Anda di halaman 1dari 7

Pertemuan I

Sakramen Krisma Sebagai Sakramen Inisiasi

Tujuan Pembelajaran:

a. Peserta mengerti arti Sakramen Krisma dan menyadari pentingnya


menerima Sakramen ini dalam menghayati kehidupan sehari-hari.
b. Peserta memahami dan menghayati arti dan makna penerimaan
Sakramen Krisma sebagai Sakramen Inisiasi.

Sumber:

Bagiyowinadi, Didik. 2015. Siap Diutus. Dioma: Malang

Pengantar

Sakramen Krisma adalah salah satu Sakramen dalam Gereja Katolik.


Sakramen adalah tanda dan sekaligus sarana kehadiran Allah yang
menyelamatkan dan mencurahkan rahmat-Nya. Sakramen ini disebut
Sakramen Krisma karena penerima diurapi dengan minyak Krisma, yang
berasal dari minyak Zaitun dan balsam. Kata “Krisma” dan “Kristus”
mempunyai arti kata yang sama, yakni pengurapan. Dengan menerima
Sakramen Krisma seseorang diurapi dengan anugerah Roh Kudus.
Sakramen Krisma juga biasa disebut dengan Sakramen penguatan.
Sebutan tersebut karena dengan Sakramen ini penerima dikukuhkan atau
dikuatkan sebagai anggota penuh Gereja dengan segala hal dan
kewajibannya. Sakramen ini juga menyatakan bahwa seseorang telah kuat
dan dewasa dalam iman, artinya dapat mewujudkan imannya dalam
kehidupan keseharian. Karena itu seseorang yang telah menerima
Sakramen Krisma telah siap diutus untuk menjadi saksi Kristus. Selain itu
Sakramen Krisma juga memberi materai kekal, artinya bahwa seseorang
yang menerima sepenuhnya menjadi milik Kristus, dan dilibatkan dalam
pelayanan-Nya serta dijanjikan menerima perlindungan ilahi saat kematian
(pengadilan di akhirat).
Karena merupakan Sakramen perutusan, maka Sakramen ini
diberikan atau diterimakan oleh pemimpin Gereja setempat yang
berwenang. Dalam Gereja katolik pemimpin Gereja lokal adalah Uskup,
maka Sakramen Krisma seyogyanya diterimakan oleh uskup atau imam
yang diberi mandat atau kewenangan untuk itu.
Sakramen Krisma dalam kehidupan iman seseorang dapat
diibaratkan sebagai rangka manusia. Rangka menentukan panjang, tinggi
dan kokohnya seseorang. Dengan adanya rangka yang dewasa, seseorang
akan tumbuh menjadi besar dan kuat. Demikian pula Sakramen Krisma.
Sakramen ini memberikan struktur hidup rohani yang dewasa. Hidup
rohani yang dewasa memampukan seseorang untuk bekerjasama dengan
Roh Kudus. Sakramen Krisma memberi prinsip pertumbuhan dalam hidup
rohani.
Dengan menerima Sakramen Krisma bukan berarti seseorang sudah
100% dewasa dalam iman. Sakramen Krisma memang telah memberi
struktur hidup rohani yang dewasa, akan tetapi hidup rohani harus terus
dibina dan dipupuk agar semakin kuat, kokoh dan dewasa. Ada banyak cara
untuk melatih hidup rohani, misalnya dengan rutin doa pribadi, membaca
dan merenungkan Kitab Suci, menerima Sakramen-sakramen secara
khusus Sakramen Ekaristi pada hari minggu dan Sakramen tobat,
berkumpul dalam persekutuan lingkungan atau wilayah, berpuasa dan
berderma, serta mengikuti acara penyegaran rohani (retret, rekoleksi, bina
doa dan iman, dll)
Bagaimana dengan seseorang yang telah menerima Sakramen Krisma
namun imannya belum dewasa? Dengan menerima Sakramen Krisma,
seseorang diberi kemampuan untuk terbuka dan bekerjasama dengan Roh
Kudus, hal ini mengandaikan bahwa semua itu dibarengi dengan usaha
manusia. Roh Kudus memang sudah dicurahkan, namun jika ternyata
kemudian Roh Kudus tidak bekerja dalam diri seseorang tentu ada yang
tidak beres dalam diri si penerima. Sebab rahmat Allah bekerja selalu
menuntut kerjasama manusia, sekalipun mampu Allah tidak ingin bekerja
sendiri. Seperti halnya biji yang ditanam, ia akan tumbuh dan subur jika
terdapat di tanah yang subur. Karena itu hati, jiwa, dan pikiran manusia
harus diolah agar menjadi lahan yang subur untuk pertumbuhan rahmat
Allah. Dengan demikian semakin jelaslah betapa penting menerima
Sakramen ini dan bagaimana berlimpahnya buah yang dijanjikan.
Kesemuanya itu akan didapatkan jika kita menanggapi dan bekerjasama
dengan Roh Kudus yang dicurahkan dalam sakramen ini. Oleh karena itu
penting untuk menyiapkan langkah-langkah yang benar akan jiwa kita
menjadi lahan yang subur bagi pertumbuhan iman.
Untuk lebih memahami tentang Sakramen Krisma, pada bagian
pertama ini akan membahas tentang Sakramen Krisma sebagai sakramen
inisiasi. Pada bagian ini akan diajak untuk lebih memahami keterkaitan
Sakramen Krisma dengan sakramen Baptis dan Ekaristi dalam uraian
materi.

Uraian Materi

1. Sakramen Krisma Sebagai sakramen Inisiasi


Kata inisiasi berasal dari bahasa Latin, Initium, yang berarti masuk
atau permulaan, secara harafiah berarti masuk ke dalam atau memasukkan
atau menerima seseorang ke dalam suatu kelompok. Setiap orang yang
akan masuk ke kelompok tertentu selalu harus melalui tahap inisiasi. Kita
bisa temui proses inisiasi pada diri seorang siswa yang masuk ke sekolah
baru dia harus menjalani Ospek, seorang karyawan baru harus melewati
masa training dan percobaan. Lalu bagaimana halnya dengan orang yang
ingin menjadi warga Gereja Katolik?
Gereja memiliki inisiasi yang diwujudkan dalam penerimaan
sakramen inisiasi yang diterima oleh siapa yang ingin menjadi warga
Gereja Katolik. Sakramen inisiasi terdiri dari Sakramen Baptis, Krisma
dan Ekaristi. Sakramen-sakramen inisiasi ini membawa, membuat atau
melantik seseorang menjadi orang katolik dengan segala hak dan
kewajibannya. Ada unsur yang berbeda dengan inisiasi pada umumnya.
Pada inisiasi kristen unsur ilahi menyertainya. Hal ini dipahami bahwa
orang yang menerima sakramen inisiasi menjadi milik Kristus sepenuhnya.
Maka ketiganya harus diterima secara penuh. Tidak bisa orang katolik
menghilangkan salah satu dari sakramen tersebut.  
Sakramen Inisiasi menjadi tanda/simbol/lambang kehadiran Allah
yang menyelamatkan manusia. Melalui proses penerimaan dan
pengesahan, seseorang menjadi bagian dalam kehidupan menggereja.
Sakramen Inisiasi yang terdiri dari: S. Baptis, S. Ekaristi, S. Krisma,
memiliki arti bahwa tiga serangkai itu mengukuhkan seseorang menjadi
anggota penuh dari Gereja.
 Baptis: Seseorang resmi diterima sebagai anggota Gereja dan
disatukan dengan sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus.
 Krisma: keanggotaan dalam Gereja dikukuhkan.
 Ekaristi: Masuknya seseorang sebagai anggota Gereja dirayakan dalam
kesatuan dengan Kristus Sang kepala (Inkorporasi), dan dalam
persekutuan dengan anggota Gereja lainnya. Dalam Ekaristi, dia
bersatu dengan Kristus dalam Sabda dan Santapan Rohani (Tubuh
dan darah Kristus).
Menggarisbawahi tiga serangkai ini agar menjadi kesatuan yang
berkesinambungan/ berlanjut, Gereja menetapkan :
 Seseorang yang akan menerima Krisma, haruslah mereka yang telah
dibaptis; karena penerimaan Sakramen Krisma harus didahului
dengan pembaharuan janji baptis.
 Wali Krisma hendaknya dama dengan wali baptis (KHK. 893,2)
 Perayaan Sakramen Krisma disusul dengan perayaan Ekaristi meriah
dengan komuni dua rupa bagi para calon Krisma.
Dengan sakramen inisiasi Kristiani, seseorang diantar masuk ke dalam
kehidupan Allah Tri-tunggal: Allah Bapa, Allah Putra dan Allah Roh
Kudus.

2. Persamaan dan Perbedaan dalam Sakramen Inisiasi


 Persamaan Sakramen Baptis, Krisma dan Ekaristi.
 Ketiganya merupakan tanda dan sekaligus sarana kehadiran
Allah yang menyelamatkan.
 Ketiganya sama-sama menganugerahkan rahmat Roh Kudus.
 Roh Kudus yang diterimakan 3 Sakramen itu sama yaitu Roh
Kudus. Hanya saja yang berbeda perannya.
Peran Roh Kudus dalam ketiga sakramen tersebut antara lain:
 Peran Roh Kudus dalam Sakramen Baptis:
- menghapus dosa
- menjadikan kita anak Allah
- menjadikan kita ahli waris janji Allah (Rom 8:15)
 Peran Roh Kudus dalam Sakramen Krisma:
- memampukan kita jadi saksi-saksi Kristus
- melaksanakan 3 tugas Kristus: Imam, Nabi, Raja.
 Peran Roh Kudus dalam Ekaristi:
- mempersatukan kita secara sakramental dengan Tuhan dan
sesama (Lih 1Kor 10:16-17; 1Kor 12:13).

 Perbedaan Sakramen Baptis dan sakramen Krisma

Sakramen Baptis

Diutus

Dimasukkan

Skr Krisma

 Sakramen Baptis
o Baptis adalah gerak ke dalam, artinya seseorang diterima
sebagai anggota Gereja.
o Dalam Baptis seseorang diurapi minyak krisma di ubun-
ubun yang berarti menerima martabat sebagai imam, nabi
dan raja.
 Sakramen Krisma
o Krisma adalah gerak keluar, artinya seseorang diutus untuk
keluar: masyarakat, lingkungan, tempat kerja. Dengan
Sakramen Krisma seseorang secara resmi diutus untuk
menjadi saksi Kristus, beberapa hal yang dapat dilakukan
untuk menjadi saksi Kristus antara lain:
- Menyebarluaskan dan membela iman dengan perkataan
dan perbuatan.
- Mengakui nama Kristus dengan lebih berani.
- Tidak pernah malu mengakui Kristus, karena salib
adalah kekuatan khusus Roh Kudus untuk melakukan
tugas kenabian

3. Buah-buah Sakramen Krisma


 Menjadi makin serupa dengan Kristus.
Roh Kudus yang diterima tidak lain adalah Roh Kristus sendiri,
sehingga dengan dijiwai Roh Kudus kita dipenuhi semangat Kristus
sendiri: kita menjadi serupa dengan Kristus.
 Dengan Sakramen Krisma seseorang menjadi lebih mantap dan
dewasa dalam iman.
 Makin setia mengikuti Kristus
 Makin berani membela iman.
 Dikuatkan untuk menjadi saksi Kristus yang sejati.
 Lebih bertanggung jawab terhadap kehidupan Gereja; ia semakin
menghayati cita-cita hidup menggereja: membina dan mewujudkan
persekutuan jemaat yang guyub rukun, kalau perlu berpartisipasi
dalam karya kepemimpinan jemaat (mau menjadi pengurus
lingkungan atau wilayah).
 lebih cermat memilih panggilan hidup.
 menjadi orang beriman yang dinamis, ingin senantiasa
berkembang menjadi lebih baik, tak henti-hentinya membina sikap
tobat yang tulus.

Kesimpulan
 Sakramen Baptis dan sakramen Krisma sebenarnya hanya ingin
memberi tekanan khusus pada dua aspek dari misteri yang sama,
yakni inisiasi.
 Sakramen Inisiasi menjadi tanda/simbol/lambang kehadiran
Allah yang menyelamatkan manusia. Melalui proses penerimaan
dan pengesahan, seseorang menjadi bagian dalam kehidupan
menggereja.
 Dalam pembaptisan seseorang masuk menjadi anggota Gereja
dan menerima hidup baru dalam Kristus. Sedang dalam
Sakramen Krisma seseorang mendapat rahmat Roh Kudus
sehingga dimampukan untuk menjadi saksi Kristus.
 Dengan menerima sakramen Krisma, orang beriman diberi
kemampuan untuk melaksanakan tugas sebagai penyalur dan
penerus keselamatan Kristus dalam tugas perutusannya.
 Dalam Sakramen Krisma terdapat buah-buah yang mengantarkan
seorang beriman menjadi pengikut Kristus yang sejati.

Pendalaman Pribadi
Dengan dibaptis seseorang tidak hanya puas dengan selamat
sendiri, tetapi turut ambil bagian untuk membawa keselamatan bagi
orang lain. Maka dengan dibaptis seseorang mampu menjadi penyalur
keselamatan bagi orang lain, karena itu dibaptis pertama-tama bukan
soal selamat (pasif), melainkan soal bagaimana kita berpartisipasi
dalam karya keselamatan kristus (aktif). Bagi seorang yang telah
dibaptis, bagaimana agar sebanyak mungkin orang juga mengalami
keselamatan Kristus? Langkah apa yang bisa aku lakukan untuk
membawa keselamatan bagi orang lain? Untuk membawa keselamatan
bagi orang lain tidak cukup hanya mengandalkan rahmat Roh kudus
saja, tetapi kita sendiri juga harus mempunyai kemauan dan kerelaan
mengorbankan waktu dan tenaga. Apakah kita rela memberi diri untuk
itu?

Penugasan
Tuliskanlah pengalaman anda mengalami proses inisiasi dalam Gereja
Katolik.

 Kapan itu dilaksanakan?


 Bagaimana anda memaknai pengalaman tersebut?
 Bagaimana anda melaksanakan konsekuensi dari penerimaan
Sakramen tersebut?
 Pengalaman menarik apa yang anda rasakan dalam persiapannya?
Ceritakanlah!

Anda mungkin juga menyukai