Ada aneka alasan yang mendasari orang menjadi Katolik. Orangtua menjadi Katolik karena mengikuti anak-anaknya yang sudah terlebih dahulu menjadi Katolik. Ada yang tertarik karena tuntutan atau mengikuti kekasihnya. “Aku mau menikah dengan kamu, asal kamu mau menjadi Katolik”. Ada yang mengatakan seperti itu. Tetapi ada pula yang sungguh karena kesadaran dan pilihan pribadi agar dalam keluarga nantinya tidak ada perbedaan agama. Ada yang menjadi Katolik karena pengaruh teman-temannya, entah teman pergaulan di kampung atau di sekolah. Yang lain menjadi Katolik karena melihat kehidupan orang-orang Katolik yang dapat menjadi contoh teladan hidup yang baik. Juga ada orang yang menjadi Katolik setelah mencoba masuk di agama-agama lain dan akhirnya menemukan agama yang dirasakan cocok dengan hatinya. Tentu masih banyak motivasi-motivasi lainnya mengapa orang menjadi Katolik. Motivasi awal itu menjadi sesuatu yang penting sebagai proses awal untuk menjadi Katolik. Dengan modal motivasi yang demikian itu, tidak berarti mereka sudah siap untuk dibaptis. Mereka perlu didampingi dan diteguhkan dalam proses berikutnya. Inilah perlunya katekese inisiasi. Proses ini tidak bisa diandalkan atau dilewatkan begitu saja. Menjadi Katolik tidak cukup hanya dengan motivasi walaupun motivasi itu penting. Menjadi Katolik itu perlu yang namanya katekese. Katekese adalah pendampingan calon-calon penerima sakramen untuk mendapat pengetahuan yang cukup tentang Allah dan karya keselamatan-Nya serta tentang ajaran Gereja. Pengetahuan itu sendiri disampaikan melalui proses waktu memadai sampai akhirnya terjadi pengendapan iman dalam hidup pribadi yang bersangkutan. Oleh karena itu, waktu katekese tidak boleh dipadatkan begitu saja dengan alasan mereka adalah orang berpendidikan sehingga mudah memahami; atau mereka sudah tua. Waktu katekese kecuali untuk pengajaran, juga untuk pengendapan agar apa yang diajarkan dapat diinternalisasikan dan kemudian dijadikan sebagai landasan dalam berpikir, berbicara, bersikap dan bertindak. Katekese menjadi penting bagi para calon penerima sakramen inisiasi. Mereka yang menerima sakramen harus dipersiapkan dengan katekese. Dalam Baptis darurat, katekese pun sebaiknya diberikan, seandainya memungkinkan dilaksanakan setelah Baptis. Katekese diberikan untuk menjamin bahwa orang yang siap menerima sakramen adalah orang yang memang sudah dianggap mengetahui ajaran agama Katolik, menghayatinya dalam kehidupan sehari-hari, serta mengungkapkannya dalam doa dan ibadat. Untuk mendukung katekese tersebut, pertama dibutuhkan tenaga-tenaga katekis yang siap untuk memberikan katekese kepada para calon penerima sakramen. Mereka akan mengajar, melatih, dan meneguhkan untuk menjadi Katolik. Katekis sendiri juga diharapkan memiliki bekal yang cukup agar mampu mendampingi para calon dengan kesungguhan hati. Yang dimaksudkan mendampingi ialah mengajar, meneguhkan, dan bahkan menjadi saksi serta teladan bagi para calon. Kedua, dibutuhkan sarana-sarana yang menunjang, diantaranya adalah buku pegangan mengajar. Dengan buku yang ada, diharapkan katekis bisa terbantu baik dalam wawasan pengajaran, metode, maupun isi agar pendampingan menjadi optimal. Ketiga, dibutuhkan waktu dan kesetiaan para calon untuk mengikuti pendampingan. Waktu menjadi sarana pengendapan sedangkan kesetiaan calon untuk hadir akan menjadi pertanda keseriusan orang tersebut untuk menjadi Katolik.
B. TUJUAN KATEKESE INISIASI
Katekese, menurut Directorium Catechisticum Generale (Petunjuk Umum Katekese), merupakan kegiatan yang membawa umat menuju kedewasaan iman, bertujuan membantu umat mendapatkan pengetahuan mengenai Allah dan karya keselamatan-Nya serta membantu umat mengembangkan diri dalam iman. Selain itu, dalam kaitannya dengan pengajaran agama, Evangelii Nuntiandi menguraikan bahwa katekese bertujuan membentuk pola-pola hidup Kristen, mengolah pikiran dan hati sehingga orang yang bersangkutan menemukan kebenaran sejati yang dapat menghidupinya, dan bukan sekedar memberi pengetahuan. Sedangkan dalam Catechesi Tradendae dikatakan bahwa katekese merupakan pembinaan yang mencakup penyampaian ajaran Kristen secara sistematis yang diorganisir penyampaiannya, sehingga benar-benar bisa membantu pesertanya untuk hidup secara kristiani dan beriman dewasa. Di Indonesia sendiri sejak 5 Juli 1980, katekese dirumuskan sebagai Katekese Umat, yang diartikan sebagai komunikasi iman atau tukar-menukar pengalaman iman atau penghayatan iman antar jemaat, supaya saling meneguhkan, menghayati, memperkembangkan iman, untuk semakin sempurna. Yang mau lebih ditekankan ialah penghayatan iman walaupun pengetahuan tidak boleh dilupakan atau dianggap tidak penting. Sedangkan Evangelisasi diperlukan untuk membangkitkan iman, sehingga seseorang ingin mengenal lebih dalam iman Katolik dalam proses katekese. Proses katekese ini akan menuntun seseorang kepada kepenuhan hidup kristiani, yang dimanifestasikan dalam sakramen inisiasi (Baptis, Penguatan, dan Ekaristi). Katekese memainkan peranan yang penting sekali dalam misi pewartaan Injil. Katekese adalah upaya utama untuk mengajarkan dan mengembangkan iman. Sejak Gereja Perdana, tugas katekese telah dipercayakan kepada Gereja. Tugas ini lalu dijalankan sampai sekarang, termasuk juga Katekese Inisiasi. Lewat Katekese, para peserta memasuki kepenuhan hidup Kristiani (Catechesi Tradendae, 18). Hal itu diusahakan melalui pembinaan iman yang didalamnya menyangkut penyampaian ajaran iman secara terencana, sistematis dan terorganisir. Dengan demikian, dalam Katekese Inisiasi ada unsur pengajaran, pendalaman, dan pendidikan iman yang diusahakan agar para calon semakin dewasa dalam iman. Lewat Katekese Inisiasi, Gereja hendak membntu umat agar semakin memahami, mengayati dan mewujudkan imannya dalam kehidupan sehari-hari. Prosesnya meliputi pengajaran, pendalaman, dan pembinaan menuju pendewasaan baik hidup beriman maupun moral serta kemasyarakatannya. Dalam katekese tersebut, Kristus menjadi pusat pewartaan sebab inti katekese adalah menjadikan orang semakin dewasa dalam Kristus. Katekese yang berpusat pada Kristus itu juga ditekankan oleh para uskup Indonesia. Dalam naskah kerja MAWI 1976, disebutkan bahwa setiap orang kristiani untuk mengartikan dan mendalami hidup pribadi maupun bersama menurut pola Yesus Kristus, menuju hidup kristiani yang dewasa penuh. Maka dalam Katekese Inisiasi, diperlukan katekese mengenai pertobatan. Pendewasaan hidup dalam Kristus, tidak mungkin tanpa pertobatan, yakni kesadaran bahwa diri manusia itu berdosa dan tidak mungkin selamat tanpa penyelamatan dari Kristus. Maka pertobatan sebenarnya merupakan kesadaran bahwa manusia tidak bisa lepas dari Kristus. Penebusan Kristus menjadi pintu masuk keselamatan manusia. Oleh karena itu pengenalan akan Kristus, hendaknya membawa orang pada pertobatan. Pertobatan akan mengantar orang pada penyerahan diri pada Kristus yang akan membarui hidup. Inilah yang dimaksudkan oleh Santo Paulus bahwa kalau kita mati bersama Kristus, kita akan bangkit bersama Kristus dan hidup dalam kemuliaan.
C. PROFIL ORANG KATOLIK YANG DICITA-CITAKAN
Orang Katolik macam apa yang dicita-citakan melalui Katekese Insiasi? Pertanyaan itu sebenarnya menegaskan arah dan tujuan akhir dari adanya katekese inisiasi. Katekese inisiasi tidak hanya sekadar mengantar orang untuk menerima sakramen Baptis, Ekaristi atau Penguatan. Katekese inisiasi pertama-tama dan terutama untuk membangun hidup seseorang di dalam Kristus. Santo Paulus memiliki banyak ungkapan yang menarik mengenai hal ini. “Sekarang bukan lagi aku yang hidup, tetapi Kristus yang hidup dalam diriku”. “Manusia lama ditinggalkan dan kita mengenakan manusia baru dalam Kristus”. “Bagiku, hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan”. Pendek kata, katekese inisiasi menghasilkan pribadi yang menampakkan wajah Kristus dalam kehidupan sehari-hari. Seperti yang pernah dijabarkan dalam buku “Mengikuti Yesus Kristus”, pribadi yang diidealkan melalui katekese inisiasi adalah pribadi yang menampakkan wajah Yesus yang ceria. Keceriaan itu bersumber dari pengalaman relasinya dengan Bapa yang kemudian dibagikan melalui pewartaan Kabar Gembira. Ia gembira saat bersama anak- anak; Ia penuh belas kasih saat bersama orang yang sakit dan berdosa; Ia gembira saat mewartkan Kerajaan Allah. Ia ceria saat menjalankan perutusan walaupun tugas itu tidak mudah bahkan berakhir dengan peristiwa salib. Gambaran Yesus itu diharapkan menjadi gambaran orang-orang yang telah menerima sakramen inisiasi. Pertama, orang bisa ceria hidupnya karena telah mengalami relasi dengan Yesus yang telah menjadikan dirinya kudus dan turut serta dalam kesatuan kasih Allah Tritunggal. Keceriaan ini hendaknya tercermin dalam peristiwa-peristiwa peribadatan sebagai ungkapan iman. Ia setia untuk berdoa, beribadat, dan berekaristi. Kedua, keceriaan orang hendaknya tercermin dalam sikapnya kepada sesamanya dengan membangun persaudaraan sejati. Mereka senang untuk hidup menjemaat, mewujudkan Gereja yang hidup, senang berkumpul dalam iman, harapan dan kasih. Menjadi Katolik bukan hanya panggilan personal, tetapi juga panggilan eklesial agar diantara umat juga menyadari kesatuannya dalam Kristus. Ketiga, keceriaan sebagai orang kristiani hendaknya tampak juga dalam kehidupan bermasyarakat. Hidup tidaklah untuk diri sendiri; hidup merupakan sebuah perutusan yaitu perutusan di tengah masyarakat untuk menciptakan kehidupan yang damai, adil dan penuh persaudaraan. Di tengah masyarakat, orang kristiani dipanggil untuk menghayati nilai-nilai Injili dengan mengedepankan kebaikan, kelemahlembutan, kemurahan hati, solidaritas dan pengampunan. Dengan demikian, di tengah masyarakat, orang kristiani bisa menjadi garam, terang dan berkat bagi sesamanya. Keempat, keceriaan orang kristiani hendaknya tampak juga dalam tugas-tugas pewartaan dan kesaksian iman melalui kehidupannya. Gereja hidup dari pewartaan dan diteguhkan oleh pewartaan juga. Pewartaan adalah tanggung jawab semua orang kristiani. Oleh karena itu mereka juga dipanggil untuk menjadi pewarta di tengah kehidupannya, mulai dari dalam keluarga, lingkungan, tempat kerja dan akhirnya dimanapun mereka berada. Melalui mereka, diharapkan Kristus semakin dikenal, dan kasih-Nya semakin dirasakan oleh banyak orang. Pewartaan bukan dimaksudkan sebagai usaha kristenisasi, tetapi sebagai bagian dari penginjilan, yaitu agar semakin banyak orang menerima Kabar Gembira Kristus. Itulah profil yang diharapkan muncul dalam diri orang-orang kristiani yang telah merenima sakramen inisiasi. Menjadi Katolik memang penting, tetapi perlu disertai kesediaan untuk mengikuti Yesus Kristus dan meneladan hidup-Nya.