Anda di halaman 1dari 22

BAHAN UJIAN KATEKESE KELAS XI

 Memahami Jenis Katekese


1. Pendahuluan
Dasar kegiatan katekese adalah “penugasan Kristus kepada para rasul dan pengganti-
pengganti mereka”. Dalam Mat. 28:19-20 Yesus mengutus para rasul. Ia bersabda “pergilah”,
“jadikanlah semua bangsa murid-Ku”, “baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan
Roh Kudus”, dan “ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan
kepadamu”. Dalam tafsir Injil Matius dijelaskan bahwa tugas para rasul mencakup pewartaan
awal kepada orang yang belum mengenal Tuhan, pengajaran kepada para katekumen, dan
pengajaran kepada orang yang telah menjadi anggota Gereja agar iman mereka lebih
mendalam dan dewasa.
Tujuan definitif katekese adalah bukan hanya membuat orang saling berkontak,
melainkan juga membuat orang berkontak dalam kesatuan dan kemesraan, dengan Yesus
Kristus. Segala kegiatan mewartakan Kabar Gembira dimengerti sebagai usaha mempererat
kesatuan dengan Yesus Kristus. Mulai dengan pertobatan ‘awal’ seseorang kepada Tuhan
yang digerakkan oleh Roh Kudus melalui pewartaan Injil yang pertama, katekese berusaha
mengukuhkan dan mematangkan kesetiaan pertama ini.
Arti luas dari katekese adalah “katekese dimengerti sebagai pengajaran,
pendalaman, dan pendidikan iman agar seorang Kristen semakin dewasa dalam iman, jadi
katekese biasanya diperuntukan bagi orang-orang yang sudah dibaptis di tengah umat yang
sudah Kristen. Sedangkan arti sempit dari katekese adalah katekese sebagai pengajaran
bagi para calon baptis. Pengertian ini lebih terarah pada pengertian lama, terutama pada
masa Gereja Purba.”

Ditinjau dari segi penyajiannya, katekese dapat dibedakan dalam 3 bentuk, yaitu:
“pertama, Bentuk praktis: Bentuk ini mengarahkan peserta katekese untuk bergiat dan rajin
mempraktekkan kehidupan agamanya, seperti rajin beribadah, rajin berdoa, dan berdevosi,
serta bergairah menghadiri perayaan Ekaristi dan perayaan lainnya. Sumber utamanya
adalah liturgi Gereja. Kedua, Bentuk historis: Bentuk ini memperdalam pengenalan umat
akan sejarah penyelamatan dari pihak Allah, yang diawali dengan janji-janji mesianis
dalam Perjanjian Lama dan memuncak dalam pribadi Yesus Kristus dalam Perjanjian
Baru. Sumber utamanya adalah Kitab Suci. Ketiga, Bentuk sistematis: Bentuk ini
menyajikan kepada umat ajaran teologis dan dogmatis yang tersusun secara sistematis,
singkat, dan padat. Sumber utamanya adalah buku Katekismus.”
Dalam pelaksanaan kegiatan katekese, ada beberapa istilah yang digunakan untuk
mempermudah memahami arti dan makna katekese itu, yaitu:
a). “Katekismus: adalah buku pelajaran iman yang isinya berbentuk tanya jawab. Secara
umum diketahui bahwa dalam sejarah baru terdapat 2 buah Katekismus Universal dalam
Gereja Katolik yakni “Katekismus Trente 1566, hasil dari Konsili Trente. Katekismus
Gereja Katolik, yang dimaklumkan pemakaiannya oleh Sri Paus Yohanes Paulus II pada
tahun 1992. Katekismus universal yang kedua ini telah diterjemahkan ke dalam Bahasa
Indonesia dengan judul Katekismus Gereja Katolik, oleh P. Herman Embuiru, SVD.
b). Katekese: pembinaan iman
c). Katekumen: calon babtis, orang-orang yang belajar percaya.
d). Katekumenat: masa persiapan calon babtis, umumnya selama 1 tahun.
e). Katekis: pembina iman atau guru iman. Katekis dapat dibagi menjadi dua bagian yakni:
yang pertama adalah Katekis Paroki yang bertanggungjawab atas umat di seluruh Paroki,
dan kedua adalah Katekis Wilayah yang bertugas atas sejumlah stasi.
f). Kateketik: ilmu pendidikan agama atau ilmu bina iman, yang mempelajari segala
sesuatu yang berkaitan dengan katekese dan pedampingan umat.
g).Kateket: sebutan untuk para pakar di bidang ilmu Kateketik.
Dengan kata lain, katekese adalah usaha-usaha dari pihak Gereja untuk menolong
umat agar semakin memahami, menghayati dan mewujudkan imannya dalam kehidupan
sehari-hari. Di dalamnya terdapat unsur pewartaan, pengajaran, pendidikan, pendalaman,
pembinaan, pengukuhan serta pendewasaan. Metode yang sesuai perlu dicarikan agar
katekese dalam berbagai bentuknya bergema dalam hati pendengar dan berbuah nyata.
Kegiatan katekese yang berdasar pada penugasan dan perutusan Yesus Kristus
mendorong Gereja untuk menjadi ujung tombak pewartaan. Penugasan dan pewartaan Gereja
dalam rangkaian kegiatan katekese melahirkan dua jenis katekese yang secara umum
dipergunakan dalam lingkungan Gereja Katolik Indonesia. Adapun jenis-jenis katekese yang
berkembang dan digunakan dalam wilayah Gereja Katolik Indonesia ialah Katekese
Pengajaran dan Katekese Umat. dalam penerapan kedua jenis katekese di atas, perlu
diperhatikan beberapa hal penting untuk mendukung seluruh rangkaian kegiatan katekese dan
mampu mencapai tujuan katekese. Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:
 Dalam kegiatan belajar mengajar, mendidik dan membentuk serta menghayati iman,
baik pembimbing maupun peserta harus menghayati dan saling membimbing untuk
berjalan bersama.
 Penekanan dalam kegiatan katekese ini adalah penghayatan iman yang utuh. Tidak
cukup bagi pembimbing dan peserta sekedar memiliki pengetahuan akan sejarah.
 Kelompok katekese harus mengembangkan iman secara bersama, bukan sendirian
agar dapat mencapai penghayatan iman yang memadai dan mumpuni.
 Pengajaran teori dan praktik dalam penghayatan iman itu berjalan bersama, tidak
benar jika hanya diberikan teori saja atau kegiatan praktik saja. Keduanya harus
berjalan seimbang.
 Kesaksian hidup lahirah pewarta/fasilitator katekese harus berdasarkan kenyataan dan
keyakinan hidup harian.
 Kesaksian hidup para pewarta sejatinya mewartakan Sabda Tuhan.
 Pewarta harus memiliki sikap sama rasa dengan peserta agar peserta mampu
menangkap Sabda Allah secara utuh.
1. Katekese Pengajaran
1.1 Materi Katekese Pengajaran
Katekese dimengerti sebagai pengajaran, pendalaman, dan pendidikan iman agar
seorang kristen semakin dewasa dalam iman, jadi katekese biasanya diperuntukan bagi orang-
orang yang sudah dibaptis di tengah umat yang sudah kristen. Namun pada prakteknya,
terutama pada masa Gereja Purba, katekese dimengerti sebagai pengajaran bagi para calon
baptis ini merupakan arti sempit dari katekese. Sedangkan Gereja masa kini menempatkan
katekese untuk pengertian yang lebih luas. Fokus utama katekese pengajaran ialah
penginjilan dan pelayanan sabda Allah secara lebih mendalam. Dalam hal ini, proses katekese
yang bertujuan mematangkan dan mendewasakan iman harus dilaksanakan secara sadar dan
terencana dengan penuh tanggung jawab.

Dalam hal ini katekese harus menjadi suatu kegiatan pengembangan iman yang
lebih kontekstual. Proses katekese adalah proses pendidikan iman yang membebaskan.
Dalam proses katekese setiap pribadi dihargai martabatnya sederajat, di mana setiap orang
bebas mengungkapkan pengalaman imannya tanpa rasa takut. Dalam hal ini setiap
pengalaman iman dari masing-masing pribadi harus dilihat sebagai pengalaman yang dapat
memperkaya sesamanya dalam proses berkatekese. Katekese diharapkan membangun iman
yang “terlibat’.
Selain itu, katekese pengajaran juga fokus pada karya sabda yang menguatkan iman
dan menjadi pedoman hidup bersama dalam sebuah jemaat. Dengan kata lain, katekese
pengajaran menitikberatkan fokus pada karya pelayanan dan pengajaran berdasarkan pada
injil dan ajaran Gereja, dengan inti pelayanan kepada penguatan iman dan secara tersirat
untuk meningkatkan kekuatan dan keyakinan akan iman kepada Allah Tritunggal.

Gereja senantiasa menganggap katekese sebagai salah satu dari kewajiban


fundamental, yang berasal dari perintah terakhir Kristus yang bangkit: menjadikan semua
orang murid-Nya dan mengajari mereka melakukan segala sesuatu yang telah diajarkan-
Nya. Dalam katekese, yang diajarkan kepada para katekumen adalah Kristus, Sang Sabda
yang menjadi Daging dan Putra Allah serta segala sesuatu yang bertalian dengan-Nya.
Dalam katekese perlu disadari bahwa Kristus sendiri adalah guru kita. Semua guru lainnya
adalah juru bicara Kristus, orang-orang yang percaya akan ajaran Kristus yang
dimaklumkannya. Oleh karena itu, setiap kegiatan katekese pengajaran terarah pada aksi
membantu, membimbing dan mengarahkan umat pada karya penyelamatan Allah dan
mewartakan kerajaan-Nya di muka bumi.
1.2 Tujuan Katekese Pengajaran
Tujuan kegiatan katekese pengajaran dapat ditemukan dalam beberapa dokuen Gereja
yang menjelaskan katekese sebagai tugas pewartaan. Adapun tujuannya antara lain:

2.2.1 Direktorium Kateketik Umum (1971)

 Katekese merupakan salah satu bentuk pelayanan sabda, yang bertujuan membuat
iman umat hidup, dasar, dan aktif lewat cara pengajaran.(DKU. 17)
 Dalam ruang lingkup kegiatan pastoral, istilah katekese diartikan sebagai karya
gerejani, yang menghantarkan kelompok maupun perorangan kepada iman yang
dewasa.(DKU. 21)
 Katekese terpadu dengan karya-karya pastoral Gereja yang lain, tetapi sifat khasnya,
yakni sebagai inisiasi, pendidikan, dan pembinaan, tetap dipertahankan.(DKU. 31)
 Isi katekese adalah wahyu Allah, misteri Allah dan karya-karya-Nya yang
menyelamatkan, yang terjadi dalam sejarah umat manusia. (DKU. 37)

2.2.2. Evangelii Nuntiandi

 Evangelisasi adalah rahmat dan panggilan khas Gereja, merupakan jati dirinya yang
paling dasar. Gereja ada untuk mewartakan injil.(EN. 14)
 Bagi Gereja penginjilan berarti membawa Kabar Baik kepada segala tingkat
kemanusiaan, dan melalui pengaruh Injil mengubah umat manusia dari dalam dan
membuatnya menjadi manusia baru.(EN. 18)
 Injil harus diwartakan melalui kesaksian hidup (EN. 21)
 Kabar Baik yang diwartakan dengan kesaksian hidup cepat atau lambat haruslah
diwartakan dengan Sabda Kehidupan. Dan segi yang penting dari pewartaan Sabda
Kehidupan adalah kotbah dan katekese. (EN. 22)

2.2.3. Catechesi Tradendae

 Penyelenggaraan katekese oleh Gereja selalu dipandang sebagai salah satu tugas yang
amat penting, yang disadari oleh tugas perutusan dari Yesus sendiri kepada para
murid-Nya (CT.1)
 Katekese yang otentik seluruhnya berpusat pada Kristus (CT.5)
 Katekese ialah pembinaan anak-anak, kaum muda dan orang-orang dewasa dalam
iman, yang khususnya mencakup penyampain ajaran Kristen, yang pada umumnya
diberikan secara organis dan sistematis, dengan maksud menghantar para pendengar
memasuki kepenuhan hidup Kristen.(CT. 18)

2. KATEKESE UMAT
Pengantar
Kata katekese mungkin jarang kita dengar dibanding kata pastoral. Tapi kalau istilah katekis,
mungkin pernah kita dengar.
Dalam kehidupan meng-Gereja, khususnya dalam bidang pengajaran agama atau pewartaan,
kata katekese merupakan kata yang sangat penting untuk dipahami.

Pengertian Katakese ditinjau dari beberapa sudut pandang


1. Menurut asal-usul kata (etimologi)
Kata katekese berasal dari bahasa Yunani, yaitu catechein (kata kerja) dan catechesis
(kata benda). Kata catechein atau catechesis mempunyai akar kata cat yang berarti
keluar, ke arah luas; dan echo, yang artinya gema/gaung.
Maka menurut asal katanya (etimiloginya) katekese pada dasarnya mempunyai makna
profan1 yaitu suatu gema yang diperdengarkan/disampaikan ke arah luas/keluar.

1
Profan = umum, biasa
2. Menurut sejarah pemakaian katanya dalam perkembangan kehidupan Gereja dari
zaman ke zaman
Dalam kehidupan Gereja, kata catechein atau catechesis mendapat arti kultis2, dan
mengandung pengertian secara umum
a. pewartaan (kabar gembira) yang sedang disampaikan atau diwartakan, dan
b. ajaran (Gereja) dari para pemimpin (Gereja)
Dalam perkembangan selanjutnya, arti katekese mengalami perubahan, dan mempunyai
arti secara khusus, yaitu:
a. Pengajaran iman: kegiatan dan proses menyampaikan ajaran Gereja ataupun dalam
rangka pendidikan iman umat, misalnya:
 “Pengajaran, pendalaman, dan pendidikan iman agar seorang Kristen semakin
dewasa dalam iman.”3
 “Pembinaan iman anak-anak, kaum muda dan orang-orang dewasa, mencakup
penyampaian ajaran Kristen, yang diberikan secara organis4 dan sistematis5,
dengan maksud mengantar para pendengar memasuki kepenuhan hidup Kristen.”6.
Contoh: pembinaan iman anak-anak (Sekolah Minggu, BIA), remaja
(AREKA/BIAR).
b. Instruksi dari mulut ke mulut, terutama berupa tanya jawab. Biasanya digunakan
untuk instruksi dalam unsur-unsur agama, terutama persiapan untuk inisiasi ke dalam
agama Kristen.
c. Salah satu bentuk pelaksanaan tugas mewartakan Injil yang diamanatkan
Yesus Kristus (Mat 28:19-20; Mrk 16:15).
d. Ilmu yang disejajarkan dengan ilmu pastoral atau teologi

Kesimpulan:

a. Katekese dalam kehidupan Gereja berarti: usaha-usaha dari Gereja untuk menolong
umatnya agar semakin memahami, menghayati dan mewujudkan imannya dalam
kehidupan sehari-hari.

2
Kultis = dihubungkan dengan yang ilahi
3
Dr. Marinus Telaumbanua, OFMCap, Ilmu Kateketik – Hakekat, Metode, dan Peserta Katekese Gerejawi,
Obor, Jakarta, 2005, hal. 4.
4
Organis = dilengkapi dengan alat-alat
5
Sistematis = diatur dengan baik, terencana dan berkesinambungan
6
Yohanes Paulus II, Anjuran Apostolik Catechesi Tradendae (Penyelenggaraan Katekese) Art. 18 (Seri
Dokumen Gerejawi no. 28), diterjemahkan oleh Robert Hardawiryana SJ, (Jakarta: Dokpen KWI, 1992).
Disingkat CT, hal. 23.
b. Dalam suatu proses katekese selalu terdapat unsur-unsur: (1) pewartaan, (2)
pengajaran, (3) pendidikan, (4) pendalaman, (5) pembinaan, (6) pengukuhan serta (6)
pendewasaan.

c. Dalam masa kini katekese dimaknai secara lebih luas yaitu sebagai tugas perutusan
(anggota) Gereja sebagai pelayan Sabda, untuk mewartakan dan mewujudkan Injil di
tengah-tengah masyarakat dalam situasi konkretnya, sesuai tugas dan panggilan
mereka masing-masing.

Mengapa menjadi tugas Gereja (anggota Gereja)? Karena menjadi anggota Gereja
berarti Kristen (Katolik = kristiani)) berarti dipanggil oleh Kristus untuk mengimani
diri-Nya sebagai Juru Selamatnya dan sekaligus diutus oleh Kristus untuk menjadi
saksi-Nya (Kristus), dengan mewartakan iman dan keselamatan yang telah diterimanya.

Dasarnya:

Sejak semula Tuhan Yesus “memanggil mereka yang dikehendaki-Nya sendiri, dan
menetapkan dua belas orang untuk mengikuti-Nya serta diutus-Nya untuk mewartakan
Injil” (Mrk 3:13-19, lih. Mat 10:1-42).

Sebelum Yesus naik ke Surga, Ia mengutus para rasul ke seluruh dunia, seperti Ia
sendiri telah diutus oleh Bapa (Yoh 20:21; Mat 28:19-20; Mrk 16:15

3. Menurut Ajaran Gereja


Menurut KS
Katekese merupakan ungkapan iman Gereja perdana. Dalam Kitab Suci Perjanjian Baru,
katekese dimengerti sebagai pengajaran,pendalaman dan pendidikan iman agar seorang
Kristen agar semakin dewasa dalam iman (Luk 1:4: diajarkan; Kis 2:42; 5:42; 18:25;
Gal 6:6 dan Rom 2:18: Pengajaran atau diajar; Kis 21:21 dan 1 Kor 14;19: mengajar).
Jadi, sejak Gereja Perdana, katekese sudah mengarah ke dua sasaran yaitu (1) katekese
yang diperuntukkan bagi orang-orang yang sudah dibaptis di tengah umat yang sudah
Kristen (katekese mistagogi = katekese bagi orang yang sudah dibaptis), dan (2) katekese
atau pengajaran bagi para calon baptis (katekese baptis) dan katekese mistagogi (bagi
orang yang sudah dibaptis).
Menurut dokumen-dokumen Gereja
a. Pedoman Umum Katetik (PUK)
 Katekese sebagai salah satu bentuk pelayanan sabda yang bertujuan menghidupkan
iman umat lewat pengajaran menjadi iman yang sadar dan aktif (PUK art.17; Bdk.
CD art.14)
 Katekese adalah salah satu kegiatan/karya pastoral Gereja, terpadu dengan karya-
karya pastoral Gereja yang lain, tetapi katekese mempunyai sifat khas, yakni sebagai
inisiasi, pendidikan, dan pembinaan yang bertujuan menghantarkan orang kepada
iman yang dewasa (PUK art 21 bdk. art 31).
 Katekese adalah bagian integral dari evangelisasi yang berbeda dari pewartaan awal:
katekese “memajukan dan mematangkan pertobatan awal, mendidik orang bertobat
dalam iman dan menggabungkan dalam komunitas kristiani (PUK art.63)

b. Catechesi Tradendae (CT)


 Katekese adalah pembinaan umat (anak-anak, orang muda dan orang dewasa) dalam
iman, mencakup pengajaran doktrin Gereja yang pada umumnya diberikan secara
organik dan sistematik, dengan tujuan menghantar para pendengar masuk ke dalam
kepenuhan hidup Kristen (CT art.18).
 Katekese sebagai salah satu tugas Gereja yang amat penting, yang didasari oleh
tugas perutusan dari Yesus sendiri kepada para murid-Nya (CT. 1).
 Katekese yang otentik seluruhnya berpusat pada Kristus (CT. 5)

c. Evangelii Nuntiandi (EN)


 Katekese (Evangelisasi) adalah rahmat dan panggilan khas Gereja, merupakan jati
diri Gereja yang paling dasar. Gereja ada untuk mewartakan injil/katekese. (EN 14)
 Katekese merupakan kesaksian hidup Gereja, artinya Injil harus diwartakan melalui
kesaksian hidup. (EN. 21) Kabar Baik yang diwartakan dengan kesaksian hidup
cepat atau lambat haruslah diwartakan dengan Sabda Kehidupan. Dan segi yang
penting dari pewartaan Sabda Kehidupan adalah kotbah dan katekese. (EN. 22)
 Katekese adalah pengajaran agama yang disampaikan secara sistematis dengan
memanfaatkan media komunikasi sossial sehingga bisa menjangkau sejumlah besar
orang, untuk membentuk pola-pola hidup kristen, tidak hanya pada pengetahuan
tetapi juga menyentuh pikiran dan hati supaya kebenaran yang hakiki meresapi
seluruh hidup (mengubah manusia dari dalam menjadi manausia baru). Dengan kata
lain: Penginjilan (katekese) berarti membawa Kabar Baik kepada segala tingkat
kemanusiaan, dan melalui pengaruh Injil mengubah umat manusia dari dalam dan
membuatnya menjadi manusia baru. (EN. 18, 43-45)

d. Gaudium et Spes (GS)


 Katekese merupakan usaha Gereja untuk menyampaikan warta keselamatan Yesus
Kristus kepada semua orang. (GS art. 1). Gereja adalah buah dari katekese. Gereja
adalah “persekutuan orang-orang yang dipersatukan dalam Kristus, dan telah
menerima warta keselamatan untuk disampaikan kepada semua orang”. Seperti para
murid Yesus yang dipanggil, dihimpun dalam kesatuan dengan-Nya dan diutus
untuk mewartakan Injil, demikian halnya orang-orang yang mengimani pribadi
Yesus Kristus (= Gereja) juga mendapat panggilan dan perutusan dari-Nya. Mereka
mengemban tugas mewartakan iman dan keselamatan yang diterimanya.
 Katekese adalah tugas perutusan dasar Gereja sebagai pelayan Sabda, yakni
mewartakan dan mewujudkan Injil di tengah-tengah masyarakat dalam situasi
konkretnya, melalui tugas dan panggilan mereka masing-masing.

e. Redemptor Hominis (RH; Ensiklik Paus Yohanes Paulus II tentang katekese di dunia
modern)
Katekese merupakan suatu bentuk kegiatan Gereja yang tetap dan mendasar, bentuk
pewartaan Injil yang menampilkan ciri kenabian Gereja, di mana kesaksian dan pengajaran
berlangsung serentak. Makin perlu diusahakan pelbagai bentuk katekese dan aneka
bidangnya, antara lain katekese anak-anak oleh orang tua mereka (RH, 1979, art 19 al. 5-6).

f. Sidang Federasi Konferensi Para Uskup Asia (FABC) V di Lembang, Bandung,


tahun 1990
Katekese sebagai kesaksian. “Pewartaan melalui perbuatan yang menyerupai perbuatan
Kristus sendiri”. Ini menampilkan suatu tantangan mewujudkan katekese yang dapat
membantu umat agar menghayati iman dengan hidup berbaur dalam masyarakat, peka akan
kehadiran Allah dalam kebudayaan setempat dan tradisi agama lain, tanggap dan terlibat
dengan pelbagai masalah sosial dan memberi kesaksian tentang Yesus Kristus dan Kerajaan
Allah melalui kebersamaan, solidaritas, berbagi rasa dan perkataan.

g. Katekismus Gereja Katolik: Katekese adalah salah satu tugas pokok Gereja
KGK 4 : Katekese adalah segala usaha Gereja untuk menjadikan manusia murid
Kristus, membantu mereka percaya bahwa Yesus adalah Putera Allah,
supaya dengan perantaraan iman akan Yesus itu mereka memperoleh
kehidupan dalam nama-Nya, dan dengan demikian membangun Tubuh
Kristus7..

KGK 5 : Katekese ialah "pembinaan anak-anak, kaum muda dan orang dewasa dalam
iman, yang pada khususnya mencakup penyampaian ajaran Kristen, dan yang
pada umumnya diberikan secara organis dan sistematis dengan maksud
mengantar para pendengar memasuki kepenuhan kehidupan Kristen"8.

KGK 6 : Katekese salah satu tugas pemeliharaan rohani Gereja, yang memiliki sifat
kateketis, mempersiapkan katekese atau merupakan akibat darinya:
pewartaan perintis tentang Injil, artinya khotbah misioner demi
membangkitkan iman; mencari sebab-sebab untuk beriman; mengalami
kehidupan Kristen; merayakan Sakramen-sakramen; diterima dalam
persekutuan Gereja serta memberikan kesaksian apostolik dan misioner9

KGK 7 : Katekese adalah usaha Gereja untuk mengembangkan hidup rohani anaknya
dan keselarasan hidup umatnya dengan rencana Allah10.

Kesimpulan

Dari Kitab Suci dan seluruh dokumen Gereja tersebut, dapat disimpulkan, menurut ajaran
Gereja katekese adalah:

1. salah satu tahap dari evangelisasi dan ditujukan untuk mereka yang sudah bertobat
2. lanjutan dari pewartaan awal dan bertujuan untuk menghantar orang kepada
kematangan atau kedewasaan iman atau kepenuhan hidup kristen.

4. Dalam tugas/karya pastoral Gereja


a. Gereja dibentuk/dibangun oleh Yesus untuk melanjutkan dan mewujudnyatakan misi
Yesus yaitu mewartakan karya keselamatan Allah di dunia ini. Karena itu Gereja
mengemban kewajiban untuk [1] membimbing dan mengembangkan iman umat
(mengembangkan kehidupan beriman) serta [2] pelayanan atas dunia (mengembangkan

7
Bdk. CT 1;2
8
CT 18
9
Bdk. CT 18
10
CT 13
dunia) terus-menerus agar menjadi lingkungan hidup yang layak serta selaras dengan
kehendak Allah. Kewajiban Gereja itulah yang disebut tugas/karya pastoral Gereja.
b. Gereja mewujudkan (mengkonkritkan) tugas perutusannya itu dengan
(1) Koinonia (Persekutuan dan persaudaraan hidup dalam Tuhan) dengan kekhasan
membangun dan membentuk komunitas orang beriman agar menjadi lebih baik dan
mendalam dalam menghayati hidup berimannya.
(2) Diakonia (Pelayanan kepada sesama dan solidaritas sosial) dengan kekhasan
membangun dan mengembangkan dunia. Tugas ini berasal dari hakekat Gereja
sendiri sebagai “garam” dan “terang” dunia,
(3) Leitourgia (Perayaan iman dalam ibadat dan doa), dengan kekhasan menolong
atau menghantar umat pada hubungannya dengan Tuhan dan sungguh-sungguh
merasakan kehadiran dan bimbingan Tuhan dalam hidupnya.
(4) Kerygma (Pewartaan atau pengajaran dan pendidikan iman), dengan kekhasan
melaksanakan pewartaan (pelayanan Sabda) yang membebaskan, menerangi, dan
menafsirkan hidup manusia sehingga bermakna dihadapan Allah. Dalam
mengemban fungsinya untuk mewartakan Injil keselamatan (Kabar Gembira) bagi
umat manusia, Gereja mewujudkan pelayanannya melalui [1] Evangelisasi, [2]
Teologi, [3] Khotbah dan [4] Katekese
(5) Poimenik (Penggembalaan dalam arti sempit), dengan kekhasan melaksanakan
tugas penggembalaan umat agar mempunyai relasi pribadi dengan Yesus Kristus
(melalui sharing Injil), semakin mengimani Yesus Kristus (melalui pendalaman
Injil), dan akhirnya umat berani mensharingkan imannya. Di sini fungsi Pengurus
KBG dan Fasilitator menjadi jelas sebagai gembala bagi kawanan umat di KBGnya.
Berdasar kelima tugas pokok pastoral Gereja tersebut jelaslah bahwa
1) Tempat katekese dalam karya pastoral Gereja adalah di bidang kerygma
2) Katekese merupakan bagian dari fungsi kerygma Gereja yakni mewartakan Injil.
3) Walau di bidang yang sama, namun katekese berbeda dengan evangelisasi, dan
katekese saling terkait dengan evangelisasi
Katekese Evangelisasi
Perbedaan
Katekese merupakan salah satu Evangelisasi meliputi seluruh tindakan Gereja sejauh
tahap/momen yang sangat merupakan pewartaan dan kesaksian efektif atas Kabar
penting dari evangelisasi. Gembira Kerajaan Allah (Bdk. KGK 905, LG 35)
Katekese mempunyai tujuan Evangelisasi tujuannya hanya satu yaitu mengubah umat
ganda, yakni (1) mematangkan manusia dari dalam dan membuatnya menjadi baru
iman awal (orang yang belum (membawa kabar baik kepada seluruh lapisan umat
mengimani Kristus) dan (2) manusia, supaya semua orang boleh hidup olehnya)
mendidik murid Kristus (orang
yang sudah mengimani Kristus)
dengan pengetahuan yang lebih
mendalam dan lebih sistematik
tentang pribadi dan pesan Tuhan
kita Yesus Kristus (CT 19)
Katekese menuntun seseorang Evangelisasi membangkitkan iman seseorang. Jika iman
kepada kepenuhan hidup sudah bangkit diperlukan terlebih dahulu sebelum
kristiani, yang dimanifestasikan seseorang masuk dalam proses katekese secara formal –
dalam sakramen inisiasi dalam kaitannya dengan sakramen inisiasi, untuk
(Sakramen Baptis, Sakramen membangkitkan iman, sehingga seseorang ingin mengenal
Penguatan, Sakramen Ekaristi) lebih dalam iman Katolik dalam proses katekese

Tidak semua kegiatan Kegiatan evangelisasi pasti bernilai kateketis


evangelisasi bisa disebut
katekese (contoh: kegiatan bakti
sosial)
Persamaannya

a. Yang menjadi pusat dari proses evangelisasi dan katekese adalah Kristus sendiri.
b. Evangelisasi dan katekese harus dilakukan secara terus-menerus, walau orang telah dibaptis,
sehingga mereka terus diperbaharui, mendalami, menghayati dan melaksanakan iman
Katoliknya dalam kehidupan nyata dengan semangat Injil dan terus berkobar untuk menjadi
saksi Kristus.
Hubungan/keterkaitan

1. Pewartaan injil atau evangelisasi mempunyai tujuan menumbuhkan iman yang pertama (CD
11, AG 6, 13) dan katekese membantu orang tersebut menyatakan persetujuan (amin)
mereka akan sabda Allah dengan iman itu (PUK (71), 17; CT 18).
2. Katekese merupakan bagian dari evangelisasi
EN art. 48: evangelisasi bertujuan membawa kabar baik kepada seluruh lapisan umat
manusia, supaya semua orang boleh hidup olehnya. Katekese adalah salah satu momen yang
sungguh-sungguh penting dalam seluruh proses evangelisasi (CT 18)

Oleh karena itu katekese bukanlah suatu kegiatan pilihan, melainkan kegiatan dasar dan
utama untuk membangun kepribadian setiap murid dan juga bagi segenap komunitas (PUK
(97) art.64). Sesungguhnya “pertumbuhan batin Gereja dan hubungannya dengan rencana
Allah secara esensial bergantung pada katekese (bdk Ibr 1:1-2). Dalam arti ini, katekese
harus selalu dipandang sebagai suatu prioritas dalam evangelisasi (PUK (97) art.64)

Pengertian Katekese mengalami perkembangan sesuai dengan situasi dan kebutuhan,


namun LINGKUP KARYA, POKOK dan TUJUANnya selalu tetap
Dari penjelasan di atas dapat kita simpulkan bahwa pengertian katekese dalam perkembangan
hidup Gereja mengalami perkembangan dari zaman ke zaman. Namun, walaupun
pengertiannya mengalami perkembangan, lingkup karya, pokok dan tujuan katekese sejak
Gereja Perdana hingga sekarang selalu TETAP.

Lingkup karya katekese: ada dalam bidang pelayanan Sabda Gereja (Pewartaan =
Kerygma).

Pokok katekese (pokok yang diwartakan): karya keselamatan Allah yang terlaksana
dalam diri Yesus Kristus, yang puncaknya terlaksana dalam wafat dan Kebangkitan Kristus
pula.

Tujuan katekese adalah agar para pendengarnya [1] bertobat, dan [2] menjadi percaya serta
[3] mau menyerahkan diri kepada Allah yang mengerjakan keselamatan itu (perubahan hidup
– dibaptis.

2.1 Materi Katekese Umat


Katekese umat dapat diartikan sebagai “komunikasi iman atau tukar menukar

pengalaman iman (penghayatan iman) antara anggota jemaat atau kelompok” melalui
kesaksian iman, setiap anggota umat dibantu, sehingga “iman masing-masing diteguhkan

dan dihayati semakin sempurna.” Kesaksian yang dimaksudkan dalam katekese umat
adalah “kesaksian akan Yesus Kristus, pengantara Allah yang berSabda kepada kita dan

kita menanggapi Sabda Allah.” Di sini, Yesus Kristus tampil sebagai model dan teladan
hidup bagi setiap umat manusia yang percaya kepada-Nya. Kitab Suci mengajarkan kepada
umat beriman bagaimana iman harus tetap dikuatkan dengan Sabda, yaitu tercermin dari
kata-kata Yesus sendiri, yakni “barang siapa percaya, barang siapa bertobat dan barang

siapa memutuskan.” Proses pewartaan pada zaman Yesus ini tetap dipertahankan sampai
pada saat ini namun lebih dipopulerkan kembali dengan istilah evangelisasi. Evangelisasi
merupakan proses pewartaan kabar Gembira kepada manusia. “Katekese di tempatkan

dalam salah satu misi evangelisasi Gereja.” Katekese merupakan satu momen penting
dalam proses evangelisasi maka dari itu, “katekese bukan sebuah kegiatan pilihan
melainkan sebuah kegiatan dasariah dan utama untuk membentuk kepribadian setiap murid
dan segenap komunitas.”
Dalam pelaksanaan katekese umat, peserta membangun satu komunikasi iman yang

membangun gairah keberimanan setiap anggota umat lain yang berpartisipasi di dalamnya.

Dalam komunikasi iman itu, “pengalaman sesama umat merupakan komunikasi yang
membangun relasi sebagai sesama yang sederajad, yang saling bersaksi tentang iman
mereka.”
Tujuan dari katekese sebagai komunikasi iman itu adalah “supaya dalam terang Injil umat
semakin meresapi pengalaman-pengalamannya setiap hari, mengalami perubahan,
pertobatan, dan semakin menyadari kehadiran Allah dalam kehidupan sehari-hari; semakin
sempurna dalam beriman, berharap, mengamalkan cinta kasih dan semakin dikukuhkan
dalam membangun hidup umat.”
Dalam katekese umat, ada beberapa unsur penting yang terkandung di dalamnya, yaitu:
umat sebagai subyek, bahan katekese sebagai obyek dan juga fasilitator sebagai pemandu
jalannya sebuah katekese. Seorang fasilitator hadir sebagai “pelayan yang menciptakan
suasana komunikatif. Ia berusaha untuk membangkitkan gairah supaya para peserta berani
berbicara terbuka.”
2.2 Proses Katekese Umat
Berikut ini adalah langkah-langkah yang ditempuh dalam menjalankan kagiatan katekese
umat. langkah-langkah kegiatan antara lain:

 Tema
Tema merupakan payung utama yang menjadi ide dan dasar kegiatan katekese. Tema
berkaitan dengan keseluruhan isi dan pembahasan dalam kegiatan katekese. Tema dapat
ditentukan oleh pemberi materi atau pembimbing namun juga dapat ditentukan oleh
Keuskupan atau instansi resmi Gereja seperti Katekese yang disiapkan oleh Komisi Kitab
Suci KWI dalam Bulan Kitab Suci Nasional, Contoh tema: Bulan Maria dan Kesetiaan Umat
Beriman.

 Sub Tema
Sub tema merupakan bentuk kecil dari tema besar, yang menjadi payung dalam sebuah
kegiatan katekese. Dengan kata lain, sub tema merupakan penjabaran dari tema utama sebuah
kegiatan katekese. Sub tema menjadi terjemahan ringkas atas keseluruhan tema umum yang
menjadi atap bagi sebuah kegiatan katekese. Sub tema haruslah ringkas, mudah diingat dan
langsung berkaitan dengan kehidupan konkret umat. Contoh sub tema: Meneladani
Kesetiaan Bunda Maria.

 Teks Bacaan/Katekismus/Dokumen Gereja

Sebuah kegiatan katekese sebagai pengajaran dan pendalaman iman mendasarkan diri pada
teks kitab suci. Kitab suci sebagai landasan kegiatan katekese memberi roh dan tujuan dalam
sebuah kegiatan katekese. Sebuah kegiatan katekese WAJIB mendasarkan diri pada sebuah
teks sebab dari padanya terdapat sumber pengajaran. Contoh teks Kitab Suci :Lukas, 1:26-38.

 Tujuan
Pada dasarnya katekese bertujuan untuk menghadirkan Sabda Allah ke dunia/umat beriman
agar mereka terdorong untuk melakukan kehendak dan perintah-Nya. Dalam sebuah kegiatan
katekese, tujuan katekese ialah usaha untuk saling tolong terus menerus dari setiap orang
untuk mengartikan dan mendalami hidup pribadi maupun bersama menurut pola Kristus,
menuju hidup Kristiani yang dewasa penuh.Tujuan kegiatan katekese berkaitan dengan tema
besar, yang menjadi sumber utama dan payung untuk selruh kegiatan tersebut. Pada dasarnya
tujuan merupakan sebuah indikator atau sebuah gagasan yang hendak dicapai dari dan dalam
kegiatan katekese. Contoh Tujuan: Agar Kesetiaan Bunda Maria Menjadi Dasar Kehidupan
Umat Katolik dalam Menjalani dan Menghidupi Iman Dalam Ziarah di Dunia.

 Gagasan Pokok
Gagasan pokok merupakan terjemahan dan penjabaran dari tema dan tujuan kegiatan
katekese. Gagasan pokok memuat tujuan kegiatan berdasarkan tema yang diusung dalam
kegiatan katekese. Gagasan pokok memuat hal-hal mendasar yang hendak dicapai dan
menjadi tujuan bersama seluruh peserta kegiatan. Selain itu, gagasan pokok juga memberikan
gambaran umum mengenai keseluruhan rangkaian kegiatan dan hasil akhir yang ingin dicapai
bersama. Dalam gagasan pokok pembimbing memberikan kilas balik mengenai tema yang
diangkat dalam kegiatan sekaligus memberikan arahan kepada peserta akan arah tujuan yang
hendak dicapai dalam kegiatan tersebut.

 Pelaksanaan Pertemuan
 Pembukaan
 Tanda Salib dan Kata Pengantar
Peserta dan pembimbing membuka kegiatan katekese dengan mengucapkan “Tanda
Salib” dan memberikan kata pengantar berdasarkan tema dan sub tema. Kata pengantar
berisikan gagasan pokok, yang diangkat dan berdasarkan tema dan sub tema. Kata
pengantar disusun secara singkat dan jelas agar peserta diarahkan dengan baik untuk
mengikuti kegiatan katekese. Kata pengantar disampaikan secara ringkas agar mampu
menjadi titik awal langkah peserta memasuki kegiatan katekese. Kata pengantar sebagai
ajakan mempunyai fungsi untuk memberikan pemahaman dasar sekaligus mengundang
semua peserta untuk terlibat dan mempersiapkan diri sebelum memulai langkah-langkah
dalam kegiatan ketekese.
 Lagu Pembuka
Disesuaikan dengan tema yang diusung. Dalam praktik kegiatan katekese umumnya
digunakan lagu-lagu Maria. Dapat pula digunakan lagu syukur lainnya yang resmi dalam
praktik liturgy Gereja Katolik.
 Doa Pembuka
Doa pembuka sebuah kegiatan hendaknya memuat :1. Sapaan terhadap Allah Bapa; 2.
Ucapan syukur dan pujian kepada Allah; 3. Ucapan permohonan dan 4. Ucapan penutup
dengan Yesus sebagai pengantara tunggal semua doa-doa umat Katolik.
 Langkah-Langkah Pengembangan
 Melihat Situasi Hidup (Berupa Cerita)
Pendalaman terhadap materi atau tema dapat dilakukan menggunakan media cerita atau
kisah inspiratif lainnya. Kisah yang ditampilkan sekiranya memuat isi tema yang hendak
ditekankan, selain itu cerita ini mampu mengantar peserta ke dalam permenungan yang
mendalam, terutama berkaitan dengan tema dan sub tema. Contoh kisah inspiratif ini
dapat dilihat dalam buku Burung Berkicau oleh Anthony de Mello, SJ.
 Pendalaman Cerita
 Menggali Akar Masalah
 Lectio=Membacakan teks Kitab Suci
 Mendalami Teks
 Rangkuman Pendalaman
 Meditatio=Merenungkan
 Merenungkan/Menanggapi Situasi Hidup Dalam Terang Firman
 Syering
 Penegasan Fasilitator
 Oratio=Doa
 Actio=Aksi atau Tindakan Nyata
 Penutup
 Pengumuman
 Doa penutup
 Lagu penutup
 Berkat dan tanda salib

ISTILAH-ISTILAH DALAM KATEKESE

Pengantar

Dalam dunia katekese, sering kita menemukan adanya istilah-istilah yang erat hubungannya
dengan katekese. Maka perlu juga bagi kita untuk mengenal istilah-isitlah itu agar karya
katekese dapat lebih kita pahami arti dan maknanya secara benar.

Kateketik
 Kateketik adalah subdisiplin (bagian) ilmu dari teologi praktis yang mempelajari praksis
komunikasi iman interpribadi seperti terjadi dalam pembinaan iman dalam bermacam-
macam bentuk interaksi dalam situasi nyata.
 Kateketik sering disebut sebagai Ilmu pendidikan agama atau ilmu bina iman, yang
mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan pembinaan iman, yang memperlajari
segala sesuatu yang berkaitan dengan pembinaan iman. Sekolahnya disebut sekolah
kateketik. Contoh antara lain: Sekolah Tinggi Kejuruan Ilmu Pendidikan Kateketik
(STKIP) Widya Yuwana Madiun, Fakultas Ilmu Pendidikan Agama (FIPA) Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta, Institut Pastoral Indonesia (IPI) Malang,
 Kateketik juga berarti pemikiran sistematis dan paedagogis tentang pengajaran dan
pendidikan iman Gereja Katolik bagi umat manusia dalam situasi konkretnya.

Katekumenat 
Katekumenat adalah masa persiapan atau masa pendidikan bagi para calon baptis, juga
sebagai salah satu bagian dari tiga tahapan inisiasi Kristen. Dalam masa ini para katekumen
diperkenalkan kepada iman Katolik (Allah Tritunggal, Gereja dan Sakramen-sakramen).
Dengan dan melalui tahapan ini, para katekumen dipersiapkan untuk menjadi calon baptis.
Puncak tahap II adalah “Upacara Pelantikan Tahap II yaiu Pemilihan dan Pelantikan Menjadi
Calon Baptis”. Lama masa katekumenat biasanya lk. 8 bulan.

Katekumen

Jika katekumenat adalah masa persiapannya, maka katekumen adalah orangnya. Katekumen
adalah ornag yang  sedang  dipersiapkan atau mempersiapkan diri untuk menerima Sakramen
Baptis melalui pelajaran agama Katolik. Katekumen biasa disebut juga calon baptis.

Prakatekemunat

Merupakan tahap I dari masa katekumenat, artinya sebelum seseorang dilantik dan disebut
katekumen, orang (calon ketekumen atau biasa disebut simpatisan) harus dipersiapkan dulu
secara khusus. Masa persiapan untuk para calon katekumen/simpatisan disebut
prakatekumenat atau masa prakatekumenat, di mana para simpatisan diperkenalkan dengan
cara dan kebiasaan hidup orang katolik.

Masan prakatekumenat biasa juga disebut sebagai masa simpatisan. Dengan dan melalui
tahap I ini, para simpatisan dipersiapkan untuk menjadi katekumen. Puncak tahap I ini
adalah “Upacara Pelantikan Tahap I: Pelantikan Menjadi Katekumen”. Lama masa
prakatekumenat biasanya l.k. 2 bulan.

Catatan:

Masa pra ketekumenat dan masa katekumenat, merupakan dua langkah atau tahap dari 3
langkah atau tahap yang harus dijalan oleh seseorang untuk dapat dibaptis. Ketiga tahapan itu
adalah:

Tahap I: masa pra katekumenat: masa di mana para simpatisan dipersiapkan untuk menjadi
katekumen (2 bulan)

Tahap II: masa katekumenat: masa di mana para katekumen dipersiapkan untuk menjadi
calon baptis (8 bulan)

Tahap III: masa calon baptis (persiapan akhir): masa di mana para calon baptis dipersiapkan
untuk menjadi baptisan baru (dibaptis), menjadi orang Katolik baru, menerima sakramen
baptis (2 bulan)
Tahap IV: masa mistagogi, di mana para baptisan baru didampingi untuk menerapkan iman
mereka dalam hidup sehari-hari. Lama tahap IV sangat tergantung pada kebijakan pastoral
paroki. Beberapa paroki memanfaatkan masa mistagogi ini sebagai persiapan penerimaan
krisma. Maka ketika dibaptis calon hanya menerima baptis dan ekaristi. Setelah menerima
krisma, baptisan baru akan memperoleh surat baptis.

Katekismus      
Katekismus adalah buku pelajaran iman yang dikeluarkan secara resmi oleh pimpinan Gereja
(universal/Vatikan, nasional/KWI dan local/keuskupan), berisi tanya jawab seputar ajaran
pokok iman Katolik. Contoh: Katekismus Jerman, Katekismus Gereja Karolik, Katekismus
Kecil, dll.

Katekis  
Katekis adalah orang yang pelayanan Sabda Gereja atau mewartakan Sabda Tuhan atas nama
(diutus resmi oleh) Gereja. Biasa disebut guru agama, pembina iman Katolik, penyuluh
agama, dll..

Ada beberapa jenis katekis yaitu:

a. Berdasar tempar kerjanya: [1] katekis Paroki: adalah Katekis yang bertanggungjawab
atas pembinaan iman umat di seluruh paroki atau atas sejumlah stasi/komunitas. Biasa
juga disebut katekis lapangan. [2] katekis Sekolah, adalah Katekis yang mengajar
Pendidikan Agama Katolik di sekolah.

b. Berdasar ijasahnya: [1] katekis akademis (formal), menjadi katekis karena menempuh
pendidikan formal kateketik dan [2] katekis non akademis (non formal), menjadi katekis
tidak melalui pendidikan formal kateketik, tetapi karena pengalaman dan kerelaannya.

c. Berdasar status kepegawaian: [1] katekis profesional: katekis yang diangkat dengan SK
dan mendapatkan gaji karena tugasnya itu; [2] katekis sukarela: bisa jadi ia diangkat denga
SK namun tidak mendapat gaji dari tugasnya itu, alias bekerja suka rela.

d. Berdasar panggilan hidup: [1] Katekis agung adalah Yesus sendiri, [2] Katekis utama
yaitu Uskup dan para imam, [3] Katekis: awam yang diangkat Gereja menjadi katekis.

Kateketat
Kateketat adalah sebutan untuk pakar (orang yang ahli) di bidang kateketik. Kepakarannya
diukur berdasar pendidikan formalnya dlaam bidnag kateketik, dan berdasar pengalaman
kerjanya di bidang kateketik.
 Kepelbagaian Metode Katekese

Gereja dalam proses pendidikan iman tidak mempunyai metode khusus ataupun metode
tunggal. Ada kepelbagaian metode, termasuk dalam katekese kontekstual. Keragaman metode
merupakan tanda kehidupan dan kekayaan serta tanda bukti hormat bagi mereka yang
berpartisipasi dalam katekese (bdk PUK 148). Prinsip umum metode katekese adalah
“kesetiaan kepada Allah dan kesetiaan pada manusia” (PUK 149). Metode harus menjamin
perjumpaan yang membebaskan antara Allah dan manusia dan selalu memberi ruang
terhadap daya rahmat Allah untuk berkarya menyelamatkan manusia.

Berkaitan dengan katekese kontekstual di Indonesia, pola katekese umat merupakan model
yang paling dominan. Katekese umat mengedepankan metode 3 M: yakni mengamati dan
menyadari satu fenomena sosial yang ada, menimbang dan merefleksikan situasi yang ada
dalam terang Kitab Suci, dan memutuskan rencana aksi untuk bertindak. Secara konkret
katekese umat mengelola metode 3 M ini dalam model SOTARAE dan AMOS. Model
SOTARAE merupakan singkatan dari situasi, objektif, tema, analisis, rangkuman, aksi dan
evaluasi (Lalu, 2007: 98-101) sedangkan model AMOS diambil dari nama nabi Amos dalam
Perjanjian lama yang kritik-kritik sosialnya sudah menggunakan metode 3 M (bdk. Bataona,
1996: 18-20). Baik pola SOTARAE maupun pola AMOS menggunakan dokumen berupa
cerita, cergam, slide, kliping koran, film sebagai sarana bantu bagi umat KBG untuk
mengenali fenomena sosial.

Kritik yang paling umum diarahkan kepada metode 3 M dalam katekese umat selama ini
adalah adanya penekanan yang berlebihan pada rencana aksi untuk bertindak. Dengan
kecenderungan itu, sering terjadi perikop Kitab Suci diperalat untuk kepentingan rencana aksi
tanpa satu penafsiran yang mendalam tentang kandungan makna yang tersirat di dalamnya.
Akibatnya, katekese memang mampu merencanakan aksi namun seringkali tidak disertai oleh
motivasi yang mendalam karena orang tidak mengalami perjumpaan personal dengan Tuhan
dan bisa mengenal Tuhan secara lebih baik melalui katekese. Dalam hal ini tahap mengenal
situasi baik sekali disertai oleh satu penafsiran yang lebih eksistensial atas pengalaman
personal dan sosial yang disertai penafsiran yang mendalam tentang makna perikop Kitab
Suci. Maka mengiringi metode 3 M dalam katekese umat, talk-show, dan seminar-seminar
tentang Kitab Suci perlu digalakkan ke depan. Metode talk-show, dan diskusi terbuka dalam
seminar-seminar Kitab Suci dan ajaran pokok iman adalah juga metode yang sah dalam
katekese.
Selain metode 3 M, metode sharing Kitab Suci dan sharing praksis iman adalah juga metode
yang baik bagi katekese kontekstual. Sharing Kitab Suci dengan tahap: membaca, meditasi,
kontemplasi, doa, dan aksi sudah sering dipraktikkan dalam kegiatan Bulan Kitab Suci
Nasional. Sharing praksis iman atau metode berbagi kisah (naratif-eksperiensial) yang
menekankan pengalaman hidup beriman anggota KBG sering disatukan dalam pertemuan
kelompok-kelompok Kitab Suci di KBG-KBG. Metode berbagi kisah ini juga baik diterapkan
dalam katekese keluarga, ketika orang tua dan anggota keluarga dalam suasana persaudaraan
bisa saling membagikan kisah kehidupan iman mereka.

Model PAIKEM (pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan)


merupakan pola yang paling umum digunakan dalam pembelajaran agama Katolik di sekolah.
Model ini sangat kontekstual karena dalam prosesnya para siswa didorong untuk
mengeksplorasi pengalaman dan pemahaman mereka melalui kerja kelompok, diskusi,
penugasan, lalu mengelaborasi pemahaman baru dalam bimbingan guru untuk sampai pada
kesimpulan-kesimpulan baru yang mempengaruhi perkembangan iman mereka secara
menyeluruh baik dari segia kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Berkaitan dengan PAIKEM, kurikulum 2013 mengedepankan metode saintifik dalam


pendidikan iman dan budi pekerti di sekolah. Model saintifik ini mencakup tahap mengamati,
menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi, dan komunikasi. Dalam konteks PAK, mengamati
berarti mencermati pengalaman personal dan sosial subjek didik. Pengungkapan pengalaman
disusul pertanyaan pendalaman untuk menemukan jejak Allah di dalamnya (menanya). Jejak
itu kemudian ditautkan dengan gema Sabda Allah dalam Kitab Suci (eksplorasi). Arah baru
yang ditemukan dari perjumpaan antara pengalaman dan gema Sabda dalam Kitab Suci
kemudian diaplikasikan dalam rencana aksi (asosiasi), dan tentu semua itu dikomunikasikan
dalam pembelajaran yang menyenangkan (komunikasi) (Kotan, 2017, 76-77).

Pola animasi melalui permainan, lagu, gerak, dan tari yang diterapkan oleh SEKAMI, dan
sekolah minggu adalah metode yang cocok untuk anak-anak dan remaja. Dalam setiap
permainan sering tersembunyi makna kehidupan dan dengan sentuhan refleksi yang
menyenangkan, para animator dapat menghantar anak-anak untuk berjumpa dengan Tuhan
dan mendorong mereka untuk menjadi garam dan terang dunia. Pola-pola kerygmatis yang
mewartakan dengan lantang tentang kisah kasih Kristus yang menyelamatakan perlu juga
digalakkan melalui rekoleksi dan ret-ret terutama bagi mereka yang mengalami keraguan
iman. Berkaitan dengan penghayatan liturgi yang kontekstual, tetap perlu katekese mistagogis
berupa penjelasan tentang makna simbol-simbol liturgis. Dengan sarana bantu media foto,
film, atau powerpoint penjelasan tentang makna simbol-simbol akan menarik dan
menyenangkan.

Berkaitan dengan dunia digital, metode-metode diskusi dan “curhat rohani” menjadi mungkin
ketika terbentuk group face book, group WhatsApp, twitter dan isntagram, dll. Menulis status
berupa ayat-ayat emas Kitab Suci seringkali juga menggugah. Membentuk website pewartaan
iman Gereja lokal seyogyanya menjadi mungkin ke depan.

Anda mungkin juga menyukai