Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PRESENTASI KELOMPOK

KATEKESE DALAM MASYARAKAT YANG TERTEKAN


PKKI IX
SEJARAH PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

Disusun oleh :
Hillary Winda Ari Widyastuti 191124112
Paulus Wisnu Kurniawan Sanjaya 191124044
Elisabet 191124079
Yohanes Yunus

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEAGAMAAN KATOLIK


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2021

A. PENGANTAR
PKKI IX diselenggarakan di Tomohon, Manado, pada tanggal 17-23 Juni 2008.
Pertemuan yang diikuti oleh para utusan dari keuskupan-keuskupan di seluruh
Indonesia yaitu :

 Komisi Kataketik KWI


 Ketua 7 Regio KomKat
 Utusan KomKat Keuskupan
 Tamu dari Bimas Katolik
 Penghubung Lembaga Pendidikan Kateketik

dengan tema: ”Katekese dalam Masyarakat yang Tertekan”. Masyarakat Indonesia


yang mengalami ketertekanan dalam banyak bidang kehidupan menjadi alasan bagi
Gereja Katolik untuk melakukan katekese yang memberi peneguhan, pencerahan,
serta keberanian untuk bertindak mengatasi ketertekanan itu. Tema besar tersebut
secara khusus diolah dengan mendalami tiga bidang kehidupan, yaitu bidang
kemanusiaan, politik, dan hukum. Dari hasil pendalaman dan pengolahan tiga bidang
tersebut selanjutnya akan disusun modul-modul katekese bagi empat kelompok umur,
yaitu kelompok anak, remaja, orang muda, dan dewasa.

Penerusan iman merupakan tugas setiap umat Katolik sampai kapan pun (bdk.
Mat 28:18-20). Dalam khotbah dalam perayaan Ekaristi pembuka PKKI IX
menggarisbawahi peran dari katekese sebagai upaya untuk meneruskan warisan iman
dari generasi ke genertasi. Timotius pun mendapat pendasaran tentang penerusan
iman melalui himbauan dari Santo Paulus (bdk. 2 Tim 3:10-17). Nasihat Paulus
kepada Timotius itu sangat relevan untuk diperhatikan oleh umat sampai saat ini.

Selain menjadi fasilitator dan pemimpin katekese umat, seorang katekis juga
mempunyai tugas untuk terlibat menciptakan harmoni sosial. Keberadaan agama
jangan sampai menjadi penghambat untuk menciptakan harmoni sosial. Kerukunan
antar umat bragama menjadi modal sosial yang sangat penting untuk mendukung
terwujudnya pembangunan yang lebih berdaya guna bagi seluruh masyarakat.
B. PKKI IX : Katekese dalam Masyarakat yang Tertekan

1. PKKI IX dan Latar Belakang

Pekan Keteketik Keuskupan-Keuskupan Indonesia IX diadakan di Tomohon,


Manado dari tanggal 17 sampai 23 Juni 2008. Mengingat realitas masyarakat Indonesia
yang berada di bawah tekanan dari semua aspek kehidupan seperti humaniora, hukum,
dan politik, gereja memiliki motivasi untuk bertobat, dan berharap umat beriman dapat
memberikan peneguhan, inspirasi dan keberanian untuk mengatasi tekanan tersebut.

Sidang PKKI kali ini, berbeda dengan PKKI sebelumnya. PKKI IX ingin
menunjukkan keberpihakannya terhadap masyarakat yang mengalami tekanan di
berbagai aspek kehidupan, yakni : kemanusiaan, politik dan juga hukum. Oleh karena itu,
dikatakan berbeda dengan sidang sebelumnya karena PKKI 1-VIII masih membicarakan
tema katekese yang relevan dan kontekstual tanpa menyinggung situasi konkrit
masyarakat. Keberpihakan dari PKKI IX akan dikonkritkan oleh BIMAS Katolik
Departemen Agama Republik Indonesia dalam mengambil tindakan untuk menyalurkan
dana 78% - 80% untuk pemberdayaan langsung di daerah. Dengan adanya program ini,
masyarakat diharapkan memiliki peningkatan hidup beriman dengan efisiensi
pemanfaatan dan juga pemerataan dana.

2. Proses Persidangan PKKI IX

Persidangan PKKI IX diawali dengan sharing pengalaman antar regio. Hasil


sharing dari beberapa regio tersebut diolah untuk melaksanakan Katekse Umat pada
masyarakat yang tertekan dengan menghasilkan tema, tujuan dan juga gagasan dasar
tentang katekese.

3. Diskusi Regio

Diskusi antar regio ini mengungkap fakta tentang masalah-masalah di bidang


kemanusiaan, hukum dan politik, yang menjadi masalah utama di setiap regio (Sumatera,
Kalimantan, MAM, Papua, Nusa Tenggara dan Jawa). Berikut pengelompokan masalah
berdasarkan sisi kemanusiaan, hukum dan juga politik:

a) Masalah Kemanusiaan
Permasalahan utama yang dihadapi sektor kemanusiaan adalah; kesehatan
masyarakat yang rendah, tingkat pendidikan yang rendah sehingga memicu
meningkatkan kekerasan dalam kehidupan masyarakat (perampokan, pembunuhan
yang terutama disebabkan oleh tekanan ekonomi), kekerasan dalam rumah tangga
(fisik, mental, kekerasan seksual), human trafficking (perdagangan manusia, terutama
perdagangan anak dan perempuan), angka kemiskinan yang terus meningkat,
kerusakan lingkungan (penebangan, pertambangan, polusi, sampah), menjaga
ketertiban umum di perkotaan dengan (pengusiran pedagang kaki lima), diskriminasi
perlakuan antara masyarakat pribumi dan pendatang, hilangnya hak untuk hidup
(aborsi, pembunuhan), poligami, retaknya hubungan sosial dan persaudaraan karena
tekanan ekonomi, pengangguran, kekerasan akibat pragmatisme politik, dan korupsi
yang semakin meluas dan kemerosotan tata nilai atau norma yang dianut masyarakat.

b) Masalah Hukum

Di bidang hukum ditemukan permasalahan sebagai berikut; otonomi khusus


yang tidak memfasilitasi hak-hak masyarakat dan fakta bahwa masyarakat penduduk
asli jarang berpartisipasi dalam perumusan kebijakan pembangunan, negara tidak
mempertimbangkan hak atas tanah (kondisi tanah pasca kerusuhan, menggusur lahan
untuk mengembangkan pembangunan), maraknya suap, mengabaikan rasa keadilan,
menerapkan undang-undang yang diskriminatif, tentang kehidupan kerukunan umat
beragama yang diskriminatif, rendahnya kesadaran hukum publik, dan uang menjadi
solusi untuk menyelesaikan masalah hukum serta fenomena pemaksaan hukum oleh
kelompok mayoritas terhadap minoritas, seperti contoh larangan membangun gereja.

c) Masalah Politik

Permasalahan di bidang politik antara lain; pemekaran wilayah yang diikuti


oleh penempatan militer yang tidak proporsional, diskriminasi terhadap guru Agama
Katolik yang akan mendaftar sebagai PNS dan pengangkatan PNS non pendidikan
yang mengutamakan kelompok tertentu, kerusuhan yang muncul akibat Pilkada kerap
kali menghantui masyarakat, politik uang, pemaksaan kehendak politik oleh
kelompok mayoritas, keterlibatan tokoh agama di dalam politik yang mana malah
membuat masyarakat semakin terpecah belah dan banyaknya pejabat publik yang
kurang tepat dalam mengambil keputusan karena belum dapat memilah antara
kepentingan publik dan kepentingan pribadi.

d) Upaya Katekis dan Sosok yang Diharapkan

Untuk menanggapi berbagai masalah sosial kemanusiaan, masing-masing


Keuskupan di berbagai regio berupaya untuk melakukan tindakan konkret sebagai
gebrakan awal pembebasan terhadap masyarakat yang tertekan. Beberapa tindakan
katekis, sebagai berikut : melaksanakan pendalaman iman lingkungan, sosialisasi
gerakan tani organik, sosialisasi penanganan sampah, sosialisasi kredit union ,
seminar kebersamaan umat beragama, sosialisasi pendidikan politik, penyusunan
bahan-bahan pendalaman iman, keterlibatan di dalam Forum Kerukunan Umat
Beragama (FKUB) dan penggalakan multimedia.

Dengan melihat upaya yang dilakukan oleh setiap regio, kita tahu bahwa
katekis yang diharapkan adalah katekis yang handal serta sigap dalam membaca
situasi. Mampu mengemukakan ide-ide baru terlebih dalam mengangkat masyarakat
untuk keluar dari tekanan serta memberanikan diri untuk membuat perubahan.
Penggalakan multimedia saja sangat diperlukan pada saat itu, terlebih pada masa
sekarang ini dengan kemajuan yang begitu pesat tentu katekis dituntut untuk mampu
mengikuti perubahan yang ada.

e) Katekese Politik
Hadirnya katekese politik ini karena didapati fakta bahwa di dalam dunia
politik telah muncul praktek politik yang disebut dengan machiavellistis, dimana
segala cara dihalalkan untuk mencapai segala tujuan. Tentu gereja tidak nyaman
dengan hal tersebut karena tidak sesuai dengan tujuan politik yang benar, yaitu
mengatur kehidupan bersama untuk mencapai kesejahteraan bersama. Melihat praktek
politik yang sudah tidak sesuai dengan tujuan semula, maka semua orang Katolik
dipanggil untuk ambil bagian di dalam pelaksanaan politik yang mengedepankan
kemanusiaan.
Katekese politik memegang peran sentral yang penting dalam pemutakhiran
paradigma politik yang sedang berkembang. Katekese politik dapat menargetkan
kaum muda dan aktivis. Katekese politik anak muda bertujuan untuk menumbuhkan
semangat, dan akhlak anak muda untuk menghadapi godaan politik dan ekonomi
uang. Sementara itu, katekese politik bagi para aktivis dan politisi bertujuan untuk
memperkuat kemampuan mereka dalam menjaga integritas, kejujuran, dan idealisme
dalam melawan pragmatisme dan politik uang. Oleh karena itu, katekese ini penting
bagi kemajuan pemahaman umat akan politik agar mereka tidak anti dan mau ikut
ambil bagian dalam memperjuangkan kesejahteraan hidup masyarakat luas.
Pembaharuan paradigma dalam berpolitik seperti ini tidaklah mudah
diterapkan terlebih pada umat Katolik, akan tetapi harus terdapat hubungan lintas
kelompok dalam merealisasikan pembaruan melalui katekese politik ini. Jika memang
ingin membangun mentalitas politik yang sehat, perlu adanya pendidikan politik dan
katekese politik sejak dini dan itu semua tidaklah instan.

f) Peran Masyarakat dalam Negara yang Berlandaskan Hukum


Masalah yang mendesak di bidang hukum adalah perlunya pendidikan hukum
di masyarakat. Masyarakat harus memahami hukum agar dapat mengawasi proses
pengesahan hukum dan bersiap untuk mematuhi hukum atas dasar kesadaran,
kebebasan dan tanggung jawab. Dalam proses penyusunan atau pengesahan undang-
undang, masyarakatlah terutama yang akan terkena dampak dari berlakunya undang-
undang tersebut, harus disosialisasikan agar dapat memahami akibat atau dampaknya
dan memiliki kesempatan untuk memberikan saran atau pendapat yang selaras dengan
yang mereka mengharapkan. Banyak orang yang menjadi korban hukum, manipulasi
proses pemberlakuan hukum tersebut sehingga masyarakat bukannya aman dengan
adanya hukum, akan tetapi dirugikan karena kurangnya keberpihakan terhadap
masyarakat kecil. Oleh karena itu, peran masyarakat sangat penting dalam negara hal
ini bertujuan untuk melibatkan masyarakat dalam proses perumusan dan fungsi
pengawasan dalam proses pelaksanaannya sehingga implementasi negara hukum
menjadi kenyataan.

g) Ke mana dan Di manakah Iman Kita?


Dalam konteks ini pertanyaan di atas berkaitan dengan sisi kemanusiaan kita
sebagai ciptaan Allah, di mana perlu diketahui bahwa ada banyak masalah
kemanusiaan yang harus di pecahkan. Untuk mengatasi itu, pertama-tama kita harus
memandang kemanusiaan sebagai sebuah visi, sudut pandang, dan sekaligus nilai
luhur yang mengajarkan kita untuk memperlakukan setiap orang pertama-tama dan
terutama sebagai manusia, sama seperti kita sendiri; bukan sebagai orang lain (the
other) yang ada dalam lingkar perbedaan suku, ras, kebangsaan, kelas sosial, agama,
keyakinan, ideologi, partai atau kategori-kategori lain yang mereduksi keluhuran
kemanusiaannya. Dengan begitu kita tahu ke mana arah iman kita dengan
memberantas segala bentuk kekerasan dengan mengembangkan visi kemanusiaan
dalam kehidupan bermasyarakat.

h) Prioritas Masalah dan Perubahan yang dicita-citakan


Masing-masing bidang memiliki prioritas yang berbeda, masalah yang
menjadi prioritas yang di bahas dalam bidang kemanusiaan adalah rendahnya
penghargaan terhadap martabat pribadi manusia, kerusakan lingkungan hidup serta
kemiskinan.
Dalam bidang hukum, masalah yang menjadi prioritas yaitu diskriminasi
hukum, pengabaian hak-hak rakyat serta rendahnya kesadaran hukum pada
masyarakat. Sedangkan dalam bidang politik, masalah yang menjadi prioritas untuk
menjadi pokok bahasan adalah rendahnya pengetahuan dan kesadaran politik di antara
umat Katolik, penerapan sistem politik yang tidak berpihak pada kepentingan rakyat,
serta kurangnya figur politik yang dapat diteladani.
Dari masalah-masalah yang menjadi fokus pokok pembahasan atau prioritas di
atas menghasilkan rumusan target perubahan dalam diri umat Katolik dalam jangka
waktu empat tahun mendatang. Pada bidang kemanusiaan mencita-citakan
bertumbuhnya pengenalan, kesadaran diri serta menghargai martabat pribadi manusia,
pertama dan utama berkaitan dengan kesetaraan gender (laki-laki dan perempuan
memiliki derajat yang sama), menghidupkan kembali nilai-nilai persaudaraan atau
meningkatkan relasi dalam kehidupan bermasyarakat, serta penghargaan akan
kelestarian lingkungan hidup yang disertai dengan upaya penghijauan kembali hutan
dan mengolah kembali sampah agar berdaya guna, dengan demikian masyarakat dapat
saling membantu hingga bisa meningkatnya solidaritas warga masyarakat dengan
mereka yang kecil, lemah, miskin dan tersingkir.
Pada bidang hukum mencita-citakan adanya berkembangnya masyarakat yang
semakin sadar hukum hingga berani menyuarakan dan membela hak-haknya sendiri.
Sedangkan pada bidang politik mencita-citakan adanya pertumbuhan
kesadaran diri akan panggilan pada umat beriman dalam bidang politik yang diikuti
dengan meningkatnya rasa tanggung jawab dan kecintaan umat beriman terhadap
bangsa dan negara, keterlibatan dan keaktifan umat katolik yang semakin meningkat
sehingga dapat mempengaruhi sistem politik dan pengambilan kebijakan publik, serta
munculnya kader-kader politik yang berkualitas di antara umat.

Sementara itu target yang mau dicapai dalam waktu empat tahun mendatang
mengharapkan profil umat beriman yang dicita-citakan sesuai dengan dimensi umur
dalam bidang kemanusiaan, hukum, dan politik yaitu :

 Anak (umur 0-10 tahun)


 Bidang kemanusiaan mencita-citakan anak yang sadar bahwa dirinya dan
semua manusia diciptakan dan dicintai oleh Tuhan, hingga mampu
menghargai dan merawat kehidupan, mampu serta mau terlibat aktif dalam
kehidupan Gereja, mampu memperkenalkan dan menawarkan nilai-nilai
kehidupan pada teman-temannya, bersikap jujur dan mempunyai penghargaan
terhadap makanan-makanan lokal.
 Bidang hukum mencita-citakan anak yang mampu mengenal dirinya sendiri,
serta mengetahui hak dan kewajibannya, mengenal dan melaksanakan tata
hidup bersama dalam keluarga dan masyarakat, serta terlibat aktif dalam
menentukan tata hidup bersama dalam masyarakat, dan berani menyuarakan
yang benar.
 Bidang politik mencita-citakan anak yang mampu berpikir kritis dan
mengambil keputusan secara mandiri serta bertanggung jawab, menyadari
keunikan dirinya, bebas dan berani mengungkapkan pendapat serta mampu
belajar nilai-nilai kehidupan dari masyarakat.

 Remaja (umur 11-15 tahun)


 Bidang kemanusiaan mencita-citakan seorang remaja yang tumbuh sebagai
seseorang mampu menghargai diri dan sesama, mampu bekerja sama,
mencintai kehidupan dan menghargai kelestarian lingkungan, bersemangat
aktif tanpa kekerasan (active non violence), serta mempunyai kesetia-
kawanan dengan mereka yang berkekurangan.
 Bidang hukum mencita-citakan remaja yang tumbuh sebagai seseorang yang
mengetahui dan memahami hak dan kewajibannya serta menghayatinya
sebagai orang beriman dalam hidup sehari-hari.
 Bidang politik mencita-citakan hadirnya seorang remaja yang tumbuh sebagi
seseorang yang mengenal ciri pribadi yang cinta bangsa, negara dan Gereja,
terlibat aktif dan mampu berorganisasi, berpikir kritis, berpikir global dan
bertindak lokal (think globaly, act localy), dan mempunyai jiwa
kepemimpinan serta mampu bersikap sportif.

 Orang muda (umur 16-23 tahun)


 Bidang kemanusiaan mencita-citakan orang muda yang memiliki kesadaran
akan jati dirinya sebagai citra Allah, memiliki kesadaran bahwa alam dan
lingkungan adalah bagian dari dirinya, serta memiliki kecerdasan, kreativitas,
kemandirian, solidaritas dan pola hidup yang sederhana.
 Bidang hukum mencita-citakan orang muda yang sadar hukum dan mampu
meneladan Kristus yang memiliki keberanian dalam menyuarakan haknya dan
hak sesamanya secara bertanggung jawab.
 Bidang politik mencita-citakan orang muda yang memiliki kerangka berpikir
politik yang didasari prinsip solidaritas, subsidiaritas serta bonum commune
(kesejahteraan umum), serta terlibat aktif dalam hidup masyarakat.

 Orang dewasa (umur 24 tahun ke atas)


 Bidang kemanusiaan mencita-citakan orang dewasa yang bisa menghargai
martabat pribadi manusia, cinta lingkungan, peduli sesama, menjunjung tinggi
kearifan lokal serta terbuka dan mampu bekerja sama dengan berbagai pihak
yang memiliki kehendak baik.
 Bidang hukum mencita-citakan orang dewasa yang sadar hukum, tahu tentang
hak dan kewajibannya, berani menyuarakan kebenaran dan keadilan serta
berani membela kebenaran dan keadilan.
 Bidang politik mencita-citakan orang dewasa yang mau ambil bagian secara
aktif dan bertanggung jawab dalam kehidupan bermasyarakat, menggunakan
hati nuraninya untuk menentukan pilihan politiknya, berani menyampaikan
suaranya melalui jalur-jalur yang benar, hingga dengan demikian
memunculkan kader-kader Katolik yang menghayati, memperjuangkan dan
mengamalkan nilai-nilai Kristiani di manapun tempat mereka menyalurkan
aspirasi politiknya, sehingga tata dunia sungguh dikelola berdasarkan nilai-
nilai injili.

Target profil umat yang ingin di capai sesuai kategori umur di atas
menjadi sebuah dasar acuan untuk menyusun tujuan, tema serta gagasan dasar
katekese yang ingin dikembangkan dalam hidup masyarakat hingga bisa
meningkatkan peran aktif umat dalam mewujudkan habitus baru hidup
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara melalui keterlibatan mereka dalam
persoalan kemanusiaan, hukum dan juga politik. Besar harapan agar masing-
masing keuskupan atau regio bisa menjabarkannya sesuai dengan konteksnya
masing-masing di bantu dengan Komkat KWI.

C. Pandangan dan Refleksi Kelompok

PKKI tidak hanya menyentuh kehidupan beriman umat yang berfokus pada iman dan
kehidupan umat yang terlihat baik-baik saja. namun PKKI juga menyentuh sisi sensitif
masyarakat yang jarang sekali bisa mereka ungkapan secara langsung. Dalam PKKI IX yang
bertema “katekese dalam masyarakat yang tertekan” kelompok di ajak untuk melihat
kehidupan beriman umat melalui tekanan yang masyarakat peroleh di dalam hidupnya.
Katekese seperti ini sungguh memberi peneguhan, semangat dan keberanian kepada
masyarakat untuk mengatasi ketertekanan mereka di segala dimensi. Terkhusus bagi
masyarakat yang masih takut untuk angkat bicara karena takut di nilai kurang bekal
pemahaman akan masalah yang tengah terjadi yaitu mereka yang lemah dan tertindas.

Dengan begitu katekis sangat berperan dalam membantu masyarakat beragama untuk
menciptakan harmoni sosial dalam masyarakat Indonesia yang plural ini, sudah pasti katekese
ini tidak berjalan dengan lancar tanpa adanya ke ikut sertaan dan keterbukaan umat terhadap
pokok pembahasan dari katekese ini serta ketersediaan umat untuk terlibat langsung untuk
ambil bagian dalam mewujudkan pembangunan masyarakat yang lebih berdaya guna bagi
masyarakat lainnya, yang mana hal ini mendapat dukungan penuh dari Bimas Katolik Depag
RI dengan menyalurkan dana untuk meningkatkan hidup beriman masyarakat katolik di
Indonesia.
PKKI IX ini sungguh menyediakan wadah serta ruang untuk masyarakat
menyuarakan aspirasi yang selama ini terbungkam karena kurang di dengar dan di
perhatikan. Banyaknya kasus yang terjadi di masyarakat, terutama masyarakat kecil seperti
terjadinya perampokan, penodongan, hingga pembunuhan yang banyak disebabkan oleh
tekanan ekonomi, kekerasan fisik, seksual hingga mental, perdagangan manusia, kemiskinan
yang meningkat, perusakan lingkungan hidup, rakyat kecil yang tidak mendapatkan haknya,
aborsi di kalangan remaja, poligami terselubung, keretakan relasi sosial dan persaudaraan
karena tekanan ekonomi, pengangguran, kekerasan akibat pragmatisme politik, korupsi yang
kian merata, kemerosotan tata nilai yang dianut masyarakat hingga diskriminasi perlakuan
antara penduduk asli dan pendatang, menjadi masalah pokok pembahasan dalam pertemuan
PKKI IX dengan harapan dapat membantu masyarakat yang tertekan mendapatkan celah
dalam satu ruang untuk menyalurkan perasaan mereka. dengan begitu para katekis bisa
dengan sungguh menyiapkan katekese ini dengan baik hingga dapat memberikan solusi,
peneguhan serta semangat untuk masyarakat yang tertekan dan tertindas.

Tidak hanya satu kalangan, katekese ini juga di siapkan untuk menyentuh berbagai
kalangan masyarakat dimulai dari yang muda hingga tua dan berbagai lapisan masyarakat.
Tidak hanya itu, katekese ini juga dikembangkan untuk meningkatkan peran masyarakat
untuk mewujudkan hidup bermasyarakat baru dalam berbangsa dan bernegara, melalui
keterlibatan dalam hal kemanusiaan, hukum dan politik. ketekese ini bertujuan untuk
menumbuhkan kesadaran dalam diri umat akan perlunya perbaikan paradigma dan perilaku
dalam berbagai aspek kehidupan yang mungkin saja selama ini keliru, membantu
meningkatkan kepekaan masyarakat dalam meningkatkan kepekaan sebagai orang Katolik
yang dipanggil untuk ambil bagian dalam mencari jalan untuk tetap bertahan menggenggam
iman namun tidak mengesampingkan masalah-masalah sosial kemasyarakatan dalam
kehidupan.

Dalam hal ini kelompok menyadari kehadiran ketekis sangat berperan untuk
menyelamatkan para masyarakat yang tertekan dan tertindas tersebut, di mana pertolongan
yang diberikan melalui katekese yang berfokus pada masalah kemanusiaan, politik, serta
hukum dapat sungguh membantu masyarakat beragama menciptakan harmoni sosial dalam
masyarakat Indonesia yang penuh keberagaman. Kelompok sungguh terinspirasi untuk
bersungguh-sungguh menyiapkan diri dalam mengamati masalah yang terjadi dalam lapisan
masyarakat, tentu saja katekis sangat membutuhkan peran serta umat dari seluruh lapisan
masyarakat untuk saling bahu membahu menciptakan suasana masyarakat yang harmonis,
damai, dan tentram, dalam kehidupan bermasyarakat serta mengembangkan sikap saling
menghargai, toleransi, saling menghormati, kerja sama, musyawarah dan lain sebagainya
untuk sungguh mewujudkan kehidupan yang sungguh di cita-citakan hingga mewujudkan
nilai kerajaan Allah di tengah hidup bermasyarakat dan semua kalangan masyarakat
mempunyai kesempatan untuk berkarya di bidang kemanusiaan, politik dan hukum dengan
keterbatasan dan kelebihannya masing-masing.

Anda mungkin juga menyukai