Anda di halaman 1dari 60

KHOTBAH JANGKEP

Panduan Merayakan Liturgi Gereja

September 2021
Tema: Bermazmur Dan Bersyukur

Khotbah Jangkep September 2021 179


DAFTAR TEMA PERAYAAN IMAN
BULAN SEPTEMBER 2021

Minggu, 5 September 2021 ............................................................................... 181


Minggu Biasa XVIII-Minggu ke-15 setelah Pentakosta (Hijau)
Mengucap Syukur Atas Kebaikan Tuhan

Minggu, 12 September 2021 ............................................................................ 196


Minggu Biasa XIX-Minggu ke-16 setelah Pentakosta (Hijau)
Gunakan Lidah Untuk Menjadi Berkat

Minggu, 19 September 2021 ............................................................................ 209


Minggu Biasa XX-Minggu ke-17 setelah Pentakosta (Hijau)
Bersuka Oleh Karena Hikmat Yang Diberikan Tuhan

Minggu, 26 September 2021 ............................................................................ 221


Minggu Biasa XXI-Minggu ke-18 setelah Pentakosta (Hijau)
Pujilah Dia Yang Telah Menyelamatkan

180 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


Minggu, 5 September 2021
Minggu Biasa XVIII-Minggu ke-15 setelah Pentakosta (Hijau)

TEMA PERAYAAN IMAN


Mengucap Syukur Atas Kebaikan Tuhan

TUJUAN:
Jemaat menyadari dan menghayati akan kasih Tuhan yang senantiasa
menyertai dan melengkapi di dalam sepanjang kehidupannya. Melalui
penghayatan dan kesadaran akan kasih Tuhan ini, jemaat senantiasa
dapat hidup dalam syukur kepada Tuhan dan senantiasa bersandar
dalam kasih-Nya dalam menjalani kehidupan sehari-harinya.

DAFTAR BACAAN:
Bacaan I : Amsal 22:1-2, 8-9, 22-23
Tanggapan : Mazmur 125
Bacaan II : Yakobus 2:1-10, (11-13), 14-17
Bacaan Injil : Markus 7:24-37

DAFTAR AYAT LITURGIS


Berita Anugerah : 2 Tesalonika 3:3
Petunjuk Hidup Baru : Matius 12:36-37
Nats Persembahan : 2 Timotius 3:17

DAFTAR NYANYIAN LITURGIS


Bahasa Indonesia
Nyanyian Pujian : KJ 8:1, 3
Nyanyian Penyesalan : KJ 23:1, 2
Nyanyian Kesanggupan : KJ 240a:1, 3
Nyanyian Persembahan : KJ 302:1-3
Nyanyian Pengutusan : KJ 365b:1, 3, 6

Bahasa Jawa
Kidung Pamuji : KPJ 3:1, 4
Kidung Panelangsa : KPJ 56:1, 2
Kidung Kasanggeman : KPJ 120:1-3
Kidung Pisungsung : KPJ 170:1, 2
Kidung Pangutusan : KPJ 160:1-3

Pdt. Wahyu Nirmala, S. Si (GKJ Jatinom)

Khotbah Jangkep September 2021 181


DASAR PEMIKIRAN
Setiap warga Gereja sebenarnya sudah sering menerima
pengajaran tentang kasih Allah yang senantiasa menyertai dan
melingkupi dalam kehidupannya. Akan tetapi pada kenyataan
hidup sehari-hari, penghayatan dan kesadaran akan kasih Allah
yang senantiasa menyertai dan melingkupi dalam kehidupan itu
tidak dirasakan sebagai pemberian curahan kasih Allah. Segala
yang dinikmati akan keberhasilan, kesenangan dan sukacita
dirasakan sebagai buah dari hasil karyanya sendiri. Oleh karena
itu dalam hidupnya sulit untuk mengucap syukur kepada Allah.
Kebaikan Allah hanya dikenal dan dirasakan dalam ibadah dan
pengajaran, bukan sebagai penghayaan atas apa yang dirasakan
dan terjadi dalam kehidupan keseharian.
Itulah sebabnya perlu ditekankan akan rasa penghayatan dan
tumbuhnya kesadaran akan kebaikan cinta kasih Allah, sehingga
dalam kehidupan warga gereja senantiasa tumbuh dan berkembang
rasa syukur yang juga dinyatakan dalam tindakannya.

KETERANGAN BACAAN
Amsal 22:1-2, 8-9, 22,23.
Amsal 22 adalah bagian dari kumpulan amsal-amsal Salomo.
Salomo adalah raja yang mendapat anugerah kebijaksanaan dari
Allah, dan dalam bacaan ini memperlihatkan hasil dari penghayatan
raja Salomo dalam kehidupannya. Salomo menyadari bahwa sesuatu
yang tidak mungkin memisahkan antara yang kaya dan miskin.
Memang banyak usaha di dalam sejarah bangsa-bangsa memisahkan
manusia berdasarkan golongan yang ditetapkannya (misalnya sistem
kasta). Pemisahan golongan ini dianggap untuk mempermudah
menata kehidupan manusia. Manusia yang diciptakan Allah sebagai
mahluk sosial, tidak mungkin dipisahkan atas dasar golongan
yang dibuat oleh manusia. Manusia yang satu dengan yang lain,
apapun golongannya pasti berinteraksi satu dengan yang lainnya
182 Panduan Merayakan Liturgi Gereja
dan ini sebagai sesuatu yang dikehendaki Allah (Ams 22:2). Dalam
interaksi/pertemuan manusia ini dapat terjadi sikap saling
menguasai satu dengan yang lainnya. Karena keserakahannya,
manusia tega dengan sesamanya (ay 8). Akan tetapi, tetap ada
juga orang-orang yang berbuat baik kepada sesamanya dalam
interaksi sehari-hari. Orang-orang yang seperti ini akan dibela
oleh TUHAN dalam kehidupannya dan karena itulah yang menjadi
kehendak TUHAN atas manusia.

Mazmur 125
Di padang gurun, bila terjadi badai yang besar, satu-satunya
perlindungan adalah gunung batu. Demikianlah penggambaran
orang Israel atas perindungan Tuhan yang diberikan kepada
orang-orang yang baik. Kata “orang-orang baik” ditujukan kepada
orang-orang yang senantiasa hidup dalam Firman Tuhan dan yang
menyatakan kebaikannya kepada sesama. Berbuat kebaikan
ternyata tidaklah mudah karena senantiasa mendapat pertentangan
dari orang-orang yang berbuat jahat, yang menyimpang ke jalan
yang berbelit-belit. Karena itulah Tuhan menyatakan pembelaan
dan perlindungannya kepada orang-orang baik untuk tetap dapat
berbuat baik dari perlakuan orang-orang jahat.

Yakobus 2:1-10, (11-13), 14-17


Dalam kehidupan sehari-hari, surat Yakobus dalam bacaan ini
memulai dengan kata: orang yang beriman kepada Yesus.
Ungkapan ini menunjukkan pentingnya hubungan antara iman
dan tindakan nyata. Seseorang yang beriman, akan tetapi dalam
kenyataan tindakan sehari-harinya tidak sesuai dengan isi
imannya adalah sebuah kebohongan (2:17). Kehidupan beriman
harus dinyatakan dalam tindakan nyata yang dinyatakan dalam
hubungan sehari-hari dengan sesamanya. Dalam bacaan Yakobus
ini, pernyataan iman yang dihubungkan dengan hubungan dengan
sesama adalah bagaimana seseorang yang beriman kepada Yesus

Khotbah Jangkep September 2021 183


memandang kepada saudaranya dengan hormat tanpa membedakan
antara yang satu dengan yang lainnya atas dasar dunia. Sikap
mengasihi sebagaimana yang diajarkan dan ditelandankan Yesus
adalah sikap yang menghargai, menghormati sesama sebagai
sesama seperti menghargai dan menghormati diri sendiri.
Pengakuan akan Tuhan Yesus sebagai Allah dan penyelamatnya
dinyatakan dalam wujud nyata penghargaan dan penghormatan
atas sesama dalam tindakan kasih yang nyata. Menyatakan kasih
Allah sebagai pengakuan imannya, akan menuntun manusia
percaya menyatakannya dalam perbuatan baik kepada sesamanya,
yang juga menyatakan syukurnya atas kebaikan Tuhan.

Markus 7: 24-37
Bacaan Injil yang diambil dari Injil Markus ini menunjukkan
bagaimana hubungan Yesus dengan bangsa-bangsa di luar Yahudi.
Keduanya berkenaan dengan mujizat penyembuhan (ay 24-29;
30-37). Dalam perikop yang pertama, terdapat ungkapan yang
seolah Yesus menolak bangsa-bangsa di luar Yahudi dengan
ungkapan bahwa roti itu tidak diberikan kepada anjing, tetapi
hanya kepada anak-anak. Ungkapan “anjing” sama halnya dengan
kafir. Sedangkan kafir menunjuk kepada bangsa yang ditolak
karena tidak mengenal dan menyembah Allah. Akan tetapi
sesungguhnya dalam ungkapan “anjing” ini, penulis Markus ingin
memperlihatkan betapa besar kasih Yesus (Allah) kepada
manusia. Meskipun sedemikian besar najis dan kotornya manusia
(ungkapan “anjing”), mereka tetap direngkuh dan menerima
kasih Allah yang menyelamatkan. Demikian juga dalam perikop
kedua, kota Dekapolis menunjuk pada kota yang dihuni oleh
orang-orang Yunani (bangsa asing di luar Yahudi). Akan tetapi,
ditunjukkan bagaimana Yesus berkenan menyatakan mujizat dan
kasih-Nya kepada orang tuli (bangsa asing yang sedang
menderita). Dalam ayat 37 ”Ia menjadikan segala-galanya baik….”
sebagai ungkapan dari orang asing (bukan Yahudi) akan
184 Panduan Merayakan Liturgi Gereja
keberadaan Yesus yang mengasihi dan menyatakan kebaikan
untuk manusia. Hal ini dapat dikatakan bahwa sebenarnya
penulis Injil Markus ingin memperlihatkan bahwa sesugguhnya
Yesus adalah Mesias yang dinantikan untuk menyatakan kebaikan
kasih Allah atas keberadaan manusia.

POKOK DAN ARAH PEWARTAAN


Manusia adalah mahluk sosial, artinya keberadaannya tidak
bisa lepas dari keberadaan sesamanya (manusia lain). Dalam
interaksi sehari-hari banyak hal bisa terjadi dan karena dosa yang
menguasai hidup manusia, interaksi yang terjadi adalah interaksi
untuk saling menguasai demi kepentingan pribadi yang mungkin
dapat juga terjadi di lingkungan terkecil, yaitu keluarga. Karena
keserakahan manusia inilah, yang menjadikan hubungan antar
manusia menjadi rusak dan menyakitkan bagi yang lainnya. Allah
adalah Maha Pengasih, yang karena kasih-Nya, Ia berkenan
menyatakan kasih itu kepada manusia. Semenjak penciptaan,
kasih Allah senantiasa dinyatakan dalam sejarah kehidupan
manusia dan dunia.
Dalam kisah Yesus, dinyatakan kepada manusia bagimana
kasih itu senantiasa diberikan dan dinyatakan kepada manusia
walaupun keberadaan manusia sangat jauh dari apa yang
dikehendaki oleh Allah yaitu kesombongan, keserakahan dan
kenajisan. Kasih kebaikan Allah dinyatakan kepada para
pilihanNya. Kasih kebaikan Allah senantiasa dicurahkan dalam
pemeliharaan atas hidup dan kehidupan para kekasihNya. Itulah
sebabnya, sebagai ungkapan dan pernyataan syukur manusia
yang dikasihi Allah dinyatakan dalam perbuatan kasih dan
kebaikan kepada sesamanya, guna memulihkan hubungan antar
manusia sehingga merasakan damai sejahtera.

Khotbah Jangkep September 2021 185


KHOTBAH JANGKEP BAHASA INDONESIA

MENGUCAP SYUKUR ATAS KEBAIKAN TUHAN

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,


Setiap hari, bahkan setiap saat, kita pasti bertemu dengan
sesama kita. Baik dalam kehidupan berkeluarga ataupun dalam
pekerjaan dan di tengah masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa
sebenarnya kita tidak dapat lepas dari keberadaan orang lain,
manusia senantiasa berinteraksi dengan manusia lainnya. Dalam
interaksi yang ada, bukanlah hal yang mustahil sesuatu yang tidak
menyenangkan dapat terjadi, karena pada dasarnya manusia
dalam berinteraksi senantiasa mencari keuntungan untuk dirinya
sendiri. Manusia tidak mau dirugikan atas kepentingannya,
melainkan berusaha senantiasa mencari keuntungan dalam setiap
tindakannya, maka bukanlah hal yang mustahil jikalau ia tega
dengan sesamanya guna mencari keuntungan bagi diri sendiri.
Selain untuk mencari keuntungan bagi dirinya sendiri, manusia
juga mencari rasa aman bagi dirinya sendiri, sehingga yang
dianggap berbeda dengan dirinya bukanlah sesamanya.

Seperti dalam bacaan Amsal, Orang kaya dan miskin bertemu,


bacaan ini di satu sisi menunjukkan adanya penggolongan-
penggolongan yang dibuat manusia, yaitu golongan kaya dan
miskin. Penggolongan yang berdasarkan kekayaan ini, dibuat
supaya manusia merasa aman dan nyaman dalam golongannya
dan juga merasa diuntungkan dengan adanya penggolongan ini.
Di sisi lain, adanya penggolongan ini menunjukkan bahwa
manusia pada dasarnya ada perbedaan antara satu dengan yang
lainnya. Perbedaan ini seharusnya bukan menjadi jurang pemisah
antara yang satu dengan yang lain, melainkan menjadikan
manusia mampu berbuat baik untuk sesamanya yang berbeda.
Perbedaan-perbedaan yang ada, adalah kehendak Tuhan

186 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


supaya manusia dapat saling tolong-menolong dalam memenuhi
kehidupannya.

Dalam kehidupan sehari-hari, oleh karena saling mencari


keuntungan, maka perbuatan curang, bahkan tindakan menyakiti,
merampas hak dan milik orang lain dimungkinkan. Dengan apa
yang dimilikinya, atas kekayaan, jabatan, menjadikan orang ingin
dibedakan dan mendapatkan keuntungan dari statusnya itu.
Bahkan tidak sedikit juga orang-orang yang memanfaatkan
keberadaan orang lain atas jabatan dan kekayaannya untuk
mencari keuntungan (bdk. Yak). Kehidupan seperti ini tentulah
tidak menyenangkan dan tidak damai sejahtera, karena manusia
senantiasa dituntut untuk mencari kekayaan dan jabatan yang
dapat memberikan keuntungan pada dirinya, sehingga terjadi
penindasan kepada sesamanya.

Saudara yang terkasih di dalam Tuhan Yesus


Sebagaimana dunia ketika diciptakan Allah pada mulanya,
semuanya ada dalam keindahan dan damai sejahtera. Demikianlah
sesungguhnya Allah menghendaki dunia yang diciptakannya ini
juga ada dan kembali menuju damai sejahtera seperti yang
dikehendakiNya. Dalam Alkitab dikisahkan bagaimana Allah
senantiasa berkarya dan mememelihara serta menjaga supaya
dunia ada dalam keindahan dan damai sejahtera. Dalam
karyaNya, Allah juga memanggil manusia untuk turut berkarya
bersamaNya, mengembalikan dan memulihkan dunia supaya ada
dan tercipta damai sejahtera. Karya Allah yang memelihara dan
memulihkan dunia ini, mengundang dan memanggil manusia
untuk menjadi alatNya dalam pemulihan ciptaan. Dalam sejarah
keselamatan yang diselenggarakan Allah, seperti yang dinyatakan
dalam Alkitab, diperlihatkan bagaimana Allah sungguh mengasihi
dunia ini, dimana Allah berkenan memanggil dan memakai
manusia untuk menjadi bagian dalam karya pemulihan ciptaan.

Khotbah Jangkep September 2021 187


Puncak dari karya Allah yang menyelamatkan manusia dari
kerusakan ini dinyatakan dalam kehidupan Tuhan Yesus Kristus.

Dalam bacaan Injil Markus, diperlihatkan oleh penulis injil


bagaimana Allah mengasihi manusia.
1. Dengan mengutus Putra TunggalNya untuk hadir ke dalam
dunia sebagai penyelamat. Mesias adalah utusan Allah yang
dipanggil dan diutus untuk menyelamatkan hidup dan
kehidupan manusia dari kehancurann. Mesias adalah Putra
Tunggal Allah yang dipakai Allah untuk menyatakan kasihNya
dan memulihkan dunia melalui karya pengampunan dosa dan
pemulihan ciptaan.
2. Meskipun Allah berkenan memilih bangsa Israel sebagai
bangsa yang dikasihiNya, akan tetapi Allah tetap membuka
lebar kasihNya dan berkenan menerima siapa saja, tanpa
memandang latar belakangnya. Kisah ini diperlihatkan dalam
cerita tentang Tuhan Yesus dengan seorang perempun Siro
fenesia. Kata “anjing” menunjukan pada kata kafir yang
artinya seseorang yang tidak percaya/memiliki Allah dalam
hidupnya dan tindakan serta kehidupannya adalah najis.
Oleh penulis injil Markus, memperlihatkan bahwa Yesus
sesungguhnya adalah Mesias dan Ia adalah Allah yang
mengasihi manusia. Meskipun keberadaan perempuan siro
fenisia adalah sesuatu yang dianggp najis, tetapi direngkuh
oleh Yesus (Allah) untuk menjadi milikNya yang dikasihi.
3. Penerimaan Yesus dan bahkan berkenan menyatakan mujizat
kasihNya kepada orang asing (perempuan Siro fenesia dan
yang tuli yang adalah bangsa asing). Allah tidak memandang
muka, semua manusia pada dasarnya dikasihi oleh Allah,
dimana Allah tetap membuka pintu kasihNya untuk diberikan
kepada siapapun.

188 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


4. Sebagai orang yang percaya, manusia Kristen diajak untuk
merasa-rasakan kasih Allah, sehingga menimbulkan rasa
syukur dalam dirinya karena kebaikan Allah. Manusia yang
percaya dipanggil untuk turut berkarya bersama Allah
memulihkan isi dunia dengan perbuatan-perbuatan kasih,
karena hanya dengan kasihlah dunia dikembalikan dan
dipelihara keindahan dan damai sejahteranya.
5. Kebaikan Tuhanlah yang menjadi inspirasi dan kekuatan
manusia percaya dalam berbuat baik sebagai ungkapan
syukurnya. Perbuatan baik kepada sesama juga membutuhkan
perjuangan untuk mengalahkan kejahatan yang ada di dunia
dan juga yang timbul dalam dirinya. Setiap perbuatan baik
yang dilakukan pasti ada juga yang berusaha menentangnya,
akan tetapi Allah berkenan dan bersedia senantiasa
menolong manusia untuk melakukan perbuatan baik.

Saudara yang terkasih di dalam Tuhan Yesus,


Sebagai manusia yang dikasihi Allah, kita dipanggil untuk:
1. Merasakan dan menerima serta menikmati kebaikan Allah
yang senantiasa menolong, memampukan dan memberikan
kepada kita yang terbaik. Penerimaan kebaikan Allah inilah
yang memelihara kehidupan kita untuk senantiasa
mendapatkan damai sejahtera. Penerimaan akan kasih Allah
sebaiknya ditanggapi dengan rasa syukur dan penyerahan
diri kepada Allah dengan cara turut serta dalam karya
kebaikan Allah kepada manusia dan ciptaan.
2. Allah menghendaki setiap orang yang percaya, turut serta
dalam karya kebaikan pemeliharaan Allah atas dunia. Kita
dipanggil untuk menjadi rekan sekerja Allah menyatakan
kebaikanNya kepada sesama dengan menyatakan dan
berbuat kebaikan kepada sesama. Hanya dengan perbuatan
baik dan kebaikan inilah yang mengubah hubungan antara
Khotbah Jangkep September 2021 189
manusia menjadi seperti yang dikehendaki oleh Allah.
Manusia yang percaya dikehendaki dan dipanggil oleh Allah
untuk menjadi alatNya mengubah interaksi manusia yang
penuh kecurangan dan penindasan, dengan kebaikan yang
menyatakan keadilan dan damai sejahtera.

Saudara yang terkasih dalam Tuhan Yesus,


Apakah sungguh kita sudah merasakan kebaikan Allah yang
memelihara hidup kita sehari-hari? Sesungguhnya Allah tidak
pernah berdiam diri, Dia senantiasa menjaga dan memelihara
hidup kita, maka rasakanlah dan nikmatilah kasih Allah yang
memelihara. Dengan demikian akan tumbuh syukur kita atas
kemurahan dan kebaikan Allah. Syukur atas kemurahan dan
kebaikan Allah dinyatakan dengan turut berkarya bersama Allah
menebar dan berbuat kebaikan kepada sesama manusia.
Sebagaimana Allah menerima dan menyatakan kasihNya kepada
semua manusia, maka demikianlah juga kita menyatakan dan
melakukan kebaikan kepada semua orang tanpa memandang
latar belakang yang ada. Nyatakanlah kebaikanmu dan kasih
kepada sesamamu seluruh manusia, karena itulah yang menjadi
kehendak Allah atas dirimu. Damai sejahtera Allah kiranya
memampukan dan dinyatakan dalam hidup kita dan sesama.
Amin.

190 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


KHOTBAH JANGKEP BAHASA JAWA

NGATURAKEN PANUWUN SOKUR AWIT KASAENANIPUN


GUSTI

Sadherek patunggilan ingkang dipun kasihi dening Gusti,


Saben dinten, malah saben wekdal kita mesthi asring pinanggih
kaliyan sesami kita. Dadosa ing gesang bebrayatan menapa dene
gesang ing panyambut dhamel lan masyarakat. Prekawis menika
nelakaken bilih sanyatanipuan kita mboten badhe saged uwal
saking kawontenaning tiyang sanes, tansah sesambetan kaliyan
tiyang sanes. Ing salebeting sesambetan kaliyan tiyang sanes, sanes
prekawis ingkang mokal menawi kalampahan prekawis ingkang
mboten ngremenaken, awit sanyatanipun manungsa ing salebeting
gesang sesarengan tansah pados kesaenan kangge dirinipun
piyambak. Amargi pepinginanipun, sedaya ingkang katindakaken
mboten purun tuna/rugi, nanging kepingin tansah untung, temah
kangge nggayuh punika kepara tegel kaliyan sesaminipun. Kejawi
pados kauntungan kangge dhirinipun piyambak, manungsa ugi
pados raos aman kangge dirinipun, pramila ingkang dipun anggep
benten kaliyan dirinipun punika sanes sesaminipun.

Kados ingkang wonten ing waosan Wulang Bebasan, tiyang


sugih lan mlarat sami pepanggihan. Waosan punika ing sasisih
nelakaken wontenipun golongan-golongan ingkang dipun dhamel
dening manungsa, inggih punika sugih lan mlarat. Golongan punika
namung landhesan bandha kadonyan ingkang dipun darbeki,
punika dipun dhamel supados manungsa rumaos aman lan ayem
ing golonganipun lan rumaos dipun untungaken ing selebeting
golonganipun.

Ing sisih sanes golongan-golongan punika nelakaken bilih


estunipun ing gesangipun manungsa panci wonten bedanipun

Khotbah Jangkep September 2021 191


satunggal kaliyan sanesipun. Beda-bedaning kawontenan punika
sejatosipun saged njalari tuwuhing kasaenan dhateng sanesipun,
mboten njalari pisahing setunggal lan setunggalipun punapadene
tuwuh perkawis.

Beda-bedaning manugsa punika sampun dados karsanipun


Gusti supados manungsa saged tulung-tinulung ing salebeting
gesangipun. Ing gesang padintenan, awit satunggal kaliyan sanesipun
namung pados kauntungan pribadi, mila tumindak ingkang
dhatengaken kaculikan, panindhes lan ngrebat hak lan darbekipun
tiyang sanes kalampahan. Mboten sakedhik ugi wonten tiyang-
tiyang ingkang ngginakaken kalenggahanipun kangge nggayuh
kauntungan pribadi (bdk Yak). Gesang ingkang kados makaten
punika temtunipun mboten ngremenaken dan mboten
dhatengaken tentrem rahayu, awit manungsa tansah dipun kuya-
kuya kangge pados bandha kadonyan lan kalenggahan kangge
dirinipun pribadi lan kalampahan nindhes tiyang sanes.

Para sadherek ingkang kinasih ing Gusti Yesus


Kadosdene jagad nalika katitahaken dening Gusti ing
wiwitanipun, sadaya ketingal endah lan kebak ing katentreman.
Awit makaten saestunipun ingkang dipun kersakaken dening
Gusti Allah wonten lan wangsul dhateng tentrem rahayu. Ing Kitab
Suci dipun cariyosaken kados pundi Allah tansah makarya lan
ngreksa sarta ngrimati jagad supados tansah wonten ing
kaendahan lan tentrem rahayu. Ing salebeting pakaryanipun
Allah, Panjenenganipun ugi nimbali manungsa tumut makarya
sesarengan kaliyan panjenenganipun, mulihaken lan mangsulaken
jagad supados gesang ing tentrem rahayu. Pakaryanipun Allah
ingkang ngreksa lan mulihaken titahipun punika, nimbali
manungsa dados pirantos ing salebeting pakaryanipun. Wonten
ing babading kawilujengan manungsa ingkang dipun tindakaken
dening Gusti Allah, kapratelakaken kados pundi Allah saestu

192 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


nresnani jagad punika, ing pundi Gusti Allah nimbali lan ngagem
manungsa tumut tandhang damel dados kanca tunggil dhamel ing
salebeting pakaryan mulihaken titah. Puncaking pakaryanipun
Allah kangge milujengaken manungsa saking karisakan,
kawujudaken ing pakaryanipun Gusti Yesus.

Wonten waosan Injil Markus, kapratelakaken kadospundi


Allah nresnani manungsa, kanthi:
1. Ngutus Putra ontang-antingipun ngrawuhi jagad minangka
Juru Wilujeng. Mesias punika utusanipun Allah ingkang dipun
timbali lan kautus dados juru wilujengipun manungsa. Mesias
punika utusanipun Allah ingkang dipun timbali lan kautus
kangge milujengaken gesang manungsa saking karisakan.
Mesias Putra Tunggal Allah ingkang dipun agem Allah kangge
nelakaken katresnanipun lan mulihaken jagad lumantar
pakaryaning pangapuntenipun Gusti lan mulihaken titah.
2. Sanadyan Gusti Allah sampun milih bangsa Israel minangka
bangsa ingkang dipuntresnani, ananging Gusti Allah tetep
maringaken katresnanipun lan nampeni sok sintena manungsa,
tanpa nyawang kawontenanipun. Prekawis punika dipun
telakaken ing cariyos bab Gusti Yesus ingkang nyembadani
panyuwunanipun pawestri siro fenesia. Ukara “segawon”
tumuju dhateng ukara kafir ingkang ateges satunggaling
sadherek ingkang mboten pitados dhateng Allah lan kanggep
gesang saha tumindakipun punika najis. Dening panyerat
Markus nelakaken bilih Gusti Yesus saestunipun Mesias lan
Panjenenganipun punika Allah ingkang nresnani manungsa.
Sanadyan kawontenaning pawestri siro fenisia punika
kaanggep najis, ananging tetep karengkuh dening Yesus
(Allah) dados kagunganipun ingkang dipun tresnani.
3. Panampinipun Gusti Yesus lan anggenipun nindakaken kaelokan
katresnanipun dhateng tiyang manca (pawestri siro fenesia

Khotbah Jangkep September 2021 193


lan ingkang budhek). Gusti Allah mboten nyawang manungsa,
sadaya manungsa sami dipun tresnani dening Allah, ing pundi
Allah tetep mbikak korining tentrem rahayu dhateng sok
sintena tiyang.
4. Minangka tiyang pitados, tiyang Kristen kaatag tumut ngraos-
ngraosaken katresnanipun Allah, ngantos nuwuhaken raos
sokur ing dirinipun. Manungsa ingkang pitados punika
katimbalan tumut tandhang damel sesarengan mulihakan
jagad dalah saisinipun kanthi pandhamel katresnan, awit
namung kanthi katresnan jagad dipunpulihaken lan kareksa
ing kaendahan sarta tentrem rahayu.
5. Kasaenanipun Gusti dados panggigah lan kakiyatan manungsa
ing pandhamel sae minangka raos sokuripun. Pendhamel
ingkang sae dhateng sesami ugi mbetahaken pambudidaya
kangge ngawonaken piawon ingkang wonten ing jagad lan
dirinipun piyambak. Saben pendhamel sae ingkang
dipuntindakaken mesthi wonten ingkang mbudidaya ngalang-
alangi, ananging Allah karsa lan tansah mitulungi dhateng
manungsa kangge nindakaken pendhamel sae.

Sadherek patunggilan ingkang dipun tresnani dening Gusti


Minangka manungsa ingkang dipuntresnani Gusti Allah, kita
sami katimbalan kangge:
1. Ngraosaken, nampi lan gesang ing kasaenanipun Gusti Allah
ingkang tansah setya mitulungi, nyagedaken lan maringaken
kasaenan dhateng kita. Perkawis punika kedah dipun tampi
kanthi raos sokur lan pasrah diri srana tumut tumandhang
ing pakaryan kasaenanipun Allah dhateng manungsa lan
sadaya titah.
2. Gusti Allah ngersakaken saben tiyang pitados, tumut tumandhang
ing pakaryan kasaenan pangreksanipun Allah tumrap jagad.

194 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


Tiyang pitados dipun timbali dados pirantos lan kanca tunggil
dhamel Allah nelakaken kasaenanipun dhateng sesami kanthi
nindakaken lan dhamel kasaenan dhateng sesami. Namung
kanthi pendhamel sae lan kasaenan punika ingkang saged
njalari sesambetan ing antawisipun manungsa kados ingkang
dipun kersakaken dening Allah. Tiyang pitados tinimbalan
dening Allah dados pirantos ndhamel saenipun sesambetan
ing gesanging manungsa ingkang kebak kaculikan lan
panindhes, kanthi kasaenan, kaadilan sarta tentrem.

Sadherek patunggilan ingkang dipun tresnani dening Gusti,


Punapa saestu panjenengan sampun ngraosaken
pangreksanipun Gusti Allah ing gesang panjenengan saben
dinten? Gusti Allah mboten nate kendel, Panjenenganipun tansah
njagi lan ngreksa gesang kita, mila sami ngraosna katresnanipun
Allah ingkang ngreksa punika. Kanthi makaten badhe tuwuh raos
sokur awit kamirahan lan kasaenanipun Gusti Allah. Sokur awit
kamirahan lan kasaenanipun Gusti Allah kapratelakaken dhateng
manungsa supados manungsa ugi purun makarya sesarengan
kaliyan Gusti Allah nindakaken pandhamel sae dhumateng
sesami. Kadosdene Gusti Allah karsa nampi lan nelakaken
katresnanipun dhateng sadaya manungsa, makaten ugi kita kedah
nindakaken katresnan dhateng sadaya manungsa tanpa nyawang
kawontenanipun. Telakna kasaenan panjenengan lan tresnanana
pepadhamu, awit inggih makaten ingkang dipun karsakaken Allah
ing panjenengan. Tentrem rahayunipun Allah mugi kebabar ing
gesang lan nyagedaken kita mbabaraken ing gesanging sesami.
Amin.

Khotbah Jangkep September 2021 195


Minggu, 12 September 2021
Minggu Biasa XIX-Minggu ke-16 setelah Pentakosta (Hijau)

TEMA PERAYAAN IMAN


Gunakan Lidah Untuk Menjadi Berkat

TUJUAN:
Jemaat menyadari dan menghayati akan kasih Tuhan yang senantiasa
menyertai dan melengkapi di dalam sepanjang kehidupannya. Melalui
penghayatan dan kesadaran akan kasih Tuhan ini, jemaat senantiasa
dapat hidup dalam syukur kepada Tuhan dan senantiasa bersandar
dalam kasih-Nya dalam menjalani kehidupan sehari-harinya.

DAFTAR BACAAN:
Bacaan I : Amsal 1:20-33
Tanggapan : Mazmur 19
Bacaan II : Yakobus 3:1-12
Bacaan Injil : Markus 8:27-38

DAFTAR AYAT LITURGIS


Berita Anugerah : 2 Timotius 2:11
Petunjuk Hidup Baru : 1 Timotius 4:12
Nats Persembahan : Filipi 4:6

DAFTAR NYANYIAN LITURGIS


Bahasa Indonesia
Nyanyian Pujian : KJ 10:1, 5
Nyanyian Penyesalan : KJ 40:1, 3
Nyanyian Kesanggupan : KJ 396:1, 3
Nyanyian Persembahan : KJ 292:1, 2
Nyanyian Pengutusan : KJ 432:1, 2

Bahasa Jawa
Kidung Pamuji : KPJ 15:1, 2
Kidung Panelangsa : KPJ 47:1, 3
Kidung Kasanggeman : KPJ 176:1, 2
Kidung Pisungsung : KPJ 181:1-2
Kidung Pangutusan : KPJ 210:1, 2

Pdt. Wahyu Nirmala, S. Si (GKJ Jatinom)

196 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


DASAR PEMIKIRAN
Setiap warga Gereja pasti berinteraksi dengan sesamanya.
Interaksi itu salah satunya dengan berkomunikasi. Dalam
komunikasi dapat terjadi hal-hal yang menyenangkan, akan tetapi
juga sebaliknya tidak menyenangkan. Itulah sebabnya, warga
gereja harus pandai dan bijak menggunakan lidah sebagai alat
komunikasi untuk menjadikan semuanya indah dan bukan
sebaliknya. Biarlah dengan lidah, ucapan-ucapan menjadi pujian
bagi Allah dan berkat bagi banyak orang.

KETERANGAN BACAAN
Amsal 1:22-33
Amsal 1 disebutkan sebagai yang menerangkan pentingnya
Amsal ini dibuat. Amsal dikatakan sebagai hikmat Allah yang
menuntun manusia dapat hidup sebagai yang dikehendaki oleh
Tuhan. Amsal yang adalah hikmat Allah dipertentangkan dengan
kebodohan. Karena kebodohan inilah menyebabkan banyaknya
kesengsaraan. Untuk itulah pentingnya Amsal supaya manusia
dapat mengerti dan hidup dalam hikmat Allah dan membawanya
kepada kehidupan yang sejati dalam damai sejahtera.

Mazmur 19
Mazmur 19 adalah Mazmur yang menyatakan puji-pujian
kepada Allah. Pujian-pujian tersebut dinyatakan oleh karena:
Kemulian dan kehebatan Allah dinyatakan dalam karya-karyaNya
yang dirasakan oleh bangsa Israel. Salah satu kemuliaan dan
kehebatan Allah dinyatakan dalam Taurat. Taurat sebagai hukum
Allah adalah hukum yang adil, benar dan sempurna dibandingkan
dengan hukum-hukum buatan manusia. Dalam Taurat ada
keadilan dan kebenaran yang sejati, itulah sebabnya ketika
manusia menuruti Taurat Allah membawa kehidupannya kepada
keadilan dan kebenaran Allah.

Khotbah Jangkep September 2021 197


Yakobus 3:1-12
Dalam bacaan Yakobus diceritakan bagaimana seharusnya
hidup dalam iman yang sejati. Iman yang sejati adalah iman yang
harus dinyatakan dalam perbuatan. Iman yang sejati dinyatakan
dalam perbuatan dengan memakai seluruh bagian tubuh untuk
kemuliaan Tuhan. Memakai anggota tubuh untuk menyatakan
iman, salah satunya adalah lidah. Lidah disebutkan sebagai bagian
anggota tubuh yang kecil. Akan tetapi meskipun kecil dapat
membawa pengaruh dan akibat yang besar. Melalui lidah
seseorang dapat memuji memuliakan Allah, akan tetapi dengan
lidah yang sama dapat juga keluar hujatan kepada Allah. Melalui
lidah pula dapat membawa perdamaian atau perpecahan, oleh
karena itu untuk menyatakan iman, manusia menggunakan lidah
untuk menyatakan kasih dan kemuliaan Allah dengan kata-kata
yang mendatangkan berkat bagi sesama.

Markus 8:27-38
Bacaan Injil yang diambil dari Injil Markus ini menunjukkan
paling tidak ada tiga hal, yaitu:
1. Pengakuan Petrus.
Ketika Yesus bertanya kepada murid-muridNya tentang
siapakah diriNya, para murid menjawab banyak hal, yaitu
Yesus adalah salah satu dari nabi-nabi. Akan tetapi ada
pernyataan yang berbeda yang dinyatakan oleh Petrus,
bahwa Yesus adalah Mesias. Pengakuan ini adalah sesuatu
yang luar biasa dan berani. Dalam bagian injil sinopsis
lainnya, dikatakan bahwa pengakuan ini tidak keluar dari
Petrus semata, melainkan karena Roh Kudus.
2. Mesias yang menderita.
Pengakuan Petrus ini diperhadapkan dengan pemberitahuan
Yesus tentang penderitaan Mesias. Agaknya ada konsep yang
berbeda antara Petrus dengan Yesus tentang Mesias. Menurut
Yesus, Mesias adalah utusan Allah dan kedatangannya

198 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


memang untuk menyelamatkan manusia, akan tetapi
penyelamatan itu melalui penderitaan sampai kematian. Hal
ini berbeda yang dimaksud oleh Petrus dan orang Yahudi
pada umumnya. Mesias adalah yang diutus oleh Allah, akan
tetapi dengan kuasa Allah, Ia membebaskan manusia dengan
keajaiban. Penderitaan dan kematian menjadi tekanan yang
kuat dalam pemberitahuan ini, supaya para murid bersiap
dan tahu akan keberadaan iman yang sesungguhnya terhadap
diriNya.
3. Kesetiaan kepada Yesus.
Hal ini sebagai pertentangan pemahaman yang ada pada
Petrus, karena Petrus menarik Yesus untuk mencegahnya
memberitahukan akan Mesias yang menderita dan mati.
Justru tindakan Petrus ini dianggap tindakan yang tidak
seturut dengan kehendak Allah, oleh karena itu para murid
diperhadapkan pada kenyataan dalam mengikut Yesus,
bahwa penderitaan adalah bagian dari kesetiaan itu. Buah
kesetiaan dalam penderitaan mengikut Mesias, itulah yang
dikehendaki Allah dan mendapat kemuliaan yang sejati.

POKOK DAN ARAH PEWARTAAN


Manusia adalah mahluk sosial yang artinya dia senantiasa
berhubungan dengan sesamanya. Dalam berinteraksi dengan
sesamanya, manusia berkomunikasi satu dengan yang lainnya.
Meskipun saat ini, alat komunikasi tidak hanya dengan
menggunakan lidah, tetapi bisa menggunakan media-media lain,
namun yang terpenting adalah bagaimana menjaga kualitas
komunikasi. Kualitas dalam komunikasi dihubungan dengan
adakah kebaikan yang tercipta di dalamnya. Itulah sebabnya
dalam berkomunikasi, warga jemaat diajak untuk memberitakan
kata-kata yang memuliakan Allah dan membangun kebersamaan
yang indah dalam kehidupan dengan sesama.

Khotbah Jangkep September 2021 199


KHOTBAH JANGKEP BAHASA INDONESIA

GUNAKAN LIDAH UNTUK MENJADI BERKAT

Saudara-saudara yang terkasih dalam Tuhan Yesus,


Manusia adalah mahluk sosial, dalam kehidupannya ia
senantiasa berinteraksi dengan sesamanya. Dalam proses interaksi,
komunikasi merupakan alat untuk dapat mengetahui maksud
sesamanya. Namun dalam menyampaikan komunikasi dapat
terjadi banyak hal, salah satunya yang terkenal saat ini adalah
berita hoax. Sebenarnya berita hoax tidak hanya terjadi saat ini,
pada jaman dulu pun sudah ada, yaitu ketika seseorang
memberitakan berita bohong. Berita hoax atau berita bohong
yang diragukan kebenarannya dapat membawa dampak negatif
pada orang yang menerimanya. Dampat negatif itu adalah
seseorang bisa saja mempercayai bahwa berita bohong itu
sebagai kebenaran sehingga dia bisa saja justru menolak
kebenaran yang sesungguhnya. Hal ini dapat membawa petaka
kepada orang lain.

Dalam berkomunikasi, sesungguhnya manusia ingin


mengungkapkan sesuatu yang ada dalam dirinya kepada orang
lain supaya orang lain mengerti dan melakukan seperti yang
diharapkan. Dalam pemberitaan saat ini, sering sulit sekali untuk
membedakan mana yang benar dan yang tidak. Bahkan
pemerintah pun dengan sengaja memberitakan kabar yang tidak
benar untuk menutupi kejadian yang sebenarnya, berita seperti
kemenangan presiden Donal Trump dan kisah Brexit dikarenakan
kabar berita yang diputar balikkan, sehingga menggiring
pendengar untuk memilih sesuatu yang pada akhirnya mereka
sadar bahwa itu tidak benar.

200 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


Kita juga sering mendengar bahwa White Lie atau kebohongan
untuk kebenaran itu dibenarkan supaya tidak terjadi sesuatu yang
tidak menyenangkan. Akan tetapi jikalau diperhadapkan dengan
10 Hukum Taurat tentang: Janganlah mengucapkan saksi dusta
tentang sesamamu (Kel 20:16), kita diperhadapkan kepada
kejujuran yang mutlak. Artinya apapun alasannya, bohong adalah
sesuatu yang tidak dikehendaki Allah.

Saudara-saudara yang terkasih dalam Tuhan Yesus,


Berita-berita atau ucapan ini dalam Yakobus dihubungkan
dengan lidah. Lidah yang hanyalah kecil, akan tetapi membawa
pengaruh yang besar. Melalui lidah seseorang dapat memuliakan
Allah, tetapi juga dapat menghujat Allah. Ini menunjukkan bahwa
perkataan bukanlah sesuatu yang sepele, tetapi dapat membawa
dampak yang besar. Dampak yang besar itu dapat membawa
kerusakan dan kurban yang tidak perlu. Karena itu jikalau kita
beriman kepada Allah atas Yesus, maka ungkapan iman itu harus
dinyatakan dalam tindakan kehidupan, dalam hal ini ucapan yang
manis dan indah yang mendatangkan damai sejahtera. Pengakuan
ini, harusnya terus dipegang dalam kesetiaan. Petrus dan para
murid ketika ditanya oleh Yesus tentang siapakah dirinya, para
murid banyak yang memberikan jawaban, bahwa Ia adalah salah
satu dari nabi-nabi. Tetapi berbeda dengan Petrus, ia mengatakan
bahwa Yesus adalah Mesias. Namun pengakuan Petrus mengenai
Yesus yang adalah Mesias dalam konsep yang berbeda.

Petrus sebagaimana umumnya orang Yahudi menganggap


bahwa Mesias adalah orang yang super dengan dengan kuasanya
akan membebaskan orang Israel dari musuh-musuhnya. Yesus
mengatakan bahwa Mesias memang diutus untuk menyelamatkan
manusia, tetapi tidak dengan jalan kuasa, melainkan penderitaan
dan kematian. Berdasarkan apa yang dikatakan oleh Yesus inilah
yang kemudian ditentang oleh banyak orang, khususnya Petrus

Khotbah Jangkep September 2021 201


(ay 32). Itulah sebabnya Yesus menekankan akan kesetiaan atas
apa yang diakui sebagai pengakuan. Karena akan tiba saatnya,
karena penderitaan dan kesesatan, seseorang dapat mengkhianati
pengakuannya. Pengakuan akan Yesus sebagai Mesias akan
membawa dampak penderitaan, akan tetapi pengakuan inilah
yang dikehendaki oleh Allah, maka yang tetap setia berpegang
pada pengakuan akan mendapatkan anugerah dari Allah dan
kemuliaan yang sejati. Setiap orang yang hidup dalam hikmat
Tuhan adalah orang yang setia dalam pengakuannya akan Tuhan
dan dalam ketaatan kepada hukum Tuhan.

Saudara-saudara yang terkasih dalam Tuhan Yesus,


Melalui lidah orang mengakui dan memuji Yesus, akan tetapi
dengan lidah juga ia dapat menghujat Tuhan. Berarti, orang percaya
harus menjaga lidahnya supaya jangan menjadi “boomerang”
yang mencelakai dirinya. Agar ucapan tidak mencelakai, maka
mintalah dan hiduplah dalam hikmat Allah. Dengan demikian,
setiap ucapan yang dikatakan benar-benar mendatangkan
sukacita dan berkat Allah kepada sesama. Setiap ucapan pada
dasarnya bersumber dari apa yang ada dalam hatinya, sehingga
ucapan sebenarnya dapat mencerminkan pribadi dan isi hati
seseorang. Pengakuan akan Yesus adalah sesuatu yang harus
dinyatakan dalam kehidupan. Pengakuan ini tidak hanya berhenti
pada pernyataan bahwa Yesus adalah Allah dan Juruselamat saja,
melainkan harus dinyatakan dalam seluruh pengakuan khususnya
dalam perkataan yang menyatakan kebenaran.

Yakobus mengatakan bahwa iman tanpa perbuatan adalah


mati, iman harus dinyatakan dalam perbuatan. Iman yang adalah
pengakuan akan Yesus dinyatakan dalam perbuatan dengan kata-
kata yang mendatangkan berkat dan sukacita, bukan kata-kata
hampa, bahkan yang menghujat Tuhan (mengolok-olok, menghina,
merendahkan sesama dan mendatangkan permusuhan).

202 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


Kata-kata sebagai pengakuan akan Yesus adalah kata-kata
yang benar, bukan hoax apalagi yang dapat mendatangkan celaka
kepada orang lain. Meskipun banyak ditentang orang namun
kesetiaan kepada Yesus dalam pengakuan juga harus diwujudkan
dalam kesetiaan untuk senantiasa mewartakan kata kebenaran.
Kejujuran dalam berkata adalah kesetiaan terhadap pengakuan
yang terus dipegangnya selama hidup. Sehingga setiap perkataan
yang diucapkan adalah pujian kepada Allah dan menjadi berkat
bagi sesamanya.

Saudara-saudara yang terkasih dalam Tuhan Yesus,


Orang percaya akan terus berpegang pada pengakuannya
meskipun banyak tantangan dan godaan, ia akan terus tetap setia,
karena ia tahu itulah kebenaran yang sejati yang membawa
kepada kemuliaan yang sejati. Orang hidup atas perkataan
pengakuannya, itulah yang memuliakan nama Allah dan menjadi
berkat bagi sesama. Teruslah berkata-kata yang indah,
membangun semangat, menghibur yang lemah, menguatkan yang
putus asa dan memuji Allah, karena semuanya akan menjadi
berkat bagi yang menerimanya dan berkat bagi kita.

Teruslah berkata-kata dalam pujian kepada Allah berisi


kebenaran dan kejujuran, meskipun banyak tantangan, godaan
dan bahkan salib yang berat, karena itu-lah pujian bagi Allah
dalam hidup dan perkataanmu. Tuhan memberkati, Amin.

Khotbah Jangkep September 2021 203


KHOTBAH JANGKEP BAHASA JAWA

NGGINAKAKEN LATHI KANTHI LERES SUPADOS DADOS


BERKAH

Para sadherek kinasih ing Gusti Yesus,


Manungsa punika “makhluk sosial” ing gesangipun, awit
manungsa tansah sesambetan kaliyan sesaminipun. Ing salebeting
sesambetan kaliyan sesami, manungsa sami ngaturaken pangucap
minangka alat komunikasi supados saged mangertosi ingkang
dipun kersakaken tiyang sanes. Wonten ing salebeting komunikasi
kathah prekawis saged lumampah, salah satunggalipun ing
wekdal sapunika, inggih punika pawartos hoax. Sejatosipun
pawartos hoax punika mboten namung kelampahan ing wekdal
punika, ananging jaman rumiyin nggih sampun wonten, inggih
punika nalika wonten sadherek ingkang martosaken pawartos
goroh, sanes pawartos ingkang saleresipun. Pawartos hoax utawi
pawartos goroh saged nuwuhaken mangu-mangu bab ingkang
leres lan saged mbekta dhateng prekawis ingkang nyulayani
dhateng tiyang ingkang nampi. Pawartos negatif punika nalika
wonten sedherek mitadosi kanthi sanget ngantos nampik dhateng
pawartos ingkang leres lan punika saged mbekta dhateng
cilakaning tiyang sanes.

Ing salebeting wawan pangandikan (berkomunikasi), estunipun


manungsa kepingin nglairaken punapa ingkang wonten ing
gesangipun dhateng tiyang sanes supados tiyang sanes mangertos
lan nindakaken menapa ingkang dipun kajengaken. Wonten ing
pawartos-pawartos wekdal punika, angel sanget mbedakaken
pundi ingkang leres lan ingkang mboten. Malah wonten pamrentahan
ingkang sacara sangaja martosaken pawartos ingkang mboten
leres kangge nutupi kedadosan ingkang sayektosipun, malah ugi
mimpangipun presiden Donald Trump lan Brexit awit pawartos

204 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


ingkang dipun wolak-walik, supados ingkang nampi salajengipun
nemtokaken pilihanipun adhedhasar pawartos wau, sanadyan
salajengipun mangertos bilih punika mboten leres.

Kita ugi asring mireng tembung White Lie utawi pawartos


goroh kangge kasaenan punika dipun leresaken supados sampun
ngantos kalampahan kadadosan ingkang mboten ngremenaken.
Ananging, nalika dipun abenajengaken kaliyan angger-angger
sadasa prekawis: Aja padha ngucapake paseksi goroh tumrap
pepadhamu (PAl 20:16), kita dipun abenajengaken kaliyan
kajujuran ingkang kedah dipunlampahi. Ateges, punapa kemawon
ingkang dados pawadan, goroh punika mboten dipun kersakaken
dening Gusti Allah.

Para sadherek kinasih ing Gusti Yesus,


Ing serat Yakobus, ingkang sinebat pawartos utawi pocapan
punika kasambetaken kaliyan lathi. Lathi punika namung
perangan alit saking badan, ananging saged mbekta prekawis
ingkang ageng. Kanthi lathi manungsa saged ngluhuraken
asmanipun Allah, ananging kanthi lathi ugi manungsa saged
nyenyamah Gusti. Punika nelakaken bilih pocapan sanes prekawis
ingkang sepele, ananging saged mbekta dhateng prekawis
ingkang ageng. Prekawis ingkang ageng punika saged njalari
wontenipun karisakan ingkang awrat lan kurban ingkang
samesthinipun mboten prelu. Pengaken dhumateng Gusti Allah
ing Gusti Yesus, punika wujuding pitados ingkang kedah dipun
lairaken dadosa ing pendhamel, lan pocapan endah ingkang saged
ndhatengaken tentrem rahayu. Pengaken punika, kedah
kalairaken ing pocapan lan kedah dipun ugemi ing kasetyan.
Petrus lan para sakabat nalika dipun dangu dening Gusti Yesus
bab sinten Gusti Yesus punika, kathah ingkang atur wangsulan
bilih Gusti Yesus punika satunggaling nabi ingkang rawuh.
Ananging benten kaliyan ingkang dipun aturaken dening Petrus,

Khotbah Jangkep September 2021 205


piyambakipun matur bilih Gusti Yesus punika Mesias. Senajan
pangakening Petrus bab Mesias punika kanthi pangertosan
ingkang benten.

Petrus kadosdene umumipun tiyang Yahudi nganggep bilih


Mesias punika tiyang ingkang kiyat kanthi panguwaos ingkang
ageng mardikaken tiyang Israel saking mengsah-mengsahipun.
Gusti Yesus ngandika bilih Mesias panci kautus dening Allah
kangge milujengaken manungsa, namung mboten kanthi
ngginakaken panguwaosipun, ananging srana panandhang lan
pejah. Ingkang dipun ngandikakaken dening Gusti Yesus punika
lajeng dipun tampik dening tiyang kathah, mirungganipun Petrus
(ay 32). Mila punika sebabipun Gusti Yesus nengenakaken bab
kasetyan tumrap punapa ingkang dados pangaken. Awit wonten
wekdalipun, nalika panandhang lan kasangsaran nempuh, tiyang
lajeng nyelaki pangakenipun. Pangaken bab Yesus minangka
Mesias badhe nggiring dhateng panandhang, ananging pangaken
punika ingkang dipun kersakaken dening Allah, awit sadaya
ingkang setya ing pangaken badhe nampi kanugrahaning Allah lan
kamulyan ingkang sejati. Saben tiyang ingkang gesang ing
kawicaksananipun Gusti inggih tiyang-tiyang ingkang setya ing
pangakenipun lan setya ing angger-anggeripun Gusti.

Para sadherek kinasih ing Gusti Yesus,


Lumantar lathi manungsa ngakeni lan ngluhuraken Gusti
Yesus lan kanthi lathi ugi manungsa nyenyamah asmanipun Gusti.
Kanthi perkawis ingkang mekaten, tiyang pitados kedah njagi
lathinipun supados sampun ngantos nyilakani dirinipun
piyambak. Supados pocapan sampun ngantos nyilakani dirinipun
piyambak, mila nyenyuwuna lan gesang ing salebeting
kawicaksananipun Allah. Kanthi makaten, saben pocapan ingkang
dipun aturaken kedah ndhatengaken kabingahan lan berkahing
Allah dhateng sesami. Saben pocapan estunipun mijil saking

206 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


punapa ingkang wonten ing salebeting manahipun, saben
pocapan estunipun saged nelakaken pribadinipun lan menapa
ingkang wonten ing manahipun. Pangaken dhateng Gusti Yesus
kedhah kalair ing gesang. Pangaken punika mboten namung
kendel dhateng pocapan bilih Yesus punika Allah lan Juru
Wilujeng kemawon, ananging kedah kapratelakaken ugi ing
pocapan ingkang nelakaken kaleresan sejati.

Yakobus ngandika bilih iman tanpa pandhamel punika mati,


kanthi mekaten pitados kedah dipun pratelakaken ing
pandhamel. Pitados dhateng Gusti Yesus punika mitadosi lan
kapratelakaken ing pandhamel. Iman ingkang ngakeni Gusti
Yesus punika ugi kedah dipun praatelakaken ing ukara ingkang
ndhatengaken berkah lan kabingahan, sanes ukara ingkang
nyenyamah Gusti (ngremehaken tiyang sanes, ndhatengaken
memengsahan, lsp).

Ukara minangka pangaken dhateng Gusti Yesus punika ukara


ingkang leres, sanes hoax punapa malih ingkang ndhatengaken
cilaka dhateng tiyang sanes. Kasetyan dhateng Gusti Yesus ing
pangaken ateges kasetyan ingkang tansah martosaken wartos
ingkang leres, sanadyan dipun sengiti dening tiyang kathah. Bab
jujur ing pangandikan punika minangka kasetyan dhateng
pangaken ingkang tansah dipun ugemi ing sadangunipun gesang,
ngantos saben ukara ingkang dipun aturaken dados pepujen lan
jalaran berkah tinampi ing sesami.

Para sadherek kinasih ing Gusti Yesus,


Tiyang pitados mesthi tansah ngugemi ing pangakenipun
sanadyan kathah pepalang lan pangodha, piyambakipun tetep lan
tansah setya, awit mangertos bilih pangakenipun punika kayekten
sejati, ingkang mbekta dhateng kamulyan ingkang sejati. Tiyang

Khotbah Jangkep September 2021 207


pitados gesang ing pangakenipun, punika ingkang ngluhuraken
asmanipun Allah lan dados berkah tumraping tiyang kathah.

Tansaha ngandika kanthi ukara ingkang endah, mbangun


semangat, nglipur ingkang ringkih, ngiyataken ingkang semplah
lan memujia ing Allah, awit sadaya punika badhe dados berkah
tumraping ingkang nampi lan berkah kangge kita. Tansaha
ngaturaken pepujen ing Allah ing kayekten lan kajujuran,
sanadyan kathah pepalang, panggodha, ugi salib ingkang awrat,
awit punika sadaya minangka pepujen ingkang sejati kagem Allah
ing gesang lan pocapanmu. Gusti mberkahi. Amin.

208 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


Minggu, 19 September 2021
Minggu Biasa XX-Minggu ke-17 setelah Pentakosta (Hijau)

TEMA PERAYAAN IMAN


Bersuka Oleh Karena Hikmat Yang Diberikan Tuhan

TUJUAN:
Jemaat dapat belajar untuk hidup didalam hikmat Tuhan melalui
tumbuhnya iman kepada kesempurnaan Tuhan dan melalui tindakan
yang dapat dirasakan oleh semua orang.

DAFTAR BACAAN:
Bacaan I : Amsal 31:10-31
Tanggapan : Mazmur 1
Bacaan II : Yakobus 3:13-4:3, 7-8a
Bacaan Injil : Markus 9:30-37

DAFTAR AYAT LITURGIS


Berita Anugerah : 1 Korintus 2:6-7
Petunjuk hidup baru : Yakobus 4:7-8
Persembahan : Mazmur 4:6

NYANYIAN LITURGIS
Bahasa Indonesia
Nyanyian Pujian : KJ 365b:1, 3, 6
Nyanyian Penyesalan : KJ 376:1, 3, 4
Nyanyian Kesanggupan : KJ 416:1, 3
Nyanyian Persembahan : KJ 287b:1–
Nyanyian Pengutusan : KJ 357:1, 2

Bahasa Jawa
Kidung Pamuji : KPJ 14:1, 4
Kidung Panelangsa : KPJ 52:1, 3
Kidung Kasanggeman : KPJ 295:1, 2
Kidung Pisungsung : KPJ 350:1 –
Kidung Kasanggeman : KPJ 357:1, 3

Pdt. Sutomo, S.Th, M.Min (GKJ Gondangwinangun)

Khotbah Jangkep September 2021 209


DASAR PEMIKIRAN
Orang percaya hidup oleh karena hikmat Allah. Hikmat yang
diberikan dari Allah itu haruslah dapat dirasakan oleh semua
orang, sebab hikmat Allah membawa kebaikan. Oleh karena itu
usaha untuk terus hidup dalam hikmat Tuhan, perlu diupayakan
oleh semua orang percaya karena dengan demikian, siapapun
orang yang dekat dan berelasi dengan kita akan merasakan buah
dari hikmat Allah yaitu sukacita.

KETERANGAN BACAAN
Amsal 31:10–31
Bagian ini mengisahkan tentang seorang isteri yang berhikmat.
Bahwa isteri berhikmat itu sungguh dipandang cakap dan berharga
melebihi permata (ay 10). Lebih detail dinyatakan isteri berhikmat
tersebut sebagai berikut:
• Dapat dipercaya, membanggakan dan mendatangkan keuntungan
(ay 11,12)
• Produktif: senang bekerja mandiri (ay 13), bangun sangat dini
hari (ay 15a), rajin bekerja dan tidak malu atas semua pekerjaan
apapun (ay 17).
• Mampu mengatur/memanajemen dengan baik atas pekerjaan
dan orang-orang di rumahnya, serta pendapatan hasil kerja
(ay 15b,17,18)
• Mempunyai kepedulian sosial yang tinggi (ay 20)
• Tetap memelihara estetika/keindahan diri sebagai wanita (ay
22)
• Mengangkat drajat suaminya, tidak mempermalukan suami
(ay 23)
• Optimis: percaya tentang hari depan (ay 25), tidak terlalu dikuasai
kekuatiran
• Mengendalikan lidah dengan baik (ay 26)

210 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


• Memperhatikan dengan cermat seluruh keluarganya (ay 27–29)
• Takut akan Tuhan (ay 30)
Isteri yang demikianlah yang mendatangkan pujian bagi dirinya,
suaminya dan keluarganya.

Mazmur 1:1–6
Bacaan ini menegaskan bahwa kebahagiaan dan berkat akan
menempel dan tercurah bagi orang yang mempunyai hubungan
yang benar dengan Tuhan. Ia akan kritis, cermat bahkan tidak
akan memakai nasehat orang fasik, tidak berada di jalan orang
berdosa dan tidak larut atau terseret sebagai golongan pencemooh.
Itulah orang berhikmat. Bisa berposisi benar dan lurus di hadapan
Tuhan. Bahkan orang demikian akan makin diberkati dan terus
menerus akan menjadi berkat: seperti pohon di tepian air,
bertumbuh segar, berbuah dan tidak layu (ay 3).

Yakobus 3:13 – 4:3 , 7–8a


Bagian bacaan ini ditujukan pada orang-orang yang mengaku
diri berhikmat, yaitu para Rabi (Pengajar). Tidak semua hikmat
itu dari Tuhan (dari atas), ada hikmat yang datangnya dari dunia,
dari nafsu, bahkan dari setan-setan (ps 3:15). Hikmat dari atas
adalah pembawa kebaikan dalam kehidupan bersama: murni,
pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan, tidak memihak
dan tidak munafik (ps 3:17–18). Sedangkan hikmat dunia tercampur
antara hikmat nafsu manusia dan setan-setan: iri hati, mementingkan
diri sendiri, memegahkan diri, sengketa dan pertengkaran,
perkelahian, membunuh (ps 3:14,16; 4:1-2)
Orang berhikmat duniawi tidak mendatangkan berkat. Doa-
doanya tak dijawab Tuhan (ps 4:3). Sebaliknya orang yang tunduk
kepada Allah akan mampu melawan iblis (nafsu manusiawi dan
setan-setan) dan bahkan Allah akan senantias mendekat
kepadanya (ps 4:7,8)

Khotbah Jangkep September 2021 211


Markus 9:30-37
Bagian bacaan ini adalah hal pengajaran Yesus khusus bagi
para muridNya, tidak untuk semua orang. Oleh karena itu Yesus
tidak berkehendak diketahui banyak orang (ay 30). Selain ajaran,
Yesus juga menyatakan perihal penderitaan, kematian dan
kebangkitanNya (ay 31). Yesus dengan cara dibunuh akan
meninggalkan para murid. Para murid tidak paham bahwa karya
kemuliaan Yesus (Kebangkitan) dimulai dari kerendahan
(penderitaan, kematian).
Ketidaktahuan mereka salah satunya disebabkan oleh adanya
ambisi kekuasaan. Bahkan perbincangan dalam perjalanan itu
sudah mewujud pertengkaran (ay 33-34). Topik panas itu adalah
terkait perkiraan dan pemikiran tentang siapa kelak yang akan
menggantikan kepemimpinan Yesus atas mereka. Orientasi
kepemimpinan mereka ialah bahwa pemimpin itu adalah
penguasa. Kepemimpinan adalah hal kekuasaan. Namun Yesus
membalikkan pandangan itu, yaitu bahwa pemimpin adalah
pelayan. Kepemimpinan adalah pelayanan (ay 35). Hikmat Allah
itu turun, hikmat manusia itu meroket naik.
Olah kerena itulah Yesus mengambil contoh bagaimana Yesus
menyambut seorang anak kecil (ay 36–37), untuk menandaskan
bahwa seorang pemimpin itu menyambut, menurun; bukan
menguasai, bukan meninggi. Terhadap anak kecil yang secara
tradisi saat itu tidak diperhitungkan, diremehkan dan
dipinggirkan; Yesus justru menempatkan anak itu di sentral (di
tengah) dan memeluknya. Pemimpin adalah memeluk, bukan
menekuk-lututkan.
Yesus lebih memilih, menjadi orang kecil namun memberi arti dan
mengambil peran besar, daripada menjadi orang besar namun
hanya berperan kecil.

212 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


POKOK DAN ARAH PEWARTAAN
Orang berhikmat itu mendatangkan kegembiraan dan
manfaat bagi sesama dan Tuhan. Orang berhikmat adalah orang
yang bijaksana, bukan bijik sini dan bijik sana. Pengendalian diri
atas ambisi berkuasa dan bentuk-bentuk kesombongan lainnya
justru akan menempatkan dia menjadi manusia terpuji.
Keberartian diri bukan terletak pada posisi, tetapi pada fungsi.
Signifikansi diri nampak dalam keberadaan dalam fungsi diri
sebagai anggota keluarga dan anggota komunitas yang lebih luas,
dan peran mempengaruhi (memimpin) dengan kerendahan hati.
Namun bila berbagai nafsu menguasai diri maka hikmat terkubur
dan tenggelam dalam arus tiada arah.
Tuhan menyatakan perhatian dan berkat besar bagi orang-
orang yang menyatakan hikmat Allah dalam kehidupan di dunia
ini.

Khotbah Jangkep September 2021 213


KHOTBAH JANGKEP BAHASA INDONESIA

MENYATAKAN HIKMAT DALAM HIDUP BERSAMA

Saudara-saudari sepanggilan,
Banyak orang pandai, tetapi tidak semua orang pandai
berhikmat. Inilah yang kadang terjadi di dalam hidup kita. Artinya
banyak kaum berotak, berintelektual, berpendidikan tinggi, namun
kurang punya hati dalam menghadirkan diri dan mengambil peran
dalam kehidupan bersama. Akibatnya harmonisasai sosial terganggu.
Kehidupan bersama berjalan namun kurang nyaman. Di sisi lain
ada orang-orang yang berorientasi pada upaya mencari posisi
tinggi dan penting namun tidak memberi arti besar dalam hidup
bersama. Bahkan terkadang justru malah menjadi perusak kehidupan.

Melalui beberapa bacaan Alkitab hari ini kita diingatkan


betapa pentingnya kita berusaha menjadi orang berhikmat dalam
kehidupan bersama. Baik di keluarga, gereja, komunitas kita dan
masyarakat pada umumnya. Melalui kitab Amsal 30:10-31 kita
disadarkan bahwa orang berhikmat itu tidak tercabut dari lingkungan
keluarganya. Ia berarti besar, berperan besar dan memberi
keteladanan besar, sebagaimana istri yang bijak dalam bacaan tadi.

Bahwa bagi keluarga kita harus bisa:


• Dipercaya dan membanggakan/mendatangkan keuntungan
bagi seluruh anggota keluarga. Tidak mendatangkan malu dan
tidak menindihkan beban berat kepada keluarga.
• Produktif: rajin bekerja dan tidak malu atas semua pekerjaan
apapun, serta mampu mengelola dengan baik atas semua hasil
kerja. Baik hasil kerja sendiri maupun hasil kerja orang lain di
keluarga kita.
• Ber-kepeduli-an sosial yang tinggi pada orang-orang di sekitar kita.
• Tetap memelihara estetika/keindahan diri sebagai wanita (ay 22)

214 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


• Membangun optimisme bagi segenap anggota keluarga dan
tidak terlalu dikuasai kekuatiran
• Pengusaan diri dengan memelihara tubuh kita tetap sehat,
bugar, cantik/tampan, dan pengendalian lidah dengan baik.
• Memberi perhatian besar bagi seluruh keluarga kita
• Takut akan Tuhan dengan hidup berbakti bersama anggota
keluarga.

Dalam kehidupan komunitas yang diperluas, Pemazmur


mengingatkan kita supaya, kita bisa berposisi benar dan lurus di
hadapan Tuhan. Tidak pada jalan orang berdosa dan tidak larut
atau terseret sebagai golongan pencemooh. Sedangkan penulis
surat Yakobus mengajak mewujudnyatakan hikmat, hidup dalam
keramahtamahan yang baik: pendamai, murah hati, penuh belas
kasih, tidak memunculkan kegaduhan dan kekacauan. Seraya
menjauhi iri hati, pementingan diri sendiri dan memegahkan diri.

Injil markus menandaskan betapa pentingnya kita tidak larut


dalam ambisi kekuasaan. Sebaliknya dengan rendah hati melayani
semua. Merendah bukan meninggi. Gereja dan komunitas serta
masyarakat kita akan hidup damai dan penuh keselarasan bila
hikmat kita nyatakan di dalamnya. Inilah penggilan kristiani kita.

Orang berhikmat itu mendatangkan kegembiraan dan manfaat


bagi sesama dan Tuhan. Orang berhikmat adalah orang yang bijaksana,
bukan bijik sini dan bijik sana. Pengendalian diri atas ambisi berkuasa
dan bentuk-bentuk kesombongan lainnya justru akan menempatkan
dia menjadi manusia terpuji. Keberartian diri bukan terletak pada
posisi, tetapi pada fungsi. Siginifikansi diri nampak dalam keberadaan
dalam fungsi diri sebagai anggota keluarga dan anggota komunitas
yang lebih luas dan peran mempengaruhi (memimpin) dengan
kerendahan hati. Namun bila berbagai nafsu menguasai diri maka
hikmat terkubur dan tenggelam dalam arus tiada arah.

Khotbah Jangkep September 2021 215


Tuhan menyatakan perhatian dan berkat besar bagi orang-
orang yang menyatakan hikmat Allah dalam kehidupan di dunia
ini. Mengakhiri khotbah ini saya mengajak untuk berdoa dalam
hikmat sebagaimana doa oleh Fransiskus dari Azizi, yang demikian:

Tuhan,
Jadikanlah aku pembawa damai,
Bila terjadi kebencian,
jadikanlah aku pembawa cinta kasih,
Bila terjadi penghinaan,
jadikanlah aku pembawa pengampunan,
Bila terjadi perselisihan,
jadikanlah aku pembawa kerukunan,
Bila terjadi kebimbangan,
jadikanlah aku pembawa kepastian,
Bila terjadi kesesatan,
jadikanlah aku pembawa kebenaran,
Bila terjadi kecemasan,
jadikanlah aku pembawa harapan,
Bila terjadi kesedihan,
jadikanlah aku sumber kegembiraan,
Bila terjadi kegelapan,
jadikanlah aku pembawa terang,
Tuhan semoga aku ingin
menghibur daripada dihibur,
memahami daripada dipahami,
mencintai daripada dicintai,
sebab
dengan memberi aku menerima,
dengan mengampuni aku diampuni,
dengan mati suci aku bangkit lagi,
untuk hidup selama-lamanya.
Amin.

216 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


KHOTBAH JANGKEP BAHASA JAWA

MRATELAKAKEN KAWICAKSANAN ING SALEBETING GESANG


SESARENGAN

Para sedherek ingkang tinimbalan Gusti


Kathah tiyang ingkang pinter, ananging mboten sedaya tiyang
wicaksana. Punika ingkang asring kelampahan ing gesang kita.
Tegesipun kathah tiyang ingkang lantip ing pikir, pendidikanipun
ngantos tataran inggil, ananging kirang wicaksana nalika gesang
sesarengan kaliyan tiyang sanes dadosa ing tumindak lan perkawis
sanesipun. Tundhonipun njalari gesang sesarengan kirang supeket
lan nentremaken. Umpami saged sesarengan gesang kaliyan
sanesipun, ananging raosing manah mboten tentrem. Ing saksisih
wonten saperangan tiyang ingkang namung nengengaken
kajasmanen dadosa pangkat lan drajat ananging mboten dados
piranti kebabaring gesang sesarengan ingkang nengsemaken.
Malah wonten ingkang kepara kepingin ngrisak tatananing
ngagesang ngginakaken kuwaosipun.

Lumantar waosan Kitab Suci ing dinten punika, kita sami


kangetaken perkawis ingkang baken ing salebeting mbudidaya
dados tiyang wicaksana ing salebeting gesang sesarengan. Sae ing
salebeting brayat, pasamuwan, punapadene ing satengahing
masyarakat. Lumantar Kitab Wulang Bebasan 31:10-31 kita sami
kaemutaken bilih tiyang ingkang wicaksana punika tiyang ingkang
gesang piyambakan ananging purun gesang ing satengahing
brayatipun. Piyambakipun badhe maedahi gesangipun dadosa ing
ayahan punapadene ing tuladhanipun kadosdene semah (rabi)
ingkang wicaksana ing waosan punika. Bilih tumraping brayat
kita kedah saged:

Khotbah Jangkep September 2021 217


• Pinitados lan dhatengaken kabegjan tumrap sedaya anggotaning
brayat. Mboten dhatengaken tumindak ingkang saru lan
dhatengaken pemeteking manahipun brayat.
• Produktif: temen anggenipun nyambutdamel lan mboten lingsem
tumrap sedaya ayahan ingkang katindakaken, sarta saged
ngrimati sedaya ingkang sampun kaparingaken lumantar wohing
panyambutdamel. Dadosa wohing kangelaning pribadi
punapadene wohing panyambutdamelipun anggotaning brayat
sanesipun.
• Nggadahi raos welas asih dhateng sesami ing kiwa tengenipun.
• Tansah njagi ajining diri lan kaendahaning wanita minangka
pawestri.
• Tansah kebak ing pangajeng-ajeng tumrap sedaya anggotaning
brayatipun lan mboten gampil dipunkuwaosi raos kuwatos.
• Ngendaleni diri kanthi ngrimati badan supados tetep saras,
seger, ayu/gantheng lan saged ngendaleni lathi kanthi sae.
• Nggadahi kawigatosan ingkang ageng tumrap sedaya brayatipun.
• Ajrih asing dhumateng Gusti kanthi gesang kebak ing
pangabekten sesarengan kaliyan brayat.

Ing satengahing gesang sesarengan kaliyan sanesipun, Juru


Mazmur ngengetaken dhumateng kita supados kita saged nglampahi
gesang kanthi leres ing ngarsanipun Gusti. Mboten mlampah ing
margining tiyang dosa lan kelu ing golonganing tiyang memoyok.
Wondene, panyerat serat Yakobus dhawuh supados saged nglairaken
kawicaksanan ingkang tuwuh saking budi ingkang sareh,
paramarta, welas asih, mboten njalari regejegan lan pasulayan.
Semanten ugi nebihi sipat kumeren, nengenaken diri pribadi lan
gumunggung.

Ing waosan Injil Markus nandhesaken perlunipun gesang


ingkang nyingkiri pepinginan ingkang kelangkung ageng kangge
nggayuh kuwasa. Kosokwangsulipun kedah kanthi andhap asor
218 Panduan Merayakan Liturgi Gereja
ngladosi sedaya tiyang. Tumungkul mboten ndengengek. Gereja
lan patunggilan sanesipun sarta masyarakat badhe ngraosaken
tentrem lan selaras menawi kawicakanan punika maujud ing
tengah-tengahipun. Punika ingkang sinebat timbalaning tiyang
pitados.

Tiyang wicaksana punika mesthi badhe dhatengaken


kabingahan lan munpangati dhateng sesami lan kagem Gusti.
Tiyang wicaksana inggih punika tiyang ingkang saged ngendaleni
diri. Menawi saged ngendhaleni diri tumrap pepinginan nguwaosi
asanes lan wewujudan sanesipun ingkang nggambaraken raos
kumalungkung, malah kabiji dados tiyang ingkang pinuji.
Maknaning diri mboten kapanggihaken ing kalenggahanipun,
ananging ing pigunanipun. Gesang ingkang munpangati punika
menawi saged karaosaken ginanipun dadosa ing satengahing
brayat lan masyarakat, sarta saged mranata kanthi andhap asor.
Menawi gesang punika namung dipunkuwaosi pepinginaning
daging temah kawicaksanan badhe kakubur lan kaseret ing
ombaking segara kang tanpa angkah.

Gusti Allah sampun mbabaraken kawigatosanipun lan


berkahipun ageng tumrap para tiyang ingkang purun nglairaken
kawicaksanan dhateng gesang ing jagad punika. Mungkasi kotbah
wekdal punika kula badhe ngajak kita sedaya dedonga kanthi
kawicaksanan lumantar donganipun Fransiskus saking Azizi,
ingkang mekaten:

Gusti…
Paduka dadosaken kawula ingkang mbeta bedamen…
Menawi wonten sesengitan…
Paduka dadosaken kawula ingkang mbeta katresnan….
Menawi wonten ingkang ngremehake…
Paduka dadosaken kawula ingkang ingkang mbeta pangapunten…

Khotbah Jangkep September 2021 219


Menawi wonten pasulayan…
Paduka dadosaken kawula ingkang mbeta pirukun…
Menawi wonten pamangu-mangu…
Paduka dadosaken kawula ingkang mbeta pepesthen…
Menawi wonten tumindak ingkang nasaraken…
Paduka dadosaken kawula ingkang mbeta kayekten…
Menawi wonten kasungkawan…
Paduka dadosaken kawula sumbering kabingahan…
Menawi wonten pepeteng….
Paduka dadosaken kawula ingkang mbeta pepadhang…
Gusti…
Kawula kepingin nglipur katimbang kalipur…
Paring pangertosan katimbang nampi pangertosan…
Nresnani katimbang dipuntresnani…
Sabab kanthi maringi kula nampi…
Kanthi ngapunteni kula dipunapunten…
Amin.

220 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


Minggu, 26 September 2021
Minggu Biasa XXI-Minggu ke-18 setelah Pentakosta (Hijau)

TEMA PERAYAAN IMAN


Pujilah Dia Yang Telah Menyelamatkan

TUJUAN:
Jemaat mengetahui sumber keselamatannya dan memuji Dia dengan
sikap hidup dan kata-kata yang benar

DAFTAR BACAAN:
Bacaan I : Ester 7:1-6, 9-10; 9:20-22
Tanggapan : Mamur 124
Bacaan II : Yakobus 5:13-20
Bacaan Injil : Markus 9:38-50

DAFTAR AYAT PENDUKUNG LITURGIS


Berita Anugerah : Matius 19:23-26
Petunjuk Hidup Baru : Lukas 9:23
Dasar Persembahan : I Tawarikh 29:13-14

DAFTAR NYANYIAN LITURGIS


Bahasa Indonesia
Nyanyian Pujian : KJ 5:1, 6
Nyanyian Penyesalan : KJ 25:1,3
Nyanyian Kesanggupan : KJ 372:1-3
Nyanyian Persembahan : KJ 288:1-
Nyanyian Pengutusan : KJ 314:1, 3
Bahasa Jawa
Kidung Pamuji : KPJ 3:1, 4
Kidung Panelangsa : KPJ 55:1, 2
Kidung Kesanggeman : KPJ 203:1,3
Kidung Pisungsung : KPJ 157:1-
Kidung Pangutusan : KPJ 120:1-3

Pdt. Kristi (GKJ Gondokusuman)

Khotbah Jangkep September 2021 221


DASAR PEMIKIRAN
Salah satu prinsip Katekismus Heidelberg yang dilanjutkan
dalam Pokok-pokok Ajaran Gereja Kristen Jawa (PPAGKJ) adalah
bahwa keselamatan manusia hanya oleh anugerah Allah (Sola
Gratia). Hal itu menunjukkan pengakuan akan kerentanan diri
manusia, bahwa dirinya tidak bisa menyelamatkan dirinya sendiri.
Pengakuan semacam ini selayaknya mewujud dalam keseluruhan
hidup dalam kesadaran bahwa pertolongan manusia hanya
didapatkan dari Tuhan semata. Oleh karena itu, penyerahan diri
kepada Tuhan adalah kunci dari hidup orang percaya.
Dalam penyerahan diri itu, terdapat respons terhadap
penyelamatan oleh Allah. Respons itu disebut dengan tindakan
bersyukur. Tindakan bersyukur bisa berwujud ibadah dan
persembahan, demikian pula sikap hidup dan kata-kata yang
benar, serta kesediaan saling berbagi dengan sesama. Hal ini
menuntun kita kepada tema perayaan iman Minggu ini, yang
mengajak kita memuji Tuhan yang telah menyelamatkan; memuji
Tuhan melalui keseluruhan hidup kita.
Dalam konteks Bulan September sebagai Bulan Katekese
Liturgi GKJ, kita diundang untuk menggaungkan semangat memuji
Tuhan dalam keseluruhan hidup melalui ibadah-ibadah kita.
Ibadah-ibadah ditata menjadi penyemangat bagi jemaat untuk
selalu memuji Tuhan, Sang Penyelamat, dalam segenap hidup.

KETERANGAN BACAAN
Ester 7:1-6,9-10; 9:20-22
Nyawa orang Yahudi berada dalam bahaya ketika seorang
pembesar merasa harga dirinya terlukai oleh seorang Yahudi
yang tak mau bersujud menyembahnya dan seorang raja terlalu
percaya kepada pejabatnya. Haman yang terbakar amarah oleh
Mordekhai, seorang Yahudi, mengusulkan pemusnahan seluruh
orang Yahudi. Sementara itu, Raja Ahasyweros sangat percaya

222 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


kepada Haman sehingga langsung mendukung rencananya, tanpa
mengecek dahulu kebenaran kasus yang diadukan kepadanya.
Namun, Mordekhai tidak tinggal diam dan menyadarkan
Ester, Sang Ratu, yang adalah seorang Yahudi, bahwa dia bisa
melakukan sesuatu, dan bahwa mungkin untuk kondisi semacam
inilah, Ester menjadi ratu. Bagian pertama bacaan pertama hari ini
menunjukkan tindakan Ratu Ester, yang dengan keberanian dan
kecerdikannya, bisa menyenangkan hati raja serta mendapatkan
kasihnya. Berkat peristiwa ini, Haman dihukum mati dan nyawa
orang Yahudi, termasuk Ratu Ester, selamat dari pemusnahan.
Hal menarik muncul ketika orang Yahudi telah selamat.
Mordekhai menulis surat kepada seluruh orang Yahudi dan
mewajibkan mereka untuk merayakan peristiwa keselamatan
mereka. Namun, perayaan itu tidak bersifat egois seperti sekadar
pesta pora, melainkan dilakukan dengan cara antar-mengantar
makanan dan bersedekah kepada orang miskin. Hal ini
menunjukkan kesadaran bahwa sukacita harus dirasakan
bersama, bukan dinikmati sendiri.
Dalam Kitab Ester, tak sekali pun nama Tuhan atau Allah disebut-
sebut. Namun, melalui peristiwa keselamatan ini menunjukkan
bahwa ada kuasa yang menganugerahkan keselamatan itu. Sekalipun
anugerah itu harus melalui keberanian dan kecerdikan Ratu Ester,
serta kasih Raja Ahasyweros, tapi nyata bahwa pertolongan ada
bagi orang yang membutuhkan serta berusaha. Perayaan orang-
orang Yahudi pun menunjukkan pengakuan itu. Keselamatan
orang Yahudi disadari sebagai sebuah anugerah (pemberian),
sehingga harus direspons dengan pemberian pula. Seorang yang
telah diberi, berdaya untuk memberi.

Mazmur 124
Nyanyian mazmur ini menunjukkan kesadaran Daud bahwa
hanya Tuhan yang berkuasa menolong dan menyelamatkan manusia.

Khotbah Jangkep September 2021 223


Jika Tuhan tidak melakukannya, tidak ada keselamatan yang
dirasakan. Bahaya digambarkan sebagai manusia yang bangkit
melawan dan seperti air yang menghanyutkan. Penyelamatan
Tuhan digambarkan seperti kelepasan dari pemangsa dan
keluputan dari jerat penangkap burung.
Kesadaran akan pertolongan Tuhan itu diabadikan dalam
nyanyian ziarah, yang akan selalu dinyanyikan oleh orang Israel
ketika berziarah ke Bait Allah di Yerusalem. Itu berarti, dalam
perjalanan ke Bait Allah, orang Israel harus selalu ingat bahwa
keberadaan dirinya yang sehat dan kuat, masih bisa berziarah ke
Bait Allah, dan mengalami berbagai pengalaman kehidupan, itu
adalah karena pertolongan Tuhan.
Hal lain yang penting adalah pengakuan di ayat terakhir yang
menyebutkan bahwa Tuhan yang menolong itu adalah “yang
menjadikan langit dan bumi”. Itu menunjukkan kesadaran akan
keluasan karya Tuhan. Tuhan yang menolong itu tidak berkarya
secara sempit, tetapi menguasai semua hal. Itulah sebabnya, Dia
bisa diandalkan sebagai penolong.
Ayat terakhir ini, secara sangat indah, dipilih oleh GKJ
menjadi ungkapan Votum pada setiap awal ibadah. Itu berarti, GKJ
mengakui bahwa keberadaan hidupnya, termasuk ibadah yang
diselenggarakan, bukan karena usaha dan kebaikan manusia.
Semua itu adalah berkat pertolongan Tuhan.

Yakobus 5:13-20
Surat Yakobus banyak membahas mengenai perkataan yang
benar, seperti hati-hati dalam berkata-kata. Bahkan, ayat 12 juga
berbicara mengenai tidak dibolehkannya bersumpah, melainkan
harus mengatakan yang sebenarnya. Maka, ayat 13-20 ini juga dapat
dilihat sebagai nasihat mengenai berkata-kata secara benar. Ketika
seseorang menderita, kata-kata yang benar adalah dengan berdoa,
bukan menggerutu atau menyumpah-nyumpah. Ketika bergembira,

224 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


kata-kata yang benar adalah menyanyi, bukan menyombongkan
diri. Ketika ada sesama yang sakit, kata-kata yang benar adalah
mendoakannya, bukan menggunjingkannya. Demikian pula, ketika
ada saudara menyimpang, kata-kata yang benar adalah menuntunnya
supaya berbalik, bukan mengata-ngatai atau mengejeknya.
Hal kedua yang bisa dihayati dari ayat-ayat ini adalah
penyerahan diri kepada Tuhan. Baik ketika menderita maupun
bergembira, yang dilakukan adalah berdoa dan menyanyi (yang
dipahami sebagai menyanyikan pujian kepada Tuhan). Keduanya
menunjukkan pengakuan kepada kuasa Tuhan. Demikian pula
dalam hal berdoa bagi saudara yang sakit. Hal itu menunjukkan
bahwa Tuhanlah sumber kesehatan dan kekuatan, bukan manusia.
Termasuk, ketika berbicara mengenai saudara yang menyimpang.
Pentingnya membawa saudara itu berbalik menunjukkan pentingnya
relasi dengan Tuhan.
Kedua hal itu menunjukkan bahwa penulis Surat Yakobus
menekankan pada respons hidup yang benar dalam relasi dengan
Tuhan. Hal itu diwujudkan dengan kata-kata yang benar, sebagai
wujud penyerahan diri kepada Tuhan. Orang benar berserah
penuh kepada Tuhan dan hal itu tampak melalui kata-kata yang
keluar dari mulutnya, yang meluap dari hati dan imannya.

Markus 9:38-50
Setelah para murid gagal mengusir roh yang membuat seorang
anak bisu (Markus 9:14-28) dan bertengkar mengenai yang terbesar
di antara mereka (Markus 9:33-37), mereka malah menghentikan
seorang yang mengusir setan demi nama Yesus, hanya karena dia
bukan bagian dari antara para murid. Apakah mereka melakukan
itu karena iri? Ataukah mereka berpola pikir terlalu eksklusif sehingga
tidak mau berbagi karunia dengan orang lain di luar kelompok
mereka? Yang jelas, Yesus menegaskan bahwa orang yang tidak
melawan mereka ada di pihak mereka. Itu berarti, mereka harus
meluaskan cara pikir mereka sehingga merangkul pula orang-

Khotbah Jangkep September 2021 225


orang lain di luar kelompok mereka. Setiap orang yang menerima
Yesus dan para murid sebenarnya adalah bagian dari mereka.
Kata-kata ini tentu tak lepas dari bagian akhir ayat bacaan hari
ini yang berbicara mengenai api (Markus 9:49). Api biasa digunakan
untuk menggambarkan penderitaan. Ketika disebut bahwa mereka
akan digarami dengan api, berarti mereka akan mengalami
penderitaan dan hal itu akan menguji keberadaan mereka. Dua hal
sangat penting dilakukan dalam menghadapi penderitaan itu.
Pertama, adalah menjalin persatuan dan kerukunan dengan
semua orang yang menerima Yesus dan para murid, seperti
penjelasan dalam paragraf pertama di atas. Keberadaan sesama
yang tidak melawan adalah sekutu atau teman. Di tengah
penderitaan, seseorang pasti membutuhkan teman. Oleh karena itu,
menjalin pertemanan dan menjaganya dalam kerukunan adalah
hal yang penting. Bagian akhir ayat 50 menggambarkannya
sebagai “selalu hidup berdamai yang seorang dengan yang lain”.
Kedua, ayat 42-48 menggambarkan gaya hidup di tengah
penderitaan, yaitu tetap menjaga kualitas sebagai murid Yesus.
Kualitas itu melibatkan kesetiaan pada ajaran yang benar dengan
mengajarkan hanya ajaran yang benar. Juga melakukan yang
benar, sekalipun hal itu berisiko. Hal ini ditegaskan ulang dalam
ayat 50 dengan menggunakan gambaran sebagai garam, yang
tidak lagi dapat diasinkan jika telah menjadi hambar.

POKOK DAN ARAH PEWARTAAN


Jemaat diajak untuk selalu mengingat bahwa sumber
keselamatan hanya Tuhan, sebagaimana pertolongan bersumber
hanya kepada Tuhan (Mazmur). Dalam menerima keselamatan
itu, jemaat harus merespons dalam pujian kepada Tuhan melalui
keseluruhan hidupnya. Pujian itu mewujud kesediaan berbagi
kepada orang lain (Ester), berkata-kata yang benar (Yakobus),
serta hidup berdamai satu dengan yang lain dan berlaku yang
benar/tidak menyesatkan (Markus).

226 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


KOTBAH JANGKEP BAHASA INDONESIA

PUJILAH DIA YANG TELAH MENYELAMATKAN!

Saudara-saudara yang dikasihi oleh Tuhan,


Apakah Saudara memperhatikan bahwa dalam Mazmur
Tanggapan hari ini terdapat keterangan “nyanyian ziarah?” Ya,
memang Mazmur 120-134 disebut sebagai nyanyian ziarah.
Nyanyian-nyanyian ini dinyanyikan oleh orang-orang Israel saat
mereka dalam peziarahan ke Bait Allah di Yerusalem. Nyanyian-
nyanyian ziarah itu menggambarkan perjalanan mereka, baik
perjalanan iman maupun perjalanan menuju ke Yerusalem.
Nyanyian-nyanyian ziarah ini umumnya berisi pengakuan akan
penyertaan Tuhan, baik bagi para peziarah maupun bagi Yerusalem.
Mazmur 124 mengungkapkan hal itu dengan sangat indah.

Disebut sebagai nyanyian ziarah Daud, Mazmur 124


menggambarkan pengakuan Raja Daud mengenai kelemahan dan
kerentanan manusia. Digambarkan bahwa musuh atau bahaya
adalah seperti manusia yang dapat menelan hidup-hidup orang
Israel. Juga seperti aliran air yang menghanyutkan dan sungai
yang melingkupi. Dalam kondisi demikian, orang Israel tidak bisa
melepaskan diri sendiri. Hanya ketika Tuhan memihak kepada
mereka, artinya Tuhan menolong mereka, orang Israel bisa lepas
dari bahaya. Gambarannya, orang Israel seperti lepas dari gigi
pemangsa dan luput dari jerat penangkap burung. Dengan
menyanyikan hal ini sepanjang perjalanan ziarah mereka, orang
Israel mengakui pertolongan Tuhan sendiri yang memampukan
mereka menjalani hidup hingga saat itu, juga sampai bisa melakukan
ziarah ke Bait Allah dari tempat tinggal mereka masing-masing.

Pengakuan akan kerentanan manusia dan kekuasaan Tuhan


itu ditegaskan lagi dalam ayat terakhir dengan kata-kata “Pertolongan

Khotbah Jangkep September 2021 227


kita adalah dalam nama Tuhan, yang menjadikan langit dan bumi”.
Kalimat ini menunjukkan pengakuan akan kuasa Tuhan. Tuhan
bisa diandalkan, orang Israel bisa yakin akan Tuhan sebagai
Penolong, karena Dialah yang telah menjadikan langit dan bumi.
Kalau kuasanya cukup besar untuk menciptakan langit dan bumi,
tentu juga cukup besar untuk menolong orang Israel.

Saudara-saudara yang dikasihi oleh Tuhan,


Kalimat dalam Mazmur 124:8 tadi, tentunya sangat kita kenal.
Kalimat itu hampir selalu kita dengar pada awal ibadah, ketika
pemimpin ibadah mengucapkan Votum. Votum berarti pengakuan.
Dalam hal ini, ketika kata-kata ini diungkapkan sebagai Votum
pada awal ibadah, itu berarti gereja mengakui bahwa ibadah
diselenggarakan bukan karena kebaikan atau kehebatan manusia,
melainkan karena pertolongan Tuhan. Demikian pula, gereja dan
seluruh warga gerejanya masih hidup dan bisa hadir dalam
ibadah itu adalah karena pertolongan Tuhan sendiri. Melalui
pertolongan Tuhan itulah kita bisa melanjutkan hidup kita, juga
melanjutkan ibadah yang telah direncanakan.

Pengakuan Daud, juga gereja, bahwa pertolongannya adalah


dalam nama Tuhan, adalah inti dari keseluruhan iman Kristen.
Seorang Kristen adalah orang yang percaya kepada Kristus, Sang
Juru Selamat. Kepercayaan itu mengandung pengakuan bahwa
manusia bisa selamat hanya karena ada Juruselamat, bukan karena
usahanya sendiri. Kehadiran Juruselamat, yang menyelamatkan
manusia itu, semata-mata karena anugerah Tuhan sendiri. Inilah
inti pertama dari iman tentang keselamatan, yaitu bahwa
keselamatan manusia hanyalah oleh anugerah Allah atau dikenal
dengan istilah Sola Gratia. Lengkapnya, keselamatan manusia
hanyalah oleh anugerah Allah (Sola Gratia), hanya melalui Kristus
saja (Solo Christo), diterima hanya melalui iman (Sola Fide), dan
sumber ajaran gereja hanyalah Alkitab (Sola Scriptura).

228 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


Saudara-saudara yang dikasihi oleh Tuhan,
Ajaran mengenai keselamatan ini sungguh indah! Namun,
juga bisa menimbulkan salah paham. Orang bisa saja merasa bahwa
dirinya cukup diam saja. Tuhan menganugerahkan keselamatan,
orang cukup merasa percaya, lalu selamat. Selesai perkara. Namun,
apakah demikian? Apakah orang yang percaya dan menerima
anugerah keselamatan cukup berdiam diri saja? Tentu tidak
demikian. Percaya bukan semata mengenai perasaan dan pikiran.
Percaya adalah tindakan dan sikap hidup.

Kisah orang Yahudi dalam Kitab Ester menggambarkan tindakan


dan sikap hidup orang yang percaya akan anugerah keselamatan.
Memang, dalam Kitab Ester tidak satu kali pun nama Tuhan atau
Allah disebutkan. Namun, bukan berarti Kitab Ester tidak
menggambarkan sikap hidup orang percaya. Ketika orang Yahudi
mengalamai ancaman pemusnahan karena rasa sakit hati Haman,
Mordekhai mendorong Ratu Ester untuk bertindak dan meyakini
bahwa bisa jadi untuk hal semacam inilah Ester menjadi ratu.
Artinya, Mordekhai yakin bahwa terpilihnya Ester menjadi ratu
ada dalam suatu kerangka yang lebih besar. Dengan demikian,
statusnya sebagai ratu memungkinkan Ester untuk berbuat sesuatu
bagi keselamatan bangsanya. Jadi, kalaupun Ester berhasil, itu
dipahami sebagai bukan karena Ester sendiri, melainkan karena
ada kuasa yang lebih besar, yang menganugerahkan keselamatan
melalui keberanian dan kecerdikan Ester.

Sikap percaya ini dilanjutkan oleh Mordekhai. Setelah orang


Yahudi selamat, dia mewajibkan seluruh orang Yahudi untuk
merayakan keselamatan mereka. Bukan dengan pesta pora yang
egois, tetapi justru dengan antar-mengantar makanan dan
bersedekah bagi orang miskin. Keselamatan orang Yahudi
dipahami sebagai anugerah atau pemberian. Oleh karena itu,
orang Yahudi pun harus mau melakukan pemberian. Mereka telah

Khotbah Jangkep September 2021 229


diberi, maka mereka pun berdaya untuk memberi. Kebahagiaan
mereka karena telah selamat harus dibagikan kepada orang lain,
sehingga sukacita tidak hanya dirasakan sendiri. Mari kita meneladan
yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi. Mari kita pun mau berbagi
dengan sesama kita, saling menolong, dan menghayatinya sebagai
sikap hidup orang percaya, perwujudan iman percaya kita.

Selain itu, Alkitab menyediakan sangat banyak referensi bagi


kita untuk dapat mengisi hidup dengan benar sebagai orang
percaya. Tak hanya dengan berbagi atau menolong orang lain.
Surat Yakobus, Bacaan II kita hari ini, mengajak kita untuk
berkata-kata dengan benar. Ketika menderita, kita diajak untuk
berdoa, bukannya menggerutu atau menyumpah-nyumpah.
Ketika bergembira, kita diajak untuk menyanyi, bukannya
menyombongkan diri kepada orang lain. Ketika ada sesama kita
yang sakit, kita diajak untuk berdoa baginya, bukannya
menggunjingkannya. Ketika ada saudara kita yang tersesat, kita
diajak untuk membawanya kembali, bukannya mengejek atau
mengata-ngatainya. Kata-kata yang keluar dari mulut kita
menjadi penanda isi hati dan iman kita. Kalau iman kita percaya
bahwa kita telah diselamatkan, tentunya kata-kata yang keluar
dari mulut kita haruslah kata-kata yang benar.

Tak kurang-kurang kalau kita mau mencari perwujudan


hidup orang percaya. Pengalaman para murid dan percakapan
mereka dengan Yesus, dalam Bacaan III hari ini, menunjukkan
gaya hidup orang percaya. Ketika mereka melarang orang di luar
kelompok mereka yang mengusir setan demi nama Yesus,
tampaknya mereka iri atau merasa bahwa anugerah pengusiran
setan harusnya hanya milik eksklusif kelompok mereka. Namun,
Yesus justru menegur mereka dengan menyebutkan bahwa orang
yang tidak melawan mereka ada di pihak mereka. Hal itu
ditegaskan di bagian akhir bahwa mereka harus hidup berdamai

230 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


satu dengan yang lain. Tak ada gunanya saling bermusuhan hanya
karena berbeda golongan. Terlebih ketika Yesus mengingatkan
bahwa hidup manusia tidak luput dari penderitaan, yang
digambarkannya sebagai api. Di tengah penderitaan, kita
membutuhkan kehadiran teman. Oleh karena itu, relasi yang
rukun dengan orang lain menjadi kuncinya.

Selain itu, di tengah penderitaan, Yesus mengingatkan supaya


para murid tetap mempertahankan kualitas pengajaran dan
tindakan. Jangan sampai tergiur untuk mengajarkan hal yang
sesat. Juga jangan sampai melakukan hal yang salah. Yesus
menggunakan gambaran yang hiperbolik dengan memotong
tangan dan kaki serta muncungkil mata yang menyesatkan,
daripada dengan seluruh tubuh masuk neraka. Sekalipun di
tengah penderitaan, gaya hidup orang percaya adalah tetap
menjaga kualitas pengajaran dan tindakannya.

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan,


Sedemikian banyak contoh kita terima untuk dapat mewujudkan
percaya kita kepada Tuhan yang telah mengaruniakan keselamatan.
Sebenarnya semua itu untuk siapa? Untuk supaya kita dipuji oleh
Tuhan atau sesama? Kiranya bukan! Semua itu kiranya menjadi
pujian kita kepada Tuhan, yang telah menyelamatkan kita. Pujian
sering diartikan secara sempit sebagai semata-mata nyanyian
rohani yang dilagukan bagi Tuhan. Namun, jika kita mau
meluaskannya, pujian kepada Tuhan tidak hanya berwujud
nyanyian dari mulut kita, melainkan keseluruhan hidup kita yang
benar di hadapan Tuhan. Kesediaan kita untuk memberi dan
berbagi, kemauan kita untuk berkata-kata yang benar, komitmen
kita untuk hidup berdamai satu dengan yang lain, dan tekad kita
untuk selalu menjaga kualitas pengajaran dan tindakan kita. Hal-
hal itulah pujian kita di hadapan Tuhan, sepanjang hidup kita.

Khotbah Jangkep September 2021 231


Votum dalam ibadah diikuti dengan salam, pujian, pengakuan
dosa, kesanggupan, mendengarkan khobah, pengakuan iman, doa
syafaat, persembahan, pengutusan, dan berkat. Demikian juga
hidup kita, diawali dengan pengakuan bahwa Tuhanlah yang
menolong, yang menyelamatkan, diikuti dengan perwujudan
pengakuan itu dalam pujian kita melalui sikap hidup percaya kita.
Sebagai pengingat dan pendorong kita, mari selalu ingat kata-kata
ini: “Pertolongan kita adalah dalam namaTuhan, yang menjadikan
langit dan bumi”. Amin.

232 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


KOTBAH JANGKEP BASA JAWA

PAMUJI DHATENG ALLAH INGKANG MILUJENGAKEN

Sedherèk-sedhèrèk ingkang dipun kasihi déning Gusti,


Punapa Panjenengan nggatosaken bilih ing Masmur Tanggapan
dinten punika wonten katrangan “kidung jiyarah”? Inggih, Kitab
Jabur, Masmur 120-134 kasebat kidung jiyarah. Kidung-kidung
punika dipun kidungaken déning tiyang Israèl nalika sami jiyarah
dhateng Padaleman Suci ing Yérusalèm. Kidung-kidung jiyarah
punika nggambaraken lampahing tiyang Israèl, saé lampahing
kapitadosan, ugi lampahipun dhateng Kitha Yérusalèm. Kidung-
kidung jiyarah punika nélaaken pengaken bab panganthinipun
Gusti, saé kanggé tiyang-tiyang ingkang sami jiyarah, mekaten ugi
kanggé Kitha Yérusalèm. Masmur 124 nélaaken perkawis punika
kanthi élok sanget.

Kasebat minangka kidung jiyarah anggitanipun Prabu Dawud,


Masmur 124 nggambaraken pengakenipun Prabu Dawud bab
karingkihaning manungsa. Dipun gambaraken bilih mengsah utawi
bebaya punika kados déné manungsa ingkang saged “nguntal urip-
uripan” tumrap bangsa Israèl. Kejawi punika, ugi dipun gambaraken
kados déné toya ingkang damel kéntir lan lèpèn ingkang damel
kleleb. Ing kawontenan ingkang mekaten, tiyang Israèl boten
saged uwal. Namung menawi Gusti mbélani, ateges nulungi, lajeng
sami saged uwal. Gambaranipun, tiyang Israèl boten dipun
ulungaken dados mangsaning untunipun tiyang-tiyang wau lan
oncat saking jireting tiyang mikat. Kanthi ngidungaken kidung
punika sadanguning lampahipun, tiyang Israèl ngakeni bilih
namung pitulungan saking Gusti ingkang ndayani temahan sami
saged gesang lan ugi saged késah jiyarah dhateng Padaleman Suci
saking papanipun piyambak-piyambak.

Khotbah Jangkep September 2021 233


Pengaken bab karingkihaning manungsa lan kwasaning Gusti
punika dipun cethaaken malih ing ayat pungkasan kanthi tembung-
tembung “Pitulungan kita iku ana ing asmaning Sang Yehuwah,
kang nitahaké langit lan bumi”. Ukara punika nélaaken pengaken
bab kwasaning Gusti. Gusti saged dipun ndelaken. Tiyang Israèl saged
yakin dhateng Gusti minangka juru pitulung. Panjenenganipun
ingkang nitahaken langit lan bumi. Menawi kwasanipun cekap
kagem nitahaken langit lan bumi, temtu ugi cekap kanggé nulungi
tiyang Israèl.

Sedhèrèk-sedhèrèk ingkang dipun kasihi déning Gusti,


Temtu kita tepang sanget kaliyan ukara ing Masmur 124:8
wau. Ukara punika saben-saben kita pireng ing purwakaning
pangibadah nalika pérangan Votum, nanging sampun dipun
kramaaken: “Pitulungan kita punika wonten ing asmanipun Sang
Yehuwah, ingkang nitahaken langit kaliyan bumi”. Votum ateges
pengaken. Nalika tembung-tembung punika dipun ucapaken
minangka Votum ing purwakaning pangibadah, punika ateges
gréja ngakeni bilih pangibadah punika saged kaleksanan sanès
amargi kasaénan utawi kakiyataning manungsa, nanging namung
amargi pitulunganipun Gusti. Mekaten ugi, gréja lan sedaya
warganipun taksih gesang lan saged sowan ngibadah punika awit
pitulunganipun Gusti. Kanthi pitulungan punika, kita saged
nglajengaken gesang kita lan ugi nglajengaken pangibadah
ingkang sampun karancang.

Pengakening Prabu Dawud, lan ugi gréja, bilih pitulunganipun


punika ing asmanipun Sang Yehuwah, punika ingkang dados wosipun
kapitadosan Kristen. Tiyang Kristen ateges tiyang ingkang pitados
dhateng Sang Kristus, Juru Wilujenging donya. Kapitadosan
punika ngemu pengaken bilih manungsa saged wilujeng namung
amargi wonten Juru Wilujeng, sanès amargi ngupados piyambak.
Wontenipun Sang Juru Wilujeng punika namung amargi sih-

234 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


rahmatipun Gusti piyambak. Punika wosipun kapitadosan bab
kawilujengan, inggih punika bilih kawilujenganipun manungsa
punika namung amargi sih-rahmatipun Gusti Allah, utawi ingkang
dipun sebat Sola Gratia. Wetahipun, kawilujenganing manungsa
namun amargi sih-rahmatipun Gusti Allah (Sola Gratia), namung
lumantar Sang Kristus (Solo Christo), dipun tampi namung
lumantar pitados/iman (Soal Fide), lan sumbering piwulanging
gréja namung saking Alkitab/Kitab Suci (Sola Scriptura).

Sedhèrèk-sedhèrèk ingkang dipun kasihi déning Gusti,


Piwucal bab kawilujengan punika saèstu élok! Nanging, ugi
saged damel salah kaprah. Tiyang saged kemawon rumaos bilih
piyambakipun cekap mèndel kémawon. Gusti ngrentahaken sih-
rahmat kawilujengan, manungsa cekap rumaos pitados, lajeng
wilujeng. Cekap. Nanging punapa nggih mekaten? Punapa tiyang
ingkang pitados lan nampi kawilujengan cekap mèndel mawon?
Temtu boten! Pitados boten namung bab ngraosaken lan mikir.
Pitados punika bab tumindak lan lampahing gesang.

Cariyosipun tiyang Yahudi ing Kitab Èster nggambaraken


tumindak lan lampahing gesang tiyang ingkang pitados dhateng
sih-rahmating kawilujengan. Wonten ing Kitab Èster panci boten
kaserat asmaning Gusti babar pisan. Nanging boten ateges Kitab
Èster boten nggambaraken lampah gesanging tiyang pitados.
Nalika tiyang Yahudi sami ngadhepi bebaya badhé dipun tumpes
amargi raos nepsunipun Sang Haman, Pak Mordekhai ngaturi Sang
Pramèswari Èster supados tumindak lan yakin bilih panjenenganipun
dados pramèswari punika kanggé wekdal ingkang kados mekaten
(Èster 4:14). Ateges, Pak Mordekhai pitados bilih Èster kapilih
dados pramèswari punika wonten ing saklebeting rancangan
agung. Kanthi kalenggahanipun minangka pramèswari, Èster
saged tumindak kanggé kawilujenganing bangsanipun. Nanging,
sedaya punika sanès amargi Èster piyambak, nanging amargi

Khotbah Jangkep September 2021 235


wonten kwasa ingkang langkung agung, ingkang sampun
nglenggahaken Èster minangka pramèswari, lajeng milujengaken
Bangsa Yahudi lumantar Èster ingkang wantun lan winasis.

Lampahing pitados punika dipun lajengaken déning Sang


Mordekhai. Saksampunipun Bangsa Yahudi wilujeng,
panjenenganipun nyerat dhateng sedaya tiyang Yahudi supados
sami mahargya kawilujengan punika. Sanès kanthi pista-pista,
nanging kanthi kirim-kiriman tetedhan lan dedana dhateng tiyang
miskin. Kawilujenganing tiyang Yahudi dipun tampi minangka
sih-rahmat utawi peparing. Dados tiyang Yahudi ugi kedah purun
cecaos. Tiyang Yahudi sampun sami nampèni, mila sami dipun
dayani kanggé cecaos. Karenanipun tiyang Yahudi amargi sampun
wilujeng kedah saged dipun raosaken ugi déning tiyang sanès.
Sumangga kita nuladha tumindak punika. Sumangga kita ugi
purun cecaos dhateng tiyang sanès, tulung-tinulung, lan
nindakaken perkawis punika minangka lampahing gesangipun
tiyang pitados, wujuding iman kapitadosan kita.

Kejawi punika, Kitab Suci nggelaraken tuladha kathah sanget


kanggé kita saged gesang kanthi leres, boten namung kanthi
cecaos utawi tetulung. Serat Yakobus, waosan II kita, mbereg kita
supados ngedalaken tetembungan kanthi leres. Menawi nandhang
sangsara, kedahipun ndedonga, sanès nggrundel utawi supata.
Menawi remen manahipun, kedahipun ngidung, sanès umuk
dhateng sedhèrèkipun. Menawi wonten ingkang sakit, dipun
dongaaken, sampun malah dipun raosi. Menawi wonten sedhèrèk
ingkang nyimpang saking kayekten, sami dipun tuntun wangsul,
sampun ngantos dipun écé utawi dipun sokuraken. Tetembungan
ingkang medal saking tutuk kita mratandhani isining manah lan
kapitadosan kita. Menawi kita pitados bilih kita sampun dipun
wilujengaken, temtu tembung-tembung ingkang medal saking
tutuk kita kedah ingkang leres.

236 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


Boten badhé kirang-kirang menawi kita badhé pados cara
mujudaken gesangipung tiyang pitados. Ingkang dipun lampahi
para sakabat lan pirembaganipun kaliyan Gusti Yésus, ing waosan
III, mulang bab gesanging tiyang pitados. Yokanan matur bilih
para sakabat sami ngawisi tiyang ingkang nundhung sétan atas
asmaning Gusti Yésus namung amargi tiyang punika sanès
golonganipun. Ketingalipun para sakabat sami mèri amargi ing
ayat-ayat sakdèrèngipun, kacriyosaken bilih para sakabat boten
saged nundhung dhemit. Para sakabat ugi ketingal boten remen
menawi wonten tiyang ingkang boten sakgolongan ingkang ugi
nampèni peparing kanggé nundhung sétan. Nanging, Gusti Yésus
ndukani para sakabat. Gusti Yésus ngendika bilih tiyang ingkang
boten nyulayani punika ngrojongi. Ing ayat 50 ugi dipun
cethaaken malih bilih kedah tansah rukun. Boten wonten
ginanipun memengsahan namung amargi beda golonganipun.
Langkung-langkung, Gusti Yésus ngèngetaken bilih ing gesang,
manungsa temtu badhé manggihi kasangsaran, ingkang
kagambaraken minangka latu (ayat 49). Ing satengahing
kasangsaran, temtu sedaya mbetahaken mitra. Mila, sesambetan
ingkang rukun dados perkawis ingkang wigati.

Kejawi punika, ing satengahing kasangsaran, Gusti Yésus


ngèngetaken supados para sakabat tetep sami njagi gesangipun
temahan boten kesasar. Sampun ngantos sami dados sandhungan
tumrap tiyang sanès lan tumindak ingkang awon. Gusti Yésus
ngagem gambaran ngethok asta lan suku, sarta nyuplak mripat,
menawi pérangan-pérangan punika dados sandhungan,
tinimbang mlebet nraka kanthi wetah. Sanajan ing satengahing
kasangsaran, lampah gesangipun tiyang pitados boten pareng
dados sandhungan, kedah tumindak ingkang leres.

Sedherèk-sedhèrèk ingkang dipun kasihi déning Gusti,


Kathah sanget tuladha ingkang sampun kita tampèni kanggé
mujudaken kapitadosan kita dhateng Gusti ingkang ngrentahaken
Khotbah Jangkep September 2021 237
kawilujengan. Sejatosipun, sedaya punika kita lampahi kanggé
sinten? Punapa supados kita dipun alem déning Gusti lan sesami?
Mugi boten! Sedaya punika mugi dados atur pamuji kita kagem
Gusti ingkang sampun milujengaken kita. Pamuji asring namung
dipun mangertos minangka ngidungaken kidung pamuji. Nanging,
menawi badhé kita raosaken kanthi langkung lebet, pamuji
punika boten namung kidungan ingkang medal saking tutuk,
nanging sawetahing gesang ingkang leres ing ngarsanipun Gusti:
purun cecaos lan tulung-tinulung, ngedalaken tembung ingkang
leres, gesang rukun, lan boten dados sandhungan. Perkawis-
perkawis punika dados pamuji kita ing ngarsanipun Gusti,
sadanguning gesang kita.

Votum, ing pangibadah, dipun lajengaken pamuji, pengakening


dosa, kesanggeman, mirengaken kotbah, pengakening pitados,
pandonga safaat, pisungsung, pangutusan, lan berkah. Mekaten
ugi gesang kita. Kawiwitan kanthi pengaken bilih Gusti ingkang
nulungi, dipun lajengaken kanthi gesang ingkang mujudaken atur
pamuji kagem Gusti. Minangka pambereg, mangga sami ngènget-
ènget tembung-tembung punika: “Pitulungan kita punika wonten
ing asmanipun Sang Yehuwah, ingkang nitahaken langit kaliyan
bumi”. Amin.

238 Panduan Merayakan Liturgi Gereja

Anda mungkin juga menyukai