Anda di halaman 1dari 3

Markus 9 : 30 – 37 “ Bagaimana Menjadi Yang Terbesar dan Terkemuka”

Pendahuluan Setiap manusia pasti mengalami perubahan dalam dirinya.


Perubahan bisa terjadi dalam banyak hal, mulai perubahan fisik,
pemahaman, perilaku dll. Perubahan yang terjadipun tidak dapat selalu
diprediksi. Semua bisa berubah entah menjadi lebih baik atau berubah
menjadi lebih buruk. Ibaratnya dalam hidup ini kita berada di titik abu-abu
antara hitam dan putih. Kemana kita berjalan itulah yang menentukan
perubahan hidup kita.

Contoh: jika sejak muda kita menjaga tubuh kita dengan baik melalui pola
hidup yang sehat ada kemungkinan akan membuat proses penuaan akan
berjalan lambat meskipun pasti semua akan menua dan kondisi fisik juga
akan menurun namun dengan pola hidup yang sehat mungkin hidup kita
akan kita jalani dengan baik.

Dengan kata lain cara kita menjalani hidup akan menentukan ke arah
mana perubahan kita. Kita perlu menyadari bahwa kehidupan iman kita
juga terus berubah. Selalu ada dinamika dalam iman yang biasanya
dipengaruhi pengalaman hidup dan pola pikir masing-masing orang dalam
menyikapi setiap hal yang terjadi dalam hidupnya.

Ada kalanya kita merasa sangat dekat dengan Tuhan namun mungkin kita
juga pernah merasakan saat-saat dimana kita jauh dari Tuhan. Perubahan
memang harus terus terjadi namun marilah kita membuat perubahan yang
lebih baik dalam hidup kita.

Perubahan pola pikir juga menjadi titik tekan Tuhan Yesus dalam kisah-
Nya bersama para murid. Yesus ingin meluruskan pemahaman para murid
tentang Sang Mesias yang selama ini dipahami. Para murid adalah orang
Yahudi yang sudah memiliki pemahaman bahwa Mesias adalah sosok yang
berkuasa, yang akan menjadi raja dengan kekuatan yang besar.

Pemahaman ini kemudian mempengaruhi cara berpikir dan kehidupan


orang Yahudi pada umumnya dan khususnya para murid. Pemahaman ini
membuat mereka merasa superior dibandingkan yang lain, mereka
merasa sebagai umat pilihan yang kemudian akan menguasai dunia karena
Mesias akan datang dengan kekuatan dan kekuasaan yang besar dan
menjadi raja di atas segala raja.

Mereka sulit bahkan tidak mau menerima bahwa Sang Mesias yang datang
adalah sosok yang sederhana. Pola pikir mereka yang seperti itu nampak
jelas ketika Yesus memberitakan untuk kedua kalinya tentang
penderitaan-Nya namun tetap saja mereka tidak mampu memahami.

Ketidakmampuan ini dikarenakan pikiran mereka sudah diisi dengan


pemahaman bahwa Mesias adalah sosok yang berkuasa dan tidak
mungkin Mesias akan menderita. Yang mereka pikirkan adalah bagaimana
menjadi murid yang baik sehingga ketika Yesus berkuasa mereka memiliki
tempat yang baik pula.

Pola pikir yang seperti ini yang mempengaruhi cara mereka bersikap. Di
saat seharusnya mereka mempersiapkan diri untuk melanjutkan
pelayanan Yesus ketika Yesus sudah kembali ke sorga, mereka malah
menyibukkan diri untuk berdebat tentang siapa yang terbesar di antara
mereka.

Yesus pun kembali menegaskan tentang pemahaman Mesias yang Ia bawa


di tengah perdebatan para murid. Yesus mengatakan,“… Jika seseorang
ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari
semuanya dan pelayan dari semuanya.” (ayat 35).

Perkataan Yesus ini kembali menegaskan bahwa Mesias yang datang


bukanlah seperti yang mereka bayangkan. Mesias yang datang adalah
sosok yang melakukan perubahan mendasar dalam kehidupan manusia
melalui perubahan pola pikir dan perilaku keseharian. Mesias yang
dimaksud Yesus, bukan mengubah melalui perlawanan besar namun
mengubah melalui teladan tentang kehidupan yang sesuai dengan
kehendak Tuhan.

Yesus terus menggiring pola pikir para murid dengan berkata,


“Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia
menyambut Aku. Dan barangsiapa menyambut Aku, bukan Aku yang
disambutnya, tetapi Dia yang mengutus Aku.” (ayat 37) Lagi-lagi perkataan
ini sangat bertolak belakang dengan pemahaman Mesias sebagai Raja,
karena anak kecil adalah simbol dari orang-orang yang dianggap tidak
mampu.

Namun Yesus justru memberi penekanan di sini bahwa barang siapa


menyambut anak kecil itu maka ia menyambut Yesus.

Dalam arti barangsiapa memiliki kepedulian terhadap orang-orang yang


dianggap tidak mampu atau dianggap lemah, dialah orang yang melakukan
kehendak Allah.

Penutup

Perubahan pola pikir dari yang menganggap diri sebagai orang pilihan dan
akan menguasai yang lain menjadi pribadi yang rendah hati dan
memperhatikan orang lain menjadi tujuan Yesus dalam mendidik para
murid-Nya.

Harapan tentang perubahan pola pikir ini juga yang nampak dalam surat
Yakobus dimana menekankan kepada pembacanya untuk menjadi pribadi
yang berhikmat dengan menjadi pendamai, peramah, penurut, penuh
belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik.
Maka marilah menjadikan pola pikir kita senantiasa berdasarkan kehendak
Tuhan yang kemudian akan mempengaruhi sikap hidup kita yang sesuai
dengan apa yang dikehendaki Tuhan dalam kehidupan kita.

Jadi untuk menjadi yang terbesar dan terkemuka, ia harus memiliki hati
yang penuh dengan kasih saying, kerendahan hati, dan mau melayani . dan
semua itu harus dilakukan dalam nama Yesus, bukan dalam nama
siapapun karena Yesus adalah Allah satu-satunya tiada yang lain.Amin.

Anda mungkin juga menyukai