Bilamana pelayan biasa tidak ada atau terhalang, baptis dilaksanakan secara licit oleh
katekis atau orang lain yang oleh Ordinaris Wilayah ditugaskan untuk tugas itu,
bahkan dalam keadaan membutuhkan oleh siapapun yang mempunyai maksud yang
semestinya; hendaknya para gembala jiwa-jiwa, terutama pastor paroki,
memperhatikan agar umat beriman kristiani diajar tentang cara membaptis yang benar.
Yang dapat dibaptis ialah setiap dan hanya manusia yang belum dibaptis.
7. Sekurang-kurangnya salah satu dari orang tua atau yang secara legitim menggantikan
orang tuanya menyetujuinya.
Ada harapan cukup beralasan bahwa anak itu akan dididik dalam agama Katolik; bila
harapan itu tidak ada, baptis hendaknya ditunda menurut ketentuan hukum partikular,
dengan memperingatkan orang tuanya mengenai alasan itu.
Anak dari orang katolik, bahkan juga dari orang tua tidak katolik, dalam bahaya mati
dibaptis secara licit, juga meskipun berlawanan dengan kehendak orang tuanya.
8. Baptis hendaknya diberlakukan dengan syarat jika diragukan sudah dibaptis atau
belum.
Melihat kembali rumusan baptisan di gereja sebelumnya aoakah sudah sesuai dengan
ketentuan Forma dan Materianya atau belum. Jika sudah maka tidak perlu, namun jika
belum maka perlu diberikan penerimaan baptis.
9. Ditunjuk oleh calon baptis atau orang tua calon baptis secara langsung, oleh romo
paroki atau pelayan baptis, selain itu ia harus mampu dan mau melaksanakan tugas
tersebut. Telah berumur sekurang-kurangnya 16 tahun, telah menerima sakramen
penguatan, dan tidak menerima suatu hukuman kanonik.
10. Sebagai bukti dan catatan di Paroki tempat ia dibaptis bahwa dia sudah diterimakan
secara sah.
11. Mencatat dalam buku baptis secara lengkap meliputi saksi-saksi, tempat, tanggal
baptis, tempat dan tanggal kelahiran, dicantumkannya nama ibu kandung/angkat.