INISIASI KRISTIANI
A. Doa Pembuka/Nyanyian
(Pembina meminta seorang peserta untuk membuka pertemuan dengan doa)
B. Pengantar
Baptis — Krisma — Ekaristi disebut pula SAKRAMEN INISIASI: artinya tiga serangkai
yang mengukuhkan seseorang menjadi anggota penuh dari Gereja. Dengan dibaptis, orang
secara resmi menjadi anggota Gereja; dengan Krisma keanggotaannya dikukuhkan; dengan
Ekaristi pengukuhan itu dirayakan: Gereja "makan bersama" merayakan masuknya anggota-
anggota baru. Baptis dan Krisma sebenarnya hanya ingin memberi tekanan khusus kepada dua
aspek dari misteri yang sama, yakni inisiasi. Dalam pembaptisan pencurahan air mendapat
tekanan khusus sebagai lambang bahwa calon baptis menerima hidup baru dan
diterima sebagai anggota jemaah. Sedangkan Krisma ingin memberi tekanan istimewa kepada
Roh Kudus. Artinya calon krisma diajak lebih menyadari dan menghayati kehadiran Roh Kudus
dalam diri mereka; mereka harus semakin dijiwai oleh Roh Kudus, Roh Kristus sendiri, yang
menjiwai seluruh jemaah Kristen dan kegiatannya.
Dengan Sakramen Krisma dijelaskan bahwa orang yang sudah dibaptis kini dikukuhkan
sebagai anggota penuh jemaah, turut bertanggung jawab atas kesejahteraan umat, dan
mendapat kedudukan serta peranan yang sama seperti semua warga lainnya. la
memperoleh hak dan kewajiban menjadi salah satu tenaga penyelamat, baik penyelamat diri
sendiri maupun penyelamat masyarakat.
Menurut buku liturgi, "proses inisiasi Kristen dilanjutkan dalam sakramen krisma. Dalam
sakramen krisma itu orang beriman menerima Roh Kudus yang pada hari Pentekosta diutus
Tuhan kepada para rasul serta anugerah Roh Kudus ini, orang beriman menjadi lebih serupa
dengan Kristus dan dikuatkan untuk memberi kesaksian tentang Kristus, demi pembangunan
tubuh-Nya dalam iman dan cinta kasih.
Begitu juga dengan Pembaptisan dan Krisma. Pembaptisan, Yang disebut "pintu" (LG
11) untuk "masuk menjadi anggota umat Allah" (PO 5), mengarah ke dalam. Sebaliknya Krisma,
yang mewajibkan orang "menyebarluaskan dan membela iman sebagai saksi Krisus yang sejati"
(LG 11), mengarah ke luar. Tentu saja "dengan baptis dan penguatan/krisma orang ditugaskan
untuk kerasulan" (LG 33; lih. AG 36). Dengan demikian, kelihatan bahwa inisiasi merupakan
proses: masuk kemudian diutus. Tentp, saja, seseorang tidak masuk Gereja untuk "mapan" di
situ, melainkan supaya diutus. Oleh karena itu kedua sakramen bersama membuat orang
menjadi, anggota Gereja dalam arti penuh. Tetapi karena arahnya yang berbeda, kedua
sakramen ini pantas dibedakan.
C. Materi Pokok
Gereja Katolik mengajarkan bahwa dampak dari suatu sakramen itu ada, yaitu ex opere
operato (oleh kenyataan bahwa sakramen itu dilayankan), tanpa
memperhitungkan kekudusan pribadi pelayan yang melayankannya. Tetapi kurang layaknya
kondisi penerima untuk menerima rahmat yang dianugerahkan tersebut dapat menghalangi
efektivitas sakramen itu baginya; sakramen memerlukan adanya iman meskipun kata-kata dan
elemen-elemen ritualnya berdampak menyuburkan, menguatkan, dan memberi ekspresi bagi
iman (Kompendium Katekismus Gereja Katolik, 224).
Dalam gereja katolik ada tiga sakramen yang disebut sebagai sakramen inisiasi, ketiga
sakramen ini merupakan sakramen yang menandakan bahwa sorang katolik telah sah menjadi
anggota penuh gereja dan terlibat penuh dalam tri tugas gereja. Kata inisiasi sendiri berasal dari
bahasa Latin Inire yang berarti masuk ke dalam. Jadi, inisiasi adalah perayaan ritus yang
menjadi tanda masuknya seorang yang diterima masuknya seseorang dalam sebuah kelompok
dan juga tanda diterima menjadi dewasa. Melalui inisisi kristiani dalam gereja katolik, orang
resmi menjadi anggota gereja, yang tampak nyata dalam peristiwa pembaptisan. Adapun
sakramen-sakramen yang ada dalam inisiasi Gereja Katolik adalah :
1. SAKRAMEN BAPTIS
Sakramen Baptis adalah sakramen pertama yang diterima oleh seseorang yang hendak
menjadi anggota Gereja Katolik. Sakramen Baptis adalah sakramen pertama dalam inisiasi
Katolik. Inisiasi adalah penerimaan seseorang masuk ke dalam atau menjadi anggota kelompok
tertentu. Pembaptisan membebaskan penerimanya dari dosa asal serta semua dosa pribadi dan
dari hukum akibat dosa-dosa tersebut, dan membuat orang yang dibaptis itu mengambil bagian
dalam kehidupan Tritunggal Allah melalui “rahmat yang menguduskan” (rahmat pembenaran
yang mempersatukan pribadi yang bersangkutan dengan Kristus dan Gereja-Nya). Pembaptisan
juga membuat penerimanya mengambil bagian dalam imamat Kristus dan merupakan landasan
komunio (persekutuan) antar semua orang Kristen.
Sakramen baptis ini merupakan gerbang sakramen-sakramen, yang perlu untuk
keselamatan, entah diterima secara nyata ataupun dalam kerinduan, dengan mana manusia
dibebaskan dari dosa, dilahirkan kembali sebagai anak-anak Allah serta digabungkan dengan
gereja setelah dijadikan serupa dengan Kristus setelah dimateraikan yang tak terhapuskan, dan
hanya diterima secara sah dengan pembasuhan air sungguh serta bersama rumusan-rumusan
kata-kata yang diwajibkan ( bdk. KHK, Kan. 849 ).
Dalam penerimaan sakramen baptis harus melewati 3 Tahap Inisiasi (pembaptisan) Katolik,
sebagai berikut :
2) Masa katekumen menjadi calon baptis; (Masa perkembangan iman calon baptis, merupakan
masa pengajaran dan pembinaan iman).
3) Masa calon baptis menjadi Baptisan Baru; (Masa persiapan baptisan dan penerimaan menjadi
anggota Gereja Katolik).
4) Sesudah dibaptis, para baptisan baru menerima atau mengalami masa pembinaaan iman
sebagai baptisan baru yang disebut mistagogi. Untuk dibaptis, seseorang harus percaya dan
beriman kepada Kristus. Percaya kepada Kristus berarti hidup sesuai dengan ajaran Kristus
dalam kehidupan sehari-hari. Melalui sakramen baptis seseorang dilahirkan kembali dalam air
dan roh. Lilin bernyala yang diterima oleh baptisan baru dalam upacara sakramen baptis
merupakan lambang baptisan baru yang sudah diterangi oleh Kristus dan harus senantiasa
berusaha hidup dalam terang Kristus.
Sakramen baptis dalam Gereja Katolik, hendaknya dirayakan menurut tata perayaan
dalam buku-buku liturgi yang disetujui, kecuali dalam keadaan darurat, dimana seorang pelayan
baptis harus menggunakan forma dan materia yang sudah ditentukan menurut hukum gereja,
sebagai tanda sahnya pembaptisan tersebut. Pelayan baptis dalam perayaan baptis yang
dirayakan pada dasarnya haruslah para kaum tertahbis, seperti uskup, pastor, dan diakon yang
disebut dsebagai pelayan biasa. Namun bilamana pelayan biasa tidak dapat hadir atau ada
halangan, baptisan bisa dilaksanakan secara licit oleh katekis atau orang lain yang ditugaskan
oleh Ordinaris wilayah, bahkan dalam keadaan darurat siapapun yang menpunyai maksud
semstinya dengan forma dan materia yang sudah ditentukan menurut hukum gereja ( bdk. KHK,
Kan. 861 $ 2). Namun harus diingat juga bilamana tidak dalam keadaan darurat tidak
seorangpun diijinkan melakukan pembaptisan tanpa seijin Ordinaris wilayah.
Calon baptis pada umumnya ialah setiap dan hanya manusia yang belum dibaptis. Baik
itu dewasa maupun banyi. Bilamana ia seorang dewasa ia harus mempunyai niat sungguh yang
diutarakan untuk menerima sakramen baptis tersebut, dan harus mendapatkan pengajaran
mengenai kebenaran iman kristiani dan kewajiban-kewajiban kristiani dan telah teruji dalam
hidup kristiani melalui katekumenat ( bdk. KHK, Kan.865 $ 1 ). Apabila calon baptisnya seorang
bayi, maka orang tualah yang bertanggung jawab penuh untuk pendidikan dan pembinaan
imannya, selain dari pihak Gereja. Seorang calon baptis haruslah memilih wali baptisnya, yang
dipilih sendiri ataupun oleh orang tuanya. Wali baptis haruslah katolik yang sudah menerima
sakramen-sakramen inisiasi dalam gereja katolik, berusia 16 tahun ke atas, tidak terkena
hukuman kanonik, dan bukan ayah adan ibu dari calon baptis.
Materi: Air, kain putih, lilin (dan sarana lain yang menunjang, yang sifatnya tidak wajib)
Forma: Aku membaptis kamu, dalam nama Bapa, Putera, dan Roh Kudus
1) Mendapat pengampunan dari segala dosa, baik dosa asal maupun dosa yang dibuatnya.
3) Memperoleh rahmat pengudusan yang membuatnya sanggup semakin percaya kepada Allah,
berharap kepada-Nya, dan mencintai-Nya. Membuatnya hidup di bawah bimbingan dan
dorongan Roh Kudus. Membuatnya sanggup bertumbuh dalam kebaikan.
4) Digabungkan menjadi Anggota Gereja, sebagai bagian dari Tubuh Mistik Kristus.
5) Dimateraikan secara kekal dalam sebuah materai rohani yang tak terhapuskan, sebagai bagian
dari Kristus.
Macam-macam Baptisan:
3) Baptisan Rindu: Saat seseorang ingin dibaptis dan ingin menjadi anggota Gereja Katolik,
menjalani masa katekumenat namun sebelum dibaptis, ia sudah meninggal. Maka ia sudah
menerima Baptisan Rindu.
4) Baptisan Darah: Saat seseorang ingin dibaptis dan ingin menjadi anggota Gereja Katolik,
menjalani masa katekumenat namun sebelum dibaptis, ia sudah meninggal karena membela
imannya.
2. SAKRAMEN EKARISTI
Sakramen Ekaristi berasal dari Yesus sendiri. Dalam Perjamuan Terakhir bersama para
murid, Yesus mengucap syukur dan memberikan pesan-Nya: Inilah Tubuh-Ku yang diserahkan
bagi kamu, perbuatlah ini menjadi kenangan akan Aku. Ia juga berkata: Cawan ini adalah
perjanjian baru oleh darah-Ku yang ditumpahkan bagimu. Ia juga memberikan perintah untuk
melakukan hal itu sebagai kenangan akan diri-Nya: Perbuatlah ini menjadi peringatan akan
Daku. Perjamuan Tuhan diteruskan oleh Gereja dalam perjamuan Ekaristi. Perjamuan Ekaristi
adalah peringatan syukur untuk mengenangkan dan sekaligus menghadirkan kembali Yesus
yang mempersembahkan diri-Nya dalam kematian di salib demi keselamatan manusia, sesuai
dengan perintah Yesus.
Melalui Ekaristi, kita mengambil bagian dari Tubuh dan Darah Yesus Kristus (Komuni
Suci) serta turut serta dalam pengorbanan diri-Nya. Roti dan anggur ditransformasi menjadi
Tubuh dan Darah Kristus. Perubahan ini disebut transubstansiasi. Hanya uskup atau imam yang
dapat menjadi pelayan Sakramen Ekaristi, dengan bertindak selaku pribadi Kristus sendiri.
Ritus Pembukaan
Liturgi Sabda
Liturgi Ekaristi
Ritus Penutup
Forma: “Inilah Tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu, perbuatlah ini menjadi kenangan akan
Aku”. “Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagimu. Perbuatlah
ini menjadi peringatan akan Daku”.
3. SAKRAMEN KRISMA
Menurut buku liturgi, “proses inisiasi Kristen dilanjutkan dalam sakramen krisma. Dalam
sakramen krisma itu orang beriman menerima Roh Kudus yang pada hari Pentekosta diutus
Tuhan kepada para rasul. Berkat anugerah Roh Kudus ini, orang beriman menjadi lebih serupa
dengan Kristus dan dikuatkan untuk memberi kesaksian tentang Kristus, demi pembangunan
tubuh-Nya dalam iman dan cinta kasih”. Di sini terletak kesulitan sakramen krisma: Roh Kudus
itu sudah diterima dalam pembaptisan, yang merupakan kelahiran kembali dari air dan Roh (lih.
Yoh 3:6; Kis 2:38).
Sakramen Krisma adalah salah satu dari tiga sakramen inisiasi Kristen yaitu Baptis,
Krisma dan Ekaristi. Sakramen Krisma memiliki dasar Kitab Suci dari Kis 8:16-17 "Sebab Roh
Kudus belum turun di atas seorangpun di antara mereka, karena mereka hanya dibaptis dalam
nama Tuhan Yesus. Kemudian keduanya menumpangkan tangan di atas mereka, lalu mereka
menerima Roh Kudus." dan dari Kis 19:5-6 "Ketika mereka mendengar hal itu, mereka memberi
diri mereka dibaptis dalam nama Tuhan Yesus. Dan ketika Paulus menumpangkan tangan di
atas mereka, turunlah Roh Kudus ke atas mereka, dan mulailah mereka berkata-kata dalam
bahasa roh dan bernubuat". dari kedua kutipan ini jelas bahwa Sakramen Krisma membutuhkan
penumpangan tangan untuk mengundang Roh Kudus.
Di dalam sakramen Krisma, kita menerima "Kepenuhan Roh Kudus" sehingga kita dapat
secara penuh dan aktif berkarya dalam Gereja. bandingkan dengan para rasul yang menerima
Roh Kudus saat Pantekosta, sebelum peristiwa Pantekosta mereka sudah menerima Roh Kudus
(lihat Yoh 20:22) tetapi mereka baru 'aktif' sesudah Pantekosta. Demikian juga halnya dengan
kita karena sebenarnya Roh Kuduspun sudah kita terima saat Permandian, yaitu Roh yang
menjadikan kita Anak-Anak Allah, dan yang membersihkan kita dari Dosa Asal (lebih Jelasnya
lihat tentang Sakramen Babtis). Itulah disebutkan bahwa Sakramen Babtis adalah Sakramen
Paskah dan Sakramen Krisma adalah Sakramen Pantekosta.
Dalam Sakramen Krisma juga ada Pengurapan dengan minyak Krisma yang berarti kita
yang sudah menerima Krisma Dikuduskan, Dikhususkan, dan menerima Kuasa untuk melakukan
tugas perutusan kita sebagai umat beriman (bdk 1 Samuel 10:1;1Samuel 16:13; 1 Raj 1:39).
Dengan menerima Sakramen Krisma, kita menerima Roh Kudus yang merupakan meterai,
Tanda bahwa kita ini milik Allah. Dengan menerima Krisma berarti berarti kita dinilai sudah
dewasa dalam Iman, dilantik menjadi saksi Iman dan terlibat penuh dalam Gereja.
4) Mampu menjadi ragi, terang dan garam dunia di dalam masyarakat, dan melakukan kebaikan,
kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kelemahlembutan, kemurahan hati, kesetiaan,
kejujuran, penguasaan diri, supaya semakin banyak orang mengalami cinta dan kehadiran Allah.
Oleh karena Pembaptisan, Ekaristi, dan Penguatan membentuk satu kesatuan maka “
umat beriman …. diwajibkan menerima sakramen itu tepat pada waktunya” ( Kitab Hukum
Kanonik, kanon 890). Tanpa penguatan dan pembaptisan, sakramen pembaptisan memang sah
dan berhasil guna, namun inisiasi Kristen masih belum lengkap ( KGK, Art, 1306 )
Dalam ritus latin sakramen penguatan diberikan “ melalui pengurapan dengan krisma di dahi
dengan peletakan tangan dan dengan perkataan : “ Semoga dimaterai oleh karunia Allah, Roh
Kudus” ( KGK, Art. 1299-1300 ). Pemberi penguatan yang sebenarnya adalah Uskup ( KGK, Art.
1312 ). Berkat Sakramen Krisma, kita terikat pada Gereja secara lebih sempurna dan diperkaya
dengan daya kekuatan Roh Kudus yang istimewa. Dengan demikian, kita diwajibkan untuk
menyebarluaskan dan membela iman sebagai saksi Kristus yang sejati, dengan perkataan
maupun perbuatan (Lumen Gentium art. 11)
D. Diskusi
Bentuk sebuah kelompok (terdiri dari 2-4 orang) lalu diskusikan lah beberapa hal di
bawah ini :
1. Menurut kalian mengapa inisiasi kristiani sangat penting dalam Gereja Katolik?
3. Menurut pendapat kalian sebagai seorang katolik yang sudah menerima inisiasi kristiani, apa
saja tugas dan tanggung jawab kita, dalam hidup berkeluarga, bermasyarakat, dan menggereja.
(jawaban dari pertanyaan diskusi bisa dipaparkan dalam bentuk pleno setiap kelompo, sesuai waktu dan kondisi
yang ada)
E. Doa Penutup/Nyanyian
( kembali seorang peserta menutup pertemuan dengan doa/nyanyian)
PERTEMUAN KEDUA
DAN SAKRAMENTALI
A. Doa Pembuka/Nyanyian
(Pembina meminta seorang peserta untuk membuka pertemuan dengan doa)
B. Pengantar
C. Materi Pokok
Di dalam Gereja Katolik, selain ketiga sakramen yang masuk dalam inisiasi kristiani ada
juga beberapa sakramen lain yang merupakan satu kesatuan juga dengan ketiga sakramen
inisiasi tersebut.
1) Sakramen Tobat/Rekonsiliasi
Sakramen Rekonsiliasi adalah yang pertama dari kedua sakramen penyembuhan, dan
juga disebut Sakramen Pengakuan Dosa, Sakramen Tobat, dan Sakramen Pengampunan [2].
Sakramen ini adalah sakramen penyembuhan rohani dari seseorang yang telah dibaptis yang
terjauhkan dari Allah karena telah berbuat dosa. Sakramen ini memiliki empat unsur: penyesalan
si peniten (si pengaku dosa) atas dosanya (tanpa hal ini ritus rekonsiliasi akan sia-sia),
pengakuan kepada seorang imam (boleh saja secara spirutual akan bermanfaat bagi seseorang
untuk mengaku dosa kepada yang lain, akan tetapi hanya imam yang memiliki kuasa untuk
melayankan sakramen ini), absolusi (pengampunan) oleh imam, dan penyilihan. "Banyak dosa
yang merugikan sesama. Seseorang harus melakukan melakukan apa yang mungkin
dilakukannya guna memperbaiki kerusakan yang telah terjadi (misalnya, mengembalikan barang
yang telah dicuri, memulihkan nama baik seseorang yang telah difitnah, memberi ganti rugi
kepada pihak yang telah dirugikan). Keadilan yang sederhana pun menuntut yang sama. Akan
tetapi dosa juga merusak dan melemahkan si pendosa sendiri, serta hubungannya dengan Allah
dan sesama. Si pendosa yang bangkit dari dosa tetap harus memulihkan sepenuhnya kesehatan
rohaninya dengan melakukan lagi sesuatu untuk memperbaiki kesalahannya: dia harus
'melakukan silih bagi' atau 'memperbaiki kerusakan akibat' dosa-dosanya. Penyilihan ini juga
disebut 'penitensi'" (KGK 1459). Pada awal abad-abad Kekristenan, unsur penyilihan ini sangat
berat dan umumnya mendahului absolusi, namun sekarang ini biasanya melibatkan suatu tugas
sederhana yang harus dilaksanakan oleh si peniten, untuk melakukan beberapa perbaikan dan
sebagai suatu sarana pengobatan untuk menghadapi pencobaan selanjutnya.
Imam yang bersangkutan terikat oleh "meterai pengakuan dosa", yang tak boleh dirusak.
"Oleh karena itu, benar-benar salah bila seorang konfesor (pendengar pengakuan) dengan cara
apapun mengkhianati peniten, untuk alasan apapun, baik dengan perkataan maupun dengan
jalan lain" (kanon 983 dalam Hukum Kanonik). Seorang konfesor yang secara langsung merusak
meterai sakramental tersebut otomatis dikenai ekskomunikasi (hukuman pengucilan) yang hanya
dapat dicabut oleh Tahta Suci (kanon 1388). Sakramen pengampunan dosa atau rekonsiliasi
adalah salah satu dari dua sakramen penyembuhan (KGK 1423-1424). Sakramen ini adalah
sakramen penyembuhan rohani dari seseorang yang telah dibaptis yang terjauhkan dari Allah
karena telah berbuat dosa.
Dosa adalah perbuatan melawan cinta kasih Tuhan dan sesama. Setiap dosa berarti
manusia menjauhkan diri dari Tuhan. Dosa dilakukan secara sadar, dengan sengaja
(diinginkan), dan dalam keadaan bebas, akan berakibat merugikan orang lain dan dirinya sendiri
serta merusak hubungan dengan Tuhan. Akibat dosa, manusia kehilangan rahmat Allah yang
pernah ia terima dalam sakramen baptis. Dosa ikut mengotori kesucian Gereja Kristus. Relasi
dengan sesama pun ikut rusak. Jika seseorang bertobat, maka ia pun berdamai kembali dengan
Allah, Gereja, dan sesama. Gereja melalui mereka yang memiliki kuasa para rasul, menjadi
saluran rahmat pengampunan dan pendamaian Allah dalam sakramen pengakuan dosa atau
sakramen tobat. Yang dituntut dalam sakramen tobat bukan sekedar rasa sesal dan air mata,
melainkan “metanoia“, atau perubahan hati dan seluruh sikap hidup. Yang diminta Allah dari
manusia adalah niat baik dan usaha pertobatan yang dilakukan manusia. Allah selalu siap
menerima orang yang bertobat. Adapun langkah-langkah pertobatan seseorang:
1. Menyadari dan mengakui dosa.
2. Menyesali dosa.
4. Mohon ampun.
(Pada saat kita memasuki kamar yang telah dipersiapkan, kita berlutut dan menerima berkat
pengantar dari Imam. Kemudian membuat tanda salib sebagai pembukaan pertobatan kita).
Kemudian katakanlah:
U: Bapa, Sakramen Tobat yang terakhir saya terima adalah (sebutkan kapan terakhir kali menerima
Sakramen Tobat)
U: Bapa, dari saat terakhir saya menerima Sakramen Tobat sampai saat ini, saya sadari telah
melakukan dosa-dosa. Dan oleh karena itu pada saat ini dihadapan Bapa, saya mau mengaku
kepada Allah Bapa Yang maha kuasa dan kepada seluruh umat Allah yang kudus, bahwa saya
telah berdosa dengan pikiran dan perkataan, dengan perbuatan dan kelalaian, khususnya
bahwa saya telah berdosa (sebutkan dosa anda dengan jujur). Saya sungguh menyesal atas
semua dosa saya itu, dan dengan hormat, saya meminta pengampunan serta penitensi yang
berguna bagi saya.
(Setelah itu, dengarlah nasihat dari Romo dan apa yang harus anda lakukan sebagai penintensi
atas dosa anda dengan seksama. Jika sudah mendapatkan nasihat, Romo akan meminta anda
untuk mengucapkan doa tobat sebagai berikut):
Allah yang maha rahim, aku menyesal atas dosa-dosaku. Sungguh patut Engkau hukum,
terutama karena aku telah tidak setia kepada Engkau Yang maha pengasih dan maha baik
bagiku. Aku benci akan segala dosaku, dan berjanji dengan pertolongan rahmat-Mu hendak
memperbaiki hidupku dan tidak akan berbuat dosa lagi. Allah Yang maha murah, ampunilah aku
orang berdosa ini. Amin
(Pada waktu Imam memberikan absolusi, anda harus membuat tanda salib, mengucapkan kata
terima kasih, lalu keluar dari kamar pengakuan.
Pengurapan Orang Sakit adalah sakramen penyembuhan yang kedua. Dalam sakramen
ini seorang imam mengurapi si sakit dengan minyak yang khusus diberkati untuk upacara ini.
"Pengurapan orang sakit dapat dilayankan bagi setiap umat beriman yang, karena telah
mencapai penggunaan akal budi, mulai berada dalam bahaya yang disebabkan sakit atau usia
lanjut" (kanon 1004; KGK 1514). Baru menderita sakit ataupun makin memburuknya kondisi
kesehatan membuat sakramen ini dapat diterima berkali-kali oleh seseorang. Dalam tradisi
Gereja Barat, sakramen ini diberikan hanya bagi orang-orang yang berada dalam sakratul maut,
sehingga dikenal pula sebagai "Pengurapan Terakhir", yang dilayankan sebagai salah satu dari
"Ritus-Ritus Terakhir". "Ritus-Ritus Terakhir" yang lain adalah pengakuan dosa (jika orang yang
sekarat tersebut secara fisik tidak memungkinkan untuk mengakui dosanya, maka minimal
diberikan absolusi, yang tergantung pada ada atau tidaknya penyesalan si sakit atas dosa-
dosanya), dan Ekaristi, yang bilamana dilayankan kepada orang yang sekarat dikenal dengan
sebutan "Viaticum", sebuah kata yang arti aslinya dalam bahasa Latin adalah "bekal perjalanan".
Pengurapan Orang Sakit adalah sakramen penyembuhan yang kedua setelah Sakramen
Tobat. Dalam sakramen ini seorang imam mengurapi si sakit dengan minyak yang khusus
diberkati untuk upacara ini. “Pengurapan orang sakit dapat diberikan bagi setiap umat beriman
yang berada dalam bahaya maut yang disebabkan sakit atau usia lanjut” (Kanon 1004; KGK
1514). Baru menderita sakit atau pun makin memburuknya kondisi kesehatan membuat
sakramen ini dapat diterima berkali-kali oleh seseorang. Dengan pengurapan orang sakit, Gereja
dalam keseluruhannya menyerahkan si sakit kepada kemurahan Tuhan, agar Ia menguatkan
dan meluputkannya. Jika si sakit telah melakukan dosa, maka dosanya itu diampuni. Dan doa
yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan membangunkan dia;
dan jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni (Yak 5:15). Dalam bahaya maut,
pengurapan orang sakit menguatkan manusia dalam menghadapi perjuangan terakhir dan
menghantarnya kepada persatuan dengan Tuhan, yang melalui kematian telah masuk ke dalam
kehidupan. Dalam tradisi Gereja Barat, sakramen ini diberikan hanya bagi orang-orang yang
berada dalam sakratul maut, sehingga dikenal pula sebagai “Pengurapan Terakhir”, yang
diberikan sebagai salah satu dari “Ritus-Ritus Terakhir”. “Ritus-Ritus Terakhir” yang lain adalah
pengakuan dosa (jika orang yang sekarat tersebut secara fisik tidak memungkinkan untuk
mengakui dosanya, maka minimal diberikan absolusi, yang tergantung pada ada atau tidaknya
penyesalan si sakit atas dosa-dosanya). Sekaligus juga diberikan Ekaristi. Bila diberikan kepada
orang yang sekarat dikenal dengan sebutan “Viaticum“, sebuah kata yang arti aslinya dalam
bahasa Latin adalah “bekal perjalanan”.
Tanda Salib
I:Semoga damai sejahtera dari Allah meliputi tempat ini dan semua yang tinggal di dalamnya.
I:Semoga air suci ini mengingatkan saudara akan Sakramen Baptis yang telah saudara terima dan
mengingatkan pula akan Yesus Kristus yang telah menebus kita melalui sengsara, wafat, dan
kebangkitan-Nya. Amin
Doa Pembukaan: Ya Bapa yang maha pengasih, kami berkumpul disini ikut merasakan
penderitaan Saudara…kami berharap Engkau berkenan melepaskan kami dari beban hati ini
dan memberikan ketenangan, ketabahan, serta keselamatan kepada saudara kami. Kami mohon
dengan sangat, sudilah Engkau mendengarkan keluh kesah dan kerinduan hati kami semua.
Demi Kristus Tuhan dan Pengantara kami. Amin
Bacaan (Mat 8: 5-8. 10.13; Yak 5: 14-16, atau yang sesuai) dilanjutkan Homili singkat.
Pengurapan:
I: Semoga dengan pengurapan suci ini, Allah yang maha rahim menolong Saudara dengan rahmat
Roh Kudus.
U: Amin
U: Amin
I: Marilah berdoa, Ya Allah, hamba-Mu yang sedang terbaring sakit ini telah menerima Sakramen
Pengurapan. Ia sangat mendambakan rahmatMu untuk keselamatan jiwa dan raganya.
Tunjukkanlah kasih sayang-Mu dan tabahkanlah hatinya dengan Roh-Mu. Semoga ia menjadi
teladan kesabaran dan kebahagiaan oleh karena imannya yang teguh dan pengharapannya
yang tak tergoncangkan. Semua ini kami mohonkan demi Kristus, Tuhan dan Pengantara kami.
U: Amin
3) Sakramen Perkawinan
2. Ada konsensus atau kesepakatan kedua belah pihak. Masing-masing calon mengutarakan niat
dan persetujuan-bebas (persetujuan tanpa paksaan) untuk saling memberi diri seutuhnya, tanpa
memperkecualikan apa pun dari hak-milik esensial dan maksud-maksud perkawinan.
3. Dirayakan dalam “forma canonika” (Kan. 1108-1123) atau tata peneguhan. Suatu perkawinan
harus dirayakan dihadapan tiga orang, yakni petugas resmi Gereja sebagai peneguh, dan dua
orang saksi.
Jika salah satu dari keduanya adalah seorang Kristen non-Katolik, maka pernikahan
mereka hanya dinyatakan sah jika telah memperoleh izin dari pihak berwenang terkait dalam
Gereja Katolik. Jika salah satu dari keduanya adalah seorang non-Kristen (dalam arti belum
dibaptis), maka diperlukan izin dari pihak berwenang terkait demi sahnya pernikahan.
4) Sakramen Imamat
Imamat atau Pentahbisan adalah sakramen yang dengannya seseorang dijadikan uskup,
imam, atau diakon, sehingga penerima sakramen ini dibaktikan sebagai citra Kristus. Hanya
uskup yang boleh melayankan sakramen ini. Pentahbisan seseorang menjadi uskup
menganugerahkan kegenapan sakramen Imamat baginya, menjadikannya anggota badan
penerus (pengganti) para rasul, dan memberi dia misi untuk mengajar, menguduskan, dan
menuntun, disertai kepedulian dari semua Gereja. Pentahbisan seseorang menjadi imam
mengkonfigurasinya menjadi Kristus selaku Kepala Gereja dan Imam Agung, serta
menganugerahkan baginya kuasa, sebagai asisten uskup yang bersangkutan, untuk merayakan
sakramen-sakramen dan kegiatan-kegiatan liturgis lainnya, teristimewa Ekaristi. Pentahbisan
seseorang menjadi diakon mengkonfigurasinya menjadi Kristus selaku Hamba semua orang,
menempatkan dia pada tugas pelayanan uskup yang bersangkutan, khususnya pada kegiatan
Gereja dalam mengamalkan cinta-kasih Kristiani terhadap kaum papa dan dalam memberitakan
firman Allah.
Imamat ini adalah satu pelayanan. “Adapun tugas yang oleh Tuhan diserahkan kepada
para gembala umat-Nya itu, sungguh-sungguh merupakan pengabdian” (LG 24). Ia ada
sepenuhnya untuk Allah dan manusia. Ia bergantung seutuhnya dari Kristus dan imamat-Nya
yang satu-satunya dan ditetapkan demi kesejahteraan manusia dan persekutuan Gereja.
Sakramen Tahbisan menyampaikan “satu kuasa kudus”, yang tidak lain dari kuasa Kristus
sendiri. Karena itu, pelaksanaan kuasa ini harus mengikuti contoh Kristus, yang karena cinta
telah menjadi hamba dan pelayan untuk semua orang.
Pelayanan Gereja yang ditetapkan oleh Allah dijalankan dalam berbagai pangkat oleh
mereka, yang sejak kuno disebut Uskup, Imam, dan Diaken (LG 28). Ajaran iman Katolik yang
dinyatakan dalam liturgi, dalam magisterium dan dalam cara bertindak Gereja yang
berkesinambungan, mengenal dua jenjang keikutsertaan dalam imamat
Kristus; episkopat dan presbiterat. Diakonat mempunyai tugas untuk membantu dan melayani
mereka. Karena itu istilah “sacerdos” dalam pemakaian dewasa ini menyangkut uskup dan
imam, tetapi bukan diakon. Meskipun demikian ajaran iman Katolik mengajarkan bahwa ketiga
jenjang jabatan; kedua jenjang imamat (episkopatdan presbiterat) dan jenjang jabatan
pelayanan (diakonat), diterimakan oleh satu kegiatan sakramental, yang dinamakan
“penahbisan”, artinya melalui Sakramen Tahbisan.
2) Sakramentali
D. Diskusi
Guru mengajak siswa masuk dalam kelompok ( 2-4 orang ) lalu mendiskusikan beberapa
pertanyaan berikut :
2. Sebut dan jelaskan beberapa sakramen lain yang tidak masuk dalam inisiasi kristiani secara
lengkap!
4. Apa yang dimaksud dengan sakramentalia, hal-hal apa saja yang masuk dalam sakramentalia?
berikan contohnya!
(jawaban dari pertanyaan diskusi bisa dipaparkan dalam bentuk pleno setiap kelompo, sesuai waktu dan kondisi
yang ada)
E. Doa Penutup/Nyanyian
( kembali seorang peserta menutup pertemuan dengan doa/nyanyian)
PERTEMUAN KETIGA
ROH KUDUS
A. Doa Pembuka/Nyanyian
(Pembina meminta seorang peserta untuk membuka pertemuan dengan doa)
B. Pengantar
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia bisa hidup dan beraktifitas, dikarenakan ada roh
yang memberikan hidup dan mendorong manusia untuk melakukan sesuatu. Kehadiran roh itu
terlihat dari nafas manusia. Roh itulah yang membuat manusia bergerak. Roh itu berasal dari
Allah yang telah memberikan manusia nafas kehidupan, yang berawal dari kisah penciptaan
manusia.
Roh mencakup bidang iman dan kepercayaan. Roh merupakan tempat pertemuan
manusia dengan Allah. Maka roh sebetunya bukan lagi kemampuan manusia. Allah sendirilah
yang memberikan roh kepada manusia, yang memampukan dia menyambut Allah (bdk.Iman
Katolik, hal.10. 3.Roh). Roh yang berasal dari Allah ini dalam perkembangan selanjutnya
disebut sebagai Roh Kudus.
C. Materi Pokok
Pendamping menggali pengalaman peserta mengenai peran serta Roh (Roh Kudus)
dalam hidupnya sehari-hari dengan pertanyaan-pertanyaan berikut:
Kepada umat yang berkumpul pada hari pentekosta, Petrus berkata, “Sesudah Yesus
ditinggikan oleh tangan kanan Allah, dan menerima Roh Kudus yang dijanjikan, maka
dicurahkan-Nya sebagaimana kamu lihat dan dengar di sini”(Kis 2:33). Ini sesuai dengan janji
Yesus pada perjamuan terakhir,”Aku akan meminta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan
kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu, yaitu Roh Kebenaran”(Yoh
14:16).
Ada rupa-rupa karunia, tetapi satu Roh. Dan ada rupa-rupa pelayanan, tetapi satu
Tuhan. Dan ada, berbagai-bagai perbuatan ajaib, tetapi Allah adalah satu, yang mengerjakan
semuanya dalam semua orang. Tetapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan pernyataan Roh
untuk kepentingan bersama. Sebab kepada yang seorang Roh memberikan karunia untuk
berkata-kata dengan hikmat, dan kepada yang lain Roh yang sama memberikan karunia
berkata-kata dengan pengetahuan. Kepada yang seorang Roh yang sama memberikan
iman, dan kepada yang lain la memberikan karunia untuk menyembuhkan. Kepada yang
seorang Roh memberikan kuasa untuk mengadakan mujizat, dan kepada yang lain la
memberikan karunia bernubuat, dan kepada yang lain lagi la memberikan karunia untuk
membedakan bermacam-macam roh. Kepada yang seorang la memberikan karunia untuk
berkata-kata dengan bahasa roh, dan kepada yang lain la memberikan karunia untuk
menafsirkan bahasa roh itu. Tetapi semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama,
yang memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang dikehendaki-Nya.
Yang diajarkan mengenai Kristus dalam arti tertentu juga berlaku untuk Roh Kudus, sebab dari
satu pihak juga karya Roh Kudus adalah karya Allah (lih. Rom 5:5) dan dari pihak lain Roh
Kudus tidak sama dengan Kristus (Uh. Yoh 16:7-15 dan Mat 28:19). Maka dari itu Roh Kudus
terbedakan dari Kristus (dan tentu juga dari Allah Bapa), tetapi Roh Kudus juga harus dikatakan
Allah, sama seperti Kristus. Keallahan-Nya sama, kepribadianNya lain. Sebab, seandainya Roh
Kudus hanya makhluk saja atau "sesuatu" yang bukan ilahi, maka manusia sesungguhnya tidak
benar-benar tersentuh oleh Allah melalui Roh Kudus. Rahmat Allah berarti bahwa kita sungguh-
sungguh bertemu dengan Allah. Kalau dikatakan, dalam Kitab Suci, bahwa pertemuan itu terjadi
oleh Roh Kudus, maka Roh Kudus sendiri bersifat "tak tercipta" atau ilahi. "Allah telah
memeteraikan tanda milik-Nya atas kita dan memberikan Roh Kudus di dalam hati kita" (2Kor
1:22).
Seluruh kehidupan jemaat perdana, sebagaimana dilukiskan oleh Lukas dalam Kisah
Para Rasul, ditandai oleh karya Roh, bukan hanya pada awal atau kesempatan istimewa, tetapi
selalu dan di mana-mana (lih.Kis 6-8). Maka seperti halnya peristiwa pertobatan Kornelius
dilaporkan oleh Petrus dengan berkata :”Ketika aku mulai berbicara, Turunlah Roh Kudus ke
atas mereka, sama seperti dahulu ke atas kita’(Kis 11:15).
Roh Kudus adalah daya kekuatan Allah yang mengangkat dan mengarahkan hidup kaum
beriman. Roh Kudus sendiri tidak kelihatan. Yang dikenal adalah pengaruh-Nya, akibat karya-
Nya. Pertama-tama Roh Kudus adalah Roh Iman, yang menggerakan orang supaya bertobat
kepada Yesus. Iman berarti pertemuan dengan Allah, dan Allah hadir oleh Roh-Nya. Maka “oleh
Roh dan karena iman kita menantikan kebenaran yang kita harapkan’(Gal 5:5). Roh Kudus
merupakan daya ilahi yang menggerakan orang beriman, dan dialami kehadiran-Nya dlam daya-
daya kekuatan yang diperoleh daripada-Nya (lih. 1 Kor 2:12 atau Rm 14:17). Oleh Roh-Nya Alah
telah memateraikan tanda milik-Nya atas kita dan memberi Roh Kudus di dalam hati kita sebagai
jaminan dari semua yang telah disediakan untuk kita”(bdk. 2 Kor 1:22; bdk. Ef 1:13). Karena Roh
ini juga kita diangkat sebagai anak-anak Allah. Roh ini berdoa untuk kita kepada Allah dengan
keluhan-keluhan yang tidak terucapkan (Rm 8:26).
Buah-Buah Roh
2. Sukacita
3. Damai Sejahtera
4. Kesabaran
5. Kebaikan hati
6. Kebajikan
7. Kemurahan hati
8. Kelemahlembutan
9. Kesetiaan
10. Kesederhanaan
11. Penguasaan diri
12. Kemurnian
Roh Kudus adalah daya kekuatan Allah yang mengangkat dan mengarahkan hidup kaum
beriman. Roh Kudus sendiri tidak kelihatan dan juga jarang dibicarakan, Yang dikenal adalah
pengaruh-Nya, akibat karya-Nya. Pertama-tama Roh Kudus adalah “Roh iman” (2Kor 4:13; lih.
1Kor 12:9), yang menggerakkan orang supaya bertobat kepada Yesus. Oleh karena itu juga
dapat dibalik: “oleh iman kita menerima Roh” (Gal 3:14). Iman berarti pertemuan dengan Allah,
dan Allah hadir oleh Roh-Nya. Maka “oleh Roh dan karena iman kita menantikan kebenaran
yang kita harapkan” (Gal 5:5). Oleh karena Roh kita dapat menerima sabda Allah. Roh yang
sama juga menggerakkan para pewarta (lih. 2Ptr 1:21; Why 14:13; 22:17; Mrk 12:36). Bahkan
dengan tegas Paulus berkata: “Tidak seorangpun, yang dapat mengaku: Yesus adalah Tuhan,
selain oleh Roh Kudus” (1Kor 12:3). Roh lah yang mempertemukan orang dengan Allah, dan
oleh Roh orang boleh mengalami kehadiran dan daya kekuatan Allah.
Santo Paulus menekankan peranan Roh Kudus dalam kehidupan orang beriman: “Jika
orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus” (Rm 8:9). Sebaliknya, “siapa yang
mengikatkan dirinya pada Tuhan, ia menjadi satu Roh dengan Dia” (1Kor 6:17), dan “dalam satu
Roh kita semua telah dibaptis menjadi satu tubuh” (1Kor 12:13). Roh Kudus merupakan daya
ilahi yang menggerakkan orang beriman, dan dialami kehadiran-Nya dalam daya-kekuatan yang
diperoleh daripada-Nya (lih. 1Kor 2:12; juga 6:11; Rm 14:17; Gal 5:22-26). “Karena kasih Allah
telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang dikaruniakan kepada kita” (Rm 5:5).
Oleh Roh-Nya “Allah telah memeteraikan tanda milik-Nya atas kita dan memberikan Roh Kudus
di dalam hati kita sebagai jaminan dari semua yang telah disediakan untuk kita” (2Kor 1:22; bdk.
Ef 1:13).
Roh yang kita terima adalah “Roh sebagai anak” Allah. “Oleh Roh itu kita berseru: ya
Abba, ya Bapa. Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak
Allah” (Rm 8:15-16). Karunia Roh merupakan awal kehidupan rohani, yang makin berkembang
ke arah kesamaan dengan Kristus (lih. 2Kor 3:18; Gal 6:8; Rm 8:29), yang mencapai puncaknya
dalam kebangkitan badan: “Jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang
mati, diam di dalam kamu, maka Ia yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang
mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya yang diam di dalam kamu”
(Rm 8:11). Oleh karena itu ada ketegangan terus menerus antara Roh dan “daging”, penampilan
manusia baru dan penampakan daya-kekuatan dosa (lih. Rm 8:5-8). Namun “oleh kekuatan Roh
Kudus kita berlimpah-limpah dalam pengharapan” (Rm 15:13; Gal 6:8). Sebab “Roh sendiri
berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan” (Rm 8:26),
maksudnya dengan doa yang hanya dimengerti oleh Allah sendiri (lih. 2Kor 12:4). “Kita
beribadah oleh Roh Allah dan bermegah dalam Kristus Yesus” (Flp 3:3; Ef 6:18). Ini tidak berarti
bahwa sudah tidak ada perbedaan lagi antara orang beriman. Sebaliknya, “kepada tiap-tiap
orang dikaruniakan pernyataan Roh untuk kepentingan bersama” (1Kor 12:7.11). “Ada rupa-rupa
karunia, tetapi satu Roh” (12:4).
Karunia-karunia ini diberikan juga kepada semua orang beriman, dan juga melalui
Sakramen Baptis dan teristimewa Sakramen Krisma. St Paulus menyampaikan:“Sebab semua
orang yang dipilih-Nya darisemula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi
serupa dengangambaran Anak-Nya…” (Rm 8:29). Hal ini menyatakan bahwamelalui rahmat
sakramen, orang mengenakan identitas Kristus dan beroleh bagiandalam karunia-karunia
tersebut.
Disebut “karunia Roh Kudus” karena Roh Kudus yang mengaruniakannya. Karunia tsb
diberikan keseseorang, bukan pd saat org tsb dalam keadaan panik / genting; namun pd
jiwayang tenang dan rendah hati. Karna seperti ulasan sebelumnya, sifat Roh Kudusadalah
lemah lembuh, penuh kasih dan damai. Karunia-karunia tersebut membantu orang untuk
mencapai kemurnian dan menghantarnyapada kesempurnaan kebajikan, baik kebajikan Ilahi
(iman, harapan dan kasih –dlm hubungannya dg Allah) maupun kebajikan hidup pokok
(kebijaksanaan, keadilan, keberanian dan penguasaan diri – dlm hubungannya dgn sesama
manusia). Karunia Roh Kudus membantu orang untuk ambil bagian dalam hubungan mesradgn
Bapa & Putra yang intim & lekat, baik sekarang dalam kehidupan inimaupun kelak dalam
kehidupan kekal. Karunia ini merupakan sikap yang tetap,yang mencondongkan manusia,
supaya mengikuti dorongan Roh kudus. Roh Kudus melengkapkan dan menyempurnakan
kebajikan dari mereka yang menerimanya. Roh Kudus membuat umat beriman siap mematuhi
tuntunan dan ilham Ilahi dengan tulus,sadar dan sukarela.
Sehingga urutan karunia-karunia Roh Kudus menuju ’tangga teratas’ adalah: karunia takut akan
Allah, kesalehan, pengenalan, keperkasaan, nasihat, pengertian, dan akhirnya kebijaksanaan.
Karunia ini adalah karunia dalam urutan yang terbawah, karena inilah karunia yg menjadi
dasar / alas dari perjalanan menuju karunia berikutnya. Karunia ini memampukan orang untuk
menghindari dosa dan menghindari cinta diri (egoisme) dan kelekatan pada barang-barang
duniawi. Cintanya pada Allah, melebihi dari semuanya itu. Teristimewa, karunia ini
membangkitkan rasa hormat mendalam kepada Allah segala kuasa yang Mahatinggi dan Maha
Kasih. Di sini, orang menyadari keterbatasannya, bahwa ia hanyalah sebagai ciptaan, hanya
setitik kecil dot di bumi yang hidupnya tergantung kepada Allah, bahkan ia hanya bisa bernafas
atas ijin Allah,.Shg ia tidak akan pernah mau dipisahkan dari Tuhanyang penuh belas kasih dan
belas kasihan. Karunia takut akan Allah inimembangkitkan dalam jiwa semangat sembah sujud
dan takwa kepada Allah yangMahakuasa serta rasa ngeri serta sesal atas dosa dan akibatnya.
Takut yang dimaksudkan di sini bukanlah seperti rasa takut seorang budakterhadap
tuannya; di mana seorang budak patuh pada tuannya, hanya melulu tundukpd kewajibannya dan
takut dimarahi tuannya. Seperti juga menjalani ketaatan pdAllah hanya krn org tsb sekedar
menjalankan kewajiban rohaninya; dan takut pdAllah hanya karena ia takut akan penghukuman,
baik hukuman yang sifatnyasementara di dunia ataupun hukuman abadi di neraka.
Hubungan sejati dengan Tuhan didasarkan atas KASIH, bukan takut. Sebab itu, “takut
akan Allah” ini lebih merupakan takut anak kepada bapanya (orangtuanya); ia takut
sepert i seorang anak yg mengasihi dan menghormati orang tuanya dan anak tersebut tidak mau
menyakiti orang tuanya. Takut yang benar adalah yang menggerakkan orang untuk melakukan
kehendak Tuhan dan menghindari dosa karena kasih dan hormat kepada Tuhan, yg telah lebih
dulu mengasihi kita dengan segala berkat dan kebaikan-Nya dalam hidup kita.
2) Karunia Kesalehan
Dengan karunia takut akan Allah, orang dihantar pada karunia yg lebih tinggi yaitu
karunia kesalehan. Dengan karunia ini maka Roh Kudus memampukan kita untk
menghaturkan sembah sujud kepada Allah, dan memberi diri taat kepadaNya. Di sini, orang
menyatakan rasa hormat pada Allah sebagai Bapa yang penuhbelas kasih dan belas kasihan,
dengan setia berdoa, bersekutu, berserah dan mengandalkanNya dalam segala perkara. Serta
menghormati sesamanya sebagaianak-anak Allah yang saling mengasihi dan mendukung dalam
sgala hal kebaikan. Dengan demikian, karunia kesalehan memampukan orang untuk memenuhi
segala kewajibannya kepada Tuhan dan sesama; ia dimotivasi oleh hubungan cinta kasih yang
dialaminya bersama Allah dan sesama.
Buah dari karunia kesalehan ini adalah, menjadikan orang rendah hati, penuhkasih,
damai dan ketulusan di dalam hidupnya. Juga membuat orang tersebut selalu merindukan
kebersamaan dengan Allah, terus mencari dan selalu ingin dekat pada kasih-Nya. Karunia ini
menjadi karunia yang indah karena kita dimampukan untk menjalankan hukum kasih seperti
perintah utama Yesus: “ Jawab Yesus kepadanya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan
segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah
hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah:
Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. (Matius 22: 37-39).
3) Karunia Pengenalan
Pada saat yang sama, karunia pengenalan memampukan orang untuk melihat melalui
karya ciptaanNya: bumi dan isinya, alam dengan segala keindahannya, keberadaan
kita sebagai manusia dalam tubuh dan jiwa, dan segala yang ada; bahwa Allah yang menjadikan
& mengatur semuanya dengan sangat baik dan demi kebaikan semua mahluk hidup.
4) Karunia Keperkasaan
Dengan karunia sebelumnya yaitu: Takut akn Allah, Kesalehan & Pengenalan; jiwa
sudah bersatu mesra dengan Allah. Persatuan ini menjadikan jiwa beroleh damai sejahtera,
keyakinan dan kekuatan dari Allah, dalam segala hal. Atas dorongan Roh Kudus, jiwa diberikan
kekuatan untuk bertahan dalam percobaan, bertekun dalam derita, berjuang dalam
menyelesaikan permasalahan dengan benar, berjuang memurnikan diri dengan melawan segala
ajakan dosa, berjuang membebaskan diri dari segala yang jahat, serta bertekun dalam
kebenaran; demi memperoleh kehidupan yang berkenan kepada Allah. Karunia keperkasaan
memampukan orang untuk mengamalkan kebajikan-kebajikan lain dengan gagah berani, untuk
menderita dengan tabah dan penuh sukacita, untuk mengatasi dan memperbaiki segala sikap
yang suam suam kuku terhadap Tuhan dan sesama. Karunia ini menghantar kita pada
kesempurnaan jiwa, mengisi jiwa dengan energi, ketekunan dan ketangkasan.
5) Karunia Nasihat
Karunia Roh Kudus untuk membangkitkan ketaatan dan pasrah pada nasihat Allah
dalam segala tindakannya demi mencapai kekudusan dan keselamatan. Karunia nasihat
memampukan orang untuk menilai tindakan pribadi apakah baik dan harus dilakukan, atau
apakah jahat dan harus dihindari. Roh Kudus akan mendorong orang untuk melakukan yang
baik dan benar, dan mendorong orang untuk membebaskan diri dari hal yang tidak baik.
6) Karunia Pengertian
Karunia Roh Kudus untuk memberikan pengertian dan pemahaman mendalam akan
kebenaran Ilahi dalam iman, bukan sebagai pencerahan sementara, melainkan sebagai
pemahaman tetap terhadap seseorang. Dengan pencerahan akal budi terhadap kebenaran, Roh
Kudus membantu orang untuk mengerti kebenaran iman dengan mudah dan mendalam, serta
memahami kedalaman kebenaran-kebenaran tersebut. Karunia ini akan memberikan pengertian
mendalam mengenai Allah Bapa dan Allah Putra, bahkan memahami bagaimana Allah
mengasihi manusia sejak bumi diciptakan, sampai pada karya keselamatan Yesus Kristus. Juga
bahwa Allah tetap dan terus mengasihi, melindungi setiap kita yang mengasihiNya di bumi
ini, dengan segala pekerjaan-Nya (setiap hari) demi kebaikan setiap kita.
7) Karunia Kebijaksanaan
Karunia untuk menilai dan mengatur segala sesuatu sesuai dengan norma-norma Ilahi
dan dengan kewajaran yang memancar dari persatuan kasihnya dengan Allah. Roh
Kudus membantu menterjemahkan dan menyatukan perkara-perkara Ilahi sehingga orang
dapat memahami apa rencana, maksud dan kehendak Allah atas kejadian-kejadian dalam hidup
orang tersebut. Orang dimampukan untuk mengenal dan menyelami misteri Allah. Karunia
kebijaksanaan menerapkan ilham-ilham Tuhan untuk menilai perkara-perkara duniawi maupun
perkara Ilahi. Karenanya, karunia ini mengarahkan tindakan-tindakan manusia agar sesuai
dengan yang Ilahi. Karunia ini memampukan orang untuk bertumbuh dalam persatuan mesra
dengan Tuhan.
D. Diskusi
(jawaban dari pertanyaan diskusi bisa dipaparkan dalam bentuk pleno setiap kelompo, sesuai waktu dan kondisi
yang ada)
d. Apa-apa saja karunia Roh Kudus? Untuk apa semua karunia itu?
e. Apakah masih ada karunia lain dari Roh Kudus yang diberikan kepada kita, yang belum
disebutkan oleh Paulus tadi? (lih. Gal 5:22-23; Yes 11:2).
E. Doa Penutup/Nyanyian
( kembali seorang peserta menutup pertemuan dengan doa/nyanyian)
PERTEMUAN KEEMPAT
SAKRAMEN KRISMA
A. Doa Pembuka/Nyanyian
(Pembina meminta seorang peserta untuk membuka pertemuan dengan doa)
B. Pengantar
Seperti kita tahu, manusia adalah makhluk ekspresif. Ketika menyampaikan suatu
maksud, orang tidak puas hanya dengan mengungkapkan isi atau maksud hatinya itu melalui
kata-kata atau tulisan. Orang yang mengungkapkan isi atau maksud hatinya juga dengan tanda,
lambang, atau simbol yang meneguhkan ungkapan kata-kata atau tulisan tadi. Untuk itu, dipakai
simbol atau lambang yang sedekat mungkin artinya dengan yang dikatakan atau
dimaksudkan. Kata biasanya menjelaskan isi hati atau maksud; lambang atau simbol
meneguhkan apa yang dikatakan. Dengan demikian, kata dan simbol atau lambang tidak dapat
dipisahkan; keduanya saling terkait. Simbol atau lambang yang dibuat biasanya menggunakan
sarana. Sarana pun dicari yang sesuai atau searti dengan lambang atau simbol dan katakata.
Dalam pelantikan seorang pejabat, misalnya, kata yang diucapkan adalah kata-kata sumpah
atau janji. Karena ada janji atau sumpah, maka di atas kepala pejabat itu ada Kitab Suci. Kitab
Suci itu adalah sarana yang cocok pada saat orang mengucapkan sumpah atau janji, karena
Kitab Suci menjadi tanda kehadiran Allah yang menjadi saksi orang yang mengucapkan janji
atau sumpah. Banyak contoh lain dalam kehidupan sehari-hari mengenai lambang atau simbol.
C. Materi Pokok
Di dalam Sakramen Krisma, kita menerima "Kepenuhan Roh Kudus" sehingga kita dapat
secara penuh dan aktif berkarya dalam Gereja. Bandingkan dengan para rasul yang menerima
Roh Kudus saat Pentakosta, sebelum peristiwa Pentakosta mereka sudah menerima Roh Kudus
(lihat Yoh 20:22) tetapi mereka baru 'aktif' sesudah Pentakosta. Demikian juga halnya dengan
kita karena sebenarnya Roh Kudus pun sudah kita terima saat Sakramen PemBaptisan, yaitu
Roh yang menjadikan kita Anak-anak Allah, dan yang membersihkan kita dari Dosa Asal (lebih
Jelasnya lihat penjelasan tentang Sakramen PemBaptisan oleh kelompok lain). Itulah disebutkan
bahwa Sakramen PemBaptisan adalah Sakramen Paskah dan Sakramen Krisma adalah
Sakramen Pentakosta.
Dalam Sakramen Krisma juga ada Pengurapan dengan minyak Krisma yang berarti kita,
yang sudah menerima Krisma, dikuduskan, dikhususkan, dan menerima Kuasa untuk melakukan
tugas perutusan kita sebagai umat beriman (bdk. 1 Sam. 10:1; 1 Sam. 16:13; 1 Raj. 1:39).
Dengan menerima Sakramen Krisma, kita menerima Roh Kudus yang merupakan meterai, tanda
bahwa kita ini milik Allah.
Kalau Sakramen Pembaptisan yang disebut pintu (LG. 11) untuk masuk menjadi anggota
umat Allah (PO. 5) mengarah ke dalam, maka sebaliknya Sakramen Krisma mewajibkan orang
menyebarluasan dan membela iman sebagai saksi Kristus yang sejati (LG. 11) mengarah keluar.
Tentu saja dengan baptis dan Krisma, orang ditugaskan untuk kerasulan (LG. 33; Lih. AG. 36).
Dengan demikian, kelihatan bahwa inisiasi merupakan proses: masuk kemudian diutus. Tentu
saja seseorang tidak masuk Gereja atau mapan di situ melainkan supaya diutus.
Minyak Krisma itu sendiri merupakan campuran minyak zaitun (atau kalau tidak mungkin
bisa juga dari minyak tumbuhan lain) dengan balsam (bahan wang-wangian lain ). Minyak
Krisma terbuat dari minyak zaitun. Karena minyak zaitun memiliki aroma yang kurang sedap,
maka ditambahkan balsem wangi. Minyak Krisma diberkati oleh Uskup Diosesan (Kan. 880)
biasanya dalam misa Krisma pada pagi hari Kamis Putih dalam Pekan Suci di Gereja Katedral
bersama-sama dengan minyak suci yang lainnya (mis. minyak pengurapan orang
sakit). Kemudian minyak Krisma dibagi-bagikan ke seluruh wilayah KeUskupan sebagai lambang
persatuan dalam Gereja. Minyak Krisma tidak boleh terlalu tua, digunakan dalam menerimakan
Sakramen Krisma. Minyak Krisma juga digunakan untuk mengelus telapak tangan dan kepala
calon Imam dalam Sakramen Tahbisan. Selain itu juga bisa digunakan dalam pemberkatan
gedung gereja, altar, piala, lonceng pada hari pentekosta diutus Tuhan kepada para rasul.
2. Rahmat pengudusan
Pelayan Krisma
Pada dasarnya, Sakramen Krisma diterimakan oleh seorang Uskup tetapi juga oleh
Imam. Seorang Uskup atau Imam menumpangkan tangan di atas penerima seraya mengurapi
dahi dengan minyak Krisma sambil berkata: “Saudara…… terimalah tanda karunia Roh Kudus.
Penumpangan tangan yang dilakukan oleh Uskup atau Imam ini menjadi tanda lahiriah
penerimaan Roh Kudus (Bdk. Kis 8:14-17; 10,44-48; 19, 1-7).
Pelayan biasa sakramen penguatan adalah Uskup; sakramen itu dapat juga diberikan
secara sah oleh seorang imam yang memiliki kewenangan itu berdasarkan hukum universal atau
pemberian khusus dari otoritas yang berwenang (bdk. KHK, Kan. 882).
Calon Penguatan/Krisma
Orang yang dapat menerima sakramen Krisma adalah semua orang yang sudah dibaptis
sah secara katolik dan belum menerimanya. Secara licit sakramen krisma ini, diluar bahaya maut
yang dapat menerimanya ialah orang yang dapat menggunakan akal, diberikan pengajaran,
berdisposisi baik dan dapat memperbaharui janji baptisnya.
Wali Penguatan/Krisma
Wali penguatan hendaknya seorang beriman, karena ia mempunyai tugas bertindak
sebagai saksi kristus yang sejati dengan setia memenuhi kewajiban-kewajiban yang melekat
pada sakramen krisma. Disarankan wali krisma sebisa mungkin adalah wali yang menjadi wali
baptis calon krisma, bila memang memungkinkan.
· Pakaian liturgi: Kalau Krisma diberikan dalam misa: pakaian misa baik untuk Uskup maupun
untuk para konselebran. Kalau misa dipimpin oleh imam lain, hendaknya petugas Krisma dan
imam lainnya yang membantu mengikuti misa dengan pakaian upacara: Alba, stola dan petugas
Krisma pluvial. Kalau diberikan di luar misa: Stola, alba, petugas Krisma Pluviale.
D. Diskusi
(jawaban dari pertanyaan diskusi bisa dipaparkan dalam bentuk pleno setiap kelompo, sesuai waktu dan kondisi
yang ada)
b. Apa tugas dan tanggungjawab kita bilamana sudah menerima sakramen Krisma?
c. Apa yang diungkapkan melalui penumpangan tangan dan pengurapan dengan minyak krisma
dalam upacara Krisma?
d. Dengan lambang perminyakan dan penumpangan tangan apa makna sakramen krisma bagi
hidup orang beriman?
e. Siapakah pelayan krisma dan siapa yang pantas sebagai calon krisma?
E. Doa Penutup/Nyanyian
( kembali seorang peserta menutup pertemuan dengan doa/nyanyian)
PERTEMUAN KELIMA
A. Doa Pembuka/Nyanyian
Upacara penerimaan sakramen Krisma terdiri dari 3 model: upacara Krisma dalam misa,
upacara Krisma di luar misa, dan upacara Krisma dalam bahaya maut.
Liturgi Sabda dilangsungkan seperti Upacara Misa. Sesudah bacaan Injil Uskup (dan para imam
pembantu) duduk. Para calon Krisma dipanggil oleh Pastor Paroki, atau seorang imam lain, atau
diakon, atau katekis menurut kebiasaan setempat. Misalnya begini: Para calon dipanggil
masing-masing, lalu maju ke ruang imam. Anak-anak hendaknya diantar oleh salah seorang dari
para wali Krisma atau dari orang tua, lalu mereka berdiri di depan petugas Krisma. Kalau jumlah
calon Krisma terlalu besar tidak perlu dipanggil satu per satu, tetapi hendaknya mereka berdiri
secara teratur di depan Uskup
Homili
Kemudian Uskup mengadakan homili singkat. Ia menerangkan isi bacaan kepada calon
Krisma, para wali Krisma, orang tua, serta umat beriman, supaya mereka mengerti lebih jelas
dari sakramen Krisma
Sesudah bacaan dan Homili, para calon penerima Krisma dianjukan oleh para wali Krisma.
Kemudian Uskup mengajak para calon penerima Krisma untuk membarui janji-janji baptis dan
iman
U : Jadi, apakah kamu menolak setan, segala perbuatan dan tipu muslihat?
U : Percayakah saudara akan Allah Bapa yang Maha kuasa Pencipta langit dan bumi
U : Percayakah saudara akan Yesus Kristus PuteraNya yang tunggal Tuhan kita yang dilahirkan
oleh Perawan Maria yang menderita sengsara, wafat dan dimakamkan; yang bangkit dari alam
maut dan duduk di sisi kanan Bapa?
U : Percayakah saudara akan Roh Kudus, Gereja Katolik yang kudus, Tuhan yang menghidupkan,
yang pada hari ini dalam sakramen Krisma dianugerahkan kepada saudara secara istimewa
seperti kepada para rasul pada hari Pentekosta?
U : Percayakah kamu akan Gereja Katolik yang kudus, persekutuan para kudus, pengampunan
dosa, kebangkitan badan, dan kehidupan kekal?
U : Inilah iman kita, inilah iman Gereja yang kita akui dengan bangga dalam Kristus Tuhan kita.
CK/U : Amin
Penumpangan tangan
Dengan tangan terkatup Uskup (bersama imam pembantu) berdiri menghadap umat dan
berkata:
U :Saudara-saudara terkasih, Marilah kita berdoa kepada Allah Bapa yang maha Kuasa
agar Ia sudi mencurahkan Roh Kudus kepada para anakNya ini, yang telah dilahirkan kembali
bagi hidup abadi dalam sakramen pemBaptisan. Semoga Roh Kudus yang menguatkan mereka
dengan anugerahNya yang berlimpah, dan semoga berkat pengurapanNya mereka menjaid
serupa dengan Kristus, Putera Allah.
Kemudian Uskup (bersama imam pembantu) mengulurkan kedua belah tangan ke arah calon
Krisma, lalu Uskup mengucapkan doa Krisma
Diakon menyerahkan minyak Krisma kepada Uskup. Sesudah itu para calon diantar satu persatu
oleh wali Krisma atau orang tua kepada Uskup.Yang mengantar calon meletakan tangan kanan
atas bahu calon dan menyebutkan nama calon kepada Uskup/calon sendiri menyebutkan
namanya .
Uskup mencelupkan ibu jari kanan dalam minyak Krisma lalu membuat tanda salib pada dahi
calon Krisma dengan berkata:
CK : Amin
Bila ada imam yang membantu memberikan sakramen Krisma maka semua tempat minyak
Krisma diserahkan dulu kepada Uskup, lalu Uskup sendiri yang menyerahkannya kepada
masing-masing imam yang membantu itu. Upacara ini dapat diiringi dengan nyanyian. Lihat lagu
MB. No. 449, 452, 453, 454, 455.
Liturgi Ekaristi
Sesudah doa umat menyusul Liturgi Ekaristi menurut aturan upacara misa. Kecuali hal-hal
berikut:
2. Beberapa orang yang baru saja menerima Krisma dapat ikut serta membawa persembahan ke
altar
Jika mungkin para wali Krisma, orang tua, suami atau istri dan para katekis bersama
para penerima Krisma dapat menyambut komuni dua rupa
Sebagai ganti berkat biasa misa dapat diakhiri dengan rumus berkat khusus sambil
mengulurkan kedua belah tangan ke arah umat atau dengan doa untuk umat dan ditutup dengan
berkat
B. Upacara Krisma di Luar Misa
Upacara Pembukaan
Setelah para calon Krisma, para wali Krisma, para orang tua dan umat berkumpul, Uskup
(bersama imam pembantu) disertai para diakon dan pelayan berarak menuju ke ruang Imam.
Sementara itu umat melagukan Mazmur atau nyanyian yang sesuai. Sesudah memberi hormat
kepada altar, Uskup memberi salam kepada umat yang hadir dan berdoa doa Pembukaan.
Liturgi Sabda
Dalam liturgi sabda sekurang-kurangnya dibacakan satu dari bacaan-bacaan yang disediakan.
Contoh: Efesus 4:1-6, Efesus 1:3a,4a, 13-19a). Apabila ada lebih dari satu bacaan, hendaknya
diikuti urutan biasa yakni Perjanjian Lama, Surat Para Rasul dan Injil. Antara Bacaan Pertama
dan Kedua dapat dinyanyikan Mazmur atau nyanyian lain.
Sesudah bacaan-bacaan, Uskup (dan para imam pembantu) duduk. Para calon Krisma dipanggil
oleh Pastor Paroki, atau seorang imam lain, atau diakon, atau katekis menurut kebiasaan
setempat. Misalnya begini: Para calon dipanggil masing-masing, lalu maju ke ruang imam. Anak-
anak hendaknya diantar oleh salah seorang dari para wali Krisma atau dari orang tua, lalu
mereka berdiri di depan petugas Krisma. Kalau jumlah calon Krisma terlalu besar tidak perlu
dipanggil satu per satu, tetapi hendaknya mereka berdiri secara teratur di depan Uskup
Para calon Krisma berdiri, Uskup bertanya kepada mereka,dan mereka menjawab bersama-
sama (lih. Pembaharuan Janji Baptis seperti Upacara Krisma di dalam Misa)
U : Inilah iman kita, inilah iman gereja yang kita akui dengan bangga dalam kristus Tuhan
kita
CK/U : Amin
Dengan tangan terkatup, Uskup (bersama imam pembantu) berdiri menghadap umat dan
berkata
U : Saudara-saudara terkasih, Marilah kita berdoa kepada Allah Bapa yang maha Kuasa
agar Ia sudi mencurahkan Roh Kudus kepada para anakNya ini, yang telah dilahirkan kembali
bagi hidup abadi dalam sakramen pemBaptisan. Semoga Roh Kudus yang menguatkan mereka
dengan anugerahNya yang berlimpah, dan semoga berkat pengurapanNya mereka menjaid
serupa dengan Kristus, Putera Allah.
Penumpangan Tangan
Kemudian Uskup (bersama imam pembantu) mengulurkan kedua belah tangan ke arah calon
Krisma, lalu Uskup mengucapkan doa Krisma.
Diakon menyerahkan minyak Krisma kepada Uskup. Sesudah itu para calon diantar satu persatu
oleh wali Krisma atau orang tua kepada Uskup.Yang mengantar calon meletakan tangan kanan
atas bahu calon dan menyebutkan nama calon kepada Uskup/calon sendiri menyebutkan
namanya .
Uskup mencelupkan ibu jari kanan dalam minyak Krisma lalu membuat tanda salib pada dahi
calon Krisma dengan berkata:
CK : Amin
Bila ada imam yang membantu memberikan sakramen Krisma maka semua tempat minyak
Krisma diserahkan dulu kepada Uskup, lalu Uskup sendiri yang menyerahkannya kepada
masing-masing imam yang membantu itu. Upacara ini dapat diiringi dengan nyanyian. Lihat lagu
MB. No. 449, 452, 453, 454, 455.
Doa Umat
Berkat
Kemudian Uskup memberkati semua hadirin. Sebagai ganti rumus berkat yang biasa, dapat
digunakan rumus berkat khusus (hlm. 37-38) atau doa untuk umat dan ditutup dengan berkat .
Seseorang yang telah dibaptis sebaiknya menerima juga sakramen Krisma dan ekaristi supaya
inisiasinya lengkap. Jadi, kalau ia berada dalam bahaya maut, hendaknya ia menerima
sakramen Krisma dan kemudian, kalau ia sudah cukup umur, komuni bekal suci (viaticum)
sejauh keadaan mengizinkan, hendaknya ia diberi sekadar penjelasan sebelumnya.
Bila keadaan mengizinkan hendaknya dipergunakan upacara lengkap seperti upacara sakramen
Krisma di dalam atau di luar misa.
Dalam keadaan darurat petugas Krisma menumpangkan tangan atas orang sakit dan berkata.
Kemudian petugas Krisma mencelupkan ibu jari kanan dalam minyak Krisma lalu membuat
tanda salib pada dahi orang sakit sambil berkata:
CK: Amin
Dalam keadaan yang sangat mendesak, cukup orang sakit diurapi dengan Krisma dengan
rumus berikut:
C. Doa Penutup
(pendamping meminta salah satu calon krisma untuk memimpin doa guna menutup pertemuan)