Anda di halaman 1dari 8

PEDOMAN MENJADI LEKTOR DAN

PEMAZMUR YANG BENAR

PEDOMAN DAN PANDUAN UNTUK PETUGAS LEKTOR


BY BENNY 

Kata “Lektor” berasal dari bahasa Latin (Lectito/ Lectio), atau dalam dari bahasa Perancis,
“Lecteur, artinya membacakan.
Dalam Perayaan liturgi Ekaristi seorang lektor adalah orang yang mendapat tugas mulia
untuk membacakan Sabda Tuhan atau mempunyai tugas untuk melakukan pembacaan dari
Alkitab, yang biasa disebut dengan nama lektor:
Atau:
 “Juru Bicara Allah” / “Penyampai Sabda Allah” / “Duta Allah”.
(Bukan sekedar pembaca atau petugas baca)
Oleh karenanya, sebagai Juru Bicara Tuhan atau Allah hendaknya menyampaikan Sabda
Tuhan tersebut dengan baik dan benar serta dengan penuh penjiwaan.
 
Peran Lektor dalam perayaan Ekaristi
Ø Membawa Kitab Evangeliarium pada saat perarakan masuk dan menempati urutan yang
paling depan, setelah Akolit (Putra Altar Pembawa Salib).
(bila tidak ada diakon tertahbis)

Ø Membaca bacaan-bacaan sebelum Injil, disebut Bacaan I dan Bacaan II.


Dan bila tidak ada pemazmur, seorang Lektor dapat membawakan mazmur tanggapan
sesudah saat hening, selesai membaca bacaan pertama. (PUMR 196)

Ø Kalau tidak ada diakon, lektor boleh membawakan ujud-ujud doa umat, sesudah imam
membuka doanya. (PUMR 197)

Ø PUMR 138 ujud ujud doa umat dimaklumkan oleh diakon, solis, lektor atau pelayan lain dari
mimbar atau dari tempat lain yang cocok (Mimbar Doa).
Penampilan / busana (PUMR 339) Akolit, lektor, dan pelayan awam lain boleh mengenakan
alba atau busana lain yang disahkan oleh Konfrensi Uskup untuk wilayah gerejawi yang
bersangkutan.

A. Lektor saat bertugas menggunakan jubah.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah:

Khusus untuk Lektor Wanita.

1.      Sebaiknya tidak menggunakan/memakai celana panjang pada saat memakai jubah, karena
akan menganggu penampilan. Tapi juga tidak dilarang memakai celana panjang, sepanjang
pemakaian tersebut pantas dan tidak menjadi perhatian umat. Artinya: Tidak memakai celana
yang kontras, atau berwarna-warni.

2.      Berias sederhana dan rapi agar tampak natural/alami (tidak berlebihan dalam pemakaian
kosmetik)

3.      Rambut ditata dengan baik dan rapi, jika rambut panjang bisa di kuncir (diikat di bagian
belakang) agar tidak mengganggu gerakan saat membacakan sabda Allah.(Lebih baik rambut
warna alami, tidak dicat dengan warna yang menyolok seperti kuning, merah, biru dsbnya.)

4.      Pakailah sepatu yang nyaman, disarankan untuk menggunakan sepatu yang tertutup depan


dan belakang (pantofel) dengan warna netral (hitam, coklat atau biru tua).

5.      Hindari menggunakan sepatu Cat maupun sepatu sandal.


6.      Hak sepatu yang bersuara nyaring akan menarik perhatian umat dan mengganggu
perhatian pada isi bacaan. (catatan: hak sepatu berbunyi ketika berjalan, tidak saat
membaca)

Khusus untuk Lektor Pria.

1.      Sebaiknya menggunakan baju berkerah, berlengan dan bercelana panjang dari bahan kain
bukan sejenis Jeans.

2.      Rambut ditata dengan baik dan rapi, agar sedapat mungkin membantu umat masuk dalam
suasana mendengarkan saat lektor menyampaikan sabda Allah.

3.      Pakailah sepatu yang nyaman, disarankan untuk menggunakan sepatu yang tertutup depan
dan belakang (pantofel) dengan warna netral (hitam, coklat atau biru tua).

4.      Usahakan agar tidak menggunakan sepatu sandal. Hak sepatu yang bersuara nyaring akan
menarik perhatian umat dan mengganggu perhatian pada isi bacaan.
B.  Liturgi Sabda.

Bacaan – bacaan Alkitab.


Setelah Imam menyelesaikan Doa Pembuka dan umat berkata “AMIN” .
Lektor 1 menuju Mimbar Sabda untuk membaca bacaan pertama dari Lectionarium yang
sudah ada di Meja Sabda sejak sebelum misa.
Umat mendengarkannya. (PUMR 128)

Setelah Lektor 1 selesai membaca, Pemazmur mendaraskan menyanyikan Mazmur dari buku
Mazmur Tanggapan dan Alleluya, Lektor 1 kembali ke tempat duduknya.
Setelah Pemazmur selesai mendaraskan Mazmur, Lektor 2 menuju Mimbar Sabda untuk
membaca bacaan kedua dari Lectionarium yang sudah ada di Meja Sabda. Pemazmur
kembali ke tempat duduknya.
Bersama dengan Lektor dan Pemazmur menghormat ke Altar.

Setelah Lektor 2 selesai membaca, Pemazmur beserta Lektor 1 dan ke 2 kembali lagi ke
tempat duduk masing-masing.

Untuk Alleluya, dinyanyikan oleh salah satu solis dari kelompok koor.
Apabila suatu misa tidak ada kelompok koor yang bertus, maka seorang pemazmur boleh
mendaraskan Bait Pengantar Injil.

Pada saat lektor menyampaikan bacaan, lektor yang tidak bertugas membaca dan pemazmur
serta seluruh umat, duduk mendengarkan.

Pada saat pemazmur menyanyikan Mazmur semua umat dan koor duduk (PUMR no. 61)
Setiap lektor menghormat (dengan cara membungkukan badan ) ke altar sebelum maju ke
mimbar dan setelah bacaan selesai dibacakan, lektor menghormat kembali ke altar sebelum
menuju ketempat duduknya.
Lektor maupun pemazmur tidak menghormat pada Imam
Sikap & Rumusan Lektor dalam membaca Sabda Allah.

Sikap tubuh berdiri tegak (posisi kaki berdiri keduanya menapak di tempat, tidak jinjit,
ditekuk ataupun dimainkan).

Atur microphone pada posisi on, dan sedikit di bawah mulut jarak mulut dengan Microphone
1 kepalan tangan atau di sesuai dengan tempat suara dihasilkan dengan level ketinggian
volume.

Letakan kedua tangan di pinggir buku Lectionarium (untuk memastikan lembaran halaman
tidak terbalik atau tertiup udara saat membaca, dan bila diperlukan dapat di pergunakan jari-
jari tangan untuk menunjukan posisi bacaan sudah sampai di mana.)

TETAPI USAHAKAN JANGAN MELAKUKANNYA,


CUKUP PANDANGAN MATA YANG TERFOKUS PADA TEKS.

Membacalah dengan suara lantang, jelas dan tegas.


Lektor menyapa umat melalui kontak mata, artinya pada saat membaca lektor tidak
sepenuhnya melihat buku Lectionarium.
Awalilah membaca dengan rumusan,
“Bacaan dari ………..bukan Pembacaan,
(tidak perlu menyebutkan/membacakan rubric, bab maupun ayatnya dan kalimat yang
di cetak miring) kata-kata
 “Bacaan pertama atau Bacaan kedua” tidak perlu di bacakan.
Selesai membacakan ‘Bacaan dari ......’, beri jeda sejenak (5 detik) sebelum memulai
bacaan.

Usahakan saat membaca


‘Bacaan dari .....’ lektor dapat berkontak mata dengan umat.

Disarankan Umat wajib mendengarkan lektor dan Imam saat mereka menyampaikan bacaan
(PUMR 128).
Karenanya baik bila ada lembaran misa / Kitab Suci yang disediakan, disampaikan kepada
umat oleh komentator sebelum misa dimulai, bahwa lembaran misa dan Kitab Suci dipakai
sebagai persiapan sebelum misa dimulai atau setelah misa selesai saja. Dihimbau agar umat
sudah membaca bacaan sebelum Perayaan Ekaristi berlangsung.

Dalam misa harian perlu dikoordinir bacaan pertama dan kedua (kalau ada) dibacakan oleh:
Lektor yang sudah mengikuti pelatihan, karena saat liturgi Sabda, Tuhan sendiri yang
berbicara. Jadi tidak asal comot, siapa yang hadir misa diminta baca.
PUMR 128 lectionarium tetap diletakkan di ambo (catatan: sudah saya tambahkan di bagian
bacaan-bacaan Alkitab )
 
Diakon / Imam setelah selesai membacakan Evangeliarium, lalu meletakkannya diletakkan
dalam keadaan terbuka di meja clayden/mimbar acrylic.
Kredens bukan di Altar lagi, karena Altar akan dipakai sebagai meja persembahan dalam
Liturgi Ekaristi.

Dalam membaca Kitab Suci / menyampaikan Sabda Allah,


seorang Lektor perlu memperhatikan hal-hal sbb:

1.      Penjiwaan,
seorang lektor harus menjiwai dengan mantap dari apa yang di bacakannya, apakah bacaan
itu berupa kisah, surat, nubuat, sastra kebijaksanaan dsbnya.
2.      Pengaturan nafas,
sebelum membacakan Kitab Suci, cobalah mengkontrol pernafasan, dengan menarik nafas
panjang secara sadar, kemudian baru mulai membaca, dengan lebih tenang dan kecepatan
yang tidak terlalu tinggi.
3.      Artikulasi,
pengucapkan/lafal harus jelas dan baik pada setiap kata / kalimat yang di sampaikan.
4.      Intonasi,
dalam membacakan satu kalimat nada suara lektor ada dua yaitu Arsis (Kalimat yang tekanan
kalimat akhirnya di naikan) dan Thesis (Kalimat yang tekanan kalimat pada akhir kalimat di
turunkan).
5.      Jeda / pause kalimat,
lektor harus memahami unsur ini, agar umat yang mendengarkan sabda Allah dapat meresapi
dengan telinga, budi dan hati sehingga pesan yang terkandung dalam bacaan tersebut dapat
dipahami seutuhnya.
6.      Phrasering,
adalah pengelompokan kata atau pemenggalan kata dalam satu kalimat.
7.      Setelah selesai membaca, beri jeda sejenak saat hening (cukup 5 detik) kemudian
dibacakan “Demikianlah Sabda Tuhan, lalu umat menanggapi dengan jawaban ”Syukur
kepada Allah” setelah itu lektor meninggalkan Mimbar.

Doa Umat
Setelah pernyataan iman (Syahadat Panjang / Singkat / Pembaharuan Janji Baptis) selesai
dinyatakan, sampai dengan kata “Amin”,

Petugas pembaca doa umat berdiri dan menuju ke mimbar yang telah disediakan,
menghormat Altar dengan cara membungkukkan badan (berlutut atau menundukkan kepala)
ke tabernakel sebelum maju ke mimbar dan setelah doa umat selesai dibacakan, petugas
menghormat kembali ke Altar dengan cara membungkukkan badan tabernakel sebelum
menuju ke tempat duduknya. (catatan: dibawah sudah ada tidak perlu diulang)

Doa Umat di bacakan oleh Lektor, tetapi bisa juga di bacakan oleh wakil umat. Dan wakil
umat yang membacakan doa umat sebaiknya juga mendapat pelatihan agar dapat
membacakan doa dengan baik dan benar.

Tata gerak dan cara membacakan Doa Umat:

1.      Setelah pernyataan iman (Syahadat Panjang/Singkat/Pembaharuan janji


baptis)selesai di nyatakan dengan kata “Amin”
2.      Petugas Doa Umat, berjalan menuju mimbar untuk membacakan ujud-ujud doa umat,
berhenti di depan altar membungkuk /berlutut memberi penghormatan kepada
altar/tabernakel (cukup 2 detik) menghormat Altar dengan cara membungkukkan badan

3.      Sikap tubuh berdiri tegak, membacakan dengan tegas,jelas dan benar setiap kalimat (tidak di
perlukan suara yang terlalu lantang), menjiwai bacaan dengan sikap doa yang sesungguhnya.
Saat membacakan doa umat, tidak perlu kontak mata dengan umat. Baru ketika sampai
kepada ajakan Marilah kita mohon (disini memandang umat)
4.      Setelah Imam selesai menutup doa umat, dan umat seraya berkata “Amin”,petugas doa umat
meninggalkan mimbar menghormat Altar dan menuju tempat duduknya.

Doa Umat :
Dengan memanjatkan Doa Umat, seluruh jemaat menampakkan imamat umumnya, artinya
sebagai “imam” (jemaat = kaum imami), mereka mendoakan semua orang. Urutan ujud-
ujudnya :
a) untuk kepentingan Gereja;
b) untuk para penguasa negara dan kesejahteraan seluruh dunia;
c) untuk orang-orang yang sedang menderita;
d) untuk umat setempat.

Dalam perayaan khusus seperti Misa Krisma, Perkawinan atau Arwah dapat pula
diperhatikan kepentingannya (PUMR 70).

Ujud-ujud yang sesuai dengan perayaan itu dapat ditambahkan atau mengganti beberapa
unsur tsb.

Beberapa patokan dalam menyusun Doa Umat sendiri:


1.      Doa Umat bukanlah doa pribadi, maka perlu diperhatikan aspek-aspek yang membangun
terciptanya unsur kebersamaan (oleh karena itu intensi yang diminta umat tidak dibacakan
dalam Doa Umat, tapi dibacakan oleh Komentator sebelum Misa);
2.      Ada kaitan antara isi doa umat dengan isi/tema bacaan Kitab Suci yang dipakai dalam Misa;
3.      Isi doa umat selaras dengan situasi atau kebutuhan Gereja setempat dan dikaitkan dengan
tema yang sedang dirayakan;
4.      Doa umat jangan bernada kateketis, dogmatis, atau ajaran moral yang mengurui;
5.      Disusun dalam gaya bahasa yang padat, tidak menjemukan, kalau bisa memikat;
6.      Intensi / ujud ditujukan kepada Allah Bapa, namun bukan dalam bentuk doa yang menyapa
langsung “Ya Bapa …… Lebih baik, misalnya, “Kita berdoa bagi Gereja, semoga Allah
senantiasa menuntun Gereja untuk menjadi terang bagi dunia ..” Marilah kita mohon .....

Dibawakan dengan cara : Imam selebran membuka dengan AJAKAN, BUKAN DOA, lalu
diakon atau lektor membawakan ujud-ujudnya..
Secara bersama jemaat menanggapi setiap ujud dengan aklamasi sbb : Kabulkanlah doa kami
ya Tuhan; Tuhan, dengarkanlah kami; Kristus, dengarkanlah kami; Tuhan, kasihanilah kami
(TPE umat halaman 37-41). Dan akhirnya , imam selebran menutup dengan suatu DOA
sambil kedua tangannya terentang. Lalu umat menjawab dengan aklamasi “Amin”.,

C.  Ritus Penutup.

Setelah Imam selesai menyampaikan Doa Sesudah Komuni dan umat menjawab “Amin”,
komentator berjalan menuju mimbar untuk mendoakan Doa Sisipan bila ada
dan membacakan pengumuman / warta gereja.

Sikap dan cara membaca doa sisipan dan pengumuman :


1.      Sikap tubuh berdiri tegak.
2.      Beri keterangan kepada umat, doa sisipan seperti doa tahun Ekaristi dsbnya, di ambil
dari,,,,,,,misalnya lembaran yang sudah tersedia atau dari buku puji syukur no…..
3.      Membacakan dengan tegas,jelas dan benar setiap kalimat (tidak di perlukan suara yang
terlalu lantang), menjiwai bacaan dengan sikap doa yang sesungguhnya. Saat membacakan
doa, tidak perlu kontak mata dengan umat. Bacakan pengumuman dengan suara lantang, jelas
dan tegas, usahakan sesekali ada kontak mata dengan umat.
4.      Pengumuman hari/tanggal / bulan di baca dengan jelas (tahun tidak perlu di bacakan) dan
pembacaan waktu/Jam, dibacakan dengan angka yang mudah di mengerti / dipahami oleh
umat misalnya “misa lansia di laksanakan pada hari minggu tanggal 2 juni, pukul 4 sore”
bukan misa lansia dilaksanakan pada pukul 16:00 WIB (hindari membaca enam belas nol nol
wib)
5.      Setelah pengumuman selesai dibacakan, diakhiri dengan kata-kata “Sekian warta gereja hari
ini, terima kasih”
6.      Kemudian komentator kembali ke tempat duduknya dan bersama dengan seluruh umat
menerima berkat penutup dan perutusan dari Imam.
7.      Setelah Imam selesai memberikan berkat penutup dan perutusan bagi seluruh umat,
kemudian Imam mencium Altar. Saat Imam selesai mencium altar, semua lektor serta
pelayan misa lainnya didahului Putera Altar berjalan ke depan altar, kemudian bersama-sama
dengan Imam menghormat Altar dengan cara membungkukkan badan dan berlutut (bila ada
Tabernakel di belakang Altar) memberi hormat kepada Tabernakel, dan lalu masuk kedalam
sakristi dengan tertib dan rapi.

Urutan barisan saat berjalan menuju ke dalam sakristi sbb :


1.    Petugas pembawa Salib diikuti Putra/i Altar (Misdinar) .
2.    Lektor 1 dan 2 dan Pemazmur
3.    Prodiakon
4.    Imam.

TATA TERTIB LEKTOR & KOMENTATOR

1.            Pada misa di hari Sabtu dan Minggu biasa, lektor dan komentator yang bertugas, diharapkan
hadir 30 menit sebelum perayaan Ekaristi di mulai. Agar dapat melihat kesiapan sarana
pendukung seperti buku doa, Lectionarium, pengumuman, juga berlatih sebentar membaca
bacaan yang akan di bacakan.
2.            Pada misa besar seperti Misa Natal / Pekan Suci lektor dan komentator wajib hadir 1 jam
sebelum perayaan Ekaristi di mulai.
3.            Komentator harus proaktif, misalnya mencari tahu nama Imam pemimpin Perayaan Ekaristi,
berkoordinasi dengan petugas koor ( untuk memberi tahu lagu Pembuka) dan petugas tatib.
4.            Komentator mempersiapkan buku Doa Umat sesuai dengan kalender liturgi. (diberi tanda
pada halaman tersebut agar siap dibacakan oleh petugas doa umat dengan benar pada saatnya
di mimbar).
5.            Komentator mempelajari terlebih dahulu isi pengumuman agar dapat memahami hal apa
yang akan disampaikan kepada umat.
6.            Semua lektor diharapkan sejak menerima jadwal tugas seminggu sebelum bertugas sudah
mencari tahu dan mempelajari bacaan yang akan disampaikan terlebih dahulu. Mempelajari
dan membacanya dari Kitab Suci. Bacalah konteksnya juga, dan semua bacaan pada minggu
tersebut. Bacaan I, Mazmur, bacaan II dan Injil serta Doa Umat. Dan seminggu atau beberapa
hari sebelum bertugas bacalah dari Lectionarium. Bila lektor telah memahami/menghayati
bacaan tersebut dan berlatih membaca, pada saat Sabda Allah disampaikan, diharapkan
seluruh umat yang hadir dalam Perayaan Ekaristi dapat mendengar, mengerti, memahami apa
yang disampaikan lektor dan meresapkannya di dalam hati.
7.            Lektor dan komentator, hendaknya melakukan persiapan batin sebelum bertugas dengan
melakukan ritual doa, yang isinya memohon karunia Roh Kudus agar berkenan memberkati
dan menyertai dalam tugas pelayanan.
8.            Jika 15 menit sebelum misa dimulai lektor / komentator belum hadir, maka dapat diganti
dengan lektor / komentator lainnya yang sudah terlebih dahulu hadir. (dalam hal ini pengurus
lektor harus menyiapkan lektor cadangan).
9.            Pada Misa Besar (Natal / Pekan Suci) bila diadakan Gladi bersih, maka lektor dan
komentator yang dijadwalkan akan bertugas harus hadir untuk mengikuti gladi bersih, jika
tidak dapat mengikuti gladi bersih sebaiknya digantikan oleh lektor dan komentator lainnya
yang hadir dalam Gladi bersih itu.
10.        Gerak-gerik dan penampilan lektor semestinya mendukung kewibawaan Sabda Allah yang
akan dibacakan, lektor tidak tampil untuk membawakan dirinya sendiri, maka perlu dicermati
dan diperhatikan cara berjalan, sikap berdiri, memandang umat, berpakaian, ber-make up,
pada saat bertugas.
11.        Jika lektor / komentator berhalangan tugas (pada waktu yang sudah dijadwalkan) harus
mencari penggantinya.
12.        Lektor / komentator selesai bertugas wajib mengisi absensi.

PERSYARATAN MENDASAR SEORANG LEKTOR

Untuk pendaftaran pertama laki-laki atau perempuan berusia 15 – 55 tahun.(untuk anak-anak


yang usia di bawah 15 thn tahun juga dapat menjadi lector dan dilakukan pembinaan lebih
khusus agar mereka dapat memahami dan membaca Kitab Suci) Tidak ditentukan batasan
umur bagi lektor lama, diharapkan mereka yang menjadi lektor sudah dewasa secara iman
(diteguhkan dengan penerimaan Sakramen Penguatan).
Lektor anak tidak bertugas di misa hari Sabtu dan Minggu, namun mengikuti pedoman umum
misa anak, lektor anak dapat dibina dan bertugas di misa anak.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menjadi seorang lektor :


1.      Harus beriman Katolik, sudah dibaptis secara Katolik, menerima Komuni Pertama dan
menerima Sakramen Penguatan (untuk lektor dewasa)
2.      Dapat membaca dengan lancar dan baik. (tidak cadel / gagap)
3.      Memiliki kerinduan dan kesanggupan berkomitmen tinggi untuk mengabdi atau melayani
dengan tulus dan sungguh sungguh.
4.      Bersedia dengan sungguh-sungguh untuk belajar dan berlatih, demi peningkatan pengetahuan
untuk menyampaikan Sabda Allah dan kualitas pelayanannya.
5.      Lektor harus berjiwa besar dan bersikap rendah hati, yang artinya berani dengan jiwa besar
menerima kritik atau input dari umat maupun anggota gereja, (pasca menjalankan tugas) dan
dengan sikap rendah hati memperbaiki diri guna meningkatkan kualitas pelayanan.
6.      Hendaknya setiap lektor mendaftar di Paroki tempat di mana ia berdomisili.

PEMBINAAN DAN PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PARA LEKTOR

Dalam suatu team, lektor harus dikelola dengan tata manajemen yang berkualitas, untuk
mendidik dan melatih para lektor secara terprogram dan berkesinambungan, agar dalam
menjalankan tugas pelayanannya lektor menyadari dirinya sebagai bagian yang integral
dalam liturgi sabda dan ekaristi yang bertanggung jawab kepada gereja dan umat separoki
tempat lektor berdomisili dan berkarya.

1.      Pengurus / pembina lektor menyusun jadwal tugas lektor secara teratur, lektor yang bertugas
wajib mematuhi jadwal tugas yang sudah di susun oleh pengurus / pembina lektor setempat.
2.      Pengurus / pembina lektor dapat menanyakan mengapa tidak bertugas, kepada lektor jika
tidak bertugas sesuai jadwal. (bisa dipakai sistem “reward & punishment”misalnya lektor yg
rajin dalam bertugas diberikan penghargaan untuk bertugas di Misa Natal / Pekan Suci) dan
melakukan evaluasi pasca pelaksanaan tugas para lektor. Lektor yang tidak bias bertugas
harap mencari pengganti
3.      Lektor secara pribadi harus bersahabat akrab dengan Kitab Suci, hal ini dilakukan agar
semakin memahami dan menjiwai bacaan pada saat lektor membacakan Sabda Allah.
4.      Secara berkala lektor perlu dibekali dengan pemahaman liturgis, biblis dan ketrampilan
teknisnya
5.      Untuk penyegaran iman dan keharmonisan antar anggota lektor, perlunya diadakan rekoleksi
atau retret. (waktu dapat diatur oleh pengurus / pembina lektor)
6.      Latihan membaca sebaiknya rutin dilakukan (waktu dapat ditentukan oleh Paroki masing-
masing misalnya setiap minggu pada hari Jumat sebelum bertugas atau sebulan sekali)

Perlu diketahui, bahwa komentator adalah bagian dari lektor, artinya orang yang bertugas
sebagai komentator sebaiknya juga seorang lektor. Karena seorang lektor lebih mengetahui
tehnik membaca dan terbiasa menyampaikan bacaan di depan orang banyak, karena setiap
orang mempunyai cara membaca dan memiliki intonasi yang berbeda-beda, maka perlu
diadakan pemahaman dan pelatihan secara bersama-sama antara lektor dan komentator.

Sumber:  
http://romopatris.blogspot.co.id/2014/02/pedoman-pelaksanaan-pelayanan-lektor.html
Pedoman Umum Misale Romawi Yang Baru

Anda mungkin juga menyukai