Anda di halaman 1dari 15

A CERTAIN KIND (YANG TERTENTU)

Ringkasan Buku

Oleh :
Gideon Rusli

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI BERITA HIDUP


SURAKARTA
2020
Judul : A Certain Kind (Yang Tertentu)
Penulis : Edmund Chan
Penerbit : Covenant Evangelical Free Church
Halaman : 368 halaman.

Buku ini dibagi dalam 5 bagian untuk menjelaskan seluruh konsep kebenaran
yang dipegang dan dijalankan yaitu : bagian satu untuk menjelaskan istilah-istilah
yang dipakai, bagian kedua untuk menjelaskan lahirnya visi pemuridan dan
"Intensional Disciplemaking Church" (IDMC) yang diterjemahkan sebagai Gereja
yang Intensional Memuridkan. Kemudian bagian ketiga berisi tentang strategi
Alkitabiah yang mendasari IDMC dan bagian keempat berisi tentang menetapkan
hasil pemuridan yang akan dicapai. Bagian terakhir atau kelima menyampaikan
strategi untuk memastikan penyelesaian misi pemuridan dalam gereja IDMC.

Bagian 1. Menjelaskan Istilah Kami


Apa yang dimaksud murid "yang tertentu itu?" Yang pertama, murid yang
tertentu itu adalah : orang yang mempunyai kepastian atau keyakinan yang teguh
(certain = merasa pasti, yakin). Ini berbicara tentang murid - murid yang berakar
pada sebuah keyakinan tertentu yang diajarkan kepada mereka. Mereka yakin
Alkitab adalah kebenaran Allah dan mereka percaya kepada Yesus Kristus, baik
ataupun waktu tidak baik keadaannya. Kedua, istilah "certain kind" mewakili filosofi
penulis tentang pemuridan yaitu : pemuridan itu merupakan seorang tertentu, yang
secara radikal berkomitmen untuk suatu tujuan tertentu dan melalui suatu proses
tertentu untuk mereproduksi suatu hasil yang tertentu. Seorang murid tertentu
adalah seorang yang memuridkan murid yang lain secara intensional untuk
bertumbuh dalam keserupaan dengan Kristus. Tujuan tertentu yang dimaksud
adalah tujuan Kerajaan Allah dalam hidup mereka. Proses tertentu yang dimaksud
adalah proses pemuridan secara intensional yang merupakan investasi kehidupan.
Pemuridan adalah proses intensional untuk bersaksi, mengajar, melatih serta
meneruskan keyakinan dan cara hidup seorang murid, yang akan diteruskan lagi
kepada orang lain (2 Tim 2:2). Proses pemuridan intensional ini dilakukan baik
dalam kelompok kecil dan secara "life on life" (pribadi ke pribadi). Kelompok kecil
menyediakan kehidupan komunitas yang saling mendukung sementara metode
"pribadi ke pribadi" memungkinkan adanya masukan yang berharga dan perhatian
bersifat personal. Yesus memiliki dua belas murid, namun Ia juga memiliki tiga murid
yang secara khusus lebih dekat denganNya (Petrus, Yohanes dan Yakobus). Selain
itu Ia juga membimbing murid secara pribadi seperti yang dilakukan kepada Petrus.
Hasil tertentu dari pemuridan intensional ini adalah orang yang sama kualitasnya
dengan kita. Itulah sebabnya seorang pemurid harus berkomitmen menjadi murid
sejati sehingga menghasilkan murid sejati yang lain.
Apa arti seorang murid ? Pada jaman Yesus, kata Yunani "mathetes" (murid)
adalah sebuah istilah umum yang dipakai untuk semua orang yang sedang belajar,
baik belajar agama ataupun berdagang. Banyak orang pada masa itu datang
berguru kepada para ahli Taurat atau para imam untuk menjadi murid mereka.
Dalam Perjanjian Baru, kata murid dipakai dalam Kitab Injil dan Kisah Para Rasul
untuk menunjukkan beberapa golongan yaitu : yang pertama; menunjuk kepada
duabelas murid yang dipilih Yesus (Markus 3:14). Kedua, kata ini mewakili orang-
orang yang percaya dan mengikut Yesus dalam berbagai tingkat komitmen,
2
jumlahya lebih banyak (Yohanes 8:31; 13:35). Ketiga, kata ini dipakai untuk
menyebut murid-murid dari berbagai aliran dan tradisi (Matius 22:16, Markus 2:18,
Lukas 5:33). Yesus memakai istilah murid dan memberi definisi yang melampaui
jaman itu. Yesus menekankan bahwa muridNya lebih dari seorang pengikut atau
orang yang belajar tentang Dia. Sebagai murid Kristus, kita harus tinggal didalam
Dia dan mengadopsi suatu cara hidup tertentu agar kita dapat menjadi makin serupa
dengan Dia seiring ketaatan kita kepadaNya. Michael Wilkins, profesor dari Talbot
Seminary mendefinisikan murid Kristus sebagai seorang yang :
1). Telah datang kepada Kristus untuk mendapatkan anugerah hidup yang kekal.
2). Telah mengakui Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhan.
3). Telah memulai kehidupan yang baru yang meneladani Yesus
Tambahan definisi murid Yesus dari Edmund Chan adalah :
4). Sedang terus berlipat ganda secara rohani dengan menolong orang lain menjadi
murid Yesus (Matius 4:19, Yohanes 15:8). Kata kuncinya adalah : pelipatgandaan
rohani.
Istilah lain yang perlu dipahami dalam bahasan ini adalah kemuridan. Dalam
konteks budaya Yesus pada jaman itu, adalah hal yang umum bahwa orang untuk
sementara waktu meninggalkan rumah dan keluarganya untuk berguru pada
seorang ahli atau rabi. Namun menjadi murid Yesus adalah sesuatu yang radikal
karena diundang untuk memasuki kehidupan tertentu. Yesus memanggil mereka
untuk memasuki sebuah perjalanan rohani. Dalam hal ini, kemuridan adalah sebuah
perjalanan rohani mengikut Yesus. Namun perjalanan rohani ini memiliki harga yang
harus dibayar. Untuk itu Yesus meminta murid-muridNya untuk mempertimbangkan
harga yang harus dibayar. Dalam Lukas 9:23-24, 57-62, 14:25-35, Yesus
menjelaskan artinya menjadi murid secara radikal dimana hal ini meliputi :
mengasihiNya lebih daripada keluarga sekalipun, memikul salib dan mengikut
Yesus, melepaskan diri dari segala miliknya, menyangkal diri, memikul salibnya
setiap hari dan mengikut Yesus. Kemuridan yang alkitabiah meliputi proses
mempertimbangkan resiko dan kemauan untuk membayar harga. Inilah kemuridan
yang radikal. Kemuridan radikal berarti secara mutlak menempatkan Kristus sebagai
Tuhan atas semua bidang kehidupan. Inilah standard Yesus Kristus ketika mengutus
murid-muridNya dengan Amanat Agung. Yesus tidak berbicara tentang
memenangkan orang untuk bertobat dan menjadi pengikutNya namun misi yang
diberikan adalah membentuk murid-murid yang berkomitmen seperti murid mula-
mula. Murid Yesus adalah bukan hanya orang yang suka belajar tapi adalah orang-
orang yang menyerahkan diri sepenuhnya untuk menaati Yesus. Kemuridan yang
radikal dimulai dengan mengikut Yesus yang bukan sebagai tugas tetapi dari
kerinduan atau hasrat hati. Kemuridan yang radikal berakar pada kerinduan yang
kuat akan Allah. Hasrat inilah yang akan mendorong pelipatgandaan rohani murid
Yesus. Dan untuk melakukan pelipatgandaan rohani, maka kita berupaya secara
intensional menolong orang lain menjadi murid Yesus. Proses ini kita sebut sebagai
proses menjadikan murid atau pemuridan.
Edmund Chan memberikan definisi pemuridan lebih jauh sebagai berikut :
suatu proses membawa orang kedalam hubungan yang dipulihkan dengan Allah,
dan membina mereka menuju kedewasaan penuh didalam Kristus melalui rencana
pertumbuhan yang intensional, sehingga mereka juga mampu melipatgandakan
keseluruhan proses ini kepada orang lain. Ada empat aspek penting dalam definisi
ini yaitu :
1). Membawa orang kedalam hubungan yang dipulihkan dengan Allah. Pemuridan
yang alkitabiah dimulai dengan pemberitaan Injil yang bertanggungjawab, yang
3
memandang tujuan besar Allah agar segala suku bangsa dapat menjadi murid
Kristus. Para murid yang menjadikan murid harus memiliki belas kasihan yang besar
bagi jiwa - jiwa yang tersesat.
2). Membina mereka menuju kedewasaan penuh didalam Kristus. Kedewasaan
rohani adalah salah satu hal yang paling ditekankan dalam Perjanjian Baru sebab
Allah ingin kita bertumbuh dalamnya. Penginjilan yang bertanggungjawab bukan
hanya membawa orang dalam pemulihan dengan Allah namun juga harus menolong
mereka bertumbuh dalam iman. Inilah artinya "membangun tubuh Kristus dan
memperlengkapi orang-orang kudus" (Efesus 4:12).
3). Melalui rencana pertumbuhan yang intensional. Pertumbuhan rohani tidak terjadi
secara otomatis. Perlu ada rencana pertumbuhan intensional (disengaja dengan
niat) melalui kurikulum yang alkitabiah untuk memuridkan orang dalam berbagai
tingkat pertumbuhan.
4). Sehingga mereka juga mampu melipatgandakan keseluruhan proses ini kepada
orang lain. Pelipatgandaan rohani adalah penekanan utama dalam pemuridan sebab
tanpa generasi penerus tidak akan ada kesuksesan. Seringkali ditanyakan
perbedaan antara pemuridan dan mentoring yang nampaknya hampir sama. Jika
dibedakan, pemuridan lebih sering dipakai pada pembinaan tingkat dasar yang
meliputi pertobatan dan pembinaan lanjutan. Mentoring lebih tepat dipakai dalam
proses membangun kepemimpinan Kristen melalui upaya memperlengkapi orang
dengan keterampilan dalam pelayanan dan kehidupan sehari-hari. Ini menyangkut
pelajaran-pelajaran dalam kehidupan sehingga mentoring dapat disebut sebagai
proses mengarungi perjalanan rohani bersama.
Untuk mewujudkan proses pemuridan ini maka gereja harus menjadi Gereja
yang Intensional Memuridkan (IDMC = Intentional Disciple Making Church). Berikut
delapan karakteristik IDMC yaitu :
1). Digerakkan oleh Tujuan (Purpose Driven).
Memuridkan menjadi misi utama gereja. Tolok ukur semua aktifitas pelayanan di
gereja itu adalah bagaimana aktifitas itu mendukung upaya pemuridan, bukan
sekadar rutinitas program
2). Memberitakan Injil secara bertanggungjawab.
Memuridkan diawali dengan pemberitaan Injil yang bertanggungjawab yaitu
penginjilan yang ditandai dengan tindak lanjut pembinaan bagi petobat baru.
Orang yang baru percaya diperlengkapi dan kemudian diutus untuk memuridkan
orang lain.
3). Punya rencana pertumbuhan yang Intensional
Orang dibangun melalui langkah-langkah pertumbuhan rohani yang dirancang
secara intensional melalui bahan yang menolong setiap orang dalam tingkat
pertumbuhannya.
4). Punya pemimpin-pemimpin yang berkomitmen
Para pemimpin menjadi teladan didalam melakukan pemuridan karena komitmen
bersama.
5). Ada penyampaian visi yang jelas
Kunci bagi IDMC adalah pendeta yang memuridkan. Ia memiliki visi pemuridan
dan langkah pemuridan yang jelas, yang dapat diartikulasikan dan dijalankan oleh
seluruh gereja.
6). Ada usaha mewujudkan visi
Gereja memiliki sarana-sarana spesifik yang dibangun untuk memfasilitasi tujuan
pemuridan. Sarana yang dimaksud adalah proses spesifik seperti : membangun
hubungan yang bersifat mentoring, menyusun sebuah program tindak lanjut yang
4
sistematis bagi petobat baru serta merancang program pelatihan untuk orang-
orang yang memuridkan.
7). Punya infrastuktur kelompok kecil
Gereja yang memuridkan perlu memiliki jaringan kelompok kecil/sel sebagai
sarana pemuridan yang efektif. Jaringan kelompok sel adalah strategi dan
infrastruktur untuk menggerakkan jemaat.
8). Menunjukkan pelipatgandaan rohani
Indikator yang dipakai untuk menilai IDMC adalah kedewasaan rohani dan
pelipatgandaan rohani. Jemaat ebertumbuh dalam keserupaan dengan Kristus
dan memiliki kerinduan dan tindakan dalam pemuridan.

Bagian 2. Melihat Kebutuhan yang Mendesak


Para pemimpin gereja seringkali mengalami masalah sibuk membereskan
banyak masalah jemaat dan lalai memberikan visi sehingga gereja tidak berjalan
sebagaimana visi dari Tuhan. Panggilan utama para pemimpin bukan untuk
menyelesaikan masalah tetapi untuk memberikan visi. Para pemimpin perlu
menentukan apa yang menjadi visi dalam kepemimpinannya. Para pemimpin dan
seluruh organisasinya tidak bisa berjalan efektif apabila tidak ada kejelasan visi.
Berikut ada 12 hal yang tidak seharusnya dilakukan :
1). Bekerja tanpa Visi.
Pemimpin harus punya kapasitas untuk melihat apa yang akan terjadi di
depan. Inilah visi. Tanpa visi hanya akan terjadi rutinitas dan tidak ada
pergerakan kemajuan.
2). Puas dengan visi yang sangat umum dan tidak jelas
Visi seharusnya jelas dan spesifik dan terus berkembang sesuai dengan
situasi pelayanan kita, bukan sesuatu yang samar-samar atau terlalu umum.
3). Berusaha meminjam visi orang lain.
Sangat umum menjumpai pemimpin yang merasa meminjam visi orang lain
itu sudah cukup. Hal ini tidak salah namun perlu diingat bahwa karena
konteks pelayanan yang berbeda-beda, seharusnya visi orang lain diadaptasi
mana yang sesuai situasi kita. Atau jika meminjam dan mengadaptasi
sepenuhnya visi orang lain, penting bagi kita untuk memahami visi itu sebaik
mungkin.
4). Berusaha "menemukan" atau merekayasa sebuah visi.
Seorang pemimpin menerima visinya dari Tuhan sebagai jawaban doa
menurut ukuran imannya. Dengan demikian, walau visi utama tidak berubah,
visi bisa berkembang seiring dengan pertumbuhan pemimpin.
5). Membentuk team kerja untuk menentukan visi.
Catatan Kitab Suci dan sejarah gereja menunjukkan bahwa Allah memberikan
visi kepada orang yang dipilihNya sebagai pemimpin, bukan kepada sebuah
tim kerja. Tentu saja tim kerja akan dibutuhkan untuk mempertajam dan
meneguhkan visi.
6). Memisahkan visi dari iman.
Ada dimensi iman dalam setiap visi sejati yang memungkinkan visi
berkembang dan berhasil diwujudkan. Tugas seorang pemimpin adalah
mengobarkan iman sehingga orang yang dipimpinnya terdorong untuk
memiliki dan mewujudkan visi itu.
7). Memberikan visi "bersalut gula".
Visi yang terdengar mudah dan dapat dicapai tanpa perjuangan, tidak punya
daya dorong untuk membuat orang berjuang bersama mewujudkannya. Ini
5
adalah visi "bersalut gula". Orang mencari sebuah visi yang layak untuk
diperjuangkan !
8). Tidak menunjukkan bagaimana visi itu dapat dicapai.
Pemimpin harus menunjukkan bagaimana visi dapat dicapai melalui strategi
yang jelas dan spesifik serta rencana kerja yang intensional sehingga jemaat
tahu bagaimana menjalani pencapaian visi tersebut.
9). Kita mengelola visi sendirian, hingga hal yang paling kecil.
Banyak pemimpin melemahkan visi mereka sendiri dengan sibuk melakukan
hal-hal yang sebenarnya kurang penting. Itulah sebabnya pemimpin harus
melatih dan melibatkan jemaat dalam pencapaian visi.
10). Memiliki hati yang terlalu kecil untuk visi Allah yang besar.
Setiap visi dimulai dari hati pemimpin. Kadang hati pemimpin ciut karena
takut, pahit, dipenuhi ambisi pribadi yang menghalangi visi Allah terwujud.
Oleh karena itu para pemimpin perlu bersungguh-sungguh menjaga hati
mereka.
11). Tidak bertekun untuk mewujudkan visi.
Kunci untuk mewujudkan visi adalah Allah sendiri. Oleh sebab itu di tengah
pergumulan mewujudkan visi, para pemimpin perlu bergantung kepada Allah
dan memiliki ketekunan untuk terus melangkah dan mewujudkan visi yang
diberikanNya.
12). Tidak berfokus pada Allah untuk menerima dan mewujudkan visi.
Para pemimpin seringkali tergeser fokusnya dengan berbagai kesibukan dan
bukannya fokus kepada Tuhan dan menantikanNya. Ada kalanya pemimpin
harus menarik diri dari semua kegiatan yang ada untuk mencari kehendak
dan arahan Tuhan.
Visi yang jelas dan segar dari Allah adalah salah satu prioritas utama bagi
kepemimpinan gereja masa kini. Ini adalah tugas kepemimpinan yang tidak dapat
digantikan oleh orang lain atau tim kepemimpinan. Visi yang jelas dari Allah dapat
ditangkap seorang pemimpin jika ia bisa melihat dan menangkap kebutuhan
mendesak dalam situasi yang ditunjukkanNya. Makin jelas kebutuhan yang ada,
makin jelas visinya.
Besarnya tantangan jaman ini pada gereja Tuhan menunjukkan suatu
kebutuhan yang mendesak yaitu pemuridan orang percaya. Hal ini terjadi karena
walaupun gereja Tuhan memiliki jumlah orang Kristen yang cukup besar tapi
banyak yang mengalami kedangkalan iman. Hal ini terjadi karena fokus yang
bergeser dari yang tadinya menjadikan murid Kristus kini hanya sekadar
menjadikan orang berstatus Kristen. Memuridkan secara intensional belum
menjadi suatu prioritas normal dalam gereja. Akibatnya, gereja banyak mengalami
kehilangan orang percaya yang tergoncang imannya, bahkan terancam
kehilangan generasi muda, jika tidak melakukan pemuridan intensional.
Ada sepuluh alasan untuk gereja melakukan pemuridan intensional yaitu :
1). Pemuridan itu Alkitabiah dan punya fondasi teologis. Secara doktrin tentang
gereja (eklesiologi), dalam PL, Tuhan menghendaki Israel menjadi saksiNya
(Yesaya 43:10) namun Israel telah gagal. Maka pada masa PB, Tuhan
membangkitkan gerejaNya untuk menggenapi tujuan penebusanNya bagi
segala bangsa (KPR 1:8). Untuk mencapai tujuan itulah perintah Yesus
adalah menjadikan semua bangsa muridNya.
2). Pemuridan adalah inti Amanat Agung. Memuridkan adalah perintah Yesus
yang tidak bisa ditawar-tawar, tapi sebuah inti dari Amanat Agung (Matius
28:19-20).
6
3). Pemuridan adalah bagian dari rencana agung penginjilan. Rencana Agung
Penginjilan diawali dengan pertobatan dan diakhiri dengan tercapainya
kedewasaan rohani yang dapat dicapai hanya melalui pemuridan.
4). Pemuridan adalah kunci menuju kesehatan gereja. Kesehatan gereja
ditentukan oleh orang-orang seperti apa yang ada didalamnya, berapa
banyak diantara mereka yang telah dimuridkan dan berapa banyak yang
sedang bertumbuh serupa Yesus. Inilah kualitas gereja yang kuat dan
pemuridan adalah kunci untuk menjaga kesehatan gereja dalam jangka
panjang.
5). Pemuridan adalah strategi hebat untuk pelipatgandaan rohani. Pelipatgandaan
rohani adalah sebuah strategi yang hebat untuk memenangkan dunia. Allah
menginginkan setiap orang percaya menjadi murid Kristus dan memuridkan
orang lain yang nantinya juga akan memuridkan orang lain lagi dan hal ini
hanya dapat terjadi ketika gereja melakukan pemuridan.
6). Pemuridan merupakan tujuan utama keberadaan gereja. Tujuan utama gereja
didirikan Tuhan Yesus adalah untuk menjadi wadah terbaik dari pemuridan.
Tanpa pemuridan, gereja tidak mencapai tujuan keberadaannya.
7). Pemuridan membangkitkan pemimpin yang efektif. Kita perlu mencontoh
Tuhan Yesus dalam melahirkan para pemimpin gerejaNya yaitu melalui
pemuridan (Markus 3:14).
8). Pemuridan sangat relevan bagi kehidupan nyata. Pemuridan membawa
kekristenan masuk ke dalam tempat kita beraktifitas sehari-hari bukan hanya
dalam lingkungan gereja saja. Pemuridan dilakukan agar orang percaya
menjadi pribadi terbaik di keluarga, pekerjaan dan masyarakat sehingga
menghilangkan dikotomi antara dunia gereja dan dunia nyata.
9). Pemuridan adalah sarana yang efektif mewariskan kebenaran. Kebenaran
paling baik dikomunikasikan melalui hubungan antar sesama yang
diwujudkan dalam pemuridan.
10). Pemuridan memenuhi Hukum yang Terutama. Melalui pemuridan sejati,
diharapkan orang percaya mengalami perubahan dalam nilai-nilai
kehidupannya untuk lebih mengasihi Allah. Saat mereka mengasihi Allah,
maka mereka juga akan belajar mengasihi sesama manusia.

Agar bisa menangkap visi pemuridan ini dan menjadi gereja yang
memuridkan secara intensional maka pemimpin harus membangun visi melalui
empat proses utama :
1). Tekad kuat untuk menangkap visi Tuhan melalui proses berdoa, belajar dan
berbagi dengan pemimpin yang lain.
2). Membutuhkan waktu untuk visi meresap dalam kehidupan jemaat.
3). Membutuhkan intensionalitas untuk mengkomunikasikan visi secara berulang-
ulang dan dalam jangka waktu yang panjang. Menurut pengalaman
membutuhkan 5 - 7 tahun untuk visi meresap kuat dalam jemaat.
4). Membutuhkan partisipasi aktif dari jemaat melalui pembentukan kelompok
mentoring atau pemuridan dalam jemaat. Begitu orang merasakan manfaat
mentoring, maka mereka akan membagikan visi pemuridan kepada lebih
banyak orang dalam jemaat.
Selanjutnya agar gereja betul-betul melakukan pemuridan secara kuat,
maka akan dibutuhkan sepuluh komitmen yang dapat menjadi acuan :
1). Menjalankan Hukum yang Terutama secara radikal yang berarti mengasihi
Allah dengan segenap hati (Ulangan 6:5).
7
2). Menjalankan Amanat Agung secara radikal yang berarti bersedia melakukan
proses pemuridan seumur hidup melampaui semua tantangan yang ada.
3). Menjadikan kedewasaan rohani sebagai tujuan pertumbuhan kita.
4). Menjadikan pelipatgandaan rohani sebagai strategi pemuridan untuk
pertumbuhan Kerajaan Allah.
5). Memprioritaskan pemerlengkapan pemimpin sebagai langkah awal pergerakan
pemuridan.
6). Mengejar perubahan nilai dalam proses pemuridan sebagai hal yang penting
yang akan mengubahkan kehidupan.
7). Mengembangkan pelatihan yang disertai praktik langsung sehingga terjadi
pemahaman yang kuat tentang pemuridan.
8). Mempertahankan hal-hal yang mendasar melalui mengajar orang untuk setia
dalam doa, persekutuan dan penginjilan untuk menguatkan kerohanian
mereka.
9). Memiliki struktur berbasis kelompok sel.
10). Menjadikan akuntabilitas sebagai katalis untuk pertumbuhan bersama
saudara seiman.

Bagian 3. Memahami Strategi Alkitabiah


Dalam melakukan pemuridan yang intensional, maka kita harus memahami
strategi yang Alkitabiah. Strategi pertama dari pemuridan adalah bahwa kita harus
memahami : mandat mendahului misi. Dalam Keluaran 18:20, teks terkenal tentang
kepemimpinan, kita dapat belajar sbb :"Kemudian haruslah engkau mengajarkan
kepada mereka ketetapan-ketetapan dan keputusan-keputusan, dan
memberitahukan kepada mereka jalan yang harus dijalani, dan pekerjaan yang
harus dilakukan." "Pekerjaan yang harus dilakukan" adalah misi. "Jalan yang harus
dijalani adalah mandat". Sebelum melakukan misi (pekerjaan-pekerjaan) maka kita
harus memahami mandat (perintah, alasan, dasar filosofi) dari suatu hal. Mandat
pemuridan adalah tentang Hukum yang Terutama yaitu mengasihi Allah dan
sesama. Selanjutnya untuk bisa menjalani pemuridan yang intensional maka
kita harus memahami tujuan kedewasaan rohani. Dalam 1 Timotius 1:5, Paulus
berhasil mengkristalkan tiga aspek kedewasaan rohani yaitu :
1). Bercirikan kasih. Kasih yang dimaksud adalah kasih sejati yang oleh Paulus
disebut : "kasih yang timbul dari hati nurani yang murni". Kasih ini tidak posesif
atau egois namun juga tidak abai kepada kesalahan.
2). Bercirikan hati nurani yang murni. Hati nurani yang dimaksudkan adalah bukan
sekadar tidak melakukan kesalahan (= hati nurani yang bersih) tetapi juga
melakukan hal yang baik yang seharusnya dilakukan. Hasilnya adalah pilihan
sikap yang jelas, serta kemampuan menolak yang salah dan memilih yang benar
sebagai tanda kedewasaan rohani.
3). Bercirikan iman yang tulus ikhlas. Tujuan pemuridan bukan hanya transfer
informasi dan akumulasi pengetahuan tetapi transformasi kehidupan menuju
kedewasaan rohani yang berdasar pada landasan iman yang kuat.
Pemahaman Alkitabiah berikutnya yang harus dibangun adalah empat
keyakinan tentang Amanat Agung (Matius 28:19-20) sebagai berikut :
1). Pemuridan adalah jantung dari setiap gereja yang harus dijalankan dengan
intensional sebagai sebuah perintah wajib, bukan pilihan.
2). Allah menghendaki pemuridan bersifat global, untuk segala bangsa sehingga
untuk itu harus ada dorongan misiologi.

8
3). Allah menghendaki pemuridan dilakukan setiap orang percaya, bukan hanya
kelompok tertentu.
4). Allah bermaksud menjadikan segala bangsa muridNya di sepanjang waktu
hingga kedatangan Kristus kembali.
Dalam menjalankan pemuridan khususnya di abad 21, ada 7 hal yang perlu
disesuaikan sehingga kita bisa memuridkan dengan efektif yaitu :
1). Dari wejangan rohani menjadi bimbingan rohani dimana murid dimentor untuk
melakukan firman Tuhan. Dalam proses pembimbingan rohani ini, kebutuhan
konseling yang alkitabiah untuk menyembuhkan luka masa lalu serta
memutuskan belenggu masa lalu adalah hal yang penting.
2). Pemuridan satu tingkat menjadi pemuridan bertingkat. Dengan luasnya lingkup
pelayanan di gereja, maka dibutuhkan pemuridan yang berjenjang yang dapat
dilakukan selain di kelas juga di dalam kelompok sel.
3). Dari pemuridan berorientasi program menjadi pemuridan berorientasi orang.
Dengan memahami keunikan setiap orang maka pemuridan dapat dilakukan
dengan dua cara : pemuridan dalam kelas dengan kurikulum tertentu dan juga
interaksi antar pribadi (mentoring).
4). Dari pemuridan di ruang kelas menjadi pemuridan di kehidupan nyata. Harus ada
upaya yang disengaja untuk mengintegrasikan dan menerapkan apa yang telah
dipelajari dalam kehidupan nyata sehingga ada perubahan yang terjadi.
5). Dari perubahan diluar saja menjadi perubahan nilai dalam diri. Pemuridan harus
membawa perubahan nilai di dalam diri secara total yang mentransformasi
kehidupan. Tidak cukup hanya mengetahui kebenaran sebab kebenaran yang
dipraktekkanlah yang akan mengubah kehidupan.
6). Dari pelajaran teologis ke perenungan teologis. Program pemuridan perlu lebih
mendalam dari tentang "apa" (fakta) dan "bagaimana" (keterampilan) menjadi
"mengapa"(alasan) sehingga orang percaya menjadi orang yang terbiasa dengan
pemikiran kritis berdasarkan perenungan teologis yang akan membawa mereka
kepada pengenalan akan Kristus yang kuat.
7). Dari manajemen pelayanan menjadi manajemen kehidupan. Dalam pemuridan
abad 21, orang perlu dilatih bukan hanya untuk tujuan pelayanan saja tetapi butuh
dilatih untuk mengelola kehidupan dengan cara memimpin diri sendiri sehingga
dapat bertanggungjawab dalam setiap aspek hidupnya sebelum melayani Tuhan
dan sesama.
Dalam membangun gereja yang intensional memuridkan maka kita perlu
membangun nilai-nilai pemuridan sebagai berikut :
1). Yesus akan segera datang kembali, mungkin hari ini.
2). Karena Yesus akan segera datang kembali tugas yang harus segera dituntaskan
adalah penginjilan dunia.
3). Kunci penginjilan dunia adalah komunitas yang intensional.
4). Agenda pemuridan yang terpenting adalah menjadi seorang murid Yesus yang
radikal sebagaimana catatan Perjanjian Baru.
5). Hidup sebagai murid Kristus itu bukan suatu pilihan bagi sekelompok rohaniwan
tetapi bagi semua anggota gereja.
6). Hidup sebagai murid Kristus tidak terjadi secara otomatis namun dibentuk melalui
upaya intensional untuk membentuk murid yang tertentu.
7). Hidup sebagai murid Kristus adalah sebuah perjalanan yang memulihkan dan
membaharui kehidupan.
8). Hidup sebagai murid Kristus adalah hidup yang mengalami terobosan di dalam
Tuhan, di mana kita meninggalkan cara hidup kita yang lama.
9
9). Dunia terpenting yang kita hidupi adalah dunia yang tak kelihatan di mana firman
Allah menjadi fondasi dalam menjadi murid Kristus.
10). Kebenaran tidak mengubah hidup, hanya kebenaran yang diterapkanlah itu
yang mengubahkan hidup.
11). Mandat harus melalui mendahului misi, di mana murid harus tinggal dalam
Kerajaan sang Raja sebelum kerajaannya diperluas. Amanat Agung adalah
panggilan untuk menyelaraskan diri dengan Allah.
12). Keserupaan dengan Kristus adalah ciri utama yang menandai kehidupan
seorang murid Kristus.
Dalam melakukan pemuridan yang berhasil maka dibutuhkan proses
mentoring, dimana mentoring adalah kunci untuk pertumbuhan dan pembaharuan.
Istilah mentoring digunakan karena implikasinya yang lebih luas untuk
pengembangan kepemimpinan. Definisi mentoring adalah sebuah investasi hidup
yang memberdayakan dalam sebuah relasi yang dapat dipertanggungjawabkan,
dimana melalui relasi tersebut ada pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
dicontohkan dan diajarkan secara efektif sehingga terjadi transformasi hidup.
Mengapa mentoring itu penting sebab :
1). Mentoring itu mengubahkan hidup. Melalui mentoring yang berfungsi sebagai
sistem pendukung pribadi bagi orang yang dibimbing, para murid bertumbuh lebih
lagi.
2). Mentoring itu penting karena menolong mentor juga untuk tumbuh. Yang
dibimbing dan yang membimbing saling mengawasi dan memberikan dorongan
sehingga sama-sama bertumbuh. Selain itu mentoring menolong para mentor
untuk selalu segar dalam pelayanan mereka.
3). Mentoring itu penting karena memperkuat basis kepemimpinan dalam pelayanan.
Kita perlu memperbanyak orang-orang yang dapat memimpin bersama dengan
kita dan pembentukan paling baik para pemimpin dilakukan dalam lingkup
hubungan antar pribadi. Melalui mentoring orang yang dibimbing keluar dari zona
nyaman dan dapat bertumbuh lebih baik.
4). Mentoring itu penting karena merupakan sebuah investasi yang paling
menguntungkan. Investasi hidup ini luar biasa penting dan alkitabiah karena
melalui mentoring akan membawa banyak manfaat dalam kelanjutan organisasi di
masa depan.
Ada 7 prinsip untuk menolong mentoring yang efektif yaitu :
1). Mentoring itu lebih banyak tentang siapa diri kita daripada apa yang kita lakukan.
Melalui proses mentoring kita membentuk orang dengan kualitas hidup seperti
pementor. Oleh karena itu "siapa" harus mendahului "apa". Melalui teladan
sehari-hari nilai hidup dibagikan dan inilah yang namanya transfer hidup.
2). Seleksi adalah kunci mentoring. Tidak semua orang siap dan harus dibimbing
sebab itu kita harus berdoa sungguh-sungguh saat memilih orang yang akan
dibimbing. Carilah orang yang bisa sehati dan sepikir dengan anda.
3). Kejarlah perubahan nilai. Pendekatan mentoring adalah perubahan dari dalam
keluar dimana mentoring mengejar perubahan batin dari dalam diri seseorang
yang dihasilkan oleh keyakinan orang tersebut terhadap apa kata Alkitab. Firman
Allah menjadi nilai utama.
4). Memberi teladan adalah jantung mentoring. Manfaat memberi teladan adalah
teladan akan menjelaskan segalanya, sehingga memberi teladan itu sangatlah
penting. Selain itu teladan akan membangun kredibilitas dan menciptakan relasi
yang kuat antara pembimbing dan orang yang dipimpinnya. Yesus sendiri
menunjukkan teladan melalui pembasuhan kaki murid-muridnya.
10
5). Terapkan prinsip "Bersama Dia". Jangan pernah membimbing tanpa kehadiran
Allah. Selain itu dalam membimbing kita perlu menerapkan prinsip "bersama dia"
yang artinya menginvestasikan waktu dalam momen informal yang dilewati
bersama. Kita perlu pergi bersama, luangkan waktu bersama karena dinamika
nonformal diperlukan untuk memuridkan secara holistik sehingga hubungan lebih
kuat.
6). Bimbinglah orang secara holistik. Untuk membentuk pemimpin secara
intensional, kita perlu melakukan mentoring yang lebih intensif meliputi
pembinaan rohani misalnya disiplin-disiplin rohani, fondasi teologis (misalnya :
cara pandang hidup yang alkitabiah), keterampilan strategis (misalnya : isu
kepemimpinan, manajemen waktu dan hidup).
7). Berdoa itu bekerja. Tugas mentoring sesungguhnya melampaui kemampuan kita.
Kita membutuhkan pertolongan Tuhan dan itulah sebabnya kita harus berdoa bagi
orang-orang yang kita mentor.
Ada 8 prinsip fundamental dari Matius 5 - 7 yang dapat dipakai sebagai
kurikulum inti untuk memuridkan yaitu :
1). Teologi yang alkitabiah. Bagian ini membahas pertanyaan tentang : "siapakah
Allah?" Melalui khotbah di bukit Yesus memberi tahu kita Allah seperti apa yang
kita sembah. Teologi yang alkitabiah akan menanamkan di dalam diri kita
pandangan yang tinggi tentang pribadi Allah dan membangkitkan sukacita kita
untuk mengabdi kepada Allah.
2). Pengabdian yang alkitabiah. Bagian ini membahas pertanyaan : "siapakah Tuan
atas hidup saya?" Ketuhanan Yesus Kristus adalah tema utama Perjanjian Baru
dan pemberitaannya memanggil kita untuk menundukkan diri sepenuhnya di
bawah ketuhanan Yesus dalam semua bidang kehidupan kita. Ketika kita
melakukan pengabdian yang alkitabiah maka hal ini membawa kita untuk memiliki
identitas diri yang alkitabiah
3). Identitas yang Alkitabiah. Bagian ini membahas pertanyaan: "Siapakah diri
saya?". Identitas merupakan sebuah kata yang lahir dalam konteks relasi dengan
pribadi yang lain dalam hal ini Tuhan Yesus Kristus. Pemuridan adalah sebuah
perjalanan untuk memulihkan identitas kita sehingga pemahaman akan identitas
yang benar akan membuat kita mengerti tujuan hidup kita.
4). Tujuan yang Alkitabiah. Bagian ini membahas pertanyaan : "apa panggilan hidup
saya?". Identitas yang benar akan membawa kita menemukan tujuan yang benar
yaitu menuju panggilan yang luar biasa di dalam Tuhan 
5). Nilai-nilai yang alkitabiah. Bagian ini membahas pertanyaan : "apa yang
terpenting dalam hidup saya?". Kata nilai-nilai berkaitan erat dengan tujuan. Kita
tidak bisa mengenali apa saja nilai yang kita anggap penting tanpa mengetahui
apa sebenarnya tujuan hidup kita. Saat tujuan kita diselaraskan dengan tujuan
Allah, nilai-nilai hidup kita pun diubahkan dan pembentukan karakter akan
menjadi nilai yang utama dalam hidup kita. Karakter kita yang dibentuk oleh nilai-
nilai yang alkitabiah adalah hal penting bagi Allah.
6). Prioritas yang alkitabiah. Bagian ini membahas pertanyaan : "apa yang harus
saya lakukan?".   Prioritas dalam hidup seseorang menunjukkan nilai-nilai yang di
pegang dalam hidupnya. Prioritas yang benar menolong kita menata waktu dan
sumber daya yang kita miliki. Prioritas-prioritas yang berdasarkan Alkitab akan
membawa hidup kita diberdayakan sesuai dengan Alkitab.
7). Pemberdayaan yang alkitabiah. Bagian ini membahas pertanyaan : "bagaimana
agar hidup saya berdaya guna?" Ketika prioritas hidup kita jelas, maka hidup kita
akan berdayaguna. Supaya selalu berdaya guna, ada tiga lapis pemberdayaan
11
yang disediakan Allah yaitu : pemberdayaan oleh Roh Kudus, pemberdayaan oleh
Gereja (komunitas rohani) dan pemberdayaan oleh disiplin-disiplin rohani yang
berakar dalam firman Allah yang kudus. Pemberdayaan yang demikian akan
menolong kita memiliki fondasi alkitabiah yang kokoh.
8). Fondasi yang alkitabiah. Bagian ini membahas pertanyaan : "di atas dasar apa
saya harus membangun hidup?" fondasi yang benar di dalam firman Allah akan
membawa kita kepada prinsip yang pertama yaitu teologi yang alkitabiah karena
dasar dari segala teologi yang benar adalah Firman Allah.
Selanjutnya ada empat hal pengamatan yang penting terhadap kurikulum
diatas yaitu :
1). Kurikulum inti ini bersifat fundamental artinya merupakan hal-hal yang penting
bagi setiap murid Kristus di dalam zaman ini.
2). Kurikulum ini bersifat progresif artinya kurikulum ini tidak berdiri sendiri-sendiri
tetapi progresif dan berkembang secara bertahap. Tiap aspek dibangun diatas
aspek sebelumnya dan saling berkaitan erat satu sama lain.
3). Kurikulum inti ini bersifat diagnostik artinya dapat membantu menemukan akar
masalah dalam hidup seorang murid. Untuk mengetahui akar masalah, mundurlah
selangkah berlawanan dengan arah jarum jam pada siklus kurikulum inti.
4). Kurikulum inti ini bersifat preskriptif selain dapat menemukan sumber masalah,
kurikulum ini juga menyediakan solusi masalah, caranya adalah dengan mundur 2
langkah dalam kurikulum inti sebagai langkah pemecahan masalah dalam hidup
seorang murid.

Bagian 4. Menetapkan Hasil yang Hendak Dicapai


Pemuridan yang alkitabiah harus menetapkan hasil-hasil yang akan dicapai
yaitu tentang pembentukan karakter. Menurut Edmund Chan, ada enam karakter
yang penting untuk dibentuk yaitu : penyerahan diri, pengabdian, kerendahan hati,
kelemahlembutan, kekudusan dan kasih. Hasil yang akan dicapai berikutnya melalui
pemuridan adalah lahirnya ciri-ciri murid Kristus sesuai Perjanjian Baru yaitu :
1). Murid sejati yang berakar dalam firman Tuhan (Yohanes 15:7; Matius 7:24-27)
2). Murid sejati yang menundukkan diri sepenuhnya terhadap ketuhanan Yesus.
3). Murid sejati yang hidup didalam kasih (Yohanes 13:34-35)
4). Murid sejati yang berbuah banyak (Yohanes 15:5)
5). Murid sejati yang memperlengkapi orang lain dan berlipat ganda (Efesus
4:12).
Hasil yang lain yang diharapkan dari pemuridan adalah pemuridan akan
membentuk cara pandang kita yang sesuai Alkitab. Cara pandang adalah arah
pemikiran kognitif, berdasarkan pra-anggapan seseorang tentang realitas, dari
sebuah sudut pemahaman atau sistem kepercayaan tertentu, yang
mempengaruhi cara kita memaknai keberadaan kita dan dunia tempat kita
tinggal. Cara pandang kita akan menentukan bagaimana kita berpikir dan
menjalani hidup. Ketika seorang murid memiliki cara pandang alkitabiah maka dia
mampu menjalani hidup sesuai kehendak Tuhan. Bagaimana kita dapat
membangun cara pandang yang alkitabiah? Ada tiga hal berikut yaitu :
1). Bangunlah murid-murid yang berpusat pada Kristus dalam cara pandang
mereka. Yesus adalah cara pandang kita yang sempurna untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan besar dalam kehidupan sebab Yesus adalah wahyu
terakhir dari Allah (Ibrani 1:1-3).
2). Membina murid-murid yang berpusat pada Kerajaan Allah dalam cara
pandang mereka. Tema sentral pengajaran Yesus adalah Kerajaan Allah. Kita
12
dipanggil untuk hidup di dalam Kerajaan Allah sehingga secara tidak langsung
hal ini mempengaruhi bagaimana kita menjalani panggilan sebagai murid
Kristus di dunia ini.
3). Membina murid-murid yang berpusat pada Firman dalam cara pandang
mereka. Cara pandang yang Alkitabiah itu pertama-tama dan terutama
haruslah alkitabiah. Cara pandang ini dibentuk oleh firman Allah dan bukan
oleh dunia. Kita harus memuridkan gereja agar berakar kuat di dalam Kitab
Suci sehingga menjadi orang-orang yang kuat di dalam firman Allah.
Berikutnya hasil yang lain dari pemuridan adalah membentuk sikap
melayani. Tidak ada murid Kristus tanpa sikap pelayanan. Yesus sendiri datang
untuk melayani dan bukan dilayani. Melalui pemuridan kita dibentuk serupa
Kristus dan makin serupa dengan Yesus, kita makin menjadi pelayan sejati. Hasil
lain yang diharapkan dari pemuridan adalah membentuk sikap penatalayanan.
Uang adalah topik yang penting dalam pemuridan. Melalui  pemuridan dibangun
sikap penatalayanan terhadap segala berkat yang sudah Tuhan berikan sehingga
dapat dipakai untuk pelebaran Kerajaan Allah. 

Bagian 5. Menyelesaikan Misi


Untuk menyelesaikan misi pemuridan maka akan dibutuhkan
kepemimpinan yang kuat. Kepemimpinan paling terlihat bukan dalam keputusan
yang dibuat tetapi dalam hasil yang dicapai. Akan ada banyak tantangan dan
halangan yang harus diselesaikan untuk pemulihan yang intensional. Untuk itu
setidaknya ada empat hal yang harus   dimiliki pemimpin pemuridan yaitu : 
1). Setiap pemimpin yang memuridkan harus mengenal zamannya. Seorang
pemimpin harus mengenali zamannya dan hidup dengan penuh tujuan. Para
pemimpin harus mengenali waktu dan kesempatan luar biasa yang diberikan
kepada mereka untuk menyentuh dunia ini bagi kekekalan.
2). Setiap pemimpin yang memuridkan harus mengenali panggilannya.  Setiap
pemimpin memiliki misi atau pelayanan yang berbeda. Ada yang dipanggil
menjadi pemimpin dalam pendidikan teologi, ada yang dipanggil menjadi
pemimpin gereja atau pemimpin dalam dunia kerja. Apapun pelayanan yang
menjadi tugas kita, ada sebuah panggilan Allah yang seharusnya mendasari
pelayanan kita yaitu : secara intensional menjadikan orang sebagai murid
Kristus. Memuridkan bukanlah salah satu pilihan dari berbagai macam
kebutuhan pelayanan yang ada, melainkan panggilan utama yang diberikan
Allah. Tanpa pemuridan intensional, apapun yang kita lakukan dalam bidang
pelayanan kita, tidak akan dapat terus berlanjut. Melalui pemuridan,  kita
meneruskan keyakinan-keyakinan kita, iman kita, dan pelajaran-pelajaran
kehidupan yang kita peroleh saat melangkah dalam iman. Ini semua adalah
warisan yang berharga. 
3). Setiap pemimpin yang memuridkan harus mengenali pekerjaannya.  Tugas
pertama seorang pemimpin adalah tugas yang bersifat pribadi yaitu menjaga
ketulusan hati sebagai penyembah Allah, hidup jujur dan penuh integritas.
Tugas berikutnya dalam aspek publik adalah membangun visi. Dalam
membangun visi ada empat tahap yang perlu dikerjakan yaitu : pemimpin
menangkap visi, membagikan visi, mewujudkan visi, mengamanatkan visi. Jadi
pekerjaan pemimpin adalah membangun organisasi dengan dua aspek penting
yaitu karakter dan kompetensi.
4). Setiap pemimpin yang memuridkan harus mengenal Allah. Pemimpin tidak
boleh hidup dalam keraguan. Kunci kepemimpinan efektif adalah pengambilan
13
tindakan yang tegas yang mana hal ini harus didasarkan pada pengenalan
akan Allah dalam hidup pemimpin. Bagi para pemimpin Kristen, pengenalan
akan Allah menggerakkan mereka untuk mengambil tindakan tegas. 
Ada proses-proses yang seharusnya dilakukan para pemimpin untuk
mewujudkan visi yaitu :
1). Memimpin dengan retorika. Untuk menjelaskan dan menyampaikan visi para
pemimpin biasanya mengkhotbahkan, membicarakan, membahasnya secara
intensional dan mencari berbagai cara untuk membuat orang menangkap visi.
Memimpin dengan retorika adalah hal yang paling umum dan paling alamiah
untuk dilakukan.
2). Memimpin dengan memperlengkapi. Langkah kedua bagi kepemimpinan yang
efektif adalah bergerak dari proses menjelaskan menuju proses
memperlengkapi. Memperlengkapi adalah satu peran penting dari
kepemimpinan gereja. Jemaat bukan hanya butuh diberitahu tentang apa yang
harus dilakukan, tetapi juga perlu memahami “mengapa”  dan “bagaimana”
melakukan suatu hal. 
3). Memimpin dengan teladan. Teladan membuat segala sesuatu menjadi jelas
dan menginspirasi. Untuk memimpin sebuah gereja yang memuridkan,
pendeta harus secara pribadi dan intensional ikut memuridkan.
4). Memimpin dengan mobilisasi. Pemimpin harus menggerakkan jemaat untuk
ikut melaksanakan visi melalui mobilisasi. Mobilisasi menunjukkan keberanian
untuk bergerak dari langkah penyampaian visi kepada langkah untuk
mewujudkannya dengan partisipasi aktif segenap jemaat.
5). Memimpin dengan menata infrastruktur. Infrastruktur terbaik untuk pemuridan
adalah kelompok-kelompok kecil. Melalui kelompok kecil pemuridan jemaat
dilakukan. 
6). Memimpin dengan mendorong. Untuk mewujudkan visi pemimpin perlu
mendorong dengan memberikan kata-kata penyemangat. Pemimpin rohani
mengarahkan orang-orang kepada taat kepada Allah untuk menyelesaikan visi
pemuridan. 
7). Memimpin dengan memberdayakan. Kunci untuk memimpin gereja yang
memuridkan adalah berfokus pada melipatgandakan pemimpin. Libatkanlah
orang-orang yang kerohaniannya dewasa untuk terlibat dalam kepemimpinan,
memuridkan, dan mengutus mereka untuk memimpin jemaat menuju visi. 
Bagian terakhir untuk rencana penyelesaian visi adalah kita harus
mempersiapkan suksesi yang intensional.  Seringkali pelayanan yang baik tidak
berlanjut lagi karena tidak ada suksesi kepemimpinan. Berikut delapan prinsip
suksesi kepemimpinan yaitu :
 1). Bangunlah keyakinan untuk mempersiapkan suksesi. Belajar berpikir
melampaui satu generasi bahkan dua generasi sebab ujian kepemimpinan
terletak pada generasi ketiga.
2). Tanamkan harapan yang realistis. Transisi kepemimpinan memang bukan
perkara yang mudah tetapi kita tidak dapat menantikan kondisi yang sempurna
terjadi dulu baru melakukan pergantian kepemimpinan. 
3). Belajarlah dari yang lain baik kegagalan ataupun kesuksesan orang lain.
Pelajari apa yang bermanfaat dan apa yang perlu dihindari. 
4). Buatlah rencana suksesi dan jadikan itu sebagai panduan. Ada tiga
pertanyaan mendasar yang harus dipertimbangkan dan diputuskan yaitu :
Kapan waktu yang tepat untuk mengundurkan diri? Siapakah orang yang tepat
untuk dipanggil, dari dalam atau dari luar? Haruskah pendahulunya tetap
14
berada dalam organisasi? Tim kepemimpinan harus  memutuskan apa yang
sesuai dengan kebutuhan mereka. 
5). Tanamkan budaya mentoring. Bimbinglah para penerus melalui tugas-tugas
yang membangun contohnya menjadi ketua panitia salah satu kegiatan dll.
6). Ambillah peran yang baru. Para pendahulu harus belajar untuk melepaskan
hak-hak istimewa dan status terhormat yang tadinya melekat, sebaliknya para
penerus harus belajar untuk mengambil alih masalah dan lingkup tugas
kepemimpinan. 
7). Tetapkan aturan-aturan keterlibatan dengan jelas. Aturan pertama adalah
memperkenalkan budaya saling menghormati dimana penerus menghormati
warisan yang ditinggalkan oleh pendahulu dan pendahulu menghormati inisiatif
baru penerusnya.
8). Bertumbuhlah lebih besar dari kursi yang anda tempati. Kepribadian anda
lebih besar dari posisi anda. Ketika hal ini dipahami maka serah terima tugas
kepemimpinan menjadi lebih mudah. 

15

Anda mungkin juga menyukai