Anda di halaman 1dari 3

Tugas Perutusan Gereja Di Dalam Masyarakat

A. Tugas Perutusan Gereja Di Dalam Masyarakat


Pada pembahasan tugas perutusan gereja didalam masyarakat ini akan dibahas tentang saling
mengasihi di dalam memasyarakat, dan sebagai ranting-ranting pokok anggur menjadi garam dan ragi
masyarakat.
1.

Saling Mengasihi di Dalam Masyarakat


Orang yang telah mengalami cinta kasih, wajib untuk membagikan cinta kasih itu kepada orang
lain. Kita sebagai umat Allah yang telah mengalami cinta Bapa, Putera dan Roh Kudus secara
berlimpah harus dapat memberi dan membagi cinta itu kepada dunia dalam perbuatan-perbuatan
nyata. Kita harus dapat melaksanakan karya-karya cinta kasih didalam dunia agar dunia tahu bahwa
kita adalah murid-murid Tuhan.
Dunia dewasa ini sangat membutuhkan cinta kasih. Segala masalah dan bencana yang menimpa
dunia disebabkan oleh kemiskinan cinta kasih. Banyak masalah tidak akan terselesaikan tanpa cinta
kasih. Mengenai cinta terhadap sesama, Yesus mengajarkan cinta yang tidak pilih kasih, cinta tanpa
perkotakan dan klasifikasi. Tidak terbatas pada keluarga, suku, atau bangsa sendiri (Lukas 10:25-30).
Lebih dari itu, kita diajari untuk mencintai musuh-musuh kita (Lukas 6:27-36). Mencintai sesama harus
seperti mencintai diri sendiri (Mateus 22: 37-40). Cinta kepada sesama merupakan bukti cinta kepada
Tuhan (1 Yohanes 4:20).

2.

Kita Adalah Ranting Pokok Anggur (Yohanes 15:1-8)


Persatuan dengan Yesus Kristus dibutuhkan dengan mutlak dalam karya dan pengamalan cinta
kasih kita kita kepada sesama. Motivasi, orientasi dan pola amal kita harus bertaut pada Kristus, sebab
kalau tidak, karya-karya amal kita tidak bersifat murni lagi.
Maka dari itu, di dalam usaha kita mengamalkan cinta kasih di dalam masyarakat kita harus
mengusahakan tiga hal. Pertama, memurnikan motivasi kita terus menerus. Motivasi amal kita harus
tetap karena amanat dan pribadi Kristus sendiri. Kedua, berorientasi pada Kristus. Setiap karya amal
cinta kasih kita akhirnya harus terarah pada Kristus, bukan kepada diri kita sendiri. Ketiga, seluruh
pelaksanaan karya kita harus berpola pada pola karya Yesus Kristus. Kristus adalah pokok anggur dan
kita adalah ranting-rantingnya. Ranting tidak dapat hidup sendiri karena ia dihidupi oleh pokok
anggur itu. Jadi, bila kehidupan yang mengalir diranting-ranting itu sama dengan kehidupan yang
mengalir didalam pokok anggur, itu berarti bahwa orang-orang Katolik harus menjadi serupa dengan
Kristus.

3.

Menjadi Garam, Ragi, dan Terang (Mateus 5:13-16)


Kita umat Katolik harus bisa menjadi garam, ragi dan terang dalam masyarakat. Garam (Mateus
5:13) membuat makanan menjadi enak. Kehadiran orang Katolik harus menjadi seperti garam bagi
masyarakat. Ragi (Mateus 13:33) membuat ketan menjadi tapai yang enak untuk disantap. Kehadiran
orang Katolik harus seperti ragi itu, membuat masyarakat menjadi lebih baik, maju dan berkembang.
Terang (Mateus 5:14-16) mengusir kegelapan dan membawa keceriaan. Kehadiran orang Katolik harus
turut mengusir semua yang gelap, suram, hitam dan tidak manusiawi. Gereja menjadi terang bukan
hanya dengan ajarannya, tetapi juga dengan perbuatannya.

B.

Keterlibatan Gereja Di Dalam Masyarakat


Pada pembahasan keterlibatan gereja di dalam masyarakat ini akan dibahas keprihatinan
terhadap sikap materialistis, dampak teknologi, ketidakjujuran, kemurnian, hak milik dan hak hidup
1.

Keprihatinan Terhadap Sikap Materialistis

Materialisme adalah suatu pandangan yang menganggab bahwa materi (harta kekayaan berupa
uang, emas, rumah, dsb) adalah diatas segalanya. Semua yang tidak dapat dinilai/diukur dengan materi
dianggab tidak ada, sehingga Tuhan juga dianggap tidak ada.
Ada dua macam materialisme. Pertama, mereka menjadi materialisme karena percaya pada
ideologi materialisme. Kedua, materialisme praktis, yaitu orangnya tidak mau disebut materialisme
tetapi perbuatan dan tindakannya sungguh hanya mencari keuntungan materi belaka.
Bahaya materialisme bagi pribadi-pribadi adalah menjauhkan orang dari Tuhan dan sesama,
sebab materi menjadi paling utama bagi orang itu. Sesama diperalat dan diperas demi materi. Sikap
materialistis membuat orang menjadi tidak bahagia karena ambisi yang kuat untuk memiliki materi.
Sebagai umat Katolik, kita harus bisa memberi kesaksian dengan sikap dan perbuatan bahwa
materi bukanlah nilai tertinggi melainkan iman kepada Tuhan YME. Materi tidak bersifat abadi. Kita
harus menjunjung tinggi nilai-nilai rohani.
2.

Keprihatinan Terhadap Ketidakjujuran


Sebagai orang Kristiani kita dituntut bersikap jujur. Jujur artinya ada keselarasan antara
perkataan, perbuatan, dan sikap hidup. Nilai kejujuran terletak adalah jaminan untuk saling percaya,
merupakan dasar dari setiap pergaulan dan hidup bersama yang sehat dan bahagia.
Sebagai orang Kristen kita harus menghilangkan sebab-sebab yang menumbuhkan
ketidakjujuran itu. Kita harus memperjuangkan kejujuran dengan berbagai cara. Kita harus bisa
memberi kesaksian tentang kebenaran dan kejujuran.

3.

Keprihatinan Terhadap Hak Milik dan Kemurnian


Saat ini, banyak orang tidak menghargai hak milik orang lain. Didalam sepuluh perintah Allah,
perintah ketujuh dan kesepuluh melindungi milik maupun hak milik. Kedua perintah itu mewajibkan
kita mengamalkan keadilan, yaitu merelakan dan memberikan kepada masing-masing orang apa yang
menjadi haknya.
Setiap orang berhak atas sekian banyak millik pribadi, sehingga ia dapat hidup secara layak. Di
dalam kenyataan hidup, seseorang memiliki milik pribadi secara berlebih, sedangkan yang lain serba
kekurangan. Secara Kristiani, kita seharusnya membagi harta di dunia ini secara adil.
Sistem Kapitalisme dan Komunisme merongrong pribadi manusia dan peraturan Tuhan.
Komunisme tidak mengakui hak milik pribadi dan menyerahkan segala milik kepada negara.
Sedangkan kapitalisme mau menimbun harta di dalam tangan sekelompok kecil orang.
Tentang dosa melawan kemurnian, Yesus menegaskan.Telah kamu dengar bahwa ada
dikatakan, jangan berzinah. Tetapi Aku berkata kepadamu, barang siapa memandang seorang wanita
dengan nafsu, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya (Mateus 5:27-28). Dalam hati timbul segala
pikiran jahat seperti pembunuhan, zinah, percabulan. Semua itu menajiskan manusia (Mateus 15:1920).
Bahaya-bahaya akibat perbuatan mesum antara lain merusak mental dan jasmani,
mengurangi/menghilangkan semangat bekerja, merugikan waktu dan dana, dsb. Oleh karena itu,
untuk menghindari permesuman hendaknya kita menghayati nilai-nilai kemurnian, mengelak pada
kegiatan yang mengarah pada kemesuman. Mengadakan kegiatan untuk rekreatif dan mencipta, serta
berdoa untuk mempertahankan kemurnian.

4.

Keprihatinan Terhadap Hak Hidup

Ada gejala didalam masyarakat bahwa nyawa manusia atau hak untuk hidup kurang dihargai.
Gejala tersebut dapat dilihat pembunuhan atau pembantaian, pengguguran kandungan, euthanasia,
narkoba dsb. Gereja mengajarkan bahwa hidup kita itu pemberian dari Allah. Maka dari itu, hanya
Tuhanlah yang berhak atas kehidupan kita.
Today Deal $50 Off : https://goo.gl/efW8Ef

Anda mungkin juga menyukai