Anda di halaman 1dari 50

Rekoleksi Bersama Para

Katekis
Semangat Melayani dalam Berkatekese Seturut Teladan Yesus Kristus
Rangkaian acara rekoleksi

▪ Sesi I
– Peran dan tugas Katekis dalam Hidup Menggereja
– Katekese dalam Dokumen-dokumen Gereja Katolik

▪ Sesi II
– Yesus sebagai Teladan Utama
– Model dan metode Pengajaran Yesus

▪ Sesi III
– Model dan metode Pengajaran Katekese
– Tantangan bagi Katekis
– Sesi Tanya-Jawab
Sesi I
Peran dan tugas Katekis dalam Hidup Menggereja
▪ Selama berabad-abad, Gereja tidak pernah melalaikan untuk
memprioritaskan pembinaan para katekis. Pada awal Kristianisme,
pembinaan yang dihidupi dalam bentuk pengalaman, berkisar di
sekitar perjumpaan yang hidup dengan Yesus Kristus, diwartakan
dengan kebenaran dan dipersaksikan dengan hidup.
▪ Karakter kesaksian menjadi ciri penting dari seluruh proses
pembinaan, yang mengantar secara bertahap ke dalam misteri iman
Gereja.
▪ Terlebih pada periode sekarang, penting membuat pertimbangan
yang sungguh-sungguh tentang kecepatan perubahan-perubahan
sosial dan keragaman budaya dan tantangan-tantangan yang muncul
daripadanya.
▪ Semua itu menegaskan bahwa pembinaan para katekis menuntut
perhatian khusus karena kualitas program-program pastoral mesti
dihubungkan dengan pribadi-pribadi yang melaksanakannya.
▪ Berhadapan dengan kompleksitas dan kebutuhan-kebutuhan zaman
di mana kita hidup, Gereja-Gereja partikular berkewajiban
memberikan energi dan sumber daya yang memadai bagi
pembinaan para katekis
▪ Di dalam lingkup komunitas, kelompok para katekis memiliki
peranan khusus: di dalamnya, para katekis, bersama para imam,
ambil bagian baik dalam perjalanan iman maupun pengalaman
pastoral, mematangkan jati diri mereka, dan semakin menyadari
rencana evangelisasi.
Siapakah para Katekis itu?

▪ Dalam dokumen Gereja Katolik, seorang "Katekis" adalah seseorang


yang bertugas untuk mengajar dan menyampaikan ajaran iman
Katolik kepada orang lain.
▪ Istilah "katekis" berasal dari kata Yunani "katecheo," yang berarti
"mengajar dengan lisan.“
▪ Katekis bertanggung jawab untuk membimbing orang-orang dalam
pemahaman dan pertumbuhan iman mereka, terutama melalui
pengajaran tentang doktrin, moralitas, doa, dan liturgi Gereja
Katolik.
▪ Sebagai katekis, panggilan kita adalah untuk menyampaikan ajaran
Kristus dan membimbing orang lain menuju iman yang kokoh.
▪ Kata katekese berasal dari kata catechein (kt. Kerja) dan catechesis
(kt. Benda). Akar katanya adalah kat dan echo. Kat artinya keluar, ke
arah luas dan echo artinya gema/gaung. Berarti makna profan dari
katekese adalah suatu gema yang diperdengarkan/disampaikan ke
arah luas/keluar.
▪ Gema dapat terjadi jika ada suara yang penuh dengan keyakinan dan
gema tidak pernah berhenti pada satu arah, maka katekese juga
harus dilakukan dengan penuh keyakinan dan tidak pernah berhenti
pada satu arah.
▪ Dalam kitab suci juga terdapat kata katekese, terutama pada:
• Luk 1:4
• Kis 18:25
• Kis 21:21
• Rm 2:18
• 1Kor 14:19
• Gal 6:6
Prinsip – Prinsip Katekese

▪ Usaha katekese merupakan tanggung jawab seluruh umat sebagai


Gereja
▪ Usaha katekese mementingkan “proses” (bukan hasil yang
langsung/”instan”). Dengan kata lain : yang lebih utama adalah
bukan “target”/”hasil” yang sudah dicapai, melainkan “proses”
menuju/memperoleh hasil.
▪ Peserta katekese sebagai “subyek”/pelaku yang berperan dalam
proses.
▪ Katekese membantu orang menghayati imannya dalam situasi aktual
(orang mampu mewujudkan imannya secara konkrit dalam
hidup/ada integritas antara iman dan hidup bersama orang lain).
▪ Katekese berupaya mendorong umat untuk membangun relasi yang
harmonis dengan Tuhan, sesama maupun lingkungannya. Dalam hal
ini, proses katekese yang bertujuan mematangkan dan
mendewasakan iman harus dilaksanakan secara sadar dan terencana
dengan penuh tanggung jawab (tidak “improvisasi”)
▪ Katekese harus memperhitungkan situasi peserta (latar belakang,
psokologi, minat, kebutuhannya). Katekese harus menjadi lebih
kontekstual.
▪ Proses katekese adalah proses pendidikan iman yang membebaskan.
Dalam proses katekese setiap pribadi dihargai martabatnya
sederajat, dimana setiap orang bebas mengungkapkan pengalaman
imannya tanpa rasa takut. Dalam hal ini setiap pengalaman iman dari
masing-masing pribadi harus dilihat sebagai pengalaman yang dapat
memperkaya sesamanya dalam proses berkatekese.
▪ Katekese diharapkan membangun iman yang “terlibat’ (mendorong
“aksi”)
▪ Pendamping katekese sebagai “fasilitator” yang memudahkan
terjadinya komunikasi iman. Untuk itu, tidak tepatlah kalau
pendamping bertindak sebagai orang yang ‘maha tahu’ apalagi
sebagai penceramah yang mendominasi proses pertemuan.
▪ Proses katekese harus mampu “menjemput/menyentuh”
pengalaman hidup ataupun pengalaman iman peserta, sebagai
medan pertemuan manusia dengan Allah.
▪ Sarana maupun megode katekese yang diupayakan, semuanya
bertujuan untuk memudahkan terjadinya komunikasi iman.
pemikiran bahwa dalam pertemuan katekese “yang penting asal diisi
dengan banyak kegiatan bagi umat” bertentangan dengan prinsip
suatu proses katekese yang bertanggung jawab.
▪ Katekese hanya salah satu dari upaya-upaya pastoral secara
menyeluruh. Proses perkembangan iman harus dilengkapi dengan
upaya-upaya pastoral yang lain.
Peran dan tugas katekis dalam Gereja Katolik
mencakup beberapa hal, di antaranya:

▪ Pengajaran Iman: Katekis bertugas untuk mengajarkan ajaran


Katolik kepada murid-murid atau jemaat Gereja. Ini mencakup
pemahaman tentang Tritunggal Mahakudus, kisah keselamatan,
sakramen, moralitas, etika, dan ajaran Gereja lainnya.
▪ Persiapan Sakramen: Katekis terlibat dalam persiapan murid-murid
untuk menerima Sakramen, seperti Sakramen Baptis, Komuni Kudus,
Krisma (Penguatan), dan Rekonsiliasi (Pengakuan Dosa).
▪ Pembinaan Doa dan Kehidupan Spiritual: Katekis membantu
orang-orang dalam memahami dan mempraktikkan doa dan
kehidupan spiritual dalam kehidupan sehari-hari.
▪ Mendampingi dan Memberi Bimbingan: Katekis berperan sebagai
pendamping dan penasihat rohani bagi orang-orang, membantu
mereka menjalani kehidupan beriman dengan lebih baik.
▪ Mempersiapkan Calon Anggota Gereja: Katekis terlibat dalam
program katekumenat, yaitu periode persiapan bagi mereka yang
ingin menjadi anggota penuh Gereja Katolik melalui proses
pembaptisan dan krisma.
▪ Menjadi Teladan Iman: Katekis berusaha menjadi contoh dan
teladan dalam kehidupan beriman dan moralitas bagi orang-orang
yang mereka ajarkan.
▪ Berkolaborasi dengan Gereja dan Keluarga: Katekis bekerja sama
dengan pastor, imam, dan anggota Gereja lainnya, serta
berkolaborasi dengan keluarga dalam mendidik anak-anak dalam
iman Katolik.
▪ Mempersiapkan Materi Pengajaran: Katekis merancang dan
mempersiapkan materi pengajaran yang sesuai untuk berbagai
kelompok umur dan tingkat pemahaman.
▪ Katekis memiliki peran yang penting dalam membentuk iman dan
moralitas anggota Gereja Katolik. Mereka berusaha membantu
orang-orang mengenali kebenaran iman dan menjalani kehidupan
Kristiani yang konsisten dengan ajaran Gereja.
▪ Katekis juga berfungsi sebagai jembatan antara iman dan kehidupan
sehari-hari, membantu orang-orang memahami dan menerapkan
nilai-nilai iman dalam berbagai situasi kehidupan.
▪ Dalam dokumen-dokumen Gereja Katolik, katekese dianggap
sebagai suatu bentuk pelayanan dan pendidikan iman yang penting.
Gereja menaruh perhatian besar terhadap katekese karena ini adalah
cara untuk menyampaikan ajaran iman Katolik kepada umat dan
membantu mereka tumbuh dalam pertumbuhan rohani. Beberapa
dokumen gereja yang membahas mengenai katekese adalah:
▪ Dokumen Konsili Vatikan II - "Dei Verbum" (Konstitusi Dogmatis
tentang Wahyu Ilahi):
– Dokumen ini membahas tentang wahyu ilahi dan penyampaian ajaran iman. Di
dalamnya, Gereja mengakui bahwa Alkitab adalah wahyu Allah yang diwariskan
melalui tradisi gereja. Katekese dianggap sebagai salah satu cara untuk
menyampaikan wahyu ilahi ini kepada umat, sehingga mereka dapat mengenal
dan memahami lebih baik ajaran Gereja.

▪ Dokumen Konsili Vatikan II - "Lumen Gentium" (Konstitusi Dogmatis


tentang Gereja):
– Dalam "Lumen Gentium," Gereja menekankan peran penting katekese dalam
membentuk masyarakat Kristiani. Katekese dianggap sebagai sarana untuk
membimbing umat beriman, memberdayakan mereka untuk menjadi saksi
Kristus, dan berpartisipasi aktif dalam misi Gereja.
▪ "General Catechetical Directory" (Direktori Katekese Umum) tahun
1971:
– Dokumen ini memberikan panduan mengenai arti, tujuan, dan tugas katekese
dalam Gereja. Hal ini menekankan pentingnya pengajaran iman, pemahaman
ajaran Katolik, pembinaan rohani, dan pelayanan katekese dalam membantu
orang tumbuh dalam iman dan penghayatan liturgi.

▪ "Catechesi Tradendae" (Tentang Pengajaran Katekese) oleh Paus


Yohanes Paulus II tahun 1979:
– Paus Yohanes Paulus II menggarisbawahi peran katekese dalam membentuk dan
menggali iman orang-orang Katolik. Ia menekankan bahwa katekese harus
berakar dalam ajaran-ajaran Katolik, harus kontekstual dan relevan dengan
zaman dan budaya, serta harus dilandasi oleh cinta kasih dan kesetiaan pada
ajaran Gereja.
▪ "General Directory for Catechesis" (Direktori Umum Katekese) tahun
1997:
– Dokumen ini merupakan revisi dari "General Catechetical Directory" sebelumnya
dan memberikan panduan lebih rinci tentang katekese. Menekankan perlunya
kesatuan antara iman dan kehidupan, pengenalan diri dengan Yesus Kristus, dan
pengembangan keterampilan dalam mengajar dan melayani sebagai katekis.
▪ Dokumen-dokumen gereja ini menegaskan bahwa katekese bukan
hanya tentang menyampaikan informasi, tetapi juga membentuk
dan membimbing umat dalam iman dan kehidupan Kristiani.
▪ Para katekis memiliki tugas penting untuk menjadi pengajar,
pendamping rohani, dan saksi iman bagi umat Gereja, sehingga
mereka dapat hidup sesuai dengan ajaran Gereja dan terlibat aktif
dalam misi menyampaikan Kabar Baik kepada dunia.
Sesi II
• Yesus sebagai Teladan Utama
• Model dan metode Pengajaran Yesus
▪ Berkatekese adalah salah satu cara penting bagi Gereja Katolik
dalam menyampaikan ajaran iman kepada umatnya. Dalam konteks
ini, Yesus menjadi teladan utama dalam model pengajaran katekese.
▪ Caranya mengajar dan berinteraksi dengan para murid-Nya
mencerminkan sikap dan prinsip yang menjadi landasan bagi para
katekis dan pelayan Gereja dalam berkatekese
▪ Pertama-tama, pengajaran Yesus terkenal dengan penggunaan
perumpamaan atau cerita-cerita yang relevan dan mudah dipahami.
Ketika Ia berbicara tentang Kerajaan Allah, Ia menggunakan contoh
seperti biji sesawi yang kecil tapi tumbuh menjadi pohon besar untuk
menggambarkan pertumbuhan Kerajaan Allah di hati manusia.
▪ Pendekatan ini memungkinkan pendengarnya, termasuk para murid,
untuk lebih mudah memahami ajaran-Nya dan menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari.
▪ Kedekatan dan kesederhanaan juga menjadi ciri khas Yesus dalam
berkatekese. Ia tidak hanya menyampaikan ajaran secara intelektual,
tetapi juga menyentuh hati dan perasaan orang-orang yang
mendengarkan-Nya.
▪ Ia mampu memahami perasaan dan kebutuhan individu, sehingga
pesan-Nya menjadi relevan dan berarti bagi setiap orang yang
bertemu dengan-Nya. Sikap penuh kasih dan empati ini menjadikan
Yesus sebagai guru yang mampu mencapai hati para murid-Nya.
▪ Selain itu, Yesus memberikan perhatian khusus pada anak-anak dan
orang lain yang sering dianggap remeh oleh masyarakat. Ia
menunjukkan bahwa kerendahan hati dan penerimaan terhadap
orang-orang seperti mereka merupakan kunci untuk memahami dan
merasakan kehadiran Kerajaan Allah di tengah-tengah kita.
▪ Pengajaran tentang kasih dan pengampunan juga menjadi fokus
utama Yesus dalam berkatekese. Ia mengutip contoh-Nya sendiri
dalam mengasihi dan mengampuni orang lain, termasuk para
pendosa, sebagai teladan bagi umat-Nya.
▪ Doa dan pertumbuhan rohani adalah bagian integral dari pengajaran
katekese Yesus. Ia memberikan contoh dalam berdoa dan hidup
dalam keterhubungan yang erat dengan Allah Bapa.
▪ Ia seringkali pergi ke tempat sepi untuk berdoa, menunjukkan
pentingnya waktu pribadi dalam pertumbuhan iman dan hubungan
dengan Allah.
▪ Pengajaran katekese Yesus adalah model pengajaran yang
didasarkan pada cara Yesus mengajarkan ajaran-Nya kepada para
murid-Nya. Dalam pengajaran ini, ada beberapa elemen kunci yang
mencerminkan pendekatan Yesus dalam menyampaikan pesan-Nya.
Berikut adalah beberapa ciri utama dari model pengajaran katekese
Yesus:
▪ Kebenaran Substansial: Katekese Yesus berfokus pada inti pesan
dan kebenaran substansial yang relevan bagi kehidupan dan
pertumbuhan rohani para murid. Yesus menyampaikan ajaran-Nya
dengan penuh kebijaksanaan dan otoritas, dan pesan-Nya
mengandung hikmah yang mendalam.
▪ Kontekstual dan Konkret: Yesus sering menggunakan cerita-cerita
dan perumpamaan yang mudah dipahami oleh pendengarnya. Ia
mengaitkan ajaran-Nya dengan situasi kehidupan sehari-hari para
murid, membuat pesan-Nya lebih relevan dan mudah diresapi.
▪ Kesederhanaan dan Keterbukaan Hati: Katekese Yesus
mencerminkan kesederhanaan dan keterbukaan hati-Nya dalam
berinteraksi dengan para murid. Ia tidak menyembunyikan
kebenaran, tetapi dengan rendah hati dan penuh kasih mengajarkan
ajaran Gereja.
▪ Kepedulian Pribadi: Yesus mengenali setiap murid-Nya sebagai
individu yang berharga dan peduli pada kebutuhan dan pertumbuhan
rohani mereka secara pribadi. Pengajaran-Nya seringkali disesuaikan
dengan keadaan, pemahaman, dan kapasitas para murid.
▪ Contoh Hidup: Katekese Yesus tidak hanya berbicara tentang ajaran,
tetapi juga menjadi contoh hidup yang mengilhami para murid-Nya.
Ia hidup dalam kesucian, cinta kasih, belas kasihan, dan pelayanan,
yang mengajarkan banyak tentang nilai-nilai Kerajaan Allah.
▪ Ajakan Kepada Tindakan: Pengajaran katekese Yesus seringkali
menyertai ajakan untuk bertindak dan mengamalkan ajaran-Nya
dalam kehidupan sehari-hari. Ia mengajak para murid untuk berbuat
baik, mengasihi sesama, dan hidup dalam kebenaran.
▪ Pengajaran tentang Allah Bapa: Katekese Yesus secara konsisten
menyampaikan ajaran tentang hubungan anak dengan Allah Bapa. Ia
mengajarkan tentang kasih dan kepercayaan yang harus diberikan
kepada Bapa surgawi.
▪ Kekuatan Roh Kudus: Yesus menjanjikan Roh Kudus sebagai
Penolong dan Pengajar yang akan hadir dan memimpin murid-murid-
Nya dalam menghayati ajaran-Nya. Pengajaran katekese Yesus tidak
terbatas pada pengajaran-Nya sendiri, tetapi disertai bimbingan Roh
Kudus.
▪ Model pengajaran katekese Yesus menjadi teladan bagi para katekis
dan pelayan Gereja dalam menyampaikan ajaran iman Katolik
kepada orang lain. Dengan kasih, kebijaksanaan, kesederhanaan, dan
kepedulian, para katekis dapat menjadi perpanjangan pengajaran
Yesus dan membantu orang lain untuk lebih mendekat kepada-Nya.
▪ Perumpamaan Yesus:
▪ Banyak perumpamaan yang diajarkan oleh Yesus dalam Injil. Contoh-
contoh ini mencakup perumpamaan tentang Biji Sesawi(Matius
13:31-32) yang mengajarkan tentang pertumbuhan Kerajaan Allah,
dan perumpamaan tentang Kebun Anggur (Yohanes 15:1-8) yang
menggambarkan pentingnya tetap bersatu dengan Kristus.
▪ Khotbah di Bukit (Matius 5-7):
▪ Khotbah ini merupakan pidato yang terkenal dari Yesus, yang
mencakup berbagai ajaran moral dan etika, seperti Kebahagiaan
dalam Yesus (Matius 5:1-12) dan mengasihi musuh (Matius 5:43-48).
▪ Pengajaran tentang Kasih dan Pengampunan:
▪ Yesus mengajarkan tentang pentingnya mengasihi sesama seperti
diri sendiri (Matius 22:39) dan tentang pengampunan (Matius 18:21-
22). Ia menunjukkan contoh nyata tentang kasih dan pengampunan
dalam karyaNya.
▪ Pengajaran tentang Kehidupan Doa:
▪ Yesus mengajarkan tentang pentingnya doa dan memberikan contoh
doa Bapa Kami (Matius 6:9-13), yang menjadi dasar doa utama bagi
umat Kristiani.
▪ Ajaran tentang Kerajaan Allah:
▪ Yesus sering mengajarkan tentang Kerajaan Allah dan
menyampaikan bahwa Kerajaan itu sudah dekat (Markus 1:15).
Pengajaran ini mengarahkan orang untuk bertobat dan percaya pada
Injil.
▪ Pengajaran tentang Sakramen:
▪ Yesus menginstitusikan Sakramen Baptis (Matius 28:19) dan
Sakramen Ekaristi (Matius 26:26-28) sebagai cara bagi umat-Nya
untuk menerima rahmat dan hadirat-Nya secara konkret.
▪ Contoh Hidup dan Pengorbanan Yesus:
▪ Keseluruhan kehidupan dan pelayanan Yesus menjadi model bagi
umat-Nya. Pengajaran ini mencakup ajaran tentang mengasihi dan
melayani sesama, serta pengorbanan-Nya di kayu salib sebagai
rahmat penyelamatan bagi seluruh umat manusia.
Sesi III
Model dan metode Pengajaran Katekese Serta Tantangan bagi Katekis
▪ Ada beberapa model atau pendekatan dalam berkatekese, yang
dapat digunakan oleh katekis untuk menyampaikan ajaran agama
dengan cara yang efektif dan sesuai dengan kebutuhan peserta
katekese. Berikut adalah beberapa model berkatekese yang umum
digunakan:
▪ Model Katekese Kognitif: Fokus utama dari model ini adalah
memberikan pengetahuan agama dan pengajaran doktrinal. Peserta
katekese belajar melalui penjelasan teori dan konsep-konsep agama,
menggunakan bahan ajar seperti buku teks, bacaan Alkitab, dan
katekismus.
▪ Model Katekese Pengalaman: Pendekatan ini menitikberatkan pada
pembelajaran melalui pengalaman langsung. Peserta katekese
berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan praktis, ritus, doa bersama,
permainan peran, dan proyek-proyek amal yang relevan dengan
ajaran agama.
▪ Model Katekese Spiritualitas: Pendekatan ini menekankan pada
pengalaman spiritual dan kontemplatif. Peserta katekese diajak
untuk merenungkan, berdoa, meditasi, dan menjalani latihan
rohaniah yang membantu mereka dalam pertumbuhan spiritual.
▪ Model Katekese Keseharian: Pendekatan ini mengintegrasikan
ajaran agama dengan kehidupan sehari-hari peserta katekese.
Melalui diskusi, studi kasus, dan refleksi, peserta diajak untuk
menghubungkan nilai-nilai agama dengan situasi dan tantangan
kehidupan mereka.
▪ Model Katekese Kontekstual: Model ini menyesuaikan isi dan
metode katekese dengan latar belakang budaya, sosial, dan ekonomi
peserta. Tujuan utamanya adalah agar ajaran agama lebih relevan
dan mudah dipahami oleh peserta katekese.
▪ Model Katekese Keluarga: Pendekatan ini melibatkan orang tua dan
keluarga peserta katekese secara aktif dalam proses belajar
mengajar agama. Katekis bekerja sama dengan keluarga untuk
memberikan dukungan dan penguatan iman bagi peserta.
▪ Model Katekese Komunitas: Katekese diadakan dalam konteks
komunitas gereja atau paroki. Pendekatan ini menekankan pada
pembentukan solidaritas dan dukungan antaranggota komunitas
dalam pertumbuhan iman.
▪ Model Katekese Berbasis Media: Dalam era digital ini, model ini
menggunakan teknologi dan media massa untuk menyampaikan
ajaran agama. Misalnya, menggunakan video, podcast, aplikasi
mobile, atau platform pembelajaran online.
▪ Katekis dapat memilih atau menggabungkan beberapa model di atas
sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik peserta katekese serta
konteks lingkungan gereja atau paroki.
▪ Dengan menggunakan model yang tepat, katekis dapat membantu
peserta katekese untuk lebih memahami, menghayati, dan
mengaplikasikan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari mereka.
▪ Sesi tanya-jawab
▪ Merasa dipanggil sebagai katekis dan menerima tugas perutusan dari
Gereja untuk melakukannya, sesungguhnya dapat memperoleh
tingkat-tingkat pengabdian yang berbeda-beda selaras dengan sifat-
sifat khas setiap individu.
▪ Bagaimana dengan Anda? Model atau metode apa yang anda
gunakan dalam berkatekese?
▪ Kesulitan apa yang Anda hadapi selama proses berkatekese?
▪ Di satu sisi katekis memiliki tugas yang tidak mudah bagi mereka,
tetapi di sisi lain, untuk memperoleh kualitas-kualitas ini tidak harus
membuat para katekis berpikir untuk menjadi pelaku-pelaku yang
kompeten dalam berbagai bidang, tetapi terutama menjadi pribadi-
pribadi yang telah mengalami cinta kasih Allah dan yang, hanya
karena cinta itu, menjalankan pelayanan pewartaan tentang
Kerajaan Allah.
▪ Kesadaran akan keterbatasan-keterbatasan diri tidak boleh
mengecilkan hati katekis untuk menerima panggilan kepada
pelayanan; bahkan, ia dapat menjawab panggilan itu dengan
mengandalkan relasi yang hidup dengan Tuhan dan kerinduan untuk
menghidupi secara benar kehidupan Kristiani, dan dengan murah
hati menyediakan kepada komunitas «lima roti dan dua ikan» (bdk.
Mrk 6:38) dari karisma-karisma pribadi mereka.
▪ «Sekaligus, kita ingin mendapatkan pelatihan yang lebih baik. […]
Ketidaksempurnaan kita tidak harus menjadi dalih; sebaliknya,
perutusan adalah dorongan terus-menerus untuk tidak terperosok ke
dalam mediokrisi, tetapi untuk terus berkembang.»
Add a Slide Title - 4
Add a Slide Title - 5

Click icon to add picture

Anda mungkin juga menyukai