membaptis berarti membenamkan calon ke dalam air atau menuangkan air ke atas kepala sambil mengucap
atas nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Sakramen baptis merupakan sakramen dasar bagi orang
Kristiani, dengan dibaptis berarti orang bergabung menjadi anggota Gereja Setelah kebangkitan, Yesus
memberikan tugas perutusan kepada para rasul untuk membaptis (Mat 28:19). Maka sejak Pentakosta Gereja
melayani Sakramen pembaptisan kepada setiap orang yang percaya kepada Kristus.
Ada beberapa istilah yang kita jumpai untuk mempelajari sakramen baptis, yakni:
Katekumen (calon baptis),
katekis (guru pengajar agama dalam gereja),
Katekese (bahan ajaran/pewartaan tentang Yesus Kristus),
Katekismus (kamus/buku yang mencakup materi pewartaan Yesus Kristus).
Menurut Kitab Hukum Kanonik, hendaknya Calon baptis didampingi oleh wali baptis, yang bertugas untuk
mendampingi calon baptis dewasa dalam inisiasi kristiani, dan bersama orangtua calon baptis bayi untuk
dibaptis, dan juga mengusahakan agar yang dibaptis hidup secara kristiani yang sesuai dengan baptisnya
serta memenuhi dengan setia kewajiban-kewajiban yang melekat pada baptis itu” (No. 872).
Buah atau rahmat dari pembaptisan adalah:
1) Menghapuskan dari segala dosa,
2) Dilahirkan kembali menjadi anak Allah,
3) Mendapat rahmat pengudusan dan pembenaran yang mempersatukan seseorang dengan Kristus dan
Gereja-Nya,
4) Ikut ambil bagian dari tugas Gereja, dan
5) Dimateraikan yang menandakan menjadi milik Kristus selama-lamanya.
Sakramen baptis merupakan sakramen dasar bagi orang Kristiani, dengan dibaptis berarti orang bergabung
menjadi anggota Gereja Setelah kebangkitan, Yesus memberikan tugas perutusan kepada para rasul untuk
membaptis (Mat 28:19).
Dalam Gereja Katolik, secara umum yang lazim dipergunakan dalam pembaptisan adalah dengan
menuangkan air, bukan dengan menenggelamkan.
Lambang yang dipergunakan dalam sakramen baptis antara lain:
– Air yang berarti membersihkan dari dosa-dosa.
– Lilin yang melambangkan cahaya Kristus sebagai penerang dalam kehidupan, karena kita adalah anak
terang Kristus (Ef 5:8).
– Kain Putih yang melambangkan kita “mengenakan Kristus” artinya bahwa sesudah dibaptis kita
mengandalkan kekuatan Kristus dalam menjalani hidup.
Seseorang yang ingin menjadi murid Kristus, syarat utamanya adalah harus percaya atau beriman kepada
Yesus Kristus. Bagaimana mungkin orang yang tidak percaya dapat mengimani Kristus?
Percaya, terlebih beriman tidak berarti hanya sekedar mengetahui, melainkan percaya dan hidup sesuai
dengan ajaran-Nya dan berupaya untuk mewujudkan ajaran-Nya dalam kehidupan nyata sehari-hari.
Sakramen Baptis menghasilkan buah atau rahmat yaitu:
1) Menghapuskan dari segala dosa,
2) Dilahirkan kembali menjadi anak Allah,
3) Mendapat rahmat pengudusan dan pembenaran yang mempersatukan seseorang dengan Kristus dan
Gereja-Nya,
4) Ikut ambil bagian dari tugas Gereja, dan
5) Dimateraikan yang menandakan menjadi milik Kristus selama-lamanya.
WALI BAPTIS
Tiap Calon Baptis akan mendapat satu atau dua orang Wali Baptis. Untuk para Calon Baptis dewasa, Wali
Baptis berperan mendampingi Calon Anak Baptisnya dalam inisiasi kristiani (setidaknya mulai dari upacara
pemilihan nama baptis sampai Masa Mistagogi) dan mengusahakan agar Anak Baptisnya tetap menghayati
hidup Kristiani dan memenuhi kewajiban-kewajiban Kristianinya dengan setia (lih. Kan 872).
Agar seseorang dapat diterima untuk mengemban tugas Wali Baptis, haruslah:
Ditunjuk oleh Calon Baptis sendiri atau oleh orangtuanya atau oleh orang yang mewakili
mereka atau, bila mereka itu tidak ada, oleh Pastor Paroki atau pelayan baptis, selain itu ia
cakap dan mau melaksanakan tugas itu;
Telah berumur genap enam belas tahun, kecuali umur lain ditentukan oleh Uskup Diosesan atau
ada kekecualian yang atas alasan wajar dianggap dapat diterima oleh Pastor Paroki atau
pelayan baptis;
Seorang Katolik yang telah menerima Sakramen Penguatan dan Sakramen Ekaristi Maha
Kudus, lagi pula hidup sesuai dengan iman dan tugas yang diterimanya;
Tidak terkena suatu hukuman kanonik yang dijatuhkan atau dinyatakan secara legitim;
Bukan ayah atau ibu dari Calon Baptis. (Kan. 874 § 1)
Lebih dari sekedar kehormatan menjadi Wali Baptis adalah suatu panggilan untuk mengemban tugas mulia.
Bila orang yang anda pilih tidak menjalankan tugasnya dengan baik, tentu akan kecewa bukan?!. Anda
berharap Wali Baptis mendukung anda dalam doa. Kalau sebaliknya yang terjadi, tentu anda merasa dahulu
anda salah pilih? Maka perlu mempertimbangkan apakah dia mudah dimintai tolong dan bagaimana dia
menghidupi iman Katoliknya.
Seandainya dia hanya kadang-kadang pergi ke gereja mingguan, sebaiknya jangan dipilih. Tentu anda akan
mencari yang mempunyai semangat doa sehingga bisa diharapkan mereka dengan teratur mendoakan Anda.
Syukur bila kemudian mereka bisa menjadi tempat konsultasi atau sekadar sharing iman. Hendaknya juga
tidak memilih Wali Baptis langganan yang sudah terlalu banyak menerima tanggung jawab sebagai Wali
Baptis.
Akan lebih baik dan bisa jadi, pilihan kemudian jatuh kepada para warga lingkungan anda sendiri. Hal ini
justru mempunyai beberapa kelebihan, yakni kontak dengan Anda bisa lebih sering dilakukan sehingga
kesaksian hidupnya bisa anda lihat minggu demi minggu, dan bila Wali Baptis cukup aktif dalam hidup
menggereja di Lingkungan dan Paroki, niscaya juga menjadi teladan Anda terlibat dalam hidup menggereja.
Bila anda telah menemukan Wali Baptis dan mereka telah menyatakan kesanggupannya. Coba anda
meminjam buku di Perpustakaan Paroki dengan judul Wali Baptis: Peran dan Tanggung Jawabnya (Pustaka
Nusatama). Pinjamkan ke Wali Baptis anda, sehingga diharapkan setelah membaca buku tersebut, Wali
Baptis anda pun tahu persis apa yang menjadi peran dan tanggung jawabnya, bukan hanya dalam Upacara
Pembaptisan saja, melainkan terlebih sesudah pembaptisan anda. Dengan demikian anda bisa berharap
relasi rohani anda dengan Wali Baptis akan mendukung perkembangan iman anda.