Anda di halaman 1dari 10

KONSEP PEMURIDAN DALAM AMANAT AGUNG TUHAN YESUS

SERTA PENERAPANNYA TERHADAP PENGAJARAN SEKOLAH MINGGU DI


GEREJA BHETEL-TABERNAKEL “KRISTUS PENEBUS” TENGAN

OLEH :

NAMA : FIN ORPA


NIRM : 1020175530
KELAS : B
JURUSAN : PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN

INSTITUTE AGAMA KRISTEN NEGERI (IAKN) TORAJA TAHUN


AJARAN 2020
ABSTRAK : Sekolah minggu adalah suatu wadah yang didalamnya
terbentuknya iman anak-anak dalam mendengarkan firman Tuhan tetapi yang bukan
lah demikian banyak guru sekolah minggu yang seudah meras puas jika sudah
memberikan firman Tuhan dengan persiapan yang matang tetepi belum tentu dalam
persiapan itu kita menydari akan apa yang sesungguhnya dibutuhkan oleh anak
sekolah minggu dan juga kita merasa senang jika sudah selesai membeikan meteri kita
bertanya dan menerka memeberikan jawban seperti yang kita harapakan tetapi yang
perlu kita lakukan adalah memberikan apa yang seharusnya mereka butuhkan dalam
pertumbuhan iman mereka secara pribadi dalam menengarkan firman Tuhan seperti
dalam Amanat Agung Tuhan Yesus.
PENDAHULUAN
Seorang guru sekolah Minggu tersenyum puas di akhir pertemuan kelasnya
karena murid-muridnya dapat menjawab dengan tepat pertanyaan yang diajukannya
berkenaan dengan materi pelajaran. Hari itu, kelas sekolah Minggu mereka membahas
megenai kelahiran Yesus. Sang guru menceritakan peristiwa kelahiran Yesus dengan
begitu rinci, lengkap, dan menarik. Ia bahkan bisa membuat ceritanya menjadi sangat
hidup dengan menggunakan berbagai variasisuara dan perpaduan alat-alat peraga
yang kreatif.
“KepadaKu telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu
pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa
dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah
Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai
kepada akhir zaman.” (Mat 28:18-20).
Pembelajaran Alkitab adalah elemen yang sangat melekat pada Pemuridan.
Salah satu Fungsi Pemuridan secara umum adalah memerlengkapi setiap individu.
Individu diperlengkapi untuk bertumbuh dalam Yesus dan dapat memenuhi
kebutuhannya1
Demikianlah bunyi perintah yang Tuhan Yesus berikan kepada murid-murid-
Nyasebelum Ia terangkat ke sorga. Perintah yang kita kenal dengan sebutan amanat
agung inimerupakan suatu tugas yang Tuhan Yesus percayakan kepada murid-murid-
Nya untuk merekakerjakan setelah Ia tidak ada lagi bersama-sama dengan mereka.
Tugas tersebut ialah tugas pemberitaan Injil, dimana para murid dituntut untuk

1
Daniel Fajar Panuntun dan Eunike Paramita, HUBUNGAN PEMBELAJARAN ALKITAB TERHADAP NILAI-NILAI HIDUP BERBANGSA DALAM
PEMURIDAN KONTEKSTUAL (KELOMPOK TUMBUH BERSAMA KONTEKSTUAL) ,Gamaliel : Teologi dan praktika 1, no.2 (2019) 104-115
memberitakan karya Allah di dalam Kristus kepada segala bangsa dan memuridkan
orang-orang yang percaya akan pemberitaan mereka.Hal yang menarik untuk kita
amati adalah janji penyertaan Tuhan di dalam amanat agungini. Tuhan Yesus berjanji
untuk menyertai murid-murid-Nya sampai kepada akhir zaman.Padahal, kita tahu
bahwa murid-murid Tuhan Yesus yang mendengarkan perintah ini pada waktuitu
tidaklah hidup sampai akhir zaman. Mereka bahkan telah mati ribuan tahun yang lalu.
Ini berarti janji “Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir
zaman”menyiratkan bahwa amanat agung Tuhan Yesus masih berlaku setelah murid-
murid-Nya mati, bahkan sampai kepadaakhir zaman. Hal ini menyiratkan bahwa
amanat agung merupakan suatu perintah yang perlu dilakukan dan diteruskan oleh
orang percaya. Dengan kata lain, pesan utama dalam Amanat Agung yang Kristus
berikan bagi para rasul dan juga bagi kita sekalianadalah untuk membentuk manusia
dari segala bangsa menjadi murid-Nya, dengan cara pergi,membaptis, dan mengajar
mereka.
Dengan demikian, kita dapat mengetahui bahwa ada beberapa tindakan yang
harusdilakukan oleh orang Kristen di dalam menjadikan orang lain sebagai murid
Kristus. Tindakan-tindakan tersebut tidaklah dimaksudkan untuk dipilih salah satu,
melainkan dilakukan seluruhnyaguna menggenapi Amanat Agung yang sudah Tuhan
berikan.
Tindakan pertama yang perlu dilakukan oleh orang Kristen untuk
menghasilkan murid Kristus adalah pergi. Perintah“pergilah”menyiratkan suatu
tindakan aktif yang menuntutadanya inisiatif orang percaya untuk pergi memberitakan
firman Tuhan dan mencari jiwa-jiwayang terhilang, bukan hanya sekedar pasif
menunggu orang lain yang datang menyerahkan diri.2 Tanpa adanya orang percaya
yang mau pergi dan memberitakan Injil Kristus Yesus, maka pemenuhan tugas
memuridkan akan mustahil untuk dilakukan.
Tindakan kedua yang harus dilakukan selain pergi adalah membaptis.
Kata“baptislah” menjelaskan proses pembentukan seseorang menjadi murid Kristus
dari sisi status. 3Baptisan yang dimaksud di sini bukan mengacu kepada sakramen
tertentu, melainkan suatu bentuk ungkapan pengakuan iman kepada Kristus. Melalui
baptisan, seseorang mengaku di muka umum bahwa Yesus adalah Tuhan dan
Juruselamatnya secara pribadi dan bahwa dirinya adalah milikYesus. Selain itu,
2
Sautrisna, visi pemuridan. (Bandung : perkantas Jawa Barat, 2009)21

3
Sautrisna , visi pemuridan. (Bandung : perkantas Jawa Barat, 2009)23
baptisan juga merupakan ungkapan komitmen. Melalui baptisan, seseorangyang telah
mengakui dirinya sebagai murid Kristus menyatakan komitmennya untuk hidup
didalam ketaatan total kepada Allah sebagai pemilik kehidupannya. Dengan
4

demikian, disadarai tindakan ini bukanlah upacara atau ritual pembaptisan yang
dilakukan, melainkan bagaimana seseorang menyatakan iman dan komitmennya
kepada Allah.Tindakan ketiga yang harus dilakukan oleh orang percaya di dalam
mengerjakan tugas pemuridan adalah mengajar. Sama seperti“baptislah”
perintah“ajarlah mereka melakukan” juga merupakan suatu proses pembentukan
murid Kristus, tetapi bukan lagi bicara soal status,melainkan kualitas. 5Seseorang
tidak akan berhasil menjadikan orang lain sebagai murid Kristusapabila ia hanya
berfokus untuk menginjili saja. Orang-orang yang bertobat dan menyerahkan dirinya
kepada Kristus perlu dibimbing untuk mengerti kebenaran firman Tuhan secara
benardan utuh kemudian dituntun untuk melakukannya dalam setiap aspek kehidupan
mereka. Apabila kehidupan mereka sudah diubahkan dengan gaya hidup yang terus
melakukan firman Tuhan,maka hidup mereka akan mencerminkan kebenaran Allah
yang dapat dirasakan dampaknya olehorang sekitar mereka.
Melalui perubahan hidup dan dampak yang dirasakan oleh orang-orangsekitar
inilah berita tentang Kristus kembali disebarkan, dan membuka jalan bagi orang-
orangsekitar mereka untuk dapat mengenal Kristus. Di sini kita dapat melihat suatu
siklus pemuridanyang berlangsung terus menerus sebagai bentuk penggenapan
amanat agung Tuhan yang terus berlanjut sampai kepada akhir zaman.Prinsip
pemuridan ini tidak hanya dapat dilakukan oleh orang percaya secara
pribadi,melainkan juga dapat dilakukan secara komunal di dalam komunitas orang
percaya, misalnya gereja. Gereja yang merupakan kumpulan orang percaya juga
dituntut untuk terus menjalankantugas pemuridan ini, baik di dalam kelompok besar
secara umum maupun di dalam kelompokyang lebih kecil ruang lingkupnya, yaitu
komisi-komisi. Salah satu komisi di dalam gereja yang amat kental dengan
kegiatan pemuridan adalah komisi Sekolah Minggu. Sekolah Minggu merupakan
suatu wadah pembinaan iman dan program pendidikan rohani yang bersifat
melaksanakan misi yang ditetapkan Tuhan Yesus kepada gereja-Nya.6

4
Ibid, 24

5
Ibid,25

6
Magdalena P Santoso, “Hakikat Sekolah Minggu untuk Anak,” Jurnal Pelita Zaman 4 (1989) 22
Sekolah Minggu memiliki keunikan tersendiri dibanding komisi-komisi lain di
dalam gereja, karena sekolahMinggu melayani anak-anak sejak kecil. Sekolah
Minggu menjadi sarana di mana dasar-dasarnilai kehidupan seseorang dibentuk dan
ditanamkan. Tentu, nilai-nilai yang ditanamkan disekolah Minggu merupakan nilai-
nilai kebenaran firman Tuhan. Sekolah Minggu juga merupakan tempat pekabaran
Injil yang paling efektif, mengingat anak-anak lebih bersifat terbuka dan jujur dalam
menerima berita Injil.7 D.L. Moody pernah mengatakan “apabila kita memenangkan
jiwa seorang yang sudah lanjut usia, kita memenangkan sisa umur hidupnya.Tetapi
apabila kita memenangkan jiwa seorang anak, berarti kita memenangkan seluruh
kehidupannya.”8
Dengan demikian, jelas bagi kita bahwa sekolah Minggu merupakan suatu
wadah yang sangat efektif di dalam menjalankan Amanat Agung Tuhan
Yesus.Sekolah Minggu membuka jalan bagi seorang anak untuk menerima Yesus
Kristussebagai Tuhan dan Juruselamat pribadinya. Sekolah Minggu juga menjadi
wadah pertama dimana seorang anak dapat mengakui iman dan komitmennya kepada
Tuhan, yang merupakanesensi dari pembaptisan. Lalu, di Sekolah Minggu juga anak
belajar mengenai prinsip-prinsipkebenaran firman Tuhan dan belajar hidup taat
kepada Tuhan dengan melakukan firman Tuhanyang telah dipelajarinya dalam
kehidupan sehari-hari. Melalui perubahan sikap dan perilaku anakdi dalam konteks
kehidupannya sehari-hari, bukan mustahil anak ini bisa menjadi alat di tangan Tuhan
untuk memenangkan jiwa orang-orang di sekitarnya seperti keluarga, saudara,
tetangga,atau teman-teman sepermainannya. Kehidupan anak ini yang melakukan
firman Tuhan bisa berdampak dan berpengaruh terhadap lingkungannya. Dengan
demikian, kita bisa melihatadanya suatu siklus yang terjadi di dalam proses
menghasilkan murid dalam menggenapi amanat agung Tuhan Yesus.
TUJUAN
Memberikan pemahman kepada guru sekolah minggu dalam
memberikan cerita kepada anak sekolah minggu sesuai dengan Amanat
Agung Tuhan Yesus
MANFAAT
1. Dapat menjadi sebuah dorongan untuk memberikan apa yang terbaik
buat anak sekolah minggu dalam melayaini Tuhan sesuai dengan
Amanat Agung Tuhan Yesus
7
Ibid 23

8
Ibid
2. Menjadi sebuah pribadi yang lebih mengutamakan akan panggilan
sebagai pemebrita firman kepada anak-anak sesuai dengan Amanat
Agung Tuhan Yesus
3. Dapat memberikan firman Tuhan dengan kreatif dan inofatif yang
mudah di tangkap dan di pahami oleh anak-anak sekolah minggu

PEMBAHASAN

PENERAPAN AMANAT AGUNG TERHADAP PENGAJARAN


SEKOLAH MINGGU
Permasalahan yang kemudian timbul adalah gagalnya sekolah Minggu untuk
menjadi agen pelaksana amanat agung Tuhan. Sekolah Minggu cenderung tidak dapat
menjadi sarana pemuridan yang baik.
Ada tiga tipe sekolah Minggu yang kurang berhasil di dalam menjalankan
tugas pemuridan yang telah Allah perintahkan.
Pertama sekolah Minggu yang tidak berhasil di dalam memberitakan Injil.
Guru-guru sekolah Minggu tidak sepenuh hati di dalam memperkenalkan Kristus
kepada anak. Contohnya adalah sekolah Minggu yang hanya mempedulikan jumlah
kehadiran secara kuantitas.9 Mereka menganggap sekolah Minggu mereka sudah
berhasil apabila murid-murid sekolah Minggu rutin datang setiap minggunya, tanpa
memperhatikan bagaimana pemahaman dan respon mereka akan berita Injil.
Kedua sekolah Minggu yang berhasil dalam penginjilan, tetapi tidak menjadi
sarana dimana anak dapat mengakui iman dan komitmennya kepada Tuhan. Sekolah
Minggu semacam ini hanya berfokus kepada tema-tema penginjilan, tanpa pernah
atau mungkin jarang sekali menindak lanjuti berita Injil yang telah dibagikan. Guru-
guru sekolah Minggu terus menerus bercerita mengenai dosa dan penebusan Kristus,
tetapi tidak pernah mengajarkan materi-materiyang berkenaan dengan pembinaan
iman anak, yang sebenarnya amat diperlukan oleh anak didalam menghidupi iman
percayanya kepada Tuhan.
Ketiga sekolah Minggu yang sudah memiliki kurikulum pengajaran yang baik
dan sistematis, tetapi tidak mendorong murid untuk melakukannya. Ada dua
kecenderungan yang sering muncul dalam sekolah Minggu yang termasuk dalam
golongan ini. Pertama sekolahMinggu semacam ini mungkin kuat di dalam
pengajaran Alkitab, dengan materi-materi yangmengandung konsep teologi yang
benar.10Yang menjadi fokus pembelajaran adalah penggalian Alkitab dan
penyampaian materi yang dilakukan oleh guru, dan cenderung tidak mempedulikan
apa yang ada di dalam pikiran para murid mengenai materi yang diajarkan. Kedua
guru-guru disekolah Minggu seperti ini cepat menjadi puas apabila murid bisa
menghafal atau mengulangi kembali materi yang baru diajarkan, seperti apa yang
dialami oleh guru sekolah Minggu pada bagian pendahuluan tulisan ini.
Berdasarkan pemahaman kita atas konsep pemuridan di dalam Amanat Agung
Tuhan Yesus yang menjadi fondasi bagi pengajaran sekolah Minggu, kita tahu bahwa
9
Schultz, Why Nobody 14

10
Ibid. 15
tujuan utama pengajaran sekolah Minggu bukanlah menambah jumlah kuantitas orang
percaya, melainkan untuk menghasilkan murid-murid Kristus, seperti apa yang telah
diperintahkan-Nya. Murid yang dimaksudkan Kristus untuk dihasilkan adalah murid
yang pada akhirnya dapat memuridkan kembali. Murid yang dapat memuridkan
kembali adalah murid yang sudah menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan
Juruselamatnya, menyadari status hidupnya yang telah menjadi milikTuhan,
menyatakan komitmennya untuk hidup taat dan setia kepada Tuhan, serta
melakukanfirman Tuhan yang telah dipelajari. Kualifikasi murid seperti inilah yang
seharusnya dihasilkan oleh pengajaran sekolah Minggu, sebagai suatu bentuk
pemenuhan Amanat Agung Tuhan Yesus.
Dengan demikian, bila kita kembali berkaca terhadap pengajaran dari guru
sekolah Minggu yang telah dibahas di awal, kita dapat menyimpulkan bahwa
pengajaran guru sekolahMinggu tersebut tidak sesuai dengan konsep pemuridan di
dalam Amanat Agung Tuhan Yesusyang hendak ia kerjakan. Guru tersebut salah
memaknai konsep “jadikanlah semua bangsa murid-Ku.” Ia tidak memperhatikan
keterangan perintah yang Tuhan Yesus berikan untukmengajar murid-murid
melakukan setiap pengajaran yang telah mereka terima. Ia mengajarhanya untuk
membuat murid-muridnya menghafal bukan melakukan. Alhasil, murid-murid yang
dihasilkannya bukanlah murid-murid yang sesuai dengan standar murid Kristus yang
terdapat didalam Amanat Agung.
Howard Hendricks di dalam bukunya juga mengungkapkan hal senada, bahwa
ujianmengajar yang utama bukanlah apa yang pengajar lakukan atau seberapa baik
pengajarmelakukannya, tetapi apa dan seberapa baik yang dilakukan oleh orang yang
diajar.11 “Sayangnya, tak jarang penekanan dalam sistem pendidikan kita sekarang
menganggap bahwa mengajar itu sama dengan memberi tahu, dan menguji sama
dengan mengukur muataninformasi yang dijejalkan. Pengajar hanya tertarik pada
seberapa banyak yang dapat dijejalkanmurid ke otaknya, dan menuangkannya ke
dalam kertas . . . banyak orang yang tak pernahduduk di bangku perguruan tinggi
malah sangat berpendidikan . . . apa yang mereka ketahui,mereka terapkan dan Allah
memakai mereka sebagai alat-Nya untuk menggenapi rencana-Nya.”
Sebenarnya, guru sekolah Minggu yang telah dibahas di pendahuluan tadi
merupakan seorang guru sekolah Minggu yang baik. Terbukti di dalam semangat dan
dedikasinya di dalam mengajar. Tetapi, pengajarannya mungkin akan lebih baik lagi,
11
Howard Hendricks, Mengajar untuk mengubah hidup. (Jakarta : Gloria, 2009) 46
dan lebih mendekati penggenapan amanat agung Tuhan Yesus, apabila ia tidak
berhenti hanya sampai pada memberikan informasi, tetapi juga mendorong murid
untuk melakukan apa yang telah dipelajari. Oleh sebab itu, materi yang dipersiapkan
dan aplikasi yang diharapkan untuk mereka lakukan juga harus bersifat praktis
sederhana, bukan bersifat konseptual. Berbeda dengan murid kelas pra-remaja yang
berusia 11tahun ke atas yang sudah dapat berpikir logis dalam konsep yang abstrak.

KESIMPULAN
Pada akhirnya, setelah mempelajari konsep pemuridan dalam Amanat Agung
TuhanYesus sebagai fondasi pengajaran sekolah Minggu dan melihat implikasinya,
kita dapat menyimpulkan bahwa pengajaran sekolah Minggu yang benar seharusnya
adalah pengajaranyang memuridkan dan menghasilkan penghasil murid. Ada tiga
langkah yang diperlukan untuk memenuhi standar pemuridan ini, yaitu mengajar
murid untuk mengerti, mengajar murid untuk memaknai, dan mengajar murid untuk
melakukan. Untuk itu, mungkin sekolah Minggu zamanini perlu memikirkan untuk
menyusun sebuah kurikulum bagi pengajaran berbasis aplikasi,dengan tujuan
menghasilkan murid seperti yang Yesus kehendaki di dalam amanat agung-Nya.
Untuk menghasilkan pola pengajaran berbasis aplikasi dengan memperhatikan
kontinuitas pengajaran dan perkembangan kognisi anak, diperlukan usaha dan
komitmen yangsungguh dari setiap guru sekolah Minggu. Setiap guru perlu banyak
belajar, banyak membaca,dan banyak berelasi dengan para muridnya. Pada akhirnya,
di dalam menjalankan pengajarannya,setiap guru hanya bergantung kepada kekuatan
Allah saja, yang kepada-Nya segala pertanggung jawaban pengajaran itu diberikan.

DAFTAR PUSTAKA

Hendricks, Howard.Mengajar untuk Mengubah Hidup. Jakarta: Gloria


Graffa, 2010
Nashville: Broadman & Holman, 2010.Sutrisna.Visi Pemuridan. Bandung: Perkantas
Jawa Barat, 2009..
Magdalena Santoso, “Hakikat Sekolah Minggu untuk Anak”Jurnal Pelita Zaman 4
(1989) 22-23.
Penuntun Daniel Fajar dan Eunike Paramita, HUBUNGAN
PEMBELAJARAN ALKITAB TERHADAP NILAI-NILAI HIDUP BERBANGSA
DALAM PEMURIDAN KONTEKSTUAL (KELOMPOK TUMBUH BERSAMA
KONTEKSTUAL), Gamaliel : Teologi dan praktika 1, no 2 (2019)10-115
Sylvia Soeherman, “Tujuan Pengajaran Gereja dan Implikasinya” Jurnal Veritas
4/1 (2003) 115.

Anda mungkin juga menyukai