Kehidupan Berkeluarga”.
Ibu : Hari ini, sebagai bagian dari Gereja Reformasi, kita juga merayakan Hari Ulang
Tahun Reformasi ke-505. Perayaan Reformasi mengingatkan kembali pada inti
Injil dalam Alkitab yang menjadi acuan hidup Kristen dan kesaksian gereja, yakni
kasih karunia Allah dalam Yesus Kristus. Pada dasarnya Reformasi bukan untuk
memecah-belah gereja, melainkan menemukan gereja sejati, satu tubuh Kritus,
yang dipersekutukan dalam Baptisan Kudus dan Perjamuan Kudus, serta bersama-
sama menjalankan panggilan kesaksian dan pelayanan serta peribadahan.
Anak : Hari ini juga, kita merayakan Hari Ulang Tahun Gereja Masehi Injili di Timor ke-
75: Tahun Berlian. Permulaan tumbuhnya gereja ini diawali dengan datangnya
Portugis pada abad ke-16. Kemudian hadirlah Gereja Protestan selama
Pemerintahan Belanda. Selanjutnya, Gereja di Timor terus berlangsung pada masa
pendudukan Jepang. Pada 31 Oktober 1947, Gereja Masehi Injili di Timor menjadi
gereja mandiri sampai sekarang ini dalam tuntunan Yesus Kristus, Tuhan dan
Kepala Gereja yang setia.
Pel Liturgi1 : Untuk masuk dalam ibadah syukur ini, kita menyiapkan diri dengan berdiri dan
menyanyikan PKJ 2 “Mulia, Mulia Nama-Nya” (sementara itu, penanggung
jawab ibadah, pelayan ibadah dan pelayan liturgi memasuki ruang ibadah).
Mulia, mulia nama-Nya. Bagi Yesus kemuliaan, puji, sembah!
Mulia, kekuasaan-Nya memb’ri berkat bagi jemaat, bersyukurlah!
Pujilah, tinggikanlah Rajamu Yesus.
Dialah selamanya Sang Raja benar!
Mulia, mulia nama-Nya! Sang Penebus, Mahakudus, Mahabesar.
VOTUM & SALAM
Pelayan : Pertolongan kita dalam ibadah ini ada di dalam nama Tuhan yang menciptakan
langit dan bumi.
Nyanyi : KJ 476a “Amin” do=g 2/4 MM ± 68

Pelayan : Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah Bapa dan Tuhan Yesus Kristus
menyertai saudara sekalian.
Jemaat : Dan menyertai saudara juga. (duduk)
NAS PEMBIMBING
Pelayan : Tema dalam ibadah ini, “Gereja yang berdasar pada Kristus, hidup dan
melayani dalam tuntunan Roh Kudus“, yang mengingatkan kita dasar dan
hakekat Gereja.
Nas yang mengarahkan ibadah ini merupakan tulisan rasul Paulus dalam 1
Korintus 3:11, “ Karena tidak ada seorangpun yang dapat meletakkan dasar lain
dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus.“
Nyanyi : KJ 252:1,4 “Batu Penjuru G;reja” do=d 4/4
Batu penjuru G'reja dan Dasar yang esa,
yaitu Yesus Kristus, Pendiri umat-Nya.
Dengan kurban darah-Nya Gereja ditebus;
baptisan dan firman-Nya membuat-Nya kudus.
Gereja takkan punah selama-lamanya,
dibimbing tangan Tuhan, dibela kasih-Nya.
Ditantang pengkhianat dan banyak musuhnya,
bertahanlah jemaat dan jaya mulia.
PENGAKUAN DOSA
P : Ketika kita berada di hadapan hadirat Tuhan Allah Yang Mahakudus, betapa kita
sadari bahwa kita adalah orang yang berdosa dan tidak layak di hadapan-Nya.
Karena itu, marilah kita mengakui dosa-dosa kita kepada-Nya.
………..……………….………….. saat teduh …………………………………….
Pel Liturgi2 : Ya Tuhan Allah, kami datang ke hadapan-Mu
membawa diri kami yang berdosa.
Kami sering menganggap iman kami sudah lengkap dan sempurna,
sehingga kami menjadi sombong,
dan enggan diubah lagi oleh Roh Kudus.
Jemaat : Kami sering menganggap diri kami yang paling benar,
sehingga kami begitu mudah menghakimi orang lain,
dan menganggap semua orang lain rendah.
Kami sering menganggap kasih kami sudah cukup,
sehingga kami tidak mau menambah lagi perhatian
dan bantuan kami kepada orang lain.
Pel Liturgi2 : Kami mengaku suka membesar-besarkan diri kami
dan tanpa sadar mengecilkan nama Tuhan.
Kami sering iri hati dan berselisih dengan orang lain,
hanya karena kami mau benar dan menang sendiri.
Jemaat : Tolonglah kami, ya Allah,
agar terus-menerus mau diubah oleh Roh Kudus dan menjadi baru.
Mampukanlah kami tetap menyegarkan iman,
kasih dan pengharapan kami.
PL2 + J : Ya Allah, ampunilah dosa kesombongan kami.
Berilah kami kerendahan hati, ketekunan belajar,
dan semangat mengasihi satu sama lain sebagai rekan sekerja Allah,
sebagaimana diteladankan Kristus kepada kami. AMIN.
Nyanyi : PKJ 43:1 “Tuhan Kami Berlumuran Dosa”
Tuhan, kami berlumuran dosa
Tuhan, sudilah ampuni kami.

BERITA ANUGERAH
Pelayan : Janji Tuhan tentang pengampunan dosa, “Tuhan adalah penyayang dan pengasih,
panjang sabar dan berlimpah-limpah kasih setia-Nya. Tidak dilakukan-Nya kepada
kita setimpal dengan dosa kita. Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian
Tuhan sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia.” Segala kemuliaan bagi
Allah di tempat yang Mahatinggi!
Jemaat : Amin.
Nyanyi : KJ 39:1 “’Ku Diberi Belas Kasihan” do=g 3/4
‘Ku diberi belas kasihan, walau tak layak hatiku;
tadi ‘ku angkuh, kini heran: Tuhan, besarlah rahmat-Mu!
Kidung imanku bergema: rahmat-Mu sungguh mulia,
Kidung imanku bergema: rahmat-Mu sungguh muliia!

PUJIAN MAZMUR 77:12-21(do=c 4/4 MM 58-60)


Pemazmur : Dalam keadaan berdiri, marilah kita melantunkan Mazmur
.

(duduk)
PS/VG/SOLO
PEMBERITAAN FIRMAN
Pel Liturgi3 : Saatnya kita menyiapkan hati, pikiran dan jiwa serta dengan penuh kesungguhan
menyambut kebenaran firman Tuhan. Saatnya kita menyatukan seluruh keberadaan
diri dan menghayati betapa pentingnya firman bagi kehidupan kita, mari kita
menyambutnya dengan menyanyikan KJ 50a:1,6 “Sabda-Mu Abadi”.
Sabda-Mu abadi, suluh langkah kami.
Yang mengikutinya hidup sukacita.
Tolong, agar kami rajin mendalami
lalu melakukan sabda-Mu, ya Tuhan!
Pel Liturgi3 : (berdoa)
Pel Liturgi4 : (membacakan Firman Tuhan dari I Korintus 3:12-21, diakhiri dengan
berkata:) “Demikianlah Firman Tuhan” (jemaat berdiri).
Pelayan : Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang
memeliharanya. (Jemaat duduk kembali).
Nyanyi : KJ 473a “Haleluya”
Pelayan: (berkhotbah) Tema: “Gereja yang berdasar pada Kristus, hidup dan
melayani dalam tuntunan Roh Kudus“
----------------------------------- saat teduh ---------------------------------------
PS/VG/SOLO
PENGAKUAN IMAN GMIT
Pel Liturgi5 : Sambil berdiri, marilah kita bersama menyatakan pengakuan iman kita, demikian:
Pel Lit5 + J : Kami percaya kepada Allah, Bapa Yang Mahakuasa,
yang adalah Allah di atas kami,
yang menciptakan langit dan bumi,
serta segala sesuatu berpasang-pasangan;
supaya bersekutu dan saling melengkapi,
yang mengasuh dan memelihara kami seperti seorang ibu.
Kami percaya kepada Yesus Kristus, Anak Tunggal Bapa,
yang adalah Allah di antara kami, yang adalah terang dunia,
yang benar-benar Allah dan benar-benar manusia,
yang oleh Roh Kudus lahir seperti kami dari seorang perempuan;
yang menjadi satu dengan kami dalam suka dan duka,
yang mempersatukan kami dengan Allah,
dengan sesama dan dengan alam kami.
Ia memberikan kabar baik kepada orang miskin,
memberi pembebasan kepada orang tertindas,
menghukum para penindas, memberi penglihatan kepada orang buta,
bergaul dengan orang-orang hina,
mengampuni orang berdosa, memberkati anak-anak,
dan menjadikan perempuan dan laki-laki sebagai saksi-saksi-Nya.
Dalam Dia pemerintahan Allah yang mendatangkan
damai sejahtera menjadi nyata.
Ia menderita demi kami dan untuk keselamatan kami,
yang ditolak oleh para penguasa yang lalim,
ditangkap dan dihakimi dalam pengadilan yang tidak adil,
yang disalibkan demi kami, mati dan dikuburkan seperti kami,
yang telah bangkit pada Hari Minggu
dari antara orang mati sebagai sulung kami,
naik ke sorga dan memegang segala kuasa di sorga dan di bumi,
dan akan datang kembali sebagai Hakim Yang Agung
dalam kemuliaan.
Kami percaya kepada Roh Kudus,
yang adalah Roh Pencipta dan Roh Pendamai,
yang adalah Allah di dalam kami,
yang bekerja bersama kami dan melalui roh kami,
yang telah berbicara kepada leluhur dan pendahulu kami,
yang berbicara juga kepada kami.
Ia memanggil dan melengkapi kami untuk bersekutu,
bersaksi, beribadah, melayani dan menatalayani.
Ia memberi hidup baru bagi kami,
menumbuhkan iman, kasih dan pengharapan akan kebangkitan,
di langit yang baru dan bumi yang baru.
Kami mengaku bahwa Alkitab adalah Firman Allah
oleh pekerjaan Roh Kudus.
Kami mengaku, bahwa gereja adalah Rumah Allah,
Yesus Kristus adalah tiang induk di dalam rumah itu.
Kami mengaku, bahwa dunia adalah ladang kerja Allah,
Gereja diutus Allah untuk menghadirkan syalom Allah dalam dunia.
Kami mengaku, bahwa Baptisan Kudus dan Perjamuan Kudus
memeteraikan kami sebagai milik Allah.
Dalam Baptisan Kudus kami diterima sebagai anggota keluarga Allah.
Perjamuan Kudus adalah wujud persaudaraan kami dalam Kristus,
bersama dengan mereka yang miskin dan menderita.
Dalam pengucapan syukur kepada Allah,
kami mau mengiring Yesus, hidup kudus dan benar,
melayani sesama, bekerja dalam dunia, dan bertekun dalam doa:
Datanglah, ya Kristus, Amin!
Nyanyi : KJ 281 “Segala Benua dan Langit Penuh” do=d 4/4 MM ± 126
Segala benua dan langit penuh
dengan bunyi Nama yang sangat merdu,
penghiburan orang berhati penat,
pengharapan orang yang sudah sesat.
Nama itu suci kudus.
Siapa belum mengenal Penebus? (duduk)
PS/VG/SOLO

PERSEMBAHAN
Pel Liturgi6 : Menghantar kita memberi kurban persembahan syukur, marilah kita mendengar
firman Tuhan yang tertulis dalam Mazmur 30:5, “Nyanyikanlah mazmur bagi
Tuhan, hai orang-orang yang dikasihi-Nya, dan persembahkanlah syukur kepada
nama-Nya yang kudus.”
Mari kita berdoa: ….
Nyanyi : NKB 133 “Syukur Pada-Mu, Ya Allah“
Syukur pada-Mu, ya Allah, atas s’gala rahmat-Mu;
Syukur atas kecukupan dari kasih-Mu penuh.
Syukur atas pekerjaan, walau tubuhpun lemban;
Syukur atas kasih sayang dari sanak dan teman.
Syukur atas bunga mawar, harum, indah tak terp’ri.
Syukur atas awan hitam dan mentari berseri.
Syukur atas suka-duka yang ‘Kau b’ri tiap saat;
Dan Fiman-Mulah pelita agar kami tak sesat.
Syukur atas keluarga penuh kasih yang mesra;
Syukur atas perhimpunan yang memb’ri sejahtera.
Syukur atas kekuatan kala duka dan kesah;
Syukur atas pengharapan kini dan selama-Nya!
DOA SYAFAAT
SUARA GEMBALA
PENGUTUSAN
Pelayan : Jemaat Tuhan terkasih, melalui Perayaan Syukur ini kita diingatkan agar ikut
merawat iman kepada Kristus dan giat dalam pekerjaan pelayanan. Karena itu,
laksanakanlah tanggung jawab pelayananmu dengan sungguh-sungguh karena
setiap tanggung jawab pelayananmu itu akan diuji dan dimurnikan.
Jemaat : Dengan pertolongan Yesus Kristus, Tuhan dan Kepala Gereja, dan tuntunan Roh
Kudus, kami siap melaksanakan tanggung jawab pelayanan yang dipercayakan
kepada kami.
Nyanyi : “Hymne GMIT” do=d 6/8 MM ± 110
Yesus Kristus, Tiang Induk, Bangunan milik Allah,
yaitu Jemaat yang kudus, rasuli dan katolik.
Tiada lain tumpukan bertahan selamanya,
Selain Yesus Kristus, Tuhan, yang hidup bagi kita.
Refr: Tunaikanlah tugas mulia bersekutu, bersaksi,
melayani dan berbakti, menata rumah Allah.
Sasandu panca tugas kita, petiklahlah bagi-Nya.
Tuhan memanggil kita menjadi utusan-Nya,
sahabat yang bekerja tekun, mewartakan Injil-Nya.
Tiada yang terhina ditindas yang mulia,
Sebab Tuhan memanggil kita sesama saudara-Nya.
BERKAT
Pelayan : Arahkan hatimu kepada Tuhan dan terimalah berkat-Nya:
“Anugerah Tuhan Yesus Kristus yang telah menciptakan persekutuanmu akan
menjaga terang hatimu; pengasihan Allah Bapa akan menuntun kamu kepada
kebenaran yang tak tergoyahkan; dan persekutuan yang dilandasi Roh Kudus akan
menumbuhkan kamu sebagai umat baru yang terus bersaksi bagi dunia. Damai
sejahtera Tuhan menaungi kamu, kini dan selamanya”.
Nyanyi : KJ 478c “Amin, Amin, Amin” do=f 4/4
(Dilanjutkan dengan menyanyikan “Mars GMIT”) do=a 4/4 MM ± 96
Di bumi Indonesia engkau berdiri mengemban tugas mulia,
Dan dalam ketaatan kepada Kristus, yakni Kepala Gereja.
Gereja Masehi Injili di Timor dalam persekutuan jemaat,
membangun iman berdasarkan kasih Kristus dalam dunia seutuhnya.
Refr: Majulah, jayalah, dalam karya baktimu.
Bulatkan tekadmu, galang persekutuan jemaat.
Berjuang tak jemu dalam pelayananmu
untuk semua manusia kini dan sepanjang masa.
Kita terpanggil untuk melaksanakan amanat kerasulan-Nya.
Dengan mewujudkan panca tugas g’reja bagi jemaat yang kudus.
Sehati, sepikir dalam pelayanan menuju cita-citamu
mencapai jemaat misioner dan mandiri sesuai kehendak Tuhan.

SAAT TEDUH
(pelayan dan jemaat berdoa secara pribadi. Setelah itu pelayan turun dari mimbar, mematikan
lilin, kemudian menyerahkan Alkitab kepada anggota majelis jemaat pendamping).
Lampiran 3 :

Bahan Khotbah Bulan Keluarga


Minggu, 02 Oktober 2022

Bacaan Alkitab : 2 Timotius 1:1-14


Tema : Spiritualitas Bertumbuh dalam Keluarga

Pengantar
Lirik lagu berjudul “Terima Kasih untuk Cinta Papa Mama” menyampaikan beberapa
pesan menarik.
Bait 1: Saat tangan kecilku mulai terbuka, dan mata ini memandang dunia, kurasakan belaian kasih tiada
taranya diiringi tawa penuh cinta.
Refrein: Terima kasih untuk cinta, terima kasih tuk keluarga yang indah, ku temukan kasih Allah dalam papa
mama. Setiap hari ku bersyukur kepada Tuhan tuk keluarga yang indah. Papa mama engkau yang
terbaik.
Bait 2: Saat kaki kecilku mulai melangkah, ku lihat harapan di wajahmu, harapan yang terbaik untuk diriku,
doamu dinaikkan dan setiap saat namaku disebut.
Sesuai pesan lagu di atas, pertumbuhan iman seseorang terjadi sejak di dalam keluarga, di
mana orang tua bertanggung jawab meneladankan dan mewariskan tradisi iman kepada anak.
Anak-anak dapat menemukan kasih Allah dalam orangtua mereka, melalui didikan dan nasihat
maupun melalui cara hidup orangtua. Pesan itu kita temukan dalam nasehat Paulus kepada
Timotius, bahwa pertumbuhan iman Timotius berawal dari cara hidup orangtuanya.
Penjelasan Teks
Bacaan kita menceritakan bahwa melalui nasehatnya, Paulus mendorong Timotius agar
menjalankan tugas pelayanannya dengan giat, penuh semangat. Nasihat ini dimulai dengan
ungkapan syukur Paulus kepada Tuhan yang dilayaninya dengan hati nurani yang murni seperti
yang dilakukan nenek moyangnya. Dengan rasa syukur yang sama Paulus selalu mengingat dan
mendoakan Timotius anak rohaninya (ay 3). Paulus juga mengungkapkan kerinduannya kepada
Timotius. Ia mengingat, betapa air mata Timotius dicurahkan dalam menjalankan tugas
pelayanannya, sebab itu Paulus rindu untuk melihat Timotius kembali agar penuhlah sukacitanya
(4). Ketika menulis surat ini Paulus sedang mengalami penderitaan berat di dalam tahanan di
Roma. Ia merasakan kepedihan, menantikan saat kematiannya dan ditinggalkan oleh banyak
sahabatnya (2 Tim 4:16). Paulus rindu untuk melihat Timotius sekali lagi. Dia memohon
Timotius tetap setia pada kebenaran injil dan berharap Timotius segera datang menjumpainya,
bersama-sama dengan dia di hari-hari terakhir kehidupan.
Dalam masa sulit Paulus ingat kepada Timotius. Timotius adalah seorang anak rohani
Paulus. Pada diri Timotius Paulus menemukan iman yang menuntutnya untuk melayani dengan
tulus ikhlas. Iman yang menggerakkan Timotius, untuk melayani dengan tekun, pertama-tama
hidup di dalam neneknya (Lois) dan ibunya (Eunike). Iman Timotius mengakar dalam
keluarganya (ay 5). Hal itu menjadikan Timotius tetap teguh berpegang pada kebenaran injil
yang sejak kecil telah didengarnya. Paulus menyaksikan bahwa iman yang diwariskan oleh
orangtua itulah yang menjadikan Timotius sebagai gembala yang mampu menjaga dan
mempertahankan injil yang dipercayakan kepadanya, sekalipun berhadapan dengan tantangan.
Ketika orang banyak cenderung memilih meninggalkan iman mereka, Timotius tetap kuat
mempertahankan kebenaran sebagai tanggung jawab.
Iman dan pelayanan Timotius sangat penting, untuk menjamin keselamatan dirinya dan
mereka yang dibinanya. Itu sebabnya, di masa sulit pun, Paulus mengingat Timotius dan
menasehatinya bahwa agar Timotius tetap memelihara imannya dengan baik diperlukan tutunan
Roh Kudus. Timotius harus setia hidup dalam tuntunan Roh Kudus karena Roh Kudus yang
dapat mengilhamkan kebenaran yang sesungguhnya. Roh Kudus akan menolongnya untuk tetap
teguh berpegang pada ajaran yang sehat.
Paulus mendorong Timotius untuk menyalakan kasih Allah yang sedang bekerja di dalam
dirinya. Allah memperlengkapi Timotius dengan karunia Roh Kudus demi pekerjaan pewartaan
injil. Pencurahan Roh Kudus baginya disimbolkan dengan peristiwa penumpangan tangan oleh
Paulus kepada Timotius (ay 6). Karunia Roh Kudus kepada Timotius diumpamakan seperti api
yang harus dikobarkan olehnya melalui pelayanan. Karunia dan kuasa yang dicurahkan atas kita
tidak dengan otomatis tetap kuat. Karunia dan kuasa itu harus dinyalakan oleh kasih karunia
Allah melalui doa, iman, ketaatan dan ketekunan. Seperti api perlu dinyalakan, Timotius harus
merawat daya Roh Kudus dengan memanfaatkan pada semua kesempatan. Allah memberikan
Roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban (ay 7). Cara terbaik merawat karunia
adalah mengembangkan karunia itu dalam pelayanan.
Paulus mengingatkan Timotius agar terus bersaksi, tidak malu bersaksi, sebab Allah yang
memanggilnya berdasarkan maksud kasih karunia Allah sendiri (ay 8-9). Paulus pun
mengisahkan tentang pengalamannya, bahwa penderitaan yang dialaminya tidak menyebabkan ia
merasa malu melakukan tugas sebagai pemberita, rasul dan guru. Ia yakin bahwa Tuhan
berkuasa memelihara apa yang dipercayakan kepadanya sampai hari Tuhan (ay 10-12).
Berdasarkan pengalaman Paulus itu, Timotius belajar mengemban tanggung jawab
pelayanan. Paulus menasihi Timotius agar berpegang pada apa yang telah didengar Timotius dari
padanya sebagai contoh ajaran yang sehat. Iman membutuhkan pengajaran yang perlu dilakukan
atas dasar kasih Kristus Yesus. Karunia Roh Kudus yang diberikan Allah kepada Timotius.
Karunia itu harus dirawat pada ruang dan waktu sekerang, dengan melakukan pelayanan (ay 13-
14) sebab ada saat dimana semua orang tidak lagi memercayainya. Walau situasi terus berubah,
kita harus tetap berpegang pada iman yang diwariskan dari cara hidup nenek moyang dan
orangtua kita. Paulus mengingatkan bahwa dari kecil Timotius sudah mengenal Kitab Suci yang
dapat memberi hikmat kepadanya dan menuntunnya kepada keselamatan oleh iman kepada
Kristus Yesus (2 Tim 3:15).
Aplikasi
Paulus adalah orangtua rohani dari Timotius. Mungkin pada masa kita sekarang, Paulus
disebut bapak baptis (bapa serani) dari Timotius. Paulus, sebagai orangtua, memiliki
tanggungjawab yang besar dalam hal mempersiapkan anak-anak menjadi pelaku pelayanan yang
baik.
Orangtua berperan penting dalam pertumbuhan spiritualitas anak. Dari bacaan hari ini ada
beberapa hal yang perlu dilakukan orang tua guna menumbuhkan spiritualitas anak-anak.
Pertama, orang tua terpanggil untuk mengajari anak-anak kebenaran tentang Tuhan dan tentang
bagaimana orang Kristen harus hidup. Pengajaran ini dilakukan Paulus melalui contoh ajaran
yang sehat dan sikap hidup Paulus sendiri. Pengajaran iman disampaikan kepada anak-anak,
tidak hanya lewat nasihat tetapi juga lewat teladan iman dalam kehidupan setiap hari. Kedua,
pengajaran iman sebagai warisan keluarga mengenai cara hidup, diperoleh anak dari praktek
hidup bersama dalam keluarga (pasal 3:15). Iman yang tulus ikhlas pada Timotius adalah
warisan pandangan dan cara hidup neneknya (Lois) dan ibunya (Eunike). Karena itu anak-anak
harus menemukan, mendapatkan dan bertumbuh dari teladan iman yang diberlakukan di dalam
keluarganya. Ketiga, dengan asuhan spiritualitas yang baik maka anak-anak bertumbuh menjadi
wujud harapan yang diperjuangkan, yaitu ketika anak-anak itu memiliki iman yang benar dan
hidup dalam kehendak Tuhan, berani menerima resiko dan menanggung penderitaan demi
mempertahankan imannya kepada Kristus. Keempat, iman yang diwariskan kepada anak-anak
tidak terlepas dari pengetahuan yang dipelajari. Perlu menambahkan kepada iman itu
pengetahuan. Maksudnya, kita harus mengenal Kristus Tuhan dengan wawasan pengetahuan
yang luas. Di dalam keluarga anak-anak menemukan kasih Allah yang mempersiapkan mereka
untuk melakukan pekerjaan keselamatan. (jam)
Bahan khotbah bulan Keluarga
Minggu, 9 Oktober 2022
Bacaan Alkitab : Lukas 17:11-17
Tema : Keluarga yang Bersyukur

Pengantar
Mari berhitung! Dalam setiap kebaktian minggu, coba cek, dari keseluruhan jumlah jemaat
ada berapa persen jemaat yang ikut berbakti? Jika jumlah itu terlalu banyak, maka hitunglah
berapa keluarga yang hadir. Sangat bersyukur untuk keluarga yang seisi rumahnya hadir.
Setidaknya, dari tiap keluarga ada satu orang anggotanya yang hadir. Harus diakui bahwa
sepertinya hal itu sangat sulit terlaksana. Ada dua pertanyaannya untuk hal ini. Pertama, hal apa
yang menyebabkan orang tidak beribadah, atau keluarga tidak hadir secara utuh dalam ibadah
jemaat? Kedua, jika orang beribadah karena dorongan rasa syukur dan digerakkan oleh Tuhan,
apakah orang-orang tidak beribadah karena tidak diberkati atau tidak digerakkan oleh Tuhan?
Renungan hari ini coba menggumuli dua pertanyaan tersebut.

Penjelasan Teks

Perikop bacaan kita ini, dalam Alkitab terbitan Lembaga Alkitab Indonesia, tidak ada
paralelnya di Injil lain. Kita dapat membedakan atas dua karakter orang, yaitu orang yang
bersyukur (orang Samaria), dan orang yang tidak bersyukur (kemungkinan besar adalah orang
Yahudi). Rasanya, peristiwa ini tidak terjadi di daerah Samaria. Ada kecenderungan umum pada
orang-orang Yahudi bahwa mereka tidak mau tinggal di daerah Samaria. Dapat kita bayangkan
tentang seorang Samaria yang menderita kusta, ia bergabung dengan orang-orang Yahudi yang
terkena kusta. Peristiwa itu berlangsung di sekitar daerah perbatasan antara wilayah Samaria dan
Galilea. Tampak perbedaan yang sangat jelas antara dua jenis orang tersebut. Di tengah
perjalanan, setelah mengalami kesembuhan, orang Samaria kembali menjumpai Yesus untuk
bersyukur, memuliakan Allah. Hal itu tidak dilakukan oleh orang-orang Yahudi.

Penyakit kusta, menyebabkan luka pada tubuh. Menurut pandangan agama Yahudi pada
masa itu, kusta merupakan tanda kenajisan. Akibatnya, penderita kusta mengalami keadaan
penderitaan yang kompleks, dinajiskan dan dikucilkan. Orang Yahudi yang menderita kusta
mengalami stigma, yaitu perlakuan buruk kepada orang yang dianggap berbeda dengan maksud
agar orang yang distigma itu diajuhkan dari pergaulan dalam masyarakat. Seorang Yahudi yang
menderita kusta dianggap bukan orang Yahudi sejati dan suci. Dikatakan dalam bagian ini,
orang-orang kusta berdiri agak jauh, karena memang ada hukum yang mengharuskan penderita
kusta tidak bisa berdekatan dengan sesama mereka yang tidak terkena kusta. Waktu itu, penyakit
kusta dianggap sebagai penyakit abadi, penderitanya tidak bisa sembuh. Belum ada obat medis
untuk menyembuhkan penderita kusta. Putusnya relasi dengan orang lain dalam masyarakat dan
keluarga menyebabkan penderitaan penderitaan kusta bertambah berat. Penderitaan fisik, psikis
(dianggap berdosa besar), sosial (disingkirkan/dikucilkan), dan juga secara religius/agama (tidak
bisa menjalankan ritus agama di tempat ibadah).

Orang yang menderita kusta sudah dianggap “mati”. Mereka sangat terisolasi dari
komunitas/masyarakatnya, dicabut hak beribadah dalam persekutan/ibadah umat di Bait Suci.
Orang-orang kusta mangalami rasa terasing, dibuang, seperti seolah-olah mengalami masa
pembuangan. Orang-orang kusta mengalami kemiskinan relasi karena hanya diperbolehkan
berelasi dengan orang-orang yang mengalami penyakit yang sama. Mereka dijauhkan dari
pergaulan umum. Setiap hari mereka mengalami “kematian” itu. Di dalam keadaan seperti ini,
mereka sangat mengharapkan belas kasihan. Itulah sebabnya, ketika mereka mendengar dan
melihat kehadiran Yesus, mereka berusaha mendapatkan belas kasihan Tuhan.

Perikop kita menceritakan bahwa Yesus tergerak oleh belas kasihan. Tanpa banyak bicara,
hanya satu kalimat, “pergilah, perlihatkan dirimu kepada imam-imam”. Di sini Yesus sama
sekali tidak menyebutkan istilah sembuh. Yesus tidak segera menyembuhkan mereka tetapi
menegaskanbahwa setelah sembuh mereka harus pergi kepada imam-imam. Maksudnya, supaya
dinyatakan sembuh – kudus – layak untuk diterima dalam masyarakat dan rumah ibadah.
Ternyata, setelah sembuh reaksi mereka tidak sama. Hanya satu orang yang pulang menemui
Yesus, tersungkur di kaki Yesus dan mengucapkan rasa syukur pada Yesus. Injil Lukas
mengatakan dengan jelas bahwa orang yang datang kepada Yesus adalah seorang Samaria. Jika
karya keselamatan mencakup tindakan menolong oleh Allah dan tindakan menyukuri oleh
manusia maka tidak semua orang berproses untuk mengalami keselamatan sejati dari Tuhan.
Perikop bacaan kita mencatat bahwa orang Samaria itu yang mengalami keselamatan sejati.

Aplikasi

Beberapa hal yang perlu kita pelajari: Pertama, jangan lupa bersyukur. Allah yang kita
sembah adalah Allah yang maha murah dan Maha Kasih. Allah selalu menyediakan dan
memberikan segala sesuatu yang kita perlukan. Kita bangga atas kasih Allah kepada kita. Kita
pun selalu memohon berkat kepada Allah. Renungan hari ini mengingatkan agar kita tidak lupa
bersyukur setelah menerima dari Tuhan apa yang kita perlukan. Jangan lupa mengucap syukur
atas kebaikan Allah bagi kita.

Kedua, bersyukur dalam persekutuan. Keluarga masa kini menghadapi berbagai realitas,
kegembiraan dan kesusahan. Di tengah berbagai realitas keluarga tidak ditinggalkan Allah, sang
Imanuel. Tuhan Yesus mendatangi dan menyembuhkan para penderita kusta di daerah
perbatasan antara Samaria dan Galilea. Hal itu dapat dimaknai sebagai tindakan merangkul yang
dilakukan Allah agar tidak ada orang yang mengalami keterpisahan dari persekutuan, keluarga,
umat dan masyarakat. Ia menyertai kehidupan umat agar dapat tetap bersama mengayuh biduk
keluarga di tengah samudera raya kehidupan yang terus berubah. Kebersamaan keluarga adalah
tanda karya Allah, maka ibadah keluarga bermakna sebagai tanda syukur atas kasih Allah.
Selayaknya keluarga yang dirangkul dan disatukan, begitu juga jemaat (yang dirangkul dan
disatukan oleh Allah) bersama-sama datang kepada Allah untuk bersyukur dan memuliakan
Allah.

Ketiga: Biasakan hidup selalu bersyukur. Kisah sepuluh orang kusta dalam Injil Lukas
17:11-19 mengajak kita menghayati bagaimana ucapan syukur itu mestinya menjadi kebiasaan
setiap orang. Ketika Tuhan Yesus berkata “Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah
menjadi tahir?” (Luk. 17:17), Ia menunjukkan betapa sulitnya orang mengucap syukur.
Terkadang lebih mudah kita meminta, ketimbang kita mengucap syukur setelah permintaan
dikabulkan. Terkadang lebih mudah kita menuntut hak, ketimbang menjalankan kewajiban. Hal
ini membuat mereka yang kerap menuntut haknya merasa tidak perlu berterima kasih dan
bersyukur atas kebaikan yang mereka alami. Banyak orang maupun keluarga Kristen lalai
membangun persekutuan dengan Tuhan sebagai wujud ucapan syukur. Tuhan selalu
mengaruniakan yang terbaik bagi kita, maka seharusnya kita pun selalu bersyukur dalam
persekutuan.

Di minggu kedua bulan keluarga ini, kita diajak menjalani kehidupan bersama sebagai keluarga
dengan selalu bersyukur kepada Tuhan atas kebaikan-Nya. (jp)
Bahan Khotbah Bulan keluarga

Minggu, 16 Oktober 2022

Bacaan Alkitab: Yeremia 31:27-34


Tema : Janji Allah bagi Setiap Keluarga

Pengantar
Perjuangan adalah proses mencapai tujuan. Tiap keluarga perlu memberi diri untuk
diproses oleh Allah demi mewujudkan janji pemulihan dan pemeliharaan agar menjadi sarana
keselamatan. Seperti proses membuat pedang dari besi. Besi perlu dibakar dengan suhu yang
tinggi dalam waktu yang lama, dipukul ribuan kali, digerinda sampai menipis dan dicelupkan ke
dalam air berulang kali. Dengan tempaan berkali-kali, lambat laun besi berubah bentuk menjadi
pedang yang bagus dan tajam. Demikian juga kisah tentang bangsa Israel dalam Yeremia 31:27-
34. Tuhan memelihara dan memberi janji pemulihan kepada mereka di tengah kesulitan hidup.
Janji tersebut terwujud melalui proses yang panjang dan tidak mudah. Melalui renungan ini kita
belajar untuk memahami dan memperoleh janji Allah.

Penjelasan Teks
Ayat 31-32 dari bacaan kita menjelaskan bahwa sesuai perjanjian Allah kepada Abraham,
Ishak dan Yakub, maka Allah telah melepaskan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir. Pada
zaman Musa, perjanjian itu dilanjutkan dengan perjanjian antara Allah dan bangsa Israel di
Gunung Sinai. Melalui perjanjian itu, Allah dan bangsa Israel saling mengikat diri. Allah
menjadi Allah Israel dan Israel menjadi umat Allah. Allah pun memberikan perintah-perintah
kepada bangsa Israel agar mereka menjadi bangsa yang kudus, bangsa yang berkenan bagi-Nya.
Sejak memasuki negeri Kanaan, bangsa Israel berkali-kali melanggar kekudusan Tuhan.
Mereka tidak selalu dapat memenuhi panggilan sebagai umat Tuhan. Ketidaktaatan
mengakibatkan penghukuman Allah atas Israel. Kerajaan Israel Utara dibinasakan oleh tentara
Asyur pada tahun 722 SM dan kerajaan Yehuda dibinasakan oleh tentara Babel pada tahun 587
SM.
Yeremia berkarya di Babel, pada masa pembuangan. Ia menyampaikan perjanjian baru dari
Allah kepada bangsa Israel. Perjanjian yang membarui perjanjian sebelumnya. Perjanjian baru
tersebut didasarkan pada kasih karunia Tuhan bagi umat-Nya. Dalam perjanjian itu, Tuhan
sendiri yang membawa perubahan dan pemulihan bagi bangsa Israel. Perjanjian yang baru
memberi harapan bagi masa depan seluruh kaum keluarga Israel, bukan hanya suku Yehuda. Ada
enam hal yang terkandung dalam perjanjian tersebut.
Pertama, janji tentang pembebasan. Bangsa Israel yang sedang dalam pembuangan akan
pulang kembali ke negeri mereka. Mereka yang hidup dalam tawanan akan mendapatkan
kelepasan. Kedua, janji tentang keturunan. Allah berjanji untuk membuat bangsa ini menjadi
bangsa yang kuat dan besar. Ketiga, janji tentang kesejahteraan. Allah bukan hanya melimpahi
kaum Israel dengan keturunan, tetapi juga membuat mereka sejahtera. Hewan-hewan yang
dipelihara bahkan apa yang mereka tanam diberkati oleh Allah. Keempat, janji tentang
keamanan. Pada ayat 28, Allah berjanji untuk membangun dan menanam. Janji tersebut menjadi
jaminan penyertaan Allah. Allah tidak lagi menghukum bangsa Israel. Allah justru bekerja
bersama bangsa Israel untuk membangun kehidupan.
Kelima, janji tentang keadilan. Dalam kehidupan bangsa Israel yang dipulihkan, setiap
pribadi akan diperlakukan secara adil. Ungkapan bahwa anak akan menanggung kesalahan
orangtuanya seperti yang terdapat dalam ayat 29 tidak lagi berlaku. Ungkapan itu menunjukkan
ketidak-adilan dan ketidak-pedulian. Banyak orang Israel yang menolak bertangung jawab atas
kekalahan dan pembuangan karena mereka menilai diri sendiri sebagai pihak yang tidak bersalah
(bnd. Yeh. 18:1-32). Dalam perjanjian yang baru, tidak akan ada orang yang menderita atau
dihukum mati karena dosa orang lain.
Keenam, janji tentang pengampunan dan relasi yang baru dengan Tuhan. Ayat 33-34
menegaskan peran aktif Allah untuk mengampuni kesalahan bangsa Israel dan mendidik mereka
di dalam kasih dan kebenaran. Tujuannya agar bangsa Israel mengenal Allah secara benar dan
mampu hidup sebagai umat Allah.
Di pembuangan bangsa Israel mengalami kesulitan hidup. Tidak mudah menjalani
kehidupan sebagai orang orang jajahan atau orang buangan. Enam hal yang dijanjikan Tuhan
dalam Yeremia 31:27-34 menjadi bukti kasih setia Tuhan bagi kaum keluarga Israel. Tuhan tidak
pernah meninggalkan mereka.
Aplikasi
Pada perayaan bulan keluarga ini kita berkesempatan untuk merenungkan tentang berbagai
harapan dan pergumulan keluarga, tentang kesulitan dan harapan kita. Mungkin ada keluarga
yang sementara bergumul dengan persoalan ekonomi, kebutuhan hidup yang semakin banyak,
kemahalan harga barang dan pekerjaan dan penghasilan yang terbatas. Ada yang mungkin
bergumul untuk pulih dari luka akibat kekerasan dan penganiayaan. Ada yang bergumul tentang
persoalan komunikasi antaranggota keluarga. Kasus perselingkuhan hingga perceraian semakin
tinggi. Mungkin ada keluarga yang sedang bergumul tentang penderitaan sakit dan usia yang
lanjut, ketergantungan pada gadget, narkoba, rokok, miras, kuasa gelap, bahkan ada yang
mungkin terbelenggu dengan kesalahan atau dosa leluhur. Dalam berbagai situasi tersebut,
Yeremia 31:27-34 mengingatkan kita empat hal.
Satu, Allah sanggup memulihkan. Allah sanggup memperbaiki yang buruk menjadi yang
baik. Seburuk apapun hidup kita, Allah sanggup memberi pemulihan. Allah mengasihi umat-
Nya. Allah tidak menyerah terhadap permasalahan masa lalu, hari ini dan masa depan dari
bangsa Israel. Karena itu Allah juga tidak menyerah dengan keberadaan kita. Mari memberi diri
untuk dipulihkan Allah.
Dua, Allah sanggup memelihara. Pemeliharaan hidup tidak bergantung pada kekayaan,
kekuatan dan jabatan. Semua itu kita perlukan, namun bukan yang terutama. Dalam situasi
tertentu semua itu tidak ada dan tidak dapat diandalkan. Hal-hal ini yang dialami umat Israel
semasa pembuangan. Kerajaan Israel telah binasa, ikatan-ikatan keluarga hancur ketika mereka
tercerai-berai oleh kekuatan musuh. Tidak ada harta benda dan tidak ada kemerdekaan. Mereka
tidak dapat bergantung pada kemampuan diri. Hanya Tuhanlah temapt mereka bersandar dan
bergantung. Tidak ada perlindungan, keamanan, keadilan dan kesejahteraan di luar Tuhan.
Tiga, Allah meminta komitmen kita untuk bergantung kepada-Nya. Pemulihan hidup pasti
membutuhkan proses, seperti proses besi menjadi pedang yang berkualitas. Ketika ada dalam
kebuntuan hidup, jangan putus asa hingga mencari dan melakukan hal yang sia-sia. Tetaplah
teguh dalam pengharapan pada Tuhan. Berilah waktu untuk membina hubungan dengan Tuhan
karena melalui itu kita diberi kekuatan dan damai sejahtera dalam menyelesaikan pergumulan
hidup.
Empat, Allah memanggil kita untuk bertindak seperti Yeremia, yakni membawa kabar
pembebasan dan pemulihan. Mari manfaatkan semua sumber daya yang ada untuk menjadi alat
Tuhan mewujudnyatakan janji pemulihan Allah bagi tiap orang dan keluarga. (abl)
Bahan Khotbah Bulan keluarga

Minggu, 23 Oktober 2022


Bacaan Alkitab : Lukas 18:9-14
Tema : Keluarga yang Dibenarkan Allah

Pengantar
Orang Yahudi melakukan doa pribadi 3 kali sehari, yakni pada jam 09.00 pagi, pada jam
12.00 siang dan pada jam 15.00 petang. Doa pribadi bisa dilakukan di mana saja. Tetapi ada juga
yang berdoa di Bait Allah (bnd. Kis. 3:1). Perikop bacaan kita meceritakan tentang dua orang
yang datang ke Bait Allah (18:10). Seorang Farisi dan seorang pemungut cukai. Kegua orang
tersebut sebagai figur yang yang mencerminkan dua model kerohanian yang berbeda. Orang
Farisi adalah kelompok orang-orang saleh dalam masyarakat Yahudi, yang mempelajari hukum
Taurat dan seluk-beluk penerapannya dalam hidup sesehari, melaksanakan aturan itu dengan
sungguh-sungguh, dan mengawasi serta menghakimi orang lain untuk melaksanakannya.
Pemungut cukai adalah kelompok pekerja bagi pemerintahan Roma. Mereka kurang mendalami
hukum Taurat dan seringkali tidak peduli terhadap aturan Taurat. Orang Farisi dan para imam
Yahudi mencela para pemungut cukai sebagai orang berdosa. Meski begitu, cerita ini
mengatakan tentang seorang pemungut cukai yang setia berdoa setiap hari.

Penjelasan teks
Beberapa hal penting dalam teks ini yang perlu kita perhatikan sebagai berikut:

1. Cara dan posisi berdiri. Orang Farisi berdiri, bisa jadi di depan (ay:11), sebagai tanda
bahwa ia merasa diri amat layak berdiri di hadapan Tuhan, tanpa rasa segan kepada
Tuhan yang kudus. Ia berdiri dengan kepala tegak, sebagai tanda tak bersalah di hadapan
Tuhan. Sementara si pemungut cukai berdiri jauh-jauh (ay. 13), seolah-olah ia ingin
berdoa, bersekutu dan bertutur dengan Tuhan, namun ia menyadari diri sebagai orang
berdosa, yang tidak mungkin mendekat kepada Tuhan yang kudus. Ia hanya menunduk,
tidak berani menegakkan kepala, sebagai tanda bahwa ia sadar akan dosa-dosanya.
2. Isi doa. Orang Farisi menilai diri sebagai orang saleh, yang taat dan setia melaksanakan
hukum Taurat. Dalam doanya ia menyebutkan dua tanda ketaatannya. Satu, Ia setia
melaksanakan kewajiban agamanya (ayat 12), paling kurang dalam hal berpuasa,
memberi persepuluhan, dan setia berdoa. Dua, Ia membedakan dirinya dari orang lain
(ay.11b). Ia bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah, bukan pemungut cukai.
Ia bukan orang berdosa. Sementara itu pemungut cukai tidak bisa menghitung satu pun
tanda kesalehannya. Ia hanya merendah dan mengakui bahwa ia orang berdosa. Ia
memukul dada, sebagai tanda pengakuan bahwa dosa-dosanya itu berasal dari hatinya. Ia
berdosa lahir-batin.
3. Orang Farisi tidak memohon apapun dari Tuhan. Ia yakin bahwa Tuhan, mau tidak mau,
harus memberkatinya sebab ia orang baik, taat, saleh, ia bukan orang berdosa. Seakan-
akan ia berhak mendapatkan berkat Tuhan. Karena itu ia tidak perlu meminta. Sementara
pemungut cukai yakin bahwa ia tidak mempunyai alasan dan hak untuk mendapatkan
berkat Tuhan. Ia berani mengakui bahwa ia seorang berdosa. Ia menyerahkan diri kepada
Tuhan. Ia memohon, “kasihanilah aku”. Asal Tuhan mengasihi dia, itu lebih dari cukup.
4. Keputusan Tuhan. Yesus mengakhiri cerita-contoh ini dengan sebuah ketegasan. Orang
Farisi itu tidak dibenarkan oleh Tuhan. Sebab ia amat tinggi hati dan sombong rohani. Ia
membenarkan dan membesarkan diri di hadapan Tuhan. Tetapi pemungut cukai ini
dibenarkan oleh Tuhan. Ia dibenarkan karena ia tahu diri sebagai orang berdosa. Ia tidak
tinggi hati. Tidak sombong rohani tetapi ia tahu diri dan yakin (beriman) bahwa ia hanya
bisa hidup dan selamat karena belas kasihan Tuhan, sebab ia adalah orang berdosa.
5. Kesimpulannya jelas. Hanya Tuhan yang berhak merendahkan dan meninggikan orang.
Manusia tidak boleh merendahkan orang lain, baik di hadapan sesama manusia mau pun
di hadapan Tuhan Allah. Sebab itu manusia tidak boleh menjadikan saat doa sebagai
“panggung untuk memamerkan kesalehan diri” di hadapan sesama manusia mau pun di
hadapan Tuhan. Saat doa adalah saat anak-anak Tuhan membawa diri dan berserah diri
kepada Tuhan untuk memohon belas-kasihan Tuhan.
6. Secara lebih luas Yesus menegaskan tujuan kedatangan-Nya ke dalam dunia. Ia datang
menyelamatkan manusia, sebab semua manusia telah berdosa dan kehilangan kemuliaan
Allah (Roma 3:23, bnd. 1 Tim. 1:15). Yesus berkata, “Anak Manusia datang untuk
menyelamatkan yang hilang,” (Luks. 19:10). Orang Farisi ini merasa diri benar, tetapi
pemungut cukai menempatkan diri sebagai orang berdosa (Luks. 5:32).
Aplikasi
Kita semua adalah orang berdosa. Kita juga berjuang untuk taat pada firman Tuhan. Tetapi
kita tidak boleh membesarkan dan membenarkan diri di hadapan Tuhan. Juga kerajinan kita
melayani pekerjaan Tuhan tidak boleh membuat kita merasa hebat. Baiklah tetap sadar bahwa
kita hanya bisa selamat karena belas-kasih Yesus. Sebab itu janganlah ada yang sombong rohani.
Jangan ada yang membenarkan dan membesarkan diri di hadapan sesama manusia dan di
hadapan Tuhan. Sebagai gereja, kita semua adalah persekutuan orang-orang berdosa yang hidup
dari belas-kasih Tuhan.
Di Bulan Keluarga ini baiklah setiap keluarga belajar untuk setia menjadi keluarga yang
belajar firman Tuhan, setia berdoa dan tetap rendah hati. (svn)
Bahan Khotbah Bulan keluarga

Minggu, 30 Oktober 2022


Bacaan Alkitab : 1 Timotius 5:1–8
Tema : Saling Menegur Sebagai Keluarga

Pendahuluan
Seorang pakar komunikasi dan psikologi bernama Dr. Lilian Glass menciptakan istilah
toxic relationship (hubungan beracun). Dalam bukunya yang berjudul People Toxic, ia
menjelaskan bahwa hubungan beracun ini ditandai oleh beberapa hal misalnya sikap tidak saling
mendukung, ada konflik yang merusak relasi, tidak ada rasa hormat antara satu pihak dengan
pihak lain dan kurangnya kekompakan.1 Jika dibiarkan, maka hubungan yang tidak sehat
tersebut dapat berdampak buruk bagi keadaan fisik maupun mental seseorang. Hubungan ini
tidak hanya bisa terjadi pada pasangan dan teman tapi juga anggota keluarga.

Salah satu langkah untuk memperbaiki toxic relationship adalah dengan membangun
komunikasi yang jujur dalam semangat saling menegur sebagai keluarga. Semangat ini
mengandaikan sebuah tujuan untuk memperbaiki dan membangun kehidupan bersama yang lebih
baik sebagai keluarga. Sebab faktanya menegur merupakan hal tersulit dalam relasi dengan
orang lain, karena banyak orang akan merasa “terganggu” jika ia ditegur untuk sebuah kesalahan
yang dilakukannya, misalnya dengan bersikap membentengi diri.

Sikap membentengi diri dan bersembunyi di balik sebuah kesalahan membuat seseorang
akan terus berada dalam kesalahan. Karena itu dibutuhkan hikmat agar sebuah teguran dapat
menjadi sarana untuk saling memberdayakan, di mana berkembang sikap saling mendukung,
saling menghormati dan kemauan untuk saling menjaga keutuhan persekutuan baik dalam
keluarga maupun dalam persekutuan gereja dan masyarakat.

Uraian Teks:

Pada ayat 1-2, Paulus menasehatkan agar Timotius memperhatikan cara berkomunikasi
dengan saudara seiman. Misalnya, kepada orang yang lebih tua tidak boleh diperlakukan dengan
keras. Tidak jelas apa yang Paulus maksudkan dengan kata keras. Kemungkinan hal itu
berhubungan dengan sikap terhadap para presbiter yang memegang jabatan khusus dalam jemaat
termasuk para penilik jemaat. Mereka adalah pemimpin dalam jemaat dan biasanya mempunyai
pengaruh yang besar karena cukup lama menduduki jabatan tertentu.

Selain kepada orang yang tua, Paulus juga meminta Timotius memperhatikan cara
menghadapi pemuda, perempuan tua dan perempuan muda. Bagi Paulus yang terpenting adalah
memiliki hati yang murni. Kemurnian itu harus lahir dari ketulusan dan niat yang didasarkan
pada kehendak Tuhan. Karena itu penting memperhatikan setiap pendekatan yang dipakai agar
tidak menggangu relasi apalagi sampai mengacaukan persekutuan jemaat.

Pada ayat 3-6, Paulus berbicara khusus tentang janda dengan beberapa ketentuan. Perhatian
Paulus kepada janda yang tidak mempunyai anak atau cucu atau kerabat lain yang dapat
membantunya. Kepada kelompok ini, jemaat perlu membantunya. Paulus mengelompokkan para
janda berdasarkan beberapa kategori, yaitu janda dengan anak cucu, dan janda tanpa anak cucu
dan keluarga, dan janda yang hidup mewah dan berlebihan. Pemisahan status para janda ini
punya kaitan dengan tugas diakonia yang harus dilakukan oleh jemaat. Mengingat bahwa jemaat
tidak sepenuhnya dapat membantu maka perlu data yang jelas tentang status para janda. Itulah
sebabnya menurut Paulus hanya janda yan benar-benar janda (yang dalam kesusahan) yang
perlu dibantu. Nasehat untuk menolong para janda juga karena mereka rentan terhadap berbagai

1
Riani, Stop Toxic Relationship,Pustaka Taman Ilmu, Jakarta, 2021 hlm. 1
pelecehan dan stigma. Dukungan keluarga dan jemaat dapat menolong para janda agar tidak
mengalami hal buruk dalam hidupnya.

Pada ayat 7-8, Paulus minta kepada Timotius untuk mengingatkan para janda agar menjaga
status kejandaan mereka agar tidak tercela. Peringatan ini terkait dengan perilaku janda yang
melakukan perbuatan tercela, Paulus menyebutnya sebagai yang tersesat mengikuti iblis (ay 15).

Pesan Teks:

1. Menegur sebagai keluarga. Walaupun sulit dan sensitif, setiap kesalahan atau kekeliruan
perlu ditegur dengan tujuan untuk memperbaiki sikap dan perilaku serta cara pandang
seseorang. Sebagai gembala, Timotius harus bijak karena tidak semua orang senang
mendapat teguran. Dalam semangat kekeluargaan, Timotius diminta mempertimbangan
status, usia bahkan juga waktu dan tempat sebelum melakukan tindakan menegur.
Memilah-milah perlakuan saat menegur tidak berarti berlaku diskiriminatif, melainkan
untuk membuka jalan agar ada keterbukaan yang memungkinkan terjadinya dialog di
antara kedua belah pihak. Percakapan perlu dikondisikan agar ada relasi yang setara dan
saling menghormati sehingga perbedaan status dan usia dapat terjembatani dan relasi
persekutuan dalam jemaat atau keluarga tetap terjaga.
2. Menegur dengan kemurnian hati. Untuk menghilangkan prasangka diperlukan kemurnian
hati. Tindakan menegur sesama haruslah dilakukan dengan tujuan untuk kebaikan
bersama bukan untuk mempermalukan atau menjatuhkan orang lain. Karena itu Timotius
diajarkan untuk menghadapi mereka yang sudah tua maupun muda, laki-laki maupun
perempuan dan juga para janda. Pengajaran ini bertujuan agar kehidupan sebagai orang
Kristen tetap sejalan dengan kehendak Tuhan karena itu teguran yang lahir dari hati yang
murni haruslah melahirkan sikap peduli untuk menjaga kesaksian hidup keluarga Kristen.

Aplikasi

1. Teguran sebagai wujud kasih. Sebagai keluarga Allah, sebuah teguran adalah wujud
kasih, karena lewat teguran sesama kita akan ditolong untuk memperbaiki diri.
Sekalipun tidak menyenangkan namun itu berguna bagi pengembangan diri yang bisa
berdampak pada meningkatnya kualitas hidup seseorang baik sebagai pribadi maupun
sebagai persekutuan orang percaya. Sebaliknya menyembunyikan kesalahan justru
pertanda kita tidak mengasihi sesama (band. Amsal 27 : 5) Karena itu, sebagai keluarga
ataupun sebagai gereja perlu memurnikan hati untuk menjadi bingkai setiap teguran
kepada sesama sehingga sebuah teguran bukan diterima sebagai celaan atau hinaan.
2. Saling menegur untuk memperkuat keluarga. Saling menegur untuk kebaikan bersama
sesungguhnya merupakan wujud kedewasaan iman. Orang yang marah dan menolak
sebuah teguran yang baik dapat menunjukan kurang dewasanya seseorang. Di era
digital ini, media sosial (facebook, whatsapp, instagram, twiter) bisa digunakan sebagai
sarana untuk menegur. Sayangnya, teguran-teguran di medsos itu banyak kali
disampaikan dengan nada mencela dan menghujat dan tersembunyi dibalik akun palsu.
Cara menegur yang demikian bukanlah cara yang baik. Yang kita butuhkan adalah
teguran dalam semangat sebagai keluarga, dengan kepekaan dan kepedulian terhadap
orang-orang di sekeliling kita. Itulah landasan kepedulian kepada orang lain, dalam
keluarga dan lingkungan sekitar, dalam menghadapi tantangan kehidupan.
Penutup
Mark Twain seorang penulis besar Amerika pada abad ke-19 pernah menulis, “hidup
yang baik dibangun dengan hubungan yang baik dan itulah investasi kehidupan yang sangat
bernilai”. Salah satu upaya mewujudkan relasi yang baik dengan sesama dapat dimulai dari
kesediaan menerima teguran dari orang lain. Melalui renungan hari ini kita terpanggil untuk
membangun hidup yang baik dengan saling menegur dalam kasih sebagai keluarga. (yw)
Bahan Khotbah HUT ke-75 GMIT

Senin, 31 Oktober 2022

Bahan Bacaan : 1 Korintus 3:10-23


Tema : Gereja yang Berdasar pada Kristus, Hidup dan Melayani dalam Tuntunan
Roh Kudus

Pengantar

Hari ini GMIT merayakan ulang tahunnya yang ke-75. Kata orang ini ulang tahun
berlian. Tentu harapannya ialah GMIT yang semakin berkilau dan berharga seperti berlian, bagi
kemuliaan Tuhan dan kebaikan dunia. Adalah baik bila di momentum yang spesial ini, kita
sejenak merenungkan hakekat GMIT sebagai gereja. Teks ini dapat menjadi pemandu dalam
berenung.

Penjelasan Teks

Pertama, perlu penegasan yang tak henti-hentinya bahwa Tuhan Yesus adalah fondasi GMIT
(ay. 10-11). Penegasan ini perlu karena begitulah seharusnya sebuah gereja. Posisi Kristus
sebagai fondasi menunjukkan betapa Kristus tidak tergantikan oleh apa pun bagi GMIT. Begitu
fondasi ini diganti, seluruh tatanan di atasnya menjadi kacau, rusak, dan tidak layak lagi disebut
gereja. Karena itu kita mesti waspada terhadap setiap hal yang dapat menggantikan Kristus
sebagai dasar gereja. Baik yang kita sadari maupun tidak, sengaja ataupun tidak. Keutamaan
Kristus dalam gereja harus melampaui apa pun, siapa pun, apalagi kepentingan tertentu.

Kedua, diperlukan kerendahan hati dari semua perancang pelayanan GMIT. Paulus mengakui
bahwa hanya karena kasih karunia Tuhan sajalah, ia dapat menjadi pelaku pelayanan gereja (ay.
10). Ia dipilih bukan karena kelayakan atau jasanya, tapi semata-mata bergantung pada anugerah
Tuhan. Tanpa Tuhan, Paulus bukanlah siapa-siapa dalam gereja-Nya. Karena itu adalah suatu
keistimewaan bila Tuhan berkenaan memilihnya sebagai rekan kerja untuk membangun gereja
melalui pelayanan.

Kerendahan hati seperti ini penting bila dikaitkan dengan politik pembangunan Yunani-
Romawi zaman itu. Para kontraktor dan arsitek biasanya bersaing untuk mendapatkan suatu
proyek. Bila menang tender dan berhasil membangun sebuah gedung monumental, mereka akan
mendapat pujian banyak orang. Pujian ini menimbulkan persaingan diantara para arsitek lokal
(Bradley J. Bitner. Paul's Political Strategy in 1 Corinthians 1-4: Constitution and Covenant,
2015:214).

Penekanan Paulus pada aspek kerendahan hati ini merupakan faktor pembeda antara dirinya
dengan arsitek Korintus. Bagi Paulus, ia tidak pernah melakukan tender proyek pembangunan
jemaat. Pekerjaan itu ia terima dari Tuhan dan karena itu mesti dikerjakan dengan sebaik-
baiknya. Dan bila hasil kerjanya baik, hal itu tidak boleh menjadi alasan untuk bermegah.
Apalagi dengan mengatakan bahwa ia lebih baik dari rekan penginjil lainnya seperti Apolos dan
Petrus. Melalui pengakuan yang rendah hati seperti ini, Paulus hendak menawarkan solusi untuk
mengatasi individualisme, elitisme dan kebanggaan manusia, sekaligus melawan perpecahan di
dalam jemaat karena mengidolakan arsitek gereja tertentu (Ben Witherington III. Conflict and
Community in Corinth: A Socio-Rhetorical Commentary on 1 and 2 Corinthians, 1995:182).

Ketiga, perayaan ulang tahun GMIT adalah momentum evaluasi terhadap apa yang telah
dicapai selama ini (ay. 12-15). Para pendahulu telah meletakkan dasar dan masing-masing kita
telah mengambil bagian dalam proses pembangunan GMIT. Paulus dalam teks ini mengajak
anggota gereja untuk membangun dengan baik. Partisipasi seluruh anggota jemaat ini sangat
penting sebab gereja bukan hanya urusan kaum klerus atau pejabat gereja. Ia adalah urusan
bersama semua anggotanya, tua-muda, besar-kecil, laki-perempuan, kaya-miskin.
Tetapi Paulus mensyaratkan bagaimana membangun gereja yang benar. Membangun gereja
itu ibarat mendirikan bangunan. Dalam masyarakat Korintus kala itu, pembangunan gedung
dilakukan sesuai kontrak kerja yang sudah disepakati. Kontrak mencantumkan rincian tahapan
kerja, kebutuhan bahan dan biayanya. Juga dirumuskan hukuman untuk semua jenis
penyimpangan baik spesifikasi, praktek buruk, atau kerusakan struktur bangunan. Hukuman
dapat berupa denda atau pengucilan dari lokasi kerja. Arsitek dan kontraktor diharapkan untuk
memperhatikan dengan seksama spesifikasi tertulis dalam suatu kontrak bangunan untuk
menghindari perselisihan dan hukuman. Tujuan utama dari spesifikasi tertulis ini ialah untuk
memastikan bahwa setiap orang yang terlibat dalam pekerjaan harus tahu persis apa yang
diharapkan darinya (Bradley J. Bitner. loc cit).

Itu sebabnya teks ini berbicara tentang dua aspek utama yang mempengaruhi kualitas
bangunan, yakni bahan bangunan yang digunakan, serta karakter pembangun itu sendiri. Bahan
yang digunakan haruslah bahan pilihan dan bermutu. Sedangkan karakter yang hendak
ditekankan adalah status orang percaya sebagai pemilik Roh. Tuhan akan menilai pekerjaan tiap
orang. Kesadaran ini mendorong semua yang terlibat dalam pengembangan gereja untuk bekerja
dengan benar. Kekurangan yang terdapat dalam gereja saat ini mesti disadari sebagai upaya
membangun yang belum tepat. Ciri Gereja Reformasi adalah selalu menguji komitmen iman dan
terus membarui diri agar tetap relevan sebagai pelaku karya keselamatan bagi dunia. GMIT
membutuhkan perubahan, perbaikan, pergantian, bahkan pembongkaran guna mencapai
bangunan GMIT yang tahan uji. Kita membutuhkan reformasi. Bahkan mungkin reformasi yang
jauh lebih radikal daripada yang dilakukan Luther dan Calvin.

Aplikasi

1. Seluruh upaya penataan GMIT mesti berlangsung secara konsisten di atas satu-satunya
dasar yakni Yesus Kristus. Bahkan Ia bukan hanya dasar, tapi sekaligus adalah Kepala
Gereja, Tuhan dan Juruselamat dunia. Pelayanan gereja mesti diarahkan untuk
memperteguh iman Kristosentris ini.
2. GMIT membutuhkan arsitek pembangunan jemaat yang rendah hati dan selalu
memandang dirinya sebagai alat Tuhan. Sang arsitek menyadari bahwa baik tugas
membangun maupun keahlian untuk melaksanakannya bersumber dari Tuhan.
3. Keragaman di antara para pembangun dapat melahirkan "perselisihan" (Yunani: aris
yang berarti dewa perang). Bila kita tidak siap menerima perbedaan ini, dewa perang
akan menguasai kita. Cara terbaik untuk menghindarinya ialah dengan memandang
sesama pembangun sebagai kawan sekerja Allah (3:9).
4. Membangun GMIT mesti dilakukan dalam kesadaran bahwa semua anggotanya adalah
bait Allah. Kita bukan sedang mengerjakan bangunan biasa, tetapi bait Allah. Bila para
arsitek tidak sungguh-sungguh memperhatikan rancang bangun yang telah Allah
tetapkan, resikonya sangat besar. Bukannya membangun, mereka justru membinasakan
bait Allah yang sangat Ia kasihi.
5. Bangunlah GMIT dengan kesadaran bahwa pekerjaan tiap orang akan diuji. Peringatan
ini bukan untuk menakuti kita, tetapi supaya kita membangun dengan benar. Diperlukan
evaluasi yang terus menerus dan jujur agar gereja tetap berkenan di hati Tuhan.

Selamat ulang tahun GMIT tercinta, Tuhan Yesus Dasar dan Sang Kepala Gereja menyertai.(JM)
Renungan Keluarga
Bahan 1
Bacaan Alkitab : Yosua 24:14-17
Tema : Mezbah Keluarga

Mezbah berasal dari kata Ibrani "mizbeak" yang terbentuk dari akar kata "zavak" artinya
menyembelih binatang korban persembahan. Dalam bahasa Inggris kata itu diterjemahkan
dengan "altar". Artinya, tempat kurban atau tempat mempersembahkan kurban. Jadi mezbah
adalah sebuah tempat persembahan korban untuk mengingatkan kembali suatu pengalaman
pertemuan dengan Allah. Mezbah pertama yang dicatat Alkitab adalah mezbah yang didirikan
oleh nabi Nuh sebagai ucapan syukur atas kasih Allah yang menyelamatkan keluarganya.
(Kejadian 8:20 dan 9:1).
Berdasarkan pengertian di atas, dapat dijelaskan bahwa mezbah keluarga adalah bangunan
perilaku berupa kebiasaan doa bersama, memuji Tuhan dan merenungkan firman Tuhan
bersama-sama setiap hari. Mezbah keluarga berguna untuk membangun hubungan yang erat
dengan Tuhan, dan membangun kesatuan dan keharmonisan dalam keluarga. Lewat mezbah kita
membuka diri dan membuka pintu bagi Tuhan untuk memberkati seisi rumah keluarga kita.
Yosua sebagai generasi Israel yang lahir di Mesir, menyaksikan berbagai mukjizat karya
penyelamatan TUHAN atas Israel, sedangkan umat yang dipimpinnya adalah generasi yang tidak
mengalaminya. Yosua dalam pidato perpisahannya kembali mengingatkan Israel agar tetap
berkomitmen taat dan setia hanya pada Tuhan. Komitmen ini penting karena Yosua menyadiri
betul bahwa keberhasilan, keamanan dan berkat yang mereka terima hanya anugerah Allah.
Yosua menegaskan pilihannya “… aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada
TUHAN!” (ay 15).
Menghayati bulan keluarga tahun ini, walau semakin banyak tantangan marilah kita mulai
membarui komitmen seperti Yosua. Seluruh keluarga kita beribadah kepada Tuhan secara rutin
dengan cara membangun mezbah keluarga. Misalnya dengan melakukan ibadat khusus selama
15-30 menit setiap hari, dengan melibatktan semua anggota keluarga untuk
membaca/merenungkan firman Tuhan, berdoa dan memuji-Nya demi iman dan demi mahkota
kehidupan (band. Wah. 2:10b). 
Ibadat atau mezbah keluarga harus didasarkan pada takut akan Tuhan, berasal dari hati
yang tulus dan dilakukan dengan taat dan setia. Firman Tuhan menjadi refleksi bagi kita melalui
sebuah pertanyaan berikut ini: berkomitmenkah kita dalam membangun mezbah keluarga yang
taat dan setia beribadah kepada Tuhan? (duzk)

Bahan 2

Bacaan Alkitab : Keluaran 2:1-10

Tema : Tanggungjawab Orang Tua Terhadap Perlindungan Anak


Setiap anak perlu diperhatikan, dirawat dan dilayani agar kelak
mampu bertanggung jawab dalam keberlangsungan generasi manusia,
keluarga, gereja, bangsa, dan alam semesta. Kategori usia anak, yaitu di
bawah 18 tahun. Undang-undang RI, nomor 35 tahun 2014 tentang
perlindungan anak mewajibkan negara, pemerintah, masyarakat, keluarga dan orang tua atau
wali untuk memberi perlindungan dan kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh kembang
anak secara fisik, mental, sosial dan spiritual.
Hampir semua bentuk kekerasan terhadap anak melahirkan resiko berlapis pada anak.
Contohnya, kekerasan fisik menyebabkan anak menderita sakit secara fisik, sekaligus
meninggalkan luka batin hingga usia dewasa. Kekerasan terhadap anak meliputi
kekerasan fisik, mental, seksual, penelantaran, dan kekerasan ekonomi. Kekerasan fisik,
seperti pukul, tendang, tampar, cubit, dll. Kekerasan mental, berupa penghinaan, caci
maki, kata-kata kasar. Kekerasan seksual, berupa gambar tidak senonoh, ungkapan
porno, tindakan tidak senonoh, pelecehan organ seksual. Penelantaran, dalam hal
pengabaian hak anak mendapatkan cukup makanan, gizi seimbang dan mendapatkan
pendidikan. Kekerasan ekonomi, berupa tindakan mempekerjakan anak dan prostitusi
anak. Segala bentuk kekerasan dapat menyebabkan dampak negatif jangka panjang, karena itu
anak harus dilindungi dan kekerasan harus dicegah.
Nas kita memuat kisah tentang bayi Musa diselamatkan Tuhan dengan cara yang dapat
dilakukan oleh keluarga-keluarga di mana pun. Cara yang dipraktekkan oleh keluarga Ibrani
pada ribuan tahun silam itu tetap efektif sampai sekarang ini. Tuhan melindungi dan
menyelamatkan anak-anak melalui upaya serius dan kerjasama keluarga dan orang-orang di
sekitar anak tersebut. Menghadapi tantangan zaman yang sulit, Tuhan menggunakan cara yang
bisa dilakukan oleh tiap keluarga untuk melindungi anak-anak dari kekerasan dan kejahatan.
Mari berkomitmen menjadikan keluarga menjadi tempat terbaik untuk anak-anak mendapat
perhatian dan kasih saying, serta perlindungan.
Pertanyaan refleksi: apa yang perlu kita barui, dalam tindakan dan tutur kata, agar anak-anak
terlindungi dalam keluarga kita?

Bahan 3

Bacaan Alkitab : Kejadian 29:1-30

Tema : Cinta Membuat yang Berat Menjadi Ringan

Berikut ini, syair sebuah lagu yang populer di tahun 1990-an.


“Jangankan emas permata se-sen pun aku tak punya
tapi jangan kau sangka aku tak akan gembira
walau semua itu tak hidupku untuk cinta
tlah terbalas cinta inilah bahagia oh oh oh
Gunung pun akan ku daki laut ku seberangi
asalkan kudapat cinta kasih abadi
permata aku tak peduli”
Cipt: Titeek Puspa
Lagu tersebut menggambarkan bagaimana jika seseorang jatuh cinta. Apapun rintangannya tentu
akan dilewati.
Bacaan kita ini bercerita tentang Yakub yang lari dari Esau kakaknya, setelah ia
mengambil hak kesulungan dengan cara menipu. Dalam pelarian tersebut ia menemukan
perhentian di rumah Laban, pamannya. Di sana ia tidak tidur dan makan gratis, tetapi ia bekerja
dengan tekun. Laban memiliki dua orang anak perempuan yang sangat cantik, yakni Lea dan
Rahel. Yakub jatuh cinta kepada Rahel. Syarat untuk mendapatkan Rahel adalah ia harus bekerja
tujuh tahun. Karena cintanya, ia menjalani masa kerja tujuh tahun itu dengan baik. Ternyata,
setelah tujuh tahun bekerja, bukan Rahel yang diberikan Laban kepadanya melainkan Lea yang
diberikan. Yakub ingin mendapatkan Rahel maka ia harus bekerja tujuh tahun lagi. Jadi untuk
mendapatkan orang yang dicintai, ia bekerja selama empat belas tahun.
Dari cerita ini kita belajar bahwa jika kita berkerja untuk orang-orang yang kita cintai,
maka pekerjaan berat pun akan menjadi ringan.
Cinta adalah karunia yang Tuhan berikan bagi keluarga untuk merawat kehidupan
bersama. Rawatlah cinta kasih dalam keluarga kita. Cinta itu yang membuat hidup keluarga
Kristen berseri.

Bahan 4

Bacaan Alkitab : 2 Timotius 1:3-18


Tema : Memaknai Keterpurukan

Pengalaman menunjukkan bahwa dalam kehidupan ini tidak semua hal


berjalan sesuai yang diinginkan. Ada saatnya di mana masalah hidup
terasa sangat berat dan situasi menjadi begitu buruk. Pada saat hidup
sedang terpuruk, tidak sedikit yang bertanya, apakah Tuhan peduli dengan kami, dimanakah
Tuhan, mengapa harus terjadi seperti ini? Sebagai manusia biasa ini merupakan hal yang wajar,
tetapi bagaimana memandang secara iman setiap keterpurukan yang dihadapi.
Bacaan ini adalah nasehat Rasul Paulus kepada Timotius, Paulus menulis dari dalam
penjara di Roma. Dalam surat yang kedua kepada Timotius ini Paulus memberi prediksi bahwa
akhir hidupnya tidak akan lama lagi. Hal ini terlihat dari perkataannya dalam 2 Timotius 4:6-7,
“… mengenai diriku, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku
sudah dekat ...” 
Surat ini menjadi surat yang memuat juga kesedihan Paulus. Kesedihan bukan karena
dipenjarakan, melainkan karena begitu banyak orang sudah berpaling dari Paulus. Kondisi di
dalam penjara bisa memunculkan berbagai macam pergulatan batin yang menyakitkan bagi
seorang hamba Tuhan, termasuk Paulus. Sangat dimaklumi jika Paulus saat dalam penjara
mengalami kesepian yang menyakitkan). Ia sudah memberikan segalanya untuk pelayanan.
Dedikasinya dalam pelayanan tidak perlu dipertanyakan lagi. Namun ketika orang-orang satu-
persatu meninggalkannya, pasti sangat sedih hatinya. Kesedihan itu lalu diungkap dalam kalimat
di ayat 15 “… semua mereka yang di daerah Asia Kecil berpaling dari padaku ...” Mungkin saja
sebenarnya tidak semua karena masih ada orang-orang yang tetap mau melayani Tuhan,
contohnya Timotius dan Onesiforus sekeluarga.
Keluarga Onesiforus ini disebut Paulus sebagai orang-orang yang “berulang kali
menyegarkan hatiku.” Mereka ibarat orang-orang yang datang membawa air yang segar di siang
hari yang terik bagi Paulus yang sedang mengalami dahaga jiwa. Mereka juga disebut Paulus
sebagai orang-orang yang tidak malu untuk mencari di manapun Paulus berada dan juga tidak
malu untuk mengunjungi Paulus di dalam penjara di Roma (ayat 16-17). Orang-orang ini adalah
teman sejati bagi Paulus.
Ditinggalkan orang-orang yang tadinya setia melayani bersama-sama dia mungkin
membuat Paulus kecewa, terluka, kesepian, dan merasa semua orang sudah meninggalkannya.
Tetapi syukurlah Paulus tidak membiarkan dirinya terpuruk. Ia mendapatkan kekuatan pada janji
Tuhan. Dari sini Paulus bisa meneguhkan Timotius untuk tidak goyah juga dalam melakukan
pelayanan. “… Janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita dan janganlah malu karena aku,
seorang hukuman karena Dia, …” (ayat 8). Paulus meneguhkan bahwa Allah tidak memberi roh
ketakutan melainkan roh yang membangkitkan kasih, kekuatan, dan ketertiban (ayat 7).
Darimana kekuatan untuk menghadapi masalah? Pelajaran hari ini menunjukkan bahwa
itu datangnya dari Tuhan (keyakinan akan janji Tuhan), dari teman (Timotius dan keluarga
Onesiforus), dan dari diri sendiri (Paulus tidak membiarkan diri tenggelam dalam keterpurukan
sekalipun sedang menderita). Ketiga sumber kekuatan ini menjadi kunci untuk bangkit dari
keterpurukan.
Belajar dari Paulus, kita mendapatkan langkah-langkah yang dapat dilakukan saat
menghadapi keterpurukan:
a. Tetaplah berdoa. Sekalipun belum nampak jalan keluar, percayalah Tuhan tidak tinggal
diam. Doa bersama dalam keluarga membuat semua anggota keluarga memaknai
kehidupan bersama.
b. Percayalah bahwa setiap soal pasti memiliki jalan keluar.
c. Bersedih, menangis, menarik diri, dan berbagai emosi negatif lainnya, lepaskanlah
dengan cukup, tidak perlu berlebihan.
d. Belajar menerima situasi sulit agar menjadi tenang dan dapat fokus mengambil keputusan
yang tepat.
e. Menjadi pribadi yang mendukung dan meneguhkan di antara sesama anggota keluarga
ketika satu persoalan terjadi.

Merasa terpuruk itu manusiawi, namun tidak selamanya hidup itu terpuruk. Jangan biarkan
hidupmu terus terpuruk. Maka dari itu perlu bangkit dari keterpurukan. Dan keluarga mestinya
menjadi tempat untuk saling meneguhkan supaya dapat memaknai keterpurukan menjadi sarana
belajar tentang kehidupan dan menjadikan pengalaman dari keterpurukan itu sebagai sarana
berbenah dan berkembang.

Pertanyaan Perenungan:
1. Bagaimana reaksi saudara saat mengalami keterpurukan?
2. Belajar dari firman Tuhan hari ini, apa yang perlu dibarui?
Renungan Pemuda
Bahan 1
Bacaan Alkitab : Pengkhotbah 11:9-12:1
Tema : Nasehat Bagi Orang Muda
Ada syair lagu tentang masa muda, demikian “Masa mudaku,
masa yang terindah; Masa Tuhan memanggilku; Masa mudaku masa
yang kukenang, kutinggalkan dosa-dosa ku, tra lalala...” Dalam syair lagu
ini ada frase tentang masa yang indah, panggilan Tuhan dan meninggalkan
dosa-dosa. Semua terjadi pada masa muda. Persis sama dengan apa yang ditulis oleh Kitab
Pengkhotbah tentang orang muda.

Masa muda itu indah oleh karena di masa itu segala hal bisa dilakukan. Tetapi ingatlah,
ada hari pengadilan Allah! bahwa segala hal yang dilakukan karena kemudaan, akan
mengantarmu untuk dipertanggungjawabkan di Pengadilan Allah! Dalam teks Pengkhotbah
dijelaskan “bersukarialah, turuti keinginan hatimu dan pandangan matamu”. Terangkai dengan
anjuran itu, ada peringatan, “segala hal yang kamu lakukan dalam masa mudamu, itu juga yang
akan membawamu ke pengadilan” Lalu bagaimana seharusnya orang muda menjalani hidup ini?
Pengkhotbah mengajak untuk mengingat Pencipta.

Meskipun dalam masa muda seseorang dapat melakukan apa saja seturut keinginan
hatinya, tetapi Pengkhotbah mengingatkan agar sumber daya ini bukanlah alasan untuk
berperilaku sesuka hati. Sesuatu yang indah menurut pandangan mata harus dikontrol supaya
jangan jatuh ke dalam dosa. Kekuatan karena kemudaan adalah potensi yang Tuhan taruh di
pundak orang muda. Perlu kontrol diri yang baik supaya di pengadilan Allah, orang muda tidak
divonis bersalah melainkan dipuji karena segala yang baik yang dikerjakan di masa muda.

Di gereja, orang muda adalah tulang punggung persekutuan. Mereka dibutuhkan karena
keahlian dan ketrampilan yang tidak dimiliki oleh kelompok usia yang lain. Kalau sumber daya
ini diarahkan untuk hal-hal yang positif, orang muda menjadi berkat yang membawa gereja
untuk menyatakan kemurahan Allah di tengah-tengah dunia. Kesaksian gereja menjadi hidup dan
penuh makna karena orang muda dalam masa kemudaannya berjalan di jalan yang benar.

Langkah perenungan:

1. Ajaklah pemuda untuk memahami makna masa muda menurut mereka!


2. Bagaimana menjaga agar masa muda digunakan menjadi berkat!
3. Secara pribadi, pembaruan apa yang akan saudara lakukan sebagai pemuda Kristen
agar masa mudamu menjadi berguna?

Bahan 2

Bacaan Alkitab : Amsal 17:17


Tema : Solider dalam persahabatan

Persahabatan seringkali diartikan sebagai perilaku kerja sama dan saling mendukung antara
dua atau lebih anggota sosial. Persahabatan terjadi karena beberapa alasan, seperti ketertarikan
karena memiliki selera serupa, sering bertemu ketika sama-sama menikmati kegiatan-kegiatan
yang mereka sukai. Tak jarang, orang-orang bersahabat terlibat saling menolong, seperti tukar-
menukar nasihat atau saling membantu dalam kesulitan. Sahabat adalah orang yang
memperlihatkan perilaku baik yang berbalasan. Orang muda zaman sekarang menyebut istilah
bestie.

Di kitab Amsal kita menemukan satu istilah berkaitan dengan persahabatan yaitu kesetiaan.
Amsal 17:17 mengatakan bahwa seorang sahabat bukan hanya menjadi seorang teman saja,
tetapi menaruh kasih setiap waktu dan menjadi saudara dalam kesukaran. Ayat ini dapat
memberi gambaran bahwa menjadi sahabat haruslah setia. Setia berarti tidak akan meninggalkan,
mau ada dalam suka maupun duka guna saling mendukung.
Persahabatan sejati adalah persahabatan yang tidak dapat dipisahkan dengan apa pun.
Amsal 17:17 mengatakan bahwa seorang sahabat yang sejati menjadi saudara dalam keadaan
apapun, suka maupun duka.

Pertanyaan diskusi:

1. Ingatlah nama seorang sahabatmu, dan pikirkan apa alasan kalian bersahabat?
2. Mohon salah seorang pemuda menceritakan pengalamannya tentang suatu saat dimana ia
merasa sangat membutuhkan seorang sahabat!
3. Buatlah sebuah pembaruan komitmen untuk persahabatan ke depan!

Jadilah sahabat yang menaruh kasih dan menjadi saudara dalam kesukaran. Semoga kasih
Kristus selalu menyertaimu dalam persahabatan.

Bahan 3

Bacaan Alkitab : Keluaran 20:12


Tema : Berilah Hormat Kepada Orang Tua

Allah menghendaki kita menghormati orang tua. Keluaran 20:12


menegaskan perintah itu. Ketika bangsa Israel tiba di kaki gunung Sinai,
Allah mengingatkan mereka tentang karya-Nya dan menawarkan
perjanjian yang merangkul mereka semua menjadi umat Allah. Terhadap
tawaran itu, para tua-tua dan seluruh bangsa itu mengatakan mereka siap mematuhinya
(Keluaran 19:8).
Perjanjian Allah membentuk sebuah lapisan identitas baru bagi semua orang yang
mematuhinya. Mereka yang terikat kepada perjanjian Allah menjadi umat Allah. Ciri dari umat
Allah adalah mereka selalu mendapat kesempatan untuk memperoleh firman Allah untuk
menjadi pedoman hidup sehari-hari. Demikianlah Tuhan berfirman kepada umat tentang Sepuluh
Firman dalam Keluaran 20:1-17, yaitu instruksi untuk dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Perintah menghormati orang tua, adalah salah satu bagian dari perintah yang harus
dilakukan. Perintah itu dipahami sebagai cerminan dari sikap menghormati Allah. Memberi
hormat kepada orang tua juga berarti memberi nilai tertinggi bagi mereka.
Pada masyarakat modern, seringkali nilai diri seseorang ditentukan oleh hasil kerjanya.
Seiring perjalanan usia sehingga produktivitas menurun, nilai mereka di masyarakat mungkin
menurun. Perintah untuk menghormati orang tua mengingatkan kita agar memberi penghargaan
kepada orang tua. Dalam Keluaran, perintah tersebut berdampak pada dengan berkat umur
panjang sambil menikmati hasil dari tanah perjanjian.
Kitab-kitab Injil dalam Perjanjian Baru menceritakan sosok Yesus sebagai teladan dalam
hal mematuhi perintah kelima dari sepuluh firman dalam kitab Keluaran. Ia melakukan peran
sebagai Anak yang menghargai Yusuf dan Maria, serta taat kepada kehendak Bapa-Nya. Teladan
Yesus memberi pemahaman baru. Perintah menghormati orang tua tidak lagi perintah dan berkat
eksklusif bagi Israel tetapi perintah bagi setiap orang yang percaya kepada Allah. Perintah ini
tidak lagi dilaksanakan sebagai suatu tuntutan, tetapi sebagai ungkapan syukur atas anugerah
keselamatan Allah.
Berdasarkan pemahaman tersebut, marilah kita menghormati orang tua sebagai
tanggungjawab iman. 1) Hormatilah orang tua sebagai bentuk kita menghormati Allah. 2)
Hormatilah orang tua sebagai ungkapan syukur atas anugerah Allah; 3) Dengan menghormati
orang tua, kita bukan hanya disebut sebagai orang percaya, tetapi juga orang yang berbudaya.

Pertanyaan perenungan:
1. Bagaimana bentuk relasi antara orang tua dan anak akhir-akhir ini, apakah ortu masih
dihormati dengan ikhlas?
2. Bagaimana sebaiknya sikap orang muda Kristen terhadap orang tua?
3. Sebagai orang muda, hal apa yang perlu dibarui dalam relasi dengan orang tua?
Renungan Kaum Bapak

Bahan 1

Bacaan Alkitab : Lukas 19:1-10


Tema : Perjumpaan dengan Yesus Membawa Pembaruan Hidup

Belum tentu setiap orang beragama Kristen menghidupi nilai-nilai


iman Kristen dalam hidupnya tiap hari. Kadang terjadi, orang-orang yang
sudah lama menjadi Kristen, bahkan secara turun-temurun, ternyata hidupnya belum
mencerminkan ajaran dan pandangan Kristiani. Kenyataan hidupnya sehari-hari tidak dapat
dibantah bahwa terlalu banyak orang beragama yang melakukan kejahatan, kecurangan,
penindasan, atau penghancuran. Dalam hal ini ada ketidak-cocokan antara ajaran iman yang
selalu baik dan tindakan nyata yang berlumur dosa. Barangkali doa dan ibadah telah menjadi
sekadar kebiasaan atau kewajiban formal yang tidak mengubah kehidupan.
Perjumpaan dengan Tuhan membawa pembaharuan hidup. Dalam perikop bacaan kita,
perjumpaan dan perubahan itu dialami oleh Zakheus. Perjumpaan antara Zakheus dengan Tuhan
Yesus membuatnya mengalami pembaharuan hidup yang menyeluruh. Zakheus adalah seorang
pemungut cukai. Pada masa Yesus dimana kerajaan Romawi menjadikan Palestina sebagai salah
satu daerah jajahan. Pemungut cukai adalah orang yang diberi wewenang oleh negara jajahan itu
untuk mengumpulkan pajak dari masyarakat pribumi. Pajak rakyat dikumbu untuk diserahkan
bagi kepentingan penjajah. Belum lagi, pemungut cukai biasanya menagih pajak lebih besar
daripada ketentuan Roma, sehingga hidupnya kaya. Sebagai orang yang punya kontrak kerja
dengan Roma, pemungut cukai memiliki kuasa, sehingga orang-orang takut terhadap dirinya.
Jadi, Zakheus memliki kekayaaan dan kedudukan. Dalam masyarakat dimana kekayaan dan
kedudukan menjadi sumber wibawa maka Zakheus adalah seorang sukses. Pertanyaannya,
apakah Zakheus merasa bangga dan bahagia dengan apa yang telah dimilikinya itu?
Saat Yesus masuk kota Yerikho, ia ingin melihat-Nya, tapi keinginan itu mendapatkan
halangan. Halangan pertama datang dari luar, yaitu karena adanya orang banyak yang
menghalangi dirinya untuk bertemu Tuhan. Halangan kedua ada pada dirinya sendiri, yaitu
kondisi perawakannya yang pendek membuatnya sulit melihat Yesus. Kendatipun demikian,
semua halangan itu tidak memupuskan keinginannya untuk melihat Tuhan Yesus. Sangat besar
keinginan Zakheus untuk melihat Yesus. Walau tubuhnya pendek dan Yesus ada dalam
kerumunan. Zakheus tidak kehilangan cara. Hasilnya, bukan hanya ia melihat Yesus, tetapi juga
Yesus melihat dia. Bahkan, Allah membuka kesempatan bagi Zakheus untuk menjamu Yesus di
dalam rumahnya, Ruang kosong di hati Zakheus adalah pergaulan dangan saudara-saudara
sebangsa yang begitu membencinya karena profesinya sebagai pemungut cukai. Ruang kosong
itu terisi dengan kehadiran Yesus.
Zakheus taat dan meresponi panggilan Yesus. Ia segera turun dan membawa Tuhan
Yesus ke rumahnya. Bukan hanya pintu rumah yang dibuka Zakheus bagi Tuhan, tetapi juga
pintu hatinya. Ia tidak hanya menerima Tuhan Yesus di dalam rumahnya, tetapi juga di dalam
hidupnya. Perjumpan Zakheus dengan Tuhan Yesus membawanya pada suatu pengakuan dosa
dan pembaharuan hidup. Zakheus yang sebelumnya hanya tahu memperkaya diri dan tidak
peduli kesusahan orang, kemudian diubahkan menjadi orang yang peduli kepada sesama, berani
mengakui kesalahan, dan mau berubah. Perjumpaan dengan Tuhan membuat Zakheus menyadari
dosa, mengakui dosa, dan meninggalkan dosa. Bahkan membawanya pada kesediaan untuk
membarui hidup.
Tuhan Yesus menganugerahkan keselamatan kepada Zakheus. Keselamatan berlangsung
sejak Zakheus menerima Yesus di dalam rumahnya. Hal itu ditandai dengan perubahan cara
hidup Zakheus, ia bersedia mengembalikan apa yang menjadi hak dari oang-orang yang selama
ini diperasnya. Perjumpaan yang membawa pembaharuan hidup, sebagaimana dialami Zakheus,
kiranya menjadi pengalaman berharga bagi setiap orang percaya. Jika seseorang mengatakan
bahwa dirinya adalah orang Kristen atau murid Kristus yang telah mengalami perjumpaan
dengan Tuhan, salah satu tandanya adalah pembaharuan hidup. Firman Tuhan mengatakan: “Jadi
siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya
yang baru sudah datang” (2 Kor. 5:17).

Pertanyaan perenungan:

1. Ajaklah peserta ibadah berbagi pengalaman mereka berjumpa dengan Yesus?


2. Apa yang perlu kita lakukan secara pribadi untuk pembaruan diri?
Bahan 2
Bacaan Alkitab : 2 Samuel 19:1-8.
Tema : Kasih Seorang Bapak

Rasa kasih sayang cenderung dilekatkan pada sosok seorang Ibu daripada seorang ayah.
Lebih sering kita mendengar ungkapan “kasih ibu” daripada “kasih bapak”. Seorang ibu
digambarkan sebagai sosok yang penuh kasih sayang. Kasih seorang ibu sudah nyata sejak
seorang anak masih dalam kandungan, dan ketika lahir, sang ibu pula yang akan mengasuh,
merawat dan membesarkan anaknya. Pertanyaannya, bukankah seorang bapak pun punya kasih
yang sama besarnya? Bacaan kita ini memberi kesaksian bahwa Daud, betapa pun dikhianati
oleh anaknya yang bernama Absalom, Daud tetap mengasihi anaknya itu.

Penjelasan Teks
Bacaan kita bercerita tentang ratapan Daud ketika Absalom, anaknya, mati terbunuh. Daud
adalah raja besar dalam sejarah bangsa Israel. Pada masa pemerintahannya terjadi beberapa
tragedi (peristiwa sedih) dalam keluarganya. Antara lain peristiwa pembunuhan Amnon oleh
Absalom. Ceritanya, Anak Daud bernama Amnon jatuh cinta kepada saudarinya sendiri yang
bernama Tamar. Bahkan Amnon memperkosa Tamar. Perbuatan jahat itu dibalas oleh Absalom
dengan membunuh Amnon. Absalom menjadi putra makhota. Absalom memberontak kepada
ayahnya untuk merebut takhta kerajaan. Akibatnya Daud melarikan diri ke seberang sungai
Yordan.
Absalom didukung oleh banyak tentara. Daud pun masih memiliki sejumlah tentara yang
setia melindunginya. Panglima perang Daud adalah Yoab. Terhadap kejahatan Absalom, Yoab
tidak tinggal diam. Yoab bersama pasukannya menyerang Absalom dan akhirnya mati. Ketika
Absalom mati, Daud sangat sedih. Dalam Ps. 18:33, Daud sampai berkata, andaikata dia yang
mati menggantikan Absalom. Daud tidak rela anaknya mati, betapa pun Absalom mengkhianati
Daud dan hendak membunuhnya. Itulah sebabnya ketika Absalom mati di tangan tentara Daud,
Daud sangat bersedih. Ketika para tentara Daud pulang dari medan perang dan membawa kabar
kemenangan karena sudah membunuh sang pengkhianat, Daud tidak bersukacita sedikit pun.
Daud berkabung dan meratapi kematian anaknya. Itu bukti bahwa Daud sangat mengasihi
Absalom, walaupun Absalom berlaku jahat terhadap ayahnya itu.

Penutup
Sebagaimana seorang ibu, seorang bapak pun mengasihi anak-anaknya. Bukti kasih bapak
kepada anak-anak adalah dengan bekerja keras untuk menafkahi anak-anak. Bapak-bapak rela
banting tulang asalkan anak-anaknya bisa makan, bersekolah dan mengejar cita-cita.

Pertanyaan Pendalaman:

1) Apa saja kejahatan Absalom terhadap ayahnya Daud?


2) Apa saja contoh perbuatan anak yang tidak lagi menghormati ayahnya?
3) Berikan contoh bentuk-bentuk kasih sayang seorang bapak kepada anak-anaknya!
Renungan Perempuan GMIT

Bahan 1

Bacaan Alkitab : 2 Raja-Raja 4: 42-44


Tema : Tuhan selalu punya Cara Menolong Kita

Bacaan kali ini menceritakan kepada kita bagaimana Tuhan bekerja dengan
cara yang di luar dugaan manusia. Diceritakan pada zaman nabi Elisa seorang abdi Allah, ada seorang
yang datang membawa baginya roti hulu hasil, yaitu 20 roti jelai, serta gandum baru. Ia tahu bahwa Allah
selalu memeliharanya melalui berkat-berkat yang ia terima. Namun (abdi Allah) tidak menikmati sendiri.
Ia hendak memberi makan roti jelai kepada seratus orang yang merupakan nabi-nabi yang lain. Suatu ciri
hidup yang perlu diteladani, bahwa Tuhan mempercayakan berkat-berkatnya. Orang-orang yang
merasakan berkat Tuhan dalam hidupnya mesti menjadi saluran berkat kepada orang lain.
Rencana Elisa untuk berbagi ini serasa tidak mungkin dilakukan oleh sang pelayan karena jumlah
roti yang dibawa oleh orang Baal-Salisa hanya berjumlah 20 buah. Jumlah roti lebih sedikit dari jumlah
orang. Walau tidak masuk akal bahwa 20 roti dimakan oleh 100 orang, Elisa tetap menyuruh hambanya
melakukan apa yang diperintahkannya. Apa yang terjadi pada akhir cerita menunjubkan, bahwa firman
Tuhan yang mendasari perintah Elisa terbukti benar sebab ada yang tersisa dari 20 roti yang telah
dibagikan.
Cara pandang berbeda menghasilkan sikap yang berbeda. Dari cerita ini kita melihat dua perspektif
(cara pandang) yang berbeda. Bagi pelayan Elisa, secara matematika jelas tidak mungkin memberi makan
100 orang dengan 20 roti. Itu mustahil. Pada sisi yang lain, Elisa melihat dalam kaca mata iman. Sebab
Allah telah berulang-ulang menunjukan bukti penyertaan-Nya. Dalam pasal 4 ini, Elisa telah mengalami
banyak pengalaman yang menolongnya memiliki sikap iman yang jelas. Ketika ia bersama janda yang
hanya mempunyai sebuah buli-buli berisi minyak, Tuhan membuat mujizat. Ia juga pernah menolong
seorang perempuan Sunem dengan menghidupkan anak laki-lakinya. Dan ketika ia kembali ke Gilgal, ia
meloloskan rombongan para nabi dari keracunan makanan.
Tuhan tidak meniadakan tantangan bagi Elisa, melainkan cara pandang, sikap dan tindakan iman
terhadap tantangan. Elisa bergantung pada Tuhan, itulah yang memungkinkan dia berbagi berkat dengan
orang-orang di sekitarnya. Hal ini berbanding terbalik dengan sikap hamba Elisa yang terperangkap
dalam himpitan persoalan. Ia hanya menghitung penyertaan Tuhan dari apa yang dapat ia peroleh bukan
menghayatinya dalam dalam pemeliharaan Tuhan yang ajaib.
Tuhan selalu punya cara untuk menolong umat-Nya. Pengalaman-pengalaman iman yang dialami
Elisa dan pelayannya mengajarkan kita bahwa bersama Tuhan ada kehidupan yang penuh harapan.
Karena itu jangan pernah kuatir dan berkecil hati, sebab Tuhan selalu punya cara untuk menolong umat-
Nya. Kita hanya perlu sadar bahwa hidup ini punya dimensi yang lain. Renungan kali ini mengajarkan
kita sikap iman terhadap sumber daya yang kita miliki, bahwa Allah punya banyak cara untuk menolong
kita menjalani hidup ini.

Pertanyaan perenungan:

1. Berbagilah pengalaman hidup keluarga tentang kelimpahan dan kekurangan?


2. Bagaimana sikap iman dalam mengolah berkat yang Tuhan dalam keluarga kita?

Bahan 2

Bacaan Alkitab : Amsal 31:10-31


Tema : Pujian bagi Istri Yang Cakap

Seorang perempuan tidak semata-mata dipuji karena apa yang dilakukannya. Yang sangat penting
juga adalah pujian berkaitan dengan nilai dirinya. Amsal mengajak kita melihat beberapa nilai diri
seorang perempuan menurut pandangan Allah.

Satu, nilai harga diri (Ayat 10-12). setiap perempuan sangatlah berharga sebab perempuan diciptakan
serupa dengan gambar Allah. Sebagai gambar Allah, seorang perempuan juga wajib menghargai dirinya
sendiri dan menghargai sesama perempuan. Dua, nilai Kesabaran (ayat 13-16). Kesabaran seorang
perempuan dalam bekerja dan membuat keputusan seperti mengumpulkan bahan pakaian, penuh
perhitungan matang seperti seorang saudagar, dan tekun mengerjakan pekerjaan kebun anggur. Tiga, nilai
kepandaian (ayat 17). Kepandaian bukan saja membuat pekerjaan berhasil tetapi berdampak pada
kekuatan yang bertambah-tambah. Dengan kecerdasannya seseorang dapat berkontribusi bagi
pembaharuan ditengah-tengah gereja dan masyarakat. Empat, nilai kemurahan hati (ayat 20).
Keprihatinan kepada orang lain khususnya orang lemah. Lima, nilai keberanian (ayat 25). Keberanian
menghadapi masa sukar dan tidak menyerah. Keberanian itu lahir karena kematangan mempersiapkan
potensi diri. Itu berarti setiap orang wajib mengenali potensi diri sendiri dan membekali diri supaya
terhindar dari kekuatiran dan kegelisahan menata masa depan. Enam, nilai hikmat (ayat 26). Hikmat
terlihat dari kemampuan mengendalikan perkataan dan menyelesaikan persoalan. Tujuh, nilai mandiri
(ayat 27). Tidak bergantung kepada orang lain adalah kemerdekaan diri seorang perempuan. Itu berarti
perempuan beriman mampu berjejaring kerja dengan semua orang secara dewasa. Delapan, nilai
penyembahan (ayat 30). Rasa takut kepada Tuhan mendorong seseorang memiliki nilai-nilai Kerajaan
Allah dan hidup dalam kebenaran dengan gembira.

Nilai-nilai Kerajaan Allah ini dapat kita jadikan sebagai cermin untuk menilai diri di hadapan Tuhan.
Tiap-tiap orang tidak kebetulan hadir di tengah lingkungan persekutuannya. Dengan nilai-nilai itu kita
dapat mengukur peran kehadiran kita dalam keluarga, gereja dan masyarakat. Kodrat perempuan
bukanlah sebuah pembatasan baginya untuk dapat berperan dan berdampak di tengah-tengah kehidupan
bersama.
Bahan Renungan Lansia

Bacaan Alkitab : Filipi 1:22-26


Tema : Dalam Diriku, Kristus Dimuliakan

Memasuki usia lanjut bagi setiap orang menjadi hal yang


menakutkan. Mereka tidak dapat menerima perubahan-
perubahan yang terjadi, baik secara fisik maupun mental. Itu
sebabnya banyak orang melakukan berbagai upaya misalnya olahraga, mengatur asupan
makanan, menjalani berbagai operasi medis, dan lain-lain. Padahal usia lanjut merupakan proses
alamiah. Karena itu masa tua tak perlu ditakuti. Adalah lebih baik jika masa tua dimaknai secara
iman bahwa Allah bekerja di dalam proses penuaan. Saat tubuh kita mulai melemah, justru Allah
punya kesempatan memperbarui rohani kita untuk menjadi semakin kuat.

Penjelasan Teks

Paulus mengajak jemaat untuk melihat hidup mereka dalam rangkaian pemeliharaan Allah,
sekalipun mereka sedang menghadapi kesulitan. Perkataan Paulus dalam Filipi 1:12-26
menunjuk-kan bahwa penderitaan orang percaya melalui pemberitaan Injil mampu menginspirasi
orang lain untuk bermegah di dalam Kristus. Kemajuan Injil tidak ditentukan oleh situasi apapun
atau motivasi dari siapapun, karena apa yang sudah Tuhan bukakan tidak ada seorang pun yang
akan bisa menutupnya. Pemberitaan Injil dengan sukacita menghasilkan sukacita bagi semua
orang. Sukacita yang dimaksud adalah sukacita yang bersumber dari Kristus. Kesulitan hidup apa
pun yang menimpa orang percaya bukanlah alasan bagi mereka meninggalkan Tuhan. Justru
penderitaan karena Kristus membuat mereka bermegah dalam Tuhan. Bukan bermegah atas
kekuatan diri sendiri melainkan bermegah karena Kristuslah yang utama dalam hidup. Kesulitan
apa pun yang dihadapi akan mampu membuatnya terus hidup dalam sukacita karena berharap
kepada Tuhan.

Paulus mengingatkan jemaat Filipi bahwa penderitaan yang telah dialaminya merupakan
sebuah pilihan demi penyebaran Injil. Paulus sedang ada dalam penjara, dan hal itu tidak mudah
baginya dan bagi jemaat yang dilayaninya. Timbul rasa kuatir di dalam jemaat Filipi. Paulus
ingin meyakinkan jemaat Filipi bahwa apa yang dialaminya tidak hanya berkaitan dengan
keselamatan dirinya tetapi juga sangat berkaitan dengan keberlangsungan pemberitaan Injil. Itulah
sebabnya Paulus sangat berani untuk mengatakan di dalam Filipi 1:21 “karena bagiku hidup
adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.” Di ayat sebelumnya juga dikatakan “sebab yang
sangat kurindukan dan kuharapkan ialah bahwa aku dalam segala hal tidak akan beroleh malu,
melainkan seperti sediakala, demikian pun sekarang, Kristus dengan nyata dimuliakan di dalam
tubuhku, baik oleh hidupku, maupun oleh matiku”

Pertanyaan Untuk Diskusi

1. Sampaikanlah secara singkat, apa pesan dari Filipi 1:21 kepada Ibu/Bapak?
2. Hal apa yang dapat menjadi alasan lansia tidak melayani lagi?
3. Belajar dari Rasul Paulus, apa yang akan dilakukan ketika dalam melayani Tuhan Anda
menghadapi tantangan?

Penutup

Usia lanjut bukan halangan untuk melayani Tuhan karena merasa dirinya sudah tidak lagi
muda. Nas kita mengatakan bahwa kelemahan fisik bukanlah alasan agar kita berdiam diri di
hadapan Tuhan dan jemaat sebab Tuhan adalah sumber kekuatan. Tuhan yang akan
memampukan setiap kita. Dua pilihan itu juga ada bagi Paulus, apakah ia akan berhenti atau
tetap aktif melayani. Kiranya ketika usia semakin bertambah, kita tetap menjadi pribadi yang
mau dipilih untuk melayani. Bukan karena hebatnya diri kita, melainkan karena kekuatan yang
Tuhan berikan.
Panduan Kegiatan Bersama di Bulan Keluarga, HUT GMIT, dan HUT Reformasi
Tahun 2022

1. Merayakan HUT ke-75 GMIT (tahun Berlian).


Pada tanggal 31 Oktober 2022 GMIT memasuki tahun berlian, HUT ke-75. Dalam rangka
menghayati karya pemeliharaan Allah Tritunggal dalam ziara bergereja, beberapa kegiatan
bisa dilakukan antara lain:
 Ibadah syukur jemaat, pada tanggal 31 Oktober 2022.
 Jemaat-jemaat bisa mengadakan pameran foto, rekaman peristiwa pelayanan, sebagai
potret kesaksian tentang penyertaan Tuhan dalam ziarah pelayanan GMIT.
2. Merayakan Hari Pasutri

Potret kehidupan keluarga Kristen hari ini sarat dengan berbagai pergumulan, antara
lain Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), stunting, eksploitasi anak, kenalakan
remaja, perselingkuhan dan meningkatnya angka perceraian dan lain-lain. Semua itu terus
meningkat dari waktu ke waktu. Tentang perceraian, sebagai gambaran. Sesuai data Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Nusa Tenggara Timur, pada tahun 2021 ada 13.838 warga
alami cerai hidup, dengan rincian, 10.464 perempuan dan laki-laki 3.374.2 Dari fakta
persidangan dipastikan bahwa permohonan perceraian diakibatkan ketidak cocokan dalam
rumah tangga. Relasi suami istri dipengaruhi juga oleh perkembangan teknologi digital.
Komunikasi yang semakin dimudahkan dengan adanya kemajuan teknologi ternyata juga
berdampak pada individualisme dan berpengaruh pada relasi suami istri.
GMIT memandang keluarga sebagai basis hidup bergereja. Keluarga inti adalah wadah
persekutuan terkecil yang terdiri dari ayah-ibu dan anak-anak. Jalinan persekutuan keluarga
yang luas mencakup orang-orang serumah, yang memiliki hubungan berdasarkan garis
keturunan, dan yang terjalin oleh rasa persaudaraan karena hubungan sosial-budaya.
Pembangunan jemaat pun mencakup pembinaan keluarga agar terbentuk persekutuan sejati
atas dasar kasih persaudaraan sejati. Pembinaan yang dimaksudkan adalah menyangkut
penanaman nilai-nilai kekristenan berdasarkan kesaksian Alkitab. Nilai-nilai kekristenan
dapat menjadi dasar kehidupan bersama jika ditanamakan dan dikembangkan di dalam
keluarga. Dengan demikian kehidupan keluarga menjadi kesaksian iman yang terbuka bagi
masyarakat dan dunia.
Keluarga dibangun dari jalinan kasih dan komitmen iman di antara Suami-Istri yang
mengikat janji di hadapan Allah dan jemaat-Nya. Allah yang menciptakan laki-laki dan
perempuan, dan memberi mereka kasih dan komitmen untuk hidup bersama sebagai mitra
sepadan. Tiap pasangan terpanggil oleh Allah untuk membangun rumah tangga sebagai alat
kesaksian tentang karya Allah yang menyempurnakan dan mempersatukan. Hal itu
memungkinkan tiap pasangan membangun dan mengembangkan keluarganya sebagai wadah
persektuan, kesaksian dan pelayanan. Relasi suami istri adalah relasi yang setara, saling
menghormati dan mengasihi, saling melengkapi dan saling menolong. Nilai- nilai keristenan
perlu dikembangkan dalam keluarga demi merawat relasi suami-istri agar mampu
menghadapi tantangan hidup yang makin kompleks. Keharmonisan keluarga adalah alat
misi. Selain bermanfaat bagi kehidupan bersama dalam keluarga, keharmonisan keluarga
juga menjadi tanda karya Allah yang menyelamatkan semua orang dan segala makhluk.
Jemaat yang bermisi terdiri dari keluarga-keluarga yang bermisi maka keharmonisan relasi
suami dan istripun perlu mendapat perhatian.
Sejak tahun 2020 GMIT merayakan Hari Pasutri sebagai moment syukur atas
pemeliharaan Tuhan terhadap pasangan-pasangan Suami-Istri di tiap keluarga GMIT.
Melalui perayaan ini gereja ikut merawat kehidupan rumah tangga. Perayaan ini berlangsung
setiap tahun guna menyadarkan kita tentang perjalanan usia perkawinan sebagai perjalanan
bersama Tuhan. Kita tidak pernah dibiarkan sendirian menjalani persoalan keluarga, baik
sukar-sulit suka, maupun suka dan bahagia. “Jikalau bukan Tuhan yang membangun rumah,
sia-sialah usaha orang yang membangunnya” (Mazmur 127:1a). Syukur kepada Allah, atas
kasihnya kita akan merayakan lagi hari pasutri, pada Sabtu, 15 Oktober 2022.
PA Pasutri
2
https://kupang.tribunnews.com/2022/02/16/data-terbaru-selama-tahun-2021-sebanyak-13-838-cerai-hidup-di-ntt.
Bahan Alkitab: Mazmur 92:13-16

Tema : Makin Lama, Cinta Makin Dibarui

Pengantar

Apa yang terjadi jika usia pernikahan bertambah? Ada yang bilang semakin mesra, tetapi juga
ada yang bilang semakin biasa. Bukankah semakin lama usia pernikahan, pasangan menikah
makin memiliki pengalaman berharga untuk menjaga pernikahan agar tetap saling
membahagiakan?

Dalam PA ini suami istri diajak untuk memahami pimpinan Allah dalam kehidupan pernikahan.

Langkah-Langkah Pelaksanaan PA

PA dimulai dengan mendengarkan pengalaman dari suami istri tentang usia perkawinan.
Pemimpin dapat mengajukan pertanyaan seputar:

 Apakah ada perbedaan cinta di awal pernikahan dengan saat ini? Apakah perbedaan itu
lebih membahagiakan atau sebaliknya?
 Pengalaman paling menyedihkan dan membahagiakan dalam perkawinan?
 Hal apa yang membuat Bapak-Ibu terus mencintai hingga sekarang?
 Apakan anak, menantu, cucu melihat dan merasakan cinta Bapak-Ibu?
 Silakan menambah pertanyaan lain (sesuai dengan kebutuhan)

(Untuk memudahkan dalam kelompok yang besar, maka Jawaban dapat ditulis di kertas dan
ditempel di dinding).

Perenungan Firman Tuhan (Bacalah Mazmur 92:13-16)

Minta peserta yang pernah melihat pohon korma atau pohon aras mendeskripsikan pohon itu.
Jika tidak ada dapat menggunakan gambar/foto.

Pohon korma (kurma) dan pohon aras adalah pohon yang tumbuh di Timur Tengah. Menurut
informasi, pohon korma tingginya bisa mencapai 10-20 meter. Bentuknya seperti pohon palem
atau pepaya. Tegak lurus dengan daun di bagian atas. Pohon kurma dikenal karena buahnya.
Konon buah kurma itu mengandung banyak sekali manfaat yang baik untuk kesehatan manusia.

Pohon aras seperti pohon cemara. Pohon aras terkenal karena memiliki kayu yang baik, sehingga
dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia. Kayu aras dipakai untuk ritual keagaman Yahudi
(Mis. Bil. 19:6). Kayu aras banyak dipakai oleh Salomo ketika membangun Bait Allah (1 Raja
6).

Kedua pohon ini sering dipakai dalam Alkitab untuk menggambarkan hal-hal yang baik. Pohon
korma misalnya sering dipakai sebagai gambaran orang yang hidupnya lurus, karena tubuhnya
lurus. Pohon aras misalnya sering dipakai sebagai gambaran orang-orang yang disukai Tuhan.

Mungkin kita bisa membandingkannya dengan pohon yang seringkali dipakai untuk gambaran
kebaikan di Indonesia. Salah satunya, sebagai contoh saja, adalah pohon beringin. Pohon ini
kerap dipakai sebagai lambang mengayomi, melindungi.

Semua pohon itu semakin berguna ketika mereka semakin tua. Pohon beringin kecil, hanya jadi
hiasan, bonsai. Tidak berfungsi untuk mengayomi. Pohon korma yang muda belum dapat
berbuah dengan banyak dan enak. Pohon aras, seperti pohon jati, semakin tua semakin mahal.

Justru gambaran ini menunjukkan bahwa dalam Alkitab orang tua amat dihormati. Seperti Pohon
Aras dan Pohon Korma. Pada masa tua pun mereka terus berbuah, gemuk dan segar. Gemuk
adalah gambaran kesuburan pada waktu itu.
Gambaran ini menarik jika kita kaitkan dengan kehidupan rumah tangga. Adalah kenyataan
banyak rumah tangga hancur berantakan karena berbagai persoalan. Makin lama usia pernikahan
belum tentu makin membahagiakan.

Namun orang yang dekat dengan Tuhan, makin lama usia perkawinan, makin nyata kasih Tuhan
dan makin berdaya. Para pasangan yang usia perkawinannya semakin panjang, ingatlah bahwa
Tuhan memberikan kesempatan bagi kita untuk berbuah. Tunjukkan buah pernikahan dengan
menyaksikan kasih Allah. Beritakanlah bahwa Tuhan itu benar, bahwa ”Ia gunung batuku dan
tidak ada kecurangan pada-Nya.” Beritakanlah bahwa pertambahan usia perkawinan dan usia
perkawinan yang cukup lama membuat perkawinan menjadi lebih berdaya guna. Cinta semakin
erat dan keluarga semakin berdaya. Pemeliharaan Tuhan itu benar dan nyata, bukan sekedar
kesaksian mulut belaka.

Kita sungguh bersyukur, kalau dalam persekutuan kita ada yang memberikan kesaksian. Kita
bersyukur, karena mereka memberi teladan baik buat kita. Betapa kita membutuhkan orangtua
yang dapat memberikan kesaksian yang benar. Karena kehidupan pernikahan sekarang banyak
dihancurkan oleh prahara kehidupan. Generasi sekarang membutuhkan dorongan, tuntunan
bahkan cambuk. Salah satunya adalah dari kesaksian tentang penyertaan Tuhan dalam usia
pernikahan. Di sini kita belajar menyaksikan kekuatan cinta dan tuntunan tangan Tuhan yang
luarbiasa.

Pertanyaan untuk Refleksi


 Apakah yang patut menjadi keprihatinan kita mengenai kehidupan pernikahan orang-orang
kristen sekarang?
 Bagaimana dampak perceraian bagi anak-anak?
 Apa peran penting pasangan dengan usia perkawinan yang cukup panjang untuk membekali
pasangan muda?

Tekad Barui Diri


Setiap orang menuliskan satu kata kerja untuk menggambarkan apa yang akan mereka lakukan
agar mereka dapat memberikan teladan hidup saling mencintai. Ada baiknya semua tulisan itu
ditempel dan didokumentasi sebagai satu bentuk kesaksian iman keluarga.

3. Kegiatan bersama keluarga:

1. Mezbah Keluarga

Panduan Mezbah Keluarga


Selama bulan keluarga mari membangun mezbah keluarga. Siapkanlah altar sederhana di dalam
rumah. Jadikanlah altar sebagai tempat khusus bagi keluarga dalam membangun rutinitas doa.
Tempatkanlah Alkitab, lilin, bunga, hiasan bermakna lainnya. Libatkan anak agar ikut menghias altar
secara kreatif. Setiap hari keluarga dapat mengambil waktu khusus untuk beribadah bersama. Sebagai
bagian dari keluarga Allah, setiap akhir pekan semua rumah keluarga GMIT menaikan doa dengan
pokok yang sama, sebagai berikut:

Hari Pokok Doa Uraian

Sabtu, 8 Berdoa bagi keluarga - Doakan pendidikan anak-anak, doakan


Oktober Kita persoalan keluarga
- Doakan pekerjaan dan usaha
- Doakan perekonomian keluarga

Sabtu, 15 Pemerintah, Bangsa dan - Berdoa untuk pemerintah: presiden dan


Oktober negara Indonesia segenap jajaran; gubernur; bupati; camat;
kepala desa.
- Berdoa bagi TNI, Polri
Sabtu, 22 Dunia dengan berbagai - Perang Rusia-Ukraina yang belum
Oktober pergumulannya berakhir
- Pemulihan pasca pandemi
- Perdamaian dunia
Sabtu, 29 Gereja Masehi Injil di - Berdoa untuk Majelis Sinode, Majelis
Oktober Timor Klasis dan Majelis Jemaat
- Berdoa untuk semua jemaat GMIT yang di
53 Klasis.
- Berdoa untuk perayaan HUT Berlian
GMIT dan HUT Reformasi ke 505

2. Gerakan 18.00-20.00
Perkembangan teknologi berdampak pada keakraban relasi
keluarga. Hal ini tentu perlu mendapat perhatian kita semua. MS GMIT
pernah mencetus “Gerakan 18-20”, dengan mengajak seluruh jemaat
GMIT untuk sejenak berhenti dari segala aktifitas media sosial demi
membangun keakaraban dengan orang serumah dan sekitarnya,
termasuk beribadah bersama. Dalam rangka perayaan bulan keluarga tahun 2022, kami kembali
mengajak semua keluarga GMIT untuk bersama-sama dalam “Gerakan 18-20”. Dua jam dalam
sehari. Dari pukul 18.00 sampai pukul 20.00., semua keluarga ada dalam waktu khusus keluarga.
Matikan HP, gadget, radio, TV, computer, dll. Matikan semua perangkat komunikasi elektronik
dan bersendaguraulah dengan orang serumah. “Kiranya Tuhan memberkati engkau di dalam
rumahmu”.

Anda mungkin juga menyukai